Professional Documents
Culture Documents
Vol. 8 (2) : 59 - 74
(The Antibacterial Activity Essay of Ethanol Extract Kweni Mango Bark (Mangifera odorata
Griff) Againts Escherichia coli ATCC 25922 and Staphylococcus aureus ATCC 25923)
Wuri Prihatiningtyas, Yeni Mariani, H.A. Oramahi, Fathul Yusro, Lolyta Sisillia
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
Email : wuriprihatiningtyas94@gmail.com
Abstract
The aims of this research are to determine the secondary metabolite content found in the
ethanol extract of kweni mango bark (Mangifera odorata Griff) and analyze its potency as a
natural antibacterial against Escherichia coli and Staphylococcus aureus. The research was
started by maceration process using 96% ethanol solvent, then evaporated at 40-50oC and
obtain yield of 20,61% with powder content of 8,34%. Furthermore, phytochemical screening
was performed qualitatively to determine the secondary metabolite of the extract. The results
showed that ethanol extract of M. odorata Griff bark contained secondary metabolites such as
alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, terpenoids and phenolics. In this study antibacterial
activity was carried out using disc diffusion method in Plate Count Agar media and incubated
for 24-48 hours. The results showed that the largest diameter of inhibitory zones formed at a
concentration of 15 mg/ml for S. aureus was 12,33 mm with strong classified and for E. coli
bacteria with a concentration of 200 mg/ml of 23,67 mm with very strong classified, and almost
equal with the result shown by 30 µg tetracycline as positive control, which is 25 mm. The
results of this study it can be concluded that the ethanol extract of the kweni mango bark (M.
odorata Griff) is bacteriostatic.
Keywords: antibacterial activity, Mangifera odorata Griff, phytochemical screening,
Escherichia coli, Staphylococcus aureus.
59
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
keefektifan dan kinerja dari metode ektraksi yang paling umum digunakan
pengobatan tersebut (Candrasari et al. (Depkes RI, 2000). Dengan
2012). Berdasarkan hal tersebut, maka menggunakan pelarut yang sesuai
dilakukanlah berbagai penelitian yang seperti pelarut etanol yang bersifat
bertujuan untuk menemukan antibakteri polar, diperoleh senyawa metabolit
baru sebagai alternatif lain dalam sekunder yang bersifat polar, nonpolar
mengatasi infeksi bakteri. Antibakteri dan semi polar (Poelengan et al. 2007).
baru ini diharapkan berasal dari bahan Beberapa pengujian aktivitas
alam yang mudah didapat dengan antibakteri M. odorata Griff telah
ketersediaan yang melimpah, dapat dilakukan dengan menggunakan bagian
diperbaharui serta memiliki resiko efek tanaman berupa buah dan daun.
samping yang lebih kecil. Salah satu Berdasarkan penelitian, ekstrak buah M.
bahan alam yang berpotensi sebagai odorata Griff dapat menghambat
antibakteri adalah tumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi
(Djajadisastra et al. 2009). 50% sebesar 7 mm dan konsentrasi
Pemanfaatan tumbuhan sebagai 100% sebesar 8,667 mm (Suerni et al.
antibakteri telah dikenal oleh 2013). Selain itu, ekstrak daun M.
masyarakat Indonesia dalam bentuk odorata Griff dengan konsentrasi 10
tumbuhan obat, dimana pada umumya mg/ml juga dapat menghambat Bacillus
tumbuhan obat ini berasal dari kawasan cereus sebesar 8,9 mm (Muskhazli et al.
hutan. Salah satu tumbuhan yang 2009). Sejauh ini penelitian aktivitas
berpotensi sebagai tumbuhan obat antibakteri dari M. odorata Griff hanya
antibakteri adalah mangga kweni pada bagian daun dan buah, namun
(Mangifera odorata Griff). M. odorata belum dilakukan penelitian pada bagian
Griff merupakan tumbuhan dari famili kulit batang M. odorata Griff. Menurut
Anarcardiaceae, dimana golongan Haygreen dan Bowyer (1989),
famili Anarcardiaceae dikenal memiliki kandungan ekstraktif dalam kulit batang
senyawa fenolik yang berpotensi kayu lebih tinggi daripada dalam kayu.
sebagai tumbuhan obat dan antibakteri Aktivitas antibakteri dari suatu
alami. Menurut hasil penelitian ekstrak atau senyawa dapat diketahui
Lukmandaru et al. (2012), ekstrak dengan melakukan pengujian
metanol M. odorata Griff mengandung penghambatan pertumbuhan bakteri
senyawa metabolit sekunder seperti (Dart, 1996). Metode difusi atau (disc
flavonoid, alkaloid, fenolik dan tanin. diffusion Kirby and Bauer) merupakan
Dimana senyawa tanin, flavonoid, metode pengujian yang umum
saponin, fenolik, terpenoid dan alkaloid digunakan dalam uji aktivitas
merupakan senyawa yang mempunyai antibakteri. Pada metode ini, kertas
sifat antibakteri (Santoso, 2012). cakram yang telah berisi bahan
Ekstraksi kulit batang M. odorata antibakteri (ekstrak) diletakkan di atas
Griff dilakukan dengan metode permukaan media yang telah tersuspensi
maserasi yang merupakan proses bakteri uji. Adanya zona bening pada
60
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
61
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
62
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
63
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
suspensi bakteri uji. Standar kekeruhan odorata Griff (50 mg/ml, 100 mg/ml,
larutan yang digunakan yaitu Mc. 150 mg/ml dan 200 mg/ml), 1 kontrol
Farland No. 1, dimana setara dengan negatif (etanol) dan 1 kontrol positif
6
300 x 10 CFU/ml (Fatisa, 2013). (tetracycline 30 µg (Oxoid LTD,
Uji Aktivitas Antibakteri Basingstoke, England)) pada E. coli
Pengujian aktivitas antibakteri pada ATCC 25922. Empat konsentrasi
penelitian ini dilakukan dengan metode ekstrak kulit batang M. odorata Griff (1
difusi (disc diffusion Kirby and Bauer). mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml dan 15
Sebanyak 5-6 ml media PCA yang telah mg/ml), 1 kontrol negatif (etanol) dan 1
disterilkan dimasukkan kedalam kontrol positif (tetracycline) pada S.
masing-masing cawan petri (Pyrex, aureus ATCC 25923. Pengujian
Germany) sampai media menjadi padat. dilakukan dengan 3 kali ulangan
Bakteri E. coli ATCC 25922 dan S. (Rhimou et al. 2010). Diameter daerah
aureus ATCC 25923 yang sudah hambat atau daerah bening (clear zone)
disetarakan dengan standar kekeruhan yang terbentuk akan diukur dengan
Mc. Farland No. 1 diswab mistar. Data hasil pengukuran diameter
menggunakan jarum ose steril pada daerah hambat pada bakteri uji di
media pertumbuhan PCA. Selanjutnya analisis secara statistik dalam bentuk
Kertas cakram Whatman No. 3 yang Rancangan Acak Lengkap (RAL),
berdiameter 6 mm ditetesi dengan apabila berpengaruh sangat nyata dan
masing-masing konsentrasi ekstrak kulit nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda
batang M. odorata Griff menggunakan Nyata Jujur (BNJ) (Gaspersz, 2006).
mikropipet (Socorex) sebanyak 20 µl HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian diletakkan diatas permukaan Rendemen Ekstrak Etanol Kulit
media PCA yang telah tersuspensi Batang M. odorata Griff
bakteri uji secara steril di dalam laminar Proses ekstraksi merupakan tahap
air flow (Airstream). Masing-masing pendahuluan dalam penelitian ini,
cawan petri diinkubasi (Memmert, dimana rendemen ekstrak yang didapat
0
Germany) dengan suhu 37 C selama 18- sebesar 20,61 % dengan kadar air
24 jam. Pengujian ini terdiri dari 6 sebesar 8,34 %. Data hasil ektraksi
perlakuan pada setiap bakteri uji, yaitu : tersaji secara lengkap pada Tabel 1.
4 konsentrasi ekstrak kulit batang M.
Tabel 1. Hasil ekstraksi kulit batang M. odorata Griff (Results of extraction from
M. odorata Griff bark)
Berat Serbuk Kadar Air Berat Ekstrak Rendemen Ekstrak
(g) (%) (g) (%)
200 8,34 40,5018 20,61
64
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
65
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
25
20
d
(mm)
15 c
10 b b
5 a
0
Kontrol (-) Kontrol (+) 1 mg/ml 5 mg/ml 10 mg/ml 15 mg/ml
Perlakuan
Gambar 1. Rerata dan standar deviasi diameter zona hambat uji ekstrak etanol kulit batang M.
odorata Griff terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus ATCC 25923, rerata yang
diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% atau 5%) (Mean and
standard deviation of diameter inhibition zone of ethanol extract of M. odorata Griff wood
bark against the growth bacteria of S. aureus ATCC 25923, the mean followed by the same
letter is not significantly different at the level of 1%).
Pada Gambar 1 diatas terlihat yang dihasilkan, walaupun pada hasil
bahwa semakin tinggi konsentrasi uji lanjut beda nyata jujur (BNJ)
ekstrak semakin besar zona hambatan menunjukkan bahwa pada konsentrasi 1
66
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
mg/ml tidak berbeda nyata dengan memiliki respon hambatan yang kuat.
konsentrasi 5 mg/ml. Respon hambatan Hasil penelitian ini sesuai dengan
bakteri S. aureus hasil penelitian ini penelitian terdahulu yang dilakukan
diklasifikasikan menurut Davis dan oleh Suerni (2013), yang memaparkan
Stout (1971), respon hambatan yang bahwa ekstrak buah M. odorata Griff
sedang ditunjukkan oleh konsentrasi 1 mampu menghambat pertumbuhan S.
mg/ml (7,17 mm), 5 mg/ml (7,83 mm), aureus dengan konsentrasi 50 % sebesar
dan 10 mg/ml, sedangkan pada 7 mm dan 100 % sebesar 8,6667 mm
konsentrasi 15 mg/ml (12,33 mm) (Gambar 2).
a b c
Gambar 2. Hasil uji ekstrak etanol kulit batang M. odorata Griff terhadap bakteri S. aureu ATCC
25923: a. kontrol negatif (etanol 96%); b. kontrol positif (tetracycline 30 µg); c.
konsentrasi ekstrak (1 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, dan 15 mg/ml) (Test results of ethanol
extract of M. odorata Griff bark against on bacteria of S. aureus ATCC 25923: a. negative
control (96% ethanol); b. positive control (tetracycline 30 µg); c. extract’s concentration (1
mg / ml, 5 mg / ml, 10 mg / ml, and 15 mg / ml))
Tinggi rendahnya suatu antibakteri yang bersifat antimikroba dan efektif
dalam menghasilkan zona hambat dalam menghambat pertumbuhan
sangatlah a
dipengaruhi oleh zat a bakteri Gram positif.a S. aureus
antibakteri yang terkandung pada merupakan salah satu bakteri Gram
ekstrak yang digunakan. Dari hasil uji positif memiliki dinding sel yang
skrining fitokimia yang telah dilakukan bersifat polar. Lapisan peptidoglikan
maka diketahui bahwa ekstrak etanol yang bersifat polar ini akan dapat
kulit batang M. odorata Griff dengan mudah ditembus oleh senyawa
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid yang juga bersifat polar
flavonoid, fenolik, tanin, terpenoid dan (Suerni, 2013). Sabir (2005)
saponin, dimana senyawa-senyawa menambahkan bahwa senyawa
tersebut dapat menghambat flavonoid akan berikatan dengan protein
pertumbuhan bakteri (Suerni, 2013). fungsional sel dan DNA bakteri yang
Pada ekstrak etanol kulit batang M. berakibat pada rusaknya permeabilitas
odorata Griff mengandung flavonoid dinding sel mikroba.
dalam jumlah banyak. Flavonoid Ekstrak etanol kulit batang M.
merupakan senyawa metabolit sekunder odorata Griff juga mengandung
67
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
senyawa fenolik dan tanin dalam jumlah gangguan pada tekanan osmosis sel
yang banyak. Senyawa metabolit bakteri (Suerni, 2013).
sekunder terbanyak yang terdapat pada Melalui mekanisme peningkatan
spesies tumbuhan di dunia adalah permeabilitas membran sel bakteri,
senyawa fenolik. Menurut Cowan senyawa saponin menghambat
(1999), senyawa fenolik dapat pertumbuhan bakteri. Ekstrak uji yang
menghambat pertumbuhan bakteri mengandung saponin dalam konsentrasi
karena dapat mengoksidasi bakteri yang rendah akan dapat mengganggu
dengan beberapa cara yaitu permeabilitas sel, seiring dengan
menghancurkan dinding sel bakteri, kenaikan konsentrasi saponin pada
menghilangkan substrat, menonaktifkan ekstrak uji akan dapat menyebabkan
enzim dan berikatan dengan adhesin kematian dari sel yang dikarenakan
yang merupakan protein pada bakteri. hancurnya membran sel bakteri.
Tanin merupakan salah satu Keberadaan alkaloid pada ekstrak
senyawa golongan polifenol yang dapat etanol kulit batang M. odorata Griff
berikatan secara kompleks dengan jumlahnya sedikit, sehingga
protein, polisakarida, alkaloid, asam kemungkinan besar senyawa alkaloid
nukleat, mineral dan lain-lain baik tidak terlalu berperan dalam
secara reversibel maupun irreversible menghambat pertumbuhan bakteri S.
yang dapat menyebabkan kerusakan aureus maupun E. coli. Alkaloid
pada sel bakteri (Ajizah, 2004). merupakan senyawa nitrogen yang
Mekanisme kerja tanin sebagai umumnya sering digunakan dalam
antibakteri adalah dengan cara merusak bidang pengobatan. Hal ini dikarenakan
membran sel bakteri, senyawa alkaloid memiliki kemampuan
astringent tanin dapat menginduksi bioaktivitas dan memiliki aktivitas
pembentukan kompleks senyawa ikatan fisiologi yang tinggi (Mustikasari,
terhadap enzim atau subtrat mikroba 2010). Alkaloid bekerja sebagai
(Karlina et al. 2013). senyawa antibakteri dengan cara
Senyawa metabolit lain yang berinteraksi dengan dinding dan DNA
memiliki aktivitas sebagai antimikroba sel bakteri (Cushnie dan Lamb, 2005).
dan ditemukan pada ekstrak etanol kulit Uji Aktivitas Antibakteri Pada Bakteri
batang M. odorata Griff adalah Uji E. coli ATCC 25922
terpenoid, saponin dan alkaloid. Berdasarkan penelitian yang telah
Terpenoid dikenal sebagai senyawa dilakukan dapat dikatakan bahwa
metabolit sekunder yang mampu ekstrak etanol kulit batang M. odorata
menghambat pertumbuhan bakteri, Griff mampu menghambat pertumbuhan
fungi, virus dan protozoa. Terpenoid bakteri S. aureus lebih baik daripada
mampu merusak lapisan dinding sel bakteri E.coli. Hal ini diduga karena E.
dengan cara menggumpalkan protein coli merupakan bakteri Gram negatif
bakteri yang mengakibatkan terjadinya yang secara alamiah memiliki resistensi
yang tinggi terhadap antibakteri. Oleh
68
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
karena itu, pada penelitian ini kulit batang M. odorata Griff terhadap
digunakan konsentrasi yang berbeda pertumbuhan bakteri E. coli
untuk kedua jenis bakteri uji. Rerata selengkapnya disajikan pada Gambar 3.
diameter zona hambat esktrak etanol
30 f e
Diameter Zona Hambat
25
20 d
15 b c
(mm)
10
a
5
0
Kontrol (-) Kontrol (+) 50 mg/ml 100 mg/ml 150 mg/ml 200 mg/ml
Perlakuan
Gambar 3. Rerata dan standar deviasi diameter zona hambat uji ekstrak etanol kulit batang M.
odorata Griff terhadap pertumbuhan bakteri E. coli ATCC 25922, rerata yang diikuti
huruf berbeda menunjukkan bahwa setiap perlakuan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
(Mean and standard deviation of diameter inhibition zone of ethanol extract from M.
odorata Griff bark against the growth bacteria of E. coli ATCC 25922, the mean followed
by different letters showed that each treatment very significantly different at level of 1%)
Hasil pengujian menyatakan bahwa et al. 2013), sehingga ekstrak tumbuhan
setiap konsentrasi memiliki pengaruh yang biasanya diujikan pada bakteri
yang berbeda dalam menghambat Gram positif akan menunjukkan
pertumbuhan bakteri E. coli. Semakin efektivitas yang lebih tinggi dalam
tinggi konsentrasi maka semakin besar penghambatan pertumbuhan bakteri
diameter zona hambat yang dihasilkan dibandingkan pada bakteri Gram negatif
(Gambar 4). Klasifikasi respon (Cimanga et al. 2002). Hal ini
hambatan bakteri E. coli berdasarkan dikarenakan struktur dinding sel bakteri
rerata diameter zona hambat yang Gram positif memiliki kepadatan
dihasilkan menunjukkan bahwa lapisan lipopolisakarida pada
konsentrasi 50 mg/ml (7,67 mm), 100 permukaan luar dinding sel yang lebih
mg/ml (9,67 mm) memiliki respon rendah dibandingkan dengan bakteri
hambatan yang sedang, sedangkan pada Gram negatif (Burn, 1988). Oleh karena
konsentrasi 150 mg/ml (15 mm) itu, antibakteri yang diberikan pada
memiliki respon hambatan yang kuat, bakteri Gram positif akan lebih mudah
bahkan pada konsentrasi 200 mg/ml melalui lapisan peptidoglikan dinding
menunjukkan respon hambatan yang sel bakteri dan menembus ke dalam
sangat kuat (Davis dan Stout, 1971). sitoplasma yang akhirnya akan
E. coli merupakan golongan bakteri menyebabkan hilangnya tekanan turgor
Gram negatif yang secara alamiah lebih sel (Clements et al. 2002).
resisten terhadap bahan antibakteri.
Resistensi alami ini merupakan suatu
mekanisme pertahanan yang dimiliki
oleh bakteri terhadap antibiotik (Adila
69
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
a b c
Gambar 4. Hasil uji ekstrak etanol kulit batang M. odorata Griff terhadap bakteri E. coli ATCC
25922: a. kontrol negatif (etanol 96%); b. kontrol positif (tetracycline 30 µg); c.
konsentrasi ekstrak (50 mg/ml, 100 mg/ml, 150 mg/ml, dan 200 mg/ml) (Test results of
ethanol extract of M. odorata Griff bark against on bacteria of E. coli ATCC 25922: a.
negative control (96% ethanol); b. positive control (tetracycline 30 µg); c. extract’s
concentration (50 mg / ml, 100 mg / ml, 150 mg / ml, and 200 mg / ml))
70
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
71
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
72
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
73
JURNAL TENGKAWANG (2018)
Vol. 8 (2) : 59 - 74
74