You are on page 1of 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322307087

Fenomena Abnormal Return pada Market on Close: Suatu Kajian Market


Microstructure

Article · February 2013

CITATIONS READS

0 782

2 authors, including:

Perdana Wahyu Santosa


Universitas YARSI
59 PUBLICATIONS   105 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Related Party Transaction and Investment Opportunity Set of Business Groups View project

Related party transaction and Corporate governance View project

All content following this page was uploaded by Perdana Wahyu Santosa on 08 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

FENOMENA ABNORMAL RETURN PADA MARKET ON CLOSE:


SUATU KAJIAN MARKET MICROSTRUCTURE

Darmawan*
Perdana Wahyu Santosa*
Fakultas Ekonomi Univ. YARSI, YARSI Tower Lt. 4, Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510

Abstract

Abnormal Return Phenomenon at Market on Close and Intraday Trading: A Review of Market
Microstructure. This article is a review of abnormal return phenomenon of capital at market on close that
has formed standard pattern at all global equity market, including Indonesia Stock Exchange (IDX). Purpose
of this article is to find why this phenomenon can be happened consistently and how it is correlated with
intraday trading activity. The main focus of this article is try to explain how intraday trading activity
increase so fast that created abnormal return at market on close. On the last 5-15 minutes of market trading,
always happened disproportional fraction of intraday various return. Besides the increasing of intraday
activity, there is indicated order imbalance that pressure price to up direction because buyer-initiated is
stronger than seller-initiated. Intraday trading was dominated by block trading by institutional investors.
Furthermore, some recent research finds gaming and price manipulation by big traders especially.

Key words: Abnormal, Return, Market On Close, Disproportional, Manipulation, Imbalanceabstrak

Abstrak
Artikel ini merupakan kajian fenomena abnormal return pada market on close yang sudah membentuk pola
baku (standard pattern) pada setiap pasar modal global termasuk Bursa Efek Indonesia. Fokus masalah
artikel ini adalah menjelaskan adanya peningkatnya aktivitas perdagangan secara signifikan yang
menyebabkan imbal hasil abnormal pada setiap penutupan pasar. Pada 5-15 menit terakhir perdagangan
bursa, selalu terjadi fraksi yang disproporsional dari variasi imbal hasil saham harian yang ada. Disamping
peningkatan aktivitas perdagangan, terdapat juga indikasi munculnya order imbalance yang berpotensi
menyebabkan kenaikan harga yang semakin kuat. Pergerakan harga dipicu oleh imbalance order dimana
buyer-initiated lebih kuat dari seller-initiated. Volume transaksi dan tekanan order imbalance meningkat
tajam dalam hitungan menit saja jelang penutupan pasar, ternyata didominasi oleh block trading dari investor
institusional untuk menjaga nilai aktiva bersih portofolio. Ditemukan juga unsur permainan (gaming) dan
manipulasi harga (price manipulation), baik action-based maupun trade-based manipulation yang dilakukan
pihak tertentu.

Kata Kunci: Abnormal, Return, Market On Close, Disproporsional, Manipulation, Imbalance

Pendahuluan kerangka transaksi perdagangan pelaku pasar


(Bonser-Neal, et al., 1999). Namun pada

K arakteristik pasar modal di Indonesia


seperti Bursa Efek Indonesia (BEI)
sebagai transaksi utama sekuritas
saham (equity market) masih dikenal sebagai
emerging market. BEI masih terus mencari
tingkat mikrostruktur, ada berbagai fenomena
menarik yang layak dikaji karena terdapat
beberapa fenomena yang merupakan masalah
di BEI, salah satunya adalah terjadinya
abnormal return pada penutupan pasar
bentuk yang efisien dan sesuai dengan (market on close).

*
Alamat kini: Univ. YARSI, YARSI Tower Lt. 4, Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Penulis untuk Korespondensi: Telp. 4269289 E-mail: perdana.wahyu@yarsi@ac.id

38 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

Adanya peningkatan aktivitas perdagangan on close-MOC). Pada 15-30 menit terakhir


pada market on close ini ternyata tidak hanya dari hari bursa BEI, diduga selalu terjadi
terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di fraksi yang disproporsional dari variasi imbal
berbagai bursa global termasuk NYSE hasil saham harian yang ada. Hal ini ternyata
(Cushing & Madhavan, 2000). Sekalipun konsisten dengan kepentingan trading
terdapat perbedaan mikrostruktur mendasar institusional yang sangat bergantung kepada
antara BEI dengan NYSE, yaitu di BEI sistem imbal hasil pada penutupan pasar (Cushing &
transaksi saham melalui mekanisme order Madhavan, 2000). Fakta-fakta menarik juga
driven dan contimous auction, sedangkan di ditemukan di BEI, Irwan (2001) berhasil
NYSE lebih kepada dealer driven melalui memplot pergerakan return saham Telkom
specialist dan opening call. Selanjutnya, berdasarkan hari transaksi secara intraharian.
Cushing & Madhavan (2000) menemukan hal Dimana pada temuan tersebut (Gambar 1)
penting bagi artikel ini bahwa imbal hasil terlihat jelas return saham PT Telekomunikasi
saham pada fraksi penutupan pasar (market on Indoensia, Tbk (TLKM) menjelang market on
close) dinilai abnormal karena menghasilkan close meningkat signifikan dibandingkan
imbal hasil yang jauh lebih tinggi dengan fraksi per 15 menit lainnya.
dibandingkan imbal hasil pada fraksi Disamping return, Irwan (2001) juga
perdagangan saham intraharian (intraday). menemukan beberapa pola penting dari
volatilitas, volume transaksi, dan bid-ask
Fenomena abnormal return jelang pentupan spread yang terekam menjadi pola harian.
pasar di BEI ini dapat diindikasikan sebagai
masalah kajian artikel ini karena terjadi Disamping munculnya peningkatan aktivitas
deviasi dari yang seharusnya dengan perdagangan, terdapat juga indikasi
ditemukannya abnormal return dibanding munculnya order imbalance yang berpotensi
imbal hasil intraharian. Hal ini seharusnya menyebabkan pergerakan harga kearah
tidak perlu terjadi karena transaksi saham tertentu semakin kuat. Chordia &
dalam kerangka intraharian secara umum Subrahmanyam (2002), menjelaskan bahwa
sudah tercermin dalam harga sepanjang hari pergerakan harga saham dapat dipengaruhi
perdagangan. Dengan adanya temuan empiris oleh efek mikrostruktur pasar, seperti order
yang menunjukan imbal hasil abnormal pada imbalance yang diteliti melalui kerangka
setiap penutupan pasar di BEI ini maka perlu aktivitas perdagangan khususnya hubungan
dikaji secara mendalam. volume dengan arah pergerakan harga saham.
Disamping itu, beberapa kajian lain
Fokus masalah kajian artikel ini untuk sebelumnya juga telah menjelaskan hubungan
membuktikan dan menjelaskan adanya volume dengan imbal hasil saham seperti
peningkatnya aktivitas perdagangan secara Hiemstra & Jones (1994); Galant, Rossi and
signifikan yang menyebabkan imbal hasi Tauchen (1992) dan Lo & Wang (2000).
abnormal pada setiap penutupan pasar (market

39 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

Gambar 1. Pola Pergerakan Intraday Return Saham TLKM

0.003 0.002

0.001
0.002

0.000
0.001
-0.001
0.000
-0.002

-0.001
-0.003

-0.002 -0.004
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

SEMUA HARI SENIN


RETURN RATA-RATA SAHAM TLKM

0.004 0.003

0.002
0.002
0.001

0.000 0.000

-0.001
-0.002
-0.002

-0.004 -0.003
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

SELASA RABU

0.003 0.006

0.002 0.004

0.001 0.002

0.000 0.000

-0.001 -0.002

-0.002 -0.004
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

KAMIS JUMAT

Pada jelang penutupan pasar, aktivitas institusional, sehingga harga naik satu atau
perdagangan meningkat signifikan khususnya dua tick (Felixson & Pelli, 1999). Secara
volume transaksi dalam waktu yang sangat khusus, Chordia & Subrahmanyam (2002)
singkat (Cushing & Madhavan, 2000). menerangkan bahwa sekurang-kurangnya ada
Temuan ini ternyata konsisten dengan dua alasan mengapa order imbalances dapat
kesimpulan Chordia & Subrahmanyam memberikan kekuatan tambahan (additional
(2002). power) terhadap aktivitas perdagangan seperti
volume transaksi yang berasosiasi dengan
Pergerakan harga dipicu oleh terjadinya imbal hasil saham. Pertama, tingginya
imbalance order dimana buyer-initiated lebih imbalance order karena adanya penyesuaian
besar dari seller-initiated. Disamping itu, inventori pada sisi ask yang tidak seimbang
volume transaksi dan tekanan order dengan bid volume dan kedua, order
imbalance yang meningkat tajam dalam imbalance merupakan sinyal mikrostuktur
hitungan 5-10 menit jelang penutupan pasar, sebagai daya tarik trader atau investor
ternyata didominasi oleh block trading dari terhadap saham tertentu. Apabila daya tarik

40 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

tersebut mengalami otokorelasi, maka order khususnya institusi sekuritas dan lainnya,
imbalance akan mempunyai hubungan seperti pengelola dana pensiun, senantiasa
signifikan dengan imbal hasil yang akan mencoba dan melakukan trading menjelang
datang (Chordia & Subrahmanyam, 2002). pasar tutup (day’s close). Akibatnya volume
trading meningkat begitu besar pada
Analisis harga penutupan menjadi sangat penutupan pasar yang menyebabkan aktivitas
penting untuk diteliti dalam artikel karena trading dan volatilitas meningkat dengan
menurut Felixson & Pelli (1999) harga cepat sehingga harga saham bergerak dengan
penutupan merupakan dasar perhitungan signifikan dalam waktu relatif singkat.
imbal hasil saham yang digunakan oleh para Menurut Felixson & Pelli (1999), pola
analis, praktisi dan akademisi selama ini. pembentukan harga penutupan tersebut
Mereka hanya mengambil data harga berlangsung sekitar 5-15 menit terakhir saja.
penutupan untuk dianalisis, misalnya dari Hal ini memberikan pemahaman baru
otoritas bursa bahkan koran bisnis saja. Harga mengenai kemampuan pasar menciptakan
penutupan juga digunakan untuk menghitung likuiditas dalam periode penutupan yang
nilai aktiva bersih (NAB) dari reksadana sangat singkat dan kritis (Gerety & Mulherin,
(mutual funds). Para traders di bursa pada 1992).
umumnya mempunyai kepentingan besar
terhadap harga penutupan saham (closing Berhubung pergerakan harga-harga sekuritas
stock prices) sebagai acuan nilai dasar yang begitu cepat, indeks pasar juga akan
(benchmark) perhitungan berbagai analisis mengalami perubahan yang begitu cepat pada
investasinya. saat market on close. Bahkan di BEI, para
traders sering melakukan semacam mark-up
Dengan demikian, harga penutupan (closing harga saham dengan melakukan transaksi
price) menjadi suatu angka yang begitu hanya 1 atau 2 lot saja pada harga satu tick di
berpengaruh bagi analisis dinamika pasar atasnya. Tindakan ini merupakan upaya
modal, bahkan para akademisi dan peneliti bersama pelaku pasar yang berupaya
finansial banyak yang mengandalkan closing meningkatkan harga untuk kepentingannya
price dalam berbagai karyanya. Apabila data dan menyebabkan harga penutupan dan IHSG
harga penutupan diduga mispricing atau menjadi semakin bias dari intrinsic value-nya.
mengalami deviasi dari nilai sebenarnya, Sejauh ini belum ada aturan mikrostruktur
maka hasil kajian yang banyak menggunakan pasar dari otoritas bursa dalam hal ini
data harga penutupan juga akan misleading Bapepam-LK, yang melarang markup jenis ini
(Felixson & Pelli, 1999). Hal ini disebabkan sehingga secara sistematik sudah menjadi pola
data harga penutupan yang tidak efisien lagi umum pada setiap penutupan pasar di BEI.
sehingga penggunaan terhadap data ini akan
menimbulkan interpretasi yang berbeda Identifikasi masalah dari kajian ini terkait
dengan situasi yang sebenarnya. Disamping dengan masalah imbal hasil abnormal atau
itu, pada tataran praktis, kontrak-kontrak “anomalies in return” pada penutupan pasar
investasi pada berbagai perusahaan sekuritas (market on close) yang merupakan fenomena
di Indonesia semuanya mengacu pada closing konsisten di BEI. Adanya mispricing pada
price, karena dinilai wajar dan dapat diterima harga penutupan merupakan masalah utama
pelaku pasar pada umumnya selama ini. Oleh kajian karena harga tersebut tidak
karena itu closing price seyogyanya mencerminkan kandungan informasi selama
merefleksikan informasi yang relevan di pasar trading day. Sehingga para pengguna data
selama trading hours (Cushing & Madhavan, harga penutupan seperti pengelola reksa dana,
2000). investor, traders sampai kepada para peneliti
Selanjutnya, Cushing & Madhavan (2000) pasar modal berpotensi menghasilkan
menemukan bahwa banyak traders, penyimpangan dalam analisisnya.

41 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

Sedangkan tujuan artikel ini adalah Pembahasan


menjelaskan adanya abnormal return yang
sistematis pada periode menjelang penutupan Kasus Market on Close
pasar yang mengakibatkan fraksi Sebagai salah satu kasus yang
disproporsional dalam intradaily return. ditangkap (capture) langsung dari grafis
Selanjtnya dikembangkan untuk pergerakan indeks pasar IHSG, menunjukkan
mengobservasi dan menganalisis variabel- secara nyata terjadinya pergerakan indeks
variabel aktivitas perdagangan secara intraday yang signifikan hanya dalam periode yang
pada umumnya dan market on close pada sangat singkat. Gambar 2 di bawah
khususnya yang mempengaruhi terjadinya menunjukkan pada sesi ke 2 menjelang akhir
perubahan imbal hasil (return) saham hari pasar, intraday trend mengalami
abnormal. Selain itu, artikel ini juga akan penurunan. Namun menjelang market on
mengidentifikasi adanya unsur rekayasa close, IHSG naik secara dramatis yang
(gaming) dan menipulasi harga penutupan disebabkan oleh meningkatnya aktivitas
(closing price) yang sengaja dilakukan para perdagangan, khususnya volume transaksi
fund manager yang berkepentingan. hanya dalam waktu 5 menit saja.

Gambar 2. Pergerakan IHSG dan Abnormal Return Penutupan Pasar di BEI

Kenaikan tajam ini diduga tidak dikondisikan pembukaan pasar esok hari (opening market).
oleh kedatangan informasi yang relevan, jadi Bila harga saham penutupan mengalami
murni merupakan perilaku manipulasi pelaku kenaikan abnormal, maka pada morning
pasar saja yang berkepentingan dengan level session esok harinya akan dihadapkan pada 3
indeks atau harga tertentu pada saham tertentu kemungkinan, yaitu 1). harga terus naik
pula. (continue) sampai tingkat tertentu, 2) harga
mengalami pembalikan arah (price reversal)
Para traders yang ikut bertransaksi pada dan 3). harga tidak mengalami perubahan
saham-saham yang mengalami abnormal (sideways). Munculnya indikasi ketiga
return pada penutupan pasar akan mengalami kemungkinan tersebut terjadi pada pembukaan
krisis akibat rentannya harga pada saat

42 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

pasar (opening market) yang berlangsung traders yang melakukan transaksi ikutan
sekitar 15 menit sejak pasar dibuka. melalui non-block trading. Sedangkan
Informed traders, pada umumnya
Namun menilik proses terbentuknya closing institusional, melakukan aktivitas trading on
price pada hari sebelumnya yang abnormal, close secara strategik melalui block trading
maka harga penutupan tersebut sudah untuk mempersingkat waktu transaksi
mengalami mispricing terutama yaitu sehingga menghasilkan abnormal return.
overpricing. Hal ini terjadi karena adanya Aktivitas perdagangan institusi sekuritas yang
semacam aktivitas beli yang agresif informed ini dilakukan untuk menjaga
(aggresive buying) pada periode market on kepentingan portfolio reksadana saham pada
close. Potensi terjadinya overpricing pada tingkat harga tertentu di hari perdagangan
harga penutupan tersebut akan bertambah tersebut (Felixson & Pelli, 1999).
akibat over-reaction dari para uninformed
Gambar 3. Mekanisme Pergerakan Harga abnormal pada Market on Close
dan Kemungkinan Lanjutannya

Indeks Pasar

Opening Market
Market on Kontinuitas
Close

Abnormal Konstan
Return

Trend intraday Reversal

Last 30 Non Trading


minutes Period

Waktu

Menurut Cushing & Madhavan (2000), sebelumnya pada periode perdagangan yang
terjadinya fenomena abnormal return pada berlangsung singkat (Gourieroux et al., 1999).
penutupan pasar ini disebabkan adanya aliran Dengan demikian, maka saham yang
pesan transaksi yang tak berimbang terbentuk pada setiap penutupan pasar
(imbalance order flow) yang akan cenderung mengalami mispricing. Temuan ini
meningkatkan likuiditas pasar dalam periode diperkuat oleh terjadinya pembalikan harga
yang sangat singkat. Meningkatnya likuiditas (price reversal) pada pembukaan pasar
perdagangan saham pada market on close, (opening market) yang sistematik yang
disebabkan meningkatnya tekanan harga menyebabkan imbal hasil saham juga
(price presure) yang disertai kenaikan mengalami reversal melalui pola konsisten
permintaan (demand) yang telah disiapkan

43 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

mengikuti harga penutupan (Felixson & Pelli, Merujuk kepada beberapa kajian terdahulu di
1999). atas, maka tampak jelas bahwa penutupan
pasar (market on close) merupakan fenomena
Beberapa kajian ilmiah yang mengkaji dan yang patut diteliti karena merupakan sumber
menganalisis fenomena closing price sudah anomali di pasar modal yang perlu dipahami
banyak dilakukan, seperti oleh Harris (1986) lebih dalam lagi. Dari berbagai kajian dan
yang melakukan studi pola imbal hasil saham studi tingkat lanjut sebelumnya yang
mingguan (weekly) dan intradaily melalui menjelaskan bagaimana harga terbentuk pada
data transaksi. Secara spesifik, Harris (1989) penutupan pasar, tampaknya masih
melakukan analisis yang lebih mengarah menyisakan beberapa pertanyaan yang belum
kepada market on close, dimana sering terjadi terjawab sampai sekarang. Pertanyaan paling
anomali harga. Kajian tersebut didukung oleh mendasar adalah apakah keyakinan umum
Jain & Joh (1988) yang menjelaskan kaitan mengenai periode penutupan pasar yang
harga perjam (hourly prices) dengan volume disproporsional merupakan faktor signifikan
perdagangan (trading volume). Secara umum, bagai sebagai suatu return sense? Kedua,
kerangka pemikiran dari Harris (1986, 1989) apabila YA, adakah bukti-bukti bahwa imbal
dan Jain & Joh (1988) mampu hasil penutupan pasar merefleksikan faktor-
mendokumentasikan dan menjelaskan faktor sistematik dari cross-section saham
berbagai anomali (various anomalies) dalam yang diperdagangkan? (Cushing &
konteks mikrostruktur pasar. Fokus kajian Madhavan, 2000). Kedua pertanyaan yang
mereka diarahkan kepada faktor intraday mendasar tersebut merupakan masalah kajian
returns, trading volume dan volatilitas bagi usulan artikelnya ini khususnya di Bursa
aktivitas perdagangan sekuritas yang terkait Efek Indonesia.
dengan pergerakan harga perjam. Kajian
tersebut mendukung kajian pustaka dan Pada kondisi yang lebih spesifik, adanya
kerangka pemikiran bagi usulan kajian ini. permintaan dan likuiditas pasar yang lebih
besar di bandingkan periode intraharian
Sedangkan Hillion & Suominen (1998) lainnya diharapkan dapat memberikan
mempelajari closing price pada CAC 40 penjelasan yang lebih terarah dalam
Stocks di Paris Bourse. Mereka menemukan menyingkap anomali imbal hasil pada
beberapa bukti terjadinya reversal pada penutupan pasar. Munculnya imbalance order
periode overnight, meningkatnya volatilitas karena adanya permintaan buy order yang
serta likuiditas pada penutupan pasar. Temuan mendadak besar pada periode yang singkat
Hillion & Suominen (1998) memberikan dapat mengakibatkan pembentukan closing
kontribusi pada kajian ini bagaimana pasar price yang tidak efisien (Chordia et al., 2002).
menjadi lebih reaktif melalui aktivitas Namun di sisi lain, closing price lebih
perdagangannya pada jelang tutup pasar. responsif terhadap perubahan order flow
Thomas (1998) menemukan bahwa bahwa dibandingkan pada intraday price. Sehingga
order pada penutupan pasar meningkat pembentukan harga pada market on the close
dengan signifikan dan pembatalan order lebih mencerminkan pembentukan harga
(cancelation) berkurang secara signifikan. dalam konteks mikrostruktur, dimana harga
Temuan Madhavan (1992) menjelaskan terbentuk melalui mekanisme trading
melalui model teoritisnya bahwa pasar modal berdasarkan order flow yang menciptakan
yang menerapkan prosedur auction market likuiditas perdagangan saham dalam kerangka
dinilai lebih efisien dalam pembentukan harga bid-ask spread (Cushing & Madhavan, 2000).
dan lebih sedikit unsur permainan sistemik Melalui kajian market microstructure, kajian
(gaming) pada penutupan pasar dibanding ini dilandasi analisis mengenai paradigma
dealer markets. umum yang terjadi untuk dimanfaatkan dalam

44 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

menjelaskan perilaku pasar (market indikasi kuat adanya peran investor besar dan
behavior). Berdasarkan beberapa kajian corporate insider yang memiliki kekuatan
terdahulu yang relevan dengan topik ini, pola pasar sehingga mampu memanipulasi harga
trading yang umum terjadi secara intraday saham. Manipulasi menyebabkan timbulnya
membentuk huruf M (Gourieroux et al., tendensi meningkatnya volatilitas pasar serta
1999). Namun pada periode kritis market on menciptakan dampak pada harga saham
close sering terjadi perubahan (reversal) harga lainnya. Felixson & Pelli (1999) berpendapat
yang menyebabkan abnormal return yang bahwa manipulasi harga sering terjadi pada
disebabkan liquidity pressure akibat jelang penutupan pasar, karena harga
munculnya imbalance order (Cushing & penutupan merupakan salah satu benchmark
Madhavan, 2000). Merujuk kajian terbaru, yang paling sering digunakan untuk
yang menawarkan beberapa model mengevaluasi kinerja trader. Penggunaan
pembentukan harga secara detil dimana harga penutupan dinilai mudah dan juga
informasi menjadi sesuatu yang implisit karena mereprentasikan nilai saham sepanjang
dalam data pasar. Melalui learning process hari perdagangan (Harris, 1989).
informasi ditranslasikan menjadi harga aset
yang dipengaruhi oleh tingkat efisiensi pasar Kajian Market on Close
dan mekanisme trading (O’Hara, 2005).
Cushing & Madhavan (2000) menjelaskan
Beberapa studi ilmiah sebelumnya mengenai bahwa hasil analisis imbal hasil saham (stock
imbal hasil intradaily menyatakan bahwa returns) Russel-1000 NYSE pada penutupan
harga saham secara sistematik meningkat pasar (at the close) telah mengalami
terutama pada penutupan pasar (Wood et al, imbalance order yang menyebabkan
1985; Norden, 1993; Cheung 1995). abnormal return saham secara terstruktur.
Imbal hasil pada market on close tersebut juga
Kemungkinan adanya manipulasi yang menciptakan disproporsional imbal hasil
mengakibatkan harga penutupan menjadi dibandingkan dengan imbal hasil harian
artifisial merupakan isu penting bagi berbagai secara intraday dengan fraksi periode per 30
pihak yang terlibat di bursa, seperti investors, menit. Temuan penting ini memperkuat
pialang, securities exchange, traders dan beberapa kajian sebelumnya yang dilakukan
lainnya. Manipulasi harga di pasar modal oleh Hillion & Suominen (1998) terhadap
dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu (1) closing price saham CAC-40 di Paris Bourse.
action-based manipulation dan (2) trade-based
manipulation (Allen & Gale 1992; Kose & Hasil penting lainnya dari Cushing &
Narayanan, 1997). Adapun action-based Madhavan (2000) adalah ditemukannya fraksi
manipulation adalah suatu aksi yang bertujuan imbal hasil sampai dengan 18% dari seluruh
memanipulasi pasar tanpa melakukan trading, imbal hasil harian (daily) meskipun periode
namun dengan menyiarkan informasi yang penutupan pasar yang dipakai hanya 1,3%
sesat (false information) ke pasar sehingga dari total trade time. Hasil imbal hasil yang
akan menimbulkan gejolak harga begitu besar yang dilakukan hanya dalam
(overshooting) ke arah tertentu. Sedangkan waktu yang sangat singkat tersebut
trade-based manipulation merupakan mengidikasikan suatu fenomena yang
manipulasi harga saham yang dilakukan menarik. Temuan ini ternyata konsisten
melalui trading, seperti melakukan pembelian dengan hipotesis bahwa institusional traders
atau penjualan saham dalam jumlah besar berkepentingan pada harga saham tertentu.
pada trade time yang sangat pendek (Felixson Terlebih lagi sebagian peneliti seperti
& Pelli, 1999). menduga kuat adanya unsur permainan
Adanya manipulasi pada harga penutupan (gaming) bahkan manipulasi harga (price
menurut Allen et al (2006), merupakan manipulation), baik action-based maupun

45 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

trade-based manipulation yang kerap mengukur kinerja traders pada hari tertentu
dilakukan sekelompok traders tertentu dapat dihitung melalui metode yang
(Felixson & Pelli, 1999). ditawarkan oleh Perold & Sirri, (1995) yaitu:
T

Kinerja traders dibandingkan dengan harga Kinerjas   qt ( pt  pc ) (1)


t 1
penutupan sebagai benchmark memungkinkan T
traders mencoba untuk mempengaruhi harga Kinerjab   qt ( pc  pt ) (2)
penutupan khususnya jika mereka sudah t 1
memperoleh net position dalam jumlah besar Kinerja Total=Kinerja b  Kinerja s (3)
untuk saham tertentu sepanjang trading day.
Disisi lain, apabila kita mampu
mengobservasi unsur behavior of finance dimana Kinerjas adalah traders mendapatkan
dalam konteks market on close ini maka akan gain atau loss saat menjual dan Kinerjab
meningkatkan pemahaman bagaimana harga adalah traders memperoleh gain atau loss saat
penutupan dibentuk. Perilaku trading dapat membeli, qt adalah jumlah saham yang
membantu penjelasan mengapa harga terbeli atau terjual pada harga pt dan T adalah
mengalami keganjilan menjelang pasar tutup
jumlah transaksi (trade). Dengan metode
(Felixson & Pelli, 1999). Kontribusi terhadap
pengukuran kinerja traders tersebut, maka
kajian ini adalah harga penutupan penting
traders akan mendapatkan “hukuman” apabila
bagi traders dan pemahaman perilaku
melakukan aktivitas beli (jual) pada saat harga
keuangan di pasar dapat membantu penjelasan
saham relatif tinggi (rendah).
yang lebih baik mengenai keganjilan harga
penutupan.
Traders mempunyai kemungkinan mem-
peroleh kinerja buruk, maka akan bereaksi
Collins & Fabozi (1991) menyatakan bahwa
dan mencoba sedapat mungkin untuk
evaluasi kinerja traders yang dibandingkan
mempengaruhi harga penutupan agar
dengan harga penutupan sebagai benchmark
kinerjanya membaik. Cara termudah untuk
dapat dilakukan memalui 4 (empat)
menutupi kinerja buruknya adalah dengan
pendekatan yaitu: pra-trade, post-trade,
memanipulasi harga penutupan yang akan
intraday, dan factor adjusted. Namum pada
menjadi benchmark dalam mengukur
kajian ini, pemahaman post-tade dalam hal ini
kinerjanya melalui aksi beli atau jual saham
closing price digunakan sebagai benchmark.
pada market on close. Namun aksi manipulasi
Namun pemilihan harga penutupan sebagai
harga penutupan dapat dilakukan hanya jika
benchmark masih perlu didiskusikan lagi,
manfaat yang diperoleh di atas biaya yang
karena walaupun dalam studi mengenai
dikeluarkan dari aksi manipulasi harga
impact cost, Beebower & Priest (1980)
tersebut.
menggunakan closing price namun Berkowitz
et al., (1988) berargumen bahwa pemakaian
Analisis imbal hasil market on close
closing price sebagai dasar analisis
selanjutnya dapat dikaitkan dengan dugaan
merupakan suatau pengukuran yang lemah
adanya manipulasi harga yang dapat
(Felixson & Pelli, 1999). Alasan yang
menyebabkan abnormal return baik positif
mendukung Berkowitz et al. (1988) adalah
maupun negatif. Kerangka analisis yang
beberapa studi membuktikan bahwa harga
dipergunakan berdasarkan literatur Felixson &
penutupan yang diperoleh dari distribusi harga
Pelli (1999), yaitu: jika traders yang
ternyata berbeda dari distribusi imbal hasil
melakukan trading baik jual maupun beli lalu
sepanjang hari bursa (Wood, et al., 1985;
kinerjanya diukur melalui persamaan
Cheung, 1995).
Penggunaan harga penutupan sebagai Kinerja Total=Kinerja b  Kinerja s , akan
benchmark tetap menjadi pilihan, dan dalam memutuskan untuk mencoba meningkatkan

46 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

kinerjanya melalui manipulasi harga beberapa saat menjelang tutup pasar, maka
penutupan, maka harga penutupan akan persamaan umumnya adalah:
bergerak dari B (Gambar 4).
i,t  Normal Return i,t  ei ,t
Return10 10 10

Jika traders memanipulasi posisi net buying


(net selling) saham tertentu selama hari (4)
trading, maka traders akan membuat a. persamaan di atas menunjukan imbal hasil
beberapa transaksi tambahan (more trades) untuk saham i pada sesi jelang akhir
pada market on close untuk menaikkan perdagangan atau before the close (sesi ke
(menurunkan) harga penutupan ke harga A 10) di hari t dinilai sama dengan normal
(harga C). return untuk periode tersebut ditambah
termin random noise. Dalam gambar 2-1
Sesudah manipulasi harga dilakukan, traders di atas, situasi ini merupakan pergerakan
tidak berkepentingan lagi terhadap harga harga dari harga sebelum penutupan
penutupan artifisial tersebut, dan selanjutnya mengarah kepada poin B sebagai true
harga akan kembali ke “true price”. Apabila price.
tidak terjadi manipulasi harga penutupan

Gambar 4. Perilaku Harga sekitar Market on Close

Harga Harga
sebelum B sesudah
close close

Market on Close

Sumber: Felixson & Pelli (1999); dimodifikasi

Namun jika harga dimanipulasi maka persamaan menjadi:


i,t  Normal Return i,t  efek manipulasi+ei ,t
Return10 10 10

(5)
akibatnya harga akan bergerak ke poin A jika ke poin C jika harga mengalami downward
dilakukan upward manipulation dan bergeser manipulation, sehingga persamaan menjadi:

i,t  Normal Return i,t  manipulasi upward i,t +manipulasi down ward i,t +ei ,t
Return10 10 10 10 10
(7)

47 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

Sedangkan imbal hasil sesudah pasar Secara grafis harga penutupan poin B akan
tutup (after the close) dalam kondisi tanpa terus bergerak kearah true price tanpa adanya
manipulasi harga adalah: reversal karena sebelumnya tidak ada
Return1i,t+1  Normal Return1i,t+1  ei1,t 1 (6) manipulasi. Jika harga mengalami manipulasi,
maka persamaannya menjadi:

Return1i,t+1  Normal Return1i,t+1  efek reversal1i,t+1  ei1,t 1 (7)


Akibat manipulasi market on close maka manipulation. Maka pada sesi 1 di hari
harga penutupan akan berada pada poin A berikutnya (opening market) sesi pagi,
atau B melalui upward dan downward persamaan imbal hasil menjadi:
Return1i,t+1  Normal Return i,t+1  reversal upward1i,t+1  reversal downward1i,t+1  ei1,t 1 (8)
1

Aktivitas Perdagangan Intraharian


Irwan (2001) juga berhasil menemukan bahwa
Aktivitas perdagangan mempunyai pengaruh di BEI volume transaksi pada saat menjelang
negatif terhadap imbal hasil saham, seperti penutupan pasar meningkat tajam (Gambar 5),
yang diajukan oleh Amihud & Mendelson sehingga dapat disimpulkan pada saat market
(1986) bahwa likuiditas dapat mempengaruhi on close terjadi aktivitas perdagangan yang
imbal hasil aset yang sudah diterima secara meningkat. Dengan meningkatnya volume
luas. Selanjutnya, Brennan et al. (1998) perdagangan saham pada penutupan pasar
memperlihatkan hubungan negatif antara maka likuiditas dan volatilaitas pergerakan
rerata imbal hasil saham dengan volume harga saham juga ikut meningkat.
transaksi yang digunakan sebagai proksi
likuiditas perdagangan. Lebih jauh lagi, Dalam pengukuran likuiditas Brennan et al.
Chordia et al. (2001) secara mengejutkan (1998) menggunakan metodologi yang
menemukan hubungan negatif yang sangat mengkaitkan ekspektasi imbal hasil saham
signifikan antara rerata imbal hasil dengan dengan volatilitas dari likuiditas saham.
variabilitas aktivitas perdagangan, setelah Namun jika data bid-ask spread tidak tersedia,
dilakukan controlling melalui variabel ukuran proksi lain untuk likuiditas dapat diukur
(size), book-to-market ratio, dan efek melalui dua cara yaitu nilai trading (dalam
momentum termasuk juga tingkat harga dan IDR) dan share turnover. Metode likuiditas
dividend yield. ini telah teruji oleh Brennan et al. (1998) dan
Datar et al. (1998). Secara umum, proksi
Analisis Chordia et al. (2001) juga turnover rate terkait dengan periode holding
memfokuskan pengaruh volatilitas dari dari investor dan konsisten dengan konsep
aktivitas perdagangan terhadap imbal hasil likuiditas dari Amihud & Mendelson (1986)
saham yang dimotivasi oleh adanya bukti- sedangkan volume trading dikaitkan dengan
bukti variabilitas likuiditas terkait dengan seberapa cepat dealer berbalik arah posisinya
harga saham. Mereka menemukan bahwa dan berhubungan dengan likuiditas dari Stoll
bukti-bukti yang kuat bahwa saham-saham (1978). Disamping itu, Brennan &
dengan variabilitas yang tinggi dalam Subrahmanyam (1995) menemukan bahwa
aktivitas perdagangannya berhubungan volume trading merupakan determinan yang
negatif dengan ekspektasi imbal hasilnya. penting dalam pengukuran likuiditas saham.
Chordia et al. (2001) juga menemukan bahwa Chordia et al. (2000) juga
adanya hubungan negatif yang signifikan mendokumentasikan hubungan cross-section
antara imbal hasil saham dengan koefisien yang kuat antara volume trading dengan
variasi baik volume trading maupun proksi variasi pengukuran bid-ask spread dan market
likuiditas (share turnover). depth.

48 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

imbal hasil saham lebih disebabkan


Dalam kajian lainnya, Lee & Swaminathan bagaimana kinerja saham pada periode
(1998) mendiskusikan hubungan antara sebelumnya. Namun Datar et al. (1998)
momentum harga dan turnover namun tidak melakukan analisis empirik untuk menguji
menganalisis hubungan imbal hasil dan hubungan antara turnover saham dengan
momen kedua (second moment) dari turnover. imbal hasil dan mampu menjelaskan bahawa
Mereka berargumentasi bahwa turnover dapat variasi imbal hasil dan aktivitas perdagangan
dijadikan proksi likuiditas namun kurang saham dapat dijelaskan melalui pergerakan
sempurna karena hubungan turnover dengan turnover rate.

4000 4000

3000 3000

2000 2000

1000 1000
VOLUME TRANSAKSI RATA-RATA SAHAM TLKM (x 1000 lembar saham)

0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

SEMUA HARI SENIN

5000 5000

4000 4000

3000 3000

2000 2000

1000 1000

0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

SELASA RABU

4000 5000

4000
3000

3000
2000
2000

1000
1000

0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

KAMIS JUMAT

Gambar 5. Volume Transaksi TLKM Intraharian

Kajian Ang et al. (2006) yang membahas hubungan antara volatilitas dengan imbal
cross-section antara volatilitas dan expected hasil saham adalah negatif. Menurut Cushing
return menyatakan bahwa saham-saham yang & Madhavan (2000) pada periode kritis
mempunyai sensitivitas tinggi terhadap jelang penutupan pasar variabel-variabel
inovasi dari agregasi volatilitas terbukti aktivitas perdagangan dan likuiditas
mempunyai imbal hasil rendah. Jadi mengalami tekanan yang sistematis.

49 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

Pada jelang tutup pasar volume merupakan harga transaksi pada sesi k=1,. . .
perdagangan, nilai transaksi, jumlah ,c untuk saham-i, pada hari t. Pada setiap sesi
transaksi, volatilitas dan likuiditas perdagangan harga merupakan hasil
menciptakan pembentukan harga saham yang optimisasi para pelaku pasar di BEI melalui
lebih rumit dibandingkan pada fraksi intraday pergerakan harga yang tergantung kepada net
lainnya. Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya order flow dari setiap saham. Posisi net order
kemampuan pasar secara cepat dan spontan k
flow dinotasikan dengan xi ,t . Maka secara
dalam memberikan tekanan likuiditas yang
disebabkan order imbalance yang besar pada formal, harga aktual transaksi untuk saham i
penutupan pasar (at the close). Disamping itu pada hari t di sesi k adalah:
ditemukan bukti adanya manipulasi harga
penutupan oleh sebagian institusi trader besar pik,t  E  pik * xik,t , ik,t  (9)
(Pelli & Felixson, 1999). Dari
beberapa literatur ilmiah tersebut di atas
dapat disusun semacam peta dasar untuk dimana pik * merupakan intrinsic value atau
memudahkan analisis penyusunan model nilai sebenarnya berdasarkan analisis
kajian secara lebih terarah dan sistematik. fundamental dan i ,t adalah informasi
k

Kerangka dasar pembentukan literature


mapping tersebut di awali dengan konsep publik. Maka perubahan harga untuk saham i
dasar imbal hasil saham pada jelang tutup pada sesi k dan hari t adalah
pasar yang merupakan abnormal return ri k,t  pik,t  pik,t 1 .
dibandingkan dengan imbal hasil dari fraksi
intraday return. Dalam microstructure theory, faktor net
order flow dan aliran informasi publik ke
Kerangka Pembahasan pasar merupakan friksi mekanisme trading
yang sangat signifikan (Madhavan, 2000 dan
Dalam kajian ini, sebelum masuk ke dalam O’Hara, 1999). Maka imbal hasil saham
kerangka analisis maka harus dipahami dalam pengembangan model ekonometrika
beberapa asumsi dasar yang akan dijadikan kajian juga merefleksikan baik net order flow
acuan dalam penyusunan model maupun informasi publik, sehingga model
ekonometrika yang diperlukan. Kerangka imbal hasil intraday menjadi:
pemikiran kajian ini berangkat dari empirical
hypothesis yang dikembangkan oleh Cushing ri k,t  i  ik xik,t   ik,t (10)
& Madhavan (2000) yang merupakan
literatur utama kajian ini. Namun ada banyak
dimana apabila koefisien parameter
perbedaan mendasar seperti mekanisme
trading, regulasi dan aspek microstructure   0 berarti sensitivitas order flow (untuk
i
k

lainnya antara kajian ini dengan literatur saham i pada sesi k) dan selanjutnya i
tersebut (Madhavan, 1992). Disamping itu, merupakan rerata (mean) imbal hasil saham i
literatur utama lainnya adalah karya Felixson
per periode dan untuk  i ,t merupakan efek
k
& Pelli (1999) yang juga menjelaskan aspek
indikasi terjadinya manipulasi harga dari aliran informasi publik ke pasar saham.
penutupan pada setiap penutupan pasar. Baik order flow maupun informasi publik
Kerangka pemikiran diawali asumsi dapat saja berkorelasi, namun tidak bervariasi
adanya sekumpulan saham aktif yang seiring perubahan waktu (time invariant).
diperdagangkan dengan jumlah N saham
yang berada dalam c sesi trading yang dapat Model microstructure kajian dasar ini dapat
k
dinotasikan sebagai berikut: pi ,t yang saja dibuat jauh lebih rumit karena adanya
sebagian traders yang memiliki private

50 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

information yang akan melakukan trading sedangkan khusus untuk hari Jum’at yang
beli atau jual dengan probabilitas tertentu dan hanya tersedia 9 periode sesi imbal hasil,
dengan strategi trading tertentu pula. Namun persamaan regresi menjadi:
untuk kajian ini dibatasi sampai dengan
informasi publik dan order flow. Selanjutnya  8 k
  ri ,t      ri ,t   i ,t
8
harga aktual saham i pada sesi k di hari t (12)
k  k 1 
dapat kita notasikan sebagai Pi ,t , yang
ri10 9
,t dan ri ,t merupakan imbal hasil
merupakan harga plus suatu microstructure Dimana
k
induced shock, yaitu si ,t yang mana dapat saham i di hari t pada sesi ke 10 untuk hari
senin-kamis dan sesi ke 9 khusus hari jum’at.
menjadi nilai positif atau negatif yang Persamaan regresi tersebut di atas
merefleksikan tekanan likuiditas temporer.
menjelaskan bahwa jika fraksi imbal hasil
market on close (variabel independen)
Kerangka analisis imbal hasil (return) saham mampu menjelaskan variasi imbal hasil
diawali dengan dugaan yang menyatakan saham harian (variabel dependen) yang
imbal hasil pada periode market on close merupakan jumlah imbal hasil seluruh fraksi,
dinilai penting dan menghasilkan fraksi yang
maka fraksi market on close mengalami
disproporsional yang besar dibandingkan imbal hasil yang disproporsional.
dengan fraksi imbal hasil periode intraday
lainnya (Cushing & Madhavan, 2000).
Sedangkan analisis untuk keseluruhan sampel
Periode trading harian di BEI dapat dibagi saham terpilih dari populasi digunakan
menjadi 10 sesi trading intraday antara pukul
pendekatan regresi seperti:
09.30 sampai dengan 16.00 dengan istirahat
siang selama 60 menit. Namun pada
1 N 10
 1 N

kenyataannya istirahat siang berlangsung
sekitar 90 menit, jadi sesi siang dimulai pukul
N

 r
i 1 k 1
k
i ,t      N
 
r
i 1
10
i ,t    i ,t (13)

13.30, sehingga jumlah sesi menjadi 10 saja
perharinya. Khusus hari Jum’at, sesi trading dan untuk hari jum’at adalah:
berkurang lagi menjadi 8 sesi saja karena
pasar sesi pagi ditutup pukul 11.30 dan
memulai sesi siang pukul 14.00. Periode sesi 1 N 8
 1 N

trading per 30 menit (Cushing & Madhavan, N

 r
i 1 k 1
k
i ,t      N
 
r
i 1
8
i ,t    i ,t (14)

2000) yang diberlakukan setiap hari pada
kajian ini.
Untuk pemahaman yang lebih baik mengenai
Notasi imbal hasil (log) adalah hasil regresi imbal hasil antara seluruh sesi
r  ln  p 
k k k 1 pada hari yang bersangkutan dengan imbal
i ,t i ,t p
i ,t dengan sesi trading
hasil pada sesi terkahir (ke 10 atau ke 8 untuk
k=1,..., 10, dan khusus hari jum’at k=1,...,8 Jumat), maka harus menganalisis nilai
untuk saham i pada hari t. Maka analisis parameter    d ,10  r  10  dimana  d ,10
regresi yang digunakan untuk mengetahui
adanya fraksi disproporsional imbal hasil merupakan korelasi antara imbal hasil harian
pada jelang tutup pasar (30 menit terakhir) dengan sesi ke-10 saja dan ke-8 untuk jum’at.
yaitu pukul 15.30-16.00 WIB terhadap imbal Sedangkan  r dan  10 atau 8 merupakan
hasil saham harian (daily return): simpangan baku (standard deviation) imbal
hasil harian dan sesi ke 10 atau 8 untuk
 10 k  jum’at.
  ri ,t      ri ,t   i ,t
10
(11) Analsis kerangka pemikiran selanjutnya
 k 1  dilakukan melalui beberapa variabel

51 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

eksplanatori yang terkait dengan aktivitas manipulation), baik action-based maupun


perdagangan saham seperti volume trading trade-based manipulation yang kerap
dalam satuan lot dan nilai perdagangan, dilakukan sekelompok traders tertentu
(Kyle,1985; Easly & O’Hara, 1992) dan Juh (Felixson & Pelli, 1999). Kinerja fund
Lin et al., (1999) menggunakan jumlah manager selalu dibandingkan dengan harga
transaksi (Numtrades). Sedangkan Chordia et penutupan sebagai benchmark
al., (2001) menyatakan bahwa aktivitas memungkinkan mereka mencoba
perdagangan merupakan salah satu fitur mempengaruhi harga penutupan khususnya
penting dari pasar uang sehingga jika mereka sudah memperoleh net position
pemhamanan mengenai hal tersebut menjadi dalam jumlah besar untuk saham tertentu
penting. Manajemen investasi dapat sepanjang trading day. Di sisi lain, apabila
meningkatkan kinerjanya melalui analsis kita mengobservasi unsur behavior of finance
terhadap faktor-faktor dari aktivitas trading dalam konteks market on close ini akan
tersebut. meningkatkan pemahaman bagaimana harga
penutupan terbentuk. Perilaku trading dapat
Simpulan membantu penjelasan mengapa harga
mengalami keganjilan menjelang pasar tutup.
Perbedaan mikrostruktur pasar antara BEI
dengan NYSE, yaitu di BEI sistem transaksi Pada jelang tutup pasar volume perdagangan,
saham melalui mekanisme order driven dan nilai transaksi, jumlah transaksi, volatilitas
contimous auction, sedangkan di NYSE dan likuiditas menciptakan pembentukan
berdasarkan dealer driven melalui specialist harga saham yang lebih rumit dibandingkan
dan opening call. Namun Cushing & pada fraksi intraday lainnya. Hal ini
Madhavan (2000) menemukan bahwa imbal disebabkan meningkatnya kemampuan pasar
hasil saham pada fraksi penutupan pasar dengan cepat dan spontan dalam memberikan
(market on close) pada kedua pasar tersebut tekanan likuiditas yang disebabkan order
abnormal. Abnormalitas tersebut disebabkan imbalance yang besar pada penutupan pasar
pada penutupan pasar menghasilkan imbal (at the close). Selain itu ditemukan bukti
hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan adanya manipulasi harga penutupan oleh
imbal hasil pada fraksi perdagangan saham sebagian institusi trader besar.
intraharian (intraday).
Aktivitas perdagangan mempunyai pengaruh
Irwan (2001) menemukan bahwa di BEI negatif terhadap imbal hasil saham, seperti
volume transaksi pada saat menjelang yang diajukan oleh Amihud & Mendelson
penutupan pasar meningkat tajam, sehingga (1986). Likuiditas berpengaruh negatif
disimpulkan pada saat market on close terjadi terhadap imbal hasil aset sudah diterima
aktivitas perdagangan yang meningkat. secara luas. Selanjutnya, Brennan et al.,
Dengan meningkatnya volume perdagangan (1998) memperlihatkan hubungan negatif
saham pada penutupan pasar maka likuiditas antara rerata imbal hasil saham dengan
dan volatilaitas pergerakan harga saham juga volume transaksi yang digunakan sebagai
ikut meningkat. pada periode kritis market on proksi likuiditas perdagangan. Lebih jauh
close sering terjadi perubahan (reversal) lagi, Chordia et al. (2001) menemukan
harga yang menyebabkan abnormal return hubungan negatif yang sangat signifikan
yang disebabkan liquidity pressure akibat antara rerata imbal hasil dengan variabilitas
munculnya imbalance order. aktivitas perdagangan, setelah dilakukan
controlling melalui variabel ukuran (size),
Terlebih sebagian peneliti seperti menduga book-to-market ratio, dan efek momentum
kuat adanya unsur permainan (gaming) dari tingkat harga dan dividend yield.
bahkan manipulasi harga (price

52 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

Persantunan Quarterly Journal of Economics


Vol. 108.
Diucapkan terima kasih atas segala kritik,
masukan dan reviunya kepada Prof Roy Cheung, Y. 1995. Intradaily Returns and the
Sembel, Dr. Sumarno Zain, dan Nury Day-End Effect; Evidence from
Effendy, PhD. Seluruh kesalahan dalam Hong Kong Equity Market.,
artikel ini merupakan kesalahan kami semata. Journal of Business Financial
Accounting, Vol. 22: 1023-1034
Daftar Pustaka
Chordia, T., R. Roll & A. Subrahmanyam.
Admati, A.R., & Pfleiderer, P. 1988. A 2002. Order Imbalance and
Theory of Intraday Patterns: Individual Stock Returns, Working
Volume and Price Variability, The Paper, The Anderson School,
Review of Financial Studies, 1, 3- University of California at Los
40 Angeles

Allen, Franklin., Douglas Gale. 1992. Stock- Chordia, T., R. Roll & A. Subrahmanyam.
Price Manipulation, Journal of 2001. Market Liquidity and
Finance, Vol. 5, Issue 3, p. 503- Trading Activity. Journal of
529 Finance. Vol. LVI, No. 2: 501-
503.
Amihud, Y., Haim Mendelson. 1986. Assets
Pricing and the Bid-Ask Spread, Chordia, T., A. Subrahmanyam, Ravi
Journal of Financial Economics Anshuman. 2001. Trading
17, 223-249 Activity and Expected Stock
Returns, Journal of Financial
Amihud, Y., Haim Mendelson. 1987. Economics 59: 3-32,
Trading Mechanism and Stocks
Returns: An Empirical Cushing, David,. and A. Madhavan. 2000.
Investigation, Journal of Finance, Stock returns and Trading at the
Vol. 42, No. 3, p. 533-553. close., Journal of Financial
Markets, 3, p. 45-67
Brennan, M., Chordia, T., Subrahmanyam,
A., (1998), Alternative Factor Datar, T., Vinay., Naik. Y. Narayan &
Specifications, Security Radcliffe., R. 1998, Liquidity and
Characteristics, and The Cross- Stock Returns: An Alternative
section of Expected Returns, Test. Journal of Financial
Journal of Financial Economics Markets 1: 203-219
49, p. 345-373.
Easley, D., and M. O’Hara. 2003.
Brennan, M., Subrahmanyam, A. 1996. Microstructure and Assets
Market Microstructure and Assets Pricing., Handbook of the
Pricing. Journal of Financial Economics of Finance Chp. 13
Economics Vol 41 (3), 441-464 Elsevier B.V. USA

Campbell, J., Grossman, S., Wang, J. 1993. Felixson & Pelli. 1999. Day End Return-
Trading Volume and Serial Stock Price Manipulation, Journal
Correlation in Stocks Returns., of Multinational Financial
Management Vol. 9: 95-127.

53 Volume 2 No. 1 Februari 2013


Akuntansi Manajemen ISSN : 2089-7219

Gerety, Mason S., J Harold Mulherin. 1992. Prices and Volatility Using
Trading Halts and Market Information Arrivals- A
Activity: An Analysis of Volume Comparative Study of Different
at the Open and the Close, Journal Choices of Informational Proxies.
of Finance Vol. 47 No. 5: 1765- p 27-64 in Pierre Lequeux (ed)
1784 Financial Markets Tick-by-Tick.
John Willey & Sons Ltd.
Grossman, S.J., Miller, M., 1988. Liquidity
and Market structure. Journal of Lockwood, Larry J., Scott C. Linn. 1990. An
Finance 43 (3): 617-637. Examination of Stock Market
Return Volatility During
Harris, Larry. 1989. A Day-end Transaction Overnight and Intraday Periods,
Price Anomaly, Journal of 1964-1989, Journal of Finance
Financial and Quantitative Vol. 45, No. 2: 591-601.
Analysis 24: 29-45
Madhavan., Anath. 2000. Market
Harris, Larry E. 1986. A Transaction Data Microstructure: A Survey,
Study of Weekly and Intra-daily Working paper, Marshall School
Patterns in Stock Returns., of Business, University of
Journal of Financial Economics Southern California, USA.
Vol. 16, p. 99-117
Michayluk, David., Gary C. Sanger. 2003.
Irwan .2001. Dampak Informasi Pada The Day-End on the Paris Bourse,
Dinamika Intrahari Return, Working Paper, University of
Volatilitas Return dan Likuiditas Rhode Island-Lousiana State
Saham di BEI. Suatu Kajian University.
Empiris Periode 28 Mei 2001-31
Oktober 2001. Bahan Presentasi O’Hara., Maureen. 2005. Market
Program Doktor Ilmu Manajemen Microstructure Theory. Blackwell
Uniuversitas Indonesia, Jakarta Publishers Ltd. Massachussetts,
USA (Reprinted)
Lin, Shin-Juh, J. Knight & S.E. Satchell.
1990. Modelling Intra-day Equity

54 Volume 2 No. 1 Februari 2013

View publication stats

You might also like