Professional Documents
Culture Documents
Kajian Tingkat Bahaya Erosi Dan Indeks Nilai Penting Di Hutan Rakyat Di Desa
Candiwulan Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga
A Study On The Erosion Danger And Important Value Index In The Forest Community Of
The Village Candiwulan Kutasari Sub District Purbalingga
1
Gunanto Eko Saputro dan 2Moh. Husein Sastranegara
1
Dinas Kehutanan Kabupaten Purbalingga
2
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Email: greyeko560@gmail.com
Abstract
This study was aimed at assessing the danger level of erosion, vegetation conditions, and the relationship
between the level of erosion and vegetation in the community forest in Candiwulan Village, District
Kutasari, Purbalingga. The results showed that the rate of erosion in forest areas studied was at 56.62 or
go to class II or mild (erosion rate between 15-60 tonnes / ha / year), plants that are found in forest areas
quite diverse. There are12 plant seedling species, 14 species of saplings plants, 11 species of pole plants
and 12 species of trees. While in zone II there were only 9 plant species. The calculation included the
relative density, relative frequency and relative dominance to known important value index (IVI) to
determine the role of each of the plants in both zones. The dominant role of plants at the seedling stage is
coffee with IVI 70.49, coffee saplings showed INP 51.77, the teak poles with IVI 76.69 and tree of Albizia
with IVI 108.79. The vegetation diversity in the area of community forest Candiwulan Village has caused
mild erosion at hazard level. The cultivating patterns and the type of crops cultivated influence the erosion
and run off because it affects the land and the soil cover and the production of organic material that serves
as a ground cover.
Key words: erosion, level, vegetation, forest, Purbalingga
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat bahaya erosi, kondisi vegetasi, dan hubungan tingkat
bahaya erosi dan vegetasi di hutan rakyat Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari, Kabupaten
Purbalingga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bahaya erosi di areal hutan rakyat yang diteliti
sebesar 56,62 atau masuk kelas II atau ringan (laju erosi di antara 15-60 ton/ha/tahun), tumbuhan yang
ditemukan di areal hutan rakyat cukup beragam.. Pada tingkat semai, ditemukan 12 jenis tumbuhan,
tingkat pancang 14 jenis tumbuhan, tingkat tiang 11 jenis tumbuhan dan tingkat pohon 12 jenis tumbuhan,
sementara di zona II hanya 9 tumbuhan. Setelah dilakukan penghitungan terhadap kerapatan relatif,
frekuensi relatif dan dominansi relatif diketahui indeks nilai penting (INP) untuk mengetahui peranan
masing-masing tumbuhan di kedua zona. Tumbuhan yang berperan dominan tingkat semai adalah kopi
dengan INP 70,49, tingkat pancang adalah kopi dengan INP 51,77, tingkat tiang adalah jati dengan INP
76,69 dan tingkat pohon adalah albasia dengan INP 108,79. Keragaman vegetasi yang tumbuh dan
ditanam di areal hutan rakyat Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga
menyebabkan tingkat bahaya erosi ringan. Pola pertanaman dan jenis tanaman yang dibudidayakan
sangat berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh terhadap penutupan
tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai penutup tanah.
Kata kunci: tingkat erosi, vegetasi, hutan, Purbalingga
terkait dan umumnya mencakup padang penting atas terjadinya erosi. Faktor-faktor
rumput, sungai-sungai kecil, ikan, dan satwa alam yang mempengaruhi erosi adalah
liar. erodibilitas tanah, karakteristik lanskap dan
Hutan rakyat dalam pengertian iklim. Akibat dari adanya pengaruh manusia
menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun dalam proses peningkatan laju erosi seperti
1999 adalah hutan yang tumbuh diatas pemanfaatan lahan yang tidak sesuai
tanah yang dibebani hak milik. Definisi ini dengan peruntukan dan atau pengelolaan
diberikan untuk membedakannya dari hutan tanah yang tidak didasari tindakan
negara, yaitu, hutan yang tumbuh di atas konservasi tanah dan air (As-Syakur, 2008)
tanah yang tidak dibebani hak milik atau Erosi tanah adalah terangkatnya lapisan
tanah negara. tanah atau sedimen karena tekanan yang
Hutan rakyat merupakan hutan yang ditimbulkan oleh gerakan angina tau air pada
dimiliki oleh masyarakat yang dinyatakan permukaan tanah atau dasar perairan
oleh kepemilikan lahan. Hutan rakyat juga (Poerbandono et al., 2006). Erosi tanah
disebut hutan milik. Hutan rakyat di didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang
Indonesia memiliki peranan yang penting atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari
karena selain fungsinya untuk perlindungan suatu tempat ke tempat lain, baik
tata air pada lahan-lahan masyarakat, juga disebabkan oleh pergerakan air, angin, dan
penting bagi pemiliknya sebagai sumber es. Di daerah tropis seperti Indonesia, erosi
penghasil kayu maupun sumber pendapatan terutama disebabkan oleh air hujan (Rahim
rumah tangga, disamping hasil-hasil lain 2003).
seperti buah-buahan, daun, kulit kayu dan Menurut Arsyad (2000), erosi terjadi
biji. (Hardjanto, 2000). akibat interaksi kerja antara faktor iklim,
Keberadaan hutan rakyat tidak topografi, tanah, vegetasi dan manusia.
semata-mata akibat interaksi alami antara Faktor iklim yang paling berpengaruh
komponen botani, mikro-organisme, mineral terhadap erosi adalah intensitas curah
tanah, air dan udara, melainkan juga peran hujan. Kecuraman dan panjang lereng
manusia dan kebudayaannya. Kreasi merupakan faktor topografi yang
budaya yang dikembangkan dalam berpengaruh terhadap debit dan kadar
interaksinya dengan hutan, berbeda-beda lumpur. Faktor tanah yang mempengaruhi
antar kelompok masyarakat (Suharjito, erosi dan sedimentasi yang terjadi adalah:
2000). luas jenis tanah yang peka terhadap erosi,
Budidaya hutan rakyat dengan hasil luas lahan kritis atau daerah erosi dan luas
utama kayu berkembang karena adanya tanah berkedalaman rendah. Menurut Asdak
pasar untuk peralatan rumah tangga, peti (2004), proses erosi terdiri atas tiga bagian
kemas, pulp dan lain-lain penggunaan. yang berurutan: pengelupasan
Pasar ikut mempengaruhi dalam (detachment), pengangkutan
menentukan pilihan jenis tanaman yang (transportation), dan pengendapan
akan dibudidayakan (sengon, mahoni, jatu, (sedimentation). Erosi permukaan (tanah)
kayu afrika, jabon dan pohon penghasil kayu disebabkan oleh air hujan dan juga dapat
lainnya). Kayu sengon lebih banyak terjadi karena tenaga angin dan salju.
digunakan untuk peti kemas, pulp, perabot Tingkat Bahaya Erosi (TBE) adalah
rumah tangga dan bahan bangunan. Kayu perkiraan jumlah tanah yang hilang
jati lebih utama digunakan untuk perabot maksimum yang akan terjadi pada suatu
rumah tangga dan bahan bangunan rumah lahan, bila pengelolaan tanaman dan
yang tergolong mewah. Hasil penting lain tindakan konservasi tanah tidak mengalami
dari hutan rakyat adalah kayu bakar yang perubahan (Herawati, 2010). Tingkat
banyak dikonsumsi oleh industri kecil seperti bahaya erosi sangat erat kaitanya dengan
industri genteng dan bata, industri makanan. pengelolaan tanaman. Salah satu faktor
Disamping itu, rumah tangga di pedesaan yang berpengaruh terhadap erosi adalah
Jawa juga masih menggunakan kayu bakar. keragaman dan pola pengelolaan tanaman.
Erosi tanah merupakan kejadian alam yang Penelitian ini bertujuan 1) Untuk
pasti terjadi dipermukaan daratan bumi. mengkaji tingkat bahaya erosi pada areal
Besarnya erosi tergantung dari faktor-faktor hutan rakyat di Desa Candiwulan,
alam di tempat terjadinya erosi tersebut, Kecamatan Kutasari, Kabupaten
akan tetapi saat ini manusia berperan sangat Purbalingga, 2) Untuk mengkaji kondisi
110 Biosfera 31 (3) September 2014
vegetasi pada areal hutan rakyat di Desa menyebabkan terkelupas dan terangkutnya
Candiwulan, Kecamatan Kutasari, partikel-partikel tanah ke tempat yang lenbih
Kabupaten Purbalingga, 3) Untuk mengkaji rendah. Rumus yang digunakan untuk
hubungan tingkat bahaya erosi dan vegetasi menghitungnya bisa menggunakan metode
di hutan rakyat Desa Candiwulan, matematis yang dikembangkan oleh Utomo
Kecamatan Kutasari, Kabupaten (1989) berdasarkan hubungan dengan
Purbalingga besarnya hujan tahunan.
R = 237,4 + 2,61 P
Materi dan metode Keterangan:
P = besarnya curah hujan tahunan (cm)
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014 sampai bulan Desember 2014
b. Faktor Erodibilitas (K)
di Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari
Faktor erodibilitas tanah (K)
Kabupaten Purbalingga. Areal yang diteliti
menunjukan resistensi partikel tanah
adalah hutan rakyat yang dikelola
terhadap pengelupasan dan transportasi
Paguyuban Petani Hutan Rakyat (PPHR)
partikel-partikel tanah tersebut oleh adanya
Cipta Wana Utama yang sudah mengikuti
energi kinetik air hujan. Erodibilitas
kegiatan SVLK dan hutan rakyat milik non
menunjukan mudah tidaknya tanah
anggota PPHR Cipta Wana Utama yang
mengalami erosi, yang ditentukan oleh
belum mengikuti kegiatan SVLK.
berbagai sifat fisik dan kimia tanah. Menurut
Wischmeier (1971) dalam Arsyad (1989),
Metode Pengambilan Sampel
persamaan umum erodibilitas adalah
1. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) sebagai berikut:
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) adalah
perkiraan jumlah tanah yang hilang 100K = 2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)
maksimum yang akan terjadi pada suatu
lahan, bila pengelolaan tanaman dan Keterangan:
tindakan konservasi tanah tidak mengalami K = erodibilitas
perubahan (Herawati, 2010). Analisis TBE M = ukuran partikel
secara kuantitaif menggunakan formula a = kandungan bahan organik
yang dirumuskan oleh Wischmeier dan b = kelas struktur tanah
Smith (1978) berupa rumus Universal Soil c = kelas permeabilitas
Loss Equation (USLE). USLE merupakan c. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng
suatu model parametric untuk memprediksi (LS)
erosi dari suatu bidang tanah. Prediksi erosi Erosi akan bertambah besar dengan
dengan metode USLE diperoleh dar bertambahnya kemiringan permukaan
hubungan antara faktor-faktor penyebab medan dan dengan bertambahnya panjang
erosi itu sendiri, yaitu: kemiringan. Untuk menghitung LS dapat
menggunakan rumus Foster and
A = R*K*LS*C*P Wischmeier (1973) dalam Asdak (2002).
Keterangan:
A = banyaknya tanah yang tererosi (ton LS = (//a22)mC(cosa)1,50[0,5(sina)1,25+(sina)2,25
ha-1 yr-1)
R = faktor curah hujan dan aliran Keterangan:
permukaan (MJ mm ha-1 hr-1 yr-1) m = 0,5 untuk lereng 5 % atau lebih
K = faktor erodibilitas tanah (ton ha hr MJ- = 0,4 untuk lereng 3,5-4,9 %
1 mm-1 ha-1) = 0,3 untuk lereng 3,5 %
LS = faktor panjang dan kemiringan lereng C = 34,71
C = faktor vegetasi penutup tanah dan a = sudut lereng
pengelolaan tanaman / = panjang lereng
P = faktor tindakan khusus konservasi
tanah
d. Faktor Penutupan Lahan (C)
a. Faktor Erosivitas (R) Faktor C merupakan faktor yang
menunjukan keseluruhan pengaruh dari
Erosivitas (R) hujan adalah tenaga faktor vegetasi, seresah, kondisi permukaan
pendorong (driving force) yang tanah dan pengelolaan lahan terhadap
Saputro, Gunanto Eko, dkk,. Tingkat Bahaya Erosi Dan Indeks Nilai Penting Di Hutan Rakyat : 108 - 123 111
besarnya tanah yang hilang (erosi). Faktor C tererosi rata-rata dari lahan yang mendapat
sulit ditentukan karena banyaknya ragam perlakuan konservasi tertentu terhadap
cara bercocok tanam untuk suatu jenis tanah tererosi rata-rata dari lahan yang
tanaman tertentu dalam lokasi tertentu. Pola diolah tanpa tindakan konservasi, dengan
pertanaman dan jenis tanaman yang catatan faktor-faktor penyebab erosi yang
dibudidayakan sangat berpengaruh lain tidak berubah (Herawati, 2010).
terhadap erosi dan aliran permukaan karena Setelah semuanya dihitung, Tingkat
berpengaruh terhadap penutupan tanah dan Bahaya Erosi (TBE) bisa diketahui kemudian
produksi bahan organik yang berfungsi diklasifikasikan untuk mengetahui kejadian
sebagai penutup tanah (Herawati, 2010). erosi pada tingkat membahayakan atau
suatu ancaman degradasi lahan atau tidak.
e. Faktor Tindakan Khusus Konservasi Departemen Kehutanan telah mengklasifi-
Tanah (P) kasikan tingkat bahaya erosi dalam lima
Faktor tindakan khusus konservasi kelas (Tabel 1)
tanah (P) adalah nisbah antara tanah
Laju erosi
Kelas TBE Keterangan
(ton/ha/tahun)
I <15 Sangat ringan
II 15 – 60 Ringan
III 60 – 180 Sedang
IV 180 – 480 Berat
V >480 Sangat berat
Sumber: Departemen Kehutanan (1998)
b. Frekuensi Jenis (F) dan Frekuensi Setelah itu, indeks nilai penting (INP)
Relatif (FR) bisa dihitung dengan menjumlahkan nilai
kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR)
Frekuensi jenis (F) yaitu peluang dan dominansi relatif (DR) untuk
ditemukan suatu jenis ke-i dalam semua pertumbuhan tingkat tiang dan pohon.
petak contoh dibanding dengan jumlah total Kemudian, untuk penghitungan INP pada
petak contoh yang dibuat (Bengen, 2000). tingkat semai dan pancang hanya
Penghitungan frekuensi jenis digunakan penjumlahan nilai kerapatan relatif (KR) dan
rumus: frekuensi relatif (FR).
Jumlah petak ditemukan suatu jenis INP semai dan pancang = KR + FR
Frekuensi jenis =
(F) Jumlah seluruh petak INP tiang dan pohon = KR + FR + DR
digunakan untuk luasan lahan yang lebih Curah hujan di lokasi penelitian 3.089
besar (Herawati, 2010). Metode ini cocok mm, diperoleh dari pengukuran stasiun
digunakan untuk menghitung TBE di lokasi curah hujan Dinas Pertanian, Perkebunan
penelitian. dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga.
Hasil penelitian terhadap faktor-faktor
penyebab terjadinya erosi untuk mengukur 2. Faktor Erodibilitas (K)
tingkat bahaya erosi dapat diketahui sebagai Faktor erodibilitas tanah (K)
berikut: menunjukan resistensi partikel tanah
terhadap pengelupasan dan transportasi
1. Faktor Erosivitas (R) partikel-partikel tanah tersebut oleh adanya
Erosivitas (R) hujan adalah tenaga energi kinetik air hujan. Erodibilitas
pendorong (driving force) yang menunjukan mudah tidaknya tanah
menyebabkan terkelupas dan terangkutnya mengalami erosi, yang ditentukan oleh
partikel-partikel tanah ke tempat yang lenbih berbagai sifat fisik dan kimia tanah.
rendah. Rumus yang digunakan untuk Nilai erodibilitas tanah dapat diketahui
menghitungnya bisa menggunakan metode dari jenis tanah yang dominan dalam lokasi
matematis yang dikembangkan oleh Utomo tertentu. Jenis tanah yang ada di lokasi
(1989) berdasarkan hubungan dengan penelitan, yaitu, Desa Candiwulan,
besarnya hujan tahunan. Kecamatan Kutasari, Kabupaten
R = 237,4 + 2,61 P Purbalingga sebagian besar merupakan
Keterangan: jenis tanah latosol coklat (Purbalingga
P = besarnya curah hujan tahunan (cm) Dalam Angka, 2013). Berdasarkan
pengukuran nilai erodibilitas tanah untuk 50
Dengan menggunakan rumus tersebut jenis tanah yang ada di Indonesia yang
maka diperoleh besara nilai faktor erosivitas dikeluarkan Pusat Penelitian dan
(R) sebagai berikut: Pengembangan Perairan, nilai K untuk
R = 237,4 + 2,61 (308,9) latosol coklat adalah 0,175.
= 1043,63
Tabel 3. Nilai erodibilitas tanah untuk 50 jenis tanah yang ada di Indonesia (Puslitbang
Pengairan,1996)
Table 3. Soil erodibility values for 50 soil types in Indonesia (Puslitbang Pengairan,1996)
Tabel 6. Nilai faktor pengelolaan konservasi tanah di Pulau Jawa (Abdurachman, 1984)
Table 6. Management factor values of land conservation in Java Island (Abdurachman, 1984)
in Asdak (2002)
12 Tanaman perkebunan
a. Disertai penutup tanah rapat 0,10
b. Disertai penutup tanah sedang 0,50
13 Padang rumput
a. Baik 0,04
b. Jelek 0,40
Faktor P adalah nisbah antara tanah tanaman dalam kontur dengan kemiringan
tererosi rata-rata dari lahan yang mendapat 0-8 %. Oleh karena itu, nilai P adalah 0,5.
perlakuan konservasi tertentu terhadap
tanah tererosi rata-rata dari lahan yang Penghitungan Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
diolah tanpa tindakan konservasi, dengan
catatan faktor-faktor penyebab erosi yang Setelah diketahui nilai faktor erosivitas
lain tidak berubah. Tindakan khusus (R), tingkat erodibilitas tanah (K), faktor
konservasi tanah yang dilakukan yaitu panjang dan kemiringan lereng (LS), faktor
Saputro, Gunanto Eko, dkk,. Tingkat Bahaya Erosi Dan Indeks Nilai Penting Di Hutan Rakyat : 108 - 123 117
vegetasi penutup tanah dan pengelolaan merupakan perkalian dari nilai faktor-faktor
tanaman (P) maka tingkat bahaya erosi yang mempengaruhi erosi di lokasi
(TBE) dilokasi penelitian bisa dihitung penelitian. Setelah nilai faktor-faktor yang
dengan menggunakan rumus USLE. mempengaruhi erosi diketahui, tingkat
Prediksi TBE menggunakan rumus USLE bahaya erosi dapat dihitung (Tabel 7).
Dari penghitungan tersebut, nilai TBE Lahan Departemen Kehutanan (1998) telah
sebesar 56,62 yang sudah diperoleh mengklasifikasikan tingkat bahaya erosi
kemudian diklasifikasikan untuk mengetahui kedalam 5 kelas berdasarkan tingkat
kejadian erosi pada tingkat membahayakan ancamannya (Tabel 8).
atau tidak. Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Tabel 8. Klasifikasi tingkat bahaya erosi (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan, Departemen
Kehutanan (1998)
Table 8. Classification of erosion danger level (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan,
Departemen Kehutanan (1998)
Laju erosi
Kelas TBE Keterangan
(ton/ha/tahun)
I <15 Sangat ringan
II 15 – 60 Ringan
III 60 – 180 Sedang
IV 180 – 480 Berat
V >480 Sangat berat
Dari klasifikasi tersebut, areal hutan berpetak (Santoso, 2002). Ukuran lebar jalur
rakyat yang diteliti masuk dalam kategori adalah 20 m. Pengamatan dilakukan pada
tingkat bahaya erosi kelas II yang memiliki petak-petak pengamatan yaitu petak ukuran
laju erosi di antara 15-60 ton/ha/tahun 2 m x 2 m untuk mengambil tingkat semai
dengan tingkat ancaman RINGAN (seedling), petak ukuran 5 m x 5 m untuk
Kondisi Vegetasi Hutan Rakyat tingkat pancang (sapling), petak ukuran 10
Kondisi vegetasi hutan rakyat yang m x 10 m untuk tingkat tiang (poles), dan
diteliti meliputi jumlah, jenis dan sebaran petak ukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan
vegetasi tersebut. Pengambilan sampel tingkat pohon (trees).
dengan menggunakan metode kombinasi Data vegetasi yang berupa data hasil
antara metode jalur dan metode garis inventarisasi dan pengukuran vegetasi di
118 Biosfera 31 (3) September 2014
Pada tingkat pertumbuhan semai, INP menunjukan peranan tanaman kopi pada
terbesar dimiliki kopi dengan nilai INP 70,49, pertumbuhan tingkat semai cukup dominan.
kedua amplasan 20,74 dan ketiga albasia Kopi mendominasi pada tingkat
19,79. Seperti terlihat dalam gambar 1, kopi pertumbuhan semai karena banyak biji-biji
cukup mendominasi pertumbuhan tingkat kopi yang jatuh ke tanah, kemudian tumbuh
semai. Kemudian, tumbuhan tingkat semai secara alami.
yang lain INP-nya cukup berimbang. Hal ini
Saputro, Gunanto Eko, dkk,. Tingkat Bahaya Erosi Dan Indeks Nilai Penting Di Hutan Rakyat : 108 - 123 119
2. Tingkat Pancang (Sapling) salam dan pete. Kemudian, ada 6 jenis lain
Pada analisis vegetasi 10 petak contoh yang merupakan semak dan perdu seperti
yang diteliti ditemukan 14 jenis tumbuhan kopi, jati ngarang, keluing, bungur, dan silir
tingkat pancang. Jenis yang ditemukan, ada side. Setelah jenis yang ditemukan
9 jenis kayu keras, yaitu, albasia, angsana, teridentifikasi, dilakukan penghitungan INP
mangga, dukuh, jabon, jati, lamtorogung, tingkat pancang (Tabel 10).
Hasil pengukuran INP tingkat tiang yang lain, INP-nya terpaut cukup jauh. Hal ini
menunjukan INP terbesar dimiliki jati menunjukan tingkat peranan atau diminasi
sebesar 76,69. Kemudian, diikuti albasia jati dan alba cukup tinggi pada tingkat
72,89 dan jenitri 32,58 di posisi tiga besar. pertumbuhan tiang. Meski demikian
Gambar 3 menunjukan jati dan albasia keragaman jenis tumbuhan cukup tinggi.
mendominasi pada tingkat tiang . Tanaman
Hasil pengukuran INP tingkat pohon tanaman yang lain cukup berimbang nilai
menunukan INP tertinggi dimiliki albasia INP-nya. Keragaman jenis pohon yang
108,79. Kemudian diikuti kelapa 60,87 dan ditemukan cukup tinggi, yang terdiri dari
durian 22,12 untuk posisi tiga besar. Hal itu jenis yang sengaja ditanam untuk diambil
menunjukan albasia mendominasi tingkat kayunya seperti albasia, jati, mahoni,
pohon dengan nilai INP yang cukup jauh sengon dan jenitri. Kemudian, jenis yang
diatas jenis tumbuhan yang lain. Kelapa juga ditanam untuk dimanfaatkan buah sekaligus
cukup dominan dengan nilai INP diatas 50 kayunya seperti durian, dukuh, nangka,
seperti terlihat di gambar 4. Sementara jenis pete, rambutan, jengkol dan kelapa.