Professional Documents
Culture Documents
Keywords: Kabupaten Enrekang telah dinyatakan lulus Transmission Assesment Survey (TAS)-3
Transmission Assessment pada tahun 2016, bahkan telah menerima sertifikat daerah bebas kaki gajah oleh
Survey (TAS), Kementerian Kesehatan pada tahun 2017. Studi ini bertujuan untuk mengetahui secara
perception, menyeluruh berbagai aspek yang terkait dengan keberhasilan Kabupaten Enrekang
stakeholder, dalam melaksanakan TAS tahap ketiga dalam rangka menuju eliminasi filariasis. Studi
filariasis, kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview)
Enrekang District kepada stakeholder yang berkaitan dalam mendukung program eliminasi filariasis.
Penelitian telah dilaksanakan di dua lokasi yang merupakan daerah sentinel yaitu Desa
Potokullin, Kecamatan buntu Batu dan Desa Parombean, Kecamatan Curio Kabupaten
Enrekang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perhatian penting dari para
Kata kunci: stakeholder yang berkaitan baik itu dari sektor kesehatan maupun lintas sektor
Transmission Assesment terhadap pelaksanaan eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang. Sebagian besar
Survey (TAS), , persepsi stakeholder sudah mengetahui apa itu filariasis, apa bahayanya dan
persepsi, bagaimana cara pencegahannya. Namun perlu advokasi lebih gencar dari tenaga
pemangku kepentingan, promosi kesehatan agar mendapat dukungan dari para stakeholder yang terlibat dalam
filariasis, menyukseskan program eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang.
Kabupaten Enrekang
https://doi.org/10.22435/vektorp.v13i2.1097 133
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 13 No. 2, 2019 : 133 - 140
3
(Belkaga). Sebelumnya pada tahun 2014, dengan metode wawancara mendalam kepada
Menkes mengeluarkan Permenkes No. 94 informan sebanyak 15 orang yang terdiri dari
Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Filariasis. Dengan berlakunya Permenkes ini, Selatan, Ketua DPRD Kabupaten Enrekang,
maka Kepmenkes No. 1582/2005 dan Kasi P2M Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Kepmenkes No. 893/2007 dinyatakan tidak Selatan, Wakil Ketua BAPPEDA Provinsi
berlaku. Bagi kabupaten/kota yang gagal TAS Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Kesehatan
menimbulkan kendala karena harus Kabupaten Enrekang, Ketua BAPPEDA
mengulangi POPM. Tahun 2011, Kabupaten K a b u p a t e n E n re k a n g , Ke p a l a D i n a s
Enrekang telah menyelesaikan POMP Pendidikan Kabupaten Enrekang, Kepala
sebanyak lima putaran, dan dinyatakan telah Seksi P2 Dinas Kesehatan Kabupaten
lulus TAS-3. Rekomendasi TAS-3 menyatakan Enrekang, Kepala Puskesmas Buntu Batu,
Kabupaten Enrekang tidak terdapat Kepala Puskesmas Subang, Pemegang
penularan filariasis dan lulus TAS, dengan Program Filariasis Dinas Kesehatan
tetap melaksanakan surveilans, pengendalian Kabupaten Enrekang, Kepala Desa Buntu
vektor terpadu, dan tata laksana kasus kronis Barana, Kepala Desa Potokullin, Tokoh agama
serta melengkapi data dukungan untuk tahap Desa Buntu Barana dan Tokoh agama Desa
verifikasi WHO.
4
Potokullin. Penentuan sampel dilakukan
Keberhasilan program eliminasi filariasis secara purposive sampling yaitu stakeholder
tidak terlepas dari dukungan stakeholder. kesehatan dan lintas sektor sebagai penentu
Advokasi kepada stakeholder akan kebijakan dalam keberhasilan program
mempengaruhi persepsi mereka terhadap eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang.
program yang akan dilaksanakan. Persepsi Selain itu, juga dilakukan wawancara
stakeholder yang positif terhadap suatu mendalam kepada kepala desa dan tokoh
program akan mendapat dukungan, baik itu agama sebagai triangulasi sumber informasi.
sumber daya maupun dana yang bermuara
pada keberhasilan program. HASIL
Dalam pelaksanaan POPM terdapat Informasi tentang translasi kebijakan
kendala bagi kabupaten/kota karena eliminasi filariasis di kecamatan, solusi yang
besarnya sumber daya yang diperlukan (biaya sudah dilakukan dan rekomendasi
operasional dan dukungan SDM). Adanya penyelesaian untuk pihak Kementerian
masalah dan kendala tersebut di atas, dalam Kesehatan. Hasil wawancara dengan informan
program eliminasi filariasis tidak terlepas dari bahwa semua stakeholder mengetahui
dukungan para stakeholder yang terkait. informasi tentang translasi kebijakan
Persepsi stakeholder perlu diketahui dalam eliminasi filariasis dan mendapat respon yang
program eliminasi filariasis, untuk itu positif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
dilakukan wawancara mendalam kepada para informan dibawah ini:
stakeholder yang terkait dalam program “Pada dasarnya kebijakan itu
eliminasi filariasis ini. ditindaklanjuti di tingkat kabupaten
dengan kegiatan POPM, dimulai tahun
BAHAN DAN METODE 2014, ditemukan 17 positif reaksi obat,
Studi kasus sudah dilaksanakan selama dan tahun 2016 hasilnya negatif.”
tiga bulan dimulai dari bulan Agustus sampai (Informan: Kadinkes Kab. Enrekang)
dengan Oktober 2017. Tempat penelitian di
Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu dan Informasi tentang dukungan pemerintah
Desa Parombean, Kecamatan Buntu Barana daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor
Kabupaten Enrekang yang merupakan non-kesehatan, bentuk dukungan atau
wilayah endemis B. malayi non-zoonotic. hambatan yang dimaksud. Hasil wawancara
Pemilihan lokasi kabupaten berdasarkan hasil menunjukkan bahwa pada dasarnya
TAS-3 yang dilaksanakan Subdit P2 Filariasis dukungan dari sektor non-kesehatan sangat
tahun 2016. Jenis penelitian adalah kualitatif membantu dalam keberhasilan program
eliminasi filariasis. Hambatan yang biasanya
134
Persepsi Stakeholder tentang Program Eliminasi FIlariasis ......... (Ahmad Erlan, et.al)
terjadi adalah data dari dinas kesehatan tidak pendidikan dan kompetensinya. Sebagaimana
sesuai dengan data yang masuk ke Bappeda, dikemukakan informan berikut ini;
sebagaimana yang dikemukakan oleh “Jelasnya, sumber daya tenaga
informan berikut: kesehatan tidak cukup, kami butuh
“Sebenarnya informasi ini bagus tenaga SDM yang sesuai pendidikan
sekali, dalam hal teknisnya sama dinas dan kompotensinya. Cara
kesehatan, selain itu, bagaimana mengatasinya kerja sama tim, semua
keterlibatan instansi lain semua dinas t e m a n - t e m a n m e re s p o n s , s aya
memberikan suporting lintas sektoral mengucapkan terima kasih, kunci
yang terkait, salah saatu indikasi suksesnya ada pada kalian.” (Informan:
penunjang pembangunan tentunya Pengelola Filariasis Dinkes Provinsi
masyarakat harus sehat, khusus 2018 Sulawesi Selatan)
kita lihat kebijakan Gubernur baru dan
masukan dinas terkait. Pasti kami dari Informasi tentang kecukupan anggaran
BAPPEDA akan memperhatikan dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi
masalah itu. Solusinya, memberi filaria, sebagian besar informan menyatakan
dukungan sesuai usulan dari dinkes, bahwa aggaran yang tersedia awal eliminasi
biasanya data tidak nyambung yang filariasis kurang lebih 300 juta, dengan
masuk ke BAPPEDA.” (Informan: Wakil harapan dapat terjangkau dana itu, sampai ke
Ketua Bappeda Provinsi Sulawesi tingkat desa. Dana anggaran APBD yang
Selatan) s i fa t nya i n s i d e n t i l , d i e fe k i f ka n d a n
ditindaklanjuti yang bekerja untuk kegiatan
Informasi adanya policy gap antar itu. Bantuan lain dari WHO mulai tahun 2013
kementerian atau antara permenkes dengan sampai dengan tahun 2016 (tiga tahun
peraturan daerah, peraturan bupati atau Surat berturut-turut), semua kabupaten,
Edaran. Hasil wawancara menunjukkan sedangkan dana operasional POPM diambil
bahwa, tidak ada disharmoni peraturan antar dari BOK dan dana APBD, legitimasinya
kementerian atau peraturan kementerian BAPPEDA dan DPRD kabupaten.
kesehatan dengan peraturan daerah yang Informasi standar fasilitas kesehatan,
dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan kendala, solusi yang sudah dilakukan dan
eliminasi filariasis. Sebagaimana rekomendasi untuk penyelesaiannya
dikemukakan oleh informan berikut ini: s e m u a n y a d i s e d i a k a n d i
“Sesuai apa yang disepakati puskesmas/pustu/poskesdes, termasuk obat
bersama oleh anggota DPRD, dan filaria, dan transportasi (motor dan mobil)
apapun bentuknya terkait untuk mendukung kegiatan operasional
kesejahteraan kesehatan masyarakat, POPM, SDJ dan TAS. Informasi tentang
harapan kami untuk dinas kesehatan optimalisasi koordinasi antar lintas sektor
akan kami tantang program apa yang dan lintas program, kendala, solusi yang
dilaksanakan bagi kepentingan sudah dilakukan dan rekomendasi
masyarakat, khususnya komisi 3 harus penyelesaiannya. Hasil wawancara diketahui
tetap memberikan dorongan apalagi bahwa proses koordinasi lintas sektoral dan
mengenai penyakit filariasis ini, sekali lintas program berjalan lancar, karena
lagi DPRD akan tetap memberi dibentuk dalam satu kelompok kerja dan
dukungan, termasuk juga bantuan saling membantu dalam pelaksanaan POPM
anggaran kendaraan operasional.” dan Survei Darah Jari (SDJ).
(Informan: Ketua DPRD Kab. Enrekang) Memperjelas hasil wawancara mendalam
dengan stakeholder, pelaksana program, dan
Informasi kecukupan jumlah, jenis, lintas sektor juga dilakukan wawancara
kompetensi, komitmen SDM dan kesediaan mendalam kepada tokoh masyarakat sebagai
bantuan SDM sektor non-kesehatan. Hasil triangulasi sumber. Pengobatan massal dan
wawancara dengan informan menunjukkan SDJ mendapat dukungan dari kepala desa,
bahwa, diakui oleh semua informan sumber sebagaimana dikemukakan sebagai berikut;
daya manusia tidak mencukupi dalam jumlah,
135
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 13 No. 2, 2019 : 133 - 140
136
Persepsi Stakeholder tentang Program Eliminasi FIlariasis ......... (Ahmad Erlan, et.al)
memadai sekalipun ada bantuan dari lintas ke masyarakat, maka terdapat temuan
sektor dan lintas program, maka dibentuklah penderita kronis, mereka juga menemukan
tim terpadu untuk kelancaran distribusi obat- pasien yang baru. Setelah itu mereka
o b a t a n f i l a r i a s i s . I n fo r m a n s e p a ka t menghimbau penderita untuk melakukan
mengatakan bahwa jumlah SDM, kompetensi pemeriksaan darah. Selain itu di Sulawesi
dan bidang keilmuannya, diakui belum Selatan juga membentuk tim kerja yang terdiri
terpenuhi sesuai keinginan dan harapan. dari kader posyandu, kader PKK dan
Banyak SDM yang diberdayakan dari sektor p e ra n g k a t d e s a . S e b a g a i m a n a ya n g
terkait, tenaga honorer/magang, tokoh dikemukakan oleh Hamidi dalam
masyarakat, kader posyandu dan kader PKK, penelitiannya yang menyatakan bahwa,
serta sektor non-kesehatan lainnya. semua pihak dalam hal ini para stakeholder
Keterlibatan SDM di luar tenaga kesehatan, baik dari dinas kesehatan, puskesmas dan
yaitu sebagai pendamping, sebagai motivator, masyarakat saling bekerja sama dalam
sebagai pengawas dan pengontrol pasca memutuskan rantai penularan filariasis akan
minum obat filariasis. mempercepat keberhasilan program
13
Dinas kesehatan tetap melakukan kerja eliminasi filariasis.
sama dengan sektor non-kesehatan terkait Anggaran APBD berakses dari data yang
pelaksanaan eliminasi filariasis, seperti, dihasilkan, merupakan data base, begitu juga
perencanaan anggaran APBD kesehatan oleh dalam merencanakan sesuatu program, harus
BAPPEDA, dinas pendidikan, pemerintah sesuai dengan anggaran yang berbasis data
daerah sampai pemerintah kecamatan, dan ada RPJD, RPJM dan RPJP. Mekanisme
beberapa medis lokal di Sulawesi Selatan. Di mengenai tata kelola anggaran, pada dasarnya
Provinsi Sulawesi Selatan, dukungan lintas tidak ada disharmoni, karena semua
sektor yang penting adalah dibuatnya Surat berdasarkan yang direncanakan. Semua itu
Edaran kepada semua lintas sektoral, camat dapat dilihat dari rencana kesehatan dasar,
dan kepala puskesmas/pustu se-Kabupaten lalu dimasukkan ke DPRD. Selain itu di
Enrekang. Bupati mencontohkan minum obat Provinsi Sulawesi Selatan, kegiatan
dalam kegiatan upacara lapangan, termasuk penemuan kasus di puskesmas dapat
Muspida, dan diikuti peserta upacara lainnya. menggunakan dana BOK. Untuk pembiayaan
Pemberdayaan masyarakat lain yang filariasis memang hanya fokus pada daerah-
dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan adalah daerah tertenu yang merupakan daerah
melakukan pelatihan kader, dalam satu tahun endemis filariasis, sehingga yang utama
ada 1-2 kali ada pelatihan. Kader bertugas adalah membuat skala prioritas dari kegiatan
mengunjungi, memberi obat dan mengawasi eliminasi filariasis. Sejak tahun 2013-2016
minum obat. Selain itu dinkes juga melatih untuk semua kabupaten ada bantuan lain dari
tenaga mikroskopis, kalau mereka sudah WHO (tiga tahun berturut-turut), sedangkan
terlatih, hasil pengambilan sampel darah, dana operasional POPM diambil dari dana
tidak perlu lagi dikirim slidenya ke provinsi, BOK dan APBD, legitimasinya BAPPEDA dan
jadi mereka berkemampuan untuk DPRD kabupaten. Sumber anggaran dari
menganalisisnya. Hal demikian juga APBD di Kabupaten Enrekang
dikemukakan oleh Sammy Njenga, Molyneux digelondongkan ke dinas kesehatan program
dan Bockarie, bahwa untuk mengeliminasi prioritas kesehatan, diatur sesua iketentuan
filariasis bukan hanya dengan minum obat dan kebutuhan program yang tidak
tapi juga didukung oleh berbagai aspek bertentangan dengan dana pusat (DAK).
diantaranya dengan memakai kelambu dan Besaran dana yang disediakan itu tidak
memberdayakan masyarakat.10,11,12 mampu membiayai program eliminasi
Selama ini ada kebijakan kerja sama dan filariasis secara keseluruhan termasuk biaya
bantuan dengan sektor non-kesehatan, antara operasional POPM, TAS, dan SDJ. Solusinya
lain dengan Universitas Hasanuddin yaitu adalah dana BOK Puskesmas digunakan
melakukan surveilans tentang penyakit membiayai tenaga SDM yang terlibat dalam
filariasis. Menurut informan, alasannya tim kerja, dan kebutuhan operasional
karena sekarang ini banyak ditemukan program di Puskesmas. Hal tersebut sesuai
penderita kronis. Dengan aktifnya sosialisasi
137
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 13 No. 2, 2019 : 133 - 140
138
Persepsi Stakeholder tentang Program Eliminasi FIlariasis ......... (Ahmad Erlan, et.al)
139
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 13 No. 2, 2019 : 133 - 140
140