You are on page 1of 8

Persepsi

Stakeholder tentang Program Eliminasi FIlariasis ......... (Ahmad Erlan, et.al)

Persepsi Stakeholder tentang Program Eliminasi Filariasis di


Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi S elatan:
Suatu Tinjauan Studi Kasus
Stakeholder's Perception about Filariasis Elimination Program
in Enrekang District, South Sulawesi Province: a Case Study
Ahmad Erlan*, Sitti Chadijah, dan Yusran Udin
Balai Litbang Kesehatan Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Jl. Masitudju No.58 Labuan Panimba, Kec. Labuan, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia
INFO ARTIKEL A B S T R A C T / A B S T R A K
Article History: Enrekang District was declared passed the Transmission Assessment Survey (TAS) - 3 in
Received: 2 Jan. 2019 2016 and received a certificate of free elephant foot area by the Ministry of Health in 2017.
Revised: 2 Aug. 2019 The study aims to thoroughly identify various aspects related to the success of Enrekang
Accepted: 12 Aug. 2019 District in implementing TAS third stage to lead to the elimination of filariasis. Qualitative
studies are carried out by conducting in-depth interviews with relevant stakeholders in
supporting the filariasis elimination program. The research has been carried out in two
Kontribusi: locations which are sentinel areas namely Potokullin Village, Buntu Batu District, and
Ahmad Erlan berperan sebagai Parombean Village, Curio District, Enrekang Regency. The results of the study show that
kontributor utama. Sitti Chadijah dan
Yusran Udin sebagai kontributor there are important concerns from relevant stakeholder both from the health sector and
anggota. across sectors towards the implementation of filariasis elimination in Enrekang District.
Most stakeholders' perceptions already know what filariasis is, what the dangers are and
how to prevent them. But it needs more intensive advocacy from health promotion
personnel to get support from stakeholder involved in the success of the filariasis
elimination program in Enrekang District.ommunity participation in cleaning foci area,
mass drug treatment, and stool survey.

Keywords: Kabupaten Enrekang telah dinyatakan lulus Transmission Assesment Survey (TAS)-3
Transmission Assessment pada tahun 2016, bahkan telah menerima sertifikat daerah bebas kaki gajah oleh
Survey (TAS), Kementerian Kesehatan pada tahun 2017. Studi ini bertujuan untuk mengetahui secara
perception, menyeluruh berbagai aspek yang terkait dengan keberhasilan Kabupaten Enrekang
stakeholder, dalam melaksanakan TAS tahap ketiga dalam rangka menuju eliminasi filariasis. Studi
filariasis, kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview)
Enrekang District kepada stakeholder yang berkaitan dalam mendukung program eliminasi filariasis.
Penelitian telah dilaksanakan di dua lokasi yang merupakan daerah sentinel yaitu Desa
Potokullin, Kecamatan buntu Batu dan Desa Parombean, Kecamatan Curio Kabupaten
Enrekang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perhatian penting dari para
Kata kunci: stakeholder yang berkaitan baik itu dari sektor kesehatan maupun lintas sektor
Transmission Assesment terhadap pelaksanaan eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang. Sebagian besar
Survey (TAS), , persepsi stakeholder sudah mengetahui apa itu filariasis, apa bahayanya dan
persepsi, bagaimana cara pencegahannya. Namun perlu advokasi lebih gencar dari tenaga
pemangku kepentingan, promosi kesehatan agar mendapat dukungan dari para stakeholder yang terlibat dalam
filariasis, menyukseskan program eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang.
Kabupaten Enrekang

© 2019 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved

*Alamat Korespondensi : email : erlan3001@gmail.com

PENDAHULUAN negara di dunia yang merupakan negara


Filariasis dikategorikan sebagai neglected endemis filariasis, dan satu-satunya negara di
diseases (penyakit yang terabaikan) dan dunia dengan ditemukannya tiga spesies
menjadi masalah kesehatan masyarakat di cacing filaria pada manusia yaitu, Wuchereria
berbagai belahan dunia yang dihasilkan dalam bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.2
resolusi World Health Assembly (WHA) tahun Pada tahun 2015, Menteri Kesehatan
1
1997. Indonesia adalah salah satu dari 53 mencanangkan Bulan Eliminasi Kaki Gajah

https://doi.org/10.22435/vektorp.v13i2.1097 133
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 13 No. 2, 2019 : 133 - 140

3
(Belkaga). Sebelumnya pada tahun 2014, dengan metode wawancara mendalam kepada
Menkes mengeluarkan Permenkes No. 94 informan sebanyak 15 orang yang terdiri dari
Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Filariasis. Dengan berlakunya Permenkes ini, Selatan, Ketua DPRD Kabupaten Enrekang,
maka Kepmenkes No. 1582/2005 dan Kasi P2M Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Kepmenkes No. 893/2007 dinyatakan tidak Selatan, Wakil Ketua BAPPEDA Provinsi
berlaku. Bagi kabupaten/kota yang gagal TAS Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Kesehatan
menimbulkan kendala karena harus Kabupaten Enrekang, Ketua BAPPEDA
mengulangi POPM. Tahun 2011, Kabupaten K a b u p a t e n E n re k a n g , Ke p a l a D i n a s
Enrekang telah menyelesaikan POMP Pendidikan Kabupaten Enrekang, Kepala
sebanyak lima putaran, dan dinyatakan telah Seksi P2 Dinas Kesehatan Kabupaten
lulus TAS-3. Rekomendasi TAS-3 menyatakan Enrekang, Kepala Puskesmas Buntu Batu,
Kabupaten Enrekang tidak terdapat Kepala Puskesmas Subang, Pemegang
penularan filariasis dan lulus TAS, dengan Program Filariasis Dinas Kesehatan
tetap melaksanakan surveilans, pengendalian Kabupaten Enrekang, Kepala Desa Buntu
vektor terpadu, dan tata laksana kasus kronis Barana, Kepala Desa Potokullin, Tokoh agama
serta melengkapi data dukungan untuk tahap Desa Buntu Barana dan Tokoh agama Desa
verifikasi WHO.
4
Potokullin. Penentuan sampel dilakukan
Keberhasilan program eliminasi filariasis secara purposive sampling yaitu stakeholder
tidak terlepas dari dukungan stakeholder. kesehatan dan lintas sektor sebagai penentu
Advokasi kepada stakeholder akan kebijakan dalam keberhasilan program
mempengaruhi persepsi mereka terhadap eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang.
program yang akan dilaksanakan. Persepsi Selain itu, juga dilakukan wawancara
stakeholder yang positif terhadap suatu mendalam kepada kepala desa dan tokoh
program akan mendapat dukungan, baik itu agama sebagai triangulasi sumber informasi.
sumber daya maupun dana yang bermuara
pada keberhasilan program. HASIL
Dalam pelaksanaan POPM terdapat Informasi tentang translasi kebijakan
kendala bagi kabupaten/kota karena eliminasi filariasis di kecamatan, solusi yang
besarnya sumber daya yang diperlukan (biaya sudah dilakukan dan rekomendasi
operasional dan dukungan SDM). Adanya penyelesaian untuk pihak Kementerian
masalah dan kendala tersebut di atas, dalam Kesehatan. Hasil wawancara dengan informan
program eliminasi filariasis tidak terlepas dari bahwa semua stakeholder mengetahui
dukungan para stakeholder yang terkait. informasi tentang translasi kebijakan
Persepsi stakeholder perlu diketahui dalam eliminasi filariasis dan mendapat respon yang
program eliminasi filariasis, untuk itu positif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
dilakukan wawancara mendalam kepada para informan dibawah ini:
stakeholder yang terkait dalam program “Pada dasarnya kebijakan itu
eliminasi filariasis ini. ditindaklanjuti di tingkat kabupaten
dengan kegiatan POPM, dimulai tahun
BAHAN DAN METODE 2014, ditemukan 17 positif reaksi obat,
Studi kasus sudah dilaksanakan selama dan tahun 2016 hasilnya negatif.”
tiga bulan dimulai dari bulan Agustus sampai (Informan: Kadinkes Kab. Enrekang)
dengan Oktober 2017. Tempat penelitian di
Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu dan Informasi tentang dukungan pemerintah
Desa Parombean, Kecamatan Buntu Barana daerah/bupati/walikota, keterlibatan sektor
Kabupaten Enrekang yang merupakan non-kesehatan, bentuk dukungan atau
wilayah endemis B. malayi non-zoonotic. hambatan yang dimaksud. Hasil wawancara
Pemilihan lokasi kabupaten berdasarkan hasil menunjukkan bahwa pada dasarnya
TAS-3 yang dilaksanakan Subdit P2 Filariasis dukungan dari sektor non-kesehatan sangat
tahun 2016. Jenis penelitian adalah kualitatif membantu dalam keberhasilan program
eliminasi filariasis. Hambatan yang biasanya

134
Persepsi Stakeholder tentang Program Eliminasi FIlariasis ......... (Ahmad Erlan, et.al)

terjadi adalah data dari dinas kesehatan tidak pendidikan dan kompetensinya. Sebagaimana
sesuai dengan data yang masuk ke Bappeda, dikemukakan informan berikut ini;
sebagaimana yang dikemukakan oleh “Jelasnya, sumber daya tenaga
informan berikut: kesehatan tidak cukup, kami butuh
“Sebenarnya informasi ini bagus tenaga SDM yang sesuai pendidikan
sekali, dalam hal teknisnya sama dinas dan kompotensinya. Cara
kesehatan, selain itu, bagaimana mengatasinya kerja sama tim, semua
keterlibatan instansi lain semua dinas t e m a n - t e m a n m e re s p o n s , s aya
memberikan suporting lintas sektoral mengucapkan terima kasih, kunci
yang terkait, salah saatu indikasi suksesnya ada pada kalian.” (Informan:
penunjang pembangunan tentunya Pengelola Filariasis Dinkes Provinsi
masyarakat harus sehat, khusus 2018 Sulawesi Selatan)
kita lihat kebijakan Gubernur baru dan
masukan dinas terkait. Pasti kami dari Informasi tentang kecukupan anggaran
BAPPEDA akan memperhatikan dan sumber anggaran pelaksanaan eliminasi
masalah itu. Solusinya, memberi filaria, sebagian besar informan menyatakan
dukungan sesuai usulan dari dinkes, bahwa aggaran yang tersedia awal eliminasi
biasanya data tidak nyambung yang filariasis kurang lebih 300 juta, dengan
masuk ke BAPPEDA.” (Informan: Wakil harapan dapat terjangkau dana itu, sampai ke
Ketua Bappeda Provinsi Sulawesi tingkat desa. Dana anggaran APBD yang
Selatan) s i fa t nya i n s i d e n t i l , d i e fe k i f ka n d a n
ditindaklanjuti yang bekerja untuk kegiatan
Informasi adanya policy gap antar itu. Bantuan lain dari WHO mulai tahun 2013
kementerian atau antara permenkes dengan sampai dengan tahun 2016 (tiga tahun
peraturan daerah, peraturan bupati atau Surat berturut-turut), semua kabupaten,
Edaran. Hasil wawancara menunjukkan sedangkan dana operasional POPM diambil
bahwa, tidak ada disharmoni peraturan antar dari BOK dan dana APBD, legitimasinya
kementerian atau peraturan kementerian BAPPEDA dan DPRD kabupaten.
kesehatan dengan peraturan daerah yang Informasi standar fasilitas kesehatan,
dirasakan menghambat kegiatan pelaksanaan kendala, solusi yang sudah dilakukan dan
eliminasi filariasis. Sebagaimana rekomendasi untuk penyelesaiannya
dikemukakan oleh informan berikut ini: s e m u a n y a d i s e d i a k a n d i
“Sesuai apa yang disepakati puskesmas/pustu/poskesdes, termasuk obat
bersama oleh anggota DPRD, dan filaria, dan transportasi (motor dan mobil)
apapun bentuknya terkait untuk mendukung kegiatan operasional
kesejahteraan kesehatan masyarakat, POPM, SDJ dan TAS. Informasi tentang
harapan kami untuk dinas kesehatan optimalisasi koordinasi antar lintas sektor
akan kami tantang program apa yang dan lintas program, kendala, solusi yang
dilaksanakan bagi kepentingan sudah dilakukan dan rekomendasi
masyarakat, khususnya komisi 3 harus penyelesaiannya. Hasil wawancara diketahui
tetap memberikan dorongan apalagi bahwa proses koordinasi lintas sektoral dan
mengenai penyakit filariasis ini, sekali lintas program berjalan lancar, karena
lagi DPRD akan tetap memberi dibentuk dalam satu kelompok kerja dan
dukungan, termasuk juga bantuan saling membantu dalam pelaksanaan POPM
anggaran kendaraan operasional.” dan Survei Darah Jari (SDJ).
(Informan: Ketua DPRD Kab. Enrekang) Memperjelas hasil wawancara mendalam
dengan stakeholder, pelaksana program, dan
Informasi kecukupan jumlah, jenis, lintas sektor juga dilakukan wawancara
kompetensi, komitmen SDM dan kesediaan mendalam kepada tokoh masyarakat sebagai
bantuan SDM sektor non-kesehatan. Hasil triangulasi sumber. Pengobatan massal dan
wawancara dengan informan menunjukkan SDJ mendapat dukungan dari kepala desa,
bahwa, diakui oleh semua informan sumber sebagaimana dikemukakan sebagai berikut;
daya manusia tidak mencukupi dalam jumlah,

135
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 13 No. 2, 2019 : 133 - 140

“ S aya s e b a g a i ke p a l a d e s a , Bentuk dukungannya berupa motivasi dan


mengikutsertakan dan mengundang moril oleh pemerintah daerah dan lintas
tokoh masyarakat dan tokoh agama, sektor lainnya, seperti mendistribusikan obat
bersama-sama turun ke lapangan filariasis kepada masyarakat, dibantu oleh
menyampaikan rencana pengobatan pemerintah daerah di tingkat kabupaten,
massal dan pengambilan sampel darah. kecamatan dan desa. Berkat adanya dukungan
Sekaligus tokoh agama memberikan pemerintah daerah dan jajarannya sehingga
pemahaman kepada warga melalui kasus filariasis di daerah endemik sudah tidak
pengajian di majelis taklim, dan juga ditemukan lagi. Hal tersebut sesuai dengan
menyampaikan lewat ceramah agama yang dikemukakan oleh Ichimori, dkk bahwa
di masjid. Selanjutnya saya pemerintah harus menjadi pelopor dalam
b e r ko o rd i n a s i d e n g a n p e t u g a s mendukung keberhasilan eliminasi filariasis
5
kesehatan dan aparat desa untuk di negara mereka. Semua aturan eliminasi
mendampingi petugas kesehatan filariasis baik itu di tingkat provinsi maupun
dalam melakukan pengambilan sampel di Kabupaten Enrekang berjalan bersinergis
darah pada malam hari, dan antara peraturan pusat dan daerah. Hal ini
mengunjungi warga di rumah masing- sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
masing.” (Informan: Kepala Desa Buntu Freeman bahwa keberhasilan suatu program
Barana) sangat didukung oleh persepsi stakeholder
6
sebagai penentu kebijakan.
PEMBAHASAN Dukungan stakeholder tidak terbatas di
Persepsi merupakan cara atau bagaimana tingkat kabupaten, tetapi juga di tingkat
seseorang melihat seseorang atau sesuatu kecamatan dan desa. Selain itu, juga
menurut pandangannya sendiri, dalam arti melibatkan tokoh masyarakat, kader
luas persepsi adalah bagaimana seseorang Posyandu dan kader PKK dalam satu kesatuan
memandang atau menilai sesuatu menurut unit kerja.
cara pandang atau penilaiannya sendiri. Hambatan yang fundamental dan
Pesepsi yang positif tentang program dirasakan di lapangan antara lain: 1) jumlah
eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang tenaga medis yang tidak berimbang dengan
dari para stakeholder mendukung luasnya wilayah yang harus dieliminasi, 2)
keberhasilan program. Pada umumnya semua masih ada di antara warga desa yang tidak
stakeholder mempunyai persepsi yang positif mau minum obat filariasis, 3) masih ada lintas
dalam mendukung keberhasilan program, sektoral yang terkait belum sepenuhnya
terutama dukungan dari lintas sektor dalam memahami program filariasis. Membangun
kebijakan, dana dan sumber daya. Persepsi persepsi stakeholder dengan menggiatkan
positif itu antara lain mereka tahu bahwa promosi eliminasi berupa brosur, leaflet dan
filariasis adalah penyakit menular yang foto sosok penderita kaki gajah, sehingga
membuat kaki besar, orang yang terkena eliminasi filariasis menjadi permasalahan
menjadi cacat sehingga orang tersebut akan penting untuk dilaksanakan. Hal ini sesuai
malu dan menjadi beban bagi keluarganya. dengan penelitian yang dilakukan oleh M.
Penerapan kebijakan program eliminasi Santoso, dkk yang menyatakan bahwa
filariasis di Provinsi Sulawesi Selatan tidak promosi eliminasi filariasis terbukti telah
mengalami hambatan, dan semuanya berjalan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
dengan baik. Hal ini disebabkan setiap ada kepatuhan masyarakat dalam pengendalian
kebijakan berupa peraturan dari Kementerian filariasis.
7,8,9

Kesehatan, maka akan diteruskan sampai ke Jumlah SDM dan ketersebarannya di


dinas kesehatan masing-masing kabupaten, Provinsi Sulawesi Selatan, berkaitan dengan
terutama daerah endemik filariasis. Hal eliminasi filariasis dirasakan belum
tersebut juga tidak lepas dari dukungan mencukupi. SDM harus memiliki ilmu dan
stakeholder terhadap kegiatan eliminasi menguasai bidangnya. Untuk mengatasi
filariasis di daerah Enrekang, sehingga sektor kendala karena tugas tenaga kesehatan yang
kesehatan tidak bekerja sendiri, karena cukup berat, ditambah SDMnya belum
mendapat dukungan juga dari sektor lainnya.

136
Persepsi Stakeholder tentang Program Eliminasi FIlariasis ......... (Ahmad Erlan, et.al)

memadai sekalipun ada bantuan dari lintas ke masyarakat, maka terdapat temuan
sektor dan lintas program, maka dibentuklah penderita kronis, mereka juga menemukan
tim terpadu untuk kelancaran distribusi obat- pasien yang baru. Setelah itu mereka
o b a t a n f i l a r i a s i s . I n fo r m a n s e p a ka t menghimbau penderita untuk melakukan
mengatakan bahwa jumlah SDM, kompetensi pemeriksaan darah. Selain itu di Sulawesi
dan bidang keilmuannya, diakui belum Selatan juga membentuk tim kerja yang terdiri
terpenuhi sesuai keinginan dan harapan. dari kader posyandu, kader PKK dan
Banyak SDM yang diberdayakan dari sektor p e ra n g k a t d e s a . S e b a g a i m a n a ya n g
terkait, tenaga honorer/magang, tokoh dikemukakan oleh Hamidi dalam
masyarakat, kader posyandu dan kader PKK, penelitiannya yang menyatakan bahwa,
serta sektor non-kesehatan lainnya. semua pihak dalam hal ini para stakeholder
Keterlibatan SDM di luar tenaga kesehatan, baik dari dinas kesehatan, puskesmas dan
yaitu sebagai pendamping, sebagai motivator, masyarakat saling bekerja sama dalam
sebagai pengawas dan pengontrol pasca memutuskan rantai penularan filariasis akan
minum obat filariasis. mempercepat keberhasilan program
13
Dinas kesehatan tetap melakukan kerja eliminasi filariasis.
sama dengan sektor non-kesehatan terkait Anggaran APBD berakses dari data yang
pelaksanaan eliminasi filariasis, seperti, dihasilkan, merupakan data base, begitu juga
perencanaan anggaran APBD kesehatan oleh dalam merencanakan sesuatu program, harus
BAPPEDA, dinas pendidikan, pemerintah sesuai dengan anggaran yang berbasis data
daerah sampai pemerintah kecamatan, dan ada RPJD, RPJM dan RPJP. Mekanisme
beberapa medis lokal di Sulawesi Selatan. Di mengenai tata kelola anggaran, pada dasarnya
Provinsi Sulawesi Selatan, dukungan lintas tidak ada disharmoni, karena semua
sektor yang penting adalah dibuatnya Surat berdasarkan yang direncanakan. Semua itu
Edaran kepada semua lintas sektoral, camat dapat dilihat dari rencana kesehatan dasar,
dan kepala puskesmas/pustu se-Kabupaten lalu dimasukkan ke DPRD. Selain itu di
Enrekang. Bupati mencontohkan minum obat Provinsi Sulawesi Selatan, kegiatan
dalam kegiatan upacara lapangan, termasuk penemuan kasus di puskesmas dapat
Muspida, dan diikuti peserta upacara lainnya. menggunakan dana BOK. Untuk pembiayaan
Pemberdayaan masyarakat lain yang filariasis memang hanya fokus pada daerah-
dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan adalah daerah tertenu yang merupakan daerah
melakukan pelatihan kader, dalam satu tahun endemis filariasis, sehingga yang utama
ada 1-2 kali ada pelatihan. Kader bertugas adalah membuat skala prioritas dari kegiatan
mengunjungi, memberi obat dan mengawasi eliminasi filariasis. Sejak tahun 2013-2016
minum obat. Selain itu dinkes juga melatih untuk semua kabupaten ada bantuan lain dari
tenaga mikroskopis, kalau mereka sudah WHO (tiga tahun berturut-turut), sedangkan
terlatih, hasil pengambilan sampel darah, dana operasional POPM diambil dari dana
tidak perlu lagi dikirim slidenya ke provinsi, BOK dan APBD, legitimasinya BAPPEDA dan
jadi mereka berkemampuan untuk DPRD kabupaten. Sumber anggaran dari
menganalisisnya. Hal demikian juga APBD di Kabupaten Enrekang
dikemukakan oleh Sammy Njenga, Molyneux digelondongkan ke dinas kesehatan program
dan Bockarie, bahwa untuk mengeliminasi prioritas kesehatan, diatur sesua iketentuan
filariasis bukan hanya dengan minum obat dan kebutuhan program yang tidak
tapi juga didukung oleh berbagai aspek bertentangan dengan dana pusat (DAK).
diantaranya dengan memakai kelambu dan Besaran dana yang disediakan itu tidak
memberdayakan masyarakat.10,11,12 mampu membiayai program eliminasi
Selama ini ada kebijakan kerja sama dan filariasis secara keseluruhan termasuk biaya
bantuan dengan sektor non-kesehatan, antara operasional POPM, TAS, dan SDJ. Solusinya
lain dengan Universitas Hasanuddin yaitu adalah dana BOK Puskesmas digunakan
melakukan surveilans tentang penyakit membiayai tenaga SDM yang terlibat dalam
filariasis. Menurut informan, alasannya tim kerja, dan kebutuhan operasional
karena sekarang ini banyak ditemukan program di Puskesmas. Hal tersebut sesuai
penderita kronis. Dengan aktifnya sosialisasi

137
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 13 No. 2, 2019 : 133 - 140

dengan hasil penelitian yang dikemukakan kuratif (pengobatan penderita) dan


oleh Tri Yunis, dkk yang menyatakan bahwa, pemberian obat filariasis, maupun
kemampuan keuangan setiap kabupaten rehabilitatif bagi pasien yang perlu ditangani
berbeda dan banyak kabupaten di wilayah secara medis pasca minum obat filariasis, dan
Indonesia Bagian Tengah dan Timur memiliki penyakit lainnya yang terkait dengan nyamuk.
kemampuan keuangan yang lebih rendah Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dibandingkan dengan wilayah Indonesia dikemuka ka n oleh Ga lves Ta n ya ng
Bagian Barat. Kemampuan keuangan ini mengatakan bahwa untuk mengeliminasi
diperlukan dalam menunjang kegiatan filariasis perlu komitmen dan kerja sama dari
19
operasional POMP filariasis di setiap semua stakeholder yang terkait.
14,15,16
kabupaten.
Keberlanjutan program eliminasi secara KESIMPULAN
bertahap mulai nampak tanda-tanda Persepsi stakeholder tentang program
keberhasilan yang signifikan dengan eliminasi filariasis sangat menentukan
tersedianya rumah sakit, puskesmas/pustu, kebehasilan di Kabupaten Enrekang.
polindes dan poskesdes, dilengkapi dengan Stakeholder kesehatan yang ada di Dinas
peralatan medis dan tenaga medis profesional Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan
(dokter, perawat dan bidan). Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang
keterlibatan kader posyandu dan kader PKK merupakan pemeran utama dalam suksesnya
sangat berpengaruh dalam mendukung pelaksanaan TAS-3 di Kabupaten Enrekang.
keberhasilan eliminasi filariasis baik di Stakeholder non-kesehatan mempunyai
tingkat kecamatan maupun di tingkat kontribusi yang cukup besar dalam
desa/dusun. Hal ini sejalan dengan penelitian keberhasilan program eliminasi filarisis di
yang dilakukan oleh Randika dan Nola Kabupaten Enrekang diantaranya adalah
Riftiana yang menyatakan bahwa Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten
keberhasilan program eliminasi filariasis Enrekang dalam memberikan arahan terkait
dengan meningkatkan dan mempertahankan pelaksanaan TAS kepada guru dan anak
pengetahuan masyarakat sehingga sekolah, dan pemerintah daerah setempat
berperilaku positif dalam mencegah filariasis (bupati, aparatur daerah, camat) yang
melalui promosi kesehatan yang dilakukan memberikan contoh meminum obat filariasis
17,18
oleh petugas dan kader kesehatan. pada saat upacara di lapangan.
Keberhasilan eliminasi filariasis di Keberhasilan program eliminasi filariasis
Kabupaten Enrekang, ditandai dengan yang didukung dengan persepsi yang positif
adanya; 1) Koordinasi lintas sektor dengan dari para stakeholder terkait, bisa dijadikan
melibatkan secara struktural dan fungsional contoh bagi kabupaten lainnya yang masih
tenaga SDM dalam satu tim kerja terpadu. 2) gagal menuntaskan eliminasi
Keterlibatan lintas sektor dan non-kesehatan, filariasis.
karena wilayah endemik filariasis cukup luas,
secara geografis (faktor alam) dengan SARAN
tantangannya cukup berat. 3) Stakeholder Melakukan pertemuan dan sosialisasi
non-kesehatan, pemerintah kecamatan dan kepada para stakeholder yang berkepentingan
desa/dusun, banyak membantu petugas untuk menyamakan persepsi tentang bahaya
kesehatan, kegiatan POPM, TAS, dan SDJ. filariasis sehingga menjadi perhatian dalam
Bentuk keterlibatan dari dinas pendidikan, mendukung program eliminasi filariasis.
dengan sasaran sekolah (murid dan guru) Mengintensifkan kerja sama lintas sektor
untuk pengambilan sampel darah, yang sudah berjalan dengan baik.
pendekatan religi (ceramah masjid) dari Meningkatkan peran serta masyarakat seperti
kementerian agama, promosi dari infokom. tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
Kader posyandu dan ibu PKK yang ibu PKK dan kader kesehatan yang dapat
terakomodir dalam satu tim kerja, sehingga menjadi jembatan yang efektif antara petugas
petugas kesehatan sangat terbantukan dalam kesehatan dan masyarakat.
menjalankan tugas-tugasnya, baik preventif,

138
Persepsi Stakeholder tentang Program Eliminasi FIlariasis ......... (Ahmad Erlan, et.al)

UCAPAN TERIMA KASIH doi:10.1017/CBO9781107415324.004


Peneliti menyampaikan ucapan terima 10. Njenga SM, Mwandawiro CS, Wamae CN, et al.
kasih kepada Bapak Munir Salham, yang telah Sustained reduction in prevalence of
berpartisipasi dan memberikan masukan lymphatic filariasis infection in spite of missed
dalam penelitian ini. Terima kasih juga rounds of mass drug administration in an area
peneliti sampaikan kepada anggota tim under mosquito nets for malaria control.
penelitian, informan, serta seluruh pihak yang Parasites and Vectors. 2011.
tak dapat disebutkan satu persatu yang telah doi:10.1186/1756-3305-4-90
memberikan bantuan, dukungan dan doa 11. Molyneux D. Lymphatic filariasis elimination:
selama kegiatan penelitian. A public health opportunity. J Lymphoedema.
2011. doi:10.1186/1475-2883-2-13
DAFTAR PUSTAKA 12. Bockarie MJ, Deb RM. Elimination of lymphatic
1. Wo r l d H e a l t h O r g a n i z a t i o n . G l o b a l filariasis: Do we have the drugs to complete the
Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis job? Curr Opin Infect Dis. 2010;23(6):617-620.
(A Manual for Elimination Programmes). doi:10.1097/QCO.0b013e32833fdee5
Prancis; 2011. 13. H a m i d i M N . , A s m a w a t i . H u b u n g a n
2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Program pengetahuan dan sikap kepala keluarga
Eliminasi Filariasis Di Indonesia. Jakarta: Sub tentang filariasis dengan mengkonsumsi obat
Direktorat Filariasis dan Schistosomiasis, pencegahan filariasis di Desa Berancah
Direktorat P2B2, Ditjen PPM & PLP; 2012. wilayah UPT puskesmas Selatbaru tahun
2016. J Ners Univ Pahlawan Tuanku Tambusai.
3. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri 2017.
Ke s e h a t a n R I N o . 9 4 / 2 0 1 4 Te n t a n g
Penanggulangan Filariasis. Jakarta; 2015. 14. Yunis T. Analisis Epidemiologi Deskriptif
Filariasis Di Indonesia. Bull Jendela Epidemiol.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2010;1.
Penanggulangan Filariasis Di Kabupaten
Enrekang. Makassar; 2017. 15. Meliyanie G, Health DA. Program Eliminasi
Lymphatic Filariasis di Indonesia. J Heal
5. Ichimori K, King JD, Engels D, et al. Global Epidemiol Commun Dis. 2017.
Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis:
The Processes Underlying Programme 16. Mitjà O, Paru R, Hays R, et al. The impact of a
Success. PLoS Negl Trop Dis. 2014. filariasis control program on Lihir Island,
doi:10.1371/journal.pntd.0003328 Papua New Guinea. PLoS Negl Trop Dis. 2011.
6. Freeman RE. Strategic Management: A doi:10.1371/journal.pntd.0001286
Stakeholder Approach.; 2015. 17. Randika. Faktor-faktor yang Berhubungan
doi:10.1017/CBO9781139192675 dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Filariasis
7. Santoso, Taviv Yulian, Yahya MR. Pengaruh pada Penduduk Usia 15-65 Tahun di RW 09
Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Ke l u ra h a n Po n d o k Pe t i r Ke c a m a t a n
Sikap Dan Perilaku Masyarakat Tentang Bojongsari Kota Depok Tahun 2011. 2011;16.
Filariasis. Bul Penelit Sist Kesehat. 2014. 18. Nola Riftiana S. Hubungan Sosiodemografi
8. E r l a n A . P r o m o s i ke s e h a t a n d a l a m Dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten
pengendalian filariasis. Balaba. 2014. Pekalongan. J Kesehat Masy. 2010;4 No. 1.
9. Utami NW. Pengaruh Promosi Kesehatan 19. Galvez Tan JZ. The elimination of lymphatic
Tentang Filariasis Terhadap Sikap Masyarakat filariasis: A strategy for poverty alleviation and
dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis di sustainable development - Perspectives from
Daerah Pantura Kabupaten Subang. J Chem Inf the Philippines. Filaria J. 2003;2.
M o d e l . 2 0 1 3 . doi:10.1186/1475-2883-2-12

139
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 13 No. 2, 2019 : 133 - 140

140

You might also like