You are on page 1of 12

27

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

HUBUNGAN SIFAT FISIK TANAH, PERAKARAN DAN HASIL


UBI KAYU TAHUN KEDUA PADA ALFISOL JATIKERTO AKIBAT
PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

Adi Prasetyo, Endang Listyorini, Wani Hadi Utomo*


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
* penulis korespondensi: waniutomo@ub.ac.id

Abstract
Alfisol in South Malang regency many used to intensive on farming with dominant commodity is
cassava. Farmers seldom cultivate cassava continuously, the continuous cropping of cassava leads
to fast depletion of major nutrients especially N and K and will require fertilizer supplement to give
stable yield. Farmers not applied organic fertilizer cause to this soil poor organic materials. The
research in first year with organic and inorganic fertilizers can repair soil physics dan tuber yield of
cassava. The object of this research was to study the effects of organic fertilizer application to
change of soil physics and relation to root system of cassava, and to study the effect of fertilizer
application to tuber yield of cassava in the second year. Field observations arranged in a
Randomized Block Design of 10 treatment and 3 replications, in Jatikerto, Malang Regency. This
research took time on September 2005 until Juli 2006. Observation parameter includes bulk density,
particle density, soil porosity, aggregate stability, root system (Lrv and Drv) and tuber yield of
cassava. Obtained data tested by using F test (5%), level 5% Duncan test, Orthogonal Contrast test,
linear regression and correlation test. Research result is the application of organic fertilizer showed
significant difference able to increase the soil porosity and decrease the bulk density. Organic and
anorganic combination application higher to tuber yield of cassava when compared to only organic
or anorganic fertilizer application. The influence of organic manure addition on repair soil physics
show very real difference to root system. Correlations between bulk density with Lrv (r = -0.728*),
Lrv with tuber yield (r = 0.706*).

Key words: soil phisycs, fertilizer, tuber yield and root system

Pendahuluan (horison B argilik) yang dapat menghambat


penyebaran akar tanaman.
Alfisol merupakan jenis tanah yang cukup Alfisol di daerah Malang Selatan banyak
potensial bagi pertanian.Penyebaran Alfisol di dikelola untuk pertanian lahan kering dengan
Jawa Timur, di daerah Malang Selatan tanaman budidaya dominan berupa palawija
khususnya banyak didominasi jenis tanah ini seperti ubi kayu, jagung dan kacang-kacangan.
dengan penggunaan lahan untuk budidaya Ubi kayu dibudidayakan oleh petani dengan
pertanian.Meskipun demikian, menurut Munir sistem tumpangsari dengan tanaman jagung,
(1996) masih banyak dijumpai kendala-kendala dengan harapan akan memberikan hasil akhir
yang perlu mendapat perhatian dalam yang lebih tinggi dari tambahan hasil tanaman
pengelolaannya. Kendala-kendala tersebut sisipan. Petani secara umum melakukan sistem
antara lain rendahnya kandungan bahan penanaman ubi kayu secara terus menerus.
organik dan unsur hara pada lapisan tanah atas Padahal, penanaman ubi kayu secara terus
akibat penggunaan lahan untuk pertanian menerus akan berakibat pada penurunan unsur
secara intensif. Selain itu, terdapat lapisan padat hara yang cepat terutama unsur N dan K
http://jtsl.ub.ac.id
28

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

(Okeke, 1991 dalam Agbaje dan Akinlosotu, Bahan dan Metode


2004). Hal ini mengindikasikan bahwa
penanaman ubi kayu secara terus menerus Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan
dapat menyebabkan penurunan kesuburan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
tanah. Jatikerto, Kecamatan Kepanjen dan
Dalam praktek pertaniannya, petani Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Tanah
biasanya hanya menggunakan pupuk N dengan Universitas Brawijaya. Waktu pelaksanaan
dosis yang berlebihan dan jarang menggunakan penelitian dimulai pada November 2005
pupuk organik karena kurangnya pengetahuan sampai Agustus 2006. Alat yang digunakan
akan pentingnya bahan organik bagi tanah antara lain timbangan analitik dan plastik
pertanian. Hal ini akan mengakibatkan kondisi sebagai wadah sample tanah serta bahan yang
tanah cepat mengalami kerusakan yang dibutuhkan terdiri atas benih jagung yang
diindikasikan dengan penurunan bahan berasal dari persilangan varietas pioneer dan
organik. Tanah akan mengalami pemadatan bisi, bibit ketela pohon dari stek batang jenis
dan peka terhadap erosi akibat rendahnya Faroka, Urea dan pupuk organik. Pupuk
kandungan bahan organik (Hardjowigeno, organik yang dipakai meliputi; pupuk kandang
2003). Kondisi ini juga akan mengakibatkan sapi, blotong tebu dan kompos ampas tebu.
pemiskinan unsur hara di dalam tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya kelompok Sederhana (RAK) dengan 10
pengelolaan yang tepat sehingga kerusakan perlakuan dan 3 ulangan.Perlakuan tersebut
tanah dapat dicegah. Upaya-upaya tersebut yaitu:
antara lain dengan pemberian pupuk organik P1 : Kontrol
dan pemupukan yang seimbang. Penelitian P2 : Pupuk Urea 300 Kg Ha-1
yang dilakukan oleh Effendi (1991) pada P3 : Pupuk Urea 300 Kg Ha-1+ SP36
Alfisol menunjukkan bahwa penambahan 150 Kg Ha-1
bahan organik berupa pupuk kandang dan P4 : Pupuk Urea 300 + SP36 150 +
pupuk hijau dapat memperbaiki beberapa sifat KCl 100 Kg Ha-1
fisik tanah seperti mengurangi kepadatan tanah, P5 : Pupuk Kandang 10 ton Ha-1
meningkatkan pori drainase cepat, kadar air P6 : Kompos 10 ton Ha-1
tersedia dan C-organik tanah. Perlakuan pupuk P7 : Pupuk Urea 300 + Pupuk
kombinasi organik dan anorganik juga Kandang 5 ton Ha-1
menghasilkan sistem perakaran yang dalam, P8 : Pupuk Urea 300 Kg Ha-1+
perkembangan perakaran yang baik dan hasil Kompos 5 ton Ha-1
tanaman yang tinggi (Sutanto, 2002). P9 : Pupuk Urea 300 + SP36 +
Disamping itu, dapat dijadikan sebagai sumber Kompos 5 ton Ha-1
hara P dan K di dalam tanah. P10 : Pupuk Urea 300 Kg Ha-1+
Hasil penelitian Raharja dan Utomo Blotong 5 ton Ha-1
(2005) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk
organik dan anorganik pada tahun pertama
Pengamatan dilakukan di lapangan dan
dapat memperbaiki sifat fisik tanah
laboratorium. Parameter pengamatan, metode
(menurunkan berat isi tanah, meningkatkan
analisis dan waktu pengamatan disajikan dalam
porositas dan kemantapan agregat) dan
Tabel 1. Lahan yang akan dijadikan sebagai plot
meningkatkan produksi ubi kayu. Namun,
percobaan dibuat bedengan berukuran 8 x 4 m
dalam penelitian tersebut tidak dipelajari
untuk tiap plotnya. Dengan 10 perlakuan dan
tentang sistem perakarannya, sehingga pada
3 ulangan maka dibuat 30 plot. Benih jagung
penelitian ini perlu dipelajari. Berdasarkan hasil
ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 1 x
penelitian tersebut maka diperlukan suatu
0,25 m, setelah sebelumnya tanah diberi lubang
penelitian lanjutan pada tahun kedua dengan
tanam dan pupuk Masing-masing lubang tanam
perlakuan yang sama.
diisi dengan 2-3 bibit untuk kemudian dipilih
yang terbaik pertumbuhannya. Bibit ubi kayu
ditanam dengan jarak tanam 100 X 100 cm.

http://jtsl.ub.ac.id
29

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

Cara penanaman dilakukan dengan Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan
meruncingkan ujung bawah stek ubi kayu anova uji F ( 5% )untuk melihat perbedaan
kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau pengaruh antar perlakuan.
kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun
tanah. Bila tanahnya keras dan lembab, stek Hasil dan Pembahasan
ditanam dangkal saja.
Pengaruh pupuk organik terhadap sifat
fisik tanah
Tabel 1. Parameter Pengamatan, Metode
Analisa dan Waktu Pengamatan Untuk mengetahui pengaruh pupuk organik
terhadap sifat fisik tanah pada tahun kedua
Parameter Metode Analisa maka digunakan beberapa parameter yang
Pengamatan meliputi: berat isi, porositas dan kemantapan
BI di lapangan Metode Silinder agregat. Data sifat fisik tanah tahun pertama
Porositas Metode Piknometer diperoleh dari Raharja (2005).
Kemantapan Ayakan Basah (DMR)
Berat Isi Tanah
Agregat
Perakaran (Lrv & Intersepsi akar Berat isi Alfisol pada berbagai perlakuan
Drv) (Teenant) & pemupukandapat dilihat pada Gambar 1. Hasil
Gravimetri analisis ragam berat isi tanah menunjukkan
Berat Segar Ubi Penimbangan bahwa perlakuan pemberian pupuk
Panjang & Diameter Kuantitatif (meteran) organikberpengaruh sangat nyata terhadap
Ubi berat isi tanah.
Jumlah ubi per Kuantitatif (meteran) 1.25
tanaman d
d
1.22
c
BI (g cm-3)

Pemberian pupuk organik meliputi pupuk 1.19


b b
kandang, kompos dan blotong diberikan 1.16 b b
semuanya pada awal penanaman sebagai pupuk a
a a
1.13
dasar. Pupuk urea, KCldan SP-36 diberikan
secara berkala sebanyak 3 kali dan masing- 1.1
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
masing sepertiga bagian. Tahap awal Perlakuan
pemupukan pada saat penyiapan lahan. Tahap
kedua ketika tanaman berumur 1 bulan dan Gambar 1. Berat Isi Tanah pada Berbagai
tahap ketiga diberikan ketika tanaman berumur Perlakuan Pemupukan
4 bulan. Keterangan.: Notasi a, b, c, d: Hasil Uji Duncan
Sedang pemeliharaan meliputi penyiangan pada taraf 5%
gulma yang dapat mengganggu tanaman utama
dan penyiraman. Untuk penyiraman Perbandingan antara Pupuk Organik dan
disesuaikan dengan kondisi lapangan, apabila Anorganik
terdapat hujan, maka penyiraman ditiadakan.
Jagung dipanen pada umur 4 bulan (pada tahap Perlakuan pemberian pupuk organik baik pada
akhir fase generatif ditandai dengan masaknya pupuk organik saja (P5, P6) maupun kombinasi
biji-biji dalam tongkol). Batang tanaman (P7, P8, P9, P10)berpengaruh nyata terhadap
dipotong sampai pangkal tanaman kemudian berat isi tanah dibandingkan dengan perlakuan
dikembalikan ke tanah sebagai biomassa. pupuk anorganik (P2, P3) kecuali pada P4.
Ketela pohon dapat dipanen pada saat Rata-rata penurunan berat isi pada pemberian
pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. pupuk organik sebesar 8.07 %, lebih besar dari
Warna daun mulai menguning dan banyak yang perlakuan pupuk anorganik yang penurunannya
rontok.Umur panen tanaman ubi kayu telah hanya sebesar 1.56 %.
mencapai 9–12 bulan. Besarnya nilai penurunan berat isi tanah
pada perlakuan pupuk organik ini diakibatkan
adanya penambahan bahan organik ke dalam
http://jtsl.ub.ac.id
30

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

tanah, sehingga massa padatan tanah menjadi adanya pengembalian biomassa tanaman jagung
lebih ringan. Akibatnya nilai berat isi tanah yang dijadikan sebagai tanaman tumpangsari
akan semakin rendah. Hal ini senada dengan dan juga berasal dari seresah tanaman ubi kayu
pernyataan Islami dan Utomo (1995) bahwa pada tahun pertama yang telah mengalami
nilai berat isi tanah dipengaruhi oleh struktur proses dekomposisi.
(dalam hal ini ruang pori), tekstur (dalam hal ini
ukuran dan kepadatan jenis partikel) dan 1.4
1.35
kandungan bahan organik.

Berat Isi (g cm -3)


1.3
Penurunan berat isi tanah yang tertinggi 1.25
pada perlakuan pupuk organik terjadi pada 1.2
1.15
perlakuan P6 (kompos 10 ton ha-1) dan P9 1.1
(urea + SP 36 + kompos 5 ton ha-1) yaitu 1.05
sebesar 9.82 % dengan nilai berat isi sebesar 1
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1.12 g cm-3. Nilai tersebut menunjukkan nilai
Perlakuan
yang terendah dibandingkan dengan pemberian
pupuk organik yang lainnya (pupuk kandang Tahun 1 Tahun 2
dan blotong). Hal ini diduga kompos lebih
mudah terdekomposisi, karena mempunyai Gambar 3. Nilai Berat Isi Tanah pada Tahun 1
nilai C/N rasio yang lebih rendah dan Tahun 2
dibandingkan blotong dan pupuk kandang.
Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa Berat isi tanah pada tahun pertama maupun
semakin rendah C/N rasio suatu bahan organik kedua secara umum terlihat bahwa pada
maka akan semakin cepat mengalami proses perlakuan penambahan pupuk organik
dekomposisi. Disamping itu, hasil penelitian mempunyai nilai berat isi tanah yang lebih
Utomo (1995) juga menunjukkan bahwa rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa
penambahan bahan organik berupa kompos pupuk organik. Hal tersebut akibat dari
dapat menurunkan erodibilitas, menurunkan pengaruh pupuk organik yang mampu
berat isi dan ketahanan penetrasi serta menurunkan berat isi tanah.
meningkatkan kemampuan tanah dalam Porositas Tanah
menahan air.
Porositas Alfisol pada berbagai perlakuan
Perbandingan Berat Isi Tanah Tahun pemupukan dapat dilihat pada Gambar 4.
Pertama dan Tahun Kedua Perbandingan antara Pupuk Organik dan
Anorganik
Berat isi tanah akibat pemberian pupuk organik
pada tahun pertama menunjukkan adanya Hasil analisis ragam porositas tanah
perbedaan yang nyata. Dari grafik nilai berat isi menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
tanah pada tahun 1 dan tahun 2 dapat diketahui pupuk organikberpengaruh sangat nyata
bahwa nilai berat isi tanah pada perlakuan terhadap porositas tanah. Perlakuan pemberian
panambahan pupuk organik menunjukkan pupuk organik baik pada pupuk organik saja
adanya penurunan berat isi tanah baik tahun (P5, P6) maupun kombinasi (P7, P8, P9,
pertama maupun tahun kedua (Gambar 3). P10)berpengaruh nyata terhadap porositas
Nilai berat isi tanah pada tahun kedua dibandingkan perlakuan pupuk anorganik (P1,
menunjukkan lebih rendah dibandingkan tahun P2, P3) kecuali pada P4. Rata-rata peningkatan
pertama kecuali pada perlakuan P5, P6, P7 dan porositas tanah pada pemberian pupuk organik
P8. Rata-rata penurunan berat isi tanah dari sebesar 6.54 %, lebih besar dari perlakuan
tahun pertama ke tahun kedua untuk perlakuan pupuk anorganik yang peningkatannya hanya
kontrol (P1), pupuk anorganik (P2, P3, P4) dan sebesar 0.95 %. Tingginya porositas tanah pada
kombinasi (P9, P10) yaitu 9.76 %, 3.35 % dan 4 perlakuan penambahan pupuk organik
%. Penurunan nilai berat isi tanah pada P1 disebabkan oleh bahan organik pada unit
(kontrol) dan P2, P3, P4 (pupuk anorganik) volume tanah yang mempunyai massa padatan
pada tahun kedua diduga disebabkan oleh lebih kecil dibandingkan massa padatan tanah,

http://jtsl.ub.ac.id
31

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

maka berat isi tanah juga akan mengalami menunjukkan perbedaan yang nyata. Dari
penurunan sehingga porositas akan meningkat. grafik dapat diketahui besarnya nilai porositas
Hal ini senada dengan pernyataan Soepardi tanah pada tahun kedua lebih besar apabila
(1983) bahwa bahan organik yang mempunyai dibandingkan dengan tahun pertama pada
massa padatan lebih ringan dibandingkan semua perlakuan kecuali pada P5 (Gambar 5).
padatan mineral tanah akan berpengaruh Rata-rata peningkatan porositas tanah dari
terhadap berat isi dan kerapatan jenis partikel tahun pertama ke tahun kedua untuk perlakuan
tanah. kontrol (P1), pupuk anorganik (P2, P3, P4) dan
pupuk organik (P6, P7, P8, P9, P10) yaitu 4.83
56
e %, 5.88 % dan 12.97 %.
54
d 60
Porositas (%)

cd cd
52 bc 50
bc

Porositas (%)
bc
40
a
50 a a 30
20
48 10
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
0
Pe rlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

Gambar 4. Porositas Tanah pada Berbagai Perlakuan

Perlakuan Pemupukan Tahun 1 Tahun 2


Keterangan.: Notasi a, b, c, d, e: Hasil Uji Duncan
pada taraf 5% Gambar 5. Nilai Porositas Tanah pada Tahun 1
dan Tahun 2
Peningkatan bahan organik tanah juga akan
memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan Peningkatan nilai porositas tanah pada tahun
porositas (Sutanto, 2002). Hal senada juga kedua untuk perlakuan penggunaan
dinyatakan Hardjowigeno (2003) bahwa bahan penambahan pupuk organik (P6, P7, P8, P9,
organik yang tinggi pada tanah dominan liat P10) menunjukkan bahwa adanya penambahan
akan memperbaiki struktur tanah sehingga bahan organik ke dalam tanah secara terus-
tanah akan memiliki tata udara (ruang pori menerus maka akan memperbaiki sifat fisik
tanah) yang banyak. Peningkatan porositas tanah.
tanah yang tertinggi pada perlakuan pupuk Pada peningkatan nilai porositas tanah
organik terjadi pada perlakuan P6 (kompos 10 pada tahun kedua untuk perlakuan kontrol
ton ha-1) yaitu sebesar 11.77 % dengan (P1) dan pupuk anorganik (P2, P3, P4) diduga
porositas sebesar 55.09 %. Porositas tanah disebabkan oleh adanya pengembalian
pada P6 ini menunjukkan nilai yang tertinggi biomassa tanaman jagung sebagai tanaman
dibandingkan dengan pemberian pupuk tumpangsari dan juga berasal dari seresah ubi
organik yang lainnya (pupuk kandang dan kayu pada tahun pertama yang telah mengalami
blotong). Tingginya porositas ini berkaitan proses dekomposisi. Masukanbahan organik ini
dengan nilai berat isi tanah yang rendah akibat akan menyebabkan struktur tanah menjadi
pemberian pupuk organik berasal dari kompos lebih mantap sehingga porositas meningkat
yang bersifat mudah terdekomposisi. Hal ini (Sutanto, 2002).
senada dengan pernyataan Widianto et al. Kemantapan Agregat Tanah
(2005) bahwa sifat porositas tanah dipengaruhi Kemantapan agregatAlfisol pada berbagai
oleh besar kecilnya berat isi tanah dan berat perlakuan pemupukan dapat dilihat Gambar 6.
jenis. Hasil analisis ragam kemantapan agregat tanah
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
Perbandingan Porositas Tanah Tahun pupuk organik tidak berpengaruh nyata
Pertama dan Tahun Kedua terhadap kemantapan agregat tanah.
Pengaruh perlakuan pupuk organik terhadap
porositas tanah pada tahun pertama
http://jtsl.ub.ac.id
32

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

Perbandingan antara Pupuk Organik dan pupuk organik (P5, P6, P7, P8, P9, P10) yaitu
Anorganik 138.51 %, 92.40 % dan 62.43 %. Dari grafik
diatas (Gambar 7) dapat diketahui besarnya
Nilai kemantapan agregat pada masing-masing
nilai kemantapan agregat tanah pada tahun
perlakuan pada pemberian pupuk organik dan
kedua lebih besar apabila dibandingkan dengan
anorganik tidak menunjukkan perbedaan yang
tahun pertama pada semua
nyata terhadap kemantapan agregat
perlakuan.Peningkatan nilai kemantapan
dibandingkan perlakauan pupuk anorganik.
agregat tanah pada tahun kedua diduga
Perbedaan jenis pupuk organik pada perlakuan
disebabkan adanya faktor bahan organik yang
pupuk organik juga tidak menunjukkan
telah terdekomposisi, yang berasal dari
perbedaan yang nyata. Nilai pada perlakuan
biomassa tanaman jagung dan seresah ubi kayu.
pupuk organik P5 (pupuk kandang 10 ton ha-1)
Adanya pemasukan bahan organik ke dalam
menunjukkan nilai yang lebih besar dari semua
tanah sangat berperan penting didalam
perlakuan dengan nilai kemantapan agregat
pembentukan struktur tanah, sehingga butir-
tanah terbesar yaitu sebesar 3.59 mm.
butir primer akan terikat satu sama lain (Sarief,
Kurang berpengaruhnya penambahan
1993). Dengan demikian proses agregasi tanah
bahan oraganik terhadap kemantapan agregat
akan lebih baik.
tanah diduga akibat pengolahan tanah yang
dilakukan untuk perbaikan plot bedengan
akibat erosi, sehingga agregat tanah yang 4

terbentuk menjadi hancur. Selain itu, 3.5


3
kandungan fraksi liat yang tinggi yaitu sebesar
DMR (mm)

2.5

37 % juga berpengaruh terhadap agregat tanah. 2


1.5
Hal ini senada dengan pernyataan Udawatta 1
0.5
dan Henderson (2004) bahwa faktor yang 0
berperan dalam proses agregasi tanah selain P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

kandungan bahan organik adalah kandungan Perlakuan

mineral liat di dalam tanah. Tahun 1 Tahun 2

Gambar 7. Nilai Kemantapan Agregat Tanah


3.7

3.6
(DMR) pada Tahun 1 dan Tahun 2
3.5
DMR (mm)

3.4

3.3 Pengaruh pemupukan terhadap tanaman


3.2 ubi kayu
3.1

3 Perakaran Tanaman Ubi Kayu


P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
Pe rlakuan Ukuran sistem kepadatan perakaran tanaman
Gambar 6. Kemantapan Agregat pada Berbagai dapat diukur dari besarnya total panjang akar
Perlakuan Pemupukan (length root per volume / Lrv, cm cm-3) dan total
Keterangan: Notasi a, b, c, d: Hasil Uji Duncan berat kering akar (weigth root per volume / Drv, g
pada taraf 5% cm-3) tanaman. Total panjang akar (Lrv) dan
berat kering akar (Drv) tanaman ubi kayupada
berbagai perlakuan pemupukan dapat dilihat
Perbandingan Kemantapan Agregat Tahun pada Gambar 8 dan 9. Hasil analisis ragam total
Pertama dan Tahun Kedua panjang akar dan berat kering akar
Pengaruh pemberian pupuk organik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pupuk organikdan anorganik berpengaruh
kemantapan agregat pada tahun pertama. Rata- sangat nyata terhadap total panjang akar..
rata peningkatan kemantapan agregat dari Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap
tahun pertama ke tahun kedua untuk perlakuan perakaran menunjukkan perbedaan yang sangat
kontrol (P1), pupuk anorganik (P2, P3, P4) dan nyata. Rata-rata nilai total panjang akar dan

http://jtsl.ub.ac.id
33

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

berat kering akar pada perlakuan pupuk Tingginya nilai total panjang akar (Lrv)
organik yang dikombinasikan dengan pupuk dan berat kering akar (Drv) pada perlakuan
anorganik (P7, P8, P9, P10) memiliki nilai yang pupuk kombinasi ini dapat disebabkan oleh
lebih tinggi dibandingkan pupuk anorganik (P2, adanya penambahan bahan organik ke dalam
P3, P4), sedangkan pupuk anorganik lebih tanah sehingga akan terjadi perbaikan terhadap
tinggi dibandingkan pupuk organik (P5, P6). sifat fisik tanah sehingga memudahkan akar
Peningkatan nilai total panjang akar yang dalam pertumbuhannya. Hal ini di kuatkan oleh
terbesar terjadi pada perlakuan pupuk Sarief (1993) yang mengemukakan bahwa
kombinasi urea + pupuk kandang 5 ton ha-1 bahan organik dapat menambah banyaknya
(P7) yaitu sebesar 214.58 %, sedangkan kegunaan air akan tanaman serta merangsang
terendah terjadi pada perlakuan pupuk urea pertumbuhan akar.
(P2) yaitu sebesar 72.92 %. Masukan unsur hara tambahan dari pupuk
anorganik juga sangat berperan dalam
0.16 f
perkembangan akar. Tanaman ubi kayu pada
0.14
ef
def
tanah dengan kandungan N dan K yang cukup
cd
cde akan menghasilkan umbi yang lebih besar dan
0.12
Lrv (cm cm-3)

c c
c perkembangan akar yang optimal (Norman et
0.10
b al., 1995 dalam Agbaje dan Akinlosotu, 2004).
0.08
Hal ini juga diperkuat hasil penelitian Sutanto
0.06 a (2002) perlakuan pemberian pupuk kombinasi
0.04 pada tanaman jagung menghasilkan sistem
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
Perlakuan perakaran tanaman yang dalam, perkembangan
perakaran yang baik dan hasil yang tinggi.
Gambar 8. Total Panjang Akar (Lrv) pada
Berbagai Perlakuan Pemupukan Hasil Ubi Kayu
0.0006
Data berat segar ubi kayu tahun pertama
f diperoleh dari Utomo (2005). Komponen hasil
0.0005
dan berat segar ubi kayu pada berbagai
e
0.0004
perlakuan pemupukan dapat dilihat pada
Drv (g cm-3)

d
0.0003 d d d
Gambar 10 dan 11. Hasil analisis ragam
0.0002
c
komponen hasil ubi kayu dan berat segar
b
0.0001
a
ab
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
0
pupuk organikdan anorganik berpengaruh
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 sangat nyata terhadap komponen hasil ubi
Perlakuan
kayu.
Gambar 9. Berat Kering Akar (Drv) pada
Berbagai Perlakuan Pemupukan Perbandingan antara Pupuk Organik dan
Keterangan: Notasi a, b, c, d, e, f: Hasil Uji Duncan pada Anorganik
taraf 5%
Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap hasil
ubi kayu menunjukkan perbedaan yang sangat
Sedangkan peningkatan nilai berat kering akar
nyata. Rata-rata nilai komponen hasil dan berat
/ Drv terbesar terjadi pada perlakuan
segar ubi kayu pada perlakuan pupuk organik
kombinasi yaitu pada P8 (urea + kompos 5 ton
yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik
ha-1) yaitu sebesar 362.96 %, sedangkan
(P7, P8, P9, P10) memiliki nilai yang lebih
terendah terjadi pada perlakuan kompos 10 ton
tinggi dibandingkan pupuk anorganik (P2, P3,
ha-1 (P6) yaitu sebesar 28.4 %. Rata-rata
P4), sedangkan pupuk anorganik lebih tinggi
peningkatan nilai total panjang akar dan berat
dibandingkan pupuk organik (P5, P6).
kering akar yang paling tinggi terjadi pada
Rata-rata peningkatan data komponen ubi
perlakuan pupuk organik yang dikombinasikan
kayu yang terbesar terjadi pada perlakuan
dengan pupuk anorganik yaitu sebesar 185.94
pupuk kombinasi (P7, P8, P9, P10) yaitu
% dan 283.64 %.
sebesar 0.65 % diameter ubi, 6.27 % panjang
ubi dan 7.75 % jumlah ubi. Pada pupuk

http://jtsl.ub.ac.id
34

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

organik saja (P5, P6) hanya sebesar 0.13 % Adanya penambahan unsur K yang
diameter ubi, 4.23 % panjang ubi dan 2.84 % dikombinasikan dengan pupuk urea terbukti
jumlah ubi, kemudian pada pupuk anorganik dapat meningkatkan berat segar ubi kayu
(P2, P3, P4) sebesar 0.52 % diameter ubi, 9.72 dibandingkan tanpa penambahan unsur K. Hal
% panjang ubi dan 5.38 % jumlah ubi. ini dibuktikan dengan hasil uji Orthogonal
Rata-rata peningkatan berat segar pada kontras yang menunjukkan perbedaan yang
pemberian pupuk kombinasi sebesar 233.83 %, nyata. Fungsi unsur K bagi tanaman dapat
lebih besar dari perlakuan pupuk anorganik membantu dalam pembentukan pati
yang peningkatannya sebesar 229.36 % dan (Hardjowigeno, 2003).
pupuk organik saja sebesar 102.36 %. Hal ini Hasil uji Orthogonal kontras berat segar
menunjukkan bahwa pemberian pupuk menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
kombinasi lebih meningkatkan hasil ubi kayu pupuk organik (P5, P6) berbeda nyata terhadap
dibandingkan pupuk organik atau anorganik perlakuan pupuk anorganik (P2, P3, P4) dan
saja. kombinasi (P7, P8, P9, P10). Perlakuan pupuk
organik juga berbeda nyata dengan perlakuan
40
pemberian urea. Nilai pada perlakuan organik
e
35 bcd
d e
bcd
lebih rendah dari perlakuan tersebut. Hal ini
e
menunjukkan bahwa penambahan unsur hara
Kom ponen Ubi Kayu

cd cd
30 bc
25
a
yang dibutuhkan dari pupuk organik tidak
20
e e
mampu mencukupi kebutuhan secara optimal,
15
c
d cd d cd sedangkan dari pupuk urea dapat dimanfaatkan
cd
10
a a de f ef ab
b
cd bc bc f bc secara optimal oleh tanaman.
5

0
Tingginya hasil ubi kayu pada perlakuan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 penambahan pupuk organik yang
Perlakuan dikombinasikan dengan pupuk anorganik
Jumlah Ubi Panjang Ubi (cm) Diameter Ubi (cm)
diduga selain akibat penambahan bahan
Gambar 10. Komponen Hasil Ubi Kayu pada organik yang dapat meningkatkan dan
Berbagai Perlakuan Pemupukan mempertahankan kesuburan tanah juga
Keterangan: Notasi a, b, c, d, e, f: Hasil Uji Duncan pada terdapat masukan unsur hara sehingga
taraf 5% ketersediaanya meningkat dan pertumbuhan
tanaman lebih baik. Hal tersebut senada
Hasil dari perlakuan kontrol (P1) menunjukkan dengan pernyataan Norman et al. (1995) dalam
nilai yang paling rendah dari semua perlakuan. Agbaje dan Akinlosotu (2004) bahwa tanaman
Rendahnya nilai tersebut akibat tidak adanya ubi kayu pada tanah dengan kandungan N dan
tambahan unsur hara dari luar terutama unsur K yang cukup akan menghasilkan umbi yang
N, P dan K yang sangat diperlukan tanaman lebih besar dan perkembangan akar yang
dalam pembentukan pati pada akar. optimal. Hal ini juga diperkuat dengan
40 pernyataan Howeler (1991) bahwa dalam
d d
35 d
cd cd pembentukan umbi, tanaman ubi kayu
cd
merupakan jenis tanaman yang membutuhkan
Berat Segar (ton ha-1)

30 c
25
b unsur hara yang tinggi terutama unsur N dan K
20 b
yang sangat berperan penting dalam
15
a membentuk pati pada akarnya serta untuk
10
pertumbuhan yang optimal. Disamping itu,
unsur hara K juga sangat diperlukan untuk
5

0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 memacu sintesa karbohidrat dalam proses
Pe rlak uan
metabolisme terutama untuk tanaman ubi-
Gambar 11. Berat Segar pada Berbagai ubian (Sugito, 1990).
Perlakuan Pemupukan Tingginya nilai tersebut disebabkan juga
Keterangan: Notasi a, b, c, d, e, f: Hasil Uji Duncan pada akibat pengaruh perbaikan sifat fisik tanah
taraf 5%
sehingga memungkinkan akar dapat menembus

http://jtsl.ub.ac.id
35

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

partikel tanah dengan optimal sehingga umbi kayu secara terus menerus akan berakibat pada
dapat terbentuk dengan baik. Adanya penurunan yang cepat pada unsur hara
lingkungan fisik yang cocok, maka akan terutama unsur N dan K. Tingginya curah
mendukung akar tanaman berkembang dengan hujan pada awal musim tanam diduga pula
bebas, proses fisiologi bagian tanaman yang menjadi faktor penyebab penurunan berat
berada di dalam tanah dapat berlangsung segar. Tingginya curah hujan akan
dengan baik, dan tanaman dapat berdiri tegak mempercepat proses pencucian unsur-unsur
serta tidak mudah roboh (Islami dan Utomo, hara di dalam tanah, terutama unsur N dalam
1995). bentuk nitrat (Hardjowigeno, 2003). Akibatnya,
unsur N yang berasal dari pupuk urea kurang
Perbandingan Berat Segar Ubi Kayu efektif bagi tanaman.
Tahun Pertama dan Tahun Kedua
Pengaruh Sifat Fisik Tanah terhadap
Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap berat
Perakaran dan Hasil Ubi Kayu
segar ubi kayu pada tahun pertama
menunjukkan perbedaan yang nyata. Adanya perbaikan sifat fisik tanah pada hasil
Berdasarkan grafik (Gambar 12) menunjukkan penelitian akibat pemberian pupuk organik
bahwa besarnya nilai berat segar ubi kayu pada ditunjukkan dengan adanya penurunan berat isi
tahun kedua menunjukkan penurunan apabila tanah dan peningkatan porositas tanah. Hasil
dibandingkan dengan tahun pertama pada penelitian menunjukkan pengaruh sifat fisik
semua perlakuan (Gambar 12). Tingkat tanah terhadap hasil ubi kayu secara tidak
penurunan yang paling besar terjadi pada langsung, namun dengan perbaikan sifat fisik
perlakuan tanpa pupuk yaitu sebesar 168.32 %. tanah akan berpengaruh terhadap peningkatan
Hal tersebut disebabkan tidak adanya masukan kepadatan perakaran (total panjang akar).
hara tambahan dari luar terutama unsur N dan
K.
40
35
Berat Segar (ton ha-1)

60
Berat Segar (ton ha-1)

50 30
40 25
30 20
20 15
y = 194.51x + 4.5087
10 10
R2 = 0.5648
0 5
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
0
Perlakuan 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20

Tahun 1 Tahun 2 Total Panjang Akar (Lrv)

Gambar 12. Hasil Berat Segar Ubi Kayu pada


Tahun 1 dan Tahun 2 45
40
Berat Segar (ton ha-1)

35
Rata-rata penurunan berat segar dari tahun 30
pertama ke tahun kedua untuk perlakuan 25

pupuk anorganik (P2, P3, P4), pupuk organik 20


y = 49.629x + 14.46
15
saja (P5, P6) dan pupuk kombinasi (P7, P8, P9, 10
R2 = 0.5886

P10) yaitu 27.88 %, 80.89 % dan 42.29 %. 5


Penurunan nilai berat segar ubi kayu pada 0

tahun kedua diduga disebabkan oleh faktor 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Berat Kering Akar (Drv)
pemiskinan unsur hara akibat sistem
penanaman ubi kayu secara terus menerus. Hal Gambar 13. Hubungan Perakaran dengan Hasil
ini sesuai dengan pernyataan Okeke (1991) Ubi Kayu
dalam Agbaje dan Akinlosotu (2004) bahwa
sistem tanam mempengaruhi kebutuhan unsur Dengan peningkatan total panjang akar
hara pada tanaman ubi kayu. Penanaman ubi tersebut menunjukkan peningkatan pada berat
segar ubi kayu (Gambar 13). Hal ini dikuatkan
http://jtsl.ub.ac.id
36

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

pula dengan hasil analisis korelasi antara total Kesimpulan


panjang akar (Lrv) dengan berat segar ubi kayu
yang menunjukkan adanya korelasi yang nyata 1. Penggunaan pupuk organik (pupuk
dengan nilai r = 0.706*, berat kering akar (Drv) organik saja dan kombinasi) menunjukkan
dengan berat segar ubi kayu juga menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap sifat fisik
adanya korelasi yang sangat nyata dengan nilai r tanah yaitu penurunan berat isi dan
= 0.767**. peningkatan porositas tanah, akan tetapi
Hasil pengamatan terhadap sifat fisik tidak nyata terhadap kemantapan agregat.
tanah pada berbagai perlakuan menunjukkan Perlakuan pupuk organik (P5, P6) paling
secara signifikan memiliki pengaruh terhadap baik dalam memperbaiki sifat fisik tanah
perakaran tanaman yaitu total panjang akar dan dengan rata-rata penurunan berat isi
berat kering akar. Berdasarkan analisis regresi sebesar 9.33 % dan peningkatan porositas
(Gambar 14) total panjang akar terlihat sebesar 9.4 % dibandingkan kontrol.
mengalami peningkatan dengan menurunnya Perbandingan dengan tahun pertama
nilai berat isi tanah. menunjukkan bahwa secara umum terjadi
perbaikan sifat fisik tanah pada tahun
0.20 kedua.
2. Perakaran ubi kayu dipengaruhi
y = -19.798x + 50.538 pemberian pupuk (pupuk organikdan
L rv (cm cm -3)

0.15
R2 = 0.7971
anorganik). Perlakuan pupuk kombinasi
0.10
menunjukkan hasil total panjang akar dan
0.05 berat kering akar yang terbaik, terutama
pada P7 (urea 300 kg ha-1 + pupuk
0.00 kandang 5 ton ha-1) dengan peningkatan
1.1 1.15 1.2 1.25
214.58 % dibanding kontrol.
BI (g cm-3) 3. Perbaikan sifat fisik tanah akibat
penambahan pupuk organik berpengaruh
Gambar 14. Pengaruh Sifat Fisik Tanah nyata terhadap perakaran tanaman ubi
terhadap Perakaran kayu, ditunjukkan korelasi antara total
panjang akar dengan berat isi tanah (r = -
0.728*). Perbaikan perakaran akan
Hal tersebut dibuktikan pula dengan hasil meningkatkan hasil ubi kayu, ditunjukkan
analisis korelasi antara total panjang akar korelasi antara total panjang akar (Lrv)
dengan berat isi tanah yang menunjukkan dengan berat segar ( r = 0.706*).
adanya korelasi yang nyata dengan nilai r = - 4. Perlakuan pemupukan (pupuk organikdan
0.728*. Berdasarkan korelasi tersebut terjadi anorganik) berpengaruh nyata terhadap
hubungan dimana semakin rendah berat isi hasil ubi kayu. Perlakuan pupuk
tanah maka akan mampu meningkatkan total kombinasi (P7, P8, P9, P10) memberikan
panjang akar. Hal ini sesuai dengan hasil berat segar dan komponen hasil ubi kayu
penelitian Udawatta dan Henderson (2004) yang lebih baik dibandingkan dengan
menunjukkan bahwa distribusi perakaran perlakuan pupuk organik saja (P5, P6)
tanaman berkaitan erat dengan berat isi tanah. maupun anorganik saja (P2, P3, P4).
Total panjang akar menurun seiring dengan Perlakuan pupuk kombinasi P8 (urea 300
meningkatnya berat isi tanah, pada berat isi kg ha-1 + kompos 5 ton ha-1) memberikan
tanah terendah menunjukkan hasil total hasil berat segar yang terbaik dengan
panjang akar yang tertinggi. Hal ini juga peningkatan 265.28 % dibandingkan
diperkuat dengan Hasil penelitian Suprayogo, et kontrol. Apabila dibandingkan dengan
al. (2004) menunjukkan bahwa pertumbuhan tahun sebelumnya, pada tahun kedua
akar tanaman berkurang dengan meningkatnya menunjukkan penurunan hasil berat segar
berat isi tanah dan pertumbuhan sudah terhenti terutama pada perlakuan P1 (kontrol).
bila BI > 1.45 g cm-3.

http://jtsl.ub.ac.id
37

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014

Daftar Pustaka Suprayogo, D., Widianto, Purnomosidhi, P.,


Widodo, R.H., Rusiana, F., Aini, Z.Z.,
Agbaje G. O. and Akinlosotu T. A. 2004. Influence Khasanah, N. dan Z. Kusuma. 2004. Degradasi
of NPK fertilizer on tuber yield of early and sifat fisik tanah sebagai akibat alih guna lahan
late-planted cassava in a forest alfisol of south- hutan menjadi sistem kopi monokultur: Kajian
western Nigeria. African Journal of Makroporositas Tanah. Agrivita 26 (1): 60-68.
Biotechnology 3 (10): 547-551. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik.
http://www.academicjournals.org/AJB. Kanisius.Yogyakarta.
Verified 12-06-2006. Udawatta, R. P. and Henderson, G. S. 2004.Root
Effendi, S. 1991. Laporan tahunan pusat penelitian distribution relationships to soil properties in
tanah 1989/1990. Departemen Pertanian. Missouri oak stands: A productivity index
Bogor. approach. Soil Science Society of America
Howeler, R.H. 1991. Long term effects of cassava Journal 67(6): 1869-1877.
cultivation on soil productivity. Field Crop Res Utomo, W. H. 1995. Pengantar Fisika Tanah.
26 (1): 1-18. www.academicjournals.org. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.
Verified 12-06-2006. Malang.
Islami, T. dan Utomo, W.H. 1995. Hubungan Utomo, W. H. 2005. Effect of manure and
Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. potassium fertilizers on yield of maize and
Semarang. cassava in intercropping system. Asian Research
Junedi, M. 1999. Ketela pohon / singkong(Manihot Project.Bangkok, Thailand.
utilissima Pohl). Widianto, Ngadirin, Iva, D., Ari, S. 2005. Pedoman
www.kpel.or.id/TTGP/komoditi/Singkong1. htm. praktikum pengantar fisika tanah. Fakultas
Verified 15-02-2006. Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Raharja, T. P. 2005. Pengaruh pupuk organik dan
anorganik terhadap terhadap sifat fisik alfisol
dan hasil tanaman jagung dalam sistem
tumpangsari. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang.
Russel, E. W. 1977. Plant Root System. Their
function and interaction with the soil. McGraw-
Hill Book Company, UK.298 pp.
Sarief, E. S. 1993. Kesuburan dan Pemupukan
Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri tanah. IPB. Bogor.
Sugito, Y. 1990. Effect of plant spacing and
fertilizer application on the yield of 2 varieties of
Cassava and Maize in intercropping system.
Agrivita Journal 13 (1): 7-14.

http://jtsl.ub.ac.id
38

halaman ini sengaja dikosongkan

http://jtsl.ub.ac.id

You might also like