Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This research was conducted with the aim of knowing the empowerment communication process in
implementing the Family Hope Program (PKH) in an effort to prosper the Beneficiary Families (KPM)
in Pasirmuncang Village, Caringin District, Bogor Regency and to find out the empowerment
communication model used by the social companion Pasirmuncang Village in Caringin Subdistrict P2K2
implementation. The research method used in this study is phenomenology. The type of research data in
this study uses qualitative, while the data sources in the study are divided into two parts, namely primary
data sources and secondary data sources. Data collection techniques use three techniques, namely,
observation, interviews and documentation. Data analysis procedures include; data reduction, data dispay,
and conclusion. The results showed that the Deliberation as a process of empowering communication in
the Family Hope Program (PKH) Family Capability Improvement Meeting (P2K2), the communication
model used in the Family Hope Program (PKH) Family Ability Enhancement Meeting (P2K2) is a
dialogical and persuasive communication model with using a participatory approach so that there is
cohesiveness and equality between social assistants and beneficiary families, namely both as subjects of
empowerment. So that among those involved in communication there is no feeling of inferior and superior,
and the results of their communication are considered as sharing.
Keywords : Communication, Community Empowerment, Hope Family Program
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses komunikasi
pemberdayaan dalam pelaksanaan PKH (Program Keluarga Harapan) dalam upaya
mensejahterakan KPM (Keluarga Penerima Manfaat) di Desa Pasirmuncang Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor serta untuk mengetahui model komunikasi pemberdayaan
yang digunakan oleh pendamping sosial Desa Pasirmuncang Kecamatan Caringin dalam
pelaksanaan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Jenis data
penelitian dalam penelitian ini mengunakan kualitatif sedangkan sumber data pada
Diterima: Januari 2019. Disetujui: April 2019. Dipublikasikan: Juni 2019 63
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena
penelitian terbagi ke dalam dua bagian yakni sumber data primer dan sumber data
sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan tiga teknik yakni, observasi,
wawancara dan dokumentasi. Prosedur analisis data di antaranya; reduksi data, dispay
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Musyawarah sebagai proses komunikasi
pemberdayaan dalam PKH (Program Keluarga Harapan) P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga), Model komunikasi yang digunakan dalam PKH (Program
Keluarga Harapan) P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)adalah model
komunikasi dialogis dan persuasif dengan menggunakan pendekatan partisipatoris
sehingga adanya kekompakan dan kesetaraan antara pendamping sosial dengan keluarga
penerima manfaat, yakni sama-sama sebagai subyek pemberdayaan. Sehingga diantara
mereka yang terlibat komunikasi tidak ada perasaan inferior dan superior, dan hasil
komunikasinya dianggap sebagai sharing.
Kata Kunci: Komunikasi, Pemberdayaan Masyarakat, Program Keluarga Harapan.
PENDAHULUAN
Model dibangun agar kita dapat mengidentifikasikan, menggambarkan atau
mengategorisasikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses.
Sebuahmodel dapat dikatakan sempurna, jika ia mampu memperlihatkan semua
aspek-aspek yang mendukung terjadinya sebuah proses. Misalnya, dapat
melakukan spesifikasi dan menunjukkan kaitan antara satu komponen dengan
komponen lainnya dalam suatu proses, serta keberadaannya dapat ditunjukkan
dengan nyata (Hafied, 1998: 39-40).
Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau
proses pemberian daya atau kekuatan atau kemampuan, dan atau proses
pemberian daya atau kekuatan atau kemampuan dari pihak yang mempunyai daya
kepada pihak yang tidak atau kurang berdaya. (Teguh, 2004)
Upaya pemerintah dalam memberdayakan masyarakat sangat banyak sekali.
Salah satunya yaitu melalui Program Keluarga Harapan pada kegiatan P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga). P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga merupakan Proses belajar secara terstruktur untuk
memperkuat terjadi perubahan perilaku pada KPM (Keluarga Penerima Manfaat).
P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga bertujuan meningkatkan
pengetahuan, pemahaman mengenai pentingnnya pendidikan, kesehatan dan
pengelolaan keuangan bagi keluarga melalui penyampaian pesan modul,
diantaranya; a) modul kesehatan dan gizi, b) modul pengasuhan dan pendidikan,
c) modul perlindungan anak, d) modul pengelolaan keuangan keluarga, dan e)
kesejahteraan sosial.
Dari upaya tersebut, seorang komunikator pemberdayaan memegang peran
penting dalam kaitannya dengan keberhasilan proses pemberdayaan. Termasuk
kaitannya dalam usaha untuk menggali dan mengeksplorasi potensi yang dimiliki
64 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan
inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau
meledak.
Model Komunikasi
Menurut Deddy Mulyana (2001:121) Model komunikasi merupakan alat untuk
menjelaskan atau untuk mempermudah penjelasan komunikasi. Dalam
pandangan Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi
ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Oleh karena
itu model bisa disebut sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan teori atau penyederhanaan teori. Fungsi model komunikasi paling
tidak bisa melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual dan
membantu dalam menemukan dan memperbaiki kendala komunikasi dalam
perspektif teoritik.
Gordon Wiseman dan Larry Barker menjelaskan tiga fungsi model
komunikasi yaitu melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual,
membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi. Bagi
Werner J.Severin dan James W. Tankard, Jr. model membantu merumuskan suatu
teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan
teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori. Oleh karena kita
memilih unsur-unsur tertentu yang kita masukkan dalam model, suatu model
mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini pada gilirannya
mengimplikasikan suatu teori mengenai fenomena yang diteorikan. Model dapat
berfungsi sebagai basis bagi suatu teori yang lebih kompleks, alat untuk
menjelaskan teori dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep-konsep
(Deddy Mulyadi, 2001:123).
Sedangkan menurut Sereno dan Mortensen, model komunikasi
merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya
komunikasi. Model komunikasi mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting
dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata.
Dengan demikian, model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi
dari suatu peristiwa komunikasi. Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan
mengenai hubungan dan interaksi antara faktor-faktor atau unsur-unsur yang
menjadi bagian dari model. Penjelasannya diberikan oleh teori. Ini berarti terdapat
kaitan antara teori dan model. Jika model memiliki kaitan yang sangat erat dengan
teori, maka sehubungan dengan hal tersebut, Gardon Wiseman dan Larry Barker
mengemukakan tiga fungsi model komunikasi, yaitu: Melukiskan proses
komunikasi, Menunjukkan hubungan visual, Membantu dalam menemukan dan
memperbaiki kemacetan komunikasi.
Menurut Deutsch, model dalam konteks ilmu pengetahuan sosial,
mempunyai empat fungsi, antara lain: pertama, mengorganisasikan, artinya model
mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara mengurutkan serta mengaitkan satu
bagian atau sistem dengan bagian sistem lainnya. Sehingga kita memperoleh
gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-potong. Aspek lainnya dari fungsi
Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 67
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena
yang pertama ini adalah, bahwa model memberikan gambaran umum tentang
suatu hal dalam kondisi-kondisi tertentu. Kedua, model membantu menjelaskan.
Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan penjelasan, namun model
membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi
yang sederhana. Tanpa model, informasi tentang suatu hal akan tampak rumit atau
tidak jelas. Ketiga, Fungsi “ heuristic ”. Artinya melalui model, kita akan dapat
mengetahui sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan
memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dari sebuah proses
atau sistem. Keempat, Fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat memperkirakan
tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai. Oleh karena itu, dalam dunia
ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar bagi
para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pernyataan-pernyataan yang
berisikan penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab akibat
antara satu faktor dengan faktor-faktor lainnya.
Sedangkan keuntungan dari pembuatan model menurut Raymond S. Ross
adalah terbukanya problem abstraksi.3 Model bisa memberikan penglihatan yang
lain, berbeda, dan lebih dekat; model menyediakan kerangka tujuan, serta
menyoroti problem abstraksi dan menyatakan suatu problem dalam bahasa
simbolik bila terdapat peluang untuk menggunakan gambar atau simbol.
P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang dikenal
dengan FDS (Family Development Session) merupakan sebuah intervensi
perubahan perilaku yang diberikan bagi peserta PKH (Program Keluarga
Harapan). P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) merupakan
proses belajar secara terstruktur untuk meningkatkan keterampilan hidup
masyarakat miskin di bidang ekonomi, pendidikan anak, kesehatan, dan
perlindungan anak. Materi P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) disampaikan melalui pertemuan kelompok bulanan yang disampaikan
oleh Pendamping PKH (Program Keluarga Harapan) terhadap kelompok-
kelompok binaannya
Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment)
berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka (Edi
Suharto, 2009:57).
Menurut Oos M. Anwas (2013:12), pemberdayaan juga menekankan agar
seseorang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup
untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya. beberapa hal mengenai pemberdayaan masyarakat, antara lain : 1)
Pemberdayaan pada dasarnya adalah memberi kekuatan kepada pihak yang kurang
atau tidak berdaya (powerless) agar dapat memiliki kekuatan yang menjadi modal
dasar aktualisasi diri, 2) Pemberdayaan masyarakat tidak hanya menyangkut aspek
68 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan
dua jam dan disampaikannya materi per-sesi. Adapun materi yang disampaikan
dalam p2k2 diantaranya ada lima modul yang disetiap modul tersebut terdapat
beberapa sesi. Modul pertama, tentang pengasuhan dan pendidikan anak dengan
disajikannya empat sesi diantaranya, menjadi orang tua yang lebih baik,
memahami perilaku anak, memahami cara anak usia dini belajar, membantu anak
sukses di sekolah. Modul kedua, tentang pengelolaan keuangan dan perencanaan
usaha dengan disajikannya tiga sesi, diantaranya, mengelola keuangan keluarga,
cermat meminjam dan menabung, memulai usaha. Modul ketiga, tentang
kesehatan dengan disajikannya tiga sesi, diantaranya seribu hari pertama
kehidupan, anak dan balita, higinitas sanitasi dan penyakit. Modul keempat,
tentang perlindungan anak dengan disajikannya dua sesi, diantaranya pencegahan
kekerasan terhadap anak, pencegahan penelantaran dan eksploitasi anak. Modul
kelima, Sesi ini merupakan sesi khusus yang membahas tentang perlindungan
penyandang disabilitas dan kesejahteraan lansia” (YB. Chandra Nugraha,
Wawancara Pribadi. Pelaku P2K2, 25 Februari).
Pada kesempatan yang sama Bu Nenah selaku Keluarga Penerima Bantuan
KPM (Keluarga Penerima Manfaat) juga mengatakan:
“Rapat yang biasa dilakukan 1 bulan 1 sekali, membahas tentang menjadi
orang tua yang baik, mengatur keuangan, kesehatan ibu hamil, perlindungan
anak sareng menyadari dan melayani keadaan lansia dengan segala
kakurangana.
Maka dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pesan yang
disampaikan dalam P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga),
terdiri dari lima pokok pembahasan yaitu, pertama materi tentang pengasuhan dan
pendidikan anak, kedua pengelolaan keuangan keluarga, ketiga kesehatan, kempat
perlindungan anak dan kelima kesejahteraan lansia dan disabilitas.
Sedangkan proses komunikasi pada pelaksanaan kegiatan P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga), menurut para informan, adalah
sebagai berikut;
Menurut informan pertama SPV,
“pendamping sosial melaksanakan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) dilakukan setiap satu bulan sekali yang berdurasi
120 menit kepada setiap kelompok PKH, kemudian melaporkan hasil
kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) nya yang
dibuktikan dengan dokumentasi, absensi kehadiran KPM (Keluarga
Penerima Manfaat) dan progres jadwal P2K2 pendamping sosial. Adapun
bagi pendamping sosial yang tidak melaksanakan kegiatan P2K2 maka
akan dikenkan sanksi berupa teguran, selanjutnya surat peringatan sampai
kepada pemecatan jika tidak komitmen dalam mengemban amanah
pekerjaan. Adapun perubahan perilaku KPM (Keluarga Penerima
Manfaat) bisa dibuktikan melalui aktivitas pendamping sosial pasca p2k2
yang datang ke sekolah-sekolah anak KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
guna memastikan apakah anak KPM (Keluarga Penerima Manfaat masih
Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 75
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena
PENUTUP
Setelah melakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa, proses komunikasi
pemberdayaan dalam pelaksanaan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) dilakukan melalui forum Diskusi, Disuki. Diskusi merupakan salah satu
cara yang ditempuh pelaku pendamping sosial untuk mengetahui respon atau
tanggapan langsung yang diberikan KPM (Keluarga Penerima Manfaat), baik itu
tanggapan negatif maupun tanggapan positif. Selain itu diskusi juga bertujuan
meyakinkan dan menyatukan pikiran, Adapun model komunikasi pemberdayaan
yang digunakan pedamping sosial dalam menyosialisasikan P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga Perdesaan adalah menggunakan model
komunikasi dialogis dan persuasif dengan menggunakan pendekatan
partisipatoris.
DAFTAR PUSTAKA
Colin MacAndrews, Eduard Depari. (1995). Peranan Komunikasi Massa Dalam
Pembangunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Devito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Professional Books.
Effendy, Onong Uchjana. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Erfianti, Ditha Ayudya. (2005). Komunikasi Persuasif, diakses 1April 2019, dari
http://4letha.blogspot.com/2019/04/ komunikasi-persuasif.html.
Indardi (2016). Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: UNPAD PRESS.
Rochayat Harun dan Elvinaro Ardianto. (2001). Komunikasi Pembangunan dan
Perubahan Sosial. Jaka rta: Raja Grafindo.
Suharto, Edi. (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Refika Aditama.
Mulyana, Deddy. (2001). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya.
Susanto, Astrid S. (1997). Komunikasi Kontemporer, Bandung : Binacipta.