You are on page 1of 18

Prophetica : Scientific and Research Journal of

Islamic Communication and Broadcasting


Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/prophetica

Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan


Program Keluarga Harapan
Siti Fatimah1*, Isep Zaenal Arifin2, Deden Sumpena3
1ProdiKomunikasi dan Penyiaran Islam, Program Pascasarjana,
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
2Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

UIN Sunan Gunung Djati, Bandung


3Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

UIN Sunan Gunung Djati, Bandung


*Email: sitif8906@gmail.com

ABSTRACT
This research was conducted with the aim of knowing the empowerment communication process in
implementing the Family Hope Program (PKH) in an effort to prosper the Beneficiary Families (KPM)
in Pasirmuncang Village, Caringin District, Bogor Regency and to find out the empowerment
communication model used by the social companion Pasirmuncang Village in Caringin Subdistrict P2K2
implementation. The research method used in this study is phenomenology. The type of research data in
this study uses qualitative, while the data sources in the study are divided into two parts, namely primary
data sources and secondary data sources. Data collection techniques use three techniques, namely,
observation, interviews and documentation. Data analysis procedures include; data reduction, data dispay,
and conclusion. The results showed that the Deliberation as a process of empowering communication in
the Family Hope Program (PKH) Family Capability Improvement Meeting (P2K2), the communication
model used in the Family Hope Program (PKH) Family Ability Enhancement Meeting (P2K2) is a
dialogical and persuasive communication model with using a participatory approach so that there is
cohesiveness and equality between social assistants and beneficiary families, namely both as subjects of
empowerment. So that among those involved in communication there is no feeling of inferior and superior,
and the results of their communication are considered as sharing.
Keywords : Communication, Community Empowerment, Hope Family Program
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses komunikasi
pemberdayaan dalam pelaksanaan PKH (Program Keluarga Harapan) dalam upaya
mensejahterakan KPM (Keluarga Penerima Manfaat) di Desa Pasirmuncang Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor serta untuk mengetahui model komunikasi pemberdayaan
yang digunakan oleh pendamping sosial Desa Pasirmuncang Kecamatan Caringin dalam
pelaksanaan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Jenis data
penelitian dalam penelitian ini mengunakan kualitatif sedangkan sumber data pada
Diterima: Januari 2019. Disetujui: April 2019. Dipublikasikan: Juni 2019 63
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena
penelitian terbagi ke dalam dua bagian yakni sumber data primer dan sumber data
sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan tiga teknik yakni, observasi,
wawancara dan dokumentasi. Prosedur analisis data di antaranya; reduksi data, dispay
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Musyawarah sebagai proses komunikasi
pemberdayaan dalam PKH (Program Keluarga Harapan) P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga), Model komunikasi yang digunakan dalam PKH (Program
Keluarga Harapan) P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)adalah model
komunikasi dialogis dan persuasif dengan menggunakan pendekatan partisipatoris
sehingga adanya kekompakan dan kesetaraan antara pendamping sosial dengan keluarga
penerima manfaat, yakni sama-sama sebagai subyek pemberdayaan. Sehingga diantara
mereka yang terlibat komunikasi tidak ada perasaan inferior dan superior, dan hasil
komunikasinya dianggap sebagai sharing.
Kata Kunci: Komunikasi, Pemberdayaan Masyarakat, Program Keluarga Harapan.

PENDAHULUAN
Model dibangun agar kita dapat mengidentifikasikan, menggambarkan atau
mengategorisasikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses.
Sebuahmodel dapat dikatakan sempurna, jika ia mampu memperlihatkan semua
aspek-aspek yang mendukung terjadinya sebuah proses. Misalnya, dapat
melakukan spesifikasi dan menunjukkan kaitan antara satu komponen dengan
komponen lainnya dalam suatu proses, serta keberadaannya dapat ditunjukkan
dengan nyata (Hafied, 1998: 39-40).
Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau
proses pemberian daya atau kekuatan atau kemampuan, dan atau proses
pemberian daya atau kekuatan atau kemampuan dari pihak yang mempunyai daya
kepada pihak yang tidak atau kurang berdaya. (Teguh, 2004)
Upaya pemerintah dalam memberdayakan masyarakat sangat banyak sekali.
Salah satunya yaitu melalui Program Keluarga Harapan pada kegiatan P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga). P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga merupakan Proses belajar secara terstruktur untuk
memperkuat terjadi perubahan perilaku pada KPM (Keluarga Penerima Manfaat).
P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga bertujuan meningkatkan
pengetahuan, pemahaman mengenai pentingnnya pendidikan, kesehatan dan
pengelolaan keuangan bagi keluarga melalui penyampaian pesan modul,
diantaranya; a) modul kesehatan dan gizi, b) modul pengasuhan dan pendidikan,
c) modul perlindungan anak, d) modul pengelolaan keuangan keluarga, dan e)
kesejahteraan sosial.
Dari upaya tersebut, seorang komunikator pemberdayaan memegang peran
penting dalam kaitannya dengan keberhasilan proses pemberdayaan. Termasuk
kaitannya dalam usaha untuk menggali dan mengeksplorasi potensi yang dimiliki
64 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan

KPM (Keluarga Penerima Manfaat) untuk kesejahteraan masyarakat KPM


(Keluarga Penerima Manfaat) desa Pasirmuncang.
Desa Pasirmuncang kecamatan Caringin Kabupaten Bogor merupakan
salah satu desa yang terbilang cukup sukses dalam pelaksanaan Program Keluarga
Harapan pada kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga
Melalui PKH (Program Keluarga Harapan), KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar
kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan, dan pendampingan, termasuk
akses terhadap berbagai program perlindungan sosial lainnya yang merupakan
program komplementer secara berkelanjutan. PKH (Program Keluarga Harapan)
diarahkan untuk menjadi tulang punggung penanggulangan kemiskinan yang
mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.
Dalam pelaksanaan program ini, pemerintah berharap agar pendamping sosial
dapat mensejahterakan dan memandirikan KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
terutama yang menjadi sorotannya adalah pola pikir KPM (Keluarga Penerima
Manfaat) yang notaben menganggap bahwa pendidikan tidak menjadi prioritas
bagi kehidupannya. Adapun penanggulangannya dilakukan melalui kegiatan P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga). Kegiatan ini rutin dilakukan
oleh pendamping sosial kepada seluruh keluarga penerima manfaat PKH
(Program Keluarga Harapan) setiap satu bulan sekali sekitar dua jam lamanya.
Seperti kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga yang
berada di Desa Pasirmuncang Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor yang
menjadi objek peneliti, Jika pola pikirnya sudah membaik, maka tercapailah tujuan
utama dari program PKH (Program Keluarga Harapan), yaitu memutus rantai
kemiskinan.
Dari beberapa penelitian terdahulu dengan penulis dan judul berbeda, Slamet
Agus Purwanto, yang membahas tentang “Implementasi Program Keluarga
Harapan dalam Memutus Rantai Kemiskinan (Kajian di Kecamatan Mojosari
Kab. Mojokerto)” pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana implementasi program keluarga harapan dalam memutus mata rantai
kemiskinan di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Focus penelitian ini
adalah program pengentasan kemiskinan melalui program keluarga harapan di
Kecamatan Mojosari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program keluarga
harapan di Kecamatan Mojosari mampu merubah pola pikir masyarakat miskin
tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan sebagai langkah awal untuk
memutus mata rantai kemiskinan.
Dedi Utomo, yang membahas tentang “Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan dalam Meningktkan Kualitas Hidup Rumah Tangga Miskin (Studi pada
Unit Pelaksana PKH (Program Keluarga Harapan) Kecamatan Purwosari
Kabupaten Kediri”. Penelitian ini didasarkan pada tingginya jumlah rumah tangga
miskin di Kecamatan Purwosari.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan Program keluarga harapan di Kecamatan tersebut dalam
rangka untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut dengan
Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 65
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena

menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan


bahwa PKH yang dilaksanakan di daerah tersebut ternyata mampu
memberikan bukti nyata dalam pencapaian tujuannya dan membktikan bahwa
peserta penerima PKH setiap tahunnya mengalami penurunan.
Khodiziah Isnaini Kholif, Irwan Noor, dan Siswidiyanto, yang membahas
tentang “Implementasi Program Keluarga Harapan dalam Menanggulangi
Kemiskinan di Kecamatan Dawarblandong”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bagaimana implementasi Program Keluarga Harapan dan
hambatan yang dihadapi dalam menanggulangi kemiskinan.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa implementasi PKH di Kecamatan Dawarblandong
belum berhasil dan belum meninjukkan hasil yang maksimal karena semua isi
kebijakan PKH dilaksanakan dengan baik dan sesuai.
Berbeda dengan penelitian yang akan Penulis lakukan. Dalam penelitian
karya ilmiah ini, Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan motode penelitian R&D yang ingin
mengungkapkan tentang Implementasi Kegiatan Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga di Program Keluarga Harapan Desa Pasirmuncang
Kec. Caringin Kab. Bogor.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
yaitu, untuk mengetahui proses komunikasi pemberdayaan dalam pelaksanaan
program Keluarga Harapan (PKH) dalam upaya mensejahterakan Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) di Desa Pasirmuncang Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor serta untuk mengetahui model komunikasi pemberdayaan
yang digunakan oleh pendamping sosial Desa Pasirmuncang Kecamatan
Caringin dalam pelaksanaan P2K2.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
fenomenologi. Jenis data penelitian dalam penelitian ini mengunakan kualitatif
sedangkan sumber data pada penelitian terbagi ke dalam dua bagian yakni
sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data
menggunakan tiga teknik yakni, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Prosedur analisis data di antaranya; reduksi data, dispay data, dan penarikan
kesimpulan.
Demi kelancaran penelitian dengan meneliti model komunikasi
pemberdayaan diperlukannya teori lain. Yaitu, teori difusi inovasi. Menurut
Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di
antara para anggota suatu sistem sosial. Sedangkan inovasi itu sendiri adalah
ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi
lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh
masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan
mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi
tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan
waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah
66 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan

inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau
meledak.
Model Komunikasi
Menurut Deddy Mulyana (2001:121) Model komunikasi merupakan alat untuk
menjelaskan atau untuk mempermudah penjelasan komunikasi. Dalam
pandangan Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi
ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Oleh karena
itu model bisa disebut sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan teori atau penyederhanaan teori. Fungsi model komunikasi paling
tidak bisa melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual dan
membantu dalam menemukan dan memperbaiki kendala komunikasi dalam
perspektif teoritik.
Gordon Wiseman dan Larry Barker menjelaskan tiga fungsi model
komunikasi yaitu melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual,
membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi. Bagi
Werner J.Severin dan James W. Tankard, Jr. model membantu merumuskan suatu
teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan
teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori. Oleh karena kita
memilih unsur-unsur tertentu yang kita masukkan dalam model, suatu model
mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini pada gilirannya
mengimplikasikan suatu teori mengenai fenomena yang diteorikan. Model dapat
berfungsi sebagai basis bagi suatu teori yang lebih kompleks, alat untuk
menjelaskan teori dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep-konsep
(Deddy Mulyadi, 2001:123).
Sedangkan menurut Sereno dan Mortensen, model komunikasi
merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya
komunikasi. Model komunikasi mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting
dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata.
Dengan demikian, model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi
dari suatu peristiwa komunikasi. Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan
mengenai hubungan dan interaksi antara faktor-faktor atau unsur-unsur yang
menjadi bagian dari model. Penjelasannya diberikan oleh teori. Ini berarti terdapat
kaitan antara teori dan model. Jika model memiliki kaitan yang sangat erat dengan
teori, maka sehubungan dengan hal tersebut, Gardon Wiseman dan Larry Barker
mengemukakan tiga fungsi model komunikasi, yaitu: Melukiskan proses
komunikasi, Menunjukkan hubungan visual, Membantu dalam menemukan dan
memperbaiki kemacetan komunikasi.
Menurut Deutsch, model dalam konteks ilmu pengetahuan sosial,
mempunyai empat fungsi, antara lain: pertama, mengorganisasikan, artinya model
mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara mengurutkan serta mengaitkan satu
bagian atau sistem dengan bagian sistem lainnya. Sehingga kita memperoleh
gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-potong. Aspek lainnya dari fungsi
Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 67
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena

yang pertama ini adalah, bahwa model memberikan gambaran umum tentang
suatu hal dalam kondisi-kondisi tertentu. Kedua, model membantu menjelaskan.
Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan penjelasan, namun model
membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi
yang sederhana. Tanpa model, informasi tentang suatu hal akan tampak rumit atau
tidak jelas. Ketiga, Fungsi “ heuristic ”. Artinya melalui model, kita akan dapat
mengetahui sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan
memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dari sebuah proses
atau sistem. Keempat, Fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat memperkirakan
tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai. Oleh karena itu, dalam dunia
ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar bagi
para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pernyataan-pernyataan yang
berisikan penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab akibat
antara satu faktor dengan faktor-faktor lainnya.
Sedangkan keuntungan dari pembuatan model menurut Raymond S. Ross
adalah terbukanya problem abstraksi.3 Model bisa memberikan penglihatan yang
lain, berbeda, dan lebih dekat; model menyediakan kerangka tujuan, serta
menyoroti problem abstraksi dan menyatakan suatu problem dalam bahasa
simbolik bila terdapat peluang untuk menggunakan gambar atau simbol.
P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang dikenal
dengan FDS (Family Development Session) merupakan sebuah intervensi
perubahan perilaku yang diberikan bagi peserta PKH (Program Keluarga
Harapan). P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) merupakan
proses belajar secara terstruktur untuk meningkatkan keterampilan hidup
masyarakat miskin di bidang ekonomi, pendidikan anak, kesehatan, dan
perlindungan anak. Materi P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) disampaikan melalui pertemuan kelompok bulanan yang disampaikan
oleh Pendamping PKH (Program Keluarga Harapan) terhadap kelompok-
kelompok binaannya
Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment)
berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka (Edi
Suharto, 2009:57).
Menurut Oos M. Anwas (2013:12), pemberdayaan juga menekankan agar
seseorang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup
untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya. beberapa hal mengenai pemberdayaan masyarakat, antara lain : 1)
Pemberdayaan pada dasarnya adalah memberi kekuatan kepada pihak yang kurang
atau tidak berdaya (powerless) agar dapat memiliki kekuatan yang menjadi modal
dasar aktualisasi diri, 2) Pemberdayaan masyarakat tidak hanya menyangkut aspek
68 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan

ekonomi, 3) Pemberdayaan masyarakat agar dapat dilihat sebagai program


maupun proses, 4) Pemberdayaan yang sepenuhnya melibatkan partisipasi
masyarakat.
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat
Kalau mengacu pada pengertian pemberdayaan yang diungkapkan oleh
Ginanjar Kartasasmita terlihat bahwa komunikasi pemberdayaan masyarakat
merupakan kajian yang lebih fokus dari komunikasi pembangunan. Komunikasi
pemberdayaan masyarakat merupakan kajian komunikasi dalam kegiatan
pembangunan yang menekankan pada pentingnya pelibatan masyarakat atau
partisipasi masyarakat. Sehingga proses-proses komunikasi dalam pemberdayaan
masyarakat lebih menekankan pada proses yang bersifat transaksionl dan interaktif
dari pada linear (Indardi, 2016:106-108).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Temuan Penelitian
Pada sub bab ini akan dibahas satu persatu temuan-temuan yang didapat
dari lapangan. Pembahasan ini dengan cara mengkonfirmasikan temuan yang
didapat di lapangan dengan teori yang ada. Hal ini dikarenakan di dalam penelitian
kualitatif pada dasarnya adalah secara maksimal harus dapat menampilkan teori
baru.
Proses Komunikasi Pemberdayan Masyarakat Pedamping Sosial dalam
Menyampaikan Pesan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) Kepada KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
Diskusi Sebagai Komunikasi Pemberdayaan
Sebelum memahami model komunikasi, terlebih juga harus memahami dulu
bagaimana proses dalam suatu model komunikasi. Proses komunikasi merupakan
proses peyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-
lain yang muncul dari benaknya. Sedangkan perasaan bisa berupa keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kearahan, keberanian, kegairahan, dan
sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Onong Uchjana Effendy, 2009:1).
Kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga), proses
komunikasi pemberdayaan dilakukan melalui forum diskusi yang dilaksanakan
pada awal tahun. Musyawarah merupakan salah satu cara yang ditempuh
pedamping sosial untuk mengetahui respon atau tanggapan langsung yang
diberikan keluarga penerima manfaat. Baik itu tanggapan negatif maupun
tanggapan positif. Selain itu musyawarah juga bertujuan meyakinkan dan
menyatukan pikiran. Dalam musyawarah di tingkat desa maupun di tingkat dusun
masyarakat berkumpul saling berpadu argumen, membicarakan rencana P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) untuk dipecahkan bersama dan
diharapkan tercapai suatu keputusan terbaik.
Dari awal masuknya kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) di desa Pasirmuncang Kecamatan Caringin Kabupaten
Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 69
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena

Bogor, ketua kelompok KPM (Keluarga Penerima Manfaat) memiliki peran


penting dalam mensukseskan setiap program kegiatan P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga) yang diselenggarakan oleh Pendamping
PKH (Keluarga Harapan). Karena ketua kelompok KPM (Keluarga Penerima
Manfaat) merupakan perantara antara pelaku P2K2 denganKPM (Keluarga
Penerima Manfaat). Ketua kelompok KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
bertugas menginformasikan tentang kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) yang dilaksanakan oleh PKH (Program Keluarga
Harapan) serta mengumpulkan KPM (Keluarga Penerima Manfaat) untuk
melakukan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) sekaligus
melakukan penyampaian materi sesuai modul P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) yang disampaikan kepada KPM (Keluarga Penerima
Manfaat).
Setelah suatu program PKH (Program Keluarga Harapan melalui kegiatan
P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) terkumpul kemudian para
pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga), pada kesempatan
itu akan dilakukan penyampain pesan (gagasan) sesuai modul P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga) kepada komponen masyarakat KPM
(Keluarga Penerima Manfaat) yang terdiri dari lima komponen tersebut,
diantaranya usia dini, ibu hamil, anak sekolah, disabilitas dan lansia, yang
kemudian diwakilkan oleh salah satu keluarga diantara kelima komponen PKH
(Program Keluarga Harapan) tersebut.
Masyarakat KPM (Keluarga Penerima Manfaat) merupakan komponen
paling penting dalam pemberdayaan, sebab masyarakat KPM (Keluarga Penerima
Manfaat) merupakan penerima manfaat dalam kegiatan pemberdayan. Oleh
karena itu, menjalin keakraban dengan KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
merupakan upaya yang harus dilakukan pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) agar setiap langkah dalam melaksanakan pemberdayaan
melalui kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) bisa
diterima oleh KPM (Keluarga Penerima Manfaat). Komunikasi bisa terjadi
dimana dan kapan saja, termasuk proses komunikasi antara pelaku P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) dengan penerima manfaat baik
dalam bentuk formal maupun non formal.
Adapun proses komunikasi yang dilakukan oleh pelaku P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga) dengan penerima manfaat adalah pada saat
kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) yang
diselenggarakan tiap satu bulan sekali di salah satu rumah KPM (Keluarga
Penerima Manfaat) secara bergantian. Dalam pertemuan itu mereka akan sharing
mengenai materi tentang; kesehatan gizi, pengasuhan dan pendidikan,
perlindungan anak, pengelolaan keuangan keluarga, serta kesejahteraan sosial.
Setelah itu pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) akan
memberikan solusi terbaik kepada keluarga penerima manfaat. Berdasarkan
penjelasan diatas maka proses komunikasi pemberdayaan antara pelaku P2K2
70 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan

(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)dengan masyarakat KPM


(Keluarga Penerima Manfaat).
Pembahasan penelitian berupa data lapangan diperoleh melalui penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif. Ini sangat diperlukan sebagai hasil pertimbangan
antara hasil penelitian di lapangan dengan teori yang berkaitan dengan fokus
penelitian. Dalam hal ini peneliti menganalisis tentang model komunikasi
pemberdayaan melalui P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) di
Desa Pasirmuncang Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor mulai dari proses
perencanaan, hingga pelaksanaan kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga). Dari pengamatan yang dilakukan peneliti selama
penelitian, menghasilkan temuan sebagai berikut:
Model komunikasi antara pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) dengan Ketua Kelompok KPM (Keluarga Penerima Manfaat); Menjalin
kedekatan dengan KPM (Keluarga Penerima Manfaat) merupakan upaya yang
harus dilakukan pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)
agar setiap langkah dalam melaksanakan kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) bisa diterima oleh Keluarga Penerima Manfaat.
Komunikasi bisa terjadi dimana dan kapan saja, termasuk proses komunikasi
antara pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)dengan
keluarga penerima manfaat baik dalam bentuk formal maupun non formal,
menunjukkan suatu proses komunikasi pada umumnya. Dimana ada
komunikator, pesan dan adanya komunikan. pelaku P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga) sebagai komunikator, PKH (Program
Keluarga Harapan) melalui kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga)sebagai pesan dan keluarga penerima manfaat sebagai komunikan. Ini
merupakan bentuk sederhana dalam proses komunikasi. Dalam P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) desa Pasirmuncang kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor kekompakan dan kesetaraan merupakan faktor
penting dalam keberhasilan suatu kegiatan. Karena dalam P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga) desa Pasirmuncang kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor tidak mengenal perbedaan antara ketua kelompok KPM
(Keluarga Penerima Manfaat) maupun KPM (Keluarga Penerima Manfaat), antara
pelaku P2K2 maupun KPM (Keluarga Penerima Manfaat). Status mereka adalah
sama yakni sebagai subyek pemberdayaan. Yang menarik dari P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga)itu kekompokannya, kekompakan antara
ketua kelompok KPM (Keluarga Penerima Manfaat) sama KPM (Keluarga
Penerima Manfaat) itu tidak dibedakan
Model Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat yang digunakan oleh
pedaming sosial dalam Menyampaikan Pesan P2K2 ( Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga) kepada KPM (Keluarga Penerima
Manfaat)
Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif merupakan komunikasi yang bersifat
Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 71
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena

mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa


yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi persuasif
didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah
keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi
beberapa pesan. Sedangkan menurut R. Bostrom bahwa komunikasi persuasif
adalah perilaku komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau
membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima (Ditha Ayudya Erfianti,
2015:14).
Adapun yang dikehendaki dalam komunikasi persuasif adalah perubahan
perilaku, keyakinan, dan sikap yang lebih mantap seolah-olah perubahan tersebut
bukan atas kehendak komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan
sendiri. Persuasi yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan
sosiologis serta kebudayaan dari komunikan, untuk mempengaruhinya, dan
mencapai perwujudan dari apa yang diinginkan dalam message.
Komunikasi persuasif yang te\rjadi antara pelaku pedamping sosial
dengan masyarakat, KPM (Keluarga Penerima Manfaat) adalah melalui
komunikasi kelompok, yaitu dengan cara melakukan musyawarah. Adapun
pendekatannya adalah bersifat partisipatoris, yakni masyarakat dilibatkan secara
aktif dalam setiap proses pemberdayaan.
Komunikasi persuasif terjadi ketika pembicara yakni pelaku pedamping
sosial desa Pasirmuncang sedang menyampaiakan materi pada P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga) kepada KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
yang terdiri dari komponen lansia, anak usia dini, disabilitas, ibu hamil dan anak
sekolah dalam upaya meyakinkan, mengubah pola pikir mereka serta menyatukan
dan menyamakan tujuan.
Proses komunikasi diawali dengan pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) pedamping sosial menyampaikan pesan komunikasi,
yakni berupa gagasan kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) kepada KPM (Keluarga Penerima Manfaat). Kemudian KPM (Keluarga
Penerima Manfaat) akan mengartikan gagasan dan menanggapi pesan tersebut
(feedback). Setelah KPM (Keluarga Penerima Manfaat) memahami pesan yang
diberikan oleh pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga)pendamping sosial, maka KPM (Keluarga Penerima Manfaat) akan
memberikan respon, yakni berupa perubahan sikap, keyakinan, maupun perilaku
yang sesuai yang diinginkan oleh pelalu P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) pedamping sosial, kemudian KPM (Keluarga Penerima
Manfaat) akan ikut berpartisifasi dalam setiap kegiatan P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga) yang diselenggarakan oleh PKH (Program
Keluarga Harapan) desa Pasirmuncang kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.
Komunikasi Dialogis
Banyak model-model komunikasi yang dapat dijadikan sebagai sarana
penyebaran informasi, namun tidak semua model komunikasi bisa berhasil secara
efektif untuk digunakan di wilayah perdesaan yang bertujuan untuk melakukan
72 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan

transformasi sosial ekonomi melalui program pemberdayaan. Menurut Susanto


untuk mencapai tingkat keberhasilan pemberdayaan perdesaan yang tinggi,
diperlukan adanya strategi komunikasi yang tepat. Hanya dengan komunikasi yang
tepatlah proses sosialisasi program-program yang bisa berhasil dengan baik
(Astrid S. Susanto, 1977:70).
Beberapa ahli komunikasi massa mensinyalir bahwa meskipun
pelaksanaan pemberdayaan pedesaan telah dirancang dan dipersiapkan secara
baik, tidak menjamin akan bisa dilaksanakan dan berhasil dengan baik apabila
tidak didukung oleh metode komunikasi yang efektif.
Dalam hal ini menurut Dahlan, sosialisasi program pemberdayaan
masyarakat perdesaan pada waktu itu dilakukan dengan menggunakan model
komunikasi linier. Ketika itu pihak pemerintah sebagai agent of change dalam
melakukan sosialisasi program pemberdayaan lebih banyak bersifat instruktif,
berjalan searah dan disampaikan secara singkat. Menurut Rogers (1985) model
komunikasi yang demikian ini kurang tepat bagi masyarakat perdesaan, sebab
komunikasi linier yang cenderung bersifat instruktif itu biasanya disampaikan
melalui saluran-saluran formal. Sementara itu masyarakat perdesaan yang secara
sosiologis, masih tergolong sebagai primary society itu relatif kurang bahkan tidak
menyukai terhadap hal-hal yang bersifat formal, sehingga proses komunikasi
model linier tidak berjalan secara efektif (Eduard Depari, 1995:173).
Berbeda dengan model komunikasi linier, komunikasi dialogis yang
merupakan bagian dari model komunikasi interaktif, dalam menyampaikan
pesannya tidak disampaikan melalui saluran formal, melainkan menggunakan
saluran informal yang dibentuk secara swadaya dan swakelola oleh masyarakat
desa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hilbrink dan Lohman
menunjukkan bahwa model komunikasi interaktif ternyata hasilnya lebih efektif
untuk digunakan sebagai salah satu strategi dalam mensosialisasikan program-
program pemberdayaan di pedesaan.
Komunikasi dialogis ternyata berhasil secara efektif dalam hal
memberikan pemahaman tentang pentingnya pembangunan, dan mampu
menumbuhkan partisipasi positif bagi masyarakat perdesaan. Keberhasilan
komunikasi interaktif sebagai sarana sosialisasi program pemberdayaan
masyarakat desa ini menurut Rogers dikarenakan model komunikasi interaktif
memiliki kelebihan dibandingkan dengan model komunikasi linier untuk
diterapkan di wilayah pedesaan.
Kelebihan model komunikasi ini, salah satunya adalah terletak pada
prosesnya yang berjalan secara menyebar ke segala arah sehingga arus informasi
tidak berjalan satu arah yang dapat dianggap sebagai suatu instruksi, melainkan
berjalan secara timbal balik dari dan ke segala arah di antara pihak-pihak yang
terlibat. Artinya di antara mereka yang terlibat dalam proses komunikasi terdapat
proses saling mempengaruhi, memberi dan menerima informasi secara seimbang
guna membentuk kesamaan pengertian di antara mereka. Kelebihan lain dari
model komunikasi dialogis ini adalah adanya kesamaan posisi antara pihak
Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 73
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena

komunikan dengan komunikatornya, sehingga diantara mereka yang terlibat


komunikasi tidak ada perasaan inferior dan superior, dan hasil komunikasinya
dianggap sebagai sharing.
Dalam pelaksanaan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) para partisipan saling bertukar pikiran untuk memberikan argumennya
dalam kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga). Sehingga
dalam P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) desa
Pasirmuncang, KPM (Keluarga Penerima Manfaat) tidak hanya berfungsi sebagai
penerima pesan saja, melainkan menjadi pengirim pesan juga. Dengan kata lain
KPM (Keluarga Penerima Manfaat) tidak hanya sekedar sebagai objek
pemberdayaan, melainkan menjadi subjek pemberdayaan.
Pertama, pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)
mengambil inisiatif sebagai sumber (komunikator) membentuk pesan (gagasan)
kemudian menyampaikan gagasan tersebut kepada keluarga penerima manfaat
(komunikan). Komunikasinya adalah percakapan langsung secara tatap muka.
Kedua, masyarakat (komunikan) setelah menerima pesan akan
mengartikan gagasan dan menanggapi pesan tersebut. Kali ini KPM (Keluarga
Penerima Manfaat) menjadi bertindak sebagai sumber (komunikator), dan
tanggapan atau reaksinya disebut sebagai umpan balik. Ketiga, pelaku P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)sebagai penerima pesan dari
KPM (Keluarga Penerima Manfaat). Kemudian mereka akan mengartikan dan
menginterpretasikan pesan yang diterimanya dan jika ada tanggapan atau reaksi,
pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) membentuk pesan
dan menyampaikannya kembali ke KPM (Keluarga Penerima Manfaat).
Demikianlah proses ini berlangsung secara terus-menerus dan bersifat timbal
balik selama proses komunikasi pemberdayaan berlangsung.
Validasi wawancara dan Observasi
Adapun jenis kegiatannya dengan diadakan pertemuan-pertemuan yang
meliputi pokok materi kesehatan dan gizi, pengasuhan dan pendidikan.
Perlindungan anak, pengelolaan keuangan keluarga dan kesejahteraan sosial.
Seperti yang disampaikan oleh pedamping sosial.
Informan petama mengungkapkan bahwa pesan yang disampaikan dalam
kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga), adalah :
“Pesan yang disampaikan dalam kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) meliputi lima modul, kelima modul saling berkaitan satu
sama lainnya. Adapun materi yang disampaikan yaitu: pengasuhan dan pendidikan
anak, pengelolaan keuangan keluarga, kesehatan, perlindungan anak dan
kesejahteraan lansia dan disabilitas.” (Runandi Putra, Wawancara Pribadi. Pelaku
P2K2, 25 Februari 2018)
Senada dengan informan kedua, bahwa:
“Kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) rutin
dilaksanakan oleh Pendamping Sosial setiap satu bulan sekali dengan durasi waktu
74 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan

dua jam dan disampaikannya materi per-sesi. Adapun materi yang disampaikan
dalam p2k2 diantaranya ada lima modul yang disetiap modul tersebut terdapat
beberapa sesi. Modul pertama, tentang pengasuhan dan pendidikan anak dengan
disajikannya empat sesi diantaranya, menjadi orang tua yang lebih baik,
memahami perilaku anak, memahami cara anak usia dini belajar, membantu anak
sukses di sekolah. Modul kedua, tentang pengelolaan keuangan dan perencanaan
usaha dengan disajikannya tiga sesi, diantaranya, mengelola keuangan keluarga,
cermat meminjam dan menabung, memulai usaha. Modul ketiga, tentang
kesehatan dengan disajikannya tiga sesi, diantaranya seribu hari pertama
kehidupan, anak dan balita, higinitas sanitasi dan penyakit. Modul keempat,
tentang perlindungan anak dengan disajikannya dua sesi, diantaranya pencegahan
kekerasan terhadap anak, pencegahan penelantaran dan eksploitasi anak. Modul
kelima, Sesi ini merupakan sesi khusus yang membahas tentang perlindungan
penyandang disabilitas dan kesejahteraan lansia” (YB. Chandra Nugraha,
Wawancara Pribadi. Pelaku P2K2, 25 Februari).
Pada kesempatan yang sama Bu Nenah selaku Keluarga Penerima Bantuan
KPM (Keluarga Penerima Manfaat) juga mengatakan:
“Rapat yang biasa dilakukan 1 bulan 1 sekali, membahas tentang menjadi
orang tua yang baik, mengatur keuangan, kesehatan ibu hamil, perlindungan
anak sareng menyadari dan melayani keadaan lansia dengan segala
kakurangana.
Maka dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pesan yang
disampaikan dalam P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga),
terdiri dari lima pokok pembahasan yaitu, pertama materi tentang pengasuhan dan
pendidikan anak, kedua pengelolaan keuangan keluarga, ketiga kesehatan, kempat
perlindungan anak dan kelima kesejahteraan lansia dan disabilitas.
Sedangkan proses komunikasi pada pelaksanaan kegiatan P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga), menurut para informan, adalah
sebagai berikut;
Menurut informan pertama SPV,
“pendamping sosial melaksanakan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) dilakukan setiap satu bulan sekali yang berdurasi
120 menit kepada setiap kelompok PKH, kemudian melaporkan hasil
kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) nya yang
dibuktikan dengan dokumentasi, absensi kehadiran KPM (Keluarga
Penerima Manfaat) dan progres jadwal P2K2 pendamping sosial. Adapun
bagi pendamping sosial yang tidak melaksanakan kegiatan P2K2 maka
akan dikenkan sanksi berupa teguran, selanjutnya surat peringatan sampai
kepada pemecatan jika tidak komitmen dalam mengemban amanah
pekerjaan. Adapun perubahan perilaku KPM (Keluarga Penerima
Manfaat) bisa dibuktikan melalui aktivitas pendamping sosial pasca p2k2
yang datang ke sekolah-sekolah anak KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
guna memastikan apakah anak KPM (Keluarga Penerima Manfaat masih
Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 75
S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena

malas sekolah atau sudah rajin sekolah. Kemudian pendamping sosial


melakukan verifikasi kesehatan guna memastikan KPM (Keluarga
Penerima Manfaat sering membawa balitanya ke posyandu, memeriksakan
kehamilannya ke bidan jika hamil, melahirkan di bidan atau puskesmas
serta memberikan pelayanan baik bagi KPM (Keluarga Penerima Manfaat
yang keluarganya mempunyai komponen lansia serta disablitas berat.
Lebih dari itu, KPM (Keluarga Penerima Manfaat sudah bisa mulai
menyisihkan uang untuk tabungan, memulai usaha kecil-kecilan, beberapa
yang sudah tidak terlibat dengan bank keliling ataupun rentenir,
menghentikan aktivitas yang kurang baik seperti marah kepada anak serta
suaminya yang sudah mau mulai bekerjasama dalam mengasuh dan
mendidik anak.” (Runandi Putra, Wawancara Pribadi. Pelaku P2K2, 25
Februari 2018)
Serupa dengan yang diutarakan oleh informan kedua dari pendamping
sosial PKH (Program Keluarga Harapan),
”kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) rutin saya
lakukan setiap satu bulan sekali yang dihadiri oleh seluruh peserta PKH (Program
Keluarga Harapan). Jika KPM (Keluarga Penerima Manfaat) berhalangan hadir
dalam pertemuan P2K2 maka bisa diwakilkan oleh salah satu anggota keluarganya.
Kegiatan ini dipantau oleh supervisor, teknisnya supervisor melakukan monitor
langsung ke lapangan atau cukup dibuktikan dengan laporan kegiatan P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) setiap bulannya” (YB. Chandra
Nugraha, Wawancara Pribadi. Pelaku P2K2, 25 Februari 2018)
Ditambahkan oleh KPM (Keluarga Penerima Manfaat) mengungkapkan,
“Saya ngerasa bersyukur neng adanya P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) ini saya jadi merasa terarahkan hidupnya, jadi tau
bagaimana mengasuh dan mendidik anak yang baik dan sejak pendamping
sosial bilangbbakal ada kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga)saya mah justru penasaran ingin tau kaya gimana
kegiatannya.”
Ditambahkan kembali oleh KPM (Keluarga Penerima Manfaat), bahwa:
“Awalnya saya gak mau gabung karena kayanya gak begitu penting deh,
pasti jenuh dengerin pendamping sosial ngomong. Tapi setelah ikut
pertemuan ternyata P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga)menjawab kegalauan rumah tangga saya selama ini. Terutama
dalam mengatur keuangan. Dirasa pisan neng manfaatnya.”
Informan 3 mengakui manfaat dari kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga),
“Alhamdulillah saya punya bekal ilmu untuk mengembangkan usaha kecil
saya, melalui P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga), saya
jadi tau tempat menabung yang aman dan tempat meminjam yang total
pengembaliannya rendah, agar jualan saya maju terus dan tidak kehabisan
modal.”
76 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan

Senada dengan yang disampaikan oleh informan keempat,


“saya tidak pernah alfa selalu mengikuti kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) karena begitu saya rasakan manfaatnya, hasil ilmunya
Insya Allah selalu saya praktekkan dirumah. Pokona saya mau mulai membuka
usaha,tidak perlu untung yang besar yang penting mah usaha saya maju dan
berkelanjutan.”
Alhasil, dari ungkapan dari para infroman diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa proses komunikasi pelaksanaan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga)diawali dengan pertemuan 1 bulan sekali dengan durasi
waktu 120 menit disetiap pertemuan dalam upaya merubah pola pikir dan prilaku
KPM (Keluarga Penerima Manfaat).
Sedangkan proses komunikasi P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) di Desa Caringin Kecamatan Pasirmuncang Kabupaten
Bogor, Informan mengungakpkan, bahwa:
Menurut informan pertama Supevisor wilayah Bogor Selatan,
“Sebelum dilaksanakannya kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga)pendamping sosial diberi pembekalan terlebih dahulu yakni berupa
pendidikan dan pelatihan selama sepuluh hari di Balai Diklat Lembang yang
diselenggakan oleh Kementrian Sosial. Pendamping Sosial yang sudah mengikuti
pendidikan dan pelatihan tersebut dianggap sudah menguasai kelima modul
(pesan yang disampaikan unuk KPM (Keluarga Penerima Manfaat)) juga dianggap
mampu untuk terjun langsung ke lapangan melakukan kegiatan P2K2, sehingga
tecapailah tujuan dari kegiatan ini yaitu merubah mindset dan perilaku KPM
(Keluarga Penerima Manfaat).”
Senada dengan yang dikemukakan oleh Pendamping Sosial Desa
Pasirmuncang,
“Saya dipanggil oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia melalui Supervisor
wilayah Bogor Selatan untuk melakukan pendidikan dan pelatihan P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga)selama sepuluh hari guna sebagai
pembekalan agar mampu melakukan kegiatan P2K2 sesuai aturan, sehingga pesan
yang disampaikan oleh pendamping sosial kepada KPM (Keluarga Penerima
Manfaat) akan lebih sistematis karena dilakukan dengan berbagai strategi, dengan
begitu, KPM (Keluarga Penerima Manfaat) akan lebih mudah menangkap apa
yang disampaikan oleh saya kemudian diaplikasikan dikeluarganya masing-
masing.”
Maka dapat disimpulkan proses komunikasi sebelum pelaksanaan kegiatan
P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga), diawali dengan diklat
pendamping sosial yang dilaksanakan oleh kementrian sosial Republik Indonesia,
kemudian pedamping sosial melaksanakan kegiatan P2K2 kepada KPM (Keluarga
Penerima Manfaat). Banyak manfaat yang diterima oleh KPM (Keluarga Penerima
Manfaat) dalam kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga)yang diselenggarakan oleh Program Keluarga Harapan diantaranya

Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 77


S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena

perubahan perilaku KPM (Keluarga Penerima Manfaat), dengan ditandainya


mulai menabung dan usaha kecil-kecilan
Dalam pelaksanaan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) PKH (Program Keluarga Harapan) memerlukan keterlibatan dari
berbagai pihak terutama dari masyarakat sebagai pelaku pemberdayaan sekaligus
keluarga penerima manfaat. Hal tersebut diperlukan untuk menjamin keberhasilan
suatu program pemberdayaan. Guna memperoleh dukungan dan keterlibatan
berbagai pihak tersebut diperlukan upaya-upaya memberikan pemahaman
mengenai kesehatan dan gizi, pengasuhan dan pendidikan, perlindungan anak,
pengelolaan keuangan keluarga dan kesejahteraan sosial melalui kegiatan
komunikasi P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga).
Oleh karena itu, disamping upaya untuk mengkomunikasikan konsep dan
P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) PKH (Program Keluarga
Harapan) juga diperlukan langkah komunikasi yang menyeluruh untuk
memberikan pemahaman mengenai P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) upaya memperkuat terjadi perubahan perilaku pada KPM (Keluarga
Penerima Manfaat) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, pemahaman
mengenai pentingnnya pendidikan, kesehatan dan pengelolaan keuangan bagi
keluarga berbasis pemberdayaan masyarakat.
Tujuan komunikasi pemberdayaan dalam melaksanakan P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) Program Keluarga Harapan
adalah agar KPM (Keluarga Penerima Manfaat) mengenal dan memahami
kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga). Selain itu, agar
terwujud perubahan perilaku pada KPM (Keluarga Penerima Manfaat).
Model Penyebaran Arus Komunikasi
Berawal dari komunikasi yang dibangun (komunikator) yang bertindak sebagai
pelaku P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) pertama sosialisasi
itu diberikan kepada ketua KPM (Keluarga Penerima Manfaat), kemudian
sosialisasi itu diberikan kepada komponen keluarga penerima manfaat,
diantaranya; 1) lansia, 2) anak usia dini, 3) disabilitas, 4) anak sekolah dan 5) ibu
hamil yang menjadi sasaran pemberdayaan. Adapun komponen model
komunikasi pemberdayaan dalam pelaksanaan P2K2 (Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga) di Desa Pasirmuncang Kecamatan Caringin Kabupaten
Bogor, yaitu sebagai berikut:
Pemerintah
Pemerintah selaku pembuat kebijakan dalam hal ini bertindak sebagai
komunikator (penyampai pesan) tidak hanya bersikap instruktif, melainkan
komunikatif. Dalam arti, baik dari pemerintah maupun masyarakat terjadi sebuah
komunikasi dalam rangka mencapai kesepahaman bersama. Kejelasan program-
program dalam bentuk kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) dipaparkan kepada masyarakat, misalnya mulai menjelaskan dari
78 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Program Keluarga Harapan

tujuan, fungsi, dan solusinya. Interaksi pemerintah dengan masyarakat menjadi


sebuah konsekuensi hubungan timbal balik yang saling berperan serta dalam
merumuskan terkait suatu program pemberdayaan.
Program Pemberdayaan
Pengertian program pemberdayaan disini adalah sebuah pesan,kegiatan
pemerdayaan dalam hal ini bukan semata-mata langsung mencakup prioritas
pemberdayaan yang telah terencanakan, namun kegiatan pemberdayaan disini
merupakan esensi dari pada PKH (Program Keluarga Harapan) seluruhnya. Di
mulai dari yang bersifat khusus, seperti mencari gagasan yang sesuai kebutuhan
masyarakat, yaitu gagasan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan.
Dengan demikian program pembangunan secara umum akan tercapai apabila
pemerintah menyelesaikan dari ruang lingkup sederhana dulu, maka dengan
begitu prioritas-prioritas pemberdayaan yang terencanakan mulai dari jangka
pendek, menengah, dan panjang perlahan akan tercapai.
Saluran atau Media
Dalam hal ini saluran atau media yang digunakan adalah surat, SMS, Wa
maupun telepon. Media tersebut digunakan untuk megumpulkan ketua kelompok
dan KPM (Keluarga Penerima Manfaat) untuk mengadakan P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga)
Partisipasi KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
Pengertian partisipasi KPM (Keluarga Penerima Manfaat) disini adalah sebagai
komunikan. Seperti yang telah sedikit dikemukakan di atas, bahwa partisipasi
KPM (Keluarga Penerima Manfaat) dalam membantu suatu pemberdayaan tidak
dapat diremehkan. Selain itu, dalam komunikasi pemberdayaan yang diutamakan
adalah kegiatan mendidik dan memotivasi KPM (Keluarga Penerima Manfaat).
Eksistensi Keluarga Penerima Manfaat perlu dilibatkan dalam ranah
pemberdayaan daerah.
Efek
Efek merupakan hasil dari terjadinya suatu peristiwa komunikasi. Di dalam
komunikasi efek juga salah satu bagian dari komponen-komponen dalam sebuah
proses komunikasi setelah komunikator, pesan, saluran atau media, dan
komunikan. Pada konteks sosialisasi P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) , dalam hal ini komunikasi pemberdayaan yang terjadi antara
pemerintah dengan ketua kelompok keluarga penerima manfaat, selaku
komunikator berperan penting dalam memainkan suatu model komunikasi,
terutama dalam menyampaikan sesuatu ke KPM (Keluarga Penerima Manfaat),
pemilihan media yang dilakukan oleh pemerintah saat ini telah menimbulkan efek
beragam. Termasuk komunikasi yang dikemas melalui musyawarah, komunikasi
semacam ini lebih efektif dalam mengetahui effect pada sebuah peristiwa
komunikasi. Hal ini disebabkan karena komunikasi yang diterapkan merupakan
komunikasi antar personal dan saling bertatap muka antara pemerintah (pelaku

Volume 5 Nomor 1 (2019) 63-80 79


S. Fatimah, I.Z. Arifin, & D. Sumpena

P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) dengan KPM (Keluarga


Penerima Manfaat).

PENUTUP
Setelah melakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa, proses komunikasi
pemberdayaan dalam pelaksanaan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga) dilakukan melalui forum Diskusi, Disuki. Diskusi merupakan salah satu
cara yang ditempuh pelaku pendamping sosial untuk mengetahui respon atau
tanggapan langsung yang diberikan KPM (Keluarga Penerima Manfaat), baik itu
tanggapan negatif maupun tanggapan positif. Selain itu diskusi juga bertujuan
meyakinkan dan menyatukan pikiran, Adapun model komunikasi pemberdayaan
yang digunakan pedamping sosial dalam menyosialisasikan P2K2 (Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga Perdesaan adalah menggunakan model
komunikasi dialogis dan persuasif dengan menggunakan pendekatan
partisipatoris.

DAFTAR PUSTAKA
Colin MacAndrews, Eduard Depari. (1995). Peranan Komunikasi Massa Dalam
Pembangunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Devito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Professional Books.
Effendy, Onong Uchjana. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Erfianti, Ditha Ayudya. (2005). Komunikasi Persuasif, diakses 1April 2019, dari
http://4letha.blogspot.com/2019/04/ komunikasi-persuasif.html.
Indardi (2016). Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: UNPAD PRESS.
Rochayat Harun dan Elvinaro Ardianto. (2001). Komunikasi Pembangunan dan
Perubahan Sosial. Jaka rta: Raja Grafindo.
Suharto, Edi. (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Refika Aditama.
Mulyana, Deddy. (2001). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya.
Susanto, Astrid S. (1997). Komunikasi Kontemporer, Bandung : Binacipta.

80 Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting

You might also like