You are on page 1of 7

Sirait, A. Proses Fosilisasi Konvensional dan Unkonvensional.

Proses Fosilisasi Konvensional dan Unkonvensional

Adrian Sirait1., Afif Firzat Dzulfikar Hidayat1, Edward Onesivorues Azlou1, Fahmi Alamsyah1,
Fatih Naufal Ridhwan1, Fitri Indah Wahyuni, Gloria Aurelia, Mayang Chintya Fadila, Naufal
Aziz , Rionanda Rubiansyah, Rizky Fauzan1, Berliana Sari, Dwi Novitasari1
1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknik Manufaktur dan Kebumian, Institut Teknologi Sumatera
a
Email: adrian.119150057@student.itera.ac.id

Abstract
Fossilization isa process of sedimentation or of accumulating residues of organisms in
sediments. Fossilization is divided into two conventional fossilization and unconventional
fossilization. Conventional fossilization is the general occurrence of fossilization in the remains
of both animal and plant organisms accumulated in sediments or in partially preserved
sediments or in the footprints alone. The process of fossilization divides into four forms of mold,
cast, track, trail, burrows, and burial strata. The practice is to enable understanding the
process of fossilization and to distinguish between mold, cast, trail, track, burrow, track,
burrow, and burial by means of such tools and materials as nine of the remains of dead
organisms,two living animals such as chicken and snails, impraboard a3 sizes, scissors, linings,
clean water, plastic trays, metal spoons, plastic bowls, grappling cables, and a large measure
of black tape. It is important, therefore, to study and practice these institutions in order to
understand and distinguish between traditional fossilization processes and unconventional
fossilization.

Keyword : conventional fossilization,unconventional fossilization,mold & cast,strata-


burial,trace fossil.

Abstrak
Fosilisasi adalah suatu proses sedimentasi atau penimbunan sisa organisme yang terakumulasi
dalam sedimen. Fosilisasi terbagi menjadi 2, yaitu fosilisasi konvensional dan fosilisasi
unkonvensional. Fosilisasi konvensional adalah fosilisasi yang terjadi secara umum pada sisa-
sisa organisme baik hewan maupun tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-
endapan yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian, ataupun jejaknya saja.
Proses fosilisasi terbagi menjadi empat yaitu mold, cast, track, trail, burrow,dan strata burial.
Pada praktikum ini bertujuan agar dapat memahami proses fosilisasi serta dapat membedakan
mold, cast, track, trail, track, burrow, dan strata burial dengan menggunakan alat dan bahan
seperti,9 buah sisa organisme yang telah mati,2 ekor hewan hidup seperti ayam dan bekicot,
impraboard ukuran A3, gunting, penggaris, air bersih, nampan plastik, sendok logam, mangkuk
plastik, sarung tangan, kabel, dan lakban hitam ukuran besar. Oleh karena itu, penting untuk
mempelajari dan melakukan praktikum ini agar dapat memahami serta membedakan proses-
proses fosilisasi konvensional dan fosilisasi unkonvensional.
Keyword : fosilisasi konvensional, fosilisasi unkonvensional, mold & cast, strata-burial,
trace fossil.
Sirait, A. Proses Fosilisasi Konvensional dan Unkonvensional.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada kehidupan yang sekarang ini sangat identik dengan kejadian masa lalu yang mana kita bisa
mengetahui kejadian di masa lalu dengan ilmu paleontologi.paleontologi ilmu yang mempelajari
tentang bentuk bentuk kehidupan yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan
interaksi satu dengan lainnya serta lingkungan kehidupannya (paleoekologi) selama umur bumi
atau dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil. Sebagaimana ilmu sejarah
yang mencoba untuk menjelaskan sebab sebab dibandingkan dengan melakukan percobaan
untuk mengamati gejala atau dampaknya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan
yang hidup di jaman sekarang, paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang
terawetkan di dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami, sebagai
sumber utama penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai
fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu terekam dalam fosil. Oleh sebab itu, laporan ini
merupakan bukti fisik dari praktikum pengenalan fosil dan proses pemfosilan yang telah kami
lakukan sebagai simulasi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan fosilisasi ?
1.2.2 Apa perbedaan fosilisasi konvensional dan unkonvensional ?
1.2.3 Apa yang menyebabkan terjadinya proses pembentukan trace fossil?
1.2.4 Bagaimana proses fosilisasi freeze dapat terjadi?

1.3 Maksud dan Tujuan


Praktikum ini bermaksud untuk membangun pemahaman awal serta menambah ilmu
mengenai fosil dan proses pemfosilan (fosilisasi), Adapun tujuan dilaksanannya praktikum ini
adalah:
1.3.1 Praktikan mampu menjelaskan pengertian dari fosil;
1.3.2 Praktikan mampu menjelaskan proses pemfosilan (fosilisasi);
1.3.3 Praktikan mampu mengidentifikasi serta mengenali mold,cast,dan trace fossil;
1.3.4 Praktikan mampu membedakan proses terjadinya fosilisasi freeze.

1.4 Tinjuan Pustaka

1.4.1 Pengertian Fosil dan Fosilisasi


Fosil berasal dari bahasa latin yaitu “fossa” yang berarti "galian", adalah sisa-sisa atau bekas-
bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisasisa hewan atau
tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil.
Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di
sumur ter La Brea di California. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata
masih ada disebut fosil hidup dan ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi (Noor,2012).

Fosilisasi adalah suatu proses pemfosilan atau penimbunan sisa organisme yang terakumulasi
dalam sedimen. fosilisasi terbagi menjadi 2, yaitu fosilisasi konvensional dan fosilisasi
unkonvensional.fosilisasi konvensional adalah proses fosilisasi yang melalui tahapan
sedimentasi dan fosilisasi yang terjadi pada umumnya, sedangkan fosilisasi unkonvensional
Sirait, A. Proses Fosilisasi Konvensional dan Unkonvensional.

adalah proses fosilisasi yang tidak mengalami suatu proses sedimentasi,contohnya freeze dan
amber. Strata Burial Merupakan keberadaan sisa organisme dalam pengendapan batuan
sedimen yang tersusun bersamaan pada saat proses sedimentasi, pada umumnya lingkungan
hidup suatu organisme tidak jauh dari fossil yang ditemukan tersebut (Maryanto,2011).

1.4.2 Jenis Fosil


1.4.2.1 Mold =>Suatu cetakan sisa organisme (eksternal mold dan internal mold).
1.4.2.2 Cast =>Suatu cetakan produk mold yang terisi oleh suatu mineral sekunder.
1.4.2.3 Track =>Jejak perpindahan organisme berupa tapak di atas permukaan sedimen.
1.4.2.4 Trail =>Jejak perpindahan organisme berupa seretan.
1.4.2.5 Burrow =>Jejak organisme berupa sisa penggalian lubang dalam sedimen.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


2.1 Fosilisasi Mold dan Cast

Gambar 2.1.1 (external mold)


Gambar 2.1.2 (internal mold)

Pada praktikum ini, mencoba mensimulasikan proses fosilisasi Mold and Cast dalam proses
fosilisasi,mold hasilnya berupa cetakan sisa organisme berupa cangkang dan berupa bagian
tubuh yang keras oerganisme.mold terbagi menjadi 2 yaitu external mold dan internal mold.
pada gambar 2 terdapat bagian dari sisa organisme luar (external mold) dan pada gambar 2
terdapat bagian dari sisa organisme bagian dalam (internal mold). Untuk pengerjaan pada
simulasi ini dimulai pada tahap pengadukan semen, semen diaduk dan dicampur dengan air,
setelah itu semen diletakkan pada nampan jika semen sudah rata dan cukup kental,ratakanlah
semen tersebut agar menjadi lingungan pengendapan dari sisa organismenya, lalu letakkan
organisme berupa cangkang,buah,dan ranting. Setelah diletakkan ditimbun dengan semen yang
sudah diaduk tadi,lalu keringkan.setelah kering hasil cetakan bisa dilihat dengan menggunakan
palu,lalu keluarkan sisa organisme yang ada.
2.2 Proses Pembentukan Trace fossil
Sirait, A. Proses Fosilisasi Konvensional dan Unkonvensional.

Gambar 2.2.1 (pada bagian kiri simulasi terbentuknya burrow, pada bagian tengah terdapat
track, dan pada bagian kanan terdapat trail)
Pada praktikum pembentukan trace fossil ini,hal yang dilakukan hampir sama dengan mold &
cast yaitu dengan cara semen yang ada di dalam nampan yang masih basah diletakan organisme
cacing untuk percobaan trail lalu tunggu hingga ia berjalan dan membentuk seretan hal itu dapat
dilihat dari gambar 3 pada bagian kanan.lalu track dilakukan dengan cara kaki ayam diletakan
dan ditekan ke dalam nampan yang berisi semen tadi hal itu dapat dilihat pada gambar 3 yang
berada tengah, maka akan terbentuk hasil tracknya, hal ini menganalogikan pada keadaan
sebenarnya dimana fosil jejak atau trace fossil yang biasa ditemukan berupa jejak kaki terbentuk
oleh proses-proses ini yang kemudian tersedimentasi lalu membentuk batuan sedimen yang
didalam nya terdapat trace fossil. Selanjutnya, burrow dilakukan dengan cara meletakan
potongan kabel sebagai analogi dari jejak penggalian lubang organisme yang terdapat pada
gambar bagian kiri.
2.3 Fosil Dalam Strata – Burial

Gambar 2.3.1 sisa organisme terendapkan Gambar 2.3.2 semen diletakkan pada lapisan
teratas

Pada praktikum strata-burial merupakan penggambaran sederhana proses suatu organisme yang
mati disuatu lingkungan,sisa organisme yang telah mati biasanya terendapkan di batuan
sedimen,kemudian dianalisis dengan berbagai metode diketahuilah lingkugan hidup dari
organisme tersebut serta letak dari organisme tersebut mati pada tingkat lapisan batuan sedimen
yang terbentuk dapat diperkirakan umur dari fosil tersebut dengan menggunakan teori Hukum
Superposisi dimana lapisan di bagian bawah dianggap terbentuk lebih awal (lebih tua) dari
lapisan batuan di atasnya (Steno, 1669). Umumnya sisa organisme ini terendapkan tidak jauh
dari lingkungan hidupnya dan massa serta kurun waktu hidupnya,sehingga dapat
diinterpretasikan untuk lingkungan pengendapan dan umur lapisan batuan.gambar 4 merupakan
contoh dari sisa organisme yang berada dilingkungan pengendapan.gambar 5 merupakan proses
pembuatan strata- burial dengan meletakkan semen pada bagian atas lapisan.

2.4 Freeze
Sirait, A. Proses Fosilisasi Konvensional dan Unkonvensional.

Gambar 2.4.1 (organisme yang dibekukan) Gambar 2.4.2 (kenampakan setelah


dibekukan)

Dalam percobaan ini, kondisi mula mula dari organisme yang segar masih menunjukan tanda
tanda yang tidak menunjukan perubahan,material seperti pisang masih berwarna kuning
terang,masih bersifat getas serta bertekstur keras dan pada ikan berwarna oranye menyala serta
keduanya masih cukup kenyal dan segar. Namun setelah dilakukan pembekuan pada dua
organisme, terjadi perubahan yang cukup mencolok pada organisme, Warna ikan mulai
memucat dan pada sisiknya mulai mengelupas serta pada tubuhnya mulai mengeras ikan masih
dalam keadaan segar namun sudah mati .pada pisang warnanya yaitu mulai menghitam atau
semakin gelap dan teksturnya semakin lembek serta pada bagian dalam pisangnya menunjukkan
bahwa pisang tersebut sudah mulai mengalami pembusukan.

2.5 STUDI AWAL KELIMPAHAN FOSIL MOLUSKA PADA FORMASI


SENTOLO BAGIAN ATAS

Formasi Sentolo yang tersingkap di Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon
Progo, DIY, memiliki kandungan fosil moluska dari kelas gastropoda dan pelecypoda yang
bervariasi. Meskipun kelimpahannya tinggi, belum ada publikasi yang membahas mengenai
variasi spesies fosil moluska pada daerah Kaliagung sehingga banyak spesies yang belum
teridentifikasi dan keberagaman fosil moluska pada daerah tersebut juga belum banyak
diketahui. Berdasarkan data sekunder hasil determinasi fosil foraminifera kecil didapatkan umur
batuan pada Pliosen akhir, yang berkaitan dengan kepunahan pada kala tersebut. Metode yang
digunakan untuk pengukuran lapisan adalah measured section untuk penentuan litofasies,
adapun pengambilan sampel fosil menggunakan metode channel sampling. Hasil identifikasi
menghasilkan variasi genus dan spesies dari kelas gastropoda dengan jumlah 10 spesies
diantaranya Cobicula gerthi, Conus diluvianus, Amnicola longinqua, Conus sauridens,
Sulcospira testudinaria angulifera, Thais (stramonita) martini, Cypraea patherina, Naticarius
(naticarius) lineata, Nassarius (amyclina) dimorphoides dan Pyramidella sp., serta dari kelas
pelecypoda sejumlah 5 spesies diantaranya Anomia boettgeri, Paphia cheribonensis, Meretrix
meretrix, Pallium swifthi nutteri, dan Anadara diluvii, dengan pengawetan berupa fosil utuh,
mold, dan cast. Diantara 15 spesies gastropoda dan pelecypoda, ditemukan 5 spesies penciri
akhir Pliosen, yaitu Anomia boettgeri, Paphia cheribonensis, Sulcospira testudinaria angulifera,
Thais (stramonita) martini, dan Nassarius (amyclina) dimorphoides.
Sebagian besar spesies merupakan penciri lingkungan marine dan transisi, tetapi terdapat dua
fosil gastropoda penciri freshwater seperti Amnicola longinqua dan Sulcospira testudinaria
angulifera, sehingga diinterpretasikan, lingkungannya merupakan daerah berdekatan dengan
muara sungai. Pada daerah penelitian ditemukan juga fosil invertebrata lain, seperti Echinoidea
dan Balanus yang memperkuat bahwa daerah penelitian merupakan lingkungan laut dangkal
(shallow marine). Penentuan umur spesies ini diperoleh dari penggabungan informasi dari
beberapa sumber dengan mengambil umur tertua dan termuda sebagai rentang umur.
Berdasarkan penelitian M. Farras Al Hafizh (2016) pada stratigrafi jalur Kaliagung, didapatkan
dua zonasi. Zona N20 dan N21 (Akhir Pliosen) yang dibatasi pada bagian atas berupa biodatum
Last Appereance dari Globorotalia miocenica. Stratigrafi jalur Kaliagung penelitian ini dengan
penelitian M. Farras (2016) merupakan satu sekuen singkapan yang sama, dimana pada
penelitiannya menyinggung tentang biostratigrafi jalur tersebut. Hasil penelitiannya juga
memiliki kesamaan umur dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadar (1986) di Desa
Kaliganti, dan penelitian dari Riandari (2010) di Desa Ngramang dengan kisaran umur Formasi
Sirait, A. Proses Fosilisasi Konvensional dan Unkonvensional.

Sentolo bagian atas. Hasil identifikasi makrofosil pada Desa Kaliagung menunjukkan fosil
dengan rentang umur yang panjang antara Kapur hingga recent yang tersebar baik pada bagian
bawah hingga bagian atas singkapan. Penarikan umur berdasarkan data biostratigrafi makrofosil
moluska menghasilkan irisan umur pada kala Pliosen.

3. KESIMPULAN

3.1 Pada praktikum ini dapat disimpulkan dan mengidentifikasikan perbedaan percobaan yang
sudah dilakukan yaitu. Mold adalah cetakan sisa organisme, jika tercetak bagian luar disebut
external mold, sedangkan jika yang tercetak bagian dalam disebut internal mold.

3.2 Track adalah jejak perpindahan organisme berupa tapak di atas permukaan sedimen. Trail
adalah jejak perpindahan organisme berupa seretan.

3.3 Burrow adalah jejak berupa sisa penggalian lubang suatu organisme dalam sedimen. Boring
adalah lubang pengeboran dari suatu organisme misalnya cacing.

3.4 Praktikum unkonvensional yaitu berupa pembekuan,yang mana terjadi beberapa perubahan
dari material dan organisme yang sudah di bekukan, setelah dilakukan pembekuan pada dua
organisme, terjadi perubahan yang cukup mencolok pada organisme.
Sirait, A. Proses Fosilisasi Konvensional dan Unkonvensional.

REFERENSI

Amin.2014. Paleontologi. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 2013: Jakarta

Djadja.2011. Buku 2: Bidang Mineral. Direktorat Investasi Sumber Daya Mineral Ternate.

Lestari. 2002. Buku saku fosil. Erlangga: Jakarta.

Maryanto, Ibnu & Hari Sutrisno. 2011. Ekologi Ternate. Pusat Penelitian LIPI. Bogor.
Noor,Djauhari.2012.Pengantar Geologi.Jawa Barat:Univesitas Pakuan.

You might also like