You are on page 1of 16

MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

(Studi Multi Situs Di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro)

Oleh

Hernani, Sowiyah, Sumadi


FKIP Unila: Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng
E-Mail: hernani.mp3@gmail.com
HP.:-

Abstract: Education Management Children with Special Needs.


The purpose of this study was to analyze the implementation of Education
Management Children with Special Needs in SMPN 9 and SMPN 10 Metro City,
included: 1) Planning of education, 2) Implementation of education, 3) Evaluation of
education, 4) factors supporting and education management. This study used a
qualitative approach with a multi-site study design. Data was collected by interview,
observation, and documentation. The Research Result of education management
children with special needs education management have been run in accordance with
the applicable regulations is the curriculum that is used together with other regular
school. Teachers who teach in the classroom inclusion makes learning program design
according to the characteristics and needs of each learner. Factors supporting the
implementation of education children with special needs received financial assistance
from the central government, teachers consistently carried out its duties and functions,
there is also adequate learning media, communicated with parents is good enough.
Inhibiting factor is the lack of specific guidance counselor, teachers have not been
trained, there are still parents are less concerned with the inclusive education program,
and the learning media is still lacking.

Keywords: education management, children with special needs, junior high school

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implementasi Manajemen Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro, meliputi: 1)
Perencanaan pendidikan, 2) Pelaksanaan pendidikan, 3) Evaluasi pendidikan, 4)
Faktor-faktor pendukung dan penghambat manajemen pendidikan ABK. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi situs. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian manajemen pendidikan ABK ini sudah berjalan sesuai dengan
peraturan yang berlaku yaitu kurikulum yang digunakan sama dengan sekolah reguler
lainnya. Guru yang mengajar di kelas inklusi membuat rancangan program
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap peserta didik.
Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan ABK mendapat bantuan dana dari
pemerintah pusat, guru-guru konsisten melaksanakan tugas dan fungsinya, tersedia
juga media belajar yang memadai, komunikasi dengan orang tua cukup baik. Faktor
penghambatnya adalah kurangnya guru pembimbing khusus, guru belum pernah
mengikuti pelatihan, masih ada orang tua kurang perduli terhadap program pendidikan
inklusi, dan media belajar yang masih kurang.

Kata kunci: anak berkebutuhan khusus, manajemen pendidikan, sekolah menengah


pertama

Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK)


membutuhkan fasilitas tumbuh kembang Kepala Dinas Pendidikan Kota Metro
khusus agar memiliki hak untuk Nomor 213/KPTS/D.3/2011 ditetapkan
mendapatkan penghormatan atas inte- bahwa menetapkan SD, SMP, SMA
gritas mental dan fisik berdasarkan Negeri Kota Metro yang tercantum pada
kesamaan dengan orang lain. Pemenuhan lampiran Surat Keputusan ini, sebagai
hak anak berkebutuhan khusus merupa- Pelaksana Sekolah Inklusi.
kan tanggung jawab bersama yang harus Pada observasi awal yang
dilakukan oleh negara, pemerintah dan dilakukan di SMPN 9 dan SMPN 10
masyarakat. Metro, semakin jelas meskipun anak-anak
Pendidikan inklusif saat ini berkebutuhan khusus dapat bersekolah
diharapkan dapat menjadi salah satu dan menerima pendidikan formal, terlihat
upaya untuk meningkatkan partisipasi masih banyak aspek yang harus dibenahi.
anak bersekolah atau dalam upaya Anak berkebutuhan khusus (ABK) di
pemerataan kesempatan memperoleh SMPN 9 dan SMPN 10 Metro tergolong
pendidikan dan dalam waktu yang anak yang lamban belajar dan selalu
bersamaan dapat meningkatkan mutu tertinggal dari teman-teman lainnya
pendidikan. Pendidikan inklusif juga dalam memahami materi yang
diharapkan dapat menjawab kesenjangan disampaikan oleh guru. Saat ini peserta
yang terjadi di masyarakat berkaitan didik/ABK tersebut diberi pembelajaran
dengan pemenuhan hak-hak semua warga tambahan agar dapat memahami materi
negara dalam bidang pendidikan. Dengan yang diajarkan. Pembelajaran tambahan
diselenggarakannya pendidikan khusus juga diberikan agar peserta didik/ABK
secara inklusif di sekolah umum dan lamban belajar dapat memahami materi
sekolah kejuruan, hal ini akan yang disampaikan oleh guru. Peserta
berpengaruh pada manajemen sekolah didik/ABK yang lamban belajarnya
sehingga di sekolah perlu adanya merupakan salah satu kondisi siswa yang
kesamaan konsep dan cara pandang serta berkerkebutuhan khusus dalam hal
penyesuaian-penyesuaian dalam penye- tertentu berbeda dengan anak lain pada
lenggaraan pendidikan inklusif. Para umumnya. Salah satu upaya membantu
pendidik dan tenaga kependidikan serta mengatasi masalah tersebut, perlu
stakeholder lainnya harus memiliki diadakan pendidikan inklusi berorientasi
kesadaran bahwa pendidikan inklusif pada masalah kesulitan belajar siswa
adalah sebuah “visi” bukan sebuah diklasifikasi menurut tingkat
“ilusi”. kesulitannya.
Implementasi berbagai kebijakan Pendidikan inklusi di SMPN 9
terkait hak anak berkebutuhan khusus dan SMPN 10 Metro bertujuan untuk
yang telah dirumuskan hendaknya mengatasi kesulitan belajar siswa yang
ditindaklanjuti secara serius oleh berkebutuhan khusus, dapat belajar
pemerintah, agar anak-anak Indonesia bersama anak lain atau normal sepanjang
yang berkebutuhan khusus memperoleh hari di kelas reguler. Penyelenggaraan
hak-hak mereka. Berdasarkan Keputusan pendidikan kelas inklusi boleh jadi
merupakan terobosan baru untuk
mengatasi masalah pendidikan bagi anak dengan anak normal lainnya. Pentingnya
yang memiliki kelainan atau kecerdasan untuk diketahui bahwa keberadaan kelas
luar biasa tanpa harus ada pemisahan inklusi dapat menciptakan suatu sistem
pendidikan moral bagi siswa, agar Peraturan Pemerintah Nomor 17
mampu mengkondisikan diri terhadap Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
lingkungan yang kompleks, dimana Penyelenggaraan Pendidikan mengatur
keberagaman karakteristik siswa bisa kewenangan pemerintah provinsi dan
membawa ke arah pendidikan budaya pemerintah kabupaten/kota dalam
baru yang lebih modern. menyelenggarakan pendidikan khusus
Pelaksanaan sistem pendidikan yang intinya bahwa pendidikan khusus
inklusi di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro melalui satuan pendidikan khusus
dimana anak-anak berkebutuhan khusus diselenggarakan oleh pemerintah provinsi
bergabung dengan anak-anak pada dan pendidikan khusus melalui satuan
umumnya yang sebaya, perlu dikem- pendidikan umum dan satuan pendidikan
bangkan manajemen pendidikan inklusi kejuruan diselenggarakan oleh peme-
yang disesuaikan dengan kondisi dan rintah kabupaten/kota. Peraturan Menteri
kebutuhan pendidikan bagi anak yang Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun
memerlukan layanan khusus. Selama ini 2009 tentang pendidikan inklusi bagi
pendidikan inklusi baru diselenggarakan peserta didik yang memiliki kelainan dan
untuk anak berkebutuhan pendidikan memiliki potensi kecerdasan dan/atau
khusus namun belum dilakukan bakat istimewa adalah upaya nyata dari
sebagaimana yang diharapkan. Agar Pemerintah dalam bentuk regulasi untuk
pengembangan pendidikan inklusi dapat menjadi acuan semua pihak yang terkait
dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam menyelenggarakan pendidikan
dan tetap mengutamakan peningkatan inklusi. Pada peraturan tersebut di-
mutu pendidikan, maka diperlukan suatu jelaskan mekanisme dan tugas-tugas
manajemen pendidikan inklusi yang baik. pemerintah kabupaten/kota dan sekolah
Penjelasan Pasal 15 Undang- yang mempunyai kewenangan dalam
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang penyelenggaraan pendidikan inklusi.
Sistem Pendidikan Nasional menye- Kemudian dijelaskan pula tugas fasilitasi
butkan bahwa pendidikan khusus dari pemerintah dan pemerintah provinsi,
merupakan penyelenggaraan pendidikan pengelolaan dan teknis penyelenggaraan
untuk peserta didik yang berkelainan atau serta sistem dukungan dalam menye-
peserta didik yang memiliki kecerdasan lenggarakan pendidikan inklusi.
luar biasa yang diselenggarakan secara Pada Peraturan Menteri Pen-
inklusi atau berupa satuan pendidikan didikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
khusus pada tingkat pendidikan dasar dan tentang Pendidikan Inklusi bagi Peserta
menengah. Kemudian pada Pasal 41 Didik yang memiliki kelainan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun memiliki potensi kecerdasan dan/atau
2005 tentang Standar Nasional bakat istimewa, pemerintah kabupaten/
Pendidikan menyebutkan bahwa setiap kota mempunyai tugas dan fungsi sebagai
satuan pendidikan yang melaksanakan berikut:
pendidikan inklusi harus memiliki tenaga 1. Menunjuk paling sedikit 1 (satu)
kependidikan yang mempunyai kom- sekolah dasar, dan 1 (satu) sekolah
petensi menyelenggarakan pembelajaran menengah pertama pada setiap
bagi peserta didik dengan kebutuhan kecamatan dan 1 (satu) satuan
khusus. pendidikan menengah untuk
menyelenggarakan pendidikan
inklusif yang wajib menerima peserta
didik.
2. Menjamin terselenggaranya pen-
didikan inklusif sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
3. Menjamin tersedianya sumber daya (satu) orang guru pembimbing
pendidikan inklusif pada satuan khusus pada satuan pendidikan yang
pendidikan yang ditunjuk. ditunjuk untuk menyelenggarakan
4. Wajib menyediakan paling sedikit 1 pendidikan inklusif.
5. Wajib meningkatkan kompetensi di inklusi untuk menerima anak
bidang pendidikan khusus bagi berkebutuhan khusus agar dapat belajar
pendidik dan tenaga kependidikan bersama anak-anak normal lainnya.
pada satuan pendidikan Anak berkebutuhan khusus
penyelenggaraan pendidikan inklusif. memerlukan bentuk pelayanan pen-
6. Memberikan bantuan profesional didikan khusus yang disesuaikan dengan
kepada satuan pendidikan kemampuan dan potensi mereka. Standar
penyelenggaraan pendidikan inklusif. nasional pendidikan digunakan sebagai
7. Melakukan pembinaan dan acuan pengembangan kurikulum, tenaga
pengawasan pendidikan inklusif kependidikan, sarana dan prasarana,
sesuai dengan kewenangannya. pengelolaan, dan pembiayaan. Pengem-
Berbagai pertimbangan juga, yang bangan kurikulum dilakukan dengan
menentukan jumlah maksimal di bawah mengacu pada standar nasional
standar maksimal pada rombongan pendidikan untuk mewujudkan tujuan
belajar satuan pendidikan khusus, yaitu pendidikan nasional.
untuk SD/MI di bawah 5 peserta didik Pengembangan kurikulum secara
yang memiliki kelainan dan untuk berdiversifikasi dimaksudkan untuk me-
SMP/MTs dan SMA/SMK/MA/MAK di mungkinkan penyesuaian program pen-
bawah 8 peserta didik yang memiliki didikan pada satuan pendidikan dengan
kelainan. (Peraturan Menteri Pendidikan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di
Nasional Nomor 01 Tahun 2008 tentang daerah. Gerakan reformasi di Indonesia
Standar Proses Pendidikan untuk secara umum menuntut diterapkannya
Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, prinsip demokrasi, desentralisasi, ke-
Tunadaksa dan Tunalaras). Atau ada juga adilan, dan menjunjung tinggi hak asasi
yang menetapkan maksimal 10% dari manusia dalam kehidupan berbangsa dan
setiap rombongan belajar, sehingga bernegara. Pada bidang pendidikan,
jumlah maksimal di SD/MI ada yang prinsip-prinsip tersebut akan memberikan
menetapkan 3 peserta didik berkebutuhan dampak yang mendasar pada kandungan,
khusus dan di SMA/SMK/MA/MAK ada proses, dan manajemen sistem pen-
yang menetapkan 5 peserta didik didikan.
berkebutuhan khusus. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Anak berkebutuhan khusus berkembang pesat dan memunculkan
menurut Heward (1989:210) adalah anak tuntutan baru dalam segala aspek
dengan karakteristik khusus yang berbeda kehidupan, termasuk dalam sistem
dengan anak pada umumnya tanpa selalu pendidikan. Tuntutan tersebut menyang-
menunjukkan pada ketidakmampuan kut pembaharuan sistem pendidikan, di
mental, emosi atau fisik. Melaksanakan antaranya pembaharuan kurikulum, yaitu
pendidikan inklusi di setiap Kabupaten/ diversifikasi kurikulum untuk melayani
Kota, Dinas Pendidikan Kebudayaan peserta didik dan potensi daerah yang
Pemuda dan Olahraga kota Metro beragam, diversifikasi jenis pendidikan
menunjuk SMPN 9 dan SMPN 10 Metro yang dilakukan secara profesional,
sebagai penyelenggaraan pendidikan penyusunan standar kompetensi tamatan
yang berlaku secara nasional dan daerah
menyesuaikan dengan kondisi setempat;
penyusunan standar kualifikasi pendidik
yang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan
tugas secara profesional; penyusunan
standar pendanaan pendidikan untuk
setiap satuan pendidikan sesuai prinsip-
prinsip pemerataan dan keadilan;
pelaksanaan manajemen pendidikan Pembaharuan sistem pendidikan
berbasis sekolah dan otonomi perguruan juga meliputi penghapusan diskriminasi
tinggi; serta penyelenggaraan pendidikan antara pendidikan yang dikelola
dengan sistem terbuka dan multi makna. pemerintah dan pendidikan yang dikelola
masyarakat, serta pembedaan antara 10 Metro belum menguasai bagaimana
pendidikan keagamaan dan pendidikan merancang program pembelajaran bagi
umum. Warga negara yang memiliki anak berkebutuhan khusus, dari peran-
kelainan fisik, emosional, mental, cangan kurikulum, proses pembelajaran,
intelektual, dan/atau sosial berhak dan penilaian dalam setting pendidikan
memperoleh pendidikan khusus. Warga inklusi. Kurangnya Guru Pembimbing
negara yang memiliki potensi kecerdasan Khusus (GPK), guru reguler yang ada
dan bakat istimewa berhak memperoleh belum pernah mendapat pelatihan
pendidikan khusus. Pendidikan khusus menangani siswa berkebutuhan khusus,
merupakan pendidikan bagi peserta didik dan pemahaman pihak sekolah pada
yang memiliki tingkat kesulitan dalam tingkat penyelenggaraan pendidikan
mengikuti proses pembelajaran karena inklusi belum sepenuhnya diketahui.
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, Sedangkan peran Dinas Pendidikan,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga
bakat istimewa yang diselenggarakan masih sebatas perantara antara Kemen-
secara inklusi. terian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Menurut Joyce dan Weil satuan pendidikan dalam hal pendanaan
(2000:13) mengemukakan maksud dari atau program, belum ada upaya untuk
model pem-belajaran adalah suatu mengembangkan sendiri implementasi
perencanaan atau suatu pola yang pendidikan inklusi di tingkat kota.
digunakan sebagai pedoman dalam Semua unsur-unsur untuk
merencanakan pembelajaran di kelas atau mendukung terlaksananya pendidikan
pembelajaran dalam tutorial dan untuk inklusi sangat diperlukan agar sistem
menentukan perangkat-perangkat pem- dapat berjalan dengan baik. Unsur-unsur
belajaran. Selanjutnya, Joyce menyatakan penunjang pendidikan inklusi antara lain
bahwa model pembelajaran mengarahkan adalah pendanaan yang memadai untuk
kita ke dalam perancangan pembelajaran mendukung proses pendidikan inklusi,
untuk membantu peserta didik se- sarana dan prasarana seperti aksesibilitas
demikian rupa sehingga tujuan bagi anak berkebutuhan khusus dan
pembelajaran itu tercapai. media pembelajaran yang tepat, serta
Berdasarkan penelitian awal yang dukungan orangtua siswa baik orang anak
dilakukan di sekolah tersebut, pendidikan normal maupun orangtua anak-anak
inklusi belum berjalan secara optimal, berkebutuhan khusus. Tetapi guru
masalah yang dihadapi baik dari internal maupun kepala sekolah menyadari masih
sekolah, orang tua, siswa maupun banyak hal-hal yang harus ditingkatkan
masyarakat. Pendidikan inklusi antara dan diperbaiki pelaksanaan program
lain belum dilakukan identifikasi dan pendidikan inklusi dapat berjalan dengan
asesmen terhadap siswa baru efektif.
berkebutuhan khusus, hal ini sangat
penting untuk merancang program METODE
pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus. Para guru di SMPN 9 dan SMPN Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian
kualitatif fenomenologis. Fenomenologis
dipilih karena sesuai dengan tujuan
penelitian yakni untuk memeriksa secara
rinci fenomena sosial yang terjadi secara
nyata dan apa adanya. Penelitian ini
diharapkan dapat mengungkapkan
fenomena-fenomena yang muncul dari Kehadiran peneliti menjadi tolak
manajemen pembelajaran pada siswa ukur keberhasilan terhadap beberapa
berkebutuhan khusus di SMPN 9 dan kasus. Peneliti bertindak sebagai
SMPN 10 Metro. instrumen utama dalam pengumpul data.
Hal ini juga dikemukakan oleh Sugiyono dokumentasi. Hasil wawancara dari
(2006: 305) bahwa instrumen utama informan akan penulis lakukan analisis
dalam penelitian kualitatif adalah peneliti data secara kualitatif, guna
sendiri, akan tetapi ketika fokus mengungkapkan analisis hasil
penelitian menjadi lebih jelas, maka akan pembelajaran di SMPN 9 dan SMPN 10
dikembangkan instrumen penelitian Metro. Analisis data kualitatif adalah
sederhana, yang diharapkan dapat melakukan kajian untuk memahami
melengkapi data dan membandingkan struktur suatu fenomena-fenomena yang
dengan data yang telah ditemukan berlaku di lapangan. Analisis data
melalui observasi dan wawancara. dilakukan dengan melakukan telaah
Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, terhadap fenomena atau peristiwa secara
baik pada grand tour question, tahap keseluruhan, terhadap bagian-bagian yang
focused and selection, melakukan membentuk fenomena-fenomena serta
pengumpulan data, analisis dan membuat hubungan keterkaitannya.
kesimpulan. Pada penelitian kualitatif analisis
Penentuan informan dalam data dapat dilakukan secara interaktif
penelitian ini dilakukan dengan teknik melalui proses reduksi data (data
purposive sampling, agar data yang reduction), penyajian data (data display),
diperoleh dari informan sesuai dengan penarikan kesimpulan serta verifikasi
kebutuhan dan tujuan penelitian. (conclusion drawing and verification).
Pengambilan sampel bukan dimaksudkan Analisis data ganda tidak terlepas
untuk mewakili populasi, melainkan dari keseluruhan proses penelitian yang
didasarkan pada relevansi dan kedalaman menyatakan dengan teknik pengumpulan
informasi serta didasarkan pada tema data. Adapun keseluruhan proses
yang muncul di lapangan. penelitian terdiri atas: pengamatan
Pengumpulan data dalam deskriptif, analisis domain, pengamatan
penelitian ini dilakukan dengan terfokus, analisis taksonomi, pengamatan
menggunakan beberapa teknik, yaitu: terpilih, analisis komponen dan diakhiri
wawancara, observasi, dan studi dengan analisis tema. Hal itu
menunjukkan bahwa penyelenggaraan
penelitian dilakukan secara silih berganti
antara pengumpulan data dengan analisis
data sampai pada akhirnya keseluruhan
masalah penelitian itu terjawab. Hal ini
tergambar dalam Gambar 1, mengenai
dua data tunggal.

Untuk melihat tingkat konsep Informan. Triangulasi dapat


kepercayaan hasil penelitian dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan
digunakan beberapa cara yaitu dengan data yang bersifat menggabungkan dari
Kredibilitas, Transferabilitas dan berbagai teknik pengumpulan data dan
Konfirmabilitas. Kredibilitas adalah sumber data yang telah ada. Jika peneliti
kesesuaian antara konsep peneliti dengan melakukan teknik triangulasi, berarti
peneliti sekaligus menguji kredibilitas semua peserta memiliki kemampuan yang
data, yaitu mengecek kredibilitas data sama. Begitupun dengan materi yang
dengan berbagai teknik pengumpulan diberikan, belum terlihat perbedaan
data dan berbagai sumber data. kedalaman materi yang diberikan pada
peserta didik berkebutuhan khusus.
Pengawas pembina SMPN 9 Metro
HASIL DAN PEMBAHASAN menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara proses pembelajaran di
Hasil Penelitian kelas reguler dan kelas inklusi. Guru
kelas sesekali hanya melakukan
SMPN 9 Metro sebagai penye- pendekatan untuk membimbing dan
lenggara pendidikan inklusi tentu mendampingi siswa.
memiliki peserta didik heterogen, selain Orang tua siswa menyatakan
peserta didik reguler juga terdapat peserta harapannya agar proses pembelajaran
didik berkebutuhan khusus, karena setiap bagi siswa-siswi dapat lebih ditingkatkan
peserta didik mempunyai hak sama untuk lagi seperti pemberian Pekerjaan Rumah
memperoleh pendidikan bersama dengan (PR) yang lebih banyak agar siswa-siswa
teman-teman sebayanya dalam kelas yang tidak banyak bermain di rumah dan
sama. Semua peserta didik berkebutuhan siswa-siswi lebih berprestasi.
yang saat ini terdapat di SMPN 9 Metro Observasi yang dilakukan oleh
adalah peserta didik lamban belajar. peneliti pada proses pembelajaran di
Kurikulum yang digunakan di kelas inklusi menunjukkan bahwa guru
SMPN 9 Metro adalah kurikulum sekolah telah melakukan perencanaan kegiatan
reguler, jadi kurikulum yang dirancang pembelajaran, akan tetapi perencanaan
oleh guru berdasarkan Kompetensi Inti yang dilakukan oleh guru seperti
dan Kompetensi Dasar (KI-KD) untuk pengelolaan kelas dengan menempatkan
sekolah reguler kemudian disusun siswa duduk paling depan agar guru lebih
menjadi program tahunan, program mudah membimbingnya belum
semester, silabus dan RPP. Program yang dilakukan, dan bahan ajar yang digunakan
dirancang oleh guru untuk diterapkan di berlaku untuk semua siswa. Pada
kelas dan berlaku sama untuk semua pelaksanaan pembelajaran guru telah
peserta didik. melakukan penguatan terhadap siswa
Pelaksanaan pembelajaran di dengan memberikan bimbingan dan
SMPN 9 Metro belum menunjukkan melibatkan siswa agar lebih aktif, dan
proses pembelajaran yang menghargai guru telah menggunakan media belajar
perbedaan setiap individu, metode yang untuk menyampaikan materi. Dokumen
digunakan oleh guru pada saat mengajar yang digunakan oleh peneliti dalam
di kelas masih memperlihatkan bahwa mendapatkan informasi proses
pembelajaran adalah silabus dan RPP.
Proses evaluasi dan penilaian di
SMPN 9 Metro sama dengan SMP
reguler pada umumnya seperti ulangan
harian, Ujian Tengah Semester dan Ujian
Akhir Semester. Peserta didik
berkebutuhan khusus melaksanakan
evaluasi tersebut bersama-sama dengan
peserta didik reguler, tidak dilakukan
modifikasi soal seperti tingkat kesulitan
dan jumlah soal yang diberikan kepada
peserta didik berkebutuhan khusus karena
siswa berkebutuhan khusus masih bisa waktu untuk peserta didik lamban belajar.
mengikuti proses penilaian bersama siswa Observasi terhadap proses
lainnya. Modifikasi alokasi waktu juga pengawasan dan penilaian dilakukan oleh
tidak dilakukan seperti menambah alokasi peneliti pada saat siswa melakukan
ulangan harian, siswa berkebutuhan SMPN 10 Metro sebagai
khusus melaksanakan ulangan harian penyelenggara pendidikan inklusi tentu
bersama-sama dengan siswa reguler memiliki peserta didik heterogen, selain
lainnya. Siswa yang mendapat nilai di peserta didik reguler juga terdapat peserta
bawah KKM nilainya dipadukan dengan didik berkebutuhan khusus, karena setiap
hasil penilaian pada pelaksanaan program peserta didik mempunyai hak sama untuk
inklusi pada siang hari. memperoleh pendidikan bersama dengan
Faktor pendukung terhadap teman-teman sebayanya dalam kelas yang
penyelenggaraan pendidikan inklusi di sama. Semua peserta didik berkebutuhan
SMPN 9 Metro antara lain sekolah masih yang saat ini terdapat di SMPN 10 Metro
berkomitmen untuk melaksanakan adalah peserta didik lamban belajar.
program inklusi, masih ada siswa Kurikulum yang digunakan di
berkebutuhan khusus yang bersekolah di SMPN 10 Metro adalah kurikulum
sekolah umum, pemerintah masih sekolah reguler, jadi kurikulum yang
mendukung terlaksananya program dirancang oleh guru berdasarkan
dengan memberikan dana operasional, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
guru-guru masih konsisten melaksanakan (KI-KD) untuk sekolah reguler kemudian
program inklusi ini, ada media disusun menjadi program tahunan,
pembelajaran yang dapat mendukung program semester, silabus dan RPP.
dalam proses KBM, adanya komunikasi Program yang dirancang oleh guru untuk
yang baik antara guru dan orang tua. diterapkan di kelas dan berlaku sama
Faktor yang masih menjadi untuk semua peserta didik. Hal ini
penghambat penyelenggaraan pendidikan menunjukkan bahwa peserta didik
inklusi di SMPN 9 Metro adalah masih berkebutuhan khusus masih
ada sebagian orang tua yang kurang menggunakan program pembelajaran
perduli terhadap program inklusi, media yang sama dengan peserta didik regular.
pembelajaran yang masih kurang, tidak Observasi yang dilakukan oleh
ada Guru Pendamping Khusus (GPK) di peneliti terhadap pembelajaran di kelas
sekolah ini, pengetahuan guru tentang menunjukkan bahwa guru menggunakan
cara mendidik anak berkebutuhan khusus silabus dan Rencana Pelaksanaan
masih kurang, sebagian orang tua belum Pembelajaran (RPP) untuk sekolah
konsisten dalam mendukung program reguler, dan RPP yang digunakan berlaku
inklusi ini. untuk semua peserta didik di kelas. Hal
Sedangkan harapan ini menunjukkan bahwa kurikulum yang
penyelenggaraan pendidikan inklusi di digunakan adalah kurikulum sekolah
SMPN 9 Metro adalah adanya pelatihan reguler dan belum dilakukan modifikasi
untuk guru mengenai cara menangani perencanaan pembelajaran terutama
siswa inklusi, ada Guru Pendamping untuk peserta didik lamban belajar.
Khusus (GPK) di sekolah inklusi, orang Dokumen yang didapat oleh peneliti
tua lebih aktif dalam mendukung anaknya dalam manajemen kurikulum adalah
agar program ini lebih efektif. kalender akademik, silabus,dan RPP.
Pelaksanaan pembelajaran di
SMPN 10 Metro belum menunjukkan
proses pembelajaran yang menghargai
perbedaan setiap individu, metode yang
digunakan oleh guru pada saat mengajar
di kelas masih memperlihatkan bahwa
semua peserta memiliki kemampuan yang
sama. Begitupun dengan materi yang
diberikan, belum terlihat perbedaan
kedalaman materi yang diberikan pada perbedaan antara proses pembelajaran di
peserta didik berkebutuhan khusus. kelas reguler dan kelas inklusi. Guru
Pengawas pembina SMPN 10 kelas sesekali hanya melakukan
Metro menyatakan bahwa tidak terdapat pendekatan untuk membimbing dan
mendampingi siswa. berkebutuhan khusus yang bersekolah di
Observasi yang dilakukan oleh sekolah umum, pemerintah masih
peneliti pada proses pembelajaran di mendukung terlaksananya program
kelas inklusi menunjukkan bahwa guru dengan memberikan dana operasional,
telah melakukan perencanaan kegiatan guru-guru masih konsisten melaksanakan
pembelajaran, akan tetapi perencanaan program inklusi ini, ada media
yang dilakukan oleh guru seperti pembelajaran yang dapat mendukung
pengelolaan kelas dengan menempatkan dalam proses KBM, adanya komunikasi
siswa duduk paling depan agar guru lebih yang baik antara guru dan orang tua.
mudah membimbingnya belum Faktor yang masih menjadi
dilakukan, dan bahan ajar yang digunakan penghambat penyelenggaraan pendidikan
berlaku untuk semua siswa. Pada inklusi di SMPN 10 Metro adalah masih
pelaksanaan pembelajaran guru telah ada sebagian orang tua yang kurang
melakukan penguatan terhadap siswa perduli terhadap program inklusi, media
dengan memberikan bimbingan dan pembelajaran yang masih kurang, tidak
melibatkan siswa agar lebih aktif, dan ada Guru Pendamping Khusus (GPK) di
guru telah menggunakan media belajar sekolah ini, pengetahuan guru tentang
untuk menyampaikan materi. Dokumen cara mendidik anak berkebutuhan khusus
yang digunakan oleh peneliti dalam masih kurang, sebagian orang tua belum
mendapatkan informasi proses konsisten dalam mendukung program
pembelajaran adalah silabus dan RPP. inklusi ini.
Proses evaluasi dan penilaian di Sedangkan harapan
SMPN 10 Metro sama dengan SMP penyelenggaraan pendidikan inklusi di
reguler pada umumnya seperti ulangan SMPN 10 Metro adalah adanya pelatihan
harian, Ujian Tengah Semester dan Ujian untuk guru mengenai cara menangani
Akhir Semester. Peserta didik siswa inklusi, ada Guru Pendamping
berkebutuhan khusus melaksanakan Khusus (GPK) di sekolah inklusi, orang
evaluasi tersebut bersama-sama dengan tua lebih aktif dalam mendukung anaknya
peserta didik reguler, tidak dilakukan agar program ini lebih efektif.
modifikasi soal seperti tingkat kesulitan
dan jumlah soal yang diberikan kepada Pembahasan
peserta didik berkebutuhan khusus karena
siswa berkebutuhan khusus masih bisa Peneliti akan membahas mengenai
mengikuti proses penilaian bersama siswa hasil penelitian Manajemen Pendidikan
lainnya. Modifikasi alokasi waktu juga pada Anak Berkebutuhan Khusus di
tidak dilakukan seperti menambah alokasi SMPN 9 dan SMPN 10 Metro. Adapun
waktu untuk peserta didik lamban belajar. cakupan bahasan yang akan dides-
Faktor pendukung terhadap kripsikan adalah: (1) Manajemen
penyelenggaraan pendidikan inklusi di perencanaan pendidikan anak ber-
SMPN 10 Metro antara lain sekolah kebutuhan khusus di SMPN 9 dan SMPN
masih berkomitmen untuk melaksanakan 10 Metro, (2) Manajemen pelaksanaan
program inklusi, masih ada siswa pendidikan anak berkebutuhan khusus di
SMPN 9 dan SMPN 10 Metro, (3)
Manajemen evaluasi pendidikan anak
berkebutuhan khusus di SMPN 9 dan
SMPN 10 Metro, (5) Faktor-faktor
pendukung dan penghambat dari
manajemen pendidikan anak ber-
kebutuhan khusus di SMPN 9 dan SMPN
10 Metro.
Manajemen Perencanaan Pendidikan Kurikulum yang digunakan oleh
Anak Berkebutuhan Khusus di SMPN SMPN 9 dan SMPN 10 Metro sama
9 dan SMPN 10 Metro dengan sekolah reguler lainnya.
Kurikulum dirancang dari Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) dari kebutuhan peserta didik. Modifikasi
Badan Standar Nasional Pendidikan kurikulum dilakukan oleh tim
(BSNP). Dari KI-KD tersebut kemudian pengembang kurikulum di sekolah. tim
disusun oleh masing-masing guru kelas pengembang kurikulum sekolah terdiri
dan guru mata pelajaran menjadi program dari kepala sekolah, guru kelas, guru mata
pembelajaran berupa program tahunan, pelajaran, dan Guru Pembimbing Khusus
program semester, silabus dan Rencana (GPK). Apabila sekolah tersebut
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). memiliki konselor, psikolog dan ahli lain
Sesuai dengan Permendiknas yang terkait maka ikut dilibatkan.
Nomor 1 Tahun 2008 bahwa perencanaan Kurikulum yang digunakan untuk
proses pembelajaran meliputi silabus dan anak berkebutuhan khusus harus
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), disesuaikan dengan tingkat kemampuan
yang memuat identitas mata pelajaran, siswa juga terlihat dari hal-hal yang harus
kompentensi inti (KI), kompetensi dasar dipertimbangkan dalam memilih dan
(KD), indikator pencapaian kompetensi, menetapkan isi kurikulum, menurut
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi Rusman (2009: 29-30) adalah: 1) tingkat
waktu, metode pembelajaran, kegiatan kematangan siswa (sesuai dengan tahap-
pembelajaran, penilaian hasil belajar dan tahap perkembangan dan kematangan
sumber belajar. siswa), 2) tingkat pengalaman anak, dan
Program pembelajaran yang 3) taraf kesulitan materi, yaitu disusun
disusun oleh guru untuk kelas inklusi juga dari yang konkret menuju yang abstrak,
menggunakan pogram pembelajaran yang dari yang mudah menuju ke yang susah,
sama dengan kelas reguler lainnya. Hal dari sederhana menuju ke yang kompleks.
ini karena peserta didik berkebutuhan Tingkat kematangan anak berkebutuhan
khusus yang ada di SMPN 9 dan SMPN khusus yang tidak sama dengan anak-
10 Metro adalah peserta didik lamban anak lainnya tentu mengharuskan guru
belajar yang masih bisa mengikuti menyesuaikan dengan kemampuan siswa.
kurikulum nasional. Hanya saja peserta Model pengembangan kurikulum
didik itu membutuhkan pembelajaran dalam buku Pedoman Penyelenggaraan
remedial agar dapat mencapai standar Inklusi Direktorat PSLB:
kompetensi yang telah ditetapkan. a. Model Kurikulum Reguler
Kurikulum yang digunakan dalam Pada model kurikulum ini peserta
penyelenggaraan pendidikan inklusi pada didik yang berkebutuhan khusus
dasarnya menggunakan kurikulum mengikuti kurikulum reguler sama seperti
reguler yang berlaku di sekolah umum. peserta didik lainnya di dalam kelas yang
Namun demikian karena ragam hambatan sama. Program layanan khususnya lebih
yang dialami peserta didik berkebutuhan diarahkan kepada proses pembimbingan
khusus sangat bervariasi, mulai dari yang belajar, motivasi, dan ketekunan
sifatnya ringan, sedang sampai berat, belajarnya.
maka dalam implementasinya, kurikulum b. Model Kurikulum Reguler Dengan
reguler perlu dilakukan modifikasi Modifikasi
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan Pada model kurikulum ini guru
melakukan modifikasi pada strategi
pembelajran, jenis penilaian, maupun
pada program tambahan lainnya dengan
tetap mengacu pada kebutuhan peserta
didik lainnya. Di dalam model ini bisa
terdapat peserta didik berkebutuhan
khusus yang memiliki program
pembelajaran berdasarkan kurikulum
reguler dan program pembelajaran kurikulum reguler sedangkan mata
individual (PPI). Misal seorang peserta pelajaran lainnya berdasarkan PPI.
didik berkebutuhan khusus yang c. Model Kurikulum PPI
mengikuti 3 mata pelajaran berdasarkan Pada model kurikulum ini guru
mempersiapkan program pendidikan mungkin dalam setting pendidikan
individual (PPI) yang dikembangkan inklusi.
bersama tim pengembang yang b. Membantu guru dan orang tua dalam
melibatkan guru kelas, guru mata mengembangkan program
pelajaran, guru pembimbing khusus, pendidikan bagi peserta didik
kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli berkebutuhan khusus baik yang
lain yang terkait. diselenggarakan di sekolah, di luar
Model ini diperuntukkan pada sekolah maupun di rumah.
siswa yang mempunyai hambatan belajar c. Menjadi pedoman bagi sekolah, dan
yang tidak memungkinkan untuk masyarakat dalam mengembangkan,
mengikuti proses belajar berdasarkan menilai dan menyempurnakan
kurikulum reguler. Peserta didik program pendidikan inklusi.
berkebutuhan khusus seperti ini dapat
dikembangkan belajarnya denngan Manajemen Pelaksanaan Pendidikan
menggunakan PPI dalam setting kelas Anak Berkebutuhan Khusus di SMPN
reguler sehingga mereka bisa mengikuti 9 dan SMPN 10 Metro
proses belajar sesuai dengan fase
perkembangan dan kebutuhannya. Pelaksanaan pendidikan yang
Berdasarkan model dilakukan oleh guru SMPN 9 dan SMPN
pengembangan kurikulum di atas terlihat 10 Metro mulai dari perencanaan
bahwa SMPN 9 dan SMPN 10 Metro kegiatan belajar mengajar. Perencanaan
menggunakan model pengembangan yang dilakukan oleh guru meliputi:
kurikulum yang pertama, karena peserta pertama, merencanakan pengelolaan kelas
didik lamban belajar yang ada di kelas dengan menempatkan peserta didik
inklusi masih bisa mengikuti kurikulum lamban belajar pada barisan paling depan
reguler. Untuk mencapai kompetensi inti untuk memudahkan guru dalam
yang ditetapkan peserta didik tersebut memantau belajar anak ketika guru
mendapatkan jam belajar tambahan dan sedang menyampaikan materi atau
pemberian motivasi. Kurikulum reguler melaksanakan evaluasi. Kedua, guru
dapat juga dapat digunakan oleh peserta merencanakan metode yang akan
didik berkebutuhan khusus lainnya seperti digunakan pada saat mengajar di kelas,
peserta didik tunanetra, tunarungu, menyiapkan materi yang akan
tunadaksa atau autis yang tidak disampaikan, menyiapkan media belajar
mengalami ganngguan intelektual. yang akan digunakan dalam
Tujuan pengembangan kurikulum menyampaikan materi, dan menyiapkan
dalam buku Pedoman Penyelenggaraan bentuk tes dan soal yang akan setelah
Inklusi Direktorat PSLB: materi selesai untuk mengevaluasi
a. Membantu peserta didik dalam pemahaman peserta didik terhadap
mengembangkan potensi dan materi.
mengatasi hambatan belajar yang Selanjutnya guru melaksanakan
dialami peserta didik semaksimal kegiatan belalajar mengajar dikelas
inklusi, guru menyajikan materi kepada
peserta didik dengan metode, bahan ajar,
media ajar, dan latihan soal yang telah
direncanakan sebelumnya. Akan tetapi
metode yang digunakan oleh guru belum
bervariatif, guru masih lebih banyak
menggunakan metode ceramah untuk
menjelaskan isi materi, sedangkan
metode lain seperti diskusi, demonstrasi,
dan lain-lain masih jarang dilakukan. rancangan program pembelajaran sesuai
Walaupun menggunakan kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan setiap
sekolah reguler, guru yang mengajar di peserta didik agar pembelajaran menjadi
kelas inklusi hendaknya membuat lebih bermakna.
Setiap akhir pertemuan atau b. Menampilkan kegairahan dan
setelah selesai satu pokok bahasan, guru kesungguhan
memberikan latihan soal kepada peserta c. Mengelola interaksi antarpribadi
didik untuk mengetahui tingkat 4. Melaksanakan Evaluasi
pemahaman mereka terhadap materi yang a. Melakukan penilaian selama
telah disampaikan. kegiatan belajar-mengajar
Rancangan pembelajaran yang berlangsung, baik secara lisan
perlu diperhatikan dalam mengajar kelas tertulis, maupun melalui
inklusi menurut buku Pedoman pengamatan
Penyelenggaraan Inklusi Direktorat b. Mengadakan tindak lanjut.
PSLB (2004:hal.5-6): Rancangan program pembelajaran
1. Merencanakan Kegiatan Belajar bagi peserta didik berkebutuhan khusus
Mengajar perlu didesain berdasarkan kebutuhan
a. Merencanakan pengelolaan kelas belajar peserta didik. Oleh karena itu
b. Merencanakan pengorganisasan sebelum menyusun program pem-
bahan belajaran diperlukan identifikasi
c. Merencanakan pengelolaan kebutuhan belajar bagi setiap peserta
kegiatan belajar mengajar didik berkebutuhan khusus di sekolah
d. Merencanakan penggunaan inklusi. Hasil identifikasi kebutuhan
sumber belajar belajar dan asesmen terhadap anak-anak
e. Merencanakan penilaian berkebutuhan khusus hendaknya menjadi
2. Melaksanakan Kegiatan belajar acuan dalam penyusunan rancangan
Mengajar program pembelajaran bagi peserta didik
a. Menyajikan materi/bahan berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.
pelajaran Program pembelajaran individual jangan
b. Mengimplementasikan metode, hanya jadi wacana, tapi harus benar-benar
sumber belajar dan bahan latihan disusun dan diimplementasikan dalam
yang sesuai dengan kemampuan proses pembelajaran yang melibatkan
awal dan karakterisitik siswa, peserta didik berkebutuhan khusus.
serta sesuai dengan tujuan Penyusunan dan pengembangan program
pembelajaran pembelajaran individual bagi peserta
c. Mendorong siswa untuk terlihat didik berkebutuhan khusus perlu
secara aktif melibatkan pihak-pihak yang terkait
d. Mendemonstrasikan penguasaan seperti guru kelas, GPK, orang tua, dan
materi pelajaran dan kepala sekolah agar kebutuhan belajar
relevansinya dalam kehidupan dan proses pembelajaran bagi peserta
e. Mengelola waktu, ruang, bahan, didik berkebutuhan khusus sesuai dengan
dan perlengkapan pengajaran. kebutuhan belajar peserta didik yang
3. Membina Hubungan Antarpribadi bersangkutan.
a. Bersikap terbuka, toleran, dan Pelaksanaan pembelajaran dalam
simpati terhadap siswa kelas inklusif sama dengan pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas reguler.
Namun jika diperlukan, anak
berkebutuhan khusus membutuhkan
perlakuan tersendiri yang disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus.
Untuk mengetahui kondisi dan
kebutuhan anak berkebutuhan khusus
diperlukan proses screening atau
assesment yang bertujuan agar pada saat pembelajaran yang sesuai bagi mereka.
pembelajaran di kelas, bentuk intervensi Assesment yang dimaksud yaitu proses
pembelajaran bagi anak berkebutuhan kegiatan untuk mengetahui kemampuan
khusus merupakan bentuk intervensi dan kelemahan setiap peserta didik dalam
segi perkembangan kognitif dan terminal objective, dan enroute. Secara
perkembangan sosial melalui pengamatan terperinci, keenam komponen tersebut
yang sensitif. yaitu:
Seorang pendidik hendaknya 1. Elicitors, yaitu peristiwa atau
mengetahui program pembelajaran yang kejadian yang dapat menimbulkan
sesuai bagi anak berkebutuhan khusus. atau menyebabkan perilaku
Pola pembelajaran yang harus 2. Behaviors, merupakan kegiatan
disesuaikan dengan anak berkebutuhan peserta didik terhadap sesuatu yang
khusus biasa disebut dengan dapat ia lakukan
Individualized Education Program (IEP) 3. Reinforcers, suatu kejadian atau
atau Program Pembelajaran Individual peristiwa yang muncul sebagai akibat
(PPI). Perbedaan karakteristik yang dari perilaku dan dapat menguatkan
dimiliki anak berkebutuhan khusus perilaku tertentu yang dianggap baik
membuat pendidikan harus memiliki 4. Entering behavior, kesiapan
kemampuan khusus. menerima pelajaran
Sebelum Program Pembelajaran 5. Terminal objective, sasaran antara
Individual dijalankan oleh pendidik, dari pencapaian suatu tujuan
terlebih dahulu pendidik harus melakukan pembelajaran yang bersifat tahunan
identifikasi terhadap kondisi dan 6. Enroute, langkah dari entering
kebutuhan anak berkebutuhan khusus behavior menujut ke terminal
agar diperoleh informasi yang akurat objective.
mengenai kebutuhan pembelajaran anak Model pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus. Setelah proses berkebutuhan khusus harus mem-
screening atau assesment dilakukan dan perhatikan prinsip umum dan prinsip
kebutuhan anak berkebutuhan khusus khusus. Prinsip umum pembelajaran
teridentifikasi, maka Program Pem- meliputi motivasi, konteks, keterarahan,
belajaran Individual (IEP) dapat hubungan sosial, belajar sambil bekerja,
dijalankan di kelas-kelas reguler. individualisasi, menemukan, dan prinsip
Program Pembelajaran Individual memecahkan masalah. Prinsip umum ini
tersebut sebenarnya tidak mutlak dijalankan ketika anak berkebutuhan
diperlukan bagi anak berkebutuhan khusus belajar bersama-sama dengan
khusus dalam pembelajaran model anak reguler dalam satu kelas. Baik anak
inklusif di kelas reguler. Pada praktiknya reguler maupun anak berkebutuhan
ada beberapa anak berkebutuhan khusus khusus mendapatkan program pem-
yang tidak memerlukan Program belajaran yang sama. Prinsip khusus
Pembelajaran Individual. Mereka dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-
belajar bersama dengan anak reguler masing peserta didik berkebutuhan
dengan program yang sama tanpa perlu khusus. Prinsip khusus ini dijalankan
dibedakan. ketika peserta didik berkebutuhan khusus
Program Pembelajaran Individual membutuhkan pembelajaran individual
meliputi enam komponen, yaitu elicitors, melalui Program Pembelajaran Individual
behaviors, reinforcers, entering behavior, (IEP).

Manajemen Evaluasi Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus di SMPN 9 dan
SMPN 10 Metro

Untuk mengetahui keberhasilan


pelaksanaan pembelajaran pendidikan,
guru harus mengadakan evaluasi terhadap
proses pelaksanaan pembelajaran. Mulyasa (2011: 61) bahwa tidak ada
Evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran tanpa penilaian, karena
pendidikan di SMPN 9 dan SMPN 10 penilaian merupakan proses menetapkan
Metro ini sesuai dengan penjelasan kualitas hasil belajar, atau proses
menentukan tingkat pencapaian tujuan dimodifikasi sekolah disesuaikan
pembelajaran oleh peserta didik. dengan tingkat perkembangan dan
Keberagaman karakteristik peserta kebutuhan peserta didik.
didik pada sekolah inklusi membuka c. Apabila menggunakan kurikulum
peluang digunakannya sistem penentuan PPI, maka penilaiannya bersifat
kenaikan kelas yang beragam. Sistem individu dan didasarkan pada
penilaian bagi anak berkebutuhan khusus kemampuan dasar (base line).
di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro Sedangkan untuk sistem kenaikan kelas
menggunakan sistem penilaian yang sama adalah:
dengan yang diberikan kepada peserta a. Bagi siswa yang menggunakan
didik lainnya. Perbedaannya peserta didik model kurikulum reguler penuh,
berkebutuhan khusus mengikuti penilaian sistem kenaikan kelasnya
pada ulangan harian pada jam belajar menggunakan acuan yang berlaku
tambahan pada siang hari untuk program pada sekolah reguler penuh yang
inklusi yang disesuaikan dengan sedang berlaku.
kemampuan peserta didik. Penilaian ini b. Bagi siswa yang menggunakan
kemudian digabungkan dengan sistem model kurikulum reguler yang
penilaian pada saat peserta didik dimodifikasi, maka sistem kenaikan
berkebutuhan khusus bersama-sama kelasnya dapat menggunakan
dengan siswa lainnya dikelas reguler. alternatif berikut:
Ketidakpahaman guru terhadap sistem 1. Menggunakan model kenaikan
penilaian dan sistem kenaikan kelas bagi kelas yang didasarkan pada usia
anak berkebutuhan khusus menyebabkan kronologis
guru memperlakukan anak berkebutuhan 2. Menggunakan sistem kenaikan
khusus sama seperti peserta didik lainnya. kelas reguler
Apabila hal ini dilakukan maka sebagian c. Bagi siswa yang menggunakan
besar anak berkebutuhan khusus tidak model kurikulum PPI, sistem
naik kelas karena tidak memenuhi standar kenaikan kelasnya didasarkan pada
dari sistem evaluasi dan kenaikan kelas usia kronologis.
yang digunakan. Sistem laporan hasil belajar pada
Penilaian dalam setting inklusi ini pendidikan inklusi:
mengacu pada model pengembangan a. Bagi siswa yang menggunakan
kurikulum yang dipergunakan yaitu: kurikulum reguler penuh, maka
a. Apabila menggunakan model model laporan hasil belajarnya
kurikulum sekolah reguler penuh, (raport) menggunakan model raport
maka penilaiannya menggunakan reguler yang sedang berlaku.
sistem penilaian yang berlaku pada b. Bagi siswa yang menggunakan
sekolah reguler. kurikulum reguler yang dimodifikasi,
b. Jika menggunakan model kurikulum model raport yang dipergunakan
reguler dengan modifikasi, maka adalah raport reguler yang dilengkapi
penilaiannya menggunakan sistem dengan deskripsi (narasi) yang
penilaian reguler yang telah menggambarkan kualitas kemajuan
belajarnya.
c. Bagi siswa yang menggunakan
kurikulum PPI, maka menggunakan
model raport kuantitatif didasarkan
pada kemampuan dasar anak.
Faktor Pendukung dan Faktor SMPN 9 dan SMPN 10 Metro saat ini
Penghambat Manajemen Pendidikan adalah: 1) sekolah masih berkomitmen
Anak Berkebutuhan Khusus di SMPN untuk melaksanakan program inklusi
9 dan SMPN 10 Metro karena program ini sangat membantu
peserta didik dalam bersosialisasi dengan
Faktor pendukung peserta didik lainnya dan dapat
penyelenggaraan pendidikan inklusi di meningkatkan hasil belajar mereka, 2)
penyelenggaraan pendidikan inklusi juga disimpulkan bahwa kurikulum yang
tidak terlepas masih ada siswa digunakan di SMPN 9 dan SMPN 10
berkebutuhan khusus yang bersekolah di Metro untuk anak berkebutuhan khusus
SMPN 9 dan SMPN 10 Metro, 3) adalah kurikulum sekolah reguler karena
pemerintah masih mendukung ter- siswa lamban belajar masih dapat
laksananya program dengan memberikan mengikuti kurikulum reguler dengan
dana operasional, 4) guru-guru masih diberikan pembelajaran tambahan untuk
konsisten melaksanakan program inklusi meningkatkan hasil belajarnya. Baik
ini, 5) tersedia media pembelajaran yang siswa berkebutuhan khusus maupun siswa
dapat mendukung dalam proses KBM, 6) reguler lainnya menerima materi yang
adanya komunikasi yang baik antara guru sama dalam proses pembelajaran dengan
dan orang tua. menggunakan perangkat pembelajaran
Faktor penghambat penye- yang telah dipersiapkan oleh guru kelas
lenggaraan pendidikan inklusi di SMPN 9 sebelumproses pembelajaran. Guru
dan SMPN 10 Metro saat ini adalah: 1) belum melibatkan pihak lain seperti orang
masih ada sebagian orang tua yang tua atau kepala sekolah untuk merancang
perduli terhadap program inklusi, 2) kurikulum karena kurikulum yang
media pembelajaran yang masih kurang, digunakan untuk siswa berkebutuhan
3) tidak ada Guru Pendamping Khusus khusus masih sama dengan siswa lainnya.
(GPK) di sekolah ini, 4) pengetahuan Pelaksanaan pendidikan yang
guru tentang cara mendidik anak berjalan saat ini masih menunjukkan
berkebutuhan khusus masih kurang, 5) program pembelajaran yang sama
sebagian orang tua belum konsisten diberlakukan untuk semua peserta didik.
dalam mendukung program inklusi ini. Peserta didik berkebutuhan khusus belajar
Harapan pihak sekolah untuk bersama dengan peserta didik lainnya
penyelenggaraan pendidikan inklusi yang dengan program yang telah dirancang
lebih baik adalah: 1) adanya pelatihan oleh guru kelas. Guru menggunakan
untuk guru mengenai cara menangani metode dan pendekatan yang sama
siswa inklusi, 2) Ada Guru Pendamping kepada setiap peserta didik dan
Khusus (GPK) di sekolah inklusi, 3) menggunakan media pembelajaran dalam
Orang tua lebih aktif dalam mendukung menyampaikan materi. Program yang
anaknya agar program ini lebih efektif. diberikan kepada peserta didik
berkebutuhan khusus setiap tahunnya
SIMPULAN diganti oleh kelas yang lainnya, jadi
Berdasarkan temuan dan program yang diberikan tidak
pembahasan hasil penelitian, maka dapat berkelanjutan. Peserta didik berkebutuhan
khusus adalah peserta didik yang
memerlukan pelayanan khusus selama dia
menempuh pendidikan di sekolah inklusi,
jadi peserta didik berkebutuhan khusus
yang mengikuti program inklusi
sebaiknya diberikan secara berkelanjutan.
Proses penilaian dan kenaikan
kelas di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro
mengacu pada standar kurikulum
nasional. Siswa berkebutuhan khusus
mengikuti proses penilaian yang sama
dengan siswa reguler lainnya, sistem
evaluasi antara lain ulangan harian, Ujian
Tengah Semester, dan Ujian Kenaikan
Kelas, dan Ujian Nasional. Anak hanya terdapat pada ulangan harian
berkebutuhan khusus mempunyai Kriteria tambahan yang dilakukan peserta didik
Ketuntasan Minimal (KKM) yang sama pada saat jam belajar tambahan pada
dengan siswa lainnya. Perbedaannya siang hari. Adanya perbedaan tingkat
kedalaman materi yang lebih rendah Sedangkan yang masih menjadi
dibandingkan pada saat ulangan harian faktor penghambat pelaksanaan program
bersama peserta didik lainnya, ini antara lain masih ada sebagian orang
memungkinkan nilai siswa menjadi lebih tua yang tidak peduli terhadap program
tinggi sehingga dapat mencapai KKM. inklusi, media pembelajaran yang masih
Laporan hasil belajar siswa berkebutuhan kurang, kurangnya Guru Pendamping
khusus menggunakan nilai angka atau Khusus (GPK) di sekolah ini,
kuantitatif. pengetahuan guru tentang cara mendidik
Penyelenggaraan pendidikan anak berkebutuhan khusus masih kurang,
inklusi di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro dan sebagian orang tua belum konsisten
memiliki faktor pendukung antara lain dalam mendukung program inklusi ini.
sekolah masih berkomitmen untuk Manajemen pendidikan inklusi
melaksanakan program inklusi, masih ada yang baik diharapkan dapat menjadikan
siswa berkebutuhan khusus yang penyelenggaraan pendidikan inklusi
bersekolah di sekolah tersebut, dukungan berjalan dengan optimal. Pendidikan
pemerintah terhadap program ini dengan inklusi merupakan kebijakan pemerintah
memberikan bantuan dana masih pusat, sedangkan kewenangan
berjalan, guru-guru masih konsisten pelaksanaan ada pada pemerintah daerah.
melaksanakan program inklusi ini, Kebijakan pemerintah pusat diharapkan
tersedia media pembelajaran yang dapat dapat bersinergi dengan pemerintah
mendukung dalam proses KBM. daerah agar satuan pendidikan sebagai
pelaksana dapat memahami baik secara
konsep maupun praktek agar peserta
didik dapat ditangani dengan optimal di
sekolah reguler.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat PSLB, 2004. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Khusus:


Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Dirjendikdasmen.

Joyce B. dan Weil M. 2000. Models of Teaching. Amerika: A. Pearson Education


Company.

Heward. 1989. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Rusman. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.

You might also like