You are on page 1of 8

JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.

03, Desember 2019

Analisis Perubahan Faktor Keamanan Lereng Akibat Hujan


(Analysis of Changes Safety Factor of Slope Due to Rainfall)
Achmad Hafidz1*, Muhammad Fauzan1, Heriansyah Putra1*, dan Annisa Daniswara
Santoso2
1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat Indonesia
2
Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Jl. Margonda Raya, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat Indonesia
*
Penulis korespondensi: achmadhafidz27@gmail.com (AH); heriansyahptr@apps.ipb.ac.id (HP)

Diterima: 02 Juli 2019 Disetujui: 08 Agustus 2019

ABSTRACT

Infiltration causes a decrease in soil shear strength parameters. Decrease in soil shear strength parameters
can cause landslides. Landslides often occur in Bogor Regency, one of the landslide locations is Puncak,
Bogor. Landslides in Puncak, Bogor on 05 February 2018 at 09.20 WIB must have a safety factor 1.07.
Changes in safety factors due to rainfall are observed from 03 February 2018 at 05.00 WIB until 05
February 2018 at 09.20 WIB. This research includes testing soil samples, pore water pressure analysis and
slope stability analysis. The software used for this analysis is GeoStudio. The analysis results are the
changes in safety factor due to rainfall. The safety factor on 03 February 2018 at 05.00 WIB is 1.602. Safety
factor until 05 February 2018 at 03.40 WIB are still above 1.25. So, the slopes are still safe. The decline in
safety factor continued until 1.070 due to a decrease in cohesion on 05 February 2018 at 09.20 WIB with
cohesion on SW-SM soil and SM soil at 4.01 kPa and 9.18 kPa. So, the duration needed to change a safe
slope to landslide is only 5 hours 40 minutes. This can occur because of the intensity of the rain on 05
February 2018 at 07.00 WIB and 08.00 WIB are 34.1 mm/hour and 34.9 mm/hour.

Key words: cohesion, landslides, rainfall, safety factor

PENDAHULUAN yang berlebih akan terbentuk (Hasrullah


2012).
Air hujan yang membasahi Penurunan parameter kuat geser
permukaan tanah akan mengalami tanah ini dapat menyebabkan tanah longsor
infiltrasi ke bawah permukaan tanah. (Nurdian et al. 2015). Menurut Suryolelono
Infiltrasi air hujan ini disebabkan oleh (2002) dalam Apriyono (2009), tanah
adanya tarikan gaya gravitasi (Hutabarat longsor merupakan fenomena alam yang
et al. 2015). Infiltrasi air hujan ini berupa gerakan massa tanah dalam mencari
menyebabkan penurunan parameter kuat keseimbangan baru akibat adanya gangguan
geser tanah (Hasrullah 2012). Kuat geser dari luar. Tanah longsor merupakan salah
tanah terdiri dari dua parameter tanah satu bencana yang cukup sering terjadi di
yaitu kohesi (c) atau gaya tarik-menarik Kabupaten Bogor. Longsor yang terjadi di
antar partikel dan sudut gesek dalam (𝜑) Kabupaten Bogor mencapai 102 kejadian
atau gesekan antara butir tanah (Nugroho dari bulan Januari hingga Juni 2018 (BPBD
et al. 2012). Penurunan nilai kohesi tanah 2018). Salah satu lokasi di Kabupaten Bogor
ini disebabkan oleh penurunan jarak yang mengalami longsor adalah Puncak,
antar butiran partikel tanah akibat Bogor. Pada tanggal 05 Februari 2018,
peningkatan jumlah air yang mengisi longsor terjadi di 4 lokasi di Puncak, Bogor.
rongga pori tanah. Peningkatan jumlah Longsor yang terjadi pada 05 Februari
air yang ada dalam pori tanah 2018 pukul 09.20 WIB di Puncak, Bogor
menyebabkan derajat kejenuhan menjadi disebabkan oleh faktor keamanan lereng
meningkat, sehingga tegangan air pori yang telah lebih kecil dari 1.07. Hal tersebut
169
JSIL | Achmad Hafidz dkk. : Analisis Perubahan Faktor Lereng Keamanan Akibat Hujan

dapat terjadi karena faktor keamanan sebelum dan sesudah terjadinya longsor.
lereng yang kurang dari 1.07 pasti akan Sementara itu, data sekunder berupa data
mengalami longsor (Bowles 1979). curah hujan jam-jaman tahun 2018 wilayah
Faktor keamanan ini memiliki hubungan Puncak Bogor yang diperoleh dari stasiun
dengan nilai kohesi. Menurut Rouaiguai meteorologi Citeko.
et al. (2018), faktor keamanan ini Sampel tanah yang digunakan untuk
dipengaruhi oleh nilai kohesi, karena pengujian laboratorium pada penelitian ini
peningkatan nilai kohesi secara linier diambil di dua titik pada lokasi longsor di
akan meningkatkan faktor keamanan. Puncak, Bogor. Kedua titik sampel ini
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mewakili lapisan tanah yang ada di lokasi
untuk mengetahui perubahan faktor longsoran. Selanjutnya, sampel tanah diuji
keamanan lereng akibat hujan hingga di laboratorium dengan alat uji geser
lereng di Puncak, Bogor menjadi langsung untuk memperoleh parameter kuat
longsor. geser tanah berupa nilai kohesi (c) dan sudut
geser dalam (φ) pada saat jenuh, pengujian
METODOLOGI kadar air lapangan, kepadatan lapangan dan
permeabilitas saat tanah jenuh, analisis
Penelitian ini dilakukan di Puncak, saringan, penentuan batas Atterberg dan
Bogor, Jawa Barat. Alat yang digunakan specific gravity. Sedangkan, pengukuran
adalah software GeoStudio 2012. geometri sebelum dan sesudah longsor
GeoStudio adalah software yang menggunakan electronic total station (ETS).
menggunakan analisis numerik yang Geometri lereng sebelum longsor diperoleh
dikembangkan oleh GeoSlope dari pengukuran lereng disebelah lokasi
International untuk geo-engineers dan longsor. Sedangkan, geometeri lereng
earth-science. GeoStudio ini terdiri dari setelah longsor diukur pada lokasi longsor.
beberapa aplikasi seperti TEMP/W, Pengukuran geometri lereng ini meliputi
SEEP/W, CTRAN/W, AIR/W, SIGMA/W, kemiringan dan ketinggian lereng serta
QUAKE/W dan SLOPE/W (GeoSlope bentuk longsoran. Selanjutnya, pemodelan
2017). Dua aplikasi digunakan pada lereng dibuat menggunakan data properties
penelitian ini yaitu SEEP/W dan tanah, geometri sebelum longsor dan
SLOPE/W. Aplikasi SEEP/W digunakan geometri setelah longsor.
untuk menganalisis perubahan tekanan Analisis tegangan air pori dilakukan
air pori pada lereng (Putra et al, 2017; menggunakan aplikasi SEEP/W. Analisis
Subiyanti et al. 2011). Sedangkan, transient digunakan pada model lereng yang
SLOPE/W dapat digunakan untuk telah dibuat. Kemudian, analisis transient ini
menghitung faktor keamanan lereng dilakukan dari beberapa hari sebelum
tanah maupun batu (Putra et al, 2016; terjadinya longsor. Analisis ini tegangan air
Atikah et al. 2017). pori menghasilkan kontur tegangan air pori
Penelitian ini dilakukan dengan yang disebabkan oleh pengaruh hujan.
beberapa tahapan, mulai dari studi Selanjutnya, nilai tegangan air pori negatif
lapangan, analisis data tanah, analisis (suction) dapat diperoleh. Nilai suction ini
tegangan air pori, dan analisis stabilitas akan dimasukkan kedalaman grafik
lereng. Studi lapangan yang dilakukan hubungan derajat kejenuhan dengan suction,
berupa survei dan observasi lapang untuk sehingga nilai derajat kejenuhan diperoleh.
memperoleh data primer dan data Kemudian, derajat kejenuhan ini akan
sekunder yang akan digunakan pada dimasukkan kedalam grafik hubungan
tahap analisis. Data primer yang parameter Bishop stress (𝜒) dengan derajat
digunakan berupa data propertis dan kuat kejenuhan. Sehingga, nilai kohesi, sudut
geser tanah serta geometri lereng
170
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 03, Desember 2019

gesek internal akibat peningkatan suction system (USCS), tanah lapisan permukaan ini
(𝜙 𝑏 ), dan kepadatan tidak jenuh termasuk jenis tanah bergradasi baik-pasir
ditentukan berdasarkan nilai suction dan berlanau (SW-SM) dan lapisan dalam ini
parameter kuat geser tanah saat jenuh. termasuk jenis tanah pasir berlanau (SM).
Analisis stabilitas lereng dilakukan Kurva karakteristik air tanah dapat
menggunakan aplikasi SLOPE/W. diperkirakan dengan metode modified
Pemodelan yang telah dibuat dan hasil Kovacs yang tersedia pada SEEP/W. Metode
analisis tegangan air pori digunakan ini dikembangkan oleh Aubertin et al.
untuk menghitung faktor keamanan (2013). Metode ini digunakan karena dapat
lereng. memperkirakan kurva karakteristik air tanah
menggunakan properties tanah yang umum
HASIL DAN PEMBAHASAN (Aubertin et al. 2013). Oleh karena itu,
properties tanah yang digunakan untuk
Properties Tanah memperkirakan kurva karakteristik air tanah
Pengambilan sampel tanah meliputi kadar air saat jenuh, D10, D60, dan
dilakukan pada dua lapisan tanah pada batas cair. Kurva karakteristik air tanah
lokasi longsor. Sampel tanah ini akan untuk tanah SW-SM dan tanah SM dapat
menghasilkan beberapa properties tanah dilihat pada Gambar 1. Sedangkan,
seperti kadar air, berat jenis tanah, hydraulic conductivity function diperkirakan
kepadatan, porositas, angka pori, dengan menggunakan model Van
permeabilitas, Atterberg limit, analisis Genucthen yang tersedia pada SEEP/W.
saringan dan klasifikasi jenis tanah. Hasil Hydraulic conductivity function untuk tanah
pengujian properties tanah dapat dilihat SW-SM dan tanah SM dapat dilihat pada
pada Tabel 1. Berdasarkan sistem Gambar 2.
klasifikasi unified soil classification
Tabel 1 Data propertis tanah

Pasir bergradasi baik-Pasir Pasir Berlempung


No Parameter Tanah Satuan
Berlanau (SW-SM) (SM)

1 Berat jenis partikel, Gs - 2.593 2.508


2 Kadar air lapang, w % 62.50 52.00
Derajat kejenuhan lapang,
3 % 86.20 92.70
Sr
4 Porositas, n - 0.70 0.63
5 Angka pori, e - 2.33 1.70
6 Kohesi saat jenuh, c kN/m2 0.09 0.42
Sudut gesek internal saat
7 ° 6.30 9.94
jenuh
8 Permeabilitas, k cm/det 0.3500 0.0036
9 Batas cair, LL % 56.70 66.60
10 Batas plastis, PL % 32.30 34.20
11 D60 mm 1.20 0.70
12 D10 mm 0.074 0.063
13 Residual water content m3/m3 0.198 0.257
2
16 Kepadatan basah, 𝛾𝑏 kN/m 13.82 14.82

171
JSIL | Achmad Hafidz dkk. : Analisis Perubahan Faktor Lereng Keamanan Akibat Hujan

a. Tanah SW-SM b. Tanah SM


Gambar 1 Kurva karakteristik air tanah

a. Tanah SW-SM b. Tanah SM


Gambar 2 Hydraulic conductivity function

Hujan digunakan adalah unit flux dalam satuan


Curah hujan yang digunakan pada m/det. Unit flux dipilih karena unit flux ini
penelitian ini adalah curah hujan jam-jaman dapat digunakan untuk menentukan laju
dari tanggal 03 Februari 2018 pukul 05.00 infiltrasi pada permukaan tanah (GeoSlope
WIB hingga 05 Februari 2018 pukul 09.20 2012). Kondisi batas ini juga akan
WIB. Rentang curah hujan tersebut dipilih menggunakan fitur seepage face review.
karena pada tanggal 02 Februari 2018 tidak Head akan dihitung pada semua bagian
terjadi hujan di Puncak, Bogor, Jawa Barat. yang menggunakan fitur ini. Apabila,
Intensitas hujan pada rentang waktu tersebut pressure head bernilai positif, maka
ditampilkan pada Gambar 3. SEEP/W akan menginterprestasikan
sebagai air tergenang terbentuk pada
bagian permukaannya. Apabila, fitur ini
digunakan pada lereng, penggenangan
tidak akan terjadi. Sehingga, aliran
permukaan akan terjadi (GeoSlope 2012).
Total curah hujan harian untuk tanggal
03 Februari, 04 Februari dan 05 Februari
2018 sebesar 60.4 mm, 67.5 mm dan 274.9
mm. Pada tanggal 03 Februari 2018,
intensitas hujan terbesar terjadi pada pukul
Gambar 3 Intensitas hujan hingga tanggal 06.00 WIB dan 07.00 WIB yaitu 18.2
05 Februari 2018 pukul 09.20 WIB mm/jam. Sedangkan, pada tanggal 04
Intensitas hujan ini digunakan untuk Februari 2018, intensitas hujan terbesar
analisis tegangan air pori. Data curah hujan terjadi pada pukul 03.00 WIB dan 04.00
jam-jaman ini akan dijadikan kondisi batas WIB sebesar 11.66 mm/jam. Intensitas hujan
(boundary condition) pada aplikasi pada tanggal 05 Februari 2018 hingga pukul
SEEP/W. Tipe dari kondisi batas yang 09.20 WIB memiliki intensitas lebih dari 20
172
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 03, Desember 2019

mm/jam kecuali pada jam 06.00 WIB, yaitu Analisis Tegangan air pori
sebesar 0.6 mm/jam. Pada hari tersebut ini, Analisis transient dilakukan untuk
intensitas hujan terbesar terjadi pada pukul memperoleh kontur tegangan air pori pada
08.00 WIB sebesar 34.9 mm/jam. saat intensitas hujan telah dimasukkan
Pemodelan Geometri Lereng kedalam aplikasi SEEP/W. Tegangan air pori
Model geometri lereng dapat dilihat pada bidang longsor akan digunakan untuk
pada Gambar 4. Model ini memiliki panjang menentukan nilai kohesi untuk tanah SW-
dan tinggi sebesar 50.00 m dan 43.11 m. SM dan SM. Lokasi bidang longsor yang
Model geometri ini telah disederhanakan dipilih karena lokasi ini memiliki bidang
dari model yang telah diperoleh dari hasil interface antara dua jenis tanah yang
pengukuran menggunakan alat total station. berbeda. Sehingga, tanah yang berbeda jenis
Penyederhanaan model bertujuan untuk ini memiliki nilai Rinterface pada bagian kedua
menghasilkan solusi yang dapat dipahami. lapisan tanah. Menurut Rifa’i (2009),
Selain itu, model geometri yang rumit tidak propertis pada interface berhubungan
selalu menghasilkan solusi yang benar dan dengan propertis pada lapisan tanah.
akurat (GeoSlope 2012). Kemiringan lereng Hubungan ini dinyatakan dengan Rinterface.
bagian pertama sebesar 47o. Kemiringan ini Nilai ini merupakan faktor reduksi kekuatan.
terjadi sepanjang 22.37 m dengan ketinggian Selain itu, air yang menembus sampai ke
16.35 m. Kemudian, kemiringan lereng bidang longsor akan membuat tanah menjadi
berubah menjadi 15o. licin dan tanah yang berada diatasnya akan
bergerak mengikuti sepanjang badan lereng
(Atikah et al. 2017). Oleh karena itu,
tegangan air pori yang terbentuk pada bidang
longsor ini akan digunakan untuk
memperoleh parameter kuat geser tanah.
Tegangan air pori pada bidang
longsor akan dihasilkan dari analisis
transient. Suction merupakan selisih antara
tekanan udara pori (ua) dengan tekanan air
pori (uw) (Sinarta 2016). Tegangan udara
pori diasumsikan memiliki nilai sama
dengan nol (Uchaipichat 2012). Hasil
analisis tegangan air pori menghasilkan
grafik hubungan antara durasi hujan dan
Gambar 4 Model geometri lereng perubahan derajat kejenuhan dan suction,
Longsor yang terjadi ini memiliki seperti yang ditampilkan pada Gambar 5.
kedalaman hingga 3.73 m dari permukaan Hasil ini menunjukkan bahwa derajat
lereng. Berdasarkan Gambar 4, longsor ini kejenuhan mengalami peningkatan pada
terjadi pada tanah yang didominasi oleh pasir tanah SW-SM dari 32.87% menjadi 47.86%.
berlanau bergradasi baik (SW-SM). Total Sedangkan, peningkatan pada tanah SM dari
luas longsor yang terjadi sebesar 40.97 m2. 56.56% menjadi 79.56%. Peningkatan
Bidang gelincir longsor dimodelkan pada derajat kejenuhan yang cukup besar ini
menggunakan fitur fully specified slip terjadi karena intensitas hujan dari tanggal
surface berdasarkan bidang gelincir yang 03 Februari 2018 hingga 05 Februari 2018
terjadi di lapangan. pukul 09.20 WIB memiliki intensitas hujan
lebih dari 60 mm/hari.
Peningkatan derajat kejenuhan pada
kedua jenis tanah ini sebanding dengan
173
JSIL | Achmad Hafidz dkk. : Analisis Perubahan Faktor Keamanan Akibat Hujan

penurunan suction. Penurunan suction yang WIB hingga tanggal 05 Februari 2018
terjadi dari 100.43 kPa menjadi 57.00 kPa. pukul 09.20 WIB mengalami penurunan
Hal tersebut dapat terjadi karena suction pada tanah SW-SM sebesar 1.69 kPa dari
pada rentang ini ingin memasuki zona 5.76 kPa menjadi 4.01 kPa. Sedangkan,
transisi pada kurva karakteristik tanah. penurunan nilai kohesi sebesar 3.48 kPa
pada tanah SM dari 12.66 kPa menjadi 9.18
kPa.

Gambar 5 Grafik hubungan durasi hujan,


derajat kejenuhan dan suction
Gambar 6 Grafik hubungan durasi hujan,
Perubahan nilai suction akibat hujan
derajat kejenuhan dan kohesi SW-SM
selanjutnya dihubungkan dengan nilai
kohesi tanah, seperti ditunjukkan oleh
Gambar 6 dan 7. Penurunan kohesi yang
terjadi mengikuti peningkatan derajat
kejenuhan. Hal ini terjadi karena penentuan
nilai kohesi ini dipengaruhi oleh suction
dan sudut gesek internal akibat peningkatan
suction (𝜙 𝑏 ).
Perubahan suction ini memiliki
hubungan dengan perubahan derajat
kejenuhan. Sementara itu, sudut gesek Gambar 7 Grafik hubungan durasi hujan,
internal akibat peningkatan suction (𝜙 𝑏 ) derajat kejenuhan dan kohesi SM
dipengaruhi oleh perubahan derajat
kejenuhan. Semakin besar derajat Analisis stabilitas lereng
kejenuhan, maka semakin besar parameter Analisis stabilitas lereng dilakukan
Bishop stress akibatnya sudut gesek untuk mengetahui pengaruh hujan dan
internal akibat peningkatkan suction (𝜙 𝑏 ) perubahan parameter tanah terhadap faktor
semakin besar. Seharusnya, peningkatan keamanan lereng (SF). Dari hasil analisis
derajat kejenuhan ini menyebabkan menggunakan aplikasi SLOPE/W
kenaikan nilai kohesi tanah, karena sudut diperoleh nilai faktor keamanan awal
gesek internal akibat peningkatan suction terjadinya hujan (03 Februari 2018 pukul
(𝜙 𝑏 ) semakin besar. Hal tersebut tidak 05.00 WIB) sebesar 1.602. Selanjutnya
terjadi karena penurunan kontribusi suction nilai ini mengalami penurunan hingga
terhadap kuat geser tanah disebabkan oleh kondisi kritis yaitu SF 1.25 pada tanggal 05
kadar air tanah yang mendekati kadar air Februari 2018 pukul 03.40 WIB. Kondisi
residual (Murray dan Sivakumar 2010). ini termasuk kedalam kategori kritis,
Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar karena faktor keamanan sebesar 1.25
7, penurunan kohesi untuk kedua jenis (Bowles 1979). Akan tetapi, hujan terus
tanah memiliki pola yang sama. Kohesi terjadi sehingga nilai faktor keamanan terus
pada tanggal 03 Februari 2018 pukul 05.00 mengalami penurunan hingga menjadi
174
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 03, Desember 2019

1.070 pada pukul 09.20 WIB. Hal ini bisa pada tanggal 03 Februari 2018 sampai
terjadi karena faktor keamanan dapat dengan 5 Februari 2018. Pada awal
meningkat secara linier dengan kejadian hujan, faktor keamanan lereng
peningkatan nilai kohesi (Rouaiguai et al. sebesar 1.602. Nilai ini mengalami
2008). Sehingga, penurunan kohesi ini penurunan menjadi 1.250 setelah
menyebabkan penurunan faktor keamanan. penerapan hujan selama 46 jam 40 menit.
Faktor keamanan lereng sebesar 1.07 Selanjutnya, faktor keamanan terus
memiliki kemungkinan longsor (Bowles mengalami penurunan hingga mencapai
1979). kondisi tidak aman dengan SF 1.070 pada
tanggal 05 Februari 2018 pukul 09.20
WIB.
Hasil simulasi ini menunjukkan
bahwa durasi yang dibutuhkan
menurunkan status kemanan lereng dari
kondisi aman menjadi kondisi kritis lebih
panjang dari pada waktu untuk kondisi
kritis menjadi runtuh, yaitu 46 jam 40
menit berbanding 4 jam 40 menit. Hasil
penelitian ini mengkonfirmasi bahwa
Gambar 8 Grafik hubungan durasi, kohesi dalam analisis stabilitas lereng perlu
dan faktor keamanan mempertimbangkan hujan yang terjadi
Perubahan nilai faktor aman dari beberapa hari sebelum kejadian longsor,
1.602 menjadi 1.25 membutuhkan durasi sehingga mekanisme terjadinya
hujan yang relatif panjang, yaitu 46 jam keruntuhan dan kondisi kritis lereng dapat
40 menit, sementara itu perubahan status diketahui sejak dini.
lereng dari kondisi kritis menjadi longsor
hanya membutuhkan waktu selama 5 jam
40 menit. Hal ini terjadi karena pada DAFTAR PUSTAKA
tanggal 05 Februari 2018 pukul 05.00
WIB hingga 09.20 WIB, intensitas hujan Apriyono A., 2009. Analisis penyebab
cukup besar terjadi pada pukul 07.00 WIB tanah longsor di Kalitlaga
dan 08.00 WIB dengan intensitas hujan Banjarnegara. Jurnal Dinamika 5(1),
sebesar 34.1 mm/jam dan 34.9 mm/jam. pp. 1-5.
Tipe hujan seperti ini efektif memicu Atikah, D., P. T. Juwono, A. P.
longsor pada lereng yang tanahnya mudah Hendrawan, 2017. Pengaruh hujan
menyerap air seperti tanah lempung pada stabilitas lereng di jalan tol
pasiran dan tanah pasir (Subiyanti et al. Gempol-Pandaan. Jurnal Teknik
2011). Pengairan 8(1), pp. 79-88.
Aurbertin, M., M. Mbonimpa, B.
KESIMPULAN Bussierr, R. P. Chapuis, A
physically-based model to predict the
Analisis perubahan faktor water retention curve from basic
keamanan lereng akibat pengaruh geotechnical properties. Canadian
intensitas dan durasi hujan telah Geothecnical Journal 40(6), pp. 1-65.
dilakukan pada lokasi longsor di daerah Bowles, J. E., 1979, Physical and
Puncak Bogor. Analisis perubahan faktor Geothecnical Properties of Soils.
keamanan dilakukan menggunakan data Kosaido Printing, Tokyo.
hujan sebelum kejadian longsor yaitu [BPBD] Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Bogor, 2018.
175
JSIL | Achmad Hafidz dkk. : Analisis Perubahan Faktor Keamanan Akibat Hujan

Publikasi Kinerja Badan Numerical modelling of slope


Penanggulangan Bencana Daerah stability analysis. Journal of
(BPBD) Kabupaten Bogor Tahun Engineering and Innovative
2018. BPBD, Bogor. Technology (IJESIT) 2(3), pp. 553-
GeoSlope International, 2012. Seepage 542
Modelling with SEEP/W. GeoSlope Sinarta I. N., 2016. Tegangan pori negatif
International, Canada. sebagai parameter stabilitas lereng
GeoSlope International, 2017. Heat and tanah tak jenuh. Jurnal
Mass Transfer Modelling with PADURAKSA 5(1), pp. 31-43.
GeoStudio 2018, GeoSlope Subiyanti, H., A. Rifa’i, R. Jayadi, 2011.
International, Canada Analisis kelongsoran lereng akibat
Hasrullah, 2012. Studi pengaruh infiltrasi pengaruh tekanan air pori di saluran
terhadap stabilitas lereng. Jurnal Ilmu- induk Kalibawang Kulonprogo.
Ilmu Teknik 5(2), pp. 1-13. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika 14(1),
Hutabarat, A. H., Sumono, N. Ichwan, pp. 15-25.
2015. Kajian laju infiltrasi pada Uchaipichat, A,. 2012. Infinite slope
berbagai penggunaan lahan di kebun stability analysis for unsaturated
percobaan Kwala Bekala USU Desa granular soils. Electornic Journal of
Durin Tonggal Kecamatan Pancur Geothecnical Engineering 17(30),
Batu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal pp. 361-368
Rekayasa dan Pertanian 3(4), pp. 503-
512.
Murray, E. J., V. Sivakumar, 2010.
Unsaturated Soils A Fundamental
Interpretation of Soil Behaviour.
Wiley-Blackwell, West Sussex
Nugroho, S. A., A. I Putra, R. Ermin, 2012.
Korelasi parameter kuat geser tanah
hasil pengujian triaksial dan
unconfined compression strength
(UCS). Jurnal Sains dan Teknologi
11(1), pp. 1-10.
Nurdian S, Setyanto, L. Afriani, 2015.
Korelasi parameter kekuataan geser
tanah dengan menggunakan uji
triaksial dan uji geser langsung pada
tanah lempung substitusi pasir. Jurnal
JRSDD 3(1), pp. 13-26.
Putra, H., Rifa’i, A.,Sujono, J., Silarukmi,
A., 2017. Analysis of unsaturated soil
parameters as slope stability
mitigation. Jurnal Teknologi 79(7-2),
pp. 21-27
Rifa’i, A., 2009. Perilaku interaksi tanah-
geotekstil terhadap parameter kuat
geser. Jurnal Dinamika Teknik Sipil
9(1), pp. 92-100.
Rouaiguia, A., M. A. Dahim, 2008.

176

You might also like