Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Infiltration causes a decrease in soil shear strength parameters. Decrease in soil shear strength parameters
can cause landslides. Landslides often occur in Bogor Regency, one of the landslide locations is Puncak,
Bogor. Landslides in Puncak, Bogor on 05 February 2018 at 09.20 WIB must have a safety factor 1.07.
Changes in safety factors due to rainfall are observed from 03 February 2018 at 05.00 WIB until 05
February 2018 at 09.20 WIB. This research includes testing soil samples, pore water pressure analysis and
slope stability analysis. The software used for this analysis is GeoStudio. The analysis results are the
changes in safety factor due to rainfall. The safety factor on 03 February 2018 at 05.00 WIB is 1.602. Safety
factor until 05 February 2018 at 03.40 WIB are still above 1.25. So, the slopes are still safe. The decline in
safety factor continued until 1.070 due to a decrease in cohesion on 05 February 2018 at 09.20 WIB with
cohesion on SW-SM soil and SM soil at 4.01 kPa and 9.18 kPa. So, the duration needed to change a safe
slope to landslide is only 5 hours 40 minutes. This can occur because of the intensity of the rain on 05
February 2018 at 07.00 WIB and 08.00 WIB are 34.1 mm/hour and 34.9 mm/hour.
dapat terjadi karena faktor keamanan sebelum dan sesudah terjadinya longsor.
lereng yang kurang dari 1.07 pasti akan Sementara itu, data sekunder berupa data
mengalami longsor (Bowles 1979). curah hujan jam-jaman tahun 2018 wilayah
Faktor keamanan ini memiliki hubungan Puncak Bogor yang diperoleh dari stasiun
dengan nilai kohesi. Menurut Rouaiguai meteorologi Citeko.
et al. (2018), faktor keamanan ini Sampel tanah yang digunakan untuk
dipengaruhi oleh nilai kohesi, karena pengujian laboratorium pada penelitian ini
peningkatan nilai kohesi secara linier diambil di dua titik pada lokasi longsor di
akan meningkatkan faktor keamanan. Puncak, Bogor. Kedua titik sampel ini
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mewakili lapisan tanah yang ada di lokasi
untuk mengetahui perubahan faktor longsoran. Selanjutnya, sampel tanah diuji
keamanan lereng akibat hujan hingga di laboratorium dengan alat uji geser
lereng di Puncak, Bogor menjadi langsung untuk memperoleh parameter kuat
longsor. geser tanah berupa nilai kohesi (c) dan sudut
geser dalam (φ) pada saat jenuh, pengujian
METODOLOGI kadar air lapangan, kepadatan lapangan dan
permeabilitas saat tanah jenuh, analisis
Penelitian ini dilakukan di Puncak, saringan, penentuan batas Atterberg dan
Bogor, Jawa Barat. Alat yang digunakan specific gravity. Sedangkan, pengukuran
adalah software GeoStudio 2012. geometri sebelum dan sesudah longsor
GeoStudio adalah software yang menggunakan electronic total station (ETS).
menggunakan analisis numerik yang Geometri lereng sebelum longsor diperoleh
dikembangkan oleh GeoSlope dari pengukuran lereng disebelah lokasi
International untuk geo-engineers dan longsor. Sedangkan, geometeri lereng
earth-science. GeoStudio ini terdiri dari setelah longsor diukur pada lokasi longsor.
beberapa aplikasi seperti TEMP/W, Pengukuran geometri lereng ini meliputi
SEEP/W, CTRAN/W, AIR/W, SIGMA/W, kemiringan dan ketinggian lereng serta
QUAKE/W dan SLOPE/W (GeoSlope bentuk longsoran. Selanjutnya, pemodelan
2017). Dua aplikasi digunakan pada lereng dibuat menggunakan data properties
penelitian ini yaitu SEEP/W dan tanah, geometri sebelum longsor dan
SLOPE/W. Aplikasi SEEP/W digunakan geometri setelah longsor.
untuk menganalisis perubahan tekanan Analisis tegangan air pori dilakukan
air pori pada lereng (Putra et al, 2017; menggunakan aplikasi SEEP/W. Analisis
Subiyanti et al. 2011). Sedangkan, transient digunakan pada model lereng yang
SLOPE/W dapat digunakan untuk telah dibuat. Kemudian, analisis transient ini
menghitung faktor keamanan lereng dilakukan dari beberapa hari sebelum
tanah maupun batu (Putra et al, 2016; terjadinya longsor. Analisis ini tegangan air
Atikah et al. 2017). pori menghasilkan kontur tegangan air pori
Penelitian ini dilakukan dengan yang disebabkan oleh pengaruh hujan.
beberapa tahapan, mulai dari studi Selanjutnya, nilai tegangan air pori negatif
lapangan, analisis data tanah, analisis (suction) dapat diperoleh. Nilai suction ini
tegangan air pori, dan analisis stabilitas akan dimasukkan kedalaman grafik
lereng. Studi lapangan yang dilakukan hubungan derajat kejenuhan dengan suction,
berupa survei dan observasi lapang untuk sehingga nilai derajat kejenuhan diperoleh.
memperoleh data primer dan data Kemudian, derajat kejenuhan ini akan
sekunder yang akan digunakan pada dimasukkan kedalam grafik hubungan
tahap analisis. Data primer yang parameter Bishop stress (𝜒) dengan derajat
digunakan berupa data propertis dan kuat kejenuhan. Sehingga, nilai kohesi, sudut
geser tanah serta geometri lereng
170
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No. 03, Desember 2019
gesek internal akibat peningkatan suction system (USCS), tanah lapisan permukaan ini
(𝜙 𝑏 ), dan kepadatan tidak jenuh termasuk jenis tanah bergradasi baik-pasir
ditentukan berdasarkan nilai suction dan berlanau (SW-SM) dan lapisan dalam ini
parameter kuat geser tanah saat jenuh. termasuk jenis tanah pasir berlanau (SM).
Analisis stabilitas lereng dilakukan Kurva karakteristik air tanah dapat
menggunakan aplikasi SLOPE/W. diperkirakan dengan metode modified
Pemodelan yang telah dibuat dan hasil Kovacs yang tersedia pada SEEP/W. Metode
analisis tegangan air pori digunakan ini dikembangkan oleh Aubertin et al.
untuk menghitung faktor keamanan (2013). Metode ini digunakan karena dapat
lereng. memperkirakan kurva karakteristik air tanah
menggunakan properties tanah yang umum
HASIL DAN PEMBAHASAN (Aubertin et al. 2013). Oleh karena itu,
properties tanah yang digunakan untuk
Properties Tanah memperkirakan kurva karakteristik air tanah
Pengambilan sampel tanah meliputi kadar air saat jenuh, D10, D60, dan
dilakukan pada dua lapisan tanah pada batas cair. Kurva karakteristik air tanah
lokasi longsor. Sampel tanah ini akan untuk tanah SW-SM dan tanah SM dapat
menghasilkan beberapa properties tanah dilihat pada Gambar 1. Sedangkan,
seperti kadar air, berat jenis tanah, hydraulic conductivity function diperkirakan
kepadatan, porositas, angka pori, dengan menggunakan model Van
permeabilitas, Atterberg limit, analisis Genucthen yang tersedia pada SEEP/W.
saringan dan klasifikasi jenis tanah. Hasil Hydraulic conductivity function untuk tanah
pengujian properties tanah dapat dilihat SW-SM dan tanah SM dapat dilihat pada
pada Tabel 1. Berdasarkan sistem Gambar 2.
klasifikasi unified soil classification
Tabel 1 Data propertis tanah
171
JSIL | Achmad Hafidz dkk. : Analisis Perubahan Faktor Lereng Keamanan Akibat Hujan
mm/jam kecuali pada jam 06.00 WIB, yaitu Analisis Tegangan air pori
sebesar 0.6 mm/jam. Pada hari tersebut ini, Analisis transient dilakukan untuk
intensitas hujan terbesar terjadi pada pukul memperoleh kontur tegangan air pori pada
08.00 WIB sebesar 34.9 mm/jam. saat intensitas hujan telah dimasukkan
Pemodelan Geometri Lereng kedalam aplikasi SEEP/W. Tegangan air pori
Model geometri lereng dapat dilihat pada bidang longsor akan digunakan untuk
pada Gambar 4. Model ini memiliki panjang menentukan nilai kohesi untuk tanah SW-
dan tinggi sebesar 50.00 m dan 43.11 m. SM dan SM. Lokasi bidang longsor yang
Model geometri ini telah disederhanakan dipilih karena lokasi ini memiliki bidang
dari model yang telah diperoleh dari hasil interface antara dua jenis tanah yang
pengukuran menggunakan alat total station. berbeda. Sehingga, tanah yang berbeda jenis
Penyederhanaan model bertujuan untuk ini memiliki nilai Rinterface pada bagian kedua
menghasilkan solusi yang dapat dipahami. lapisan tanah. Menurut Rifa’i (2009),
Selain itu, model geometri yang rumit tidak propertis pada interface berhubungan
selalu menghasilkan solusi yang benar dan dengan propertis pada lapisan tanah.
akurat (GeoSlope 2012). Kemiringan lereng Hubungan ini dinyatakan dengan Rinterface.
bagian pertama sebesar 47o. Kemiringan ini Nilai ini merupakan faktor reduksi kekuatan.
terjadi sepanjang 22.37 m dengan ketinggian Selain itu, air yang menembus sampai ke
16.35 m. Kemudian, kemiringan lereng bidang longsor akan membuat tanah menjadi
berubah menjadi 15o. licin dan tanah yang berada diatasnya akan
bergerak mengikuti sepanjang badan lereng
(Atikah et al. 2017). Oleh karena itu,
tegangan air pori yang terbentuk pada bidang
longsor ini akan digunakan untuk
memperoleh parameter kuat geser tanah.
Tegangan air pori pada bidang
longsor akan dihasilkan dari analisis
transient. Suction merupakan selisih antara
tekanan udara pori (ua) dengan tekanan air
pori (uw) (Sinarta 2016). Tegangan udara
pori diasumsikan memiliki nilai sama
dengan nol (Uchaipichat 2012). Hasil
analisis tegangan air pori menghasilkan
grafik hubungan antara durasi hujan dan
Gambar 4 Model geometri lereng perubahan derajat kejenuhan dan suction,
Longsor yang terjadi ini memiliki seperti yang ditampilkan pada Gambar 5.
kedalaman hingga 3.73 m dari permukaan Hasil ini menunjukkan bahwa derajat
lereng. Berdasarkan Gambar 4, longsor ini kejenuhan mengalami peningkatan pada
terjadi pada tanah yang didominasi oleh pasir tanah SW-SM dari 32.87% menjadi 47.86%.
berlanau bergradasi baik (SW-SM). Total Sedangkan, peningkatan pada tanah SM dari
luas longsor yang terjadi sebesar 40.97 m2. 56.56% menjadi 79.56%. Peningkatan
Bidang gelincir longsor dimodelkan pada derajat kejenuhan yang cukup besar ini
menggunakan fitur fully specified slip terjadi karena intensitas hujan dari tanggal
surface berdasarkan bidang gelincir yang 03 Februari 2018 hingga 05 Februari 2018
terjadi di lapangan. pukul 09.20 WIB memiliki intensitas hujan
lebih dari 60 mm/hari.
Peningkatan derajat kejenuhan pada
kedua jenis tanah ini sebanding dengan
173
JSIL | Achmad Hafidz dkk. : Analisis Perubahan Faktor Keamanan Akibat Hujan
penurunan suction. Penurunan suction yang WIB hingga tanggal 05 Februari 2018
terjadi dari 100.43 kPa menjadi 57.00 kPa. pukul 09.20 WIB mengalami penurunan
Hal tersebut dapat terjadi karena suction pada tanah SW-SM sebesar 1.69 kPa dari
pada rentang ini ingin memasuki zona 5.76 kPa menjadi 4.01 kPa. Sedangkan,
transisi pada kurva karakteristik tanah. penurunan nilai kohesi sebesar 3.48 kPa
pada tanah SM dari 12.66 kPa menjadi 9.18
kPa.
1.070 pada pukul 09.20 WIB. Hal ini bisa pada tanggal 03 Februari 2018 sampai
terjadi karena faktor keamanan dapat dengan 5 Februari 2018. Pada awal
meningkat secara linier dengan kejadian hujan, faktor keamanan lereng
peningkatan nilai kohesi (Rouaiguai et al. sebesar 1.602. Nilai ini mengalami
2008). Sehingga, penurunan kohesi ini penurunan menjadi 1.250 setelah
menyebabkan penurunan faktor keamanan. penerapan hujan selama 46 jam 40 menit.
Faktor keamanan lereng sebesar 1.07 Selanjutnya, faktor keamanan terus
memiliki kemungkinan longsor (Bowles mengalami penurunan hingga mencapai
1979). kondisi tidak aman dengan SF 1.070 pada
tanggal 05 Februari 2018 pukul 09.20
WIB.
Hasil simulasi ini menunjukkan
bahwa durasi yang dibutuhkan
menurunkan status kemanan lereng dari
kondisi aman menjadi kondisi kritis lebih
panjang dari pada waktu untuk kondisi
kritis menjadi runtuh, yaitu 46 jam 40
menit berbanding 4 jam 40 menit. Hasil
penelitian ini mengkonfirmasi bahwa
Gambar 8 Grafik hubungan durasi, kohesi dalam analisis stabilitas lereng perlu
dan faktor keamanan mempertimbangkan hujan yang terjadi
Perubahan nilai faktor aman dari beberapa hari sebelum kejadian longsor,
1.602 menjadi 1.25 membutuhkan durasi sehingga mekanisme terjadinya
hujan yang relatif panjang, yaitu 46 jam keruntuhan dan kondisi kritis lereng dapat
40 menit, sementara itu perubahan status diketahui sejak dini.
lereng dari kondisi kritis menjadi longsor
hanya membutuhkan waktu selama 5 jam
40 menit. Hal ini terjadi karena pada DAFTAR PUSTAKA
tanggal 05 Februari 2018 pukul 05.00
WIB hingga 09.20 WIB, intensitas hujan Apriyono A., 2009. Analisis penyebab
cukup besar terjadi pada pukul 07.00 WIB tanah longsor di Kalitlaga
dan 08.00 WIB dengan intensitas hujan Banjarnegara. Jurnal Dinamika 5(1),
sebesar 34.1 mm/jam dan 34.9 mm/jam. pp. 1-5.
Tipe hujan seperti ini efektif memicu Atikah, D., P. T. Juwono, A. P.
longsor pada lereng yang tanahnya mudah Hendrawan, 2017. Pengaruh hujan
menyerap air seperti tanah lempung pada stabilitas lereng di jalan tol
pasiran dan tanah pasir (Subiyanti et al. Gempol-Pandaan. Jurnal Teknik
2011). Pengairan 8(1), pp. 79-88.
Aurbertin, M., M. Mbonimpa, B.
KESIMPULAN Bussierr, R. P. Chapuis, A
physically-based model to predict the
Analisis perubahan faktor water retention curve from basic
keamanan lereng akibat pengaruh geotechnical properties. Canadian
intensitas dan durasi hujan telah Geothecnical Journal 40(6), pp. 1-65.
dilakukan pada lokasi longsor di daerah Bowles, J. E., 1979, Physical and
Puncak Bogor. Analisis perubahan faktor Geothecnical Properties of Soils.
keamanan dilakukan menggunakan data Kosaido Printing, Tokyo.
hujan sebelum kejadian longsor yaitu [BPBD] Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Bogor, 2018.
175
JSIL | Achmad Hafidz dkk. : Analisis Perubahan Faktor Keamanan Akibat Hujan
176