You are on page 1of 8

Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Agustus 2007, hlm. 123-130 Vol. 1 2 No.

2
ISSN 0853 - 42 1 7

PENGGANDAAN SKALA PRODUKSI BPOINSEKTISIDA


.
Bacillus thuringiensis va r israelensis UNTUK M EM BASM I
JENTIK NYAMUK Aedes aegypti
Mulyorini ~ a h a y u n i n g s i h l ) ,Khaswar ~ ~ a r n s u ' )Abdul
, Aziz ~ a r w i s ~Rini
) , purnawati3)

ABSTRACT

SCALE-UP STUDY ON THE BIOINSECTICIDE PRODUCTION


of Bacillus thurihgiensisva r. israelensis FOR ERADICATING Aedes aegypti LARVAE

The objective of this research is t o study the scaling up of bionsecticide production from Bacillus
thuringiensis var. israelensis using onggok (a cassava by-product) as a carbon source. The insecticide produced
was used to eradicate Aedes aegypti larvae. The product was a crystal protein produced during bacterial
sporulation. Scaling up from laboratory t o pilot plant scale was done using two methods, i.e. constant agitation
power per unit volume (Pg/V) and constant oxygen transfer coefficient (kLa). The results showed that yield of
product per substrate (Yp/s) of Pg/V based product with the value of 3.52 +
0.02 spora per gram substrates
was higher than Yp/s of kLa based product with the value of 2.96 spora per gram substrate. Logarithmic value of
viable spore count (log of VSC) was also higher, i.e. 7.23 +
0.30 for Pg/V based product as compared t o 7.17 +
0.20 for kLa based product. Substrate efficiency was also higher i n Pg/V based (92.47%) than kLa based
(64.87%). LCSOof Pg/V based product was lower (0.49 pg/mL) meaning that it was more toxic than kLa based
product (0.62 pg/mL). Amino acid content of Pg/V based product was also higher than kLa based product.
Constant Pg/V method was suggested as a based on the scaling up of bioinsecticide production of B.
thuringiensis israelensison industrial scale.

Keywords : bioinsecticide, Bacillus thuringiensis var. israelensis, kLa, Pg/V, LCw, viable spore count

ABSTRAK nunjukkan bahwa rendemen produk per substrat


(Y,,,) yang dihasilkan dari patokan Pg/Vlebih tinggi,
Penelitian ini bertujuan mengkaji patokan yaitu sebesar 3,52 + 0,02 spora per gram substrat
penggandaan skala produksi bioinsektisida (Bacillus dibandingkan dengan produk dari patokan kLa
thuringiensis var. israelensis) ya ng da pat sebesar 2,96 spora per gram substrat. Nilai
menghasilkan bioinsektisida untuk membasmi logaritmik jumlah spora hidup ( IogVSC) juga lebih
nyamuk Aedes aegypti dengan rendemen dan tinggi, yaitu 7,23 + 0,30 pada patokan Pg/V
toksisitas tinggi dengan menggunakan media sedangkan dari patokan kLa sebesar 7,17 +
0,20.
fermentasi onggok tapioka sebagai sumber karbon. Nilai efisiensi penggunaan substrat yang lebih tinggi
Bioinsektisida tersebut berupa kristal protein toksin juga diperoleh dari penggandaan skala berbasis
yang dihasilkan bersama dengan pembentukan Pg/l/, yaitu sebesar 92,47% dibandingkan dengan
spora. kLa yang sebesar 64,87%. LCs0 produk yang
Percobaan penggandaan skala dari skala dihasilkan dari patokan Pg/V lebih kecil yang berarti
laboratorium ke skala pilot dilakukan dengan meng- lebih toksik, yaitu sebesar 0,49 pg/mL dibandingkan
gunakan dua metode, yaitu Pg/V (tenaga peng- dengan produk dari patokan kLa sebesar 0,62
adukan per volume) tetap dan kLa (koefisien laju pg/mL. Kandungan asam amino produk yang
transfer oksigen) tetap. Hasil penelitian me- dihasilkan dari penggandaan skala dengan Pg/V
juga lebih tinggi. Metode Pg/V tetap disarankan
untuk dipilih sebagai patokan penggandaan skala
') Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut untuk produksi bioinsektisida B. thuringiensis israel-
Pertanian Bogor (PPSHB IPB), 31. Puspa Kampus IPB Darmaga, ensisskala industri.
Telp: 0251-621257, Faks: 0251-621724. E-mail
mulyorinir@yahoo.com
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Kata kunci: bioinsektisida, Bacillus thuringiensis
Pertanian, Institut Pertanian Bogor var. israelensis, kLa, Pg/V, LCwI
3, Laboratorium Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri viable spore count
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor
PENDAHULUAN sehingga memerlukan devisa yang cukup besar.
Dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter,
Negara-negara yang secara geografis terleta k di Indonesia justru dituntut untuk mengurangi impor
wilayah tropis selalu dihadapkan dengan masalah dan menggalakkan ekspor. Oleh sebab itu perlu
wabah penyakit yang penyebarannya dilakukan oleh dilakukan upaya untuk memproduksi sendiri bioinsek-
nyamuk, di antaranya adalah malaria, kaki gajah tisida tersebut secara efisien dan ekonomis sehingga
(filariasis), chikungunya, dan demam berdarah. Di dapat menghindari ketergantungan akan bahan-
Indonesia, wabah demam berdarah rutin te rjadi setiap bahan impor.
tahun. Pada awal tahun 2007, jumlah penderita Salah satu kunci keberhasilan memperdagangkan
demam berdarah mencapai + 90 ribu orang dengan bioinsektisida Bti adalah pengembangan medium
jumlah korban meninggal ratusan orang. Penyakit fermentasi yang mempunyai syarat murah harganya
demam berdarah ini disebabkan oleh virus yang di- dan tersedia secara melimpah. Salah satu sumber
tularkan oleh nyamuk Aedes aegypti Pemberantasan karbon potensial di Indonesia adalah onggok tapioka,
nyamuk penyebar penyakit demam berdarah ini me- yaitu limbah yang dihasilkan pada pengolahan ubi
rupakan tindakan preventif yang efektif dan me- kayu menjadi tapioka yang masih mengandung
mecahkan persoalan pada akarnya. karbohidrat sebesar 60-7O0/0 sehingga cocok diguna-
Upaya pengasapan yang dilakukan selama ini kan sebagai sumber karbon dalam medium fermen-
ternyata tidak menyelesaikan masalah karena hanya tasi.
membunuh nyamuk dewasa. Upaya lain yang dilaku- Penelitian skala laboratorium telah mendapatkan
kan adalah dengan program 3M (mengubur, meng- nisbah karbon dan nitrogen dengan media onggok
uras, dan menutup). Namun, usaha ini juga tidak tapioka dan urea optimum sebesar 7:1, pH dan suhu
mudah karena nyamuk Ae. aegypti hidup dalam air sebesar 6,90 + 0,10 dan 26,35+ 1,50 "C serta laju
bersih seperti bak mandi, bak penampungan air agitasi dan laju aerasi optimum, yaitu 200 rpm dan 1
minum, dan kolam. w m (Rahayuningsih et al. 2005). Untuk mengem-
Penggunaan insektisida kimia tidak meng- bangkan skala laboratorium ke skala industri perlu
untungkan karena dapat membahayakan jiwa dikaji metode pengandaan skalanya.
manusia dan organisme lain serta resistensi serangga. Pengembangan industri umumnya dilakukan
Usaha yang lebih tepat adalah dengan memutus dengan menggunakan tahapan skala laboratorium,
rantai kehidupan nyamuk, yaitu dengan membunuh skala pilot plant, dan skala industri. Skala labo-
jentik nyamuk menggunakan bioinsektisida. Bio- ratorium merupakan tahap penyeleksian mikrob yang
insektisida yang dihasilkan oleh Bacillus thuringiensk digunakan, skala pilot plant merupakan tahap pe-
var. kraelensis (Bto, telah terbukti efektif untuk pem- nerapan kondisi operasi optimum dan skala industri
berantasan larva nyamuk. Aktivitas insektisidal dari merupakan tahap yang prosesnya akan dilaksanakan
produk Bti diduga berkaitan erat dengan kandungan dengan mempertimbangan perhitungan ekonomi.
empat protein protoksin cry yang dikenal sebagai cry Translasi skala laboratorium ke skala pilot atau
IVa, b, c, dan d Protein tersebut sama seperti protein industri memerlukan patokan perhitungan yang tepat.
kristal pada galur Bt lainnya, yaitu yang diproduksi Ada beberapa metode yang digunakan dalam peng-
bersamaan dengan sporulasi, tetapi daya racunnya gandaan skala. Mengingat fermentasi bioinsektisida B.
sangat spesifik untuk nyamuk dan lalat (Chilcott et al. thuringiensk bersifat aerobik, maka digunakan
1990). Di samping itu, Bti juga memproduksi suatu patokan penggandaan skala yang berhubungan dan
protein yang disebut cyt yang mempunyai modus mengacu pada perpindahan oksigen, yaitu tekanan
kerja yang berbeda dengan protein lain dan secara parsial Oz atau Po, merupakan fungsi dari k ~ a
umum bersifat sitolitik terhadap serangga. (koefisien laju transfer oksigen volumetrik) tetap dan
Produk komersial Bti telah beredar di pasaran Pg/V (tenaga pengadukan per volume fermentor)
dengan merek dagang Vectobac, Bactimos, Teknarj tetap.
dan Skeetal. Namun, semua produk ini masih diimpor
Vol. 12 No. 2

Penelitian ini bertujuan mengkaji patokan peng- yaitu 0,3 g MgS04.7H20; 0,02 g MnS04.7H20; 0,02
gandaan skala produksi bioinsektisida Bti yang dapat FeS04.7H20; 0,02 g ZnSO4.7H2O, dan 1,O g CaC03.
menghasilkan bioinsektisida dengan rendemen dan Medium fermentasi dan larutan mineral tersebut
toksisitas tinggi menggunakan substrat onggok dan dilarutkan ke dalam larutan bufer fosfat pH 7.
diaplikasikan untuk membasmi nyamuk Ae. aegypti.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai data
dasar untuk pengembangan industri bioinsektisida Satu lup biakan B.
thuringiensis
skala industri.

METODE
Inokulasi dalam 50 mL
Bahan dan Alat medium NB steril (labu pembibitan I )
Kult ur Bacillus thuringiensis var. israelensis (BCi)
dibiakkan pada medium agar-agar miring (nutrient
I nkubasi dalam rotaty shakhg incubator
agar). Onggok digunakan sebagai sumber karbon
200 rpm, 30 "C, 12 jam
sedangkan urea sebagai sumber nitrogen.
Bahan-bahan yang digunakan adalah nutrient
agar (NA), nutrient broth (NB), MgSO4.7H2O,
labu pembibitan I1 (5% dari volume
ZnSO4.7H2O, FeS04.7H20, MnS04.7H20, CaC03,
K2HP04,KH2P04,&H807.H20, HCI, Tris (hidroksi metil)
amino metana. Untuk uji hayati digunakan larva
Inkubasi pada kondisi
nyamuk Ae. aegyptiyang diperoleh dari Laboratorium yang sama selama 12 jam
Entomologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Gambar 1 Diagram alir persiapan inokulum
Peralatan analitis yang digunakan adalah
spektrofotomete~ bioreaktor 2 L kapasitas kerja 1,3
L, bioreaktor 20 L dengan kapasitas kerja 13 L, dan Perhitungan Penggandaan Skala
satu perangkat alat elektroforesis. Ketersediaan oksigen sangat berpengaruh pada
pertumbuhan dan sintesis bioinsektisida oleh Bti.
Analisis Karbon dan Nitrogen pada Onggok dan Parameter penting yang berpengaruh pada keter-
Urea sediaan oksigen di dalam media adalah koefisien
Onggok tapioka kering digiling menjadi tepung perpindahan oksigen volumetrik (kLa) dan kebutuhan
onggok menggunakan Hammer mill, dan disaring tenaga per unit volume (Pg/q (Demain dan Davies
sebesar 100 mesh kemudian dianalisis kadar karbon 1999). Oleh karena itu, dalam tahap penggandaan
dan kadar nitrogennya. Urea teknis dianalisis kadar skala dicoba dua patokan tersebut, yaitu nilai kLa dan
nitrogennya menggunakan metode Kjeldahl (AOAC Pg/K Perhitungan penggandaan skala memerlukan
1984). Perhitungan ini digunakan untuk menghitung data ciri reologi cairan fermentasi dan spesifikasi
nisbah C:N media. fermentor yang digunakan, yakni tipe pengaduk,
jumlah pengaduk (N,), diameter pengaduk (D,),
Persiapan Inokulum jumlah baji (blade = Nb), tinggi fermentor (H,),
Diagram alir persiapan inokulum disajikan pada diameter tangki (D,), dan volume tangki fermentor
Gambar 1. (V,). Dari perhitungan ini dapat diperoleh nilai aerasi
dan agitasi sesuai patokan penggandaan skala.
Persiapan Medium Fermentasi
Medium fermentasi menggunakan nisbah Menentukan Nilai k,a (Stanburry dan Whitaker
karbon : nitrogen sebesar 7 : 1. Larutan mineral 1984)
(trace element) per liter medium fermentasi sesuai Nilai k,a diukur pada cairan fermentasi hasil
dengan yang digunakan Dulrnage dan Rhodes (1971), produksi bioinsektisida oleh Btl; menggunakan
fermentor 13 L. Fermentasi dilakukan sampai
mencapai akhir fase eksponensial (72 jam). Oksigen Fermentor berisi medium
fermentasi steril
terlarut diukur dengan menggunakan elektrode
oksigen YSI Model 55/55 F. Pengukuran kLadilakukan
dengan metode dinamik. Inokulasi dengan inokulum dari
tabu pembibitan I 1 ( 2% )
Menentukan Ciri Reologi Cairan Fermentasi
(Stanburry dan Whitaker 1984)
Densitas cairan fermentasi ditentukan dengan Inkubasi pada 26,5 + 1,5 "C, pH 7,O; agitasi 200
piknometer dan viskositas cairan fermentasi diukur rpm dan laju aerasi 1w m selama 72 jam
dengan alat Brookfield vvlcosimeter pada laju putar 6,
12, 30, dan 60 rpm menggunakan spindel no. 2.
Pengambilan sampel pada jam ke-0,
6, 12, 18, 24, 36, 48, 60, dan 72
Kebutuhan Tenaga per unit Volume (Pg/V)
(Stanburry dan Whitaker 1984)
Nilai tenaga per skala produksi, diasumsikan Gambar 2 Diagram alir proses produksi bioinsektisida
bahwa dengan efisiensi aerasi yang sama akan
diperoleh rendemen produk yang sama baik pada dihasilkan (P) (metode Mummigati dan Raghunatan
skala kecil maupun skala besar 1990), jumlah substrat yang dikonsumsi (S) (Metode
Konsumsi tenaga per satuan volume cairan Fenol, AOAC 1984). Data tersebut digunakan untuk
fermentasi di dalam tangki fermentor (Pg/V) adalah menghitung laju pertumbuhan spesifik maksimum
(vmaks), efisiensi penggunaan substrat, rendemen
substrat terhadap jumlah sel (YNl,) dan terhadap
produk (kristal protein atau spora) yang dihasilkan
dengan
Pg : Konsurnsi tenaga (Ypl,), serta rendemen antara produk terhadap jumlah
V : Volume cairan ferrnentasi sel (Y~IN).
N : Laju sirkulasi cairan ferrnentasi
D : Diameter pengaduk Selanjutnya dilakukan pengujian toksisitas pro-
duk bioinsektisida terhadap larva nyamuk Ae. aegypti
Fermentasi untuk Penggandaan Skala Produksi (LCs0) (Yamamoto e t al. 1983). Hasil uji toksisitas
Bioinsektisida diolah dengan analisis Probit Quant menggunakan
Fermentasi dilakukan dalam fermentor 2 L dan piranti lunak dari Steve Mound, University of Wales,
20 L setelah mendapatkan besaran aerasi dan agitasi College of Cardiff, Inggris. Dilakukan juga pencirian
sesuai dengan perhitungan penggandaan skala terhadap susunan kristal protein produk bioinsek-
tersebut di atas. tisida menggunakan SDS PAGE (sodium dodecyl sul-
Contoh diambil pada 9 titik pengamatan, yaitu phate polyacrylamide g e l electrophoresis) dan analisis
pada saat inkubasi jam ke-0, 6, 12, 18, 24, 36, 48, asam amino menggunakan amino acid analyzer di
60, dan 72. Diagram alir fermentasi untuk produksi Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor.
bioinsektisida disajikan pada Gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Parameter Keberhasilan Produksi
Bioinsektisida Analisis Karbon dan Nitrogen pada Onggok dan
Parameter yang diukur untuk menentukan efisi- Urea
ensi dan produktivitas fermentasi bioinsektisida meng- Hasil analisis kadar karbon, nitrogen, abu, dan air
ikuti prosedur standar dalam rekayasa biokimialreka- terhadap onggok disajikan dalam Tabel 1. Hasil
yasa bioproses yang meliputi pengukuran dan peng- analisis ini digunakan sebagai acuan perhitungan
hitungan jumlah sel dengan pengukuran total sel ( N ) nisbah C/N dalam media produksi bioinsektisida
(Benoit e t al. 1990), jumlah spora hidup yang meng- dengan onggok sebagai sumber karbon(C) dan urea
gambarkan jumlah produk kristal protein toksin yang sebagai sumber nitrogen (N).
Vol. 12 No. 2

Tabel 1 Kadar karbon dan nitrogen onggok dan urea untuk ke seluruh bagian agar pencampuran berlangsung
media fermentasi
sempurna.
Kadar (010)
Komponen Tabel 2 Geometri fermentor skala laboratorium 2 L dan 20
Onggok Urea
L (kapasitas 1,3L dan 13L)
Karbon (C)
Parameter Skala Skala
Nitrogen (N) Geometri
2L 20 L

Abu Tinggi fermentor (H,) 0,25 m 0,45 m


Air Tinggi cairan fermentasi (HL) 0,153 m 0,213 m
Diameter impeler (D,)
Diameter tangki (D,)
Nisbah C/N media fermentasi yang digunakan,
yaitu sebesar 7 : l memerlukan konsentrasi onggok
sebesar 20 g/L. Penetapan basis konsentrasi onggok Hasil perhitungan penggandaan skala dengan
20 g/L didasarkan pada penelitian Wicaksono (2002) patokan Pg/V dan kLamemberikan nilai Pg/V sebesar
yang menyatakan bahwa pada konsentrasi tersebut 0,01303 H P / ~ dan
~ , kLa sebesar 0,0015. Dari per-
menghasilkan toksisitas tertinggi dari bioinsektisida B, hitungan tersebut diperoleh hasil penggandaan skala
t. kurstaki, sedangkan jumlah urea teknis yang di- produksi dari skala 2 L menjadi skala 10 L dengan
butuhkan adalah 3/46 g/L. menggunakan basis Pg/V, membutuhkan aerasi
sebesar 0,8 w m dan laju agitasi 135 rpm, sedangkan
Penggandaan Skala dan Pengukuran Parameter bila menggunakan basis kLa, maka laju aerasi yang
Keberhasilan Produksi Bioinsektisida
ditetapkan sebesar 0,6 vvm dan laju agitasi 34 rpm.
Kajian penggandaan skala bioproses dimulai dari Patokan Pg/V dan kLa kemudian digunakan
percobaan skala laboratorium untuk mempelajari dalam percobaan penggandaan skala produksi dari 2
faktor-faktor fisik, kimia, dan hayati penting yang L menjadi 10 L. Keberhasilan produksi bioinsektisida
memengaruhi proses dan hasil fermentasi. Berdasar- yang digandakan skalanya dengan dua patokan
kan hasil penelitian tahap sebelumnya, yaitu hasil tersebut diukur dari beberapa parameter dan disajikan
yang optimum pada proses fermentasi Bt4 dirancang pada Tabel 3.
suatu prosedur/metode untuk skala pilot. Rancangan
tersebut bertujuan memberikan kondisi fermentasi Tabel 3 Parameter kinetika kultivasi produksi bioinsektisida
yang optimum, yang selanjutnya digunakan untuk skala 2 liter dan skala 1 0 liter
rancang bangun alat dan proses produksi skala
industri. Parameter Skala 2 liter
sd
+ Skala 10 liter
basis PaN+ sd
Skala 10 liter
basis k ~ +a sd
Agar penyimpangan yang terjadi selama proses Log N-maks 9,23 _+ 0,06 10,lO _+0,04 10,14 _+0,03
penggandaan skala dapat diminimumkan sehingga Log VSC maks 754 2 0 3 0 7,23 2 0,30 7,17 2 0,20
tidak menyebabkan kerugian, maka kajian penggan- h-maks (jam-') 0.1 1 _+ 0,02 0,59 2 0,Ol 0,57 _+0,01
daan skala produksi boinsektisida ini dilakukan Yw(seUg 4,29 _+ 0,20 8,71 _+0,10 21,36 _+ 0,30
substrat) x lott
dengan mempertahankan kesamaan geometrik fer-
Yfi(sporalg 9,38 +0,02 352 _+ 0,02 2,96 _+ o,o1
mentor, menggunakan komposisi media, suhu proses, substrat) x 109
pH awal, konsentrasi kelarutan oksigen, dan galur (So - St)ISo % 86,70 _+ 0,02 92,47 _+ 0,09 6487 _+ 0,02
mikroorganisme yang sama. LCso (pg/mL) Tidak diukur 0,49 0,62

Geometri fermentor skala laboratorium yang


digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tipe impeler Tabel 3 menunjukkan bahwa perubahan skala
yang digunakan dalam penelitian ini adalah turbin dengan patokan Pg/V dan kLa menyebabkan laju
pipih (ffat-blade turbine). Bentuk dan jumlah impeler pertumbuhan spesifik (p) dari O,11 jam-' pada skala
yang digunakan akan memengaruhi tenaga yang di- produksi 2 L meningkat menjadi 0,59 jamS1dan 0,57
gunakan untuk menyebarkan oksigen secara merata jam-' pada skala produksi 10 L. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Wang e t al, (1978) bahwa sifat- an skala tidak menyebabkan perubahan secara kuali-
sifat hayati yang tercakup di dalam kinetika tatif jenis protein yang dihasilkan (Gambar 3).
pertumbuhan mikroorganisme selama kultivasi ber-
gantung pada penggandaan skala. Beberapa para-
meter kinetika akan berubah walaupun pola meta-
bolisme tidak berubah. Rendemen produk sebagai
spora per gram substrat (Yp/s) juga lebih tinggi pada
produk dengan patokan Pg/K yaitu sebesar 3,52 2
0,02 spora per gram substrat dibandingkan dengan
produk dari patokan kLa sebesar 2,96 spora per gram
substrat. Nilai efisiensi penggunaan substrat yang
lebih tinggi diperoleh dari penggandaan skala berbasis
Pg/K yaitu sebesar 92,47% dibandingkan dengan kLa
yang sebesar 64,87%. Hal ini menunjukkan bahwa
metabolisme berlangsung lebih baik. Begitu pula laju
pertumbuhan sel (p, maks), log viable spore count Keterangan:
a = Produk skala laboratorium
(VSC) memberikan nilai yang relatif lebih tinggi. b = Produk skala pilot basis Pg/V
Dengan demikian, penggunaan patokan Pg/Vdan kLa c = Produk skala pilot basis kLa
memberi pengaruh yang berbeda pada keberhasilan d = Standar
produksi bioinsektisida (pertumbuhan sel dan pem-
bentukan spora). Gambar 3 Pola pita protein produk bioinsektisida
Dengan menggunakan basis Pg/V tetap,
ternyata untuk ukuran impeler yang lebih besar dan Hasil bioasai seperti yang tercantum dalam Tabel
volume yang lebih besar, laju ujung impeller akan 3 menunjukkan perbedaan nilai toksisitas yang
meningkat. Peningkatan laju ujung impeller akan me- diperoleh, yaitu produk penggandaan skala dengan
nurunkan laju geser kultur sehingga waktu pen- patokan Pg/V relatif lebih toksik dilihat dari kecilnya
campuran antara oksigen terlarut, nutrien, dan nilai LCSo.Hal ini diduga karena kandungan proporsi
mikroorganisme akan meningkat. Dengan demikian asam amino kristal protein toksin yang lebih tinggi
diharapkan nutrien tersebut tersebar lebih merata (Tabel 4). Rahayuningsih (2003) menyatakan bahwa
dalam seluruh bagian tangki sehingga meminimumkan kandungan asam amino dalam kristal mempunyai
gradien konsentrasi massa dalam kultur. Akibatnya peranan penting dalam kemampuan kristal untuk
pertumbuhan sel dan pembentukan produk bioinsek- menyisip ke dalam membran fosfolipid yang ber-
tisida berjalan lebih baik seperti yang ditunjukkan oleh implikasi pada toksisitas. Hal ini dapat dijelaskan
Tabel 3. sebagai berikut. Sesuai dengan modus kerjanya,
Dari hasil perhitungan tersebut, Pg/Vtetap akan bioinsektisida Bti termasuk dalam golongan racun
dipilih dalam produksi skala pilot pada penelitian perut karena toksin akan memberikan pengaruh jika
selanjutnya. dimakan oleh serangga sasaran. Mekanisme toksisi-
tasnya adalah dalam midgut serangga, toksin akan
Ciri Produk Bioinsektisida terhidrolisis oleh enzim protease yang ada dalam usus
Pengamatan terhadap profil kristal protein yang serangga menjadi toksin yang berukuran lebih kecil
dihasilkan dengan menggunakan SDS PAGE menun- dan mudah menyisip dalam dinding usus. Setelah
jukkan pola protein yang sama pada produksi skala penyisipan terjadi, dinding usus serangga menjadi
lab dan skala pilot. Terlihat dari jumlah fraksi yang rusak, serangga menjadi tidak mampu makan dan
terbentuk sama, yaitu ada 6 fraksi, dengan bobot akhirnya mati.
molekul 15; 23,75; 39,94; 41,80; 65,32; dan 67,OO Dinding usus serangga merupakan membran
kDa. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengganda- fosfolipid terdiri atas molekul yang mempunyai bagian
Vol. 12 No. 2

Tabel 4 Kornposisi asam amino hasil produk penggandaan KESIMPULAN


skala berdasarkan Pg/Vdan k,a
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen
Skala 10 L Skala 10 L
No Asam amino Sifat basis PgN basis k ~ a produk per substrat (Y,) yang dihasilkan dari

1 Aspartat Hidrofilik
(%bkj
0,5201
(%bk)
0,3985
+
patokan Pg/V lebih tinggi, yaitu sebesar 3/52 0,02
2 Glutamat Hidrofilik 0,6609 0,4899 spora per gram substrat dibandingkan dengan produk
3 Serina Hidrofilik 0,2730 0,1867 dari patokan kLa sebesar 2/96 spora per gram
4 Histidin Hidrofilik 0,0833 0,0704
substrat. Nilai logaritmik jumlah spora hidup (log VSC)
5 Glisin Hidrofobik 0,3563 0,2436
6 Treonina Hidrofilik 0,3075 0,2693 juga lebih tinggi, yaitu 7/23 + 0,30 pada patokan
7
8
Arginina
Alanina
Hidrofilik
Hidrofobik
0,3506
0,3879
0,2165
0,2923
Pg/V sedangkan dari patokan kLa sebesar 7/17 +
9 Tirosina Hidrofilik 0,1897 0,1245
0,20. Nilai efisiensi penggunaan substrat yang lebih
10 Metionina Hidrofobik 0,4856 0,2124 tinggi juga diperoleh dari penggandaan skala berbasis
11 Valina Hidrofobik 0,3506 0,2585 Pg/V, yaitu sebesar 92,47O/0 dibandingkan dengan kLa
12 Fenilabnina Hidrofobik 0,2270 0,1664
13 lsoleusina Hidrofobik 0,2213 0,1664 yang sebesar 64,87O/o. Parameter utama keberhasilan
14 Leusina Hidrofobik 0,3994 0,2923 bioinsektisida adalah toksisitas terhadap Ae. aegypti
15 Lisina Hidrofilik 0,2787 0,2084
yang dihitung sebagai konsentrasi produk yang
menyebabkan 50°/o larva mati (LC50). LCs0 produk
polar yang bersifat hidrofilik dan bagian nonpolar yang dihasilkan dari patokan Pg/V lebih kecil yang
berarti lebih toksik, yaitu sebesar 0,49 pg/mL
yang bersifat hidrofobik. Setelah menyisip pada
dibandingkan dengan produk dari patokan kLasebesar
plasma membran, toksin akan membuat lubang kecil
0,62 pg/mL. Kandungan asam amino produk yang
atau pori di dalam membran. Lubang ini akan meng-
dihasilkan dari penggandaan skala dengan Pg/Vjuga
ganggu permeabilitas plasma membran, kemudian
lebih tinggi. Metode Pg/V tetap disarankan untuk
merusak kesetimbangan osmotik koloid dan me-
dipilih sebagai patokan penggandaan skala untuk
nyebabkan masuknya air ke dalam sel. Akibatnya sel
produksi bioinsektisida B t i skala industri.
akan membengkak yang menyebabkan terganggunya
integritas membran dan akhirnya sel menjadi lisis.
Sifat relatif hidrofobik-hidrofilik dalam kristal UCAPAN TERIMA KASIH
diduga disebabkan oleh proporsi relatif asam amino Terima kasih disampaikan kepada Direktorat
hidrofilik hidrofobik. Beberapa asam amino memiliki Jendral Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional
sifat hidrofobik, yaitu asam-amino nonpolar sedang- yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah
kan asam amino lain bersifat hidrofilik, yaitu asam Bersaing Perguruan Tinggi XII.
amino yang mempunyai gugus polar atau asam amino
dengan rantai asam atau basa (Alberts e t al. 1989). DAFTAR PUSTAKA
Dari penelitian ini terlihat bahwa proporsi relatif asam
amino akan memengaruhi kemampuan penyisipan AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of the
toksin yang berimplikasi pada toksisitas seperti Association of Official Agricultural Chemist.
Washington, DC.
ditunjukkan oleh lebih tingginya secara relatif
kandungan asam amino pada produk yang dihasilkan Alberts BD, Bray J, Lewis M, Roberts RK, Watson JD.
1989. Molecular Biology of the Cell. Edisi ke-2.
dari penggandaan skala dengan patokan Pg/V di- New York: Garland. hlm 41-323.
bandingkan dengan produk dari kLa. Dengan demikian
Benoit TG, Wilson GR, Baugh CL. 1990. Fermentation
sifat hidrofobik-hidrofilik yang berhubungan dengan During Growth dan Sporulation of Bacillus
kemampuan menyisip pada membran fosfolipidnya thuringiensis HD- 1. Lett Appl Microbiol10:15- 18.
pun berbeda. Dengan konsentrasi molekul yang dapat Chilcott CN, Knowles BH, Ellar DJ, Drobniewski FA.
menyisip pada membran fosfolipid lebih besar, maka 1990. Mechanism of action of B, thuringiensis
produk Pg/V menunjukkan nilai toksisitas yang lebih kraelensis Parasporal Body. Dalam Bacterial
tinggi daripada produk kLa. Control of Mosquitoes and Blackflies:
Biochemistry, Genetics and Application of B, thuringiensis israelensis untuk Pencegahan
thuringiensis israelensis and B. sphaericus, de Wabah Demam Berdarah. Laporan Penelitian
Barjac HI Sutherland DJ, editor. New Brunswick, Hibah Bersaing Tahun I. Bogor: Lembaga
New Jersey: Rutgers University Pr. hlm 45-65. Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
Demain AL, Davies JE. 1999. Manual of Industrial Institut Pertanian Bogor.
Microbiology and Biotechnology. Edisi ke-2. Stanburry PF, Whitaker A. 1984. Princ~;oles of
Washington DC: ASM Pr. hlm 236-239. Fermentation Technology, New York: Pergamon
Dulmage HT, Rhodes RA. 1971. Production of Pr.
Pathogen in Artificial Media. Dalam Microbial Wang DIC, Cooney CL, Demain AL, Dunnill PI
Control of Insects and Mites, Burgess HD, Hussey Humprey AE, Lilly MD. 1978. Fermentation and
NW, editor. London: Academic Pr. hlm 507-540. Enzyme Technology. New York: John Wiley .
Mummigatti SG, Raghunathan AN. 1990. Influence of Wicaksono Y. 2002. Pemanfaatan Onggok Tapioka
Media Composition on the Production of 6- dan Urea sebagai Media Sumber Karbon dan
endotoxin by B, thuringiensis var thuringiensis, J Nitrogen dalam Produksi Bioinsektisida oleh
Invertebr Path01 55: 147-151. .
Bacillus thuringiensis subs p kurstaki, [s kripsi].
Rahayuningsih M. 2003. Toksisitas dan Aktivitas Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Dipterosidal Bioinsektisida Bacillus thuringiensis Pertanian Bogor.
israelensis Tipe Liar dan Mutan pada Berbagai Yamamoto , Iizuka, Aronson JN. 1983.
Formulasi Media dan Kondisi Kultivasi, [disertasi]. Mosquitocidal Protein of Bacillus thuringiensis
Bogor: Sekolah Pascasajana, Institut Pertanuan israelensis: Identification and Partial isolation of
Bogor. the Protein. Curr Microbiol 9:279-284.
Rahayuningsih MI Syamsu K, Purnawati R, Yulianti F.
2005. Kajian Produksi Bioinsektisida Bacillus

You might also like