You are on page 1of 10

PERSEPSI REMAJA TERHADAP TAYANGAN PORNOGRAFI

DI TELEVISI
(STUDI DI TIGA SEKOLAH MENENGAH ATAS
DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH)

Achmad Herman
Kampus Bumi Kaktus FISIP Universitas Tadulako Tondo Palu Sulawesi Tengah
Email : achmadherman@gmail.com

Abstract
The pornography context previously and up to now still becomes a huge controversion in
our society which is complicated to be in the same point of view. Because there are many vari-
ables which influence the concept, moreover in determining the way of policy, such as culture
and custom. Basically, there should be a tool that control (social control) the behavior in order
that it can be responsible, particularly for those kinds of thing in expressing the moral value of
sexuality and sensuality. Because there are commonly perspective which are always used to
analyze or to discuss teh concept of pornography, they are mart point of view and pornography
it self (religion, culture, custom, etc).
This research intends to know the teenagers perception related to the pornography depic-
tions on the television programmes and also want to know their responses according to the
television programmes which contain of pornography. This research is designed particularly for
teenager between 16-18 years old and it was researched in three of senior high school in Palu,
Central Sulawesi. The sample were collected is stratified random sampling by giving the criteria
to make the social class of the whole population.
The result shows that the teenagers thought that most of the television programmes such
as film (41,8% male and 33,3% female) and “sinetron” (15,4% male and 20,6% female) contain
of pornography. Because ther are many erotic scenes like kissing and showing the breast which
is not approriate to be showed in public area.

Keywords : pornography, perception, television dan teenager

Pendahuluan atau merumuskan konsep pornografi yakni dari


Wacana pornografi dari dulu hingga saat perspektif seni dan perspektif pornografi itu sendiri
ini memang masih menjadi sebuah perdebatan yang (agama, budaya dan yang lainnya).
sulit untuk menyatu dalam sebuah cara pandang Cara pandang kedua perspektif inilah yang
yang sama. Hal itu disebabkan karena banyak mengakibatkan hingga saat ini batasan definisi
variabel yang ikut berperan didalam menentukan pornografi masih sangat kabur. Artinya satu pihak
konsep atau arah kebijakannya seperti budaya melihat bahwa sebuah kreatifitas yang dihasilkan
atau adat istiadat. Memang harus diakui bahwa -meski lebih banyak mempertontonkan aurat-
setiap perilaku manusia perlu alat kontrol agar jangan terlalu dini divonis menjadi hal yang berbau
perilaku yang dilakukan bisa dipertanggung- pornografi. Di pihak lain menganggap bahwa
jawabkan terutama dalam hal mengeksploitasi nilai- ketika sebuah kreatifitas -yang banyak mengumbar
nilai sensualitas dan seksualitas. Selama ini ada dua aurat- itu sudah ditampilkan di media massa maka
perspektif yang sering digunakan dalam melihat definisi seni berubah menjadi pornografi.

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008 121


Persepsi Remaja ...... Achmad Herman

Bercermin dengan kondisi di atas, jelas duplikasi tersebut. Tayangan-tayangan yang hadir
terlihat bahwa media massa mempunyai peran yang dihadapan mereka lebih banyak disuguhkan
signifikan didalam memberikan batasan atau tayangan yang sifatnya mengumbar kemewahan
konsep pornografi yang lebih jelas. Apalagi dan pornografi.
ditengah era globalisasi dengan derasnya arus Berbagai tayangan seperti film, komedi dan
informasi dan teknologi yang semakin hebat maka liputan tentang kehidupan anak remaja akan
media massa berfungsi untuk memberikan pen- dijadikan tolok ukur bagi para remaja untuk me-
cerahan tentang konsep yang hingga saat ini masih nyikapi pergaulan sehari-harinya. Bukan tidak
menjadi polemik di Indonesia. Bahkan dalam mungkin, para remaja selalu tidak mau ketinggalan
Seminar Sehari yang dilaksanakan di Jakarta (19/ terhadap berbagai informasi, pakaian ataupun cara
08/2004) tentang “Persepsi di Bidang Komunikasi: hidup yang telah dilihat di televisi. Akan tetapi
Aset Intelektualitas di Masa Depan” mengemuka bagaimana jika tayangan-tayangan yang hadir di
pemikiran bahwa ditekan-kan perlunya melakukan hadapan mereka banyak yang mengandung unsur
perlawanan terhadap media massa. Sering menga- pornografi? Lantas bagaimana para remaja di tiga
baikan etika dan moral sebagai implikasi dari Sekolah Menengah Atas di Kota Palu Provinsi
komersialisasi dan industrialisasi media. Sulawesi Tengah mempersepsi atau menyikapi
Harus diakui bahwa media sangat ampuh tayangan-tayangan pornografi tersebut?
didalam mengubah perilaku seseorang dalam
kehidupannya. Misalnya, opini publik (public opin- Landasan Teori
ion) adalah sebuah produk yang dihasilkan oleh Remaja dan Pornografi
sebuah media massa baik cetak maupun elektronik Kata pornografi sendiri baru muncul di
yang sangat berpotensi besar untuk melakukan Inggris di masa kepemimpinan Ratu Victoria
perubahan yang dimaksud. Realitas yang ditam- (1837-1901) yang mengembangkan etika sosial
pilkan oleh media massa cenderung dijadikan trend dan nilai moral yang puritan. Istilah ini muncul
bagi masyarakat agar tidak terkena syndrome karena kesalahpahaman masyarakat terhadap
kurang gaul atau tidak modis dan perilaku ini penemuan artefak dari penggalian bekas Kota
banyak ditemui di kalangan remaja. Pompeii dan Herculanum dekat Napoli di Italia
Remaja adalah kelompok umur yang Selatan.
sedang mengalami tahap perkembangan baik fisik Kenyataan ini menggambarkan bahwa di
maupun wawasannya. Artinya, menjadi remaja Pompeii pada masa itu telah memberlakukan etika
adalah sebuah proses kehidupan yang berat dengan social dan nilai moral yang berbeda dari keyakinan
begitu banyak penyesuaian dan cenderung masyarakat Eropa dibawah pimpinan Ratu Victo-
menimbulkan kecemasan. Lonjakan badani dan ria. Mayarakat Eropa kemudian menduga-duga
pematangan organ-organ reproduksi adalah bahwa benda peninggalam yang seperti itu pastilah
pekerjaan berat bagi remaja. Ditambah lagi berhubungan dengan tempat pelacuran, sehingga
perasaan seksual yang menguat akibat pubertas lahirlah istilah pornografi yang berasal dari kata
yang dialaminya. Hal ini terkadang membawa Yunani porne (pelacur) dan graphein (menulis).
remaja pada pola pikir antara lain: pendidikan seks Kemudian pada tahun 1857 Oxford Eng-
sama dengan pornografi, seks masih tabu untuk lish Dictionary member definisi pada kata
dibicarakan atau ketidaknyamanan membicarakan pornografi dengan “menulis soal-soal pelacur”,
tentang seks dengan keluarga atau orang lain dan sedangkan kamus Webster mendefinisikannya
lain-;ain sebagainya. sebagai “lukisan tak bermoral yang menghiasi
Fenomena di atas tidak sesuai dengan dinding-dinding ruangan untuk pesta liar seperti
realitas yang terjadi dalam kehidupan remaja, terdapat di Pompeii”.
bahkan perilaku duplikasi atau meniru-niru pada
diri remaja masih sangat kental. Maraknya stasiun Remaja dan Tayangan Pornografi
televisi swasta dengan menampilkan berbagai Berbagai kasus di atas, seolah menjelaskan
pilihan siaran juga ikut berpengaruh dalam proses bahwa realitas itu mengindikasikan remaja sebagai

122 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008


Achmad Herman Persepsi Remaja ......

pihak yang sangat rentan tatkala berhadapan Metode Penelitian


dengan tayangan berunsur pornografi di televisi. Penelitian ini menggunakan penelitian
Tanpa motivasi, tanpa kesadaran dan hanya khalayak dengan maksud untuk menguji atau
dilandasi atensi, mereka sudah tergerak untuk membuktikan tayangan-tayangan yang mengan-
melakukan peniruan berdasarkan apa yang mereka dung unsur pornografi. Tujuannya adalah untuk
lihat di televisi. mempersempit kesenjangan antara penelitian
Walau remaja mengaku mengetahui tekstual dan realitas di lapangan dengan melihat
operasi industri televisi, tetap saja peniruan itu apa yang dipersepsi remaja serta posisi pembacaan
dilakukan. Tampaknya asumsi teori belajar sosial mereka terhadap teks atau muatan media yang
(social learning theory) dari Albert Bandura yang dipermasalahkan.
menyatakan bahwa media mssa berfungsi Penelitian ini juga dirancang untuk kalangan
melakukan pembelajaran sosial yang ditanggapi remaja yang berusia 16-18 tahun dan persepsi
individu lewat peniruan, juga berlaku pada mereka terhadap tayangan pornografi di televisi.
kelompok remaja ketika berhadapan dengan Selain itu, penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah
tayangan pornografis. Menengah Atas (SMA) di Kota Palu Provinsi
Berbicara tentang pornografi, perempuan Sulawesi Tengah yaitu SMA Negeri 1, SMA
selalu menjadi obyek utama yang mempunyai Negeri 2 dan SMA Negeri 3.
peran yang sangat penting. Mulai dari cara Pemilihan ketiga SMA di atas didasarkan
bertutur, bersikap, berpakaian dan berpe-rilaku atas pertimbangan antara lain: sekolah yang
dapat dikemas menjadi sebuah tayangan yang berkualitas, peminat yang banyak, fasilitas
mengandung unsur pornografi. Variabel-variabel memadai dan berada di pusat kota. Kemudian
di atas telah menjamur memenuhi layar kaca kita penarikan sampel dilakukan secara acak
hamper setiap hari. Misalnya, Komedi Nakal dan distratifikasi, dalam hal ini peneliti memberikan
Fenomena (Trans TV), Nah Ini Dia (SCTV), kriteria yang jelas dalam membuat kelas-kelas
Sinema Malam dan Layar Tancep (Lativi) serta dalam populasi.
Komedi Tengah Malam (TV 7). Belum lagi Adapun jenis data dalam penelitian ini
tayangan-tayangan yang dikemas dalam bentuk adalah dat sekunder dan data primer. Sedangkan
acara lagu-lagu atau berupa film documenter. teknik pengumpulan datanya adalah dengan
Kehebatan media sebagai pembujuk yang menggunakan kuisioner, kemudian data dianalisis
kuat sudah terbukti sejak lama, karena media juga dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi
mampu membelokkan pola perilaku atau sikap- sederhana serta menjelaskan maksud atau arti
sikap yang ada terhadap suatu hal. Medialah yang setiap nilai yang diperoleh dari hasil penelitian.
mendorong khalayak untuk memilih apa yang
disukainya dan beralih dari pola perilaku yang satu Pembahasan
kepada pola perilaku yang lainnya. Pengetahuan Remaja dalam Menonton
Proses ini dijelaskan Wilbur Schramm Tayangan Pornografi di Televisi
bahwa setiap komunikasi yang sampai ke orang Sesuai dengan sifat televisi sebagai media
dewasa akan masuk ke situasi yang juga dialami pembujuk, media hiburan dan media informasi
oleh jutaan komunikasi sebelumnya, dimana maka remaja cenderung menggunakan televisi
kelompok rujukan sudah siap menyeleksi dan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dari 221
kerangka pikir sudah terbentuk untuk menentukan responden yang terdiri dari 102 laki-laki dan 119
penting tidaknya komunikasi itu. Komunikasi baru perempuan mengatakan bahwa tayangan yang
itu tidak akan menimbulkan goncangan, melainkan terbanyak unsur pornografi di televisi adalah film.
sekedar memunculkan sedikit riak perubahan Film adalah seni tetapi ia juga sebuah me-
yang prosesnya berjalan lambat dan arahnya dium komunikasi, begitu berpengaruh karena dapat
ditentukan oleh kepribadian kita sendiri (William meniru kenyataan pesan yang ia bawa sehingga
L. Rivers, dkk, 2003: 255). mudah sekali ditangkap bahkan oleh orang-orang
yang berpikiran sederhana sekalipun. Fenomena

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008 123


Persepsi Remaja ...... Achmad Herman

pornografi dapat dengan mudah dijumpai, seperti mini bahkan ada adegan bermesraan dan adanya
film mengandung unsur pornografi dalam bentuk mimik wajah yang menggoda.
pemain-pemainnya bermesraan, banyak mema- Musik dikatakan juga ada unsur pornonya
merkan aurat, bahkan ada yang telanjang (khusus walau persentasenya tidak sebanyak dengan
kategori ini umumnya film barat yang masuk dalam tayangan lain, unsur pornografinya berasal dari klip
layar kaca lewat TV kabel atau parabola). musik yang dihiasi dengan adengan bermesraan
Selengkapnya ada pada tabel berikut ini: dan aurat yang terbuka, merangsang yang disertai

Tabel 1
Bentuk-Bentuk Tayangan Yang Banyak Mengandung
Unsur Pornografi di televisi
No. Uraian Lk % Pr %
1. Sinetron 14 15,4 21 20,6
2. Film 38 41,8 34 33,3
3. Drama 11 10,8 17 16,7
4. Musik/ klip musik 8 8,8 17 16,7
5. Talk Show 1 1,1 3 2,9
6. Realiti Show 11 12,1 16 15,7
7. Iklan 19 20,8 11 10,8
Jumlah 102 100 119 100
Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

Dari tabel di atas juga menunjukkan bahwa goyangan sensual yang dapat menaikkan nafsu
iklan mempunyai unsur pornografi, dimana bahasa birahi. Umumnya klip tersebut berasal dari artis
iklan yang berkembang di tanah air memang barat yang masuk dengan mudah di televisi dengan
menampilkan bahasa seks sebagai segmen- kecanggihan teknologi. Bahkan pernah ada
segmen yang atraktif bagi pemirsanya. Kini telah ditayangan duel maut yang menghadirkan goyangan
terjadi gejala dengan berkembangnya iklan-iklan Inul Daratista, Dewi Persik, Anisa Bahar,dll.
dalam media massa yang semakin berani
menantang tatanan nilai budaya dan religius yang Pengetahuan Remaja tentang Arti Pornografi
hidup dalam masyarakat. Orang-orang semakin Di dalam benak remaja ada banyak
sulit untuk menghindarkan diri fakta sosial yang persepsi mengenai pornografi tergantunng dari
menampilkan tatanan nilai seksual. perspektif apa yang mereka gunakan untuk
Bahasa iklan adalah bahasa orang pasar mendefinisikan maksud dari pornografi tersebut,
dalam arti segala simbol bahasa yang ditampilkan seperti pada tabel 2. Persepsi terbanyak dengan
dapat dihalalkan, mulai dari pernyataan lucu yang 30,4% (laki-laki) dan 27,7% (perempuan) menya-
jorok hingga bahasa-bahasa pergaulan yang halus. takan bahwa pornografi itu berarti telanjang,
Kategori pornonya adalah banyaknya iklan yang artinya tidak ada sekat untuk melindungi anggota
menampilkan perempuan yang tampil mengoda badan yang merupakan aurat dari setiap manusia.
dengan busana seksi, aurat terbuka bahkan Persepsi ini hampir tidak jauh berbeda dengan
goyangan sensual dan mimik wajah yang mengoda. pornografi yang berarti melakukan tindakan
Bahkan terkadang barang yang hendak diiklankan bermesraan (berciuman, hubungan badan yang
berbeda jauh dengan konsep yang mereka tam- dilakukan bukan pada tempatnya) dan orang-
pilkan. orang yang memamerkan tubuhnya/auratnya yang
Tayangan Sinetron dan Reality Show tidak dalam hal ini memperlihatkan buah dada dan paha
luput dari tampilan-tampilan yang lebih banyak bukan pada tempatnya.
menonjolkan dengan memamerkan aurat dengan Dari tabel 2 hanya sedikit prosentase yang
menampilkan perempuan cantik yang berpakaian menyatakan bahwa pornografi itu adalah seni,

124 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008


Achmad Herman Persepsi Remaja ......

Tabel 2
Persepsi Remaja tentang Arti Pornografi

Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

sebagaimana yang dijadikan alibi bagi pekerja seni tayangan pornografi itu tidak ada, karena tayangan
hiburan. Remaja beranggapan bahwa kategori seni di televisi bisa menyebabkan proses terjadinya
hanya diidentikkan dengan hasil karya manusia imitasi sehingga dapat berpengaruh terhadap
yang memiliki nilai lebih dan nilai estetika yang proses adaptasi dan sosialisasi mereka sebagai
tergambar dalam bentuk nyata/benda bukan dalam remaja pada usia yang rawan.
bentuk memamerkan aurat dan menunjukkan
perbuatan/tindakan yang bertentangan dengan nilai Persepsi Remaja tentang Tayangan
agama dan kesusilaan. Pornografi di Televisi
Perkembangan industri telah menciptakan Seperti pada penjelasan pada halaman
tatanan nilai pasar baru, dengan banyaknya sebelumnya, remaja telah mendefinisikan mengenai
tayangan-tayangan yang dapat menyentuh gairah arti dari pornografi pada halaman ini mencoba
dan emosi pemirsa. Industri memanfaatkan segala untuk melihat apa yang mereka maksudkan dengan
sesuatu utuk mencapai tujuan, termasuk potensi tayangan yang memiliki unsur pornografi.
No. perempuan. Remaja melihat bahwa
Uraian Lk pornografi
% PrBerdasarkan
% pada beberapa definisi yang telah
1. Seni/ Keindahan 3
lebih mengekspoitasi kaum perempuan dimana 2,9 1dikemukakan
0,8 oleh remaja, tidak berbeda jauh
2. Memamerkan Aurat mayoritas
pemerannya (paha, buahdilakukan
dada) oleh 23 perempuan.
22,5 29dengan24,4
arti dari konsep tayangan yang mengan-
3. Telanjang 31 30,4 33 27,7
4. Perempuan
Berciuman, secara sadar atau tidak telah
bermesraan 29 memasuki
28,4 31dung26,0
unsur pornografi. Mereka mayoritas
5. Pakaianbudaya industri dan pasar. Oleh
serba minim/ketat/transparan 9 karena
8,8 itu 20menyatakan
16,8 bahwa sebuah tayangan di televisi
6. perempuan
Goyangan dijadikan potensi dari setiap
yang sensual 7 tayangan
6,9 5dikatakan
4,2 memiliki unsur pornografi apabila pemain
Jumlah
untuk memenuhi pundi-pundi uang102 bagi100pihak 119 100 dalam tayangan tersebut telanjang/
yang tampil
tertentu. bugil, pemainnya memamerkan auratnya (dada
Remaja merasakan bahwa manfaat dari dan paha) serta bermesraan.

Tabel 3
Persepsi Remaja tentang Tayangan Pornografi
No. Uraian Lk % Pr %
1. Tayangan yang memamerkan aurat 26 25,5 31 26,1
(paha, buah dada)
2. Tayangan yang banyak adegan 24 23,5 28 23,5
berciuman, berhubungan badan/
bermesraan
3. Tayangan yang pemainnya telanjang 27 26,8 31 26,1
4. Tayangan yang pakaian serba minim/ 12 11,8 13 10,9
ketat/ transparan
5. Tayangan dengan goyangan yang 9 8,8 10 8,4
sensual
6. Tayangan yang banyak kata jorok 4 3,9 6 5,0
Jumlah 102 100 119 100
Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008 125


Persepsi Remaja ...... Achmad Herman

Persepsi Remaja Tentang Unsur Pornografi bahwa dalam tayangan tersebut ada terkandung
Dalam Tayangan Bertema Remaja unsur lainnya yaitu unsur kemanusiaan, persa-
Banyaknya stasiun televisi di Indonesia, habatan, kompetisi, adaptasi dan mencari jati diri.
utamanya televisi komersil/swasta membuat
semakin beragam jenis tayangan yang dapat Persepsi Remaja tentang Tayangan Yang
dinikmati oleh masyarakat. Akibatnya, terjadi Mengandung Unsur Pornografi di Televisi
perang program acara televisi, mereka berlomba- Hadirnya tayangan yang mengandung unsur
lomba untuk menguasai pasar dengan menge- pornografi, jelas memiliki dampak bagi kalangan
luarkan tayangan-tayangan andalan. Berjaya dan remaja. Menyadari hal tersebut, remaja
menguasai pasar adalah suatu gengsi tersendiri dari perempuan dengan 35,3% (tabel 5) mengatakan
stasiun tersebut, tetapi akankah karena hanya bahwa tayangan tersebut masuk pada kategori

Tabel 4
Persepsi Remaja Tentang Unsur Pornografi
Dalam Tayangan Bertema Remaja

Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

mengejar keuntungan semata maka nilai-nilai tidak baik hingga sangat tidak baik. Alasan mereka
kesusilaan perlu dihilangkan? Berdasarkan hal pada umumnya, bisa menjadi contoh yang tidak
tersebut, perlu kiranya mengetahui persepsi remaja baik dalam bergaul/berinteraksi dengan lingkungan.
mengenai tayangan-tayangan yang ditampilkan oleh Berbeda dengan remaja laki-laki yang melihat
stasiun tersebut. tayangan yang memiliki unsur porno masuk pada
Dari tabel 4 khusus untuk tayangan remaja, kelas cukup baik hingga tidak baik. Perbedaan ini
unsur pornografinya berada pada skala seimbang bisa terjadi karena adanya perbedaan biologis
artinya remaja beranggapan bahwa tidak secara yang dapat mempengaruhi mereka dalam mem-
menyeluruh tayangan tersebut disentuh dengan berikan gambaran atau dari sudut pandang apa
unsur pornografi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mereka melihat, apakah perbedaan kebutuhan dan
100 persen tayangan yang bertema remaja perbedaan psikologis.
menampilkan unsur pornografi. Menurut remaja

Tabel 5
Persepsi Remaja Tentang Tayangan yang
Mengandung Unsur Pornografi di Televisi

Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

126 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008


Achmad Herman Persepsi Remaja ......

Persepsi Remaja tentang Kekerasan Seksual unsur pornografi adalah dapat memicu terjadinya
Akibat Tayangan Pornografi seks bebas. Menurut responden bahwa salah satu
Akhir-akhir ini perlakuan dan tindak penyebab terjadinya seks bebas yakni intensitas
pelecehan seksual menjadi pembicaraan yang melihat adegan-adegan yang dilakukan oleh orang
cukup ramai di media massa. Jenisnya pun telah beranjak dewasa. Hal ini bisa dipicu dengan
beragam, ada pelecehan dengan kontak fisik dan adanya tayangan yang sangat bebas, tanpa kontrol
adapula pelecehan dengan kata-kata. Kenyataan disekitarnya sehingga mereka dengan mudah
sekarang bahwa banyak anak-anak di bawah umur meniru adegan-adegan tersebut.
dan perempuan yang menjadi korban pelecehan Kasus: Responden mencontohkan ada
seksual, pencabulan bahkan perkosaan. Hal rekan mereka harus berhenti dari sekolah, hanya
tersebut termasuk dalam kekerasan seksual, karena mereka telah hamil tanpa melewati gerbang
karena dilakukan dengan tindakan pemaksaan pernikahan. Dari pengakuan mereka, hal ini
yang tidak diingiinkan oleh korban. disebabkan karena intensitasnya yang tinggi melihat
Remaja melihat dampak tayangan- film-film porno dan adengan yang membangkitkan
tayangan televisi yang mengandung unsur nafsu.

Tabel 6
Persepsi Remaja Tentang Pengaruh
Tayangan Pornografi Terhadap Seks Bebas
No. Uraian Lk % Pr %
1. Berpengaruh 96 94,1 117 98,3
2. Tidak Berpengaruh 6 5,9 2 1,7
Jumlah 102 100 119 100
Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

pornografi bisa mendorong terjadinya kekerasan Sikap Remaja terhadap Tayangan Pornografi
seksual. Remaja beranggapan pelaku pencabulan, Agar dampak negatif dari tayangan
pelecehan seksual bahkan perkosaan, pelakunya pornografi dapat diminimalisir maka proses adopsi
tidak pandang bulu dalam melihat korbannya. unsur-unsur pornografi harus diikuti oleh kesadaran
Misalnya: ada dari kalangan anak-anak yang remaja dalam menentukan sikap. Dari penelitian
melakukanyan pada anak perempuan seusianya ini, diperoleh bahwa remaja bersikap biasa saja
bahkan usia balita, setelah menonton acara televisi dan menikmati tayangan tersebut. Mereka seakan-
yang mengandung unsur pornografi. Bahkan ada akan tidak peduli dengan dampak negatif dari
orang tua melakukan tindakan pelaku pencabulan, tayangan tersebut, mereka bersikap masa bodoh
pelecehan seksual bahkan perkosaan kepada dan cuek dengan apa yang akan terkristal dalam
anak-anak dibawah umur, setelah melihat film In- dirinya. Mereka merasa dengan menonton televisi
dia di televisi yang sarat dengan adegan mesra dan berarti merasakan hiburan tanpa harus megerutkan
goyongan yang memacu adrenalin laki-laki. kening untuk memikirkan hal-hal yang berat.
Dampak lain dari tayangan yang memiliki Alasan beberapa remaja yang bersikap

Tabel 7
Sikap Remaja Terhadap Tayangan Pornografi di Televisi
No. Uraian Lk % Pr %
1. Biasa saja 43 42,2 55 46,2
2. Memindahkan saluran 1 1,0 1 0,8
3. Menikmati tayangan tersebut 40 39,2 56 47,1
4. Terbawa nafsu 18 17,8 4 3,4
5. Takut - - 3 2,5
Jumlah 102 100 119 100
Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008 127


Persepsi Remaja ...... Achmad Herman

biasa saja, karena mengganggap apa yang dengan yang mau diajak khususnya remaja laki-
ditampilkan memang seperti itu adanya artinya laki jumlah cukup besar jika dibandingkan untuk
tayangan yang ada unsur pornografinya merupakan remaja perempuan. Hal ini dikarenakan mereka
kesatuan dari tayangan tersebut jika dihilangkan merasa malu dan takut.
akan mengganggu alur atau cerita dari tayangan Sikap terbanyak yang dipilih oleh remaja
tersebut. Sehingga bukan suatu keharusan untuk adalah mereka masih penuh pertimbangan dengan
memindahkan atau beralih ke stasiun televisi yang melihat status atau bentuk media/tayangan. Sikap
lain. Bahkan yang takut menonton hanya 2,5 %, ini mencerminkan masih ada kebimbangan, masih
selebihnya seolah tidak peduli dan menikmati ada pemikiran untung rugi, masih ada pertentangan
tayangan tersebut. Hal ini sangat memprihatinkan antara ketakutan dan keberanian serta masih ada
bagi terbentuknya kualitas remaja yang agamis. pertentangan nilai manfaat atau tidak bermanfaat.

Tabel 8
Sikap Remaja Terhadap Tayangan Pornografi yang masih ada di Televisi
No. Uraian Lk % Pr %
1. Biasa saja 67 65,7 74 62,2
2. Tidak melihat tayangan tsb 1 1,0 1 0,8
3. Menikmati tayangan tersebut 32 31,3 43 36,1
5. Melakukan protes 2 2,0 1 0,8
6. Marah/ jengkel - - - -
Jumlah 102 100 119 100
Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

Tingginya frekuensi sikap remaja yang Di dalam keadaan yang normal, maka
biasa saja dan menikmati mempengaruhi mereka lingkungan pertama yang berhubungan dengan
dalam menentukan sikap terhadap tayangan anak adalah orangtua. Karena melalui lingkungan
poronografi yang masih ditayangkan di televisi, ini mereka melakukan sosialisasi awal, dimana
tidak ada remaja remaja yang merasa jengkel/ terjadi penanaman disiplin, kebebasan dan
marah terhadap tayangan tersebut. Bahkan hanya penyerasian. Apabila usia anak mencapai tahap

Tabel 9
Sikap Remaja Terhadap Ajakan untuk Melihat Tayangan Pornografi
No. Uraian Lk % Pr %
1. Mau ikut 35 34,3 18 15,1
2. Tidak Mau Ikut 21 20,6 32 26,9
3. Tergantung Medianya/ Tayangannya 46 45,1 69 58,0
Jumlah 102 100 119 100
Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

segelintir remaja yang mau melakukan protes remaja, maka penanaman nilai- nilai tersebut harus
terhadap tayangan yang mengandung unsur tetap dipertahankan, akan tetapi dengan cara lain,
pornografi yang masih beredar di televisi (tabel 8). sesuai dengan pertumbuhan jiwa remaja.
Sikap tersebut di atas, sangat berhubungan
dengan keinginan remaja untuk melihat tayangan Persepsi Remaja tentang Sikap Orang Tua
yang mengandung unsur porno, hanya 20,6% Terhadap Tayangan Pornografi
remaja laki-laki dan 26,9 % remaja perempuan Remaja secara psikologis termasuk dalam
yang tidak mau untuk diajak menonton tayangan usia yang dianggap rawan, oleh karena usia ini
tersebut (tabel 9). Persentase ini berbeda jauh remaja sedang mencari identitasnya. Khusus dalam

128 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008


Achmad Herman Persepsi Remaja ......

hal ini sikap orangtua terhadap anaknya ketika pola-pola yang sudah ada dan mengarahkan orang
mendapatkan atau secara bersama-sama melihat untuk percaya pada suatu bentuk dalam realita
tayangan yang mengandung unsur pornografi, kehidupan. Kedua, media massa bisa menciptakan
hanya 12,7% (laki-laki) dan 18,5% (perempuan) keyakinan baru mengenai sesuatu yang sebelumnya
yang menyatakan orangtuanya memberikan mereka belum / kurang tahu. Ketiga, media massa
bimbingan/arahan. Fakta ini menunjukkan bahwa (televisi) bisa mengubah norma-norma yang sudah
hanya sedikit orangtua yang memperhatikan berlaku, dan karenanya mengubah bentuk perilaku
bentuk tayangan yang dinikmati oleh anaknya atau semula menjadi perilaku lain.

Tabel 10
Sikap Orang Tua Terhadap Tayangan Pornografi di Televisi
No. Uraian Lk % Pr %
1. Biasa Saja 72 70,6 65 54,6
2. Melarang Menonton 11 10,8 24 20,2
3. Marah 6 5,9 8 6,7
4. Memberikan Bimbingan 13 12,7 22 18,5
Jumlah 102 100 119 100
Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2008

memberikan bimbingan tentang dampak/bahaya Kesimpulan


dari tayangan pornografi. Bentuk bimbingan yang Hampir semua anggota masyarakat,
dilakukan adalah berdasarkan pada agama dan khususnya anggota keluarga di rumah, telah
adat yang dianut oleh keluarga masing-masing. menjadi muara yang berkelanjutan dari fakta-fakta
Tabel di atas menunjukkan bahwa orangtua sosial yang bermakna seksual yang ditrans-
remaja lebih banyak yang bersikap biasa saja, formasikan oleh media massa terutama televisi.
alasannya sikap orangtua mereka sangat beragam: Berdasarkan dari beberapa persepsi remaja dalam
dikatakan bahwa orangtua mereka menganggap penelitian ini, maka remaja dapat dikelompokkan
mereka telah mampu memikirkan yang baik dan sebagai berikut: (1) Kelompok remaja yang sangat
benar, menganggap tayangan tersebut hal yang loyal terhadap tatanan nilai tradisional dan tatanan
kecil/sepele, orang tua mereka menganut paham nilai teligius. Dalam penelitian ini, sangat sedikit
kebebasan/demokrasi. remaja yang termasuk dalam kategori kelompok
Reaksi orang tua yang melarang menonton ini. (2) Kelompok remaja yang berposisi ditengah-
hanya terbanyak pada remaja perempuan tengah, tidak terlaku loyal terhadap tradisi tetapi
(20,2%), alasannya perempuan memiliki sifat labil, tidak juga terlalu maju menjadi pelopor paham
lemah dan mudah terpengaruh, dominan meng- modernisme, mereka berposisi di atas tiupan angin
gunakan perasaan sehingga mudah tersentuh. dan mengikuti kemana angin bertiup. Dalam
Persentase orangtua yang marah ketika anaknya penelitian ini, sangat banyak remaja yang termasuk
melihat tayangan pornografi tidak sampai 10%, ini dalam kategori kelompok ini. (3) Kelompok
menunjukkan hanya kurangnnya pengawasan ketat remaja yang secara terbuka dan terang-terangan
yang dilakukan oleh orangtua sekarang ini, menyatakan diri sebagai kelompok model yang
lemahnya kekuatan orangtua untuk memberi loyal mengikuti arus kebebasan, tatanan nilai Lib-
sanksi. eral dan tatanan kehidupan material serta
Dari beberapa persepsi remaja di atas kesenangan. Dalam penelitian ini, cukup banyak
maka dikatakan bahwa ada tiga cara di mana remaja yang termasuk didalam kategori kelompok
media massa (televisi) secara potensial mempe- remaja ini.
ngaruhi norma-norma dan batasan-batasan situasi Media massa (televisi) bisa menciptakan
perorangan. Pertama, isi pesan bisa memperkuat keyakinan baru mengenai sesuatu hal dimana

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008 129


Persepsi Remaja ...... Achmad Herman

sebelumnya remaja belum tahu/kuranng tahu dan merespons, mempelajari, memilah, budaya apa
dapat mengubah norma-norma yang sudah berlaku yang ditampilkan dalam tayangan televisi.
sehingga menjadi rerilaku lain dalam masyarakat. Kemudian mereka harus menentukan sikap
Remaja tidak sepakat bahwa pornografi dengan tatanan nilai budaya di Indonesia dan
itu seni, mereka sepakat bahwa pornografi itu tatanan nilai religius. Kedua, untuk orang tua:
berarti tayangan yang pemainnya telanjang, memberikan kebebasan yang bertanggung-jawab
memamerkan Aurat (paha dan buah dada), kepada remaja dan harus bisa menjadi Parent
bermesraan/berciuman/hub.badan. Dapat disim- Guide bagi anak-anaknya. Ketiga, untuk
pulkan bahwa konsep pornografi adalah gambar pemerintah: perlu kiranya memberikan/
hidup/tidak hidup tanpa nilai seni yang mengandung menetapkan definisi/atau batasan dari pornografi,
timbulnya gairah seks. agar masyarakat mendapatkan acuan dalam
Tayangan-tayangan pornografi di televisi melihat tayangan di telivisi dan perlu diberdayakan
paling banyak terkandung dalam Film kemudian lagi Lembaga Sensor Film.
di susul oleh sinentron dan iklan. Bahkan terjadi
eksploitasi potensi seksual perempuan dalam Daftar Pustaka
tayangan tersebut. Tayangan tersebut termasuk Armando, Ade, 2007, Mengupas Batas
dalam unsur pornografi untuk kriteria memamerkan Pornografi. Jakarta: Kementerian Negara
aurat dan bermesraan, Remaja merasa perlu PP RI.
adanya batasan usia dan waktu khusus dalam Astuti, Santi Indra, 2006, Geliat Pornografi:
menampilkan tayangan pornografi. Remaja Dari Tampilan di Layar Kaca Sampai
termotivasi oleh rasa ingin tahu dalam melihat Persepsi Khalayak. Jakarta: Media
tayangan pornografi. Center/The Habibie Center.
Persepsi remaja bahwa tayangan Bulaeng, AR., 2003, Metode Penelitian
pornografi memiliki dampak negatif, yaitu dapat Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta:
merusak moral remaja, dapat memicu terjadinya Andi Offset.
pelecehan seksual/kekerasan seksual bahkan bisa Jahja, Saktiyanti Rusfadia dan Muhammad Irvan,
berdampak pada tingginya remaja melakukan seks 2006, Menilai Tanggung Jawab Sosial
bebas. Sikap orangtua terhadap tayangan Televisi. Jakarta: Piramedia.
pornografi yang ditonton oleh remaja, lebih banyak Mc Quail, Denis (Aminuddin Ram, pen), 1996,
bersikap demokratis, memberikan kebebasan dan Teori Komunikasi Massa. Jakarta:
hanya sedikit yang menjadi Parents Guide dalam Erlangga.
melindungi anak-anak/remaja dari segala bentuk Rivers, William. L, dkk (Dudy Priatna, pen), 2004,
provokasi market tentang tayangan-tayangan yang Media Massa dan Masyarakat Modern.
dikemas dengan tatanan nilai seksual. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Hasil penelitian ini akan menuju pada Severin, Warner J dan James W. Tankanrd, Jr.,
kesimpulan bahwa persepsi remaja di beberapa 2005, Teori Komunikasi: Sejarah,
kota-kota besar di Indonesia terhadap tayangan Metode dan Terapan dalam Media
pornografi juga sama dengan yang dialami di Kota Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Palu. Bahkan sebaliknya, persepsi itu tidak terlalu SUARA APIK, 2005, Pornografi: Moralitas
dominan disebabkan karena Kota Palu belum Laki-Laki vs Moralitas Perempuan. Ja-
termasuk sebuah kota besar dimana masih sedikit karta: LBH APIK
jangkauan siaran televisi swasta yang bisa
disaksikan tanpa menggunakan alat bantu seperti
parabola.
Oleh karena itu, ada beberapa rekomen-
dasi atau saran-saran antara lain: pertama, untuk
remaja: remaja hendaknya memiliki cultural
choices artinya remaja harus mampu memilih,

130 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008

You might also like