You are on page 1of 101

ESSAY

PENGARUH HYPNOBIRTHING

Disusun Oleh :
Lulu Rahmadillah
NIM : P20624219016

KEMENTERIAN KSEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN CIREBON
2020/2021
.
Vol 6, No 4, Oktober 2020 : 504-509

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN KALA II PADA IBU


BERSALIN PRIMIGRAVIDA

Desy Syswianti1, Tri Wahyuni2, Dina Mardiana3

1,2STIKes Karsa Husada Garut 1email: syswianti82desy@gmail.com 2email:


tri3wahyuni2014@gmail.com

3Puskesmas Tarogong

3email: dinamardiana80@gmail.com

ABSTRACT

Background: The labor process does not run smoothly if it is not handled properly.
Hypnobirthing is an alternative to speed up the labor process. This technique aims to make the
mother have a calm spirit with positive energy, which helps relieve pain and anxiety during
contractions which have an impact on weakening the uterine contractions and causing the labor
process to take a long time. Hypnobirthing can eliminate fear of women during childbirth so that
the uterine muscles relax. This will make labor easier and lead to a stress-free delivery.
Purposes: To find out the comparison of the length of the second stage of labor in mothers who
apply hypnobirthing and do not apply hypnobirthing, as well as to analyze the effect of
hypnobirthing on the duration of the second stage of labor at the Midwife Practice Dina Garut.

Methods: This research is a quasy experiment, with posttest only with control group design. The
research was conducted at the Practical Midwife Dina Garut. The sample was selected by
purposive sampling, as many as 20 pregnant women for each sample group. Data collection was
carried out by observation using the observation sheet for the duration of second stage labor. The
data analysis used was the independent sample t test.

Results: The results showed that the average of second stage length of labor in the experimental
group was

20.24 minutes and the standard deviation was 3.0758. The average of second stage length of
labor in the control group was 20 – 45 minutes and the standard deviation was 7.3045.
Independent sample t test results obtained t of

-8.746 and p of 0.000 (p <0.05), so hypnobirthing affects the length of second stage of labor.

Conclusion: Hypnobirthing influences the length of second stage of labor in primigravida


mothers at BPM Midwife Dina Garut.

Suggestion: BPM Dina in particular and in general all midwives in the Garut area, in order to be
able to apply to all pregnant women regarding hypnobirthing at an affordable cost, and apply to
the entire delivery process

Keywords: Hypnobirthing, the length of second stage of labor

ABSTRAK
Latar Belakang: Proses persalinan tidak berjalan lancar jika tidak ditangani dengan benar.
Hypnobirthing menjadi alternatif untuk mempercepat proses persalinan. Teknik ini bertujuan
agar ibu memiliki jiwa yang tenang dengan energi positif, yang membantu menghilangkan rasa
sakit dan kecemasan selama kontraksi yang berdampak pada melemahnya kontraksi rahim dan
menyebabkan proses persalinan berjalan lama. Hypnobirthing dapat menghilangkan rasa takut
pada wanita saat melahirkan sehingga otot rahim menjadi relaksasi. Hal ini akan mempermudah
proses persalinan dan menyebabkan persalinan yang bebas stres.

Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan lama persalinan kala II pada ibu yang menerapkan
hypnobirthing dan tidak menerapkan hypnobirthing, serta menganalisis pengaruh hypnobirthing
terhadap lama persalinan kala II di Bidan Praktik Dina Garut.

Metode: Penelitian ini merupakan quasy eksperimen, dengan posttest only with control group
design. Penelitian dilakukan di Bidan Praktik Dina Garut. Sampel dipilih dengan purposive
sampling, sebanyak 20 wanita hamil untuk setiap kelompok sampel. Pengumpulan data
dilakukan secara observasi dengan menggunakan lembar observasi lama persalinan kala II.
Analisis data yang digunakan adalah uji t sampel independen.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama persalinan kala II pada kelompok
eksperimen adalah 20,24 menit dan standar deviasi adalah 3,0758. Rata-rata lama persalinan kala
II pada kelompok kontrol adalah 20 – 45 menit dan standar deviasi adalah 7,3045. Hasil uji t
sampel independen diperoleh t sebesar -8,746 dan p sebesar 0,000 (p <0,05), sehingga
hypnobirthing berpengaruh terhadap lama persalinan kala II.

Kesimpulan: Hypnobirthing berpengaruh terhadap lama persalinan kala II pada ibu primigravida
di BPM Bidan Dina Garut.
Saran Bidan Praktik Dina khususnya dan secara umum seluruh bidan yang ada di wilayah Garut,
agar dapat menerapkan kepada seluruh ibu hamil mengenai hypnobirthing dengan biaya yang
terjangkau, dan menerapkan pada seluruh proses persalinan

Kata Kunci: Hypnobirthing, Lama Persalinan Kala II

PENDAHULUAN

Salah satu kodrat perempuan adalah melahirkan anak, di mana dalam prosesnya ibu melahirkan
akan merasakan sakit. Proses persalinan yang berjalan normal dan tanpa adanya komplikasi
menjadi sebuah pengalaman positif sekaligus memuaskan bagi ibu melahirkan. Komplikasi yang
terjadi selama persalinan menjadi salah satu penyebab kematian ibu melahirkan. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh bahwa kejadian komplikasi persalinan prosentasenya yang terbesar
adalah persalinan lama, selanjutnya perdarahan dan preeklamsia (Widiawati, 2019).

Menurut Mochtar (Wildan, Jamhariyah, & Purwaningrum, 2013) proses persalinan meliputi 4
kala, di mana kala I adalah waktu pembukaan serviks 1 – 10 cm. Kala II adalah waktu
dikeluarkannya janin. Kalau II merupakan kala dilepaskan dan dikeluarkannya uri. Adapun kala
IV digunakan untuk observasi post partum pada 2 jam pertama.

Persalinan Kala II terjadi setelah pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada fase aktif
ibu mengejan, keseluruhan tempo aktivitas akan berubah, aktivitas uterus mengalami perubahan
dan hal ini menyebabkan respon ibu pada persalinan sering kali berubah dari konfulsi dan
kehilangan kontrol menjadi aktivitas mengejan yang kuat sampai bayi lahir. Hal ini disamping
diperlukan stamina dan keberanian ibu, juga keyakinan terhadap keterampilan bidan yang
membantu proses kelahiran (Rini, 2010).
Proses persalinan apabila tidak ditangani secara baik menyebabkan proses persalinan tidak
lancar, dan menyebabkan persalinan yang lama (Astuti & Noviyanti, 2015). Respon stres
menjadi faktor yang menempati urutan paling atas sebagai salah satu faktor penyebab persalinan
lama (Wildan, Jamhariyah, & Purwaningrum, 2013). Stres pada ibu melahirkan berdampak pada
melemahnya kontraksi rahim dan menyebabkan proses persalinan berjalan lama, bahkan
berpotensi menyebabkan kematian ibu melahirkan (Prawirohardjo, 2010).

Hypnobirthing menjadi sebuah alternatif untuk mempercepat proses persalinan. Teknik ini
merupakan alternatif alami agar ibu hamil mempunyai jiwa yang lebih tenang dengan energi

Positif, yang dapat membantu untuk meringankan rasa sakit dan kecemasan saat mengalami
kontraksi, sehingga mempercepat proses persalinan (Syahda & Ramaida, 2017). Hypnobirthing
mengekspolarasi mitos yang menyatakan bahwa adalah wajar apabila persalinan merasakan
sakit, dan pada saat persalinan normal, hal ini dibutuhkan. Apabila rasa takut pada wanita saat
melahirkan dapat dihilangkan, maka akan terjadi relaksasi pada otot tubuhnya termasuk otot
rahim. Hal ini akan mempermudah proses persalinan dan menyebabkan persalinan yang bebas
stres (Sariati, Windari, & Hastuti, 2016). Hypnobirthing dapat memberikan sugesti bahwa proses
persalinan itu nikmat (Devi, Sulastriningsih, & Tiawaningrum, 2018).

Tujuan dari metode ini adalah mencegah terjadi proses persalinan yang lama karena faktor
psikologis ibu yaitu perasaan takut dan cemas dalam menghadapi persalinan. Pada
hypnobirthing, digunakan teknik relaksasi mendalam, pola pernafasan lambat dan petunjuk cara
melepaskan endorfin dari dalam tubuh (relaksan alami tubuh), sehingga hal ini memungkinkan
ibu melahirkan menikmati proses persalinan yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses
pembedahan (Rini 2010).

Berbagai penelitian terdahulu yang dilakukan telah membuktikan bahwa penerapan metode
hypnobirthing berpengaruh untuk mempercepat persalinan pada kala I (Widiawati, 2019); (Devi,
Sulastriningsih, & Tiawaningrum, 2018); (Karuniawati & Fauziandari, 2017); (Nuryanti,
Nisman, & Siswosudarmo, 2017); (Astuti & Noviyanti, 2015). Sebuah penelitian terdahulu juga
membuktikan bahwa penerapan metode hypnobirthing berpengaruh untuk mempercepat
persalinan pada kala II (Rini 2010).
Penerapan hypnobirthing telah dilakukan kepada ibu hamil yang memeriksakan diri di BPM
Bidan Dina Garut. Penerapan hypnobirthing dilakukan di luar jam periksa, dan ibu hamil harus
membayar biaya hypnobirthing tersebut. Hal ini menyebabkan tidak semua ibu hamil dapat
mengikuti hypnobirthing yang diselenggarakan di BPN tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lama persalinan kala II pada ibu yang

Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 4, Oktober 2020

Tidak menerapkan hypnobirthing dan yang menerapkan hypnobirthing, serta menganalisis


pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan kala II di BPM Bidan Dina Garut.

METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan quasy experiment, dengan desain posttest only with control group design,
dimana terdapat dua kelompok, dengan kelompok kedua sebagai pembanding atau kelompok
kontrol. Efek yang diamati pada variabel dependen dilihat dari perbedaan skor posttest antar
kelompok (Salazar, Crosby, & DiClemente, 2015). Kelompok eksperimen dalam penelitian ini
dilakukan perlakuan hypnobirthing. Penelitian dilakukan di Bidan Praktik Dina Garut pada
Bulan Februari sampai dengan Juni 2020.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di Bidan Praktik Dina Garut

Pada periode Februari – Juni 2020. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan
purposive sampling, masing-masing sejumlah 20 responden untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara observasi, dengan
menggunakan lembar observasi lama persalinan kala II.

Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji t sampel independen. Sebelum
dilakukan analisis data, dilakukan uji normalitas data dengan one sample Kolmogorov- Smirnov
Test, sebagai persyaratan digunakannya statistik parametrik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden dapat dideskripsikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 1.

Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik Kel. Eksperimen Kel. Kontrol 2 p


Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur, responden kelompok eksperimen paling banyak
berumur 20 – 25 tahun, yaitu 13 responden (65,0%), dan paling sedikit berumur > 30 – 35 tahun,
yaitu 3 responden (15,0%). Responden kelompok kontrol, paling banyak berumur 20 – 35 tahun,
yaitu 17 responden (86,0%). Berdasarkan nilai 2 sebesar 2,200 dan p sebesar 0,333 (p>0,05),
maka tidak ada perbedaan karakteristik umur pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berdasarkan berat badan lahir bayi, responden kelompok eksperimen paling banyak

Memiliki bayi dengan berat lahir 2500 – 3000 gram dan > 3000 – 3500 gram, masing-masing 9
responden (45,0%). Responden kelompok kontrol, paling banyak memiliki bayi dengan berat
lahir 2500

– 3000 gram, yaitu 15 responden (75,0%). Berdasarkan nilai 2 sebesar 4,643 dan p
sebesar 0,098 (p>0,05), maka tidak ada perbedaan karakteristik berat badan lahir bayi
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Lama persalinan kala II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dideskripsikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.

Deskripsi Lama Persalinan Kala II

Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 4, Oktober 2020

Lama Persalinan Kala II Jumlah Minimal (Menit) Maksimal (Menit) Mean (Menit)
Std. Deviasi

Kelompok Eksperimen 20 15 25 20,24 3,0758

Kelompok Kontrol 20 20 45 35,75 7,3045

Tabel 2 menunjukkan bahwa rentang lama persalinan Kala II pada kelompok eksperimen adalah
15 – 25 menit dengan rata-rata sebesar 20,24 menit dan standar deviasi sebesar 3,0758. Rentang
lama persalinan Kala II pada kelompok kontrol adalah 20

– 45 menit dengan rata-rata sebesar 35,75 menit dan standar deviasi sebesar 7,3045.
Analisis Bivariat

Tabel 3.
Analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan kala II,
dilakukan dengan menggunakan uji t sampel independen. Uji t sampel independen merupakan
statistik parametrik, sehingga sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data, menggunakan uji one sample Kolmogorov- Smirnov. Adapun hasilnya dapat
dirangkumkan dalam tabel sebagai berikut:

Hasil Pengujian Normalitas Data

Variabel Z p Keterangan

Lama Persalinan Kala II (Kelompok Eksperimen) Lama Persalinan Kala II (Kelompok Kontrol)
0,168

0,170 0,143

0,134 Normal Normal

Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel lama persalinan kala II pada kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol, berdistribusi normal, karena mempunyai nilai p>0,5. Berdasarkan hal
ini,
Maka persyaratan digunakan uji t sampel independen sudah terpenuhi.

Hasil uji t sampel independen pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan kala II dapat
dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.

Hasil Uji t Sampel Independen

Variabel N Mean t p

Lama Persalinan Kala II (Kelompok Eksperimen) Lama Persalinan Kala II (Kelompok Kontrol)
20

20 20,24

35,75 -8,746 0,000

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata lama persalinan kala II kelompok eksperimen sebesar
20,24 menit dan kelompok kontrol 35,75 menit. Nilai t didapatkan sebesar -8,746 dengan p
sebesar 0,000. Berdasarkan nilai p < 0,05, maka disimpulkan bahwa hypnobirthing berpengaruh
terhadap lama persalinan kala II. Responden yang diberikan hypnobirthing mempunyai lama
persalinan kala II yang lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak diberikan hypnobirthing.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapatkan bahwa lama persalinan Kala II pada kelompok eksperimen adalah 15
– 25 menit dengan rata-rata sebesar 20,24 menit dan standar deviasi sebesar 3,0758. Rentang
lama persalinan Kala II pada kelompok kontrol adalah 20

– 45 menit dengan rata-rata sebesar 35,75 menit dan standar deviasi sebesar 7,3045. Proses
persalinan

Kala II pada primigravida biasanya berlangsung selama 2 jam dan pada multigravida biasanya
berlangsung berlangsung selama 1 jam (Rini, 2010). Responden dalam penelitian adalah ibu
primigravida, dan rata-rata waktu persalinan kala II masih jauh di bawah 2 jam, sehingga
persalinan kala II termasuk kategori lancar dan tidak lama, baik pada kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap persalinan kala II
adalah usia ibu. Semua responden penelitian berusia 20 – 35 tahun, sehingga aman untuk
melahirkan. Pada usia ini, maka perkembangan alat-alat reproduksi sudah
matang, sudah siap untuk kehamilan dan proses persalinan. Hal ini mengurangi terjadinya
komplikasi dalam persalinan, sehingga persalinan dalam dilakukan lebih cepat. Penelitian
terdahulu juga telah membuktikan pengaruh usia ibu terhadap lama

Persalinan (Ardhiyanti & Susanti, 2016).


Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 4, Oktober 2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hypnobirthing berpengaruh terhadap lama persalinan kala
II. Pemberian hypnobirthing terbukti mampu untuk mempercepat lama persalinan kala II.
Apabila melihat hasil penelitian terlihat bahwa beda rata-rata lama persalinan kala II pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terlihat bahwa hypnobirthing mampu untuk
mempercepat 15,5 menit persalinan kala II. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
terdahulu (Rini, 2010). Penelitian terdahulu juga membuktikan bahwa Pemberian hypnobirthing
terbukti mampu untuk mempercepat lama persalinan kala I (Widiawati, 2019); (Devi,
Sulastriningsih, & Tiawaningrum, 2018); (Karuniawati & Fauziandari, 2017); (Nuryanti,
Nisman, & Siswosudarmo, 2017); (Astuti & Noviyanti, 2015).

Respon stres menjadi faktor yang menempati urutan paling atas sebagai salah satu faktor
penyebab persalinan lama (Wildan, Jamhariyah, & Purwaningrum, 2013). Faktor lain yang
berpengaruh terhadap persalinan lama adalah kondisi psikologis ibu melahirkan, yaitu persepsi
ibu pada rasa nyeri serta tingkat kecemasan pada saat persalinan. Persepsi terhadap nyeri yang
berlebihan berdampak pada respon psikologis, sehingga menurunkan tingkat kontraksi rahim,
dan hal ini berakibat pada persalinan yang lama (Astuti & Noviyanti, 2015).

Hypnobirthing merupakan salah satu upaya nonfarmakologi untuk mengantisipasi adanya stres,
respon pada nyeri dan kecemasan yang berlebihan pada ibu saat menjalani proses persalinan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan telah membuktikan bahwa hypnobirthing mampu untuk
menurunkan nyeri pada persalinan (Legiati & Widiawati, 2017); (Astuti & Noviyanti, 2015), dan
juga menurunkan kecemasan menjalani persalinan (Sariati, Windari, & Hastuti, 2016).
Kecemasan saat persalinan menyebabkan pembuluh-pembuluh arteri yang mengarah ke rahim
berkontraksi dan menegang, sehingga menimbulkan rasa sakit. Ketika rasa cemas hilang maka
otot-otot akan melemas dan melentur, serviks dapat menipis serta membuka secara alami dan
mendorong bayi dengan mudah sehingga persalinan berlangsung lancar dan lebih cepat dengan
rasa sakit yang minimal. Hypnobirthing melalui teknik relaksasi dapat menghilangkan
kecemasan saat persalinan sehingga memberikan sugesti positif kepada ibu melahirkan bahwa
proses persalinan itu nikmat. Hal ini menyebabkan ibu melahirkan akan merasa rileks dan
nyaman, sehingga masa persalinan dilakukan dengan tenang. Kondisi rileks berpengaruh
terhadap alam bawah sadar, mengatur keselarasan tubuh dan kemudian otak akan mengalirkan
hormon endorfin yang

Berfungsi sebagai anestesi atau pembiusan yang alami, sehingga mengurangi rasa sakit dan
memberikan rasa nyaman, dan menghilangkan kecemasan ibu. Hal ini memberikan kelancaran
pada proses persalinan sehingga berlangsung lebih cepat.

KESIMPULAN

Hasil penelitian didapatkan bahwa lama persalinan Kala II pada kelompok eksperimen adalah 15
– 25 menit dengan rata-rata sebesar 20,24 menit dan standar deviasi sebesar 3,0758. Rentang
lama persalinan Kala II pada kelompok kontrol adalah 20

– 45 menit dengan rata-rata sebesar 35,75 menit dan standar deviasi sebesar 7,3045.

Hypnobirthing berpengaruh terhadap lama persalinan kala II. Pemberian hypnobirthing terbukti
mampu untuk mempercepat lama persalinan kala II. Apabila melihat hasil penelitian terlihat
bahwa beda rata-rata lama persalinan kala II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
terlihat bahwa hypnobirthing mampu untuk mempercepat 15,5 menit persalinan kala II.

SARAN
Apabila melihat hasil penelitian di atas, maka hendaknya Bidan Praktik Dina khususnya dan
secara umum seluruh bidan yang ada di wilayah Garut, agar dapat menerapkan kepada seluruh
ibu hamil mengenai hypnobirthing dengan biaya yang terjangkau, dan menerapkan pada seluruh
proses persalinan. Selain itu, hendaknya bidan juga membimbing ibu dalam proses
hypnobirthing pada saat persalinan. Apabila memungkinkan hendaknya dapat membuat suatu
SOP persalinan dengan memasukkan hypnobirthing dalam prosedur penatalaksanaan persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Y., & Susanti, S. (2016). Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Persalinan
Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(2), 83-87.

Astuti, I., & Noviyanti, N. (2015). Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Tingkat Nyeri dan
Kemajuan Persalinan Pada Ibu Bersalin di BPM Kota Cimahi. SEAJOM: The Southeast Asia
Journal of Midwifery, 1(1), 43-47.

Devi, T. E. R., Sulastriningsih, K., & Tiawaningrum,

E. (2018). Pengaruh Yoga Prenatal dan Hypnobirthing terhadap Proses Persalinan Kala I
pada Ibu Bersalin di BPM Restu Depok Periode Januari-Juni Tahun 2017. Jurnal Bidan, 4(1), 26-
32.

Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 4, Oktober 2020


Karuniawati, B., & Fauziandari, E. N. (2017). Hypnobirthing Terhadap Lama Persalinan Kala I.
Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 8(2), 110-116.

Legiati, T., & Widiawati, I. (2017). Hypnobirthing Effect on the Level of Pain in Labor.
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 13(2), 185-

190.

Nuryanti, Y., Nisman, W. A., & Siswosudarmo, R. (2017). Manfaat Latihan Relaksasi
Hypnobirthing Pada Proses Persalinan Kala

I. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 1(3), 200-206.

Prawirohardjo, S. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rini, S. (2010). Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Percepatan Lama Kala II Persalinan di


Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2010. Viva Medika, 3(5), 25-32.

Salazar, L. F., Crosby, R. A., & DiClemente, R.J. (2015). Research Methods in Health
Promotion. San Francisco: Jossey-Bass.
Sariati, Y., Windari, E. N., & Hastuti, N. A. R. (2016). Pengaruh Hypnobirthing terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin dan Lama Persalinan. Jurnal Ilmiah Bidan, 1(3), 35-44.

Syahda, S., & Ramaida, R. (2017). Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Kala I Pada Ibu Bersalin
di Klinik Pratama Mulia Medica Desa Sungai Buluh Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten
Kuantan Singingi Tahun 2015. Jurnal Endurance, 2(2), 151-157.

Widiawati, I. (2019). Melahirkan Nyaman dan Cepat dengan Hypnobirthing. Care: Jurnal Ilmiah
Ilmu Kesehatan, 7(1), 45-52.

Wildan, M., Jamhariyah, & Purwaningrum, Y. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap
Adaptasi Nyeri Persalinan Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di BPS Wilayah Puskesmas Patrang
Kabupaten Jember Tahun 2012. IKESMA, 9(1), 65-73.
Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 4, Oktober 2020

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PERSALINAN


KALA I FASE AKTIFDI BPM ISTRI UTAMI DAN TUTIK

PURWANI KABUPATEN SLEMAN

Zaiyidah Fathonya

Fakultas Kesehatan dan Ilmi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin E-mail :


zaiyidahfathony@gmail.com

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada
persalinan kala I fase aktif. Jenis penelitian ini eksperimen dengan rancangan Randomized
Controlled Trial (RCT). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
memeriksakan diri ke BPM Istri Utami dan BPM Tutik Purwani Kabupaten Sleman dengan
teknik pengambilan sampel secara random dengan 22 sampel pada masing-masing kelompok
perlakuan dan kontrol. Analisis data menggunakan chi square. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, rerata skor nyeri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdapat perbedaan
(p= 0,025). Hasil analisis multivariat model II didapatkan nilai OR dari variabel hypnobirthing
adalah 4,50 yang berarti ibu yang tidak diberikan hypnobirthing berpeluang 4,50 kali untuk
mengalami nyeri persalinan berat dibandingkan ibu bersalin yang diberikan perlakuan
hypnobirthing. Hypnobirthing yang dilakukan sejak kehamilan trimester III (usia kehamilan 32
minggu) yang diberikan sebanyak 3 kali dalam 3 minggu berpengaruh terhadap intensitas nyeri
saat persalinan kala I fase aktif.

Kata kunci : hypnobirthing, nyeri persalinan kala I

Abstract

The goal of this study is to determine the effect of the hypnobirthing on the pain intensity during
active phase I labor. This was research experiment with the design of Randomized Controlled
Trial (RCT. The population in this study were all pregnant women who went to the clinic of Istri
Utami and clinic of Tutik Purwani Sleman District by using a random sampling with 22 samples
in each treatment group and control group. Data analysis was using chi square. Based on the
results obtained, the mean pain scores between the treatment group and the control group there
were differences (p = 0.025). Multivariate analysis model II obtained from OR value
hypnobirthing variable is 4.50, which means the mother was not given hypnobirthing 4.50 times
likely to experience severe labor pain than mothers who are given treatment hypnobirthing.
Hypnobirthing undertaken since the third trimester of pregnancy (gestational age 32 weeks)
were given 3 times in 3 weeks affect the intensity of pain during active phase I labor.

Keywords : Hypnobirthing, Phase I Labor Pain


I. PENDAHULUAN

Persalinan merupakan proses fisiologis yang terjadi pada tiap kehamilan. Meskipun hal tersebut
merupakan proses fisiologis selalu dihubungkan dengan penderitaan. Nyeri pada persalinan
bukanlah hal yang baru dikenal sekarang tetapi sudah ada sejak jaman dahulu. Dari segi
psikologis, persalinan merupakan suatu kejadian yang penuh dengan stress pada sebagian besar
ibu bersalin yang meningkatkan rasa nyeri, takut dan cemas (Simkin et al., 2008).

Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh hampir
semua ibu bersalin. Nyeri persalinan merupakan sebuah pengalaman subyektif disebabkan oleh
iskemik otot uteri, penarikan ligamen uteri, ovarium, tuba fallopii dan distensi bagian bawah
uteri, otot dasar panggul dan perineum. Nyeri persalinan mulai timbul pada kala I fase laten dan
fase aktif (Reeder et al., 2011).

Pada penelitian yang dilakukan terhadap 2700 pasien inpartu di 121 pusat obstetri dan

Ginekologi dari 36 negara menemukan bahwa hanya 15% persalinan berlangsung tanpa nyeri
atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan nyeri hebat dan 20%
persalinan disertai nyeri yang sangat hebat (Bonica & Donald, 1999).

Nyeri pada persalinan merupakan masalah penting dalam asuhan kebidanan, karena efek yang
ditimbulkan oleh nyeri berpotensi membahayakan ibu dan janinnya. Nyeri persalinan dapat
mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamin dan kortisol yang menaikkan
aktivitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dan
akibatnya mempengaruhi lama persalinan ( Mander, 2004). Nyeri juga dapat menyebabkan
aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama. Nyeri
persalinan yang berat dan lama dapat mempengaruhi ventilasi, sirkulasi metabolisme, dan
aktivitas uterus. Nyeri yang menyertai kontraksi uterus akan menyebabkan hiperventilasi yang
berakibat pada penurunan kadar PaCO2. Salah satu bahaya kadar PaCO2 ibu yang rendah adalah
penurunan kadar PaCO2 janin yang akan menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin
bahkan berujung pada kematian janin (Mander, 2004).
Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I fase aktif sangat penting,
karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal
atau diakhiri dengan suatu tindakan dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang
sangat hebat (Mander, 2004). Beberapa metode sesuai hasil temuan ilmiah sudah dikembangkan
untuk manajemen nyeri saat persalinan, baik secara farmakologis maupun non farmakologis,
namun belum ada yang menjadi standar operasional prosedur dalam pelayanan kebidanan.
Menurut keterangan beberapa dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk menetapkan
suatu metode/ ilmu pengetahuan yang baru menjadi sebuah standar operasional prosedur
pelayanan kebidanan harus melalui banyak penelitian serta perlu diperhitungkan apakah nantinya
metode tersebut bisa diterima oleh masyarakat. Sebelum suatu kemajuan iptek ditetapkan sebagai
suatu kebijakan prosedur tetap pelayanan maka masih diperlukan proses

Uji coba terstruktur lewat berbagai uji penelitian, yang berhasil membuktikan bahwa perubahan
itu dapat direkomendasikan. Tidak jarang ketika kebijakan baru sudah ditetapkan dan
dilaksanakan ternyata pada evaluasi berikutnya hasilnya tidak menunjukkan konsistensi hasil
keluaran yang bermakna sehingga kebijakan yang baru itu perlu dievaluasi ulang. Era sekarang
meskipun sudah ada paradigma tentang evidence based medicine , implementasi hal hal tersebut
tak selalu mudah dapat dikerjakan.

Penatalaksanaan dalam mengatasi nyeri persalinan berdasarkan penelitian di sembilan rumah


nyeri, di Amerika Serikat tahun 1996, sebanyak 4171 pasien, yang persalinannya ditolong oleh
perawat-bidan menggunakan beberapa tipe penatalaksanaan nyeri untuk mengatasi nyeri. Ibu
bersalin tersebut sekitar 90% diantaranya memilih managemen nyeri dengan metode non
farmakologis, metode tersebut adalah pilihan yang disukai oleh ibu melahirkan (Nichols &
Helmick, 2000).

Bidan adalah praktisi yang memberi asuhan

Kebidanan. Dalam menjalankan profesinya bidan tidak boleh lepas dari standar kompetensi yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam komponen area kompetensi 4 tentang asuhan selama
persalinan dan kelahiran, salah satu pengetahuan dasar yang harus dimiliki bidan adalah tentang
pemberian kenyamanan dalam persalinan seperti kehadiran keluarga pendamping, pengaturan
posisi, hidrasi, dukungan moril dan pengurangan nyeri tanpa obat (Depkes, 2008).

Saat ini telah banyak metode penanganan nyeri tanpa obat yang dikembangkan berdasarkan hasil
penelitian, salah satu metode untuk mengatasi nyeri persalinan tanpa obat yang bisa
dikembangkan oleh bidan adalah metode persalinan dengan hypnobirthing. Hypnobirthing
merupakan tehnik melahirkan secara fisiologis, yang meliputi relaksasi mendalam, pola
pernafasan secara lambat dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam tubuh.
Hypnobirthing berarti proses melahirkan dengan hipnosis, ibu sepenuhnya sadar dan menikmati
proses persalinan. Metode ini berakar pada ilmu hipnosis dengan metode pendekatan kejiwaan
yang memberi kesempatan kepada wanita untuk

Berkonsentrasi, fokus, dan rileks, sehingga hypnobirthing lebih mengacu kepada hypnotherapy,
yakni latihan penanaman sugesti pada alam bawah sadar ibu, untuk mendukung alam sadar yang
mengendalikan tindakan ibu dalam menjalani persalinan (Mongan, 2007).

Hypnobirthing memungkinkan calon ibu untuk menikmati proses kelahiran yang aman, lembut,
cepat, dan tanpa proses pembedahan. Selain itu berguna untuk mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar proses persalinan. Hypnobirthing memadukan self hypnosis dan proses persalinan
alami, suatu proses penanaman sugesti positif ke alam bawah sadar, saat gelombang otak relaks
atau berada pada gelombang alfa atau theta. Terapi ini mengajarkan para ibu untuk memahami
dan melepaskan fear-tension-pain syndrome (sindrom takut-tegang-nyeri) yang seringkali
menjadi penyebab kenyerian dan ketidaknyamanan selama proses kelahiran (Mongan, 2007)

Hypnobirthing bisa dilakukan pada awal kehamilan untuk membantu ibu mengurangi keluhan-
keluhan selama kehamilan. Pada beberapa penelitian rata-rata mulai diajarkan pada umur
kehamilan > 30 minggu (Guthrie et al., 1984). Kelas hypnobirthing bisa dilakukan sekali dalam
seminggu sebanyak 3 kali pertemuan atau lebih, setiap sesi pertemuan memerlukan waktu sekitar
40 sampai 90 menit (Cyna et al., 2004; Marquet et al., 1999).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa hypnobirthing dapat meminimalkan dan menghilangkan


rasa takut, ketegangan, sindrom rasa nyeri dan kepanikan selama proses persalinan dan periode
setelahnya sehingga tidak menjadi trauma, cara alami mengurangi rasa nyeri dan keluhan saat
hamil dan bersalin (Alexander, 2009; Cyna, 2004). Pada penelitian lainnya hipnosis ditemukan
dapat mengurangi tingkat nyeri, mengurangi penggunaan sedatif, analgesi dan anastesi regional
selama persalinan, perempuan dengan hipnosis saat persalinan dilaporkan mengalami skala nyeri
yang lebih rendah dibanding perempuan yang tidak menggunakan hipnosis yaitu 6,3 dibanding
9,2 (Vusse, 2007).
Hypnobirthing mengajarkan level yang lebih dalam dari relaksasi untuk mengeliminasi stres
serta ketakutan dan

Kekhawatiran menjelang kelahiran yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri dan nyeri
saat bersalin (Flamer & Alladin 2007). Pada kelompok yang melahirkan dengan metode hipnosis
menunjukkan penurunan skor nyeri sampai tingkat median, dan adanya penurunan kebutuhan
akan analgesia dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ditemukan adanya penurunan nyeri
yang ditandai dengan lebih rendahnya penggunaan anestesi epidural dalam persalinan.
Penggunaan anestesi epidural pada kelompok ibu dengan hipnosis diri pada kelas antenatal
hanya sebesar 36% dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 53% (RR 0,68 [95% CI
0,47- 0,98]) (Cyna et al., 2004).

Goldman (1992), hypnobirthing tidak menimbulkan efek samping dibandingkan dengan


epidural, serta dari hasil penelitian

Penggunaan hipnosis untuk pengobatan rasa nyeri dapat ditemukan dalam catatan- catatan kuno
seperti literatur sejak tahun 1840an (Jensen & Mark, 2011), namun sebagian masyarakat masih
memiliki stigma yang negatif tentang hipnosis. Pada dasarnya tujuan hypnobirthing adalah untuk
menyiapkan ibu hamil untuk mendapatkan kepercayaan diri yang lebih, dalam menjalani proses
persalinan (Mongan, 2007).

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan rancangan Randomized Controlled Trial
(RCT). Jumlah sampel 44 orang Subjek pada penelitian ini adalah Ibu dengan usia kehamilan 32
minggu, usia 20 sampai 35 tahun, Taksiran berat janin 2500 sampai 3500 gram, presentasi
belakang kepala dan tidak mengalami gangguan pendengaran atau tuli. Kelompok terdiri dari
kelompok kontrol yang mendapat asuhan persalinan normal dan kelompok intervensi yang
mendapat metode hypnobirthing.

Analisis yang digunakan adalah chi-square tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05). Analisis
multivariat yang digunakan adalah Regresi logistik.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data hasil Penelitian ini diambil dari 44 subjek yaitu ibu hamil trimester III yang sudah dipilih
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel awal berjumlah 44 subjek yang diacak

Secara random kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, 22 orang kelompok kontrol dan 22 orang
kelompok perlakuan. Pada saat penelitian berlangsung terdapat 3 orang subjek yang drop out, 1
orang responden dari kelompok perlakuan dan 2 orang subjek dari

Kelompok kontrol. Dimana 3 orang subjek tersebut dirujuk atas indikasi medis saat persalinan
seperti KPD dan partus tak maju. Untuk menyamakan jumlah sampel antar masing-masing
kelompok maka jumlah kelompok perlakuan digenapkan menjadi 20.

A. Karakteristik Subjek

Tabel 1.

Distribusi frekuensi karakteristik subjek

Variabel Hypnobirthing n (%) Tidak Hypnobirthing n (%)

Paritas

Primipara
11 (55,0)

13 (65,0)

Multipara 9 (45,0) 7 (35,0)

Nyeri

Sedang

15 (75,0)

8 (40,0)

Berat 5 (25,0) 12 60,0)

B. Analisis Bivariat

Tabel 2.

Hubungan antara hypnobirthing dengan nyeri persalinan

Hypnobirthing
Tidak Ya

12 60,0 8

5 25,0 15

40,0 20

75,0 20

2,40 0,025

(1,03-5,55)
Tabel 3.

Hubungan antara paritas dengan nyeri persalinan

Variabel Nyeri persalinan

Berat SedangJlh RR p-value

N % n %

Paritas

Primipara

10 41,7 14 58,3

24

0,95

0,896

Multipara 7 43,8 9 56,3 16 (0,45-1,97)


Tabel 4.

Hubungan antara Paritas dengan Hypnobirthing

Paritas

Primipara Multipara

13 54,2 11

7 43,8 9

45,8

56,3

24 1,23 0,593

16 0,63-2,41
C. Analisis Multivariat

Tabel 5.

Hubungan antara hypnobirthing dan paritas dengan nyeri persalinan

Variabel Model I Model II

OR OR

(95%CI) (95%CI)

Hypnobirthing 4,65

(1,18-18,2)

Paritas 1,31

4,50
(1,16-17,3)

(0,32-5,25)

N 40 40

R2 0,166 0,162

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa hypnobirthing berpengaruh dalam menurunkan


intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif dengan nilai OR dari variabel hypnobirthing
adalah 4,50 artinya ibu bersalin yang tidak diberikan hypnobirthing berpeluang 4,50 kali untuk
mengalami nyeri persalinan berat dibandingkan ibu bersalin yang diberi perlakuan
hypnobirthing.

Sesuai dengan penelitian Vusse (2007) hipnosis ditemukan dapat mengurangi tingkat nyeri,
mengurangi penggunaan sedatif, analgesi dan anastesi regional selama persalinan, perempuan
dengan hipnosis saat persalinan dilaporkan mengalami skala nyeri yang lebih rendah dibanding
perempuan yang tidak menggunakan hipnosis yaitu 6,3 dibanding 9,2. Cyna et al (2006) juga
melaporkan hasil penelitiannya bahwa penggunaan anestesi epidural pada kelompok ibu dengan
hipnosis diri pada kelas antenatal hanya sebesar 36% dibandingkan dengan kelompok kontrol
sebesar 53% . Hal ini sejalan dengan Abassi (2009), yang melakukan penelitian dengan
pendekatan kualitatif didapatkan hipnosis bisa mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Semple &
Newburn (2011), juga telah melakukan research overview terhadap 5 studi dalam tinjauan
cochrane dan menjelaskan bahwa ibu hamil pada kelompok hipnosis sedikit yang menggunakan
anti nyeri dibanding ibu pada kelompok kontrol.
Bagian otak yang terlibat dalam sensasi nyeri adalah talamus, hipotalamus, formasio retikularis,
sistem limbik dan korteks serebri (Mander, 2004). Cingulated gyrus anterior (depan) merupakan
salah satu tempat-tempat di dalam otak yang dimodulasi atau diatur selama analgesia yang
ditimbulkan oleh hipnosis. Penekanan aktivitas saraf, korteks sensori dan sistem amygdalalimbig
tampaknya menghambat penafsiran emosional tentang sensasi-sensasi seperti nyeri (Cyna et al.,
2006).

Ketika persepsi nyeri sudah berubah menjadi rasa nyaman maka individu akan merasa aman.
Apabila individu berada di

Lingkungan yang aman, saraf vagus tidak bermielin bekerja aktif. Vagus tidak bermielin
menghantarkan sinyal saraf lebih lambat dibanding vagus bermielin, sehingga otak mempunyai
kesempatan untuk melakukan kompensasi terhadap nyeri. Saat saraf otonom mengaktivasi saraf
tidak bermielin tubuh akan merespon dengan immobilisation without fear. Dalam keadaan
immobilisasi tubuh akan meningkatkan ambang batas nyeri sehingga akan mempengaruhi
intensitas nyeri (Porges, 2012).

Salah satu penyebab dari nyeri adalah iskemia otot uteri yaitu penurunan aliran darah sehingga
oksigen lokal mengalami defisit akibat kontraksi arteri mometrium. Hipnosis bekerja dengan
baik dengan amigdala dan hipotalamus, untuk mengubah respon stres. Hipnosis memungkinkan
konsentrasi terfokus dan relaksasi, sehingga terjadi peningkatan oksigen ke seluruh sel-sel tubuh.
Peningkatan oksigen memiliki pengaruh besar pada penurunan respon otonom pasien terhadap
stres. Mengisi sel dengan oksigen melalui hipnosis mengurangi rasa nyeri seperti peregangan sel
otot meningkatkan aliran darah (yaitu oksigen) dan mengurangi rasa nyeri (Jensen & Mark,
2011)

Hypnobirthing ini tidak memiliki potensi efek samping terhadap bayi, mampu menghadirkan
rasa nyaman, rileks, dan aman menjelang kelahiran, membuat ibu mampu mengontrol sensasi
rasa nyeri pada saat kontraksi uterus, persiapan hypnobirthing bermanfaat bagi semua keluarga,
termasuk mereka yang karena memang mengalami suatu keadaan khusus, berada dalam kategori
resiko tinggi jika persalinan mereka berlangsung tidak seperti yang diharapkan (Brown &
Hammond, 2007). Temuan-temuan yang signifikan dari percobaan klinis tentang pendekatan-
pendekatan hipnotis untuk penanggulangan rasa nyeri, dan menyatakan bahwa hipnosis lebih
efektif daripada pengobatan placebo (Jensen & Patterson,2014).
IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Terdapat perbedaan intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif antara ibu bersalin dengan
metode hypnobirthing dan ibu bersalin tanpa metode hypnobirthing. Ibu bersalin yang tidak
diberikan metode hypnobirthing berpeluang 4,50 kali untuk mengalami nyeri berat dibandingkan
ibu dengan metode hypnobirthing.

B. Saran

Hypnobirthing bisa digunakan sebagai upaya mengurangi nyeri selama persalinan.


Hypnobirthing bisa dilakukan sendiri setelah sebelumnya mengikuti beberapa latihan di bawah
bimbingan pakar. Penelitian ini tidak meneliti faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan
(antenatal care, dilatasi serviks, tingkat kecemasan, tingkat pengetahuan, budaya, posisi dan
mobilisasi) untuk penelitian selanjutnya faktor-faktor tersebut perlu dimasukkan dalam analisis
variabel luar.

DAFTAR RUJUKAN

___ _, (2008) Kepmenkes RI Nomor: 369/Menkes /SK/ III/ 2007 Standar Profesi Bidan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia

Abbasi, M., Ghazi, F., Harrison, A. B., Sheikhvatan, M., Mohammadyari, F. (2009) The effect of
hypnosis on pain relief during labor and childbirth in iranian pregnant women, Int. J. Of Clin
Exp. Hyp, 57:2, 174-183

Alexander, B., Turnbull, D., Cyna, A. (2009) The effect of pregnancy on hypnotizability.
Americ. J. of Clin.Hyp, 52, 13–22.

Bonica, J.J., Mc Donald, J. S. (1999) Principles and Practise of Obstretic Analgesia and
Anesthesia. Philadelphia. Williams and Wilkins.
Brown, D. C., Hammond, D. C. (2007) Evidence- based clinical hypnosis for obstetrics, labor
and delivery, and preterm labor. Int J Clin Exp Hypn.;55(3):355-71

Cyna, A. M., Andrew, M .I.. McAuliffe, G. L. (2006) Antenatal self-hypnosis for labour

And childbirth: a pilot study. Anaesthia and Intensive Care 34(4): 464-9.

Cyna, A. M., McAuliffe, G. L., Andrew, M. I. (2004) Hypnosis for pain relief in labour and
childbirth. Br.J Anaesth. ;93(4):505- 11

Flammer, E., Alladin, A. (2007) The efficacy of hypnotherapy in the treatment of


psychosomatic disorders. Int J Clin Exp Hypn.;55(3):251-74

Goldman, L. (1992) The use of hypnosis in obstetrics. Psychiatr Med.

Jensen, M. P & Patterson, D. R. (2014) Hypnotic approaches for chronic pain management.
American psychologist vol. 69.

Jensen., Mark P. (2011). Hypnosis for Chronic Pain Management. New York. Oxford University
Press Lipton.

Mander, R. (2004) Nyeri Persalinan. Jakarta.

EGC.

Marquet, P., Faymonville, M. E., Degueldre, C. (1999) Functional neuroanatomy of hypnotic


state. Biological Psychiatry.

Melzack´s., Wall. (2006) Textbook of Pain. Elsevier Churchill Livingstone. British Library, 51-
52.
Mongan, M. (2007) Hypnobrithing: the Mongan Method. USA. Health Communications,Inc.

Nichols., Helmick. (2000) Chilbirth education, practice research and theory, edition 2.
Philadelphia London. WB Saunders.

Porges, S. W. (2012) Windows of Affect Tolerance Reflections on Childhood Distress,


Procedural Learned Tendencies, and the Therapeutic Dyad [based on Ogden]

Reeder, S. J., Martin, L. L., Koniak-Griffin,

C. (2011) Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga Volume 2


Ed 18. Jakarta. EGC

Semple, A., Newburn, M. (2011) Self hypnosis for labour and birth. NCT’s journal on preparing
parents for birth and early parenthood.

Simkin, P., Whalley, J., Keppler, A. (2008) Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.
Jakarta. Arcan.

Vusse, L. V. (2007) Hypnosis for childbirth : A Retrospective comparative analysis of outcomes


in one obstetrician’s practice. Americ. J. Of Clin Hyp. 50:2.
E-ISSN: 2614-5219

ARTIKEL PENELITIAN

Pengaruh Hypnobirthing terhadap Nyeri Persalinan pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif

Di Klinik Eka Sri Wahyuni dan Klinik Pratama Tanjung Tahun 2017

Melva1, Betty Mangkuji2, Intan Kumala Putri3, Evi Irianti4 1,2,3,4Poltekkes Kemenkes RI
Medan, Jurusan Kebidanan Medan Email: evidesman@gmail.com

Abstrak: Hypnobirthing dilakukan pada ibu bersalin bertujuan untuk menciptakan kondisi rileks
pada ibu sehingga dapat mengurangi ketegangan, kecemasan, dan meminimalkan rasa nyeri saat
persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap nyeri
persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif di klinik Eka Sri Wahyuni dan Klinik Pratama
Tanjung tahun 2017. Metode: Desain penelitian adalah non-equivalen control group design,
pemilihan sampel consecutive sampling terdiri atas kelompok kontrol dan perlakuan masing-
masing berjumlah 16 orang ibu inpartu pada bulan April-Juni 2017. Data yang digunakan adalah
sekunder dan primer. Data dianalisis uji Mann-Whitney. Hasil: Ada pengaruh hypnobirthing
terhadap nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif di Klinik Eka Sri Wahyuni dan Klinik
Pratama Tanjung tahun 2017(ρ= 0,000).

Kata kunci: Hypnobirthing, Nyeri Persalinan, Inpartu Kala I Fase Aktif


The Effect of Hypnobirthing On Pain

In Phase I Active Labor at Eka Sri Wahyuni Clinic And Pratama Tanjung Clinic 2017

Abstract: Hypnobirthing was performed on maternity to create a relaxing condition to reduce


tension, anxiety, and minimize pain during childbirth. This study aimed to determine the effect
of hypnobirthing on pain in phase I active labor at Eka Sri Wahyuni Clinic and Pratama Tanjung
Clinic in 2017. Methods: Design of study was a non-equivalent control group design, sample was
consecutive consist of a group of controls and treatment in 16 peoples in April-June 2017. Was
using secondary and primary data. Data analyzed with Mann-Whitney test. Result:
Hypnobirthing influence on inpartus maternity pain in active phase I in Eka Sri Wahyuni Clinic
and Tanjung Pratama Clinic in 2017 (ρ =0.000).

Key words: hypnobirthing, pain in labor, phase I active labor

57
E-ISSN: 2614-5219

PENDAHULUAN

Laporan dari World Health Organization (WHO), melaporkan bahwa setiap tahun lebih dari 200
juta wanita hamil, sebagian besar kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang
sehat, walaupun demikian pada beberapa kasus kelahiran bukanlah peristiwa yang
membahagiakan tetapi menjadi suatu masa yang penuh dengan rasa nyeri, rasa takut, penderitaan
dan bahkan kematian.(1)

Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Ibu tahun 2013, salah satu faktor psikologis yang
berdampak pada partus lama yaitu perasaan takut pada persalinan yang menimbulkan kesakitan
yang luar biasa, serta menimbulkan ketakutan kematian, baik ibu dan bayinya. Ketika seorang
wanita yang sedang bersalin tersebut takut baik secara sadar atau tidak sadar, tubuhnya menjadi
lebih tegang, tekanan darah meningkat, proses persalinan menjadi lebih lama dan lebih nyeri. (2)

Pusat Data Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia menjelaskan bahwa 15% ibu di Indonesia
mengalami komplikasi persalinan dan

22% menyatakan bahwa persalinan yang dialami merupakan persalinan yang menyakitkan
karena merasakan nyeri hebat dalam persalinan, sedangkan 63% tidak memperoleh informasi
tentang persiapan yang harus dilakukan guna mengurangi nyeri pada persalinan. (3)

Sebagian besar ibu bersalin mengalami rasa nyeri pada waktu melahirkan, namun intensitas rasa
nyeri tersebut berbeda pada setiap ibu bersalin. Perasaan takut pada waktu his amat subjektif,
tidak hanya bergantung pada intensitas his, tetapi bergantung pula pada keadaan mental
orangnya. Perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia dalam korpus uteri tempat
terdapat banyak serabut saraf dan diteruskan melalui saraf sensorik di pleksus hipogastrik ke
sistem saraf pusat. Walaupun prosesnya fisiologis, tetapi umumnya menakutkan karena disertai
nyeri berat.(4)

Berbeda dengan apa yang diteliti Afriyani (2012) bahwa pada persalinan pervaginam pada
primipara hypnobirthing tidak berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri pada persalinan

58

E-ISSN: 2614-5219

Pervaginam. (5) Felina (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa hypnobirthing


dapat menurunkan rasa nyeri pada proses persalinan ditandai dengan ada perbedaan tingkatan
rasa nyeri pada ibu inpartu kala I fase aktif yang diberlakukan dan tidak
diberlakukan teknik hypnobirthing. (6) Nanda (2015) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi
hypnobirthing terhadap penurunan nyeri pada persalinan kala I ditandai
dengan ibu inpartu merasa lebih tenang dalam menjalani persalinan. (7)
Beberapa pengalaman yang pernah dialami oleh ibu yang melahirkan bahwa hypnobirthing dapat
mengontrol diri ketika nyeri datang yang disebabkan kontraksi uterus sehingga ibu dapat
melahirkan dengan tenang, nyaman, lancar, dan tanpa rasa nyeri yang hebat. (8) Lebih lanjut
Indria (2015) menyatakan bahwa ada pengaruh hypnobirting yang signifikan terhadap penurunan
intensitas nyeri persalinan (9).

Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kondisi psikologis yang meliputi persepsi ibu pada rasa
nyeri dan cemas saat persalinan. (9)

Untuk memutuskan nyeri persalinan tersebut, dibutuhkan suatu metode yang dapat mengurangi
rasa cemas dan nyeri pada ibu dalam persalinan yang bisa menenangkan emosi ibu dan membuat
proses persalinan tersebut dapat dilalui dengan lancar. Salah satu metode yang dibutuhkan oleh
ibu yaitu tekhnik hypnobirthing.

(10) Hypnobirthing bertujuan agar ibu dapat melahirkan dengan nyaman, cepat, dan lancar dan
menghilangkan rasa sakit saat melahirkan tanpa bantuan obat bius apapun. Metode ini juga lebih
menekankan kelahiran dengan cara positif, lembut, aman, dan mudah. (8)

Studi pendahuluan yang telah dilakukan dari Desember 2016 sampai Februari 2017, diketahui
33,3% persalinan dengan teknik relaksasi hypnobirthing, maka persalinannya lancar dan menjadi
momen kebahagiaan bagi ibu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Hypnobirthing terhadap Nyeri Persalinan pada Ibu Inpartu Kala I Fase
Aktif di Klinik Eka Sri Wahyuni dan Klinik Pratama Tanjung Tahun 2017”.

59
E-ISSN: 2614-5219

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan desain non- equivalen control group design.
(12,11) Sampel terdiri atas kelompok kontrol dan perlakuan, setiap kelompok terdiri atas 16
orang, total keseluruhan 32 orang. Kriteria inklusi adalah Ibu hamil trimester III dengan TTP
pada bulan April-Juni 2017, mengikuti kelas ibu hamil, dan tidak mengalami komplikasi selama
proses penelitian berlangsung. Informed consent dan etichal clearance didapatkan sebelum
pelaksanaan penelitian. Analisis data dengan uji statistik Mann-Whitney ( α

= 0,05).

HASIL

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Ibu Inpartu Di Klinik Eka Sri Wahyuni dan Klinik
Pratama Tanjung Tahun 2017
No Karakteristik

Responden F %

Umur (th)

1 < 20 3 9,4

60

E-ISSN: 2614-5219
Gambar 1. Uji Mann Whitney. Pengaruh hypnobirthing terhadap nyeri persalinan pada ibu
inpartu kala I fase aktif, (p= 0.000)
Rata-rata umur ibu inpartu dalam penelitan ini antara 20-35 tahun dengan pendidikan rendah.
Rata-rata interval kehamilan ibu inpartu > 2 tahun dengan multipara dan kontraksi uterus adekuat
saat penelitian berlangsung. Pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi ibu inpartu umumnya
normal.

Berdasarkan gambar 1
Diketahui bahwa hypnobirthing mempengaruhi nyeri persalinan. Gambaran secara umum ibu
yang diberi hypnobirthing mengalami nyeri ringan (93,8%), sedangkan pada kelompok kontrol
umumnya mengalami nyeri sangat berat (56,3%) pada persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil uji
Mann- Whitney bahwa ada pengaruh hypnobirthing terhadap nyeri persalinan pada ibu inpartu
dengan kata lain ada beda nyata intensitas nyeri pada kelompok kontrol dan perlakuan (ρ=
0,000).

61

E-ISSN: 2614-5219
Gambar 2. Uji Kruskal Wallis. Pengaruh hypnobirthing terhadap pembukaan serviks pada ibu
inpartu kala 1 fase aktif, (p= 0.000)

Berdasarkan gambar 2 diketahui bahwa ada pengaruh hypnobirthing terhadap pembukaan serviks
pada ibu inpartu (uji Kruskal- Wallis, ρ= 0,000). Pengukuran pembukaan serviks berdasarkan
data partograf diketahui bahwa pada ibu inpartu dengan hypnobirthing baik primipara dan
multipara pembukaan serviknya dalam kriteria tidak memanjang. Sedangkan pada ibu inpartu
tanpa hypnobirthing baik primipara dan multipara sebagian besar (68%) pembukaan serviksnya
memanjang.

DISKUSI
Rasa nyeri mempengaruhi proses persalinan dengan lancar dan nyaman khususnya pada
primipara hal ini merupakan pengalaman pertama. (13) Hutahaean (2009) mengungkapkan
bahwa rasa nyeri pada satu persalinan dibandingkan dengan nyeri pada persalinan berikutnya
akan berbeda, karena perbedaan mekanisme pembukaan serviks yaitu pada primipara ostium
uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis,
sedangkan pada multipara ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit membuka serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama, sehingga nyeri pada multipara
cenderung lebih ringan dibanding dengan primipara. (14) Dari segi psikis primigravida
umumnya cemas dan takut menghadapi persalinan, sehingga merangsang tubuh mengeluarkan
hormon stressor yaitu hormon katekolamin dan hormon adrenalin, akibatnya uterus menjadi
semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam otot uterus berkurang karena arteri

62

E-ISSN: 2614-5219

Mengecil dan menyempit akibatnya rasa nyeri yang tak terelakkan. Ibu yang sudah mempunyai
pengalaman melahirkan mampu merespon rasa nyeri, melahirkan dalam keadaan rileks, lapisan
otot dalam rahim akan bekerja sama secara harmonis sehingga persalinan akan berjalan lancar,
mudah dan nyaman. (15)
Kontraksi uterus yang adekuat dapat menimbulkan rasa nyeri karena saat itu otot-otot rahim
memanjang dan kemudian memendek. Serviks juga akan melunak, menipis, dan mendatar,
kemudian tertarik. (16) Rasa cemas dan takut menyebabkan rasa nyeri dan membuat rahim
semakin keras berkontraksi. Psikologi stres memiliki efek fisik kuat pada persalinan. Hormon
stres seperti adrenalin berinteraksi dengan reseptor beta di dalam otot uterus dan menghambat
kontraksi dan memperlambat persalinan. (4)

Ketika seorang wanita yang sedang bersalin cemas dan takut tubuhnya menjadi lebih tegang,
membuat jantung memompa lebih cepat sehingga tekanan darah semakin tinggi, proses
persalinan

Menjadi lebih lama dan lebih nyeri.

(17)

Ibu inpartu yang tidak dipandu dengan hypnobirthing sebagian besar nyeri sangat berat (56,3%).
Tingkat nyeri yang dialami oleh ibu inpartu disebabkan oleh kondisi intranatal kala I, dimana
semakin meningkatnya kontraksi atau his, maka tingkat nyeri pada wanita intranatal akan
meningkat. (14) Dalam penelitian ini terdapat beberapa responden yang memiliki tingkat nyeri
dalam kategori menganggu kenyamanan. Kondisi ini disebabkan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kondisi nyeri responden. Sebagian besar ibu inpartu pada usia dewasa (20–35
tahun), dimana kemampuan mereka dalam merespon rasa sakit masih baik. Faktor lain adalah
adanya pengalaman persalinan sebelumnya.

(18) Data penelitan menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada persalinannya saat ini
merupakan multigravida. Sejalan dengan penelitian Prananingrum bahwa usia 20-25 tahun lebih
mampu merespon rasa nyeri persalinan. (19)
63

E-ISSN: 2614-5219

Berbeda dengan ibu inpartu yang dipandu hypnobirthing sebagian besar mengalami nyeri ringan
(93,8%). Dibandingkan dengan tingkat nyeri persalinan tanpa hypnobirthing terlihat ada
perbedaan yang signifikan tingkat nyeri yang dipandu hypnobirthing dengan tanpa dipandu
hypnobirthing. Hypnobirthing ditujukan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot
yang berperan dalam proses persalinan secara optimal, meningkatkan kadar hormon endorfin dan
epinefrin dalam tubuh untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri pada saat kontraksi
dan persalinan. (20) Hal yang sama juga diungkapkan Conny (2015), bahwa hypnobirthing dapat
menurunkan kecemasan, ketegangan, nyeri selama proses persalinan, meningkatkan kecepatan
dan kemudahan proses persalinan. (15)

Teknik hypnobirthing pada ibu inpartu selain mengurangi rasa nyeri dalam persalinan juga dapat
mempercepat pembukaan serviks pada ibu bersalin, hal ini disebabkan karena hypnobirthing
meningkatkan kontraksi uterus yang menghasilkan
Tekanan pada dinding uterus. Tekanan ini ditransmisi ke serviks, mengakibatkan serviks
mengalami penipisan dan dilatasi, penipisan dan dilatasi serviks mengakibatkan bentuk serviks
berubah. (21) Hal ini sejalan dengan penelitian Indria (2015) bahwa ada pengaruh hypnobirthing
terhadap kemajuan persalinan pada ibu bersalin. (9)

Teknik hypnobirthing yang dilakukan pada ibu inpartu kala I fase aktif dapat menenangkan dan
melepaskan ketegangan tubuh. (21) Hal ini akan menurunkan produksi katekolamin dan related
stress hormone sehingga pembuluh darah menjadi lebih lebar dan aliran darah ke rahim menjadi
lancar, sehingga meningkatkan kontraksi uterus. Terjadinya kontraksi uterus akan mempengaruhi
durasi his yang akan mempercepat pembukaan serviks. (22)

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini di dapatkan bahwa ada pengaruh hypnobirthing terhadap nyeri persalinan di
Klinik Eka Sri Wahyuni dan Klinik Pratama Tanjung tahun 2017. Disarankan bagi tenaga

64

E-ISSN: 2614-5219
Kesehatan bidan menerapkan hypnobirthing dalam asuhan ibu bersalin untuk mengurangi tingkat
nyeri persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fitriani, Rini. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Respon Adaptasi
Nyeri Pada Pasien Inpartu kala I Fase Aktif RSDIA Siti Fatimah Makassar.

2. Pieter, Heeri Zan. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan. Andi Offset: Yogyakarta. PP:
263-264.

3. Yuliasari D, Santriani E. 2015. Hubungan Counterpressure Dengan Nyeri Persalinan


Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Ibu Primipara Di Bps Hj. Sulastri, Amd.Keb
Pekalongan Lampung Timur Tahun 2013. Jurnal Kebidanan Vol.1 (1): 9- 12

4. Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo: Jakarta.


PP:171- 184

5. Afriyani, Try. 2012. Pengaruh Tehnik Hypnobirthing Terhadap


Nyeri Pada Persalinan Pervaginam pada Primipara di Klinik Bersalin Summi. KTI

6. Felina, Mutia. Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Nyeri Persalinan di Kecamatan Sungai


Tarab Kabupaten Tanah Datar. 2015. Jurnal Kesehatan Vol.7 (1):59-64

7. Nanda. Anggaini ED. 2015. Pengaruh Tekhnik Relaksasi Hypnobirthing terhadap


penurunan Nyeri pada Persalinan Kala I di BPS Lilik Sudjiati Hulu’an. Jurnal Ilmiah

8. Kuswandi, Lanny. 2014. Hypnobirthing a Gentle Way to Give Birth. Pustaka Bunda:
Jakarta. PP: 35-68

9. Astuti I, Noviyanti. 2015. Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Tingkat Nyeri dan


Kemajuan Persalinan Pada Ibu Bersalin di BPM. Cimahi. The Southeast Asian Journal of
Midwifery Vol.1 (1): 43-47

10. Aprillia, Yesie. 2010.

Hipnostetri. Gagas Medika: Jakarta. 40-51

11. Notoatmodjo, S. 2012.

Metodologi Penelitian

65
E-ISSN: 2614-5219

Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta. PP: 75-89

12. Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta: Jakarta. PP: 95-207

13. Maryunani, A. 2016. Nyeri Dalam Persalinan. Trans Info Medika: Jakarta Timur. PP:10-
15;98-110

14. Hutahaean, S. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Trans Info:
Jakarta. PP: 130-143

15. Hermina CW, Wijaya A. 2015. The Conny Method Menjalani Kehamilan dan Persalinan
dengan Tenang, Nyaman, Bahagia serta Penuh Percaya Diri. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta. PP: 41-101

16. Fathony, Zaiyidah. Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Intensitas Nyeri Pada Persalinan
Kala I Fase Aktif di BPM Kabupaten Sleman. 2017. Healthy-Mu Jurnal Vol.1 (1)

17. Yanti. 2015. Buku ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pustaka Rihama: Yogyakarta. PP:
3- 10;58-68
18. Notoatmodjo, S. 2012.

Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta: Jakarta. PP: 60-74

19. Prananingrum, Ratih. 2015. Pengaruh Penerapan Hypnobirthing terhadap Nyeri


Persalinan Normal. Profesi Vol.13 (1)

20. Aprillia, Yesie. 2014. Gentle Birth Balance. PT Mizan Pustaka: Bandung. PP: 123-136

21. Copra Deepak. 2006. Panduan Holistik Kehamilan dan Kelahiran. Kaifa: Bandung. PP:
206-207, 2016-217

22. Simkin P. 2005. Buku Saku Persalinan. EGC: Jakarta. PP: 209-211

66
PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN
NORMAL DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Rahmawati1, Yusriani2, Fairus Prihatin Idris3

1Kesehatan Reproduksi, Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

2 Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

3 Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

Alamat korespondensi : (rahmareyhana@gmail.com / 085342952211)

ABSTRAK

Ibu bersalin mengalami nyeri yang dapat menghambat proses persalinan. Untuk itu, diperlukan
upaya untuk mengatasi nyeri. Salah satu teknik non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri
dengan menggunakan teknik hypnotherapy. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin normal di RSUD Labuang Baji
Makassar. Rancangan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental : Quasi Experimen. Yaitu rancangan eksperimen dengan cara sampel diberikan
kuesioner (pengukuran intensitas nyeri) sebelum dan setelah dilakukan treatment (perlakuan)
yang terdiri atas dua kelompok yakni kelompok experimen dan kelompok kontrol. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah sampel masing-masing
sebanyak 20 orang. Metode analisis data menggunakan analisis statistik dengan menggunakan
Program komputer. Hasil penelitian ini didapatkan Intensitas nyeri pada ibu bersalin normal
sebelum diberikan hypnobirthing rata-rata 6,50±0,76 dan setelah diberikan hypnobirthing rata-
rata 4,50±1,50. Ada pengaruh hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin normal
di RSUD Labuang Baji Makassar (p=0,000). Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa
hypnobirthing dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin normal. Sehingga disarankan
kepada bidan untuk membantuk ibu bersalin dalam mengurangi intensitas nyeri dengan
mengajarkan teknik hipnobirthing.

Kata kunci: hypnobirthing, nyeri, persalinan normal

PENDAHULUAN

Target global Milenium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan adalah menurunkan
angka kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun
dibandinkan SDKI tahun 1991 masih berkisar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu
penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah persalinan lama.

Salah satu yang mempengaruhi persalinan lama adalah tidak adekuatnya kontraksi uterus (his)
selama kala I proses persalinan. Kala I persalinan yang lama akan menyebabkan ibu mengalami
kelelahan sehingga kehabisan tenaga. Akibatnya, kontraksi uterus semakin tidak adekuat dan
selanjutnya kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan kemajuan persalinan. Kondisi lain yang
mempengaruhi lama persalinan adalah kondisi psikologis meliputi persepsi ibu pada rasa nyeri
dan cemas saat persalinan. Nyeri bersalin dapat menimbulkan respon fisiologis

Yang mengurangi kemampuan rahim saat kontraksi, sehingga bisa memperpanjang waktu
persalinan.

Nyeri selama persalinan secara fisiologis disebabkan oleh dua hal, pada tahap pertama nyeri
disebabkan oleh adanya dilatasi dan pendataran servik, serta adanya iskemia rahim. Nyeri tahap
pertama ditransmisikan melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesoris torakal
bawah serta saraf simpatik lumbal atas, saraf-saraf ini berasal dari korpus uteri dan servik. Nyeri
yang timbul pada tahap dua disebabkan oleh adanya peregangan jaringan perineum, traksi pada
peritoneum dan dorongan utero-servikal pada saat kontraksi, dan adanya kekuatan ekspulsi atau
tekanan dari kandung kemih dan rektum. Impuls nyeri melalui sakrum 1-4 dan sistem
parasimpatik dari jaringan perineal.

Salah satu teknik non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri dengan menggunakan teknik
hypnotherapy. Teknik seperti hipnosis telah diusulkan sebagai cara untuk membantu wanita
mengatasi rasa sakit selama persalinan. Selama wanita melahirkan dapat menggunakan hipnosis
dalam berbagai cara; untuk mempromosikan relaksasi,

67

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

Sebagai sarana untuk memisahkan diri dari rasa sakit atau untuk mengubah persepsinya,
misalnya: memahami kontraksi sebagai cara untuk lebih dekat dengan melahirkan bayinya.

Hypnotherapy dalam persalinan atau dikenal dengan hypnobirthing dilakukan dengan cara
hipnosis yakni perubahan status kesadaran saat konsentrasi individu terfokus dan distraksi
minimal, hipnosis juga bisa digunakan untuk mengendalikan nyeri, bahwa hipnosis dapat
mencegah stimulus nyeri dalam otak menembus pikiran sadar, teori tertentu menyebutkan
bahwa hipnosis bekerja dengan mengaktifkan saraf dalam otak yang menyebabkan pelepasan zat
seperti morfin alamiah yang disebut enkefalin dan endorphin. Stimulus hypnobirthing
merangsang pituitary mengeluarkan Pro-opiomelanocortin (POMC) sehingga dapat
meningkatkan sekresi beta endorfin. Pengeluaran beta endorfin meningkatkan toleransi ibu
terhadap nyeri.
Penelitian yang dilakukan di RSUD Wangaya ditemukan bahwa tingkat nyeri pada ibu dengan
persalinan normal di RSUD Wangaya sebelum diberikan hypnotherapy, 100% mengalami nyeri
berat dan sesudah diberikan hypnotherapy 63,3% mengalami nyeri sedang, 36,7% mengalami
nyeri berat, hasil analisis data menggunakan uji statistik Paired T-Test diperoleh nilai p
didapatkan sebesar 0,001 dengan taraf signifikansi 0,05, hal ini menunjukan bahwa p < 0,05
sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan hypnotherapy terhadap nyeri pada
persalinan normal di RSUD Wangaya Kota Denpasar.

Pada data Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2015 diproleh data ibu
bersalin yang melahirkan periode Januari – Desember sebanyak 683 orang dengan rata-rata 100
orang perbulan. Pada tahun 2016 meningkat menjadi 700 ibu yang melakukan bersalinan. Hasil
wawancara yang peneliti lakukan, 10 ibu mengatakan ibu sulit berkonsentrasi terhadap
persalinan akibat nyeri yang timbul, merasakan sesak dan kesulitan untuk mengatur nafas, juga
mengatakan trauma terhadap persalinannya. Sejauh ini belum menjadi kebijakan rumah sakit
untuk menerakpan teknik non farmakologi hypnobirthing untuk menurunkan intensitas nyeri
pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar walaupun bererapa
bidan telah mengikuti pelatihan hypnobirthing dan telah mendapatkan sertifikat. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh hypnobirthing terhadap intensitas
nyeri pada ibu bersalin normal di RSUD Labuang Baji Makassar

BAHAN DAN METODE

Lokasi, Populasi, Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Labuang Baji Makassar pada bulan Agustus – September
2018. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang melahirkan normal di RSUD
Labuang Baji Makassar tahun 2018 dengan rata-rata perbulan sebanyak 57 orang dengan jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 40 orang yang terdiri dari eksperimen 20 orang dan kontrol 20
orang.

1. Kriteria inklusi:

a. Ibu yang bersalin normal.

b. Kesadaran umum baik.


c. Bersedia menjadi responden

2. Kkriteria eksklusi:

a. Ibu dengan penyulit persalinan.

b. Kesadaran umum jelek.

c. Tidak bersedia menjadi responden

Pengumpulan Data

1. Data sekunder adalah yang diperoleh dari pihak lain dalam hal ini data awal mengenai
persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

2. Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran atau
pengamatan.

Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah tahapan kegiatan memeriksa validitas data yang masuk.


2. Coding

Coding adalah tahapan kegiatan mengklasifikasi data dan jawaban menurut kategori masing-
masing sehingga memudahkan dalam pengelompokan data.

3. Processing

Processing adalah tahapan kegiatan memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data
dilakukan dengan cara memasukkan data hasil pengisian kuesioner ke dalam master tabel.

4. Cleaning

Cleaning yaitu tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di masukkandan
melakukan koreksi bila terdapat kesalahan. (Lapau, 2013).

Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dari tiap variabel dari hasil penelitian berupa distribusi frekuensi
dan presentase dari tiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui intraksi dua variabel atau hubungan
antara variabel independen
68

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

Dan variabel dependen, dengan menggunakan data ordinal. Terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data menggunakan uji kolmogorov-smirnov, apabila data terdistribusi normal
dilanjutkan dengan independen sample t-test. Bila data tidak terdistribusi normal maka
menggunakan uji mann whitney dengan taraf signifikan (α) 0,05% atau tingkat kepercayaan
95%.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Ibu Bersalin Normal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Labuang Baji Makassar.

Karakteristik Kelompok

Total
Hipno birthingKontrol

N (20) % (100) n (20) % (100) n (20) % (100)

Umur

< 25 Tahun

25-35 Tahun

 35 Tahun

45,0

20,0

35,0

4
35,0

45,0

20,0

16

13

11

40,0

32,5

27,5

Pendidikan SD

SMP SMA

Perguruan Tinggi

9
1

5,0

45,0

45,0

5,0

16

0,0

20,0

80,0

0,0

13
25

2,5

32,5

62,5

25

Gravid

1-2

≥3

15

75,0

25,0

11

9
55,0

45,0

26

14

65,0

35,0

Partus

1-2

≥3

45,0

45,0
10,0

10

50,0

35,0

15,0

19

16

47,5

40,0

12,5

Abortus

0
≥1

19

95,0

5,0

19

95,0

5,0

38

95,0

5,0

Jenis Kelamin Anak

Laki-laki Perempuan
9

11

45,0

55,0

10

10

50,0

50,0

19

21
47,5

52,5

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia < 25 tahun yakni sebanyak 16
responden (40,0%), sebagian besar responden pendidikannya SMA yakni sebanyak 25 responden
(62,5%), sebagian besar responden jumlah kehamilannya 1-2 yakni sebanyak 26 responden
(65,0%), sebagian besar responden partusnya 0 yakni sebanyak 19 responden (47,5%), dan
sebagian besar responden anaknya perempuan yakni sebanyak 21 responden (52,5%)

Tabel 2 Distribusi Berdasarkan Intensitas Nyeri Pada Ibu Bersalin Normal di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji

Makassar

Intensitas Nyeri Kelompok

Total
Hipno birthingKontrol

N (20) % (100) n (20) % (100) n (20) % (100)

Pre Test

Nyeri 0 0,0 0 0 0 0

Ringan

Nyeri 7 35,0 10 50,0 17 42,5

Sedang

Nyeri 13 65,0 10 50,0 23 57,5

Berat

Post Test

Nyeri

Ringan 8 40,0 0 0,0 8 20,0

Nyeri

Sedang12 60,0 11 55,0 23 57,5

Nyeri
Berat 0 0,0 9 45,0 9 22,5

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada saat pre test sebagian besar mengalami nyeri berat baik itu
pada kelompok hipnobirthing (65,0%) maupun kelompok kontrol (50%). Adapun pada saat post
test didapatkan pada kelompok hypnobirthing ibu intensitas nyerinya ringan (40,0%) dan nyeri
berat (0%) sedangkan kelompok kontrol didapatkan intensitas nyeri ringan (0%) dan nyeri berat
(45%).

3. Analisis Bivariat

Tabel 3 Pengaruh hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin normal di RSUD
Labuang Baji Makassar

Kelompok

N Intensitas Nyeri (Mean±SD) P

Value

Hasil Perbedaan

Hypn obirthing

Pre Test Post Test


20

20

6,50±0,76

4,50±1,50

2,00±1,25

0,000*

Kontrol Pre Test Post Test

20

20

5,95±1,09

6,15±1,22

0,20±0,52

0, 102*

Perubahan Nyeri

Hypno
Birthing Kontrol

20

20

2,00±125

-0,20±0,52

2,20±0,30

0, 000**

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 20 responden, perubahan intensitas nyeri pada kelompok
hypnobirthing rata-rata 2,00±1,25 dan pada kelompok kontrol rata- rata -0,20±0,52, dengan
perbedaan rata- rata 4,25±1,61. Berdasarkan uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai p=0,000, hal
ini berarti nilai p <α(0,05). Hal ini berarti ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan setelah
dilakukan hypnobirthing pada ibu
69

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

Bersalin normal di RSUD Labuang Baji Makassar, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan
tidak ada perbedaan intensitas nyeri pre dan post test (p=0,102). Adapun uji statistik Mann
Whitney terhadap perubahan intensitas nyeri diperoleh nilai p=0,000, hal ini berarti nilai p
<α(0,05). Hal ini berarti ada pengaruh hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin
normal di RSUD Labuang Baji Makassar.

PEMBAHASAN

1. Intensitas nyeri pada ibu bersalin normal Nyeri bersalin dapat menimbulkan

Respon fisiologis yang mengurangi kemampuan rahim saat kontraksi, sehingga bisa
memperpanjang waktu persalinan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2015). Dari beberapa kasus,
kelahiran bukan peristiwa membahagiakan tetapi menjadi suatu masa penuh rasa nyeri, rasa
takut, penderitaan bahkan kematian. Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan potensial atau aktual (Judha, 2012).

Nyeri selama persalinan secara fisiologis disebabkan oleh dua hal, pada tahap pertama nyeri
disebabkan oleh adanya dilatasi dan pendataran serviks, serta adanya iskemia rahim. Nyeri tahap
pertama ditransmisikan melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf – saraf asesoris torakal
bawah serta saraf simpatik lumbal atas, saraf – saraf ini berasal dari korpus uteri dan serviks.
Nyeri yang timbul pada tahap dua disebabkan oleh adanya peregangan jaringan perineum, traksi
pada peritoneum dan dorongan utero-servikal pada saat kontraksi, dan adanya kekuatan ekspulsi
atau tekanan dari kandung kemih dan rektum. Impuls nyeri melalui sakrum 1-

4 dan sistem parasimpatik dari jaringan perineal (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2015).
Pada penelitian ini intensitas nyeri antara satu responden dengan responden yang lain bervariasi.
Hal ini disebabkan karena nyeri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur dan pendidikan.
Dalam penelitian ini responden yang mengalami nyeri berat lebih banyak yang berusia < 25
tahun (45%) dibandingkan yang berusia > 35 tahun (35%). Hal ini disebabkan karena usia muda
seseorang belum memiliki pengalaman yang cukup terkait persalinan dan nyeri sehingga
mempersepsikan nyeri lebih berat dibanding yang berusia lebih tua selain itu umur ibu yang
lebih muda memiliki sensori nyeri yang lebih intens dibanding dengan ibu yang memiliki umur

Yang lebih tua. Umur muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masih labil
yang memicu terjadinya ketakutan dan kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan semakin lebih
kuat. Umur juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap nyeri.
Pada paritas ibu yang primipara intensitas kontraksi uterus lebih kuat dibandingkan pada ibu
yang multipara dan ibu multipara memiliki pengalaman persalinan sebelumnya akan lebih
mudah beradaptasi dengan nyeri dibandingkan dengan ibu yang belum pernah memiliki
pengalaman dalam hal ini ibu primipara (Umboh, 2015).

Selain itu dalam penelitian ini, ibu yang pendidikannya SMP dan SMA (45%) lebih banyak yang
mengalami nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa yang mengalami nyeri lebih banyak adalah ibu
bersalin yang memiliki pendidikan rendah yang menurut asumsi peneliti pengetahuan tentang
manajemen nyeri dan cara penatalaksanaan nyeri bisa didapatkan melalui pendidikan baik formal
maupun non formal.

Menurut Yatim (2001) mengatakan bahwa pendidikan mempengaruhi ibu bersalin dalam
menghadapi nyeri saat persalinan, hal ini dikaitkan dengan kemampuan mendapatkan informasi.
Menurut Koentjoroningrat (1997, dalam Nursalam, 2001), makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah orang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki terutama yang berkaitan dengan nyeri saat persalinan. Sebaliknya,
pendidikan yang rendah akan menghambat seseorang dalam menerima informasi sehingga
mengakibatkan berkurangnya informasi tentang nyeri saat persalinan sedangkan menurut
Notoatmojo (2007) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan sangat dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu juga sebaliknya.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan merupakan hal yang penting bagi setiap individu karena dengan modal
pengetahuan, seseorang bisa bersikap melakukan suatu usaha termasuk melakukan tindakan yang
bisa menyebabkan nyeri berkurang. Hal ini juga
70

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

Sejalan dengan teori WHO bahwa pendidikan sangat menentukan untuk mengembangkan diri
dan meningkatkan kematangan intelektual seseorang dimana kematangan intelektual akan
mempengaruhi wawasan dan cara berfikir seseorang untuk mengambil keputusan sehingga
diharapkan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin baik perilakunya dalam
menghadapi proses persalinan.

2. Pengaruh hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin normal di RSUD
Labuang Baji Makassar

Hasil dari penelitian ini berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan ada pengaruh
hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin normal di RSUD Labuang Baji
Makassar (p=0,000), dimana hypnobirthing dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin
normal.

Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu pengalaman emosional yang
disertai kerusakan jaringan secara aktual/potensial (Medical Surginal Nursing), nyeri merupakan
suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus spesifik mekanis, kimia,
elektrik pada ujung – ujung syaraf serta tidak dapat diserah terimakan kepada orang lain
(Kusuma, et al, 2009).

Bagian otak yang terlibat dalam sensasi nyeri adalah talamus, hipotalamus, formasio retikularis,
sistem limbik dan korteks serebri (Mander, 2004). Cingulated gyrus anterior (depan) merupakan
salah satu tempat-tempat di dalam otak yang dimodulasi atau diatur selama analgesia yang
ditimbulkan oleh hipnosis. Penekanan aktivitas saraf, korteks sensori dan sistem amygdalalimbig
tampaknya menghambat penafsiran emosional tentang sensasi – sensasi seperti nyeri (Cyna et al,
2006).
Ketika persepsi nyeri sudah berubah menjadi rasa nyaman maka individu akan merasa aman.
Apabila individu berada di lingkungan yang aman, saraf vagus tidak bermielin bekerja aktif.
Vagus tidak bermielin menghantarkan sinyal saraf lebih lambat dibanding vagus bermielin,
sehingga otak mempunyai kesempatan untuk melakukan kompensasi terhadap nyeri. Saat saraf
otonom mengaktivasi saraf tidak bermielin tubuh akan merespon dengan immobilisation without
fear. Dalam keadaan immobilisasi tubuh akan meningkatkan ambang batas nyeri sehingga akan
mempengaruhi intensitas nyeri (Porges, 2012).

Salah satu penyebab dari nyeri adalah iskemia otot uteri yaitu penurunan aliran darah sehingga
oksigen lokal mengalami deficit akibat kontraksi arteri mometrium. Hipnosis bekerja dengan
baik dengan amigdala dan hipotalamus, untuk mengubah respon stres. Hipnosis memungkinkan
konsentrasi terfokus dan relaksasi, sehingga terjadi peningkatan oksigen ke seluruh sel-sel tubuh.
Peningkatan oksigen memiliki pengaruh besar pada penurunan respon otonom pasien terhadap
stres. Mengisi sel dengan oksigen melalui hipnosis mengurangi rasa nyeri seperti peregangan sel
otot meningkatkan aliran darah (yaitu oksigen) dan mengurangi rasa nyeri (Jensen & Mark,
2011).

Hypnobirthing ini tidak memiliki potensi efek samping terhadap bayi, mampu menghadirkan
rasa nyaman, rileks, dan aman menjelang kelahiran, membuat ibu mampu mengontrol sensasi
rasa nyeri pada saat kontraksi uterus, persiapan hypnobirthing bermanfaat bagi semua keluarga,
termasuk mereka yang karena memang mengalami suatu keadaan khusus, berada dalam kategori
resiko tinggi jika persalinan mereka berlangsung tidak seperti yang diharapkan (Brown &
Hammond, 2007). Temuan – temuan yang signifikan dari percobaan klinis tentang pendekatan-
pendekatan hipnotis untuk penanggulangan rasa nyeri, dan menyatakan bahwa hipnosis lebih
efektif daripada pengobatan placebo (Jensen & Patterson, 2014).

Menurut Andriana (2007) salah satu manfaathypnobirthing adalah meminimalkan bahkan


menghilangkan rasa takut, ketegangan, bahkan sindrom rasa sakit dan kepanikan selama proses
persalinan dan periode setelahnya sehingga tidak menjadi trauma. Hipnosis diri atau self
hypnosis adalah suatu proses sederhana agar diri kita berada dalam kondisi rileks, tenang dan
terfokus guna mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu. Hipnosis diri juga dapat dikategorikan
sebagai meditasi karena baik meditasi maupun hypnosis diri sama – sama menempatkan diri dan
pikiran kita dalam kondisi rileks, tenang dan terfokus (Andriana, 2007).

Salah satu teknik non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri dengan menggunakan teknik
hypnotherapy. Teknik seperti hipnosis telah diusulkan sebagai cara untuk membantu wanita
mengatasi rasa sakit selama persalinan. Selama
71

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

Wanita melahirkan dapat menggunakan hipnosis dalam berbagai cara; untuk mempromosikan
relaksasi, sebagai sarana untuk memisahkan diri dari rasa sakit atau untuk mengubah
persepsinya, misalnya: memahami kontraksi sebagai cara untuk lebih dekat dengan melahirkan
bayinya (Madden, Middleton, Cyna, Matthewson, & Jones, 2016).

Hypnotherapy dalam persalinan atau dikenal dengan hypnobirthing dilakukan dengan cara
hipnosis yakni perubahan status kesadaran saat konsentrasi individu terfokus dan distraksi
minimal, hipnosis juga bisa digunakan untuk mengendalikan nyeri, bahwa hipnosis dapat
mencegah stimulus nyeri dalam otak menembus pikiran sadar, teori tertentu menyebutkan bahwa
hipnosis bekerja dengan mengaktifkan saraf dalam otak yang menyebabkan pelepasan zat seperti
morfin alamiah yang disebut enkefalin dan endorphin (Kozier, 2010). Stimulus hypnobirthing
merangsang pituitary mengeluarkan Pro-opiomelanocortin (POMC) sehingga dapat
meningkatkan sekresi beta endorfin. Pengeluaran beta endorfin meningkatkan toleransi ibu
terhadap nyeri (Nursalam, Pradanie, & Trisnadewi, 2008).

Hypnobirthing merupakan kombinasi praktik hypnosis terhadap diri sendiri / autohypnosis (self
Hypnosis) dengan panduan dari hypnotherapis untuk mencapai relaksasi mendalam.
Hypnobirthing dapat digunakan untuk menghadapi dan menjalani kehamilan serta persiapan
melahirkan dengan cara alami, tenang, dan nyaman serta kesehatan jiwa janin (Semple &
Newburn, 2011); (Kuswandi, 2011). Hypnobirthing memiliki beberapa manfaat di antaranya
mengurangi rasa nyeri, meningkatkan kejadian persalinan spontan, mengurangi resiko operasi,
mempercepat pemulihan ibu post partum, membantu suplay oksigen kepada bayi selama proses
persalinan sehingga bayi yang lahir memiliki nilai APGAR yang lebih baik (Bobak, Lowdermilk,
& Jensen, 2015).

Penelitian yang dilakukan di RSUD Wangaya ditemukan bahwa tingkat nyeri pada ibu dengan
persalinan normal di RSUD Wangaya sebelum diberikan hypnotherapy, 100% mengalami nyeri
berat dan sesudah diberikan hypnotherapy 63,3% mengalami nyeri sedang, 36,7% mengalami
nyeri berat, hasil analisis data menggunakan uji statistik Paired T-Test diperoleh nilai p
didapatkan sebesar 0,001

Dengan taraf signifikansi 0,05, hal ini menunjukan bahwa p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
ada pengaruh yang signifikan hypnotherapy terhadap nyeri pada persalinan normal di RSUD
Wangaya Kota Denpasar (Agustini, Pradnya, & Risnayanti, 2016). Penelitian yang dilakukan
oleh (Nursalam, Pradanie, & Trisnadewi, 2008) menemukan bahwa metode relaksasi
hypnobirthing terbukti meningkatkan toleransi nyeri dan menurunkan respons kecemasan pada
ibu inpartu kala I fase aktif (p=0.015).

Penelitian yang dilakukan oleh (Imannura, Budhiastuti, & Poncorini, 2016) didapatkan setelah
intervensi, ibu hamil yang menerima hypnobirthing memiliki nyeri terendah 41,33 (p = 0,003).
Ibu hamil yang tidak menerima hypnobirthing memiliki tingkat nyeri serendah 51,60 (p = 0,003)
dan ada perbedaan penurunan nyeri antara kedua kelompok secara statistik signifikan.

Penelitian yang lain menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan hipnosis menilai nyeri
persalinan mereka kurang berat dibandingkan dengan kontrol (P

<0,01). Yang lain menunjukkan bahwa hipnosis mengurangi opioid (meperidine) persyaratan (P
<0,001), dan meningkatkan kejadian tidak memerlukan analgesia farmakologis dalam persalinan
(P <0,001). (Cyna, McAuliffe, & Andrew, 2004).

Adapun penelitian selanjutnya didapatkan wanita yang menggunakan teknik hipnosis untuk
persalinan di rumah sakit mungkin menghadapi hambatan yang terkait dengan resistensi pemberi
pelayanan atau kebijakan kelembagaan. Efek ansiolitik dan analgesik potensial dari hipnosis
klinis untuk persalinan patut dipelajari lebih lanjut. Perawat yang merawat wanita selama
persalinan dan melahirkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan
strategi untuk mendukung teknik hipnoterapeutik (Beebe, 2014).

Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Triyani, Fatimah, & Aisyah, 2016) ditemukan bahwa
hipnosis berpengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu nullipara di triwulan III (p value
< 0,001). Sedangkan penelitian lainnya menemukan bahwa hypnobirthing berpengaruh terhadap
penurunan tingkat kecemasan, tekanan darah dan denyut nadi pada ibu primigravida trimester III
(Marliana, Kuntjoro, & Wahyuni, 2016).Selain itu, penelitian di Australia ditemukan bahwa
lama kala II pada ibu yang dilakukan
72

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

Hypnobirthing rata-rata lebih singkat dibandingkan yang tidak dilakukan hypnobirthing 51%
tidak menggunakan obat rasa sakit sama sekali dan tingkat ketidaknyamanan keseluruhan untuk
persalinan dan kelahiran adalah 5,8 dari 10 dengan 32% skala nyerinya di bawah 5,8, termasuk
dua peserta yang mencatat ketidaknyamanan nol (Phillips-Moore, 2012).

KESIMPULAN

1. Intensitas nyeri pada ibu bersalin normal di RSUD Labuang Baji Makassar sebelum
diberikan hypnobirthing nyeri berat 65%

2. Intensitas nyeri pada ibu bersalin normal di RSUD Labuang Baji Makassar setelah
diberikan hypnobirthing nyeri sedang 60%

3. Ada pengaruh hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin normal di RSUD
Labuang Baji Makassar
SARAN

1. Diharapakan ibu bersalin untuk melakukan upaya untuk mengurangi nyeri selama proses
persalinan dengan menerapkan teknik relaksasi dan hipnobirthing.

2. Diharapkan kepada bidan untuk membantuk ibu bersalin dalam mengurangi intensitas
nyeri dengan mengajarkan teknik hipnobirthing.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, I. G., Pradnya, I. M., & Risnayanti, N. P. (2016). Pengaruh yang signifikan
hypnotherapy terhadap nyeri pada persalinan normal di RSUD Wangaya Kota Denpasar. Jurnal
Dunia Kesehatan , 5(2):67-71.

Bobak, I., Lowdermilk, D., & Jensen, M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC. Judha, M. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Kemenkes RI. (2014). Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fonddamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, T. E. (2013). Bebas Hipertensi dengan Self Hypnosis. Jakarta: Noura Books (Mizan
Grup).
Madden, K., Middleton, P., Cyna, A. M., Matthewson, M., & Jones, L. (2016). Hypnosis for pain
management during labour and childbirth. Cochrane Database of Systematic Reviews , Issue 5.
Art. No.: CD009356.DOI: 10.1002/14651858.CD009356.pub3.

Nursalam, Pradanie, R., & Trisnadewi, I. A. (2008). Pengaruh metode relaksasi hypnobirthing
terhadap toleransi nyeri dan respons kecemasan pada ibu inpartu kala I fase aktif. Jurnal Ners ,
Vol.3 No.1 April 2008 : 54- 60.

Triyani, S., Fatimah, & Aisyah. (2016). Pengaruh Hypnosis Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu
Hamil Nullipara triwulan 3 pada masa persiapan menghadapi persalinan di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. The Southeast Asian Journal of Midwifery , Vol. 2, No.1,
Oktober 2016, Hal: 24 – 3
73

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP INTENSITAS NYERI PERSALINAN


PRIMIPARA

INFLUENCE OF HYPNOBIRTHING ON THE PRIMIPAROUS INTENSITY OF LABOUR


PAIN

Alfiyana Yulia, Budi Prasetyo

Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

E-mail: alfiyana.yulia@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang: Setiap wanita di dunia ini sangat percaya bahwa persalinan benar-benar
menyakitkan. Insiden nyeri persalinan karena kontraksi saat proses pembukaan dan penipisan
serviks. Rasa sakit persalinan tidak bisa dihilangkan tapi bisa dikurangi. Selama 9-15 Maret
2013, ditemukan bahwa 5 wanita pekerja yang tidak menggunakan hypnobirthing merasakan
sakit persalinan yang parah dan ini membawa trauma untuk melahirkan lagi, sementara 5 wanita
pekerja yang menggunakan hypnobirthing merasa kurang sakit persalinan dan merasa puas
dengan proses persalinan. Salah satu metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri
persalinan adalah dengan hipnobirthing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
metode hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada pekerja wanita di Klaten Jawa Tengah.
Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik komparatif. Variabel dependen adalah
intensitas nyeri dan variabel bebasnya adalah hypnobirthing. Sampel primigravida mengantarkan
ibu di BPM Bidan Kita dan BPM SY Trihana yang memenuhi kriteria inklusi dengan total
sampling. Jumlah sampel sebanyak 17 responden. Pengukuran tingkat nyeri dilakukan dengan
menggunakan Nilaiical Rating Scale dan Face Pain Rating Scale. Analisis data menggunakan uji
t independen dan uji Mann Whitney dengan tingkat signifikansi p <0,05. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan bahwa skor nyeri intensitas 11 responden hipnobirthing rata-rata 7 dan 9,14 rata-
rata 7 responden. Uji t independen menunjukkan p = 0,005 dan uji Mann Whitney menunjukkan
p = 0,025. Kesimpulan: Ada pengaruh metode hypnobirthing terhadap intensitas nyeri pada
wanita pekerja di Klaten Jawa Tengah.

Kata kunci: Hipnobirthing, Sakit Persalinan, Primipara

Abstract

Background: Every women in this world has strong believes that labour is really painful. Labour
pain occure due to contraction during the process of opening and thinning of the cervix. Labour
pain can not be eliminated but can be reduced. During 9-15 March 2013, it found that 5 labor
women who didn’t use hypnobirthing feel severe labor pain and it brings trauma to give birth
again, while 5 labor woman who use hypnobirthing feel less labor pain and satisfied with the
delivery process. One non-pharmacological methods of reducing labour pain is with
hypnobirthing. This study aims to analize the influence of hypnobirthing method concerning to
pain intensity to labour women in Klaten Central Java. Methods: The study is observational
analytic comparative. Dependent variable is pain intensity and independent variable is
hypnobirthing. Samples are primigravida delivering mother in BPM Bidan Kita and BPM SY
Trihana who meet inclusion criteria with total sampling. The number of sample was 17
respondents. The measurement of the level of pain was done using Numerical Rating Scale and
Face Pain Rating Scale. The data analysis used Independent t-test and Mann Whitney test with
level of significance p<0.05. Results: The result showed that intensity pain score of 11
respondents hypnobirthing is 7 in average and 9.14 in average of 7 respondents. Independent t-
test showed p = 0.005 and Mann Whitney test showed p = 0.025. Conclusion: there is influence
of hypnobirthing method concerning to pain intensity to labour women in Klaten Central Java.

Keywords : Hypnobirthing, Labour Pain, Primipara

PENDAHULUAN

Proses persalinan dibayangkan sebagai periode kritis dalam proses kehamilan sampai
melahirkan. Persalinan sering kali lebih dianggap sebagai akhir dari proses panjang yang
berlarut-larut dibandingkan sebagai awal peran yang baru (Reeder, 2011). Jutaan perempuan di
dunia merasakan bahwa melahirkan itu sakit sehingga diyakini bahwa proses melahirkan itu sakit
dan nyeri. Untuk beberapa hal, persalinan yang nyaman dan tanpa rasa sakit merupakan suatu
keberuntungan bagi wanita.

Situasi dan kondisi psikologis yang labil memegang peranan penting dalam memunculkan nyeri
persalinan yang lebih berat. Salah satu mekanisme pertahanan jiwa terhadap stress adalah
konversi, yaitu memunculkan gangguan secara psikis menjadi gangguan fisik (Andarmoyo,
2013). Cunningham (2006) menekankan bahwa intensitas nyeri selama persalinan terutama
berkaitan dengan ketegangan emosi. Nyeri persalinan terbukti berkurang sampai sepertiganya
apabila wanita yang bersangkutan telah termotivasi dan dipersiapkan menjalani persalinan.

Nyeri persalinan merupakan akibat interaksi berbagai faktor fisiologik dan psikologik yang
kompleks dan subyektif pada wanita dalam menginterpretasikan stimulus persalinan. Nyeri
persalinan umumnya terasa hebat dan hanya 2-4% ibu saja yang mengalami nyeri ringan pada
persalinan. Bonica dalam penelitiannya menemukan bahwa 15% persalinan disertai nyeri
persalinan ringan, 35% disertai nyeri persalinan sedang, 30% disertai nyeri persalinan berat dan
20% persalinan disertai nyeri yang sangat berat (Batbual, 2010)
Kondisi nyeri yang hebat pada kala I persalinan memungkinkan para ibu cenderung memilih cara
yang paling gampang dan cepat untuk menghilangkan rasa nyeri. Fenomena yang terjadi saat ini
ibu memiliki kecenderungan untuk melakukan operasi caesar walau tanpa indikasi yang jelas.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gulardi dan Basalamah (2001) dalam Kasdu
(2003) didapatkan data bahwa dari 64 rumah sakit di Jakarta terdapat 17.665 kelahiran dimana
sebanyak 33,7-55,3 % nya melahirkan dengan operasi caesar.

Semakin banyaknya wanita yang ingin melahirkan dengan proses persalinan yang berlangsung
tanpa nyeri menyebabkan berbagai cara dilakukan untuk

Menurunkan nyeri pada persalinan, baik dengan teknik farmakologi maupun non farmakologi
antara lain dapat dilakukan dengan cara distraksi, biofeedback atau umpan balik hayati, hipnosis,
mengurangi persepsi nyeri, dan stimulasi kutaneus (masase, mandi air hangat, kompres panas
atau dingin, stimulasi saraf elektrik transkutan).

Metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri tidak berpotensi menimbulkan efek bahaya
bagi ibu dan bayi. Beberapa manfaat tehnik nonfarmakologi selain menurunkan nyeri persalinan
juga mempunyai sifat non- invasif, sederhana, efektif, dan tanpa efek yang membahayakan.
Metode farmakologi dalam persalinan umumnya ditemukan dilapangan lebih efektif dalam
penurunan nyeri daripada metode nonfarmakologi, meskipun demikian, metode tersebut tetap
lebih mahal dan juga menimbulkan efek bahaya. Metode nonfarmakologi selain lebih murah,
aman, tanpa efek samping juga tidak membutuhkan waktu dan tenaga khusus seperti pada
manajemen farmakologi (Bobak, 2004). Salah satu metoda nonfarmakologi yang dapat
digunakan oleh perawat untuk menurunkan nyeri persalinan adalah penggunaan hipnosis dalam
persalinan atau disebut juga hypnobirthing.

Berdasarkan kajian awal yang penulis lakukan pada 5 ibu yang bersalin di BPM Bidan Kita
selama 9-15 Maret 2013 didapatkan hasil semua ibu bersalin hypnobirthing mengatakan puas
dengan proses persalinannya serta tidak merasakan nyeri yang berarti. Selain itu, ibu bersalin
multipara (3 dari 5 ibu) menyatakan ada perbedaan nyeri yang dirasakan dengan persalinan
terdahulu yang tidak hypnobirthing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
intensitas nyeri ibu bersalin dengan hypnobirthing dan yang tidak hypnobirthing.
METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik komparatif. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian non-eksperimental. Penelitian ini menggunakan desain cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin primipara di BPM Bidan Kita
dan BPM SY Trihana 01 Mei – 15 Juni 2013. Sampel dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan urutan yang

Datang untuk bersalin di BPM bidan Kita dan BPM SY Trihana pada 01 Mei – 15 Juni 2013
yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini untuk kedua BPM antara lain ibu primipara, ibu bersalin
normal dan spontan dengan janin tunggal, presentasi kepala, tidak mengalami penyulit
persalinan, ibu yang datang ke BPM sebelum pembukaan lengkap, pengukuran intensitas nyeri
saat pembukaan 10, untuk BPM Bidan Kita kriteria inklusi ditambah ibu yang melakukan kelas
hypnobirthing minimal 1x pertemuan, ibu dengan kriteria diatas dan bersedia menjadi responden
dalam penelitian. Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini antara lain ibu bersalin dengan
keterbatasan pendengaran, gangguan psikologis dan sosial.

Sampel penelitian ini diambil dari populasi dengan teknik total sampling dengan menggunakan
uji Mann-Whitney untuk analisis data ordinal dan uji t (t test independent) untuk analisis data
interval. Komparasi alat ukur NRS dan FPRS diuji dengan uji wilcoxon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Karakteristik Responden

1. Usia Ibu Bersalin

Gambar 1. Diagram Distribusi Usia Ibu Bersalin Hypnobirthing dan Tidak Hypnobirthing di
Klaten 01 Mei-15 Juni 2013
Pada gambar 1 dapat diketahui jumlah responden di kedua tempat mayoritas berusia 20-30 th,
sesuai dengan usia reproduksi efektif.

2. Pendidikan

Gambar 2. Diagram Distribusi Pendidikan Ibu Bersalin Hypnobirthing dan Tidak Hypnobirthing
di Klaten 01 Mei-15 Juni 2013

Pada gambar 2 diketahui lebih dari separuh responden hypnobirthing berpendidikan terakhir
Diploma/Perguruan Tinggi, sementara jumlah responden tidak hypnobirthing berpendidikan
SMA dan Diploma/Sarjana berjumlah sama.

3. Pekerjaan

Gambar 3. Diagram Distribusi Pekerjaan Ibu Bersalin Hypnobirthing dan Tidak Hypnobirthing
di Klaten 01 Mei-15 Juni 2013
Pada gambar 3 diketahui mayoritas responden hypnobirthing berstatus bekerja sementara semua
responden tidak hypnobirthing berstatus tidak bekerja. Hal ini berhubungan dengan kondisi
keuangan keluarga dimana pelaksanaan hypnobirthing cukup mahal.

4. Intensitas nyeri NRS

Tabel 1. Intensitas Nyeri NRS

No Intensitas Nyeri NRS Status Hypnobirthing

Hypnobirthing Tidak Hypnobirthing

Jumlah % Jumlah %

1. 5 2 18,19 0 0

2. 6 4 36,36 0 0

3. 7 1 9,09 0 0

4. 8 3 27,27 2 28,57

5. 9 0 0 2 28,57

10 1 9,09 3 42,86

Total 11 100 7 100


Mean SD 7,00

1,549 p=0,005 9,14

0,900

Α = 0,05

Tabel 1 menunjukkan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok hypnobirthinglebih rendah dari
kelompok tidak hypnobirthing. Hasil uji statistik menggunakan uji t dua sampel independen
didapatkan p=0.005 (p < α) , yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara intensitas nyeri
NRS ibu bersalin hypnobirthing dengan yang tidak hypnobirthing.

6. Intensitas nyeri FPRS

Tabel 2. Intensitas Nyeri NRS No Intensitas Nyeri

Status Hypnobirthing
FPRS

Hypnobirthing Tidak Hypnobirthing

Jumlah % Jumlah %

1. Tidak nyeri (0) 2 18,19 0 0

2. Sedikit nyeri (1) 0 0 0 0

3. Cukup nyeri (2) 0 0 1 1,29

4. Lumayan nyeri (3) 6 54,54 0 0

5. Sangat nyeri (4) 3 27,27 4 57,14

6. Amat nyeri (5)0 0 2 28,57

Total 11 100 7 100


Mean Rank 7,36 12,86

P=0,025 α = 0,05

Tabel 2 menunjukkan dari hasil uji Mann Whitney, nilai p yaitu 0,025 (p < α) artinya ada
perbedaan intensitas nyeri FPRS ibu bersalin hypnobirthing dengan yang tidak hypnobirthing.

Tabel 1 dan 2 menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata skor nyeri antara responden
hypnobirthing dengan tidak hypnobirthing. Meskipun begitu, pada

Kelompok hypnobirthing ada yang merasakan sangat nyeri. Menurut Batbual, faktor-faktor yang
mempengaruhi respon nyeri antara lain usia, jenis kelamin, kultur, makna nyeri, perhatian,
ansietas, pengalaman masa lalu, pola koping, support keluarga dan sosial. Dalam penelitian ini
faktor usia, jenis kelamin, pengalaman masa lalu, dan support keluarga dan sosial dalam
responden hypnobirthing sudah sama. Namun faktor lain seperti kultur, makna nyeri, perhatian,
ansietas dan pola koping tiap responden tidak sama. Hal ini juga mempengaruhi intensitas nyeri
yang dirasakan responden.

Menurut Mongan dalam “Expecting Baby, But Not The Pain”, hypnobirthing tidak menjamin
semua wanita bebas dari nyeri persalinan, tapi wanita yang melakukan metode ini akan
merasakan persalinan yang tenang, nyaman dan damai. Dengan ibu bersalin siap menghadapi
persalinan, maka persalinan yang tenang dan nyaman akan meminimalkan nyeri persalinan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ada pengaruh metode hypnobirthing terhadap penurunan intensitas nyeri ibu bersalin di
Klaten.
Saran

Peneliti memberikan saran bagi tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya selalu update dan
terbuka dengan ilmu baru. Dengan mengikuti pelatihan dan seminar hypnobirthing akan
menambah wawasan para tenaga kesehatan. Di era yang serba teknologi ini pasien bisa lebih
cerdas dari tenaga kesehatannya. Selain itu, bidan diharapkan dapat memberikan pendidikan dan
informasi tentang kehamilan dan persalinan kepada ibu hamil dan pasangannya karena
pendidikan adalah kunci untuk persalinan normal. Bagi ibu hamil dan bersalin memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi akan kesehatan diri dan janinnya sehingga akan ada kesadaran untuk
mengupayakan proses kehamilan dan persalinan yang normal dengan menanamkan sugesti
positif dalam diri. Salah satu caramya dengan hypnobirthing. Ibu hamil dan bersalin juga harus
selektif memilih tenaga kesehatan yang pro persalinan normal dalam membantu proses
persalinannya. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel dalam penelitian

Hypnobirthing sehingga hasil penelitiannya dapat di generalisasikan dan semakin banyak tenaga
kesehatan yang terbuka dan mau mempelajari hypnobirthing.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S., Suharti. 2013. Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Batbual, Bringiwatty. 2010. Hypnosis Hypnobirthing. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC
Cunningham, F. Gary. 2006. Obstetri William Edisi 21 (cetakan I). Jakarta: EGC Danuatmaja, B
& Meiliasari, M. 2006. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.

Jakarta: Puspa Swara

Hutajulu, P. 2009. Penelitian Tentang Pemberian Valetamat Bromida Dibandingkan Hyoscine


Butil Bromida Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan, Maret 13, 2013, from
http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-pinda.pdf

Judha, M. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika

Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar: Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara Kuswandi,
Lanny. 2011. Keajaiban Hypno-Birthing. Jakarta : Pustaka Bunda Mander, R. 2004. Nyeri
Persalinan. Jakarta: EGC

Mongan, Marie F. 2007. Hypnobirthing. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2009. Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan.


Salemba Medika: Jakarta

2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Panduan Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Prodi Pendidikan Bidan FK UNAIR 2013

Potter, P. A. Perry, A. G., 2005. Buku Aajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan
praktik, vol. 1, E/4. Jakarta: EGC

Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &
Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

You might also like