Professional Documents
Culture Documents
The Ankle Brachial Index (ABI) after diabetes leg exercises with type 2
diabetes mellitus
ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penelitian ini adalah
penelitian Pre-Eksperimental Design dengan rancangan one group pretest posttest design, mengetahui
ankle brachial index (ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes pada penderita diabetes melitus tipe
2. Sampel menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 15 orang penderita diabetes melitus tipe 2.
Pengumpulan data menggunakan lembar wawancara dan pengukuran ABI dengan lembar observasi.
Analisis secara deskriptif dan uji statistik Wilcoxon. Menunjukkan sebelum senam kaki responden
dengan ABI normal sebanyak 7 (46,7%) responden, sedangkan sesudah dilakukan senam kaki diabetes
responden dengan ABI normal meningkat sebanyak 11 (73,3%) responden. Terdapat perbedaan yang
signifikan ankle brachial index (ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes dengan p value = 0,046.
Saran untuk peneliti selanjutnya dapat melihat pengaruh senam kaki diabetes terhadap ankle brachial index
(ABI) menggunakan ultrasonografi Doppler.
Kata Kunci : Senam kaki diabetes, ankle brachial index (ABI), diabetes mellitus
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs
due to abnormal insulin secretion , insulin action or both. This study uses Pre-Experimental design with
one group pretest posttest design, The Subject obtained using a purposive sampling as many as 15 people
with type 2 diabetes mellitus. Data was collect through interviews and measurements. The data obtained
were processed and analyzed descriptively tabulation and Wilcoxon test statistics. Data was write
through interviews and measurements. The data obtained were processed and analyzed descriptively
tabulation and Wilcoxon test statistics. Showed respondents with leg exercise before normal ABI 7
(46.7%), while after doing diabetes leg exercises respondents with normal ABI increased by 11 (73.3%).
Statistical analysis using the Wilcoxon test showed a significant results between the ankle brachial index
(ABI) of the respondents before and after diabetes leg exercises p value = 0.046. The Suggestions for
further research to see the effect of diabetes leg exercises to the ankle brachial index (ABI) using Doppler
ultrasound.
Keywords : Diabetes leg exercises, ankle brachial index (ABI), diabetes mellitus
menjadi masalah yang cukup serius di mudah mengalami gagal ginjal kronik dan
negara maju dan juga negara berkembang. 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan
Pada tahun 2003, World Health akibat retinopati dari pada pasien non
Organization (WHO) dalam PB diabetes melitus (Soegondo, 2009).
PERSADIA (2009) Komplikasi kaki adalah komplikasi
memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8 yang sering terjadi pada penderita diabetes
milyar penduduk dunia usia 20-79 tahun melitus sekitar 15%. Selain luka kaki juga
menderita diabetes melitus dan pada tahun terjadi kelainan dan perubahan bentuk
2025 meningkat menjadi 333 juta jiwa. kaki, peredaran darah yang kurang juga
Sedangkan Hasil Riset Kesehatan Dasar akan mempengaruhi pergerakan sendi
yang dilaporkan oleh Departemen kaki. Gangguan pada kaki diabetes dapat
Kesehatan pada tahun 2008, menunjukkan berupa aterosklerosis yang disebabkan
prevalensi diabetes melitus di Indonesia saat karena penebalan membran basal
itu sebesar 5,7%. Menurut WHO pasien pembuluh darah besar maupun kecil. Sekitar
diabetes melitus di Indonesia akan 50% hingga 75% dari komplikasi yang
mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa pada terjadi akan mengalami amputasi dan
tahun 2000 dan menjadi sekitar 21,3 juta sebanyak 50% kasus amputasi tersebut
jiwa pada tahun 2030 (PB PERSADIA, diperkirakan dapat dihindari melalui
2009). Berdasarkan data Persadia Jawa tindakan preventif (Brunner & Suddarth,
Timur, jumlah penderita diabetes melitus 2001).
di Jawa Timur diperkirakan mencapai 6% Pengelolaan diabetes melitus dapat
dari total jumlah penduduk Jawa Timur. Hasil dilakukan dengan terapi non farmakologis
studi pendahuluan yang dilakukan pada dan terapi farmakologis. Pengelolaan
tanggal 10 Januari 2013 di Puskesmas Janti non farmakologis meliputi pengendalian
Kota Malang, didapatkan data bahwa berat badan, olahraga, dan diet. Sedangkan
penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 terapi farmakologis yaitu pemberian insulin
pada tahun 2012 sebanyak 153 orang. dan obat hipoglikemik oral. Terapi ini
Pasien diabetes melitus berpotensi diberikan jika terapi non farmakologis
menderita berbagai komplikasi, baik tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
komplikasi akut maupun kronis . darah dan dijalankan dengan tidak
Komplikasi akut meliputi koma hipoglikemia, meningalkan terapi non farmokologis yang
ketoasidosis, koma hiperosmolar non- telah diterapkan sebelumnya (Soegondo,
ketotik, sedangkan komplikasi kronik 2009).
meliputi makroangiopati yang mengenai Latihan jasmani merupakan upaya
pembuluh darah besar pada jantung dan awal dalam mencegah, mengontrol, dan
otak (Brands, Henselmans, de Haan, & mengatasi diabetes melitus. Salah satu
Biessels, 2003; Picon et al., 2006). latihan jasmani adalah dengan melakukan
Mikroangiopati yang mengenai pembuluh latihan pada kaki dengan cara senam kaki.
darah kecil, retinopati, nefropati, neuropati, Senam kaki adalah kegiatan atau latihan
serta rentan terhadap infeksi seperti yang dilakukan oleh pasien diabetes
tuberkulosis paru, ginggivitis, infeksi melitus untuk mencegah terjadinya luka
saluran kemih dan kaki diabetes (Rogus, dan membantu melancarkan peredaran
Warram, & Krolewski, 2002). Apabila terjadi darah bagian kaki. Senam kaki dapat
hiperglikemi dalam waktu yang lama maka memperbaiki sirkulasi darah dan
penderita diabetes melitus mempunyai memperkuat otot-otot kecil kaki dan
resiko untuk terjadinya penyakit jantung mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
koroner dan stroke 2 kali lebih besar, 5 kali Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot
lebih mudah mengalami ulkus atau gangren, betis, otot paha dan juga mengatasi
7 kali lebih keterbatasan pergerakan sendi (Soegondo,
2 Juli 2013: 143 - 151
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah mengetahui ankle brachial index (ABI)
kerja Puskesmas Janti. sebelum dan sesudah senam kaki diabetes
Diabetes melitus adalah suatu pada penderita diabetes melitus tipe 2 di
kumpulan gejala yang timbul pada wilayah kerja Puskesmas Janti.
seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah METODE
akibat penurunan sekresi insulin yang
progresif dilatarbelakangi oleh resistensi Penelitian ini adalah penelitian Pre-
insulin (Suyono, 2009). Komplikasi kronik Eksperimental Design dengan rancangan
pada DM adalah Penyakit arteri perifer one group pretest posttest design, untuk
(PAP) merupakan manifestasi paling mengetahui ankle brachial index (ABI)
sering adanya aterosklerosis, yang sebelum dan sesudah senam kaki diabetes
mempunyai karakteristik terdapat oklusi pada penderita diabetes melitus tipe 2
aterosklerosis pada tungkai bawah. Gejala (Alimul, 2007; Arikunto, 2006).
PAP paling sering yaitu kladikasio Dilaksanakan di Puskesmas Janti pada
intermiten, yang dikeluhkan sebagai: rasa tanggal 4 s/d 9 Juli 2013. Sampel diperoleh
nyeri, kram otot atau sakit pada telapak menggunakan teknik purposive sampling
kaki, betis atau bokong. Penyebab sebanyak 15 orang penderita diabetes
penyakit arteri perifer pada usia di atas melitus tipe 2. Pengumpulan data
40 tahun adalah aterosklerosis. menggunakan lembar wawancara dan
Aterosklerosis sendiri bisa disebabkan pengukuran ABI dengan lembar observasi.
karena hiperglikemi yang menahun, Analisis secara deskriptif dan uji statistik
hipertensi, hiperkolesterolemia, dan pada Wilcoxon. Instrumen yang digunakan pada
perokok (PAPDI, 2007). penelitian ini meliputi lembar wawancara
Tujuan penelitian ini adalah untuk dan observasi dan untuk
5 tahun.
Pekerjaan Tidak
Rutin Jumlah
1x/mgg
Rutin Tabel 4. Distribusi Frekuensi Riwayat
2 1x/mgg 11 Hipertensi dan Kolesterol Tinggi
Ibu rumah Responden
tangga (13,3% 9 (60%) (73,3%)
) Riwayat Ya Tidak
Buruh/ 2 Hipertensi 6 9
- 2 (13,3%)
pekerja (13,3%) (40%) (60%)
Wiraswasta - 1 (6,7) 1 (6,7) Kolesterol 4 11 (73,3%)
Pensiunan 1 (6,7) - 1 (6,7) Tinggi (26,7%)
Jumlah 3 12 (80%)
(20%) Sumber: Penelitian di Puskesmas Janti
Tabel 4 diketahui a sebagian besar
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin (60%) responden tidak mempunyai riwayat
dan Riwayat Merokok Responden
hipertensi dan sebagian besar (73,3%)
Jenis responden tidak mempunyai riwayat
Riwayat Jumlah Total
Kelamin kolesterol tinggi.
Merokok
3 (20%)
Laki-laki 4
Tidak 1 (26,7%)
Merokok (6,7%)
Perempu- Merokok -
Tidak 11 11
an (73,3%)
Merokok (73,3%)
Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 5
Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
hampir seluruh (80%) responden tidak primer salah satunya adalah dengan
merokok. Gangguan aliran darah juga dapat melakukan senam kaki.
disebabkan karena kurangnya latihan fisik Pada penelitian ini, senam kaki
sehingga aliran darah terutama aliran darah dilakukan rutin secara bersama-sama oleh
pada kaki kurang lancar. Kurangnya latihan seluruh responden selama 6 hari. Kegiatan
fisik didukung dengan sebagian besar senam dilakukan bersama pada pagi hari
responden (73,3%) tidak bekerja, hampir pukul 08.00 WIB dan pada sore hari
seluruh (80%) responden tidak rutin responden melakukan senam kaki diabetes
melakukan olahraga dan seluruh (100%) di rumah masing-masing dibekali dengan
responden tidak pernah melakukan senam leaflet. Ankle Brachial Index (ABI) sesudah
kaki diabetes sebelumnya. Oleh karena senam kaki diabetes responden dengan
itu, senam kaki diabetes sangat perlu ABI normal sebanyak 11 (73,3%)
dilakukan untuk mencegah masalah kaki. responden dan responden dengan ABI
Soegondo (2009) menjelaskan, senam kaki iskemia sebanyak 4 (26,7%) responden.
juga merupakan olahraga yang murah dan Dengan demikian, setelah dilakukan senam
mudah dilakukan karena hanya kaki diabetes terdapat peningkatan nilai
membutuhkan kursi, koran/ kelereng, dan ABI.
tempat sampah serta bisa dilakukan Senam kaki merupakan kegiatan atau
kapanpun misalnya saat menonton TV. latihan yang dilakukan untuk mencegah
Menurut PAPDI (2007), kaki yang memiliki terjadinya luka dan membantu melancarkan
resiko luka kaki dengan ditandai penurunan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki
nilai ABI dapat dilakukan terapi mulai dari dapat memperbaiki sirkulasi darah dan
terapi suportif sebagai tindakan memperkuat otot-otot kecil kaki dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot
betis, otot paha dan juga mengatasi
keterbatasan pergerakan sendi (Soegondo,
2009). Pada penderita diabetes melitus yang
mengalami gangguan aliran darah ditandai
dengan penurunan ABI bisa dimulai dari
iskemia ringan, sedang, sampai dengan
berat. Berdasarkan nilai ABI pada
penelitian ini, responden dengan ABI
iskemia dimulai dari iskemia ringan dan
tidak ada iskemia berat. Menurut peneliti,
pada penderita yang mengalami iskemia
ringan pada kaki masih bisa dilakukan
intervensi nonfarmakologis dengan
melakukan senam kaki, sedangkan untuk
iskemia sedang bisa dilakukan senam kaki
dan tindakan farmakologis yang
membantu mengurangi aterosklerosis di
dalam pembuluh darah. Pada Iskemia berat
sangat perlu penanganan multi disiplin ilmu
karena sudah mulai terjadi gangren yang
memerlukan tindakan farmakologis sampai
dengan operasi.
Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan PAPDI (2007), yang
Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 7
Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
kelompok kontrol. Desain penelitian yang senam kaki dan tindakan farmakologis
digunakan adalah quasi ekperiment with yang membantu mengurangi aterosklerosis
pre test-post test design with control di dalam pembuluh darah. Pada iskemia
group. Berdasarkan hasil penelitian berat sangat perlu penanganan
terhadap ankle brachial index (ABI) multidisiplin ilmu karena sudah mulai
diketahui bahwa terdapat peningkatan terjadi gangren yang memerlukan
nilai ABI ekstremitas, dimana sebelum tindakan farmakologis sampai dengan
perlakuan terdapat 56,7% dengan ABI operasi. Oleh karena itu, pasien diabetes
baik, setelah dilakukan senam kaki melitus perlu melakukan senam kaki untuk
meningkat menjadi 90% (peningkatan meningkatkan sirkulasi darah kaki.
33,3%). Hasil uji statistik diketahui PAPDI (2007) menyatakan, kaki yang
terdapat perbedaan yang signifikan nilai memiliki resiko luka kaki dengan ditandai
ankle brachial index (ABI) antara penurunan nilai ABI dapat dilakukan
sebelum dilakukan senam kaki dan terapi mulai dari terapi suportif,
sesudah dilakukan senam kaki (p=0,002). farmakolgis, intervensi non operasi dan
Hasil uji statistik Mc Nemar, terdapat operasi. Terapi suportif sebagai tindakan
perbedaan yang bermakna sebelum dan primer meliputi perawatan kaki dengan
sesudah diberikan senam kaki (p=0,002). menjaga tetap bersih dan lembab dengan
Dengan demikian senam kaki mempunyai memberikan krem pelembab, memakai
pengaruh yang signifikan terhadap sandal dan sepatu yang ukurannya pas dari
peningkatan nilai ABI baik pada bahan
ekstremitas. Penderita yang mengalami yang halus serta melakukan senam kaki.
iskemia ringan pada kaki masih bisa Selain pengaruh dari senam kaki
dilakukan intervensi nonfarmakologis diabetes, ada beberapa faktor lain yang juga
dengan melakukan senam kaki, sedangkan berpengaruh, antara lain karakteristik
untuk iskemia sedang bisa dilakukan responden yaitu sebagian besar 9 (60%)
responden tidak mempunyai riwayat arah jantung dan tekanan vena akan menurun,
hipertensi dan sebagian besar 11 (73,3%) mekanisme ini yang dikenal dengan pompa
responden tidak mempunyai riwayat vena. Mekanisme ini akan membantu
kolesterol tinggi, serta hampir seluruh (80%) melancarkan peredarah darah bagian kaki dan
responden tidak merokok. Oleh karena itu, memperbaiki sirkulasi darah.
gangguan aliran darah pada responden
kemungkinan tidak disebabkan karena KESIMPULAN DAN SARAN
aterosklerosis. Gangguan aliran darah juga
dapat disebabkan karena kurangnya latihan Ankle brachial index (ABI) sebelum
fisik sehingga aliran darah terutama aliran senam kaki diabetes, jumlah responden
darah pada kaki kurang lancar. Kurangnya dengan ABI normal sebanyak 7 (46,7%)
latihan fisik didukung dengan sebagian responden. Sedangkan sesudah dilakukan
besar responden (73,3%) tidak bekerja, senam kaki diabetes, jumlah responden
hampir seluruh (80%) responden tidak dengan ABI normal meningkat menjadi 11
rutin melakukan olahraga dan seluruh (73,3%) responden. Hasil analisis statistik
(100%) responden tidak pernah melakukan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p
senam kaki diabetes sebelumnya. Guyton & value = 0,046 kurang dari á = 0,05 sehingga H1
Hall (2007) menjelaskan, pasien diabetes diterima yang berarti bahwa ada perbedaan
melitus yang melakukan senam kaki akan yang signifikan antara ankle brachial index
terjadi pergerakan tungkai yang (ABI) sebelum dan sesudah senam kaki
mengakibatkan menegangnya otot-otot diabetes. Hasil penelitian ini disarankan bagi
tungkai dan menekan vena di sekitar otot petugas kesehatan dapat digunakan sebagai
tersebut. Hal ini akan mendorong darah ke dasar dalam melakukan intervensi keperawatan
Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 9
Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
DAFTAR PUSTAKA
Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 11
Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071