You are on page 1of 17

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI SPIRITUAL

BERBASIS PESANTREN KILAT


(Studi Pengembangan Model Pembelajaran Pesantren Kilat
yang Inovatif dan Efektif untuk Siswa
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)
Oleh: Dr. Endin Mujahidin, M.Pd.I

Abstract
This research was carried out based on the notion that there was a low awareness of
religious conducts especially among senior high school students. As an effort to increase this
awareness, during the holly month of Ramadhan many high school in big cities held short
religious teaching program known as pesantren kilat. These programs were also held as
extra-curricular activities during Ramadhan holiday. However, most programs were not
managed so that their contribution to increase students’ awareness of religious conducts was
not significant.
The study was focused on developing an effective and innovative pesantren kilat
learning model for senior high school students. Particular emphasis was given on the
development of program objectives, materials, methods, teaching and evaluation technique,
interaction patterns and dissemination method of the model.
A developmental research approach with main stages of actual model description,
hypothetical model development, experiment, hypothetical model revision, and dissemination
method design, was used. Data were obtained from participants of pesantren kilat held in
SMU Taman Islam and pesantren kilat organizers in SMUN V, SMU Bina Bangsa Sejahtera
and SMU Ibnu 'Aqil. All respondents were selected purposively. A qualitative method was
used to test the model invention and design and quantitative method to test the effectiveness
of the experiment.
It was found from the observation that the implementation of pesantren kilat in four
selected SMUs did not meet the criteria of good pesantren kilat program. The programs were
only considered as extra lessons of Islamic Education given as extra-curricular activities. An
effective pesantren kilat model will exist if the relation within teacher and students is like
that of kyai and santri. Therefore, a learning model was introduced. The model was aimed at
increasing the knowledge and understanding of Islamic values as well as increasing the
knowledge and practice of daily rituals. The courses covered materials related to individual
obligation (fardhu „ain). The teaching method and techniques included discussion
(mudzakarah) and field practice. The evaluation technique was directed toward the
recognition of students’ knowledge and skills as a means of motivating them to learn Islamic
values. In addition, the program was conducted in a participatory learning.
Based on the results of quantitative and qualitative analyses, it was found that the
model showed significant effectiveness. It was concluded that with its limitations, the
learning model proposed was still applicable. Other learning models in pesantren kilat such
as a boarding system deserve further investigation.

A. Pendahuluan emotional quotient (EQ) dan spiritual


Tujuan pendidikan nasional pada quotient (SQ). Dari ketiga aspek ini,
hakikatnya adalah untuk membangun pengembangan SQ menduduki posisi yang
manusia Indonesia seutuhnya. Pengertian sangat vital. Hal itu karena pengembangan
“manusia seutuhnya” adalah manusia yang SQ bertujuan untuk membangun mental
berkembang ketiga aspek dalam dirinya, spiritual warga Indonesia yang kokoh,
yaitu aspek intelligence quotient (IQ), sehingga mereka memiliki integritas
kepribadian yang baik yang dapat menyelenggarakan pesantren kilat,
menunjang keberhasilan pembangunan1 . sehingga dari segi kuantitatif, pesantren
Penguasaan ilmu pengetahuan dan kilat merupakan model yang potensial
ketrampilan, justeru akan menjadi bencana untuk dikembangkan.
jika berada ditangan orang yang tidak Observasi yang dilakukan oleh
beragama. Sebab, ilmu pengetahuan dan peneliti, ternyata menemukan fakta sebagai
ketrampilan tersebut akan digunakan untuk berikut:
hal-hal yang bersifat negatif dan merugikan 1. Pelaksanaan pesantren kilat baru pada
orang lain. tahap mengisi waktu libur.
Pendidikan agama sebagai salah 2. Kurikulum pesantren kilat didesain
satu kegiatan untuk membangun fondasi sesuai dengan keinginan dan
mental spiritual yang kokoh, ternyata kemampuan panitia.
belum dapat berperan secara maksimal2 3. Alokasi waktu tidak didesain secara
Indikator yang sangat nyata adalah semakin efisien, sehingga banyak waktu yang
banyaknya para pelajar yang terlibat dalam terbuang percuma.
tindak pidana, seperti tawuran, penggunaan 4. Alat evaluasi kegiatan tidak dibuat
narkoba, perampokan dan yang lainnya3 . dengan lengkap sehingga efektivitas
Kurang efektifnya pendidikan kegiatan tidak dapat diketahui.
agama seperti diungkapkan di atas, pada Atas dasar berbagai faktor tersebut
gilirannya menimbulkan kekhawatiran di atas, pesantren kilat yang menjadi
terhadap mentalitas bangsa pada masa yang harapan alternatif penyelenggaraan
akan datang. Oleh karena itu, pendidikan agama di sekolah, ternyata
penyelenggaraan pendidikan agama belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini
diberbagai jenjang pendidikan, patut untuk terjadi karena sampai saat ini, belum ada
disempurnakan. Hal itu dapat dilakukan desain model pesantren kilat yang
dengan mencari alternatif model dirumuskan secara sistematis. Oleh karena
pembelajaran lainnya yang dapat itu, model pesantren kilat yang
mendukung efektivitas penyelenggaraan komprehensif sangat dibutuhkan sehingga
pendidikan agama tersebut. dapat diadopsi oleh lembaga-lembaga
Salah satu model pembelajaran pendidikan dalam menyelenggarakan
yang dapat dijadikan alternatif pendukung pesantren kilat.
adalah model pembelajaran pesantren kilat.
Model ini dipilih atas dasar realitas bahwa B. Pesantren Kilat dalam Perspektif
mayoritas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Teoritis
(SLTA) di kota-kota besar tiap tahun 1. Prinsip-prinsip Pembelajaran di
Pesantren
1
HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam Pesantren, sebagai sebuah lembaga
dan Umum). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
pendidikan yang mengkhususkan diri
1995, hal. 85.
2
Ibid., hal. 98. mengkaji materi agama, memiliki
3
E. Mujahidin, Pengembangan Kurikulum kekhususan, yaitu murid/santri hidup
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah bersama dengan kyai dalam komplek
Umum. Buletin Penelitian universitas Djuanda
Vol. 8 No. 1, (April 2004). Republika. (2004).
Republika, “Media Terus Memicu Faktor
Negatif”, (29 Mei 2004).
tertentu. Kondisi ini menyebabkan adanya a. Memiliki niat yang benar.
pola hubungan sebagai berikut4 : b. Mampu memilih ilmu, guru dan teman
a. Hubungan yang akrab antara kyai belajar yang benar.
dengan santri. c. Menghormati ilmu dan pemiliknya.
b. Santri selalu taat dan patuh kepada d. Memiliki ketekunan, kesungguhan dan
kyainya. cita-cita yang kuat.
c. Para santri selalu hidup mandiri dan e. Mampu menentukan materi
sederhana. pembelajaran dan ukuran-ukurannya.
d. Adanya semangat gotong-royong dalam f. Berserah diri (tawakkal) dan menjaga
suasana penuh persaudaraan. dari sesuatu yang haram (wara‟).
e. Para santri terlatih hidup berdisiplin dan Prinsip pembelajaran yang
tirakat. dikemukakan oleh Al Zarnuji di atas,
Selain adanya pola hubungan di memang lebih bernuansa ethis religius
atas, menurut Mastuhu5 kegiatan daripada sebagai sebuah prinsip
pembelajaran di pesantren juga memiliki pembelajaran. Akan tetapi, prinsip tersebut
kekhususan, yaitu adanya prinsip-prinsip telah mendarah daging dalam kehidupan
pembelajaran sebagai berikut: pesantren, sehingga bisa jadi prinsip
a. Theocentric. tersebut telah memberikan kontribusi
b. Sukarela dan mengabdi. terhadap pembentukan sosok pesantren
c. Kearifan. dewasa kini.
d. Kesederhanaan. Prinsip-prinsip pembelajaran yang
e. Kolektivitas. telah diuraikan di atas, pada dasarnya
f. Mengatur kegiatan bersama. memiliki banyak kesamaan dengan prinsip-
g. Kebebasan terpimpin. prinsip pembelajaran yang dikenal di
h. Mandiri. lembaga pendidikan yang bukan pesantren.
i. Pesantren tempat mencari ilmu dan Akan tetapi, dalam penerapannya memiliki
mengabdi. perbedaan yang relatif mendasar. Hal itu
j. Mengamalkan ajaran agama. disebabkan karena tujuan dari lembaga
k. Tanpa ijazah. pendidikan tersebut yang berbeda. Oleh
l. Restu kyai. karena itu, seorang guru yang bijaksana
Selain prinsip-prinsip di atas, Al akan memilih strategi yang tepat dalam
Zarnuji (wafat tahun 591 H./1195 M.) mengimplementasikan prinsip-prinsip
dalam karyanya Ta‟lim al Muta‟allim yang pembelajaran sesuai dengan kondisi
menjadi rujukan pokok diberbagai lembaga yang ada.
pesantren, menyebutkan bahwa untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar, 3. Metode dan Teknik Pembelajaran di
seorang murid/santri harus memegang Pesantren
prinsip-prinsip sebagai berikut: Metode dan teknik pembelajaran
adalah dua kata yang memiliki pengertian
4
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan.
Islam. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 1999, Bahkan, keduanya kerapkali digunakan
hal. 99.
5 untuk menunjuk satu peristiwa
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan
Pesantren. Jakarta: Indonesian-Netherlands pembelajaran yang terjadi di lembaga
Cooperation in Islamic Studies, 1994, hal. 62-64. pesantren, sehingga timbul interpretasi
yang kurang tepat terhadap konsep metode materi tersebut dapat dirinci sebagai
dan teknik tersebut. berikut:
Menurut Mastuhu6 , prinsip-prinsip a. Tauhid, yaitu ilmu yang mempelajari
pembelajaran yang terdapat di dalam keesaan Allah dalam sifat, dzat dan
lembaga pendidikan pesantren perbuatan-Nya.
diaplikasikan dalam berbagai metode b. Fikih, yaitu ilmu yang mempelajari
pembelajaran. Secara umum, metode hukum-hukum mengenai berbagai
pembelajaran yang digunakan di pesantren perbuatan, baik yang bersifat ibadah
meliputi metode sorogan, bandongan maupun mu’amalah.
(wetonan), musyawarah (mudzakarah), c. Ushul fikih, yaitu ilmu yang
hafalan dan lalaran. mempelajari metode istinbath hukum
Kelima metode di atas merupakan para ulama.
kekhususan dari pesantren. Kelimanya d. Tafsir, yaitu ilmu yang mempelajari
juga mengindikasikan peranan kyai sangat teks-teks Al Qur’an, baik dilihat dari
dominan dalam kegiatan pembelajaran dan sudut bahasa, makna, asbab annuzul
orientasi pesantren yang mendorong dan yang lainnya.
santrinya untuk menguasai materi secara e. Hadits (riwayat dan dirayat), yaitu ilmu
utuh. yang mempelajari ucapan, perbuatan
Kelima metode pembelajaran di dan ketetapan Nabi Muhammad .
atas, diaplikasikan dengan berbagai teknik f. Tasawuf, yaitu ilmu yang mempelajari
pembelajaran7 , antara lain adalah: cara-cara pendekatan diri kepada Allah
a. Nasihat. berdasarkan pengalaman nabi,
b. Uswah (tauladan). shahabat dan para ulama.
c. Hikayat (cerita). g. Nahwu dan sharaf, yaitu ilmu yang
d. „Adat (kebiasaan). mempelajari struktur bahasa Arab.
e. Talqin (peneguhan). h. Akhlak, yaitu ilmu yang mempelajari
f. Hiwar (diskusi). baik dan buruk yang berkaitan dengan
prilaku seseorang dalam hidup sehari-
4. Materi Pembelajaran di Pesantren harinya.
Secara umum, materi-materi bidang Selain materi dengan kedelapan
agama yang diajarkan di pesantren terdiri klasifikasi di atas, dibeberapa pesantren
dari delapan klasifikasi8 , yaitu tauhid, fikih, juga diberikan materi yang berkaitan
ushul fikih, tafsir, hadits, tasawuf, dengan siroh (sejarah) Rasulullah. Kitab
nahwu/sharaf, dan akhlak. Kedelapan yang dijadikan rujukannya adalah Tarikh
Tasyri‟ al Islamiy, Nurul Yaqin dan lain-
6
Ibid,. Hal. 61. lain9 .
7
M. Quthb, Sistem Pendidik an Islam. Terjemahan
Salman Harun. Bandung: PT. Alma’arif, 1993,
hal. 325-374. Dan Ibnu Sina, As Siyasah fi at 5. Pesantren Kilat dan Inovasi
Tarbiyah (dalam majalah Al Masyriq), Mesir, Pengembangan Nilai-nilai Spiritual
1906, hal. 1310.
8
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan
Pesantren. Jakarta: Indonesian-Netherlands
9
Cooperation in Islamic Studies, 1994, hal. 142; MH. Chirzin, “Agama dan Ilmu dalam
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Pesantren”, dalam Wahid, A., et al., Pesantren
Islam. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 1999, dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES, 1974, hal.
hal. 104-105. 86.
Inovasi, yang direduksi dari melihat wajah, tubuh dan harta kamu, tetapi
“innovation” (bahasa Inggris) sering Dia melihat hati dan pekerjaan kamu”.
diterjemahkan dengan kata pembaharuan b. Hasil/akibat dari inovasi bersifat gaib.
atau perubahan secara baru10 Inovasi juga Balasan/pahala yang diberikan
dipakai untuk menyatakan penemuan, kepada orang yang melaksanakan nilai-nilai
karena hal yang baru tentunya merupakan spiritual, kebanyakannya bersifat gaib.
hasil dari penemuan. Dari berbagai Sebagai contoh, Allah berfirman dalam
definisi, dapat disimpulkan bahwa inovasi Surat Al Baqarah ayat 81-82:
adalah suatu ide, metode, hal-hal yang …Barang siapa yang berbuat dosa dan
praktis atau hasil karya manusia, yang ia telah diliputi oleh dosanya, mereka
dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi itulah penghuni neraka; mereka kekal di
manusia, dan diadakan untuk mencapai dalamnya. Dan orang-orang yang
tujuan tertentu atau memecahkan suatu beriman dan beramal saleh, mereka itu
masalah tertentu11 . Jika inovasi dikaitkan penghuni syurga; mereka kekal di
dengan bidang spiritual maka dia dapat dalamnya.
didefinisikan sebagai suatu ide, metode, c. Kualitas spiritual bersifat personal dan
hal-hal praktis atau hasil karya manusia sakral.
yang diciptakan untuk mempermudah Bidang spiritual adalah bidang yang
pencapaian tujuan spiritual atau berkaitan dengan pengembangan potensi
memecahkan masalah yang terkait dengan ruhaniah yang penuh dengan nilai-nilai
masalah spiritual. yang dianggap sakral. Oleh karena itu,
Perkembangan inovasi dalam seseorang yang ingin mengembangkan
bidang spiritual, memang tidak sepesat kualitas spiritualnya, harus dilandasi
inovasi dalam bidang yang lainnya. Hal itu dengan keikhlasan, bukan sekadar
karena inovasi dalam bidang ini lebih sulit mencoba-coba. Allah menjelaskan
dibanding pada bidang yang lainnya. bahwa amal perbuatan yang akan diterima-
Kesulitan tersebut antara lain disebabkan Nya adalah amal saleh yang dikerjakan
oleh beberapa faktor, antara lain: dengan ikhlas. Sebagaimana tercantum
a. Ukuran peningkatan kualitas spiritual dalam Surat Al Kahfi ayat 110:
bersifat abstrak. “…Barangsiapa mengharap
Hal itu dapat dijumpai pada sabda perjumpaan dengan Tuhannya maka
Nabi Muhammad yang diriwayatkan hendaklah ia mengerjakan amal yang
12
oleh Ath Thabrani yang mengatakan saleh dan janganlah ia
bahwa sesungguhnya Allah tidak mempersekutukan seorangpun dalam
beribadah kepada Tuhannya”.
Selain itu, bidang spiritual juga
10
JM. Echols, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: bersifat personal. Dalam pengertian, dua
PT. Gramedia, 1993, hal. 323.
11
G. Zaltman, et.al., Innovation and Organization. orang yang melakukan kegiatan spiritual
New York, London, Sydney, Toronto: yang sama, akan memiliki hasil yang relatif
Interscience Publication John Wiley and Sons, berbeda. Oleh karena itu, peningkatan
1977, hal. 12. Dan EM. Rogers, Diffusion of
Innovation. New York: The free Press a Division kualitas spiritual tidak dapat diujicobakan.
of Macmillan Publishing Co. 1983, hal. 11. Dari perspektif ini, inovasi dalam bidang
12
BA. Hasyimi, Mukhtar al Hadits An
Nabawiyyah. Jeddah: Al Haramain, 1948, hal.
39.
spiritual memiliki tingkat trialabilitas yang kegiatan ini mengadopsi sistem pesantren
rendah. dalam penyelenggaraan kegiatannya,
d. Sikap menutup diri sebagian umat sedangkan kilat menunjuk kepada
Islam. pelaksanaannya yang relatif sebentar.
Selain faktor-faktor yang berkaitan Lamanya berkisar antara 7 sampai 30
langsung dengan materi peningkatan hari13 .
mental spiritual, faktor yang menghambat
pengembangan inovasi dalam bidang ini C. Metode Penelitian
adalah adanya keengganan dari umat Islam Penelitian ini dimaksudkan untuk
dalam melakukan terobosan dalam bidang merumuskan pengembangan model
spiritual karena ajaran yang ada dianggap pembelajaran pesantren kilat. Dengan
telah sempurna. Hal ini terjadi sebagai demikian, pendekatan pada penelitian ini
akibat warisan historis umat Islam yang adalah developmental research14 . Adapun
menutup pintu ijtihad. Memang hendaknya langkah dalam proses penelitian ini,
disadari bahwa tidak semua bagian dari sebagaimana dikemukakan oleh Borg dan
ajaran Islam dapat diperbaharui. Bagian- Gall15 adalah sebagai berikut:
bagian yang berkaitan dengan ibadah 1. Perencanaan penelitian.
mahdhoh ( ibadah yang berhubungan 2. Penelitian pengumpulan informasi.
langsung dengan Allah ) adalah bagian 3. Membuat rancangan model
yang tidak bisa diperbaharui, sedangkan pembelajaran pesantren kilat.
bagian yang lainnya memungkinkan untuk 4. Uji coba rancangan model
diperbaharui, terutama yang berkaitan pembelajaran pesantren kilat yang
dengan alat dan metode untuk dilakukan selama satu minggu di SMU
mempermudah pencapaian tujuan dari Taman Islam.
ajaran Islam. 5. Revisi terhadap rancangan model
Keempat faktor di atas, memang pembelajaran pesantren kilat.
tidak mungkin dihilangkan keseluruhannya. 6. Pembuatan metode diseminasi.
Sebab, jika bidang spiritual memiliki Sumber data dalam penelitian ini
observabilitas yang tinggi atau relative adalah warga belajar pesantren kilat yang
advantage secara langsung maka keimanan mengikuti program uji coba model sebagai
tidak diperlukan lagi. Padahal titik pusat sumber data primer dan para penyelenggara
dari keimanan adalah mempercayai sesuatu pesantren kilat sebagai sumber data
yang gaib; sesuatu yang tidak bisa dilihat sekunder. Untuk menjaring data dari
oleh mata atau didengar oleh telinga. Oleh fenomena-fenomena yang berkaitan dengan
karena itu, pengembangan inovasi dalam konsep utama yang merupakan fokus
bidang spiritual dapat diarahkan kepada penelitian, peneliti menggunakan teknik
dua kawasan, yaitu upaya rasionalisasi dari
ajaran Islam dan penemuan metode, cara, 13
A. Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
bahan dan yang sejenisnya yang dapat Islam. Bandung: .Penerbit PT. Remaja
mempermudah pencapaian tujuan ajaran Rosdakarya, 1991, hal. 120-121.
14
S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Islam. pendekatan praktek. Jakarta: Penerbit Rineka
Pesantren kilat merupakan salah 15
Cipta, 1998, hal. 9.
Borg dan Ball. (1979). Educational Research An
satu inovasi yang digagas dalam bidang Introduction. New York: Southen Press, 1979,
spiritual. Kata pesantren menunjuk bahwa hal. 626.
observasi, wawancara, studi dokumentasi b. Identifikasi peserta uji coba.
dan eksperimentasi. Pemilihan keempat c. Penentuan pemateri uji coba dan
teknik ini disesuaikan dengan tujuan sosialisasi tujuan uji coba.
penelitian yang hendak dicapai. d. Tes awal/pre-test.
Teknik analisis data yang digunakan e. Pelaksanaan uji coba, yang
dalam penelitian ini, pada pokoknya dilaksanakan di SMU Taman Islam..
didasarkan kepada analisis kualitatif. f. Tes akhir/post-test uji coba.
Tahapan analisis kualitatif dilakukan Keenam langkah tersebut
dengan mereduksi data, menyaji data, dilaksanakan oleh peneliti dengan
menyimpulkan dan memverifikasi data16 . partisipasi penuh. Sehingga keberadaan
Selain analisis kualitatif, peneliti variabel pengganggu dicoba diminimalisir
juga menggunakan analisis kuantitatif. sedemikian rupa.
Analisis ini dilakukan untuk meneliti
efektivitas kegiatan dari model pesantren 2. Karakteristik Peserta Uji coba Model
kilat yang dilaksanakan. Data dikumpulkan Pembelajaran Pesantren Kilat
melalui tes sebelum pelaksanaan pesantren Sebelum dilakukan kegiatan uji
kilat dimulai (pre-test) dan tes akhir setelah coba, peneliti mengidentifikasi karakteristik
pesantren kilat dilaksanakan (post-test). peserta uji coba. Identifikasi ini dilakukan
Untuk kepentingan analisis kuantitatif ini, agar penentuan materi pembelajaran dapat
peneliti menggunakan uji statistik t- sesuai dengan karakteristik mereka.
student dua contoh berpasangan dan Rank Karakteristik yang sangat penting untuk
Spearman. diidentifikasi adalah jenis kelamin,
keikutsertaan dalam kegiatan pesantren
D. Uji Coba Model Pembelajaran kilat, keikutsertaan dalam kegiatan
Pesantren Kilat keagamaan di luar sekolah dan
1. Metode Uji Coba Model pengetahuan tentang materi keislaman.
Pembelajaran Pesantren Kilat
Penelitian ini dirancang untuk a. Jenis Kelamin
merumuskan pengembangan model Peserta yang mengikuti uji coba
pembelajaran pesantren kilat. Dengan pesantren kilat sebanyak 29 orang. Mereka
demikian, pendekatan pada penelitian ini terdiri dari 17 orang laki-laki (59 %) dan 12
adalah developmental research17 . Adapun orang perempuan (41 %). Jika dilihat dari
uji coba model dilakukan dengan desain distribusi jenis kelamin, peserta kegiatan uji
semu (tidak murni) dengan model “the one coba memang kurang seimbang. Akan
shot case study” dan tanpa kelompok tetapi, jika dilakukan penambahan peserta
pembanding. Adapun langkah-langkah maka homogenitas peserta berdasarkan
dalam proses uji coba adalah: jurusan yang dipilih menjadi berkurang.
a. Perencanaan uji coba.
b. Keikutsertaan dalam Kegiatan
16
Pesantren Kilat
L.J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif.
Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Peserta uji coba ternyata memiliki
1996, hal. pengalaman yang berbeda dalam mengikuti
17
S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
kegiatan pesantren kilat. Perbedaan
pendekatan praktek. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 1993, hal. 9. pengalaman ini diduga akan mempengaruhi
kemampuan mereka beradaptasi dan dalam pesantren kilat dapat dilihat pada
memandang model uji coba. Secara Tabel 1.
lengkap, frekuensi keikutsertaan mereka

Tabel 1. Keikutsertaan dalam Pesantren Kilat

Keikutsertaan dalam Laki-laki Perempuan


No. Jumlah %
Pesantren Kilat Jml. % Jml. %
1 1-2 kali 4 0.14 1 0.04 5 0.18
2 3-4 kali 7 0.24 6 0.21 13 0.45
3 4-5 kali 6 0.21 5 0.17 11 0.37
Jumlah 17 0.59 12 0.41 29 1.00

Pada Tabel 1 terlihat bahwa c. Keikutsertaan dalam Kegiatan


mayoritas peserta uji coba pesantren kilat Keagamaan di Luar Sekolah
(82 %) telah memiliki pengalaman Selain keikutsertaan dalam kegiatan
mengikuti pesantren kilat sebanyak 3-4 pesantren kilat, peserta juga memiliki
kali. Selain itu, 18 % peserta ternyata baru variasi dalam keikutsertaan pada kegiatan
mengikuti pesantren kilat antara 1-2 kali. agama di luar sekolah. Kegiatan
Hal ini dapat terjadi karena siswa tersebut keagamaan di sini dimaksudkan sebagai
tidak mengikuti pesantren kilat yang kegiatan untuk memperoleh ilmu agama
diselenggarakan oleh SMU Taman Islam seperti pengajian atau kelompok-kelompok
tiap tahun. diskusi (mentoring/halaqah). Distribusi
keikutsertaan mereka dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 2. Keikutsertaan dalam Kegiatan Keagamaan di Luar Sekolah


Keikutsertaan dalam Laki-laki Perempuan
No. Kegiatan Keagamaan Jumlah %
(per Minggu) Jml. % Jml. %
1 Tidak mengikuti 4 0.14 - - 4 0.14
2 Di bawah 5 jam 7 0.24 5 0.17 12 0.41
3 6-10 jam 2 0.07 6 0.21 8 0.28
4 11-15 jam 2 0.07 - - 2 0.07
5 Di atas 15 jam 2 0.07 1 0.03 3 0.10
Jumlah 17 0.59 12 0.41 29 1.00

Pada Tabel 2 terlihat bahwa dalam 2 jam pelajaran (setara 90 menit)


sebanyak 4 orang (14 %) tidak memiliki setiap minggu. Selain itu, pada Tabel 2
kegiatan keagamaan di luar sekolah. Hal juga terlihat bahwa 3 orang (10 %)
itu berarti bahwa mereka mengandalkan memiliki keikutsertaan di atas 15 jam per
pendidikan agamanya dari sekolah. minggu. Hal itu disebabkan mereka
Padahal pendidikan agama hanya diberikan mengikuti pendidikan di pondok pesantren.
d. Pengetahuan tentang Materi kepada peserta uji coba. Materi tes adalah
Keislaman materi-materi yang sifatnya fardhu „ain
Untuk mengetahui tingkat sehingga setiap peserta dianggap harus
pengetahuan siswa terhadap materi mengetahuinya. Hasil tes dapat dilihat
keislaman, peneliti melakukan tes awal pada Gambar 1.

0.8
0.74

0.7
0.6
0.58 0.58
0.6
0.54 0.55
0.5 0.51 0.51
0.47
0.5 0.46
0.42 0.42
0.39
0.4
0.3
0.28
0.3
0.24
0.2 0.18
0.2 0.15
0.12
0.08
0.1 0.06
0.04
0.03 0.02 0.03

0
Benar Salah Tidak Tahu
Iman kepada Allah Iman kepada malaikat Iman kepada kitab Allah
Iman kepada para rasul Iman kepada hari akhir Iman kepada takdir
Sholat Zakatt Puasa, haji dan pergaulan

Gambar 1. Hasil Tes Awal Peserta Pesantren Kilat

Pada Gambar 1 terlihat bahwa 2. Memiliki integritas moral sehingga


jawaban siswa yang benar sangat sedikit, dapat dijadikan uswah bagi peserta uji
bahkan jika dirata-ratakan, jawaban yang coba.
benar hanya mencapai 52.6 %, jawaban 3. Mau bekerja sama dalam kegiatan uji
salah mencapai 39.8 % dan jawaban tidak coba.
tahu mencapai 7.6 %. Padahal, pertanyaan Pemilihan pemateri yang memiliki
yang diajukan kepada mereka menyangkut integritas moral dimaksudkan agar dalam
hal-hal yang sangat prinsipil. proses belajar mengajar terjadi pola
hubungan seperti kyai-santri. Sebab,
e. Pemateri Uji Coba Model kegiatan pesantren kilat pada hakikatnya
Pembelajaran Pesantren Kilat adalah kegiatan pembelajaran yang
Pemateri pada kegiatan uji coba mengadopsi pembelajaran pesantren. Oleh
pesantren kilat terdiri dari guru SMU sebab itu, pola hubungan ini menjadi sangat
Taman Islam tiga orang (tiga materi), penting.
pemimpin pesantren dua orang (tiga materi)
dan peneliti (sembilan materi). Penentuan f. Pelaksanaan Uji Coba Model
pemateri dilakukan secara purposive. Pembelajaran Pesantren Kilat
Kriteria pemateri adalah: Setelah tahap perencanaan selesai,
1. Menguasai materi yang akan selanjutnya peneliti melakukan uji coba
disampaikan. model. yang dilaksanakan mulai hari Senin
sampai dengan Sabtu. Adapun waktu uji Metode pembelajaran yang
coba adalah mulai jam 13.00 sampai digunakan dalam kegiatan uji coba ini
dengan jam 17.45 untuk hari Senin, Selasa adalah metode kelompok. Hal ini
dan Rabu. Sedangkan untuk hari Kamis, dilakukan mengingat peserta yang hanya 29
Jum’at dan Sabtu dimulai jam 7.00 sampai orang. Adapun teknik pembelajaran adalah
dengan jam 13.00. Pelaksanaan ujicoba ceramah, diskusi dan praktek.
yang hanya 1 (satu) minggu didasarkan Untuk melihat efektivitas
kepada kenyataan penyelenggaraan pembelajaran pesantren kilat, peneliti
pesantren kilat yang kisaran waktunya melakukan evaluasi terhadap peserta, baik
hanya 1 (satu) minggu. secara lisan maupun tulisan. Evaluasi lisan
Peserta pesantren kilat pada dilakukan setiap hari di akhir kegiatan.
awalnya direncanakan 30 orang sesuai Adapun evaluasi tulisan dilakukan untuk
dengan jumlah murid kelas III jurusan IPA. mengukur pemahaman siswa terhadap
Akan tetapi, pada waktu pelaksanaan berbagai materi pembelajaran yang telah
seorang peserta dianggap mengundurkan disampaikan. Pengukuran ditekankan
diri karena beberapa kali tidak mengikuti kepada aspek kognitif siswa, sedangkan
materi. Dengan demikian, secara aspek apektif dan psikomotorik tidak
keseluruhan peserta yang mengikuti dilakukan.
pesantren kilat adalah 29 orang, yang Evaluasi tulisan dilaksanakan pada
terdiri dari 17 orang peserta putera dan 12 hari Sabtu. Evaluasi ini sekaligus menjadi
orang peserta puteri. post-test bagi peserta pesantren kilat. Item-
Jika dilihat dari banyaknya materi item pertanyaan yang diajukan sama
yang harus disampaikan, alokasi waktu dengan item-item pada pre-test dengan
tersebut terlalu singkat. Akan tetapi, waktu perubahan pada redaksinya.
tersebut dipandang akan memadai karena
pada dasarnya peserta pesantren kilat hanya 4. Efektivitas Uji Coba Pesantren Kilat
banyak yang lupa, sehingga ketika mereka Gambaran tentang efektivitas
diajak diskusi, mereka mampu untuk pesantren kilat dapat dilihat berdasarkan
mengingatnya kembali. Oleh karena itu, analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis
waktu yang relatif singkat akan memadai kuantitatif dimaksudkan dengan
dengan penyampaian materi yang membandingkan nilai pre-test dengan post-
ditekankan kepada diskusi dan test peserta pesantren kilat dan
pengembangan pemikiran. menganalisisnya dengan metode analisis
Materi uji coba pesantren kilat statistik. Adapun analisis kualitatif
menyangkut seluruh materi keislaman. dilakukan dengan mendeskripsikan
Hanya saja, atas dasar pertimbangan bahwa pandangan peserta pesantren kilat tentang
peserta telah memperoleh materi tersebut kekuatan dan kelemahan model pesantren
pada kelas atau kegiatan pesantren kilat kilat.
yang sebelumnya, maka penyampaian
materi lebih diarahkan kepada usaha a. Analisis Kuantitatif
mengingat dan mendiskusikan materi Uji statistik yang digunakan adalah
tersebut. Dengan demikian, waktu yang uji statistik t-student dua contoh
diperlukan untuk penyampaian materi berpasangan. Uji yang dilakukan dengan
tersebut tidak terlalu panjang. metode ini adalah uji beda nilai tengah
pre-test dan post-test. Tujuan dari uji beda Jika t hitung tersebut dibandingkan
ini untuk mengetahui perbedaan hasil post- dengan t tabel pada taraf nyata α 0.01 dengan
test dengan pre-test. Jika perbedaannya derajat bebas 28 sebesar 2.467 maka t hitung
signifikan maka berarti model > t tabel . Dengan demikian Ho yang
pembelajaran pesantren kilat dapat menyatakatan Ho = µd ≤ 0 ditolak dan H1
dikembangkan. yang menyatakan H1 = µd > 0 diterima.
Berdasarkan nilai pre-test dan post- Berdasarkan analisis statistik tersebut dapat
test peserta uji coba dapat diperoleh nilai dinyatakan bahwa kegiatan pesantren kilat
t hitung dengan cara sebagai berikut: memiliki efektivitas yang sangat tinggi
dalam meningkatkan pemahaman peserta

thitung =
d   d0
dalam bidang mental spiritual.
Untuk mempertegas bahwa
s d
n
perbedaan tersebut disebabkan oleh uji
12 .89  0 coba, peneliti mengadakan uji korelasi
thitung =
10 .69 29 antara keikutsertaan dalam pesantren kilat
12 .89 sebelum kegiatan uji coba dan
=
10 .69 5.39 keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan di
= 6.493 luar sekolah dengan nilai pre-test dan post-
test. Hasil dari uji korelasi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji Rank Spearman Correlation


rtabel
Variabel Pre-test Post-test
(α 0.01)
Keikutsertaan dalam pesantren kilat sebelumnya 0.268 0.247
Keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan di luar 0.440
0.308 0.245
sekolah

Pada Tabel 3 terlihat bahwa rhitung b. Persepsi Peserta Terhadap Uji coba
untuk setiap variabel lebih kecil dari rtabel . Model Pembelajaran Pesantren Kilat
Berdasarkan analisis statistik tersebut dapat Uji coba pesantren kilat yang
dinyatakan bahwa nilai pre-test dan post- dilakukan ternyata memiliki kekuatan dan
test peserta pesantren kilat tidak kelemahan. Untuk menginventarisasi
dipengaruhi oleh keikutsertaan mereka kekuatan dan kelemahan tersebut, peneliti
dalam kegiatan pesantren kilat sebelumnya mengadakan wawancara dengan peserta di
maupun kegiatan keagamaan di luar akhir kegiatan. Hasil dari wawancara
sekolah. tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Tidak tahu,
0.03
Materi
Pembahasan pembelajaran
ibadah disertai sistematis,
praktek, 0.07 0.28
Berorientasi
pada
pengetahuan
Metode
dan
komunikatif dan
pendalaman
mudah
keimanan, 0.41
dimengerti,
0.21

Gambar 2 Pandangan Peserta Terhadap Kekuatan Pesantren Kilat

Pada Gambar 2 terlihat bahwa 41 % dalam kegiatan ini dianut prinsip tadarruj,
peserta menganggap bahwa kekuatan yaitu prinsip pembelajaran berdasarkan
pesantren kilat yang dilaksanakan terletak pentahapan yang dicontohkan oleh Nabi
pada pendalaman pengetahuan dan Muhammad . Selain itu, pada Gambar 9
keimanan. Hal ini dapat terjadi karena juga terlihat bahwa metode penyampaian
pemateri dalam kegiatan tersebut berusaha materi dalam kegiatan uji coba ini sangat
menyajikan informasi baru bagi peserta. komunikatif dan mudah dimengerti.
Pada Gambar 2 juga terlihat bahwa Selain kekuatan di atas, uji coba
peserta memandang materi pembelajaran pesantren kilat ternyata memiliki beberapa
yang disajikan dalam uji coba sangat kelemahan. Hal itu seperti terlihat pada
sistematis. Hal ini disebabkan karena Gambar 3.

Tidak tahu, 0.1


Waktu dan
fasilitas Waktu terlalu
praktikum singkat, 0.45
kurang
memadai, 0.28
Pembahasan
kurang terinci,
0.17

Gambar 3 Pandangan Peserta Terhadap Kelemahan Pesantren Kilat

Pada Gambar 3 terlihat bahwa waktu dan fasilitas praktikum yang kurang
kelemahan yang paling mendasar dari uji memadai.
coba pesantren kilat adalah alokasi waktu
yang terlalu singkat. Konsekuensinya E. Temuan Hasil Penelitian
adalah pembahasan materi kurang terinci. Dari pembahasan deskriptif
Selain itu, kelemahan yang lain adalah mengenai model pembelajaran pesantren
kilat, pendapat para ahli dan hasil ujicoba, c. Pemateri dalam kegiatan ujicoba
model pembelajaran pesantren kilat yang adalah pemimpin pesantren yang
dikembangkan difokuskan kepada tujuan, memiliki kompetensi keilmuan dan
materi, metode dan teknik pembelajaran, kharisma di mata peserta dan guru
teknik evaluasi dan pola interaksi pendidik yang kredibilitasnya tinggi. Faktor
dengan peserta dalam kegiatan ini menumbuhkan sikap hormat
pembelajaran pesantren kilat. Secara peserta terhadap pemateri dan
khusus, temuan-temuannya adalah: penghargaan mereka terhadap
1. Model pembelajaran pesantren kilat proses pembelajaran. Sikap
yang efektif dilakukan dengan tersebut muncul semata-mata dari
mengadopsi prinsip-prinsip pendidikan dalam diri mereka, bukan atas dasar
luar sekolah dan nilai-nilai dalam paksaan.
sistem pendidikan pesantren. Beberapa d. Pola komunikasi yang dibangun
kegiatan pesantren kilat tidak memiliki antara pemateri dengan peserta
pengaruh nyata terhadap pesertanya, bersifat dua arah tetapi tetap dalam
diduga disebabkan karena pendekatan etika guru-murid. Pola komunikasi
yang digunakan adalah pendekatan ini menumbuhkan partisipasi
pendidikan formal dalam suasana non- peserta yang tinggi dalam proses
formal. Dengan perkataan lain, banyak pembelajaran dan hubungan yang
kegiatan pesantren kilat yang akrab antar mereka.
sebenarnya tidak dapat dinamakan e. Evaluasi proses pembelajaran
sebagai kegiatan pesantren kilat karena dilakukan tiap hari setelah
tidak mengadopsi nilai-nilai dalam penyampaian materi selesai.
pesantren. Evaluasi ini melahirkan perbaikan
2. Model pembelajaran pesantren kilat yang cepat terhadap kekurangan
yang dikembangkan memiliki yang ada dalam pelaksanaan
efektivitas yang tinggi. Hal ini dapat pesantren kilat.
dilihat, baik dari analisis kuantitatif 3. Implementasi model pembelajaran
maupun kualitatif. Faktor yang menjadi pesantren kilat dapat dilaksanakan
penyebab efektivitas tersebut, antara dengan mempertimbangkan misi dan
lain yaitu: visi lembaga penyelenggara dan
a. Materi yang disajikan dibuat secara perkembangan kemampuan siswa.
bertahap. Pembahasan setiap materi Pengujian terhadap perkembangan
senantiasa dikaitkan dengan materi kemampuan siswa dapat dilakukan
yang sudah dibahas atau yang akan dengan menggunakan instrumen tes
dibahas. Hal ini dilakukan karena yang ada.
pemahaman bahwa materi pesantren
kilat merupakan satu kesatuan utuh F. Model Akhir Pembelajaran
yang tidak bisa dipisah-pisah. Pesantren Kilat
b. Metode dan teknik pembelajaran Berdasarkan hasil uji coba yang
yang digunakan adalah diskusi dan dilakukan maka model akhir pembelajaran
praktek lapang sehingga membuat pesantren kilat dapat dirumuskan seperti
peserta aktif dalam kegiatan terlihat pada Gambar 4.
pembelajaran.
Rasionel kegiatan:
1. Pendidikan Agama Islam di Tk. SLTA kurang memadai
2. Membendung efek negatif arus globalisasi dengan kesadaran beragama
3. Pemanfaatan masa liburan sekolah

Tujuan kegiatan:
1. Siswa memahami dan menghayati ajaran agama Islam, terutama
yang berkaitan dengan fardhu „ain.
2. Siswa mau dan mampu dalam melaksanakan ajaran agama
Islam.
3. Siswa memiliki kesadaran dan kepekaan sosial dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Materi kegiatan: Metode dan teknik


Keimanan, shalat, zakat, puasa, pembelajaran:
haji, akhlak dan masalah umum Participatory learning dengan
( materi dunia Islam, penekanan kepada teknik
problematika remaja, materi diskusi, praktek, presentasi
hiburan dan materi praktek) dan talqin

Teknik evaluasi:
1. Evaluasi sebagai penghargaan
2. Evaluasi pada apa yang harus terjadi
3. Pendekatan personal
Teknis evaluasi: lisan dan tulisan

Pelaksana: Pemateri:
Siswa atau Dewan Guru Dewan Guru atau dari luar

Peserta:
Siswa yang membutuhkan

Gambar 4. Model Akhir Pembelajaran Pesantren Kilat


G. Kesimpulan 5. Secara keseluruhan, penyelenggaraan
Penelitian yang dilaksanakan telah pesantren kilat yang efektif adalah
menghasilkan temuan-temuan empirik dengan menggunakan prinsip-prinsip
sebagai berikut: pembelajaran partisipatif, sehingga
1. Pengembangan tujuan dilakukan partisipasi siswa dalam kegiatan
dengan penentuan tujuan pembelajaran pembelajaran muncul dari kehendak
pesantren kilat.Tujuan pokok sendiri dan bukan paksaan dari luar.
pembelajaran pesantren kilat diarahkan Selain itu, pola interaksi yang dibangun
pada peningkatan pengetahuan dan antar pendidik, pelaksana dan peserta
pemahaman nilai-nilai keislaman, tidak dilakukan dengan pendekatan
peningkatan kemampuan praktis dalam formal melainkan lebih mengarah
bidang ibadah dan pembiasaan dalam kepada pola interaksi yang menyerupai
pelaksanaan ibadah sehari-hari. Selain interaksi kyai dengan santri.
tujuan pokok tersebut, dapat
dirumuskan tujuan yang berorientasi H. Rekomendasi
kelembagaan dan temporal yang tidak Kelemahan yang tidak bisa
bertentangan dengan tujuan pokok. dihindari dalam penelitian ini adalah tidak
2. Berdasarkan tujuan tersebut, materi bisa dirumuskannya ukuran peningkatan
pesantren kilat diarahkan kepada mental spiritual. Sebagai konsekuensinya,
pencapaian rumusan tujuan dimaksud. efektivitas pembelajaran pesantren kilat
Materi pokok pesantren kilat tidak bisa diukur secara pasti. Peningkatan
merupakan materi yang berkaitan yang diperoleh dari uji coba lebih bersifat
dengan fardhu „ain. Adapun materi kognitif. Selain itu, peneliti juga memiliki
pengembangan dapat disesuaikan keterbatasan dalam perumusan variabel dan
dengan keadaan masyarakat dan kegiatan uji coba. Berdasarkan hal
lembaga penyelenggara pesantren kilat. tersebut, perlu direkomendasikan hal-hal
3. Metode dan teknik pembelajaran yang sebagai berikut:
digunakan dalam pesantren kilat 1. Perlu dirumuskan ukuran peningkatan
diorientasikan kepada diskusi kelompok mental spiritual.
dan praktek lapangan. Penggunaan 2. Jika model pembelajaran pesantren kilat
teknik ceramah hanya dilakukan untuk yang direkomendasikan diuji kembali
materi yang bersifat umum dan dibantu dengan memperkaya variabel dan
dengan media pembelajaran yang lain. kegiatan uji coba yang berbeda maka
Diskusi kelompok merupakan teknik tidak tertutup kemungkinan adanya
kunci dalam keberhasilan pembelajaran pengembangan model lebih lanjut.
pesantren kilat. Selain rekomendasi untuk hal-hal
4. Teknik evaluasi dalam pesantren kilat yang bersifat teoritis, perlu juga
diarahkan pada penghargaan direkomendasikan hal-hal yang bersifat
pengetahuan dan kemampuan siswa dan teknis, yaitu:
dalam kerangka meningkatkan motivasi 1. Penyelenggaraan pesantren kilat
mereka dalam mempelajari nilai-nilai merupakan kebutuhan yang harus
Islam, bukan dalam kerangka disadari oleh pengelola tingkat SLTA.
memberikan nilai. Kebutuhan tersebut muncul karena
pertama, pengetahuan dan kemampuan
siswa SLTA dalam bidang agama Al Zarnuji, B. T.t. Ta‟limul Muta‟allim.
sangat rendah. Kedua, banyak siswa Surabaya: Maktabah Syekh
SLTA yang hanya menggantungkan Muhammad bin Ahmad Nabhan.
waktu belajar agama Islam kepada Borg dan Ball. (1979). Educational
sekolah. Padahal, alokasi waktu untuk Research An Introduction. New
Pendidikan Agama hanya 2 jam York: Southen Press.
pelajaran per minggu. Ketiga, arus Chirzin,MH. (1974). “Agama dan Ilmu
globalisasi dan perkembangan dalam Pesantren”, dalam Wahid, A.,
teknologi informatika yang banyak et al (1974). Pesantren dan
membuka peluang maksiat tidak dapat Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.
dihentikan kecuali dengan peningkatan Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. (1999).
keimanan secara terus menerus dan Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT.
sistematis. Ikrar Mandiriabadi.
2. Untuk meningkatkan efektivitas Echols, JM. (1993). Kamus Inggris
penyelenggaraan pesantren kilat, Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
penyelenggara harus membuat Hasyimi, BA. (1948). Mukhtar al Hadits
perencanaan yang matang. An Nabawiyyah. Jeddah: Al
Keberhasilan penyelenggaraan Haramain.
pesantren kilat sangat tergantung Ibrahim, (1988). Inovasi Pendidikan.
kepada kemampuan penyelenggara Jakarta: Departemen Pendidikan
dalam mendesain kegiatan yang sesuai dan Kebudayaan.
dengan perkembangan siswa. Model Imansyah,M. (2003). PHP dan MySQL
pembelajaran yang dihasilkan dari untuk Orang Awam. Palembang:
penelitian ini hanya sebagai alat bantu CV. Maxikom.
yang kontribusinya mungkin sangat Ibnu Sina. (1906). As Siyasah fi at
kecil. Tarbiyah (dalam majalah Al
3. Pentingnya penyelenggaraan pesantren Masyriq). Mesir.
kilat yang efektif menimbulkan Khotib, MA, (1989). Ushul al Hadits
konsekuensi pentingnya sosialisasi dan Ulumuh wa Mutstolahuh.
penggunaan sistem informasi pesantren Beirut:.Daar al Fikr.
kilat. Oleh karena itu, Mastuhu, (1994). Dinamika Sistem
direkomendasikan penggunaan sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta:
informasi ini sehingga perkembangan Indonesian-Netherlands
siswa dapat dijadikan sebagai variabel Cooperation in Islamic Studies.
yang dominan dalam pembuatan Mattjik, AA. (2002). Perancangan
perencanaan pembelajaran. Percobaan Dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor: IPB Press.
DAFTAR PUSTAKA Moleong, LJ. (1996). Metodologi
Arifin, HM. (1995). Kapita Selekta Penelitian kualitatif. Bandung:
Pendidikan (Islam dan Umum). Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Mujahidin, E. (2004). Pengembangan
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Kurikulum Pendidikan Agama
Suatu pendekatan praktek. Jakarta: Islam di Sekolah Menengah Umum.
Penerbit Rineka Cipta.
Buletin Penelitian universitas Siegel, S. (1997). Statistik Nonparametrik
Djuanda Vol. 8 No. 1 (April 2004). Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Terjemahan
Quthb, M. (1993). Sistem Pendidikan oleh Zanzawi Suyuti dan Landung
Islam. Terjemahan Salman Harun. Simatupang. Jakarta: PT. Gramedia.
Bandung: PT. Alma’arif. Tafsir, A. (1991). Ilmu Pendidikan Dalam
Republika. (2004). “Media Terus Memicu Perspektif Islam. Bandung:
Faktor Negatif”. Republika (29 Mei .Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
2004). Zaltman, G., Duncan, R. Holbek,J. (1973).
Rogers, EM., (1983). Diffusion of Innovation and Organization. New
Innovation. New York: The free York, London, Sydney, Toronto:
Press a Division of Macmillan Interscience Publication John Wiley
Publishing Co. and Sons.

You might also like