You are on page 1of 8

LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN IPS

Hafizah Nur Fadillah

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Bengkulu

Jl.Cimanuk 6.5 Kota Bengkulu

Email : hafizahnurfadillahh@gmail.com

PENDAHULUAN

Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu seyogyanya
memiliki landasan dalam pengembangan. Landasan ini diharapkan akan dapat
memberikan pemikiran,pemikiran mendasar tentang pengembangan struktur,
metodologi, dan memanfaatan pendidikan IPS sebagai pedidikan disiplin ilmu.
Menurut Sapriya (2009, hlm. 16) landasan pendidikan IPS sebagai pendidikan
disiplin ilmu adalah sebagai berikut.

1. Landasar filosofis
Memberikan gagasan pemikiran mendasar yang digunakan untuk
menentukan apa objek kajian atau domain apa saja yang meajdi kajian
pokok dan dimensi pengembangan pengetahuan IPS sebagai pendidikan
disiplin ilmu.
2. Landasan ideologis
Sistem gagasan mendasar untuk memberi pertimbangan dan menjawab
pertanyaan. (1) bagaimana keterkaitan anatara das sein
pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan dan sollen pendidikan
IPS; dan (2) bagaimana keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan
hakikat dan praksis etika, moral, politik, dan norma-norma perilaku dalam
membangun dan mengembangkan pendiidkan IPS.
3. Landasan sosiologis
Memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita- cita,
kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa
depan melalui interaksi sosial yang akan membangun teori-teori atau
prinsip-prinsip pendidikan IPS sebagai disiplin ilmu.
4. Landasan antropologis
Memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar dalam menentukan pola,
sistem, dan struktur pendidikan disiplin ilmu sehingga relevan dengan pola,
sistem, dan struktur kebudayaan bahkan dengan pola, sistem, dan struktur
perilaku manusia yang kompleks.Landasan kemanusiaan
Memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan
karakteristik ideal manusia sebagai sasaran proses pendidikan.
5. Landasan politis
Memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan arah
dan garis kebijakan politik dalam pendidikan dari IPS.
6. Landasan psikologis
Memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan cara-
caa pendidikan IPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya,
baik dalam tatanan personal maupun. Berdasarkan hal di atas, maka
masalahnya model pembelajaran apa yang bisa digunakan agar proses
pembelajaran aktif, kreatif serta inovatif dapat berlangsung dengan baik.

TUJUAN PENULISAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam artikel ini adalah untuk mengetahui
pembelajaran berdasarkan landasan psikologi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran pendidikan IPS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh utama pembelajaran IPS di Indonesia sulit berkembang, adalah


1. minimnya ketertarikan peserta didik

terhadap pembelajaran IPS itu sendiri. Hal tersebut pasti dipengaruhi oleh
persepsi masyarakat, pandangan miring para orang tua terhadap IPS, model
pembelajarannya, dan pengaruh yang lainnya. Berikut faktor faktor penyebab
pembelajaran IPS kurang diminati para peserta didik, antara lain :

a. Metode pembelajaran yang monoton. Pada pembelajaran IPS di sekolah dasar


cenderung masih menggunakan metode konvensional yang membuat
pembelajaran menjadi membosankan dan kurang bermakna. Pemilihan metode
yang cocok merupakan salah satu langkah untuk membuat pembelajaran IPS di
sekolah dasar menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Ini untuk menghindari
dan memperbaiki pandangan masyarakat yang mengidentikkan pembelajaran IPS
merupakan pembelajaran yang membosankan karena hanya hafalan semata.

b. Persepsi bahwa IPS tidak penting.

IPS dipandang tidak ada gunanya dalam konteks kehidupan sehari-hari baik dalam
konteks kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa. IPS tidak praktis, tidak
dapat membangun gedung atau membangun jembatan, tidak dapat
mendatangkan uang, tidak ada les IPS, dan begitu seterusnya yang pada intinya
tidak langsung menghasilkan materi atau uang. Dalam konteks ini, masyarakatkita
sudah banyak terbius oleh paham materialisme dan pragmatisme. Masyarakat
juga berparadigma bahwa prospek kerja IPA lebih menjanjikan.

c. Persepsi bahwa IPS ada di tingkat dua. Pembelajaran di IPS dikenal santai,
sebab tidak dikelilingi oleh rumus- rumus seperti pada IPA. Maka dari itu, para
peserta didik IPS jarang terikat oleh waktu dan sedikit lebih longgar dalam belajar.
Hal tersebut menjadikan masyarakat lebih menomorsatukan IPA yang notabene
lebih fulltime karena ada waktu untuk praktikum dan lain sebagainya.

Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan


pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan
lingkungan.

1. Teori Belajar Konstruktivisme


Teori belajar ini mengatakan bahwa dalam belajar siswa harus mengalami
sendiri sehingga nantinya siswa akan dapat memperoleh pengalaman baru
dan nantinya bermuara pada perubahan tingkah laku. Sanjaya (2006, hlm.
225) mengatakan bahwa “Sesuai dengan filsafat konstruktivisme tentang
hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa
belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses 3 Hubungan antara teori
konstruktivisme dan teori Gagne dengan penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) dalam pembelajaran IPS pada materi sumber daya alam dan kegiatan
ekonomi akan dapat memberikan suatu pengalaman belajar yang bermakna
kepada siswa. Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
akan dapat membuat siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan yang mereka
peroleh kemudian mengembangkannya menjadi kemampuan intelektual,
meningkatkan komunikasi verbal dan perubahan sikap dan juga hasil belajar.
2. Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne (dalam Djamarah, 2011, hlm. 22) memberikan dua definisi,
yaitu.
1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2) Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari
instruksi.Dari sumber lain, Gagne (dalam Purwanto, 1980, hlm. 84)
berpendapat bahwa “Belajar adalah sebagai suatu proses
di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman.” Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa suatu pembelajaran
akan lebih bermakna jika siswa sendiri yang mengalami pembelajaran
tersebut, dan harus terdapat ranah kognitif, afektif, dan psikomotor di
dalamnya. Gagne (dalam Djamarah, 2011, hlm. 22) membagi segala sesuatu
yang dipelajari manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the
domainds of learning, yaitu sebagai berikut:
1) Keterampilan Motoris (motor skill).
2) Informasi verbal.
3) Kemampuan intelektual.
4) Strategi ko
Pemilihanharuslah memepertimbangkan beberapa hal yaitu
(1) tujuan pembelajaran,
(2) sifat materi pembelajaran,
(3) ketersediaan fasilitas,
(4) kondisi peserta didik, dan
(5) alokasi waktu yang tersedia.
Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran
yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajaran fasilitas maupun media yang tersedia dan
kondisi guru itu sendiri. Berikut uraian dari beberapa model yang dapat guru
pilih sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.

a. Model pembelajaran CTL(Contextual Teaching and Learning)


Menurut Sanjaya (dalam Maulana, 2010, hlm. 17) mengatakan
bahwa,Contextual Teaching and Learning adalah suatu stategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan model pembelajaran
mengatakan bahwa “Tahapan pembelajaran CTL dibagi menjadi empat tahap
yaitu, tahap invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan
tindakan”.

b. Model Pembelajaran Inkuiri Menurut Sudjana, 2009, hlm. 109


mengemukakan bahwa “Model pembelajaran ikuiri diartikan sebagai
model pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk
melakukan eksperimen sendiri”. Model pembelajaran inkuiri umumnya
diorganisasikan menjadi pendahuluan, diajukan pertanyaan yang
bertujuan memprediksi, membuat hipotesis demonstrasi, mengevaluasi
hipotesis, mengambil keputusan, dan aplikasi. saling membantu”.
Walaupun prinsip seharusnya merupakan bagian dari dasar kooperatif
tidak berubah, terdapat kumpulan strategi guru dalam menerapkan
beberapa variasi dari model tersebut. model pembelajaran kooperatif.
Yaitu Setidaknya rerdapat empat model yang (Teams Games Tournament)
dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan
Numbered Head Together (NHT).
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Menurut Trianto, 2007, hlm.
67 berpendapat bahwa, Model pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada banyaknya permasalahan yang didasarkan pada
banyaknya permasalahan yang membutuhkan autentik yakni penyelidikan
yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division (STAD).
Pada pembelajaran IPS diperlukan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan prestasi siswa. Model yang
digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Roger, dkk. (dalam
Huda, 2011, hlm. 29) mengatakan bahwa. Pembelajaran kooperatif
merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang di organisisir oleh satu
prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi
STAD, JIGSAW, Insvestigasi Kelompok
secara sosial di antara kelompok kelompok pembelajar yang di dalamnya
setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain.

Pendapat ini memiliki kemiripan dengan pendapat Hamdani (2010, hlm.


93) yang menyebutkan langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
dari enam langkah, yaitu:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam
orang secara heterogen (campuran dari prestasi, jenis kelamin, ras).
2) Guru menyajikan pembelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya,
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Memberi evaluasi.
5) Penutup.
langkah-langkah ini dengan baik maka pembelajaran kooperatif tipe STAD
akan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat
Jika dipersiapkan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk mengatasi
masalah yang ada pada saat proses pembelajaran dan dapat menjawab
dengan baik kuis yang diberikan.

PENUTUP
Dapat kita simpulkan bahwa psikologis adalah hal yang wajib diketahui
oleh para calon pendidik agar supaya para pendidik tersebut mampu memilih
metode apa yang bisa diterapkan untuk menghadapi para peserta didik dalam
proses belajar mengajar, mampu menguasai kelas dengan keadaan jiwa dan
karakter yang berbeda-beda, dengan emosi yang pasang surut.
Oleh sebab itu para pendidik diwajibkan mempunyai pedoman dalam
mengajar, dan salah satu pedoman tersebut adalah landasan psikologi
pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN
Purnomo, A. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
dengan Penerapan Model Pembelajaran Pada pembahasan dari latar
belakang masalah tentang landasan psikologis pendidikan maka dapat

Kooperatif Tipe TPS (THINK PAIR SHARE) Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(2), 1-9.

Irham, M & Wiyani , N. A. 2015, Psikologi Pendidikan, Teori dan Aplikasi


dalam Proses Pembelajaran, Yogyakarta:Ar-ruzz Media

Mustadi, A. (2020). Landasan pendidikan sekolah dasar (Vol. 174). UNY Press.

You might also like