Professional Documents
Culture Documents
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK SMA PAD...
Sri Wahyu Widyaningsih
Mengonst ruksi Rancangan Soal Domain Kompet ensi Lit erasi Saint ifik Siswa SMP Kelas VIII p…
Adib Rifqi Set iawan
IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNT UK MENINGKAT KAN HASIL BELAJAR FISIKA P…
Sofyan Aja
PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA KUANT UM DENGAN MEMANFAAT KAN MEDIA PHET SIMULAT ION …
Ant omi Saregar
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55
e-ISSN: 2503-023X DOI: 10.24042/jipf%20al-biruni.v6i1.597
April 2017
Abstract: This research aims to determine the increase of PBL (Problem Based Learning) model on effort
and energy material by the XI MIA 6, CLASS OF SMA NEGERI 1 Manokwari. The subject amount of this
research consists of 25 students which are divided into 11 boys and 14 girls. This is a classroom action
research, which refers to the Kemmis and Taggart style. This research is conducted in two cycles, which in
every cycle consists of planning implementation, action and observation, and reflection. The data of this
research is taken using multiple choice and essay test. Meanwhile, the psychomotor learning result is taken
using psychomotor assessment sheet through the expert observation. The cognitive result of cycle I is 64%
and the result of cognitive result in cycle II is 84%. Whereas, the psychomotor learning result of preparing
tools and materials aspect increases until 4%, string up the tools and materials aspect increases until 6%,
experiment aspect increases until 12%, observe the experiment aspect increases until 7%, and convey the
experiment aspect increases until 8%. The analysis data showed the PBL application can improve the
students’ learning result.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan model PBL (Problem Based Learning)
pada materi usaha dan energi kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Manokwari. Subyek penelitian berjumlah 25
orang yang terdiri 11 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang mengacu pada model Kemmis dan Taggart. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri
dari tahap perencanaan, tindakan dan pengamatan, refleksi. Data penelitian berupa hasil belajar kognitif
yang diambil dengan teknik tes pilihan ganda dan uraian. Sedangkan, hasil belajar psikomotor diambil
menggunakan lembar penilaian psikomotor melalui observasi pengamat. Hasil belajar kognitif sebesar 64%
pada siklus I dan 84% pada siklus II. Sedangkan, hasil belajar psikomotor aspek mempersiapkan alat dan
bahan meningkat sebesar 4%, aspek merangkai alat dan bahan meningkat sebesar 6%, aspek melakukan
percobaan meningkat sebesar 12%, aspek mengamati percobaan sebesar 7%, dan aspek menyampaikan
percobaan meningkat sebesar 8%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Kata kunci: hasil belajar, problem based learning (PBL), usaha dan energi
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, bahan pelajaran, dan 2) cara yang
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
warga negara yang demokratis serta SMA Negeri 1 Manokwari adalah
bertanggung jawab. salah satu sekolah yang melaksanakan
Fisika merupakan bagian dari ilmu proses pembelajaran menggunakan
pengetahuan alam (IPA) yang merupakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
hasil kegiatan manusia yang berupa menuntut pelaksanaan pembelajaran
pengetahuan, gagasan dan konsep yang fisika di sekolah dilakukan secara
terorganisir tentang alam sekitar yang scientific untuk menumbuhkembangkan
diperoleh dari pengalaman melalui kemampuan berpikir, bekerja, bersikap
serangkaian proses ilmiah (Widyaningsih, ilmiah dan berkomunikasi sebagai salah
S.W. 2011). Fisika bukan hanya satu aspek penting keterampilan hidup
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, (Leonda, A. M., Desnita, & Budi, S.
konsep, atau prinsip saja, tetapi juga Agus, 2015). Kurikulum 2013 disusun
merupakan proses pembelajaran yang dengan ciri mengembangkan
memberikan pengalaman langsung keseimbangan antara pengembangan
kepada peserta didik untuk memahami sikap spiritual, sosial, rasa ingin tahu,
alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran kreativitas, kerja sama dengan
Fisika bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
penguasaan peserta didik terhadap Kurikulum 2013 bertujuan untuk
pengetahuan, konsep, prinsip Fisika, serta mempersiapkan warga negara Indonesia
mengembangkan keterampilan peserta yang memiliki kemampuan hidup sebagai
didik (Susanti, Dwi, Soetadi, Waskito & pribadi dan warga negara yang beriman,
Surantoro, 2014). Dari beberapa pendapat produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
tersebut, dapat disimpulkan bahwa fisika serta mampu berkontribusi pada
merupakan cabang IPA yang didalamnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
mempelajari fenomena yang terjadi di bernegara, dan peradaban dunia
alam semesta. (Permendikbud, 2013).
Ada beberapa komponen yang sangat Hasil observasi selama pelaksanaan
penting dari sebuah sistem pendidikan Program Latihan Profesi (PLP) dan
yaitu kurikulum karena dalam kurikulum wawancara dengan guru fisika di SMA
bukan hanya merumuskan mengenai Negeri 1 Manokwari bahwa praktikum
tujuan yang harus dicapai sehingga hanya dilakukan beberapa kali saja,
memperjelas arah pendidikan, tetapi juga sehingga hal ini berdampak pada aspek
memberikan pemahaman tentang psikomotorik dan afektif peserta didik.
pengalaman belajar yang harus dimiliki Hal tersebut tentu saja juga berpengaruh
setiap peserta didik (Sanjaya, 2008). pada aspek kognitif yang terlihat pada
Menurut Undang-undang No 20 Tahun ktuntasan hasil belajar peserta didik hanya
2003 yaitu tentang Sistem Pendidikan mencapai 52% dari 25 peserta didik
Nasional mengatakan bahwa kurikulum dengan kriteria ketuntasan minimal
merupakan seperangkat rencana dan (KKM) mata pelajaran fisika yang telah
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan ditetapkan yaitu 70.
bahan pelajaran serta cara yang digunakan Rendahnya hasil belajar aspek kognitif
sebagai pedoman penyelenggaraan peserta didik dikarenakan peserta didik
kegiatan pembelajaran untuk mencapai belum maksimal terlibat secara aktif
tujuan pendidikan tertentu. Sehingga dalam proses pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat bahwa terdapat dua dimensi ditunjukkan saat mengikuti proses
kurikulum yaitu 1) rencana dan pembelajaran di kelas, peserta didik ada
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55 49
yang tidak memperhatikan saat guru peserta didik dilatih untuk memiliki
menerangkan pelajaran, suka kemampuan memecahkan masalah dalam
mengganggu teman, sibuk dengan keadaan nyata, 2) mempunyai
kepentingannya sendiri seperti bermain kemampuan membangun pengetahuannya
hp, berbicara dengan teman sebangkunya. sendiri melalui aktivitas belajar, 3)
Pembelajaran fisika diharapkan menjadi pembelajaran berfokus pada masalah
pembelajaran yang aktif, efektif, dan sehingga materi yang tidak ada
menyenangkan. Oleh karena itu, perlu hubungannya tidak perlu dipelajari oleh
adanya inovasi dalam kegiatan peserta didik. Hal ini mengurangi beban
pembelajaran khususnya mata pelajaran peserta didik dengan menghafal atau
fisika di kelas. Inovasi tersebut dapat menyimpan informasi, 4) terjadi aktivitas
berupa model pembelajaran yang ilmiah pada peserta didik melalui kerja
mengaktifkan peserta didik selama proses kelompok, 5) peserta didik terbiasa
pembelajaran. Salah satu model menggunakan sumber-sumber
pembelajaran yang dapat digunakan untuk pengetahuan, baik dari perpustakaan,
mengatasi permasalahan adalah model internet, wawancara, dan observasi, 6)
PBL. Pembelajaran Berbasis Masalah peserta didik memiliki kemampuan
atau Problem Based Learning (PBL) menilai kemajuan belajarnya sendiri, 7)
adalah salah satu model pembelajaran peserta didik memiliki kemampuan untuk
inovatif yang memberikan kondisi belajar melakukan komunikasi ilmiah dalam
aktif kepada peserta didik (Nisa, 2015: 3). kegiatan diskusi atau presentasi hasil
Menurut Utrifani A dan Turnip M. Betty pekerjaan mereka, dan 8) kesulitan belajar
(2014) PBL merupakan model peserta didik secara individual dapat
pembelajaran yang melibatkan peserta diatasi melalui kerja kelompok dalam
didik untuk memecahkan suatu masalah bentuk peer teaching.
melalui tahap metode ilmiah sehingga Sedangkan, kekurangan model PBL
peserta didik dapat mempelajari (Shoimin, 2016) antara lain: 1)
pengetahuan yang berhubungan dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM)
masalah tersebut serta memiliki tidak dapat diterapkan untuk setiap materi
keterampilan untuk memecahkan pelajaran, ada bagian guru berperan aktif
masalah. dalam menyajikan materi. PBM lebih
Menurut Arends (2008) PBL adalah cocok untuk pembelajaran yang menuntut
pembelajaran yang memiliki esensi kemampuan tertentu yang kaitannya
berupa penyuguhan berbagai bermasalah dengan pemecahan masalah, dan 2) dalam
yang autentik dan bermakna kepada suatu kelas yang memiliki tingkat
peserta didik, yang dapat berfungsi keragaman peserta didik yang tinggi akan
sebagai sarana untuk melakukan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
investigasi dan penyelidikan. Di awal Tahap model PBL adalah sebagai
pembelajaran peserta didik diberi berikut:
permasalahan terlebih dahulu selanjutnya
masalah tersebut diinvestigasi dan Tabel 1. Fase model PBL
dianalisis untuk dicari solusinya. Jadi, Fase Model PBL Perilaku Guru
peran guru dalam pembelajaran adalah Fase 1: Memberikan Membahas tujuan
memberikan berbagai masalah, orientasi pelajaran,
pertanyaan, dan memberikan fasilitas mengenai mendeskripsikan
masalah pada kebutuhan penting,
terhadap penyelidikan peserta didik. peserta didik dan memotivasi
Setiap model memiliki kelebihan dan peserta didik untuk
kekurangan. Kelebihan model PBL terlibat pada
menurut Shoimin (2016) antara lain: 1) kegiatan mengatasi
50 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55
penelitian ini berjumlah dua orang yaitu klasikal diharapkan siswa memahami
seorang guru mata pelajaran fisika kelas materi yang dipelajari dengan pencapaian
XI MIA 6 dan teman sejawat. Guru mata 75% siswa dapat tuntas pada kompetensi
pelajaran fisika bertugas mengamati dasar yang diberikan (Gumrowi, A. 2016)
aktivitas guru melalui pengisian lembar Menghitung Ketuntasan Belajar
observasi yang telah disiapkan sedangkan Klasikal (KBK) menggunakan sebagai
teman sejawat bertugas mengamati aspek berikut:
psikomotor peserta didik.
c. Refleksi 1
Tahap ini peneliti mengumpulkan data
yang telah diperoleh selama observasi, HASIL DAN PEMBAHASAN
berupa lembar observasi aktivitas guru, Berdasarkan hasil analisis
lembar penilaian psikomotor peserta menunjukkan bahwa penerapan model
didik, dan hasil tes peserta didik. Data pembelajaran Problem Based Learning
observasi tersebut dianalisis kemudian (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar
direfleksikan dengan cara berdiskusi peserta didik.
bersama observer. Kegiatan refleksi
merupakan kegiatan yang sangat penting Tabel 2. Hasil Belajar Kognitif
Tes
yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil Keterangan
Awal
Siklus I Siklus II
tindakan yang telah dilakukan dengan Nilai
melihat apa yang masih perlu diperbaiki, 56,85 90 95
tertinggi
ditingkatkan atau dipertahankan. Nilai
5 30 25,50
Tindakan ini merupakan salah satu bentuk terendah
evaluasi terhadap diri sendiri. Dari hasil Rata-rata 37,77 72,48 74,05
refleksi tersebut dicari solusinya Jumlah
kemudian dilanjutkan pada siklus peserta
- 16 orang 21 orang
didik yang
berikutnya. tuntas
Keempat tahapan ini dilakukan secara Ketuntasan
berulang ke siklus berikutnya sampai Belajar 0% 64% 84%
masalah yang dihadapi dapat teratasi dan Klasikal
diperoleh hasil yang ajeg (Saregar, A.
2016). Indikator keberhasilan dalam Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
pembelajaran ini tercermin dari adanya hasil belajar kognitif peserta didik
peningkatan hasil belajar peserta didik di mengalami peningkatan di setiap siklus.
setiap siklusnya, yaitu peningkatan hasil Pada tes awal persentase KBK 0% yang
belajar kognitif dan psikomotor baik artinya tidak ada peserta didik yang
secara individual maupun klasikal. tuntas. Hal ini dikarenakan peserta didik
Dimana KKM untuk mata pelajaran sama sekali belum diajarkan materi
fisika kelas XI di SMA Negeri 1 tersebut. Setelah pemberian tindakan pada
Manokwari adalah 70. KKM berfungsi siklus I, diperoleh persentase KBK
sebagai patokan guru dalam menilai sebesar 64% dengan kategori cukup. Dari
kompetensi peserta didik sesuai hasil analisis siklus I, proses pembelajaran
kompetensi dasar mata pelajaran yang dengan penerapan PBL belum mencapai
diikuti (Ratumanan & Laurens, 2011) kriteria ketuntasan 75%, sehingga dapat
Peserta didik dianggap tuntas belajar bila dikatakan bahwa hasil belajar kognitif
memperoleh nilai 70 atau sama dengan peserta didik pada siklus I belum berhasil.
atau lebih besar dari nilai KKM Hal ini disebabkan peserta didik masih
(Novitasari, Devi., Wahyuni, Dwi., & bingung dan kesulitan dalam mengerjakan
Prihatin, Jekti, 2015). Selain itu secara LKPD yang diberikan. Sebagaimana
52 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55
SIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil
dan pembahasan, maka kesimpulan
penelitian ini yaitu:
1. Penerapan model pembelajaran PBL
dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif. Hal ini dapat dilihat
Gambar 2. Hasil Pengamatan Aktivitas berdasarkan peningkatan persentase
Guru Siklus I dan II KBK. Persentase KBK pada siklus I
54 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55