You are on page 1of 10

Accelerat ing t he world's research.

PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK SMA PAD...
Sri Wahyu Widyaningsih

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Mengonst ruksi Rancangan Soal Domain Kompet ensi Lit erasi Saint ifik Siswa SMP Kelas VIII p…
Adib Rifqi Set iawan

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNT UK MENINGKAT KAN HASIL BELAJAR FISIKA P…
Sofyan Aja

PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA KUANT UM DENGAN MEMANFAAT KAN MEDIA PHET SIMULAT ION …
Ant omi Saregar
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55
e-ISSN: 2503-023X DOI: 10.24042/jipf%20al-biruni.v6i1.597
April 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK SMA PADA MATERI USAHA DAN ENERGI

Nensy Rerung1, Iriwi L.S. Sinon2, Sri Wahyu Widyaningsih3


Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNIPA, Jln. Gunung Salju Amban Manokwari Papua Barat 98314
e-mail: 1nensyrerung@gmail.com; 2i.sinon@unipa.ac.ad; 3s.widyaningsih@unipa.ac.ad

Diterima: 2 Maret 2017. Disetujui: 11 April 2017. Dipublikasikan: 29 April 2017

Abstract: This research aims to determine the increase of PBL (Problem Based Learning) model on effort
and energy material by the XI MIA 6, CLASS OF SMA NEGERI 1 Manokwari. The subject amount of this
research consists of 25 students which are divided into 11 boys and 14 girls. This is a classroom action
research, which refers to the Kemmis and Taggart style. This research is conducted in two cycles, which in
every cycle consists of planning implementation, action and observation, and reflection. The data of this
research is taken using multiple choice and essay test. Meanwhile, the psychomotor learning result is taken
using psychomotor assessment sheet through the expert observation. The cognitive result of cycle I is 64%
and the result of cognitive result in cycle II is 84%. Whereas, the psychomotor learning result of preparing
tools and materials aspect increases until 4%, string up the tools and materials aspect increases until 6%,
experiment aspect increases until 12%, observe the experiment aspect increases until 7%, and convey the
experiment aspect increases until 8%. The analysis data showed the PBL application can improve the
students’ learning result.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan model PBL (Problem Based Learning)
pada materi usaha dan energi kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Manokwari. Subyek penelitian berjumlah 25
orang yang terdiri 11 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang mengacu pada model Kemmis dan Taggart. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri
dari tahap perencanaan, tindakan dan pengamatan, refleksi. Data penelitian berupa hasil belajar kognitif
yang diambil dengan teknik tes pilihan ganda dan uraian. Sedangkan, hasil belajar psikomotor diambil
menggunakan lembar penilaian psikomotor melalui observasi pengamat. Hasil belajar kognitif sebesar 64%
pada siklus I dan 84% pada siklus II. Sedangkan, hasil belajar psikomotor aspek mempersiapkan alat dan
bahan meningkat sebesar 4%, aspek merangkai alat dan bahan meningkat sebesar 6%, aspek melakukan
percobaan meningkat sebesar 12%, aspek mengamati percobaan sebesar 7%, dan aspek menyampaikan
percobaan meningkat sebesar 8%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

© 2017 Pendidikan Fisika FTK UIN Raden Intan Lampung

Kata kunci: hasil belajar, problem based learning (PBL), usaha dan energi

PENDAHULUAN II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan


Menurut Kurniawan (2012) pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan
merupakan kegiatan mengoptimalkan nasional berfungsi untuk mengembangkan
perkembangan potensi, kecakapan, serta kemampuan, membentuk watak dan
karakteristik pribadi peserta didik. peradaban bangsa yang bermartabat
Kegiatan pendidikan diarahkan pada dalam rangka mencerdaskan kehidupan
pencapaian tujuan pendidikan. bangsa. Selain itu pendidikan bertujuan
Tujuan pendidikan dalam UU RI No untuk berkembangnya potensi peserta
20 Tahun 2003 yang tercantum pada BAB didik agar menjadi manusia yang beriman
48 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, bahan pelajaran, dan 2) cara yang
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
warga negara yang demokratis serta SMA Negeri 1 Manokwari adalah
bertanggung jawab. salah satu sekolah yang melaksanakan
Fisika merupakan bagian dari ilmu proses pembelajaran menggunakan
pengetahuan alam (IPA) yang merupakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
hasil kegiatan manusia yang berupa menuntut pelaksanaan pembelajaran
pengetahuan, gagasan dan konsep yang fisika di sekolah dilakukan secara
terorganisir tentang alam sekitar yang scientific untuk menumbuhkembangkan
diperoleh dari pengalaman melalui kemampuan berpikir, bekerja, bersikap
serangkaian proses ilmiah (Widyaningsih, ilmiah dan berkomunikasi sebagai salah
S.W. 2011). Fisika bukan hanya satu aspek penting keterampilan hidup
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, (Leonda, A. M., Desnita, & Budi, S.
konsep, atau prinsip saja, tetapi juga Agus, 2015). Kurikulum 2013 disusun
merupakan proses pembelajaran yang dengan ciri mengembangkan
memberikan pengalaman langsung keseimbangan antara pengembangan
kepada peserta didik untuk memahami sikap spiritual, sosial, rasa ingin tahu,
alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran kreativitas, kerja sama dengan
Fisika bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
penguasaan peserta didik terhadap Kurikulum 2013 bertujuan untuk
pengetahuan, konsep, prinsip Fisika, serta mempersiapkan warga negara Indonesia
mengembangkan keterampilan peserta yang memiliki kemampuan hidup sebagai
didik (Susanti, Dwi, Soetadi, Waskito & pribadi dan warga negara yang beriman,
Surantoro, 2014). Dari beberapa pendapat produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
tersebut, dapat disimpulkan bahwa fisika serta mampu berkontribusi pada
merupakan cabang IPA yang didalamnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
mempelajari fenomena yang terjadi di bernegara, dan peradaban dunia
alam semesta. (Permendikbud, 2013).
Ada beberapa komponen yang sangat Hasil observasi selama pelaksanaan
penting dari sebuah sistem pendidikan Program Latihan Profesi (PLP) dan
yaitu kurikulum karena dalam kurikulum wawancara dengan guru fisika di SMA
bukan hanya merumuskan mengenai Negeri 1 Manokwari bahwa praktikum
tujuan yang harus dicapai sehingga hanya dilakukan beberapa kali saja,
memperjelas arah pendidikan, tetapi juga sehingga hal ini berdampak pada aspek
memberikan pemahaman tentang psikomotorik dan afektif peserta didik.
pengalaman belajar yang harus dimiliki Hal tersebut tentu saja juga berpengaruh
setiap peserta didik (Sanjaya, 2008). pada aspek kognitif yang terlihat pada
Menurut Undang-undang No 20 Tahun ktuntasan hasil belajar peserta didik hanya
2003 yaitu tentang Sistem Pendidikan mencapai 52% dari 25 peserta didik
Nasional mengatakan bahwa kurikulum dengan kriteria ketuntasan minimal
merupakan seperangkat rencana dan (KKM) mata pelajaran fisika yang telah
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan ditetapkan yaitu 70.
bahan pelajaran serta cara yang digunakan Rendahnya hasil belajar aspek kognitif
sebagai pedoman penyelenggaraan peserta didik dikarenakan peserta didik
kegiatan pembelajaran untuk mencapai belum maksimal terlibat secara aktif
tujuan pendidikan tertentu. Sehingga dalam proses pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat bahwa terdapat dua dimensi ditunjukkan saat mengikuti proses
kurikulum yaitu 1) rencana dan pembelajaran di kelas, peserta didik ada
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55 49

yang tidak memperhatikan saat guru peserta didik dilatih untuk memiliki
menerangkan pelajaran, suka kemampuan memecahkan masalah dalam
mengganggu teman, sibuk dengan keadaan nyata, 2) mempunyai
kepentingannya sendiri seperti bermain kemampuan membangun pengetahuannya
hp, berbicara dengan teman sebangkunya. sendiri melalui aktivitas belajar, 3)
Pembelajaran fisika diharapkan menjadi pembelajaran berfokus pada masalah
pembelajaran yang aktif, efektif, dan sehingga materi yang tidak ada
menyenangkan. Oleh karena itu, perlu hubungannya tidak perlu dipelajari oleh
adanya inovasi dalam kegiatan peserta didik. Hal ini mengurangi beban
pembelajaran khususnya mata pelajaran peserta didik dengan menghafal atau
fisika di kelas. Inovasi tersebut dapat menyimpan informasi, 4) terjadi aktivitas
berupa model pembelajaran yang ilmiah pada peserta didik melalui kerja
mengaktifkan peserta didik selama proses kelompok, 5) peserta didik terbiasa
pembelajaran. Salah satu model menggunakan sumber-sumber
pembelajaran yang dapat digunakan untuk pengetahuan, baik dari perpustakaan,
mengatasi permasalahan adalah model internet, wawancara, dan observasi, 6)
PBL. Pembelajaran Berbasis Masalah peserta didik memiliki kemampuan
atau Problem Based Learning (PBL) menilai kemajuan belajarnya sendiri, 7)
adalah salah satu model pembelajaran peserta didik memiliki kemampuan untuk
inovatif yang memberikan kondisi belajar melakukan komunikasi ilmiah dalam
aktif kepada peserta didik (Nisa, 2015: 3). kegiatan diskusi atau presentasi hasil
Menurut Utrifani A dan Turnip M. Betty pekerjaan mereka, dan 8) kesulitan belajar
(2014) PBL merupakan model peserta didik secara individual dapat
pembelajaran yang melibatkan peserta diatasi melalui kerja kelompok dalam
didik untuk memecahkan suatu masalah bentuk peer teaching.
melalui tahap metode ilmiah sehingga Sedangkan, kekurangan model PBL
peserta didik dapat mempelajari (Shoimin, 2016) antara lain: 1)
pengetahuan yang berhubungan dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM)
masalah tersebut serta memiliki tidak dapat diterapkan untuk setiap materi
keterampilan untuk memecahkan pelajaran, ada bagian guru berperan aktif
masalah. dalam menyajikan materi. PBM lebih
Menurut Arends (2008) PBL adalah cocok untuk pembelajaran yang menuntut
pembelajaran yang memiliki esensi kemampuan tertentu yang kaitannya
berupa penyuguhan berbagai bermasalah dengan pemecahan masalah, dan 2) dalam
yang autentik dan bermakna kepada suatu kelas yang memiliki tingkat
peserta didik, yang dapat berfungsi keragaman peserta didik yang tinggi akan
sebagai sarana untuk melakukan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
investigasi dan penyelidikan. Di awal Tahap model PBL adalah sebagai
pembelajaran peserta didik diberi berikut:
permasalahan terlebih dahulu selanjutnya
masalah tersebut diinvestigasi dan Tabel 1. Fase model PBL
dianalisis untuk dicari solusinya. Jadi, Fase Model PBL Perilaku Guru
peran guru dalam pembelajaran adalah Fase 1: Memberikan Membahas tujuan
memberikan berbagai masalah, orientasi pelajaran,
pertanyaan, dan memberikan fasilitas mengenai mendeskripsikan
masalah pada kebutuhan penting,
terhadap penyelidikan peserta didik. peserta didik dan memotivasi
Setiap model memiliki kelebihan dan peserta didik untuk
kekurangan. Kelebihan model PBL terlibat pada
menurut Shoimin (2016) antara lain: 1) kegiatan mengatasi
50 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55

Fase Model PBL Perilaku Guru METODE PENELITIAN


masalah. Penelitian ini dilakukan di kelas XI
Fase2:Mengorganisasikan Membantu peserta MIA 6 SMA Negeri 1 Manokwari
peserta didik didik untuk semester ganjil tahun ajaran 2016/2017
untuk meneliti mendefinisikan dan dengan jumlah peserta didik 25 orang,
mengorganisasikan
tugas yang terkait
terdiri dari 14 orang peserta didik
dengan perempuan dan 11 orang peserta didik
permasalahan yang laki-laki. Penelitian ini menggunakan
diberikan. metode penelitian tindakan kelas (PTK).
Fase 3: Membantu Mendorong peserta PTK yang digunakan adalah model
investigasi didik untuk
mandiri dan memperoleh
penelitian bersiklus, yang mengacu pada
kelompok informasi yang desain Kemmis dan Mc Taggart
tepat, melakukan (Paizaluddin dan Ermalinda, 2012),
percobaan, dan diharapkan pencapaian hasilnya
mencari penjelasan mengalami peningkatan. Penelitian ini
serta solusi.
terdiri dari tiga tahapan utama yaitu 1)
Fase 4: Mengembangkan Membantu peserta
dan didik merencanakan perencanaan, 2) tindakan dan
mempresentasik serta menyiapkan pengamatan, dan 3) refleksi.
an artefak dan artefak yang tepat, a. Perencanaan
exhibit seperti laporan, Kegiatan yang dilakukan pada tahap
rekaman video,
perencanaan yaitu: a) menyusun Rencana
model-model, dan
membantu peserta Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
didik berisikan langkah-langkah proses
menyampaikannya pembelajaran dengan model PBL dan
kepada orang lain. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), b)
Fase 5: Analisis dan Membantu peserta menyusun lembar observasi aktivitas guru
evaluasi proses didik melakukan
mengatasi refleksi terhadap dan penilaian psikomotor peserta didik
masalah investigasinya dan yang akan digunakan setiap proses
proses yang peserta pembelajaran, dan c) menyusun soal tes
didika lakukan. yang akan diberikan pada setiap akhir
(Arends, 2008) siklus. Soal tes yang disusun oleh peneliti,
divalidasi oleh ahli dan praktisi kemudian
Berdasarkan permasalahan tersebut, diujicobakan pada peserta didik yang
jenis penelitian yang memiliki tujuan sudah mempelajari materi usaha dan
mengatasi permasalahan dalam kelas energi.
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) b. Tindakan dan Observasi
sehingga penulis melakukan penelitian Tahap tindakan dan pelaksanaan
dengan judul ”penerapan model dilakukan secara bersamaan. Dalam hal
pembelajaran Problem Based Learning ini peneliti bertindak sebagai guru yang
(PBL) untuk meningkatkan hasil belajar menyampaikan pembelajaran berdasarkan
peserta didik SMA pada materi usaha dan RPP. Pelaksanaan awal penelitian
energi. Penelitian ini bertujuan untuk dilakukan dengan memberikan tes awal
mengetahui peningkatan model PBL pada peserta didik, kemudian dilanjutkan
(Problem Based Learning) pada materi dengan memberikan perlakuan dengan
usaha dan energi kelas XI MIA 6 SMA menerapkan pembelajaran model PBL.
Negeri 1 Manokwari Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi
dilakukan secara kolaboratif antara
peneliti dengan observer. Observer pada
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55 51

penelitian ini berjumlah dua orang yaitu klasikal diharapkan siswa memahami
seorang guru mata pelajaran fisika kelas materi yang dipelajari dengan pencapaian
XI MIA 6 dan teman sejawat. Guru mata 75% siswa dapat tuntas pada kompetensi
pelajaran fisika bertugas mengamati dasar yang diberikan (Gumrowi, A. 2016)
aktivitas guru melalui pengisian lembar Menghitung Ketuntasan Belajar
observasi yang telah disiapkan sedangkan Klasikal (KBK) menggunakan sebagai
teman sejawat bertugas mengamati aspek berikut:
psikomotor peserta didik.
c. Refleksi 1
Tahap ini peneliti mengumpulkan data
yang telah diperoleh selama observasi, HASIL DAN PEMBAHASAN
berupa lembar observasi aktivitas guru, Berdasarkan hasil analisis
lembar penilaian psikomotor peserta menunjukkan bahwa penerapan model
didik, dan hasil tes peserta didik. Data pembelajaran Problem Based Learning
observasi tersebut dianalisis kemudian (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar
direfleksikan dengan cara berdiskusi peserta didik.
bersama observer. Kegiatan refleksi
merupakan kegiatan yang sangat penting Tabel 2. Hasil Belajar Kognitif
Tes
yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil Keterangan
Awal
Siklus I Siklus II
tindakan yang telah dilakukan dengan Nilai
melihat apa yang masih perlu diperbaiki, 56,85 90 95
tertinggi
ditingkatkan atau dipertahankan. Nilai
5 30 25,50
Tindakan ini merupakan salah satu bentuk terendah
evaluasi terhadap diri sendiri. Dari hasil Rata-rata 37,77 72,48 74,05
refleksi tersebut dicari solusinya Jumlah
kemudian dilanjutkan pada siklus peserta
- 16 orang 21 orang
didik yang
berikutnya. tuntas
Keempat tahapan ini dilakukan secara Ketuntasan
berulang ke siklus berikutnya sampai Belajar 0% 64% 84%
masalah yang dihadapi dapat teratasi dan Klasikal
diperoleh hasil yang ajeg (Saregar, A.
2016). Indikator keberhasilan dalam Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
pembelajaran ini tercermin dari adanya hasil belajar kognitif peserta didik
peningkatan hasil belajar peserta didik di mengalami peningkatan di setiap siklus.
setiap siklusnya, yaitu peningkatan hasil Pada tes awal persentase KBK 0% yang
belajar kognitif dan psikomotor baik artinya tidak ada peserta didik yang
secara individual maupun klasikal. tuntas. Hal ini dikarenakan peserta didik
Dimana KKM untuk mata pelajaran sama sekali belum diajarkan materi
fisika kelas XI di SMA Negeri 1 tersebut. Setelah pemberian tindakan pada
Manokwari adalah 70. KKM berfungsi siklus I, diperoleh persentase KBK
sebagai patokan guru dalam menilai sebesar 64% dengan kategori cukup. Dari
kompetensi peserta didik sesuai hasil analisis siklus I, proses pembelajaran
kompetensi dasar mata pelajaran yang dengan penerapan PBL belum mencapai
diikuti (Ratumanan & Laurens, 2011) kriteria ketuntasan 75%, sehingga dapat
Peserta didik dianggap tuntas belajar bila dikatakan bahwa hasil belajar kognitif
memperoleh nilai 70 atau sama dengan peserta didik pada siklus I belum berhasil.
atau lebih besar dari nilai KKM Hal ini disebabkan peserta didik masih
(Novitasari, Devi., Wahyuni, Dwi., & bingung dan kesulitan dalam mengerjakan
Prihatin, Jekti, 2015). Selain itu secara LKPD yang diberikan. Sebagaimana
52 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55

dikatakan oleh Majid (2013) kesulitan Tabel 3 Hasil Belajar Psikomotor


belajar adalah salah satu hambatan Siklus I Siklus II
terhadap upaya peserta didik dalam Nilai Persentase Persentase
F F
mencapai tujuan belajar. Olehnya itu (%) (%)
dengan mengacu hasil refleksi siklus I, A 2 8 14 56
maka guru melakukan upaya perbaikan 2
B 80 11 44
0
dalam melaksanakan proses pembelajaran
pada siklus II. C 3 12 0 0
Pada siklus II diperoleh persentase D 0 0 0 0
klasikal 84%. Peningkatan hasil belajar E 0 0 0 0
kognitif dari siklus I (64%) ke siklus II Nilai
85 95
(84%) adalah sebesar 20%. Hal ini terjadi tertinggi
karena peserta didik mengikuti Nilai
50 65
terendah
pembelajaran dengan baik dan memahami
Rata-rata 72,60 80
materi yang mereka telah terima. Hal
senada yang disampaikan oleh (Novitasari
Devi, Dwi Wahyuni, Jekti Prihatin, 2015) Pada siklus I peserta didik memperoleh
bahwa PBL ini memiliki kelebihan yaitu nilai tertinggi untuk aspek
lebih ingat dan meningkatkan mempersiapkan alat dan bahan yaitu
pemahamannya atas materi ajar, sebesar 85, sedangkan nilai terendah
meningkatkan fokus pada pengetahuan diperoleh untuk aspek menyampaikan
yang relevan, mendorong untuk berpikir, hasil percobaan sebesar 66. Rendahnya
membangun kerja tim, kepemimpinan, nilai aspek mengkomunikasikan hasil
dan keterampilan sosial, membangun percobaan karena peserta didik kurang
kecakapan belajar, memotivasi percaya diri untuk mengutarakan
pembelajar, realistik dengan kehidupan pendapatnya atau mewakili kelompoknya
siswa. Secara klasikal proses mempresentasikan hasil praktikum. Dari
pembelajaran pada siklus II dinyatakan hasil belajar yang diperoleh maka
tuntas karena telah memenuhi kriteria dilakukan solusi yaitu memotivasi peserta
ketuntasan belajar 75%. didik untuk lebih serius pada saat
Berdasarkan data hasil belajar peserta praktikum dan membimbing seluruh
didik menunjukkan bahwa penerapan peserta didik agar lebih aktif dalam proses
model pembelajaran PBL dapat pembelajaran.
meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada materi usaha dan energi. Hal ini
sesuai dengan dengan penelitian yang
dilakukan Suherman (2008) yang
menyatakan bahwa penerapan model
pembelajaran PBL dapat meningkatkan
hasil belajar fisika peserta didik di MTS
Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta dan
penelitian yang dilakukan oleh Asy’ari M,
Prayogi S bahwa (2013) yang menyatakan
bahwa penerapan model pembelajaran
PBL dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XI IPA 2 MAN Gerung tahun Gambar 1. Peningkatan Nilai Tiap Aspek Hasil
pelajaran 2012/2013. BelajarPsikomotor
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55 53

Pada siklus II peserta didik Aktivitas guru merupakan seluruh


memperoleh nilai tertinggi pada untuk kegiatan yang dilakukan guru dalam
aspek mempersiapkan alat dan bahan proses pembelajaran berlangsung.
yaitu sebesar 89, sedangkan nilai terendah Aktivitas guru menggunakan sintaks
diperoleh untuk aspek menyampaikan model PBL. Penerapan langkah-langkah
hasil percobaan sebesar 74. Rendahnya model PBL mendorong peserta didik
nilai aspek mengkomunikasikan hasil untuk aktif dalam membangun
percobaan karena peserta didik kurang pengetahuannya sendiri melalui kerja
percaya diri untuk mengutarakan kelompok yang dilakukan (Wulandari,
pendapatnya atau mewakili kelompoknya Nisa., Sholihin, Hayat., 2015).
mempresentasikan hasil praktikum. Pertemuan 1 dan 2 pada siklus I setelah
Dari hasil analisis nilai tiap aspek hasil dirata-ratakan maka hasil yang diperoleh
belajar psikomotor yang disajikan pada yaitu 2,85 untuk pertemuan 1 dan 3,20
Gambar 4.1, diketahui dari siklus I ke untuk pertemuan 2. Dari kedua pertemuan
siklus II terjadi peningkatan. Aspek (pertemuan 1 dan 2) diperoleh nilai rata-
mempersiapkan alat dan bahan rata sebesar 3,03. Pertemuan 4 dan 5 pada
mengalami peningkatan sebesar 4, aspek siklus II setelah dirata-ratakan maka hasil
merangkai alat dan bahan mengalami yang diperoleh yaitu 3,10 untuk
peningkatan sebesar 6, aspek melakukan pertemuan 4 dan 3,25 untuk pertemuan 5.
percobaan mengalami peningkatan Dari kedua pertemuan (pertemuan 4 dan
sebesar 12, aspek mengamati percobaan 5) setelah dirata-ratakan hasil yang
mengalami peningkatan sebesar 7, dan diperoleh sebesar 3,18. Data ini
aspek mengkomunikasikan hasil menunjukkan keterlaksanaan model
percobaan mengalami peningkatan pembelajaran PBL pada siklus II dengan
sebesar 8. Dari semua aspek, aspek kategori baik.
melakukan percobaan yang mengalami Proses pembelajaran dengan model
peningkatan sebesar 12. Hal ini PBL yang telah dilakukan pada siklus I
dikarenakan peserta didik sudah berhasil dan II, pada aspek membimbing peserta
dalam melakukan percobaan dengan baik. didik untuk memahami teori dan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian berhipotesis sebelum percobaan, dimana
yang dilakukan oleh Setyorini, U., pada aspek ini membutuhkan waktu lebih
Sukiswo, S.E., & Subali, B (2011) yang lama dan guru harus lebih intensif dalam
menyatakan bahwa hasil psikomotorik membimbing peserta didik, karena peserta
peserta didik setelah diterapkan model didik belum terbiasa dalam
PBL pada sub pokok bahasan GLBB mengembangkan hipotesis, menentukan
mengalami peningkatan. variabel kontrol, variabel manipulasi,
variabel respon dan menganalisis data
percobaan.

SIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil
dan pembahasan, maka kesimpulan
penelitian ini yaitu:
1. Penerapan model pembelajaran PBL
dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif. Hal ini dapat dilihat
Gambar 2. Hasil Pengamatan Aktivitas berdasarkan peningkatan persentase
Guru Siklus I dan II KBK. Persentase KBK pada siklus I
54 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55

sebesar 64%, dan siklus II meningkat Siswa pada Pembelajaran Fisika di


menjadi 84%. Sekolah Menengah Pertama
2. Penerapan model pembelajaran PBL (Skripsi). Universitas Islam Negeri
dapat meningkatkan hasil belajar Sunan Kalijaga.
psikomotorik. Hal ini dapat dilihat Leonda, M. A., Desnita, & Budi, A. S.
berdasarkan peningkatan aspek (2015). Pengembangan Modul
mempersiapkan alat dan bahan Berbasis Problem Based Learning
meningkat sebesar 4%, aspek untuk Materi Usaha dan Energi Di
merangkai alat dan bahan meningkat SMA (Sesuai Kurikulum 2013),
sebesar 6%, aspek melakukan Prosiding Seminar Nasional Fisika.
percobaan meningkat sebesar 12%, Jakarta: UNJ.
aspek mengamati percobaan sebesar Nisa, A. K. (2015). Implementasi Model
7%, dan aspek menyampaikan Pembelajaran Problem Based
percobaan meningkat sebesar 8%. Learning untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
SARAN pada Mata Pelajaran Pemrograman
Berdasarkan hasil penelitian, maka Desktop Kelas XI RPL SMK Ma’arif
peneliti memberikan saran sebagai Wonosari (Skripsi). Universitas
berikut: Negeri Yogyakarta.
1. Penerapan model pembelajaran PBL Novitasari, D., Wahyuni, D., & Prihatin J.
dapat meningkatkan hasil belajar (2015). Pembelajaran Model
peserta didik, sehingga diharapkan Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning)
guru dapat menerapkan model
Dilengkapi Teknik Mind Mapping
pembelajaran PBL tersebut. Terhadap Peningkatan Motivasi
2. Guru sebaiknya mengelola waktu dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1
dengan baik dan maksimal. Pakusari Jember Pokok Bahasan
Pengelolaan waktu yang baik dapat Jamur Kelas X Semester Gasal
membantu peserta didik dalam Tahun Ajaran 2013/2014, Jurnal
menyelesaikan tiap tahap Pancaran, 4 (2) 35-47.
Paizaluddin dan Ermalinda. (2012).
pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research).
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Data Alfabeta
Arends, R. I. (2011). Learning to Teach, Prayogi, S., & Asy’ari, M. (2013). Model
(terjemahan). Yogyakarta: Pustaka PBL (Problem Based Learning)
Pelajar. Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Gumrowi. A. (2016). Meningkatkan dan Kemampuan Berpikir Kritis
Hasil Belajar Listrik Dinamik Siswa. Jurnal Prisma Sains, 1 (1)
Menggunakan Strategi 79-87.
Pembelajaran Team Assisted Ratumanan & Laurens. (2011). Penilaian
Individualization Melalui Simulasi Hasil Belajar pada Tingkat Satuan
Crocodile Physics. Jurnal Ilmiah Pendidikan Edisi 2. Ambon:
Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5 (1) Unesa University Press.
105-111. Setyorini, U., Sukiswo, S.E., & Subali, B.
Kurniawan, E. (2012). Perbedaan Metode (2011). Penerapan Model Problem
Brain Based Learning terhadap Based Learning Untuk
Capaian Prestasi Prestasi Meningkatkan Kemampuan
Akademik dan Retensi Pengetahuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55 55

Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


52-56. Sistem Pendidikan Nasional.
Shoimin, A. (2016). Model Pembelajaran Widyaningsih, S.W. (2011). Pembentukan
Inovatif dalam Kurikulum 2013. Karakter Bertanggung Jawab dan
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Rasa Ingin Tahu Melalui
Saregar. A. (2016). Pembelajaran Penerapan Metode Quantum
Pengantar Fisika Kuantum Dengan Learning dengan Menggunakan
Memanfaatkan Media Phet Media Alat Peraga Sederhana pada
Simulation dan LKM Melalui Pembelajaran Fisika. Prosiding
Pendekatan Saintifik: Dampak Seminar Nasional MIPA dan
Pada Minat dan Penguasaan Pendidikan MIPA. Padang:
Konsep Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Universitas Negeri Padang.
Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5 (1) Wulandari, N., Sholihin, H. (2015).
53-60. Penerapan Model Problem Based
Suherman. (2008). Upaya Meningkatkan Learning (PBL) pada Pembelajaran
Hasil Belajar Fisika Siswa Terpadu Untuk Meningkatkan
Melalui Penerapan Model Aspek Sikap Literasi Sains Siswa
Pembelajaran Berdasarkan SMP. Prosiding Simposium
Masalah (Problem Based Nasional Inovasi dan Pembelajaran
Learning) (Skripsi). UIN Syarif Sains. Bandung.
Hidayatullah
Susanti, D., Soetadi, W & Surantoro.
(2014). Penyusunan Instrumen Tes
Diagnostik Miskonsepsi Fisika
SMA Kelas XI pada Materi Usaha
dan Energi. Jurnal Pendidikan
Fisika, 2 (2)16-19.
Utrifani, A., & Turnip, B.M. (2014).
Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Larning terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Materi
Pokok Kinematika Gerak Lurus
Kelas X SMA Negeri 14 Medan
T.P.2013/2014. Jurnal Inpafi, 2
(2) 9-16.

You might also like