Professional Documents
Culture Documents
Abstrac
This article discusses the fiqh of worship focused on the Hajj and Umrah, namely
the law of performing Thawaf wada' for a menstruating woman when leaving
Mecca in the side of the thought of the four imams. Tawaaf wada’ is the end of all
the series of pilgrimage. If someone has performed thawaf wada he should pray to
Allah to be given the opportunity to return to Baitullah, after that he comes out of
the Grand Mosque and does not perform a series of Hajj and Umrah pilgrimage
like Thawaf, Sai, Wukuf and others, even the prayers at the Haram are already can
not be done, if someone does it then he must repeat the tawaf wada 'which he had
done. In the hadith of the Prophet Muhammad, narrated by Muslims, namely:
ِ آخر عه ِد ِه بِالْبي
ِ ِ
ت َْ َ اَ َيْنفَر َّن أ
ْ َ ُ َح ٌد َحىَّت يَ ُكو َن
Meaning: Let not one of you go home but the end it does is tawaf in Baitullah
(HR.Muslim, IV / 93)
In the hadith it is very clear that tawaf wada' must be done for anyone who will
leave the city of Mecca or Baitullah, but for women who are menstruating but he
has not done so the woman gets dispensation and get the choice (endeavor) to
continue doing tawaf wada' on condition terms and conditions. This article will
explore the thoughts of the four mazhab imams about the law of tawaf wada on
menstruating women.
Key words: Thawaf Wada’, Menstruation Women, Thought of the Imam of the
Four Schools
Abstrak
Artikel ini membahas tentang fiqh ibadah yang difokuskan dalam ibadah
haji dan umroh yaitu hukum melaksanakan thawaf wada’ bagi seorang wanita
haid pada saat meninggalkan Mekkah dalam sisi pemikiran imam empat madzhab.
Thawaf wada’ adalah akhir dari semua rangkaian ibadah haji. Jika seseorang
telah melakukan thawaf wada hendaknya dia berdoa kepada Allah agar diberi
kesempatan untuk kembali ke Baitullah, setelah itu keluar dari Masjidil haram dan
tidak melakukan rangkaian ibadah haji dan umroh seperti Thawaf, Sai,Wukuf dan
lain lain, bahkan shalat di masjidil haram pun sudah tidak dapat dilakukan, jika
seseorang melakukan hal tersebut maka dia wajib mengulangi thawaf wada’ yang
telah dilaksanakannya. Dalam hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
Muslim yaitu :
ِ آخر عه ِد ِه بِالْبي
ِ ِ
ت َْ َ اَ َيْنفَر َّن أ
ْ َ ُ َح ٌد َحىَّت يَ ُكو َن
Dalam hadist tersebut sangat jelas bahwa thawaf wada’ harus dilakukan
bagi siapapun yang akan meninggalkan kota Mekkah atau Baitullah, namun pada
wanita yang sedang haid tetapi dia belum melaksankannya maka wanita tersebut
mendapatkan dispensasi dan mendapatkan pilihan (ikhtiyar) untuk tetap
melakukan thawaf wada’ dengan syarat-syarat yang berlaku. Artikel ini akan
mengupas tentang pemikiran imam empat madzhab tentang hukum thawaf wada’
pada wanita haid.
Kata kunci : Thawaf Wada’, Wanita Haid, Pemikiran Imam Empat Madzhab
PENDAHULUAN
ُّ ِني َوحُي
ب ُّ ِث أ ََم َر ُك ُم اللَّهُ إِ َّن اللَّهَ حُي
َ ِب الت ََّّواب ُ وه َّن ِم ْن َحْي
ُ ُيَطْ ُه ْر َن فَ ِإ َذا تَطَ َّه ْر َن فَ أْت
1
https://islam.nu.or.id/post/read/83196/pengertian-dalil-dan-hikmah-haid 27-08-2019 /10:19
Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai
orang-orang yang menyucikan diri.” (Q.S Al-Baqarah:222)2
Ayat ini turun sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim di dalam kitab
shahihnya sebagai jawaban atas perlakuan kaum yahudi pada wanita yang sedang
haid dengan cara yang tidak manusiawi. Mereka akan mengusirnya, tidak mau
tinggal seatap dan enggan makan bersama-sama seoalah-olah wanita ketika haid
adalah manusia yang menjijikan dan tidak patut didekati . Allah menurunkan ayat
ini yang menjelaskan bahwa haid memang darah kotor sehingga dilarang bagi
suami untuk melakukan hubungan badan dengannya selama ia haid sampai datang
masa suci. Rasulullah bersabda di dalam hadistnya yang artinya “lakukan apa saja
kecuali jimak”
2
Ibnu rusdy,bidayatul mujatahid,Bairut, Dar Al ilmu, 2011 bab haji dan umroh hal 3
ditetapkan Allah untuk anak-anak prempuan keturunan Adam, maka selesaikanlah
rangkaian ibadah haji yang harus diselesaikan selain Thawaf.” Aisyah berkata,
“Dan (setelah itu) Rasulullah SAW menyembelih sapi untuk para istrinya.
Thawaf Wada’ dilakukan pada akhir masa ibadah haji, karena Wada’
berarti perpisahan. Wajib bagi para jamaah haji atau umroh untuk melaksanakan
thawaf wada’ sebagai salam perpisahan kepada Baitullah. Usai mengerjakan
thawaf wada’, setiap jemaah haji diizinkan untuk meninggalkan Baitullah dengan
cara yang wajar tanpa harus berjalan mundur atau sambil menunduk. Siapa yang
tidak menjalani Tawaf Wada’ maka ia wajib membayar dam atau denda sebesar
satu ekor kambing, baik disengaja maupun bila terlupa. Kambing tersebut
disembelih dimana saja dan dibagikan kepada kaum faqir yang membutuhkan.
Tawaf wada’ ini hanya diwajibkan bagi jemaah haji yang tinggal di luar kota
Mekkah.
Hadist diatas dapat disimpulkan bahwa thawaf wada’ adalah wajib bagi
siapapun yang ingin meniggalkan Baitullah. Namun bagaimana dengan hukum
thawaf wada’ bagi wanita yang datang masa haidnya ketika ingin meninggalkan
mekkah, banyak dari jamaah wanita meminum obat penunda haid untuk dapat
tetap melaksanakan apa apa saja ibadah yang dilakukan di tahah suci mekkah.
Syarat wajib thawaf adalah suci dari hadas besar dan junub, dalam konteks ini kita
dapat menyimpulakan bahwasannya wanita dalam keadaan haid ketika ingin
meninggalkan kota mekkah atau baitullah diberi keringanan untuk meninggalkan
thawaf wada’.
ِ ِِّف َع ْن احلَائ ِ ِِ ِ ِ
ض َ َّاس أَ ْن يَ ُك ْون آ خَر َع ْهده ْم بِاالبِْيت إِاّل َ اَنُّه ُخف
ُ أُمَر الن
Artinya: Orang-orang diperintahkan agar amalan yang terakhir kali mereka
kerjakan adalah thawaf di Ka’bah. Hanya ada keringan bagi wanita yang sedang
haid. 4
Seorang wanita yang sedang mengalami masa haid pada saat perpulang
jamaah tiba dan seharusnya dia melaksankan thawaf wada’ sebagai gantinya dia
boleh melambaikan tangan saja dari luar Masjidil Haram dan berdoa agar
diberikan kesempatan untuk dapat kembali melaksanakan ibadah haji ataupun
umrah. Bagi wanita yang sedang haid, dan darah haid tersebut tinggal sedikit
maka dia diperbolehkan untuk thawaf wada’ dengan syarat mandi dan dia dapat
memastikan bahwa darah haidnya tidak menetes keluar.
3
Prof.DR. Wahbah Az-zuhaili, Fiqh Islam wa Adhilatuhu,Jakarta,Gema insani,2011, Jilid 3, hal 496
4
Muttafaq ‘alaih
Pada pendapat yang beliau berikan sejalan dengan riwayat Imam Nawawi
yaitu :
ليس على احلائض وال على النفساء طواف: قال اإلمام النووى رضي اهلل عنه
وداع وال دم عليها لرتكه الهنا ليست خماطبة به للحديث السابق لكن يستحب هلا ان
Al-Iman al-Nawawi berkata: “Bagi wanita yang sedang haid atau nifas,
mereka tidak diwajibkan melakukan thawaf wada’ dan juga tidak terkena dam
karena tidak diperintahkan sesuai hadits sebelumnya, hanya saja disunnahkan
untuk berdiri di depan pintu masjid al-Haram sambil berdoa”5
Tetapi ada beberapa perbedaan fatwa atau pemikiran dari imam 4 madzhab
dalam konteks ini, tentu saja dalam mengeluarkan pendapatnya, seorang imam
tidak akan sembarangan mengambil dalil sebagai landasan pendapatnya.
5
Al-Majmu’ , VIII/255
PEMIKIRAN EMPAT IMAM MADZHAB TENTANG INI
Jumhur berpendapat bahwa suci dari najis ataupun hadas adalah syarat
wajib terlaksananya thawaf, seperti yang tertera di hadist yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas berbunyi
KESIMPULAN
Thawaf wada’ wajib bagi seluruh jamaah umroh ataupun haji jika ingin
meninggalkan Baitullah, sebagai tanda penghormatan sebelum kembali ke daerah
masing-masing, dan berdoa supaya dapat diberikan kesempatan untuk kembali
menunaikan ibadah haji dan umroh sebagaimana yang telah dilaksanakan. Bagi
wanita haid Thawaf wada’ tidak wajib baginya menurut jumhur yang saya
simpulkan dari dalil-dalil yang mereka keluarkan, bahwasannya syarat wajib
thawaf adalah suci dari hadas dan dapat disimpulkan seorang wanita yang datang
masa haidnya pada waktu perpulangan jamaah tiba, maka dia mendapatkan
dispensasi untuk tidak mengerjakan thawaf wada’, namun cukup melambaikan
tangan di depan pintu masuk masjidil haram seraya berdoa agar diberi
kesempaatan untuk kembali ke Baitullah dan menjalankan ibadah didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Az-zuhaili,Wahbah, Prof.DR., Fiqh Islam wa Adhilatuhu,Jakarta,Gema
insani,2011, Jilid 3.
Bulughul Maram
Al-Majmu’ Jilid 3
https://asysyariah.com/thaharah-merupakan-syarat-sahnya-thawaf/
https://islam.nu.or.id/post/read/83196/pengertian-dalil-dan-hikmah-haid