You are on page 1of 11

NAMA : TIUR THERESIA SITORUS

NIM : 190204010

PRODI : S1-KEPERAWATAN

Contoh jurnal 1 

INTERVENSI REHABILITASI JANTUNG FASE I PADA PASIEN


YANG  MENJALANI OPERASI BEDAH PINTAS KORONER
(BPK) 
Abstrack 

Background 

Cardiac Rehabilitation Phase I in Patient Undergoing Coronary Artery Bypass Grafting


Surgery. A  patient under-going coronary artery bypass grafting CABG surgery has a risk of
post operative  complication, which can cause prolonged length of stay and even mortality.
The patient necessarily  needs to do intervention cardiac rehabilitation phase I to help the
recovery process after surgery and  prevent post operative complications. 

Aim 

The aim of this studywas to explore the effective and safe intervention of cardiac
rehabilitation  phase I 

Methode
This literature review was conducted by analyzing articles including randomized control
trial until  retrospective design which published between 2008 until2018 with English
language articles. Data  was searched through Google Scholar, PubMed, DOAJ, and
Proquest. The keyword was early  ambulation, coronary artery bypass grafting,
preoperative education, physical exercise, early  mobilization, and cardiac rehabilitation
phase I or inpatient cardiac rehabilitation. 

Result 
this study found that the intervention in cardiac rehabilitation phase I in patient who
undergoing  coronary artery bypass grafting surgery was started from preoperative and
continued postoperative  phases until the patient will leave the hospital. Interventions in
cardiac rehabilitation phase I  consisted of education and counseling, physical exercise/
activity, breathing exercises, effective  cough exercises, inspiratory muscle training, chest
physiotherapy, and respiratory muscle stretch  gymnastics. 

Keywords 

cardiac rehabilitation phase I, coronary artery bypass grafting, early ambulation, early
mobilization.

No.  Kriteria  Jawab  Pembenaran & Critical thinking

1  P  Ya  Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sa lah satu


penyakit yang menyebabkan terjadi nya kematian tertinggi
pada penyakit kardio vaskular di dunia.

2  I  Ya  Intervensi Rehabilitasi Jantung Fase I Pre  Operasi.


Intervensi rehabilitasi jantung fase I  yang dapat dilakukan
pada pre operasi meli puti edukasi, latihan bernapas, latihan
berna 
pas dengan inspiratory muscle training, konse ling psikologis,
latihan batuk efektif, dan la tihan fisik. 
1.Latihan fisik. Beberapa artikel menyatakan  bahwa latihan
fisik yang dilakukan pasca ope rasi memiliki dampak yang
positif dalam me 
nurunkan terjadinya komplikasi pasca operasi.  Latihan fisik
yang dilakukan pada rehabilitasi  jantung fase I pasca operasi
meliputi mobi lisasi, range of motion (ROM), latihan aktif 
ekstremitas atas dan bawah, dan latihan trans fer. Latihan
tersebut dilakukan secara bertahap  sesuai dengan kondisi
pasien (Herdy, et al.,  2008; Petrucci, et al., 2013; Savci, et al.,
2011).  Di Iran, Moradian, Najafloo, Mahmoudi, dan Ghiasi
(2017) melakukan penelitian dengan  memberikan latihan fisik
berupa mobilisasi  dini secara bertahap dimulai 2 jam pasca eks
tubasi 
2. Latihan bernapas. Latihan bernapas  dilakukan  
pasca operasi segera setelah pasien di ekstu basi dapat
membantu untuk mengurangi nyeri  pada dada dan
meningkatkan kapasitas fung sional paru (Shakuri, et al.,
2015; Stein, et al.,  2009) 
3. Latihan batuk efektif. Latihan batuk efektif  dilakukan hari
pertama pasca operasi (setelah  dilakukan ekstubasi) untuk
membantu menge luarkan sekret/dahak yang ada di saluran
per 
napasan (Borzou, et al., 2018; Petrucci, et al.,  2013; Stein, et
al., 2009).

4. Edukasi. Edukasi yang diberikan pasca  opera-si BPK meliputi anatomi


jantung,  penyakitnya, sindrom koroner akut, tanda dan  gejala pe-nyakit
jantung dan modifikasi  mengenai faktor risiko serta memberikan 
informasi ulang me-ngenai manajemen nyeri,  mengontrol tekanan darah
dan frekuensi nadi,  makanan, dan me-nentukan kegiatan  
selanjutnya yang akan di-lakukan di rumah  (Borzou, et al., 2018) 

Intervensi Tambahan. Intervensi tambahan  dapat dilakukan pada pasien


yang sedang menjalani program rehabilitasi jantung fase I  meliputi
respiratory muscle stretch gymnastics (RMSG) dan penambahan intensitas
latihan yang dapat meningkatkan outcome pasien pas- ca operasi BPK. Hal
tersebut dibuktikan pe- nelitian Modi, Bhise, dan Patel (2014) yang 
membandingkan antara pasien pasca operasi  yang dilakukan rehabilitasi
jantung fase I de- ngan pasien yang dilakukan rehabilitasi jan- tung
ditambah dengan latihan intensitas mo- derat terhadap hasil uji 6 minutes
walking dis- tance dan kualitas hidup.

3 C  Ya  Waktu dan Durasi Dilakukan Rehabilitasi Jantung Fase I. Rehabilitasi


jantung fase I pre  operasi berupa pemberian edukasi mengenai  teknik
perawatan paru termasuk pernapasan  
abdominal dan batuk efektif, tindakan yang  akan dilakukan pasca
operasi meliputi mobi- lisasi, perawatan drainase, dan kateter urin,  
serta konseling psikologis mulai dilakukan  ketika pasien masuk ke rumah
sakit (sebelum  operasi BPK) atau 2–3 hari sebelum dilakukan  
operasi (Zhang et al., 2012). Latihan fisik dan  fisioterapi pasca operasi
menurut penelitian  Savci, et al. (2011) berupa pemberian latihan  
fisik dimulai 5 hari pada pre operasi dan  kemudian dilanjutkan 5 hari pasca
operasi  dapat mempercepat pemulihan kekuatan otot  pernapasan,
meningkatkan kapasitas fungsio- nal, kualitas hidup, dan status psikososial
pa- sien. Durasi dilakukannya latihan bernapas  maupun latihan bernapas
dengan treshold-ins- piratory muscle trainer dilakukan sebanyak 3– 10 kali
selama 2–30 menit (Savci, et al., 2011;  Shakuri, et al., 2015; Sobrinho, et
al., 2014). Rehabilitasi jantung fase I pasca operasi di- mulai hari pertama
pasca operasi atau setelah  diekstubasi sampai hari kelima pasca operasi
(Klopper & Hanekom, 2014; Moradian, et al.,  2017). Namun, menurut
Borzou, et al. (2018) rehabilitasi jantung fase I pasca operasi dimu- lai 72
jam pasca operasi dan dilanjutkan sam- pai pasien akan pulang. Durasi
dilakukannya  rehabilitasi jantung tergantung dari jenis la- tihan seperti
latihan otot pernapasandilakukan  selama 30 menit, mobilisasi bertahap
meliputi  reposisi dari supinasi ke duduk, dari duduk ke  berdiri, dari berdiri
ke berjalan sebanyak 2 kali  sehari. Latihan berjalan dilakukan sekitar 1-45 
menit secara bertahap sesuai dengan kemam- puan pasien (Dong, et al.,
2016; Klopper & 

Hanekom, 2014; Savci, et al., 2011).

4  O  Ya  penyebab  
kematian tertinggi kedua di Indonesia setelah  stroke yakni sebesar 12,9%
(WHO, 2016;  Kemenkes RI, 2017). Diperkirakan pada tahun  2020, PJK
akan menjadi penyebab utama dan  tersering menyebabkan kematian yaitu
sebesar  36% dari seluruh angka kematian (Depkes,  2006)
Kesimpulan 

Berdasarkan hasil telaah dari 13 artikel yang telah dilakukan, intervensi rehabilitasi jantung
pada  pasien yang menjalani operasi BPK ter-bagi menjadi dua yaitu intervensi yang dimulai
dari pre  operasi dan dilanjutkan pasca operasi sampai pasien pulang. Intervensi baik pada pre
operasi maupun  pasca operasi terdiri dari edukasi dan konseling, latihan fisik, latihan ber-
napas, batuk efektif  inspiratory muscle training, fisioterapi dada, dan respiratory muscle
stretch gymnastics. Ketika  intervensi tersebut digabungkan dalam suatu program yaitu
rehabilitasi jantung fase I diharapkan akan  meningkatkan outcome pasien secara optimal
yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup  pasien. Oleh karena itu, hasil telaah
literatur ini dapat menjadi dasar dalam menentukan standar  prosedur operasional terhadap
pelaksanaan rehabilitasi jantung fase I untuk rumah sakit yang  menyediakan pelayanan
operasi BPK (BY, HP, TN). 

Referensi 

Akhtar, S.A., Ahmed, F., Grover, S., & Srivastava, S. (2015). Effect of respiratory muscle
stretch  gymnastics on pain, chest expansion, pulmonary functions and functional capacity in
phase 1 post operative CABG patients. Journal of Cardiology & Current Research, 2(6), 1–5. 
https://doi.org/10.15406/jccr.2015.02.00084. 

Alexander, J.H., & Smith, P.K. (2016). Coronary artery bypass grafting. New England
Journal of  Medicine, 374 (20), 1954–1964. https://doi.org/10.1056/NEJMra1406944. 

Soares, G., Ferreira, D., Gonçalves, M., Alves, T., David, F., Henriques, K., & Riani, L.
(2011).  Prevalence of major postoperative complications in cardiac surgery. International
Journal of  Cardiovascular Sciences, 24 (3), 139–146. 

Sobrinho, M.T., Guirado, G.N., & Silva, M.A.D.M. (2014). Preoperative therapy restores
ventilatory  parameters and reduces length of stay in patients undergoing myocardial
revascularization. Brazilian  
Journal of Cardiovascular Surgery, 29(2),221–228. https://doi.org/10.5935/1678-
9741.20140021. 

Stein, R., Maia, C.P., Silveira, A.D., Chiappa, G.R., Myers, J., & Ribeiro, J.P. (2009).
Inspiratory  muscle strength as a determinant of functional capacity early after coronary
artery bypass graft  surgery. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 90(10), 1685–
1691.  https://doi.org/10.1016/j.apmr.2009.05.010. 

Tung, H.H., Shen, S.F., Shih, C.C., Chiu, K.M., Lee, J.Y., & Liu, C.Y. (2012). Effects of a 
preoperative individualized exercise program on selected recovery variables for cardiac
surgery  patients: a pilot study. Journal of the Saudi Heart Association, 24(3), 153–161. 
https://doi.org/10.1016/j.jsha.2012.03.002.
Winkelmann, E.R., Dallazen, F., Beerbaum, A., Bronzatti, S., Lorenzoni, C.W., &
Windmöller, P.  (2015). Analysis of steps adapted protocol in cardiac rehabilitation in the
hospital phase. Brazilian  Journal of Cardiovascular Surgery, 30 (1), 40–48.
https://doi.org/10.5935/1678-9741.20140048. 

World Health Organization. (2016).Cardiovascular Disease. Retrieved from 


https://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/

Contoh jurnal 2 

Efektifitas Intervensi Self-Management pada Pasien Stroke 

Abstract 

Background 
Stroke has a complex impact which includes bio-psycho-social and spiritual. Various
complexities of  problems encountered in stroke patients so that self-management is needed
as a form of adaptation to  new conditions after stroke. 

Aim 

Self-management interventions are useful for improving self-management skills and behavior
in  stroke patients. 

Methode 

Narrative literature review, research analyzes published in the online databases of ProQuest,
Google  scholar and Scopus. The study was selected using the criteria and keywords for the
2015-2019 period.  Seven studies were analyzed using the literature review process. 

Result 

To improve self-management stroke patients, self-management interventions are needed. Self


management interventions can be applied in hospitals when post acute patients are
hospitalized,  preparation for discharge, return and after discharge home and can be combined
with rehabilitation  programs in the community. Self-management interventions can improve
self-efficacy, self management behavior, activity daily living (ADL) ability, decreased re-
hospitalisation and patient  readiness to return to the community.  

Conclusion 

Self-management interventions can be applied in Indonesia, with a note that among others
prepared  human resources, costs, supporting facilities and policies from the manager. 

Keywords 

self-management, intervensi se

No.  Kriteria  Jawab  Pembenaran & Critical thinking

1  P  Ya Stroke memiliki dampak yang kompleks yang meliputi bio-


psiko-sosial dan spiritual. Berbagai kompleksitas masalah
yang dihadapi pada pasien stroke  sehingga diperlukan
manajemen diri sebagai bentuk penanganannya adaptasi
dengan kondisi baru setelah stroke.

2  I  Ya  Intervensi self-management meliputi edukasi spesifik tentang


stroke dan  efeknya tetapi berfokus pada pelatihan
ketrampilan untuk meningkatkan 

semangat untuk aktif pada manajemen mereka. Ketrampilan tersebut 


antara lain  
kemampuan untuk memecahkan masalah,  
menentukan tujuan, membuat keputusan  
dan pemecahan masalah (Ce, Ja, Mn, &  
Sl, 2016). Sebagai upaya untuk mencapai  
keberhasilan self management dibutuhkan  
sebuah strategi antara lain intervensi  
untuk memberdayakan pasien dalam  
program pengobatan atau rehabilitasi.  
Pemberdayaan pasien akan  
meningkatkan partisipasi pasien pada  
program. Meningkatnya partisipasi pasien 
secara tidak langsung akan meningkatkan  
self- efficacy, perilaku self management 
dan pemulihan fungsi serta menurunkan  
rehospitalisasi. Pendekatan self 
management dapat meningkatkan  
kepercayaan diri dan kemampuan  
memanajemen kehidupan kembali ke  
komunitas dan partisipasi setelah 
peralihan ke komunitas. Tujuan dari ini  
adalah untuk menganalisis intervensi self 
management pada pasien stroke.

3  C  Ya  Intervensi self-management antara  


lain intervensi pemberdayaan kesehatan  
pada self-management pasien stroke. Sit et  
al (2016) menyampaikan konsep HEISS 
(Health Empowerment Intervention for  
Stroke Self-Management) yang memiliki  
arti yaitu sebuah intervensi pada pasien  
stroke yang bertujuan untuk  
memberdayakan pasien stroke dengan  
pengetahuan dan ketrampilan serta  
kepercayaan diri untuk meningkatkan 
self-management. Intervensi diharapkan  
dapat mempengaruhi self-efficacy dalam  
memanajemen penyakit, meningkatkan  
perilaku self-management dan  
meningkatkan kemampuan fungsional  
pasien stroke. Dalam pelaksanaannya  
HEISS digabungkan dengan pelayanan  
rehabilitasi post stroke.

4  O  Ya  Berdasarkan laporan  


Riskesdas tahun 2018, didapatkan  
prevalensi stroke pada penduduk umur  
lebih dari atau sama dengan 15 tahun di  
Indonesia pada tahun 2013 yaitu 7 per  
1000 penduduk dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 10.9 per 1000
penduduk. Berdasarkan hasil tersebut  
dapat disimpulkan bahwa terdapat  
peningkatan jumlah penderita stroke yang  
signifikan dari tahun 2013 sampai dengan  
tahun 2018 yaitu sebesar 3.9 per 1000

Kesimpulan  
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa intervensi self-management
merupakan  program yang membantu pasien stroke dalam beradaptasi dengan kondisi jangka
panjang tanpa 
menyebabkan menurunnya kualitas hidup mereka. Intervensi self-management merupakan
salah satu  upaya untuk mengurangi biaya yang ditimbulkan akibat pasien readmisi ke rumah
sakit. Diharapkan  program ini dapat diterapkan pada pasien stroke yang menjalani rawat
inap maupun rawat jalan. 

Referensi 

Atler, K. E., Van Puymbroeck, M., Portz, J. D., & Schmid, A. A. (2017). Participant-
perceived  outcomes of merging yoga and occupational therapy: Self-management
intervention for people post  stroke. British Journal of Occupational Therapy, 80(5), 294–
301.  
https://doi.org/10.1177/0308022617690536 

Black, J., & Hawks, H. J. (2014). Keperawatan Medikal bedah : manajemen klinis untuk
hasil yang  diharapkan (8th ed.). Singapore: Elsevier.Ce, F., Ja, L., Mn, M.,& Sl, H.(2016).
Self management  programmes for quality of life in people with stroke (Review) Summary
of Findings For The Main  Comparison,(8),1-2.https://doi.org/10.1002/14651858.
CD010442.pub2.www.cochranelibrary.com 

Chen, L., Chen, Y., Chen, X., Shen, X., Wang, Q., & Sun, C. (2018). Longitudinal Study
of  Effectiveness of a Patient-Centered Self-Management Empowerment Intervention
During  Predischarge Planning on Stroke Survivors. Worldviews on Evidence-Based
Nursing, 15(3), 197– 205. https://doi.org/10.1111/wvn.12295 

Donkor, E. S. (2018). Stroke in the 21st Century: A Snapshot of the Burden,


Epidemiology, and  Quality of Life. Stroke Research and Treatment, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/3238165 

Fletcher, S., Kulnik, S. T., Demain, S., & Jones, F. (2019). The problem with self-
management:  Problematising self-management and power using a Foucauldian lens in the
context of stroke care  and rehabilitation. PLoS ONE, 14(6), 1–21.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0218517 

Guan, F. G., Wang, M., & Lian, X. Q. (2018). The status quo and influence of self-
management  behaviors in convalescent stroke patients. Frontiers of Nursing, 5(2), 119–
125.  https://doi.org/10.2478/fon-2018-0016 

You might also like