You are on page 1of 8

PENGARUH HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING TERHADAP

CARDIORESPIRATORY PADA REMAJA

Yoga Handita Windiastoni*1,Nurul Fithriati Haritsah2


Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Fisioterapi

Abstract
Background: Cardiorespiratory fitness in adolescence affects the level of fitness and
determinants of health levels in old age. School adolescents who have low physical
activity need easy, efficient and effective physical training to increase cardiorespiratry
fitness, namely high intensity interval training. Objective: to determine the effect of high
intensity interval training on cardiorespitatory fitness training in adolescents. Subjects:
60 high school students (men n = 21, women n = 39) aged 15-19 years who met the
study criteria and were divided into 2 groups, a high intensity interval training group
and a control group by jogging. Method: quasi experimental with pre-test and post-test
one group design with control group. The instrument used in this study was a 20m
shuttle run test. Analysis: normality test with Kolmogorov-Smirnov, then parametric test
with paired sample t-test and parametric difference test with independent sample t-test.
Results: VO2max pre-test and post-test high intensity interval training group obtained p
value = 0,000 (p <0.05) which showed there were significant differences before and
after treatment. The results of the post-test different test between the control and
treatment groups showed that the value of p = 0,000 (p <0.05) showed that there was a
significant difference between the high intensity interval training group and the control
group and the results of the different mean mean were greater in the high intensity
interval training group. after and before treatment. Conclusion: high intensity interval
training can increase cardiorespiratory fitness in adolescents according to the results of
VO2max values.

Keywords: High intensity interval training, cardiorespiratory fitness, adolesc

PENDAHULUAN hipertensi, merokok, kegemukan,


Kebugaran kardiorespirasi atau hiperlipidemia dan diabetes melitus tipe 2
cardiorespiratory fitness adalah (Ross et al., 2016).Cardiorespiratory
kemampuan tubuh mengantarkan oksigen fitnessumumnya diukur melalui oxygen
ke otot selama latihan berkepanjangan dan maximal consumption (VO2max) yaitu tes
seberapa baik otot mampu menyerap dan guna mengukur jumalah maksimal
menggunakan oksigen untuk oksigen yang dapat dikonsumsi untuk
menghasilkan energi adenosine menghasilkan energi pada level seluler
triphosphate ATP melalui respirasi seluler (Laxmi et al., 2014 dikutip oleh Nurgraha
(Nugraha & Berawi, 2017). & Berawi, 2017). VO2max dapat
Cardiorespiratory fitness diyakini sebagai mengukur kapasitas kardiorespirasi tiap
indikator resiko penting dalam mortalitas individu, mengukur tingkat kebugaran
penyakit kardiovaskuler dibandingkan tertentu dan jumlah ketersediaan oksigen
dengan faktor resiko tradisional seperti

169
170 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 8, No 2, November 2019, hlm 130-219

(Levine, 2008 dikutip oleh Mondal & Metode penelitian yang digunakan
Mishra, 2017). dalam penelitian ini yaitu penelitian
Salah satu cara meningkatkan kualitatif dengan desain eksperimental
cardiorespiratory fitness adalah dengan pre-test and post-test one group design
melakukan aktivitas fisik atau olahraga with control group. Penelitian ini
secara teratur dan benar ( Ramirez-velez bertujuan untuk mencari hubungan sebab
et al., 2016). Aktivitas fisik mempunyai akibat dalam rangka mencari pengaruh
banyak manfaat bagi kesehatan dan dari kelompok yang diberikan perlakuan
merupakan komponen penting dalam (eksperimen) dan melibatkan kelompok
berbagai program gaya hidup dimasa kontrol pada kondisi yang dikendalikan.
sekarang untuk meningkatkan kebugaran
fisik serta mengurangi resiko kardio- O2
O1 X
metabolik (Lunt et al., 2014). Akan tetapi Subjek
hambatan karena tidak ada nya cukup O3 O4
waktu dan kurangnya akses ke tempat
latihan sering menjadi kendala dalam Gambar 1. Rancangan Penelitian
melakukan program aktivitas fisik atau Keterangan gambar 1:
olah raga secara teratur pada remaja O1 : Kelompok 1, yaitu keadaan sebelum
sekarang. Dewasa ini berkembang inovasi diberi perlakuan pada kelompok
latihan yang tetap memberikan manfaat eksperimen, dalam hal ini dilakukan
dan berbagai adaptasi fisiologis pre-test.
sebanding dengan endurance training O2 : Kelompok 1, yaitu keadaan setelah
meskipun volume latihan dan durasi diberi perlakuan pada kelompok
latihan cenderung rendah yaitu latihan eksperimen, dalam hal ini dilakukan
dengan metode high intensity interval post-test.
training (Gibala and McGee, 2008 dikutip X : Perlakuan pemberian HIIT 2 kali
oleh Gibala and Little, 2010). seminggu selama 4 minggu pada
High intensity interval training kelompok eksperimen.
(HIIT) adalah latihan yang terdiri dari O3 : Kelompok 2, yaitu pengukuran pre
beberapa siklus dalam durasi pendek atau test pada kelompok kontrol,
sedang dengan intensitas yang tinggi dan kelompok yang diberi perlakuan lari
tiap siklusnya diselingi waktu istirahat dengan jogging jarak 200 meter.
atau berupa latihan intensitas rendah O4 : Kelompok 2, yaitu pengukuran
(Nugraha dan Berawi, 2017). Selain post test pada kelompok kontrol,
waktu yang lebih singkat dan fleksibel, kelompok yang diberi perlakuan lari
metode HIIT menimbulkan efek cedera dengan jogging jarak 200 meter.
yang lebih sedikit pada sistem Penelitian ini dilaksanakan pada hari
muskuloskeletal sehingga dianjurkan sekolah serta menyesuaikan kegiatan dan
untuk dilakukan pada orang dengan jam belajar sekolah tersebut pada bulan
sedentary lifestyle, overweight, obesitas, Agustus – September 2019 bertempat di
dan dewasa muda ( Fisher et al., 2015 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta.
dikutip oleh Nugraha dan Berawi, 2017). Subjek penelitian ini diambil dari
siswa SMA di Surakarta sebagai
METODE PENELITIAN kelompok eksperimen dan kelompok
Yoga Handita Windiastoni, Pengaruh High Intensity Interval Training 171

kontrol yang memenuhi syarat-syarat Sebelum perlakuan diberikan, kedua


kriteria inklusi, kriteria ekslusi dan drop kelompok subjek menjalani pre-test yaitu
out. tes untuk mengukur tingkat
Kriteria inklusi subjek pada cardiorespiratory fitness dengan 20m
penelitian ini yaitu: (1) siswa usia antara shuttle run test, kemudian dicatat hasilnya
15-18 tahun, (2) memiliki nilai indeks dan dikonversikan hasilnya seberapa besar
masa tubuh sesuai umur yaitu 17,1-24,5 nilaiVO2max nya dan diklasifikasikan.
(laki-laki) dan 16,8-24,9 (perempuan) , (3) Tahap selanjutnya, subjek kelompok I
bersedia mengikuti program latihan dan diberikan perlakuan HIIT dengan gerakan
menandatangani informed consent. berlari cepat, dance dengan lompat, dan
Kriteria ekslusi subjek pada penelitian ini gerakan boxing selama 2 kali dalam
yaitu: (1) mempunyai gangguan seminggu dalam 4 minggu berturut-turut.
kardiorespirasi, (2) mengalami cedera Kelompok II diberikan perlakuan berlari
terutama pada ekstremitas bawah yang dengan jogging santai dan pelan sejauh
tidak memungkinkan melakukan latihan 200 meter. Tahap terakhir yaitu kedua
seperti fraktur, sprain, strain, subluksasi, kelompok subjek dilakukan post-test
tendinitis, dislokasi dan sejenisya. Kriteria dengan melakukan 20m shuttle run test
subjek drop out meliputi: (1) subjek yang untuk mengevaluasi tingkat
tidak mengikuti latihan lebih dari dua kali, cardiorespiratory fitnnes nya.
(2) subjek yang tidak mengikuti post test.
Pada penelitian ini, instrumen dan HASIL PENELITIAN
alat ukur yang digunakan adalah 20m a. Uji Normalitas
shuttle run test yang telah teruji valid Berdasarkan uji normalitas yang
menurut Barnet et al (1993) dengan dilakukan sesuai tabel 1, didapatkan hasil
koefisien r = 0,82 dan telah teruji reliabel data berdistribusi normal pada Kelompok
dengan nilai intraclass correlation I yaitu kelompok eksperimen pada
coefficient (ICC) 0,91 pada laki-laki dan sebelum dan sesudah perlakuan dan hasil
ICC= 0,94 perempuan (Lemmink et al., data berdistribusi normal pada Kelompok
2004). II yaitu kelompok kontrol pada pre dan
Alat yang dibutuhkan untuk post test. Hasil uji normalitas pada
pelaksanaan 20m shuttle run test yaitu: (1) Kelompok I berturut-turut sebelum dan
lintasan lari sepanjang 20 meter, (2) sesudah perlakuan yaitu p = 0,220 dan p
bendera kecil sebagai penanda tiap batas = 0,900. Sedangkan pada Kelompok II,
lintasan, (4) rekaman intruksi 20m shuttle hasil uji normalitas tersebut berturut-turut
run test berisi timer, tingkatan level dan pre dan post test yaitu p = 0,369 dan p=
bunyi bip dari aplikasi smartphone (beep 0,918.
test pro versi 3.70), (4) alat tulis untuk
mendokumentasikan data. Tabel 1. Uji Normalitas Data Hasil
Pada penelitian ini subjek dibagi Pengukuran V02MAX
menjadi dua kelompok yaitu kelompok Nilai p Nilai p
eksperimen yang diberikan perlakuan sebelum setelah Ket
perlakukan perlakukan
HIIT dan kelompok kontrol yang Normal
diberikan perlakuan berlari dengan Kelompok I 0,220 0,900 -
jogging santai dan pelan sejauh 200 meter. Normal
172 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 8, No 2, November 2019, hlm 130-219

Normal menggunakan uji parametrik yaitu uji t


Kelompok II 0,369 0,918 - tidak berpasangan karena kedua kelompok
Normal
mempunyai data berdistribusi nomal. Uji
Sumber : Data primer (2019)
beda ini digunakan untuk membandingkan
peningkatan nilai VO2max setelah
b. Uji Hipotesis
perlakuan antar kelompok. Berdasarkan
Uji hipotesis dilakukan dengan uji
uji beda tersebut, didapatkan hasil adanya
beda intra Kelompok I dan II dan uji
perbedaan signifikan antara kelompok
bedainter Kelompok I dan II. Pada
eksperimen dan kelompok kontrol dengan
penelitian ini, uji beda intra Kelompok I
nilai p = 0, 000 ( p < 0,05).
dan II pada kedua kelompok
menggunakan uji parametrik yaitu uji t
Tabel 3. Uji Beda Antar Kelompok
berpasangan atau dependent t-test karena
Setelah Perlakukan
kedua kelompok mempunyai data
Nilai
berdistribusi normal.Kemudian, dilakukan Analis beda Keterangan
p
uji beda inter kelompok setelah perlakuan
Nilai VO2max
antara Kelompok I dan Kelompok II
setelah
menggunakan uji t tidak berpasangan atau
diberikan
independent t-test. Ada
perlakuan HIIT
Hasil uji beda masing-masing 0,000 perbedaan
pada kelompok
Kelompok I dan II sebelum dan sesudah signifikan
eksperimen dan
perlakuan bedasarkan hasil pengukuran
kelompok
VO2max yaitu dapat dilihat pada tabel 2.
kontrol
Pada Kelompok I didapatkan hasil p =
0,000 ( p < 0,05), maka disimpulkan Sumber : Data primer (2019)
bahwa ada pengaruh latihan high intensity Kemudian, untuk mengetahui
interval training terhadap kelompok mana yang lebih baik dilihat
cardiorepiratory fitness. Pada Kelompok dari different mean sebelum dan sesudah
II didapatkan hasil p = 0,000 ( p < 0,05), perlakuan pada masing-masing kelompok.
maka disimpulkan bahwa ada pengaruh Kelompok yang mempunyai selisih rerata
diberikannya latihan jogging santai sebelum dan sesudah perlakuan lebih
terhadap cardiorepiratory fitness pada tinggi dari pada kelompok lain, lebih baik
kelompok kontrol. dalam meningkatkan VO2max. Pada
peneltian ini, kelompok yang mempunyai
Tabel 2. Uji Beda Kelompok I dan II different mean lebih tinggi yaitu
Sebelum dan Setelah Perlakuan kelompok 1 yaitu kelompok yang
Nilai p Keterangan
diberikan HIIT dengan hasil 8.91.
Kelompok I 0,000 Ada pengaruh
Kelompok II 0,000 Ada pengaruh Tabel 4. Perbedaan Rerata Pada
Sumber : Data primer (2019) Kelompok I dan Kelompok II
Untuk mengetahui perbedaan antara Different Mean
kelompok eksperimen dan kelompok Kelompok I 8,91
kontrol, maka dilakukan uji beda inter Kelompok II 1,59
kelompok setelah perlakuan pada Sumber : Data primer (2019)
Kelompok I dan Kelompok II
Yoga Handita Windiastoni, Pengaruh High Intensity Interval Training 173

PEMBAHASAN diatas yaitu dance, lari dan permainan


Berdasarkan uji beda yang aktivitas berdasar project FFAB tersebut.
dilakukan pada Kelompok I yaitu Aktivitas high intensity interval
kelompok eksperimen yang diberikan training akan meningkatkan stroke
perlakuan high intensity interval training, volume karena optimalnya venous return
didapatkan nilai p = 0,000, hal ini sesuai dan optimalnya kontraksi otot-otot jantung
dengan nilai rujukan p<0,05 sehingga saat kontraksi ventrikel menyebabkan otot
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh jantung berkontraksi lebih kuat dan
latihan high intensity interval training menghasilkan stroke volume lebih banyak
terhadap cadiorespiratory fitness (Roscoe et al., 2017). Selain itu, high
berdasarkan dari peningkatan nilai intensity interval training otomatis
VO2max. Hal ini didukung dengan meningkatkan heart rate. Dengan adanya
perbedaan rerata antar kelompok atau peningkatan heart rate dan stroke volume
different mean pada sebelum dan setelah akan menyebabkan cardiac output juga
diberikan perlakuan antara kelompok I ikut meningkat (Roscoe et al., 2017). High
dan kelompok II, bahwa Kelompok I intensity interval training yang dilakukan
mempunyai different mean sebesar 8,91 secara rutin dan berkesinambungan, akan
yaitu lebih tinggi dibandingkan Kelompok menyebabkan otot jantung lebih kuat
II sebesar 1,59. Maka, dapat disimpulkan sehingga denyut nadi pada waktu istirahat
bahwa pemberian latihan high intensity menjadi lebih rendah. Hal tersebut akan
interval training lebih baik dibandingkan mengurangi beban kerja jantung dan kerja
kelompok kontrol dengan jogging. jantung lebih efisien (Roscoe et al., 2017).
Hal ini sesuai dengan penelitian High intensity interval training
Weston et al (2016), dalam penelitiannya menyebabkan seseorang menghirup
disebutkan bahwa high intensity interval oksigen dari udara lebih banyak sehingga
training berbasis Project FFAB (Fun Fast kapasitas fungsional paru meningkat.
Activity Blasts) yang diberikan pada Peningkatan kapasitas fungional paru dan
subjek remaja dapat meningkatkan efisiensi fungsi alveoli menyebabkan
cardiorespiratory fitness. Pada penelitian peningkatan pertukaran dan distribusi
lain oleh Boddy et al (2010) menyebutkan oksigen sehingga VO2max juga meningkat
bahwa latihan high intensity interval (Roscoe et al., 2017). Dalam jangka
training berbasis dance dengan gerakan panjang akan menyebabkan adaptasi otot-
short, sharp, shock yang mengikuti otot penapasan terhadap latihan sehingga
prinsip latihan berintensitas tinggi pada otot-otot pernapasan menjadi lebih kuat,
usia remaja, dapat meningkatkan beban kerja pernapasasan dalam batas
cardiorespiratory fitness. Selain itu, wajar dan tidak berlebihan sehingga tidak
Eddols et al (2017) mengungkapkan mudah mengalami kelelahan (Roscoe et
bahwa latihan high intensity interval al., 2017).
training berbasis lari dapat meningkatkan Maka high intensity interval
biomarker terhadap penyakit training yang dilakukan dalam jangka
kardiovaskuler. Pada penelitian ini, panjang akan menyebabkan fungsi
menggunakan kombinasi dari ketiga kardiorespirasi lebih baik, darah kaya
latihan high intensity interval training oksigen akan lebih mudah menjangkau ke
seluruh tubuh termasuk ekstremitas
174 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 8, No 2, November 2019, hlm 130-219

sehingga mengurangi resiko gangguan yang diberikan peneliti sehingga dapat


pembuluh darah dan jantung seperti berkontribusi untuk mengurangi potensial
penyakit jantung koroner (Roscoe et al., banyaknya subjek drop out.
2017).
Fungsi kardiorespirasi dapat diukur DAFTAR RUJUKAN
salah satunya dengan tes lapangan yaitu Acevedo, E. &Starks, M., 2011; Exercise
20 m shuttle run test. Maka, peningkatan Testing and Prescription Lab
hasil pengukuran 20 m shuttle run test Manual; Second edition; Diakses
berbanding lurus dengan peningkatan pada 29/7/2018 dari
fungsi kardiorespirasi. Hal ini sesuai http://www.humankinetics. com
dengan hasil analisa data dalam penelitian /excerpts/excerpts/ factors-affecting-
ini bahwa pemberian high intensity v-o2max
interval training mampu meningkatkan Badan Penelitian Dan Pengembangan
hasil pengukuran 20 m shuttle run test Kesehatan Kementerian Kesehatan,
pada waktu evaluasi yang mengindikasi 2008; Riset Kesehatan Dasar
peningkatan fungsi kardiorespirasi. (RISKESDAS 2007); Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
KESIMPULAN DAN SARAN Barnett, A., Chan, L.Y.S., Bruce, L.C.,
Penelitian ini dilakukan pada siswa 1993; A Preliminary Study of the
SMA Muhammadiyah 2 Surakarta selama 20-m Multistage Shuttle Run as a
4 minggu bertujuan untuk mengetahui Predictor sf Peak VQ2 in Hong
pengaruh high intensity interval training Kong Chinese Students,Pediatric of
terhadap cardiorespiratory fitness pada exercise science, Vol 5, Number 1,
remaja, dapat diambil kesimpulan ada Hal 45
pengaruh high intensity interval training Batistaa, M.B., Romanzini, C.L.P.,
dalam meningkatkan cardiorespiratory Castro‑Pinero, J., Ronque, E.R.V.,
fitness sesuai hasil pengukuran nilai 2017; Validity of field tests to
VO2max. estimate cardiorespiratory fitness in
Tidak terlepas dari keterbatasan- children and adolescents: a
keterbatasan dalam penelitian ini, maka systematic review; Diakses pada
untuk menjadikan penelitian-penelitian tanggal 4/8/2018 dari
selanjutnya yang sejenis lebih baik, http://dx.doi.org/10.1590/1984‑0462
penulis menyarankan: (1) diperlukan /;2017;35;2;00002
peningkatan subjek penelitian yang lebih Bond, B., Weston, K.L., Williams, C.A.,
banyak, (2) variasi jenis kelamin yang Barker, A.R., 2017; Perspectives on
lebih merata antara laki-laki dan high-intensity interval exercise for
perempuan, (3) perlunya meningkatkan health promotion in children and
dosis latihan tiap minggu nya dan adolescents; Open Access Journal of
penambahan lama perlakuan, (4) Sports Medicine, Hal 243-265
mengontrol dan mempertimbangkan Buscombe, J., Movahed, A.,
faktor yang dapat menjadi bias penelitian Gnanasegaran, G., Hall, M., 2009;
terutama aktivitas subjek diluar penelitian Integrating cardiology for nuclear
dan memotivasi subjek penelitian untuk medicine physicians: A guide to
tetap bersemangat melakukan perlakuan nuclear medicine physicians;
Yoga Handita Windiastoni, Pengaruh High Intensity Interval Training 175

Fourteenth edition; Diakses pada https://www.precor.com/en/resource


tanggal 22/7/2018 dari s/coaching-centre/ selecting-right-
http://www.springer.com/ 978-3- hiit-protocol
540-78673-3 Fahey, T., Insel, P., Roth, W., 2018; Fit &
CDC, 2004; Unit One: Overview Of Well: Core Concepts and Labs in
Pulmonary Anatomy And Physical Fitness and Wellness;
Physiology; Diakses tanggal Thirteenth edition; Diakses pada
26/7/2018 dari tanggal 27/7/2018 dari
http://www.cdc.gov/niosh/docs/200 www.mheducation.com
4-154c/2004-154c-ch1.pdf Farooq, M.A., Parkinson, K.N. et al.,
Dalleck, L., 2012; High Intensity Interval 2016; Timing of the decline in
Training for Clinical Populations; physical activity in childhood and
Diakses pada 30/7/2018 dari adolescence: Gateshead Millennium
https://www.acefitness.org/certified Cohort Study; Diakses pada
news article/2589/high-intensity- 29/8/2018 dari
interval-training-for-clinical/ http://dx.doi.org/10.1136/bjsports-
Depkes RI, 2011;Penyakit Tidak Menular 2016-096933
(PTM) Penyebab Kematian Frownfelter, D. & Dean, E., 1996;
Terbanyak dI Indonesia; Diakses Principle And Practice Of
pada tanggal 27/7/2018 Cardiopulmonary Physical Therapy;
darihttp://www.depkes.go. id/article/ Third Edition ; Mobsy year book,
view/1637/penyakit-tidak-menular- St.louis
ptm-penyebab-kematian-terbanyak- Garber, C.E., Blissmer, B., Deschenes,
di-indonesia.html M.R et al., 2011; Neuromotor
Đokić, Z., Idrizović, K., Dulić, S., Fitness in Apparently Healthy
Levajac, D., 2014; Extracurricular Adults: Guidance for Prescribing
Physical Activity Of Children Of Exercise; Diakses pada tanggal
Older School Age And 2/8/2018 dari
Cardiorespiratory Fitness Level; 51 http://dx.doi.org/10.1249/MSS.0b01
Diakses pada 29/8/2018 dari 3e31821 3fefb
http://dx.doi.org/10.7251/SSH1402 Gibala, M.J. & Little, J.P., 2010; Just HIT
093DJ it! A time-efficient exercise strategy
Eddolls, W.T.B., McNarry, M. A., to improve muscle insulin
Stratton, G., Winn, C.O.N., sensitivity; JPhysiol, Vol 588
Mackintosh, K.A., 2017; High- Number 18, Hal 3341
Intensity Interval Training Gibala, M.J., Little, J.P., MacDonald,
Interventions in Children and M.J., Hawley, J.A., 2012;
Adolescents: A Systematic Review; Physiological adaptations to low-
Diakses tanggal 18/6/18 dari volume, high-intensity interval
http://dx.doi.org/10.1007/s40279- training in health and
017-0753-8 disease;Diakses pada tanggal
Edwards, M., 2015; Selecting The Right 2/8/2018 dari
HIIT Protocol; Diakses pada tanggal http://dx.doi.org/10.1113/
21/5/2018 dari jphysiol.2011.224725
176 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 8, No 2, November 2019, hlm 130-219

Gormley, S.E., Swain, D.P., High, R., Kasron, 2011; Buku Ajar Anatomi
Spina, R.J., Dowling, E.A. et al, Fisiologi Kardiovaskuler; Nuha
2008; Effect of Intensity of Aerobic Medika, Yogyakarta
Training on VO2max; Diakses pada Kilpatrick, M.W., Jung, M.E., Little, J.P.,
tanggal 2/8/2018 dari 2014; HIGH-INTENSITY
http://dx.doi.org/10.1249/MSS.0b01 INTERVAL TRAINING: A Review
3e31816c4839 of Physiological and Psychological
Graber, E.G., 2016; Adolescent Responses; ACSM's Health &
Development; Diakses pada tanggal Fitness Journal, Vol 18, Issue 5, Hal
26/7/18 dari 11-16
https://www.msdmanuals.com/profe Knaeps, S., Bourgois, J.G., Charlier, R.,
ssional/pediatrics/growth-and- Mertens, E., Lafevre, J., Wijndaele,
develo pment/adolescent- K., 2016; Ten-year change in
development sedentary behaviour, moderateto-
Gunnarsson, T.P. & Bangsbo, J., 2012; vigorous physical activity,
The 10-20-30 Training Concept cardiorespiratory fitness and
Improves Performance And Health cardiometabolic risk: independent
Profile In Moderately Trained associations and mediation analysis;
Runners. Journal of Applied Diakses pada tanggal 21/5/2018 dari
Physiology. Vol 113, Hal 16-24 http://dx.doi.org/10.1136/bjsports-
Hakola, L., 2015; Cardiorespiratory 2016-096083
Fitness and PhysicalActivity in Kompas, 2017; Ini Perbedaan Aturan
Older Adults, University of Eastern Hari Sekolah pada Permendikbud
Finland, Finland, Hal 276 dan Perpres; Diakses pada
Hawkins, M.N., Raven, P.B., Snell, P.G., 25/7/2018 dari https:
Gundersen, J.S., Levine, B.D., 2007; //nasional.kompas.com/read/ 2017/
Maximal Oxygen Uptake as a 09/06/14562281/ini-perbedaan-
Parametric Measure of aturan-hari-sekolah-padapermendik
Cardiorespiratory Capacity; buddan-per pres
Diakses pada tanggal 2/8/2018 dari Lee, M., Shiroma, E.J.,Lobelo, F., Puska,
http://dx.doi.org/10.1249/ P.,Blair, S.N., Katzmarzyk, P.T.,
01.mss.0000241641.75101.64 2012; Impact of Physical Inactivity
HBE, 2016; VO2 Comparison Chart; on the World’s Major Non-
Diakses pada 20/8/2018 dari https:// Communicable Diseases; Diakses
hbeupdate.custhelp.com/app/answer pada tanggal 18/6/2018 dari
s/list/kw/vo2max/search/1 http://dx.doi.org/ 10.1016/S0140-
Ismadraga, A., Lumintuarso, R., 2015; 6736(12)61031-9
Pengembangan Model Latihan Lemmink, K.A.P.M., Visscher, C.,
Kribo Untuk Power Tungkai Atlet Lambert, M.I., Lamberts, R.P.,
Lompat Jauh Dan Sprinter SKO 2004; The Interval Shuttle Run Test
SMP, Jurnal Keolahragaan,vol 3, for Intermittent Sport Players:
nomor 1, hal 3 Evaluation of Reliability;Journal of
Strenght and Conditioning
Research, vol 18, number 4, hal 821

You might also like