You are on page 1of 6

eISSN 2337-5949 e-CliniC.

2021;9(1):198-203
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.9.1.2021.32364
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic

Gambaran Health Belief Model pada Penanganan Fraktur

Jesica C. Umboh,1 Angelica M. J. Wagiu,2 Andriessanto C. Lengkong2

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado,
Sulawesi Utara, Indonesia
2
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi-RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
Email: 17011101093@student.unsrat.ac.id

Abstract: Alternative medicine or traditional medicine is still widely used as a treatment option,
especially in dealing with fractures. A person's belief in curing a disease has a healing effect, albeit,
it can also cause various complications in case of mishandling. This condition will affect health
behavior related to health belief model. This study was aimed to obtain the health belief model in
fracture treatment. This was a descriptive and observational study with a survey design. Data were
obtained by using questionnaires. Subjects were all WKI GMIM Kalvari Parigi Tujuh as many as
230 females. The results showed that most subjects were >50 years old, had high school/vocational
school education, and work as housewives. The majority of subjects chose to go to a masseuse as
the initial action when they encountered fracture cases and admission to the hospital was in the
third position, after the choice to consume over-the-counter drugs. Based on the health belief
model, there were four aspects of perception, namely perceptions of seriousness, vulnerability,
benefits, and barriers. Some of the subjects considered that: 1) fracture was not a serious disease;
2) fracture was not a threatening disease; 3) fracture treatment did not provide many benefits; and
4) there were many barriers in treating fractures. In conclusion, the public perception of fracture
cases is good, but there is still room for improvement. Although the community prefers masseurs
to get the initial treatment, the hospital remains a destination if the initial action is not successful.
Keywords: health belief model, fractures, fracture management, traditional medicine

Abstrak: Pengobatan alternatif atau pengobatan tradisional masih banyak dipakai sebagai pilihan
pengobatan terutama dalam menangani fraktur. Kepercayaan seseorang dalam kesembuhan
sebuah penyakit tidak hanya membawa dampak penyembuhan, tetapi dapat menyebabkan
berbagai komplikasi bila terjadi kesalahan penanganan. Kondisi sakit ini akan memengaruhi
perilaku kesehatan sehubungan dengan health belief model. Jenis penelitian ialahj deskriptif
observasional dengan desain survei. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Subjek penelitian
ialah seluruh WKI GMIM Kalvari Parigi Tujuh. Hasil penelitian mendapatkan 230 subjek
penelitian, mayoritas berusia >50 tahun, memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK, dan bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Mayoritas subjek penelitian memilih untuk pergi ke tukang pijat
sebagai tindakan awal ketika menemui kasus fraktur dan rumah sakit menempati posisi ketiga, di
bawah pilihan mengonsumsi obat warung. Berdasarkan health belief model, dilakukan
pengukuran pada empat aspek persepi yaitu keseriusan, kerentanan, manfaat, serta hambatan.
Didapatkan bahwa sebagian subjek menganggap bahwa: 1) fraktur bukan suatu penyakit yang
serius; 2) fraktur bukan suatu penyakit yang mengancam; 3) penanganan fraktur tidak memberikan
banyak manfaat; dan 4) banyak hambatan yang dihadapi untuk mengobati fraktur. Simpulan
penelitian ini ialah persepsi masyarakat mengenai kasus fraktur sudah termasuk baik, tetapi masih
terdapat ruang untuk peningkatan. Masyarakat lebih memilih tukang pijat untuk mendapatkan
tindakan awal, namun rumah sakit tetap menjadi tujuan bila tindakan awal tidak berhasil.
Kata kunci: health belief model, patah tulang, penanganan fraktur, pengobatan tradisional

198
Umboh, Wagiu, Lengkong: Gambaran health belief model … 199

PENDAHULUAN dominan dalam pemilihan tindakan pena-


Di zaman modern ini, pengobatan nganan fraktur.4 Selain itu, Sholihah5 di
alternatif atau pengobatan tradisional masih Surabaya, Jawa Timur, mendapatkan bahwa
banyak dipakai untuk menjadi pilihan persepsi manfaat, persepsi hambatan dan
pengobatan, terutama dalam menangani self-efficacy merupakan aspek health belief
patah tulang. Pengobatan tradisional untuk model yang dominan dalam pemilihan
patah tulang di Indonesia dikenal dengan tindakan penanganan fraktur.
nama sangkal putung. Menurut hasil pene- Pengobatan yang kurang tepat dapat
litian yang dilakukan oleh Sumirat et al,1 menyebabkan permasalahan yang cukup
alasan masyarakat menerima pengobatan besar. Keterlambatan dalam penanganan atau
tradisional sangkal putung dikarenakan penanganan yang salah dapat menimbulkan
kepercayaan yang kuat pada diri seseorang komplikasi seperti neglected fracture. Edu-
dan sugesti dari pihak luar, tingkat kesem- kasi yang baik bagi masyarakat dapat meme-
buhan cepat, biaya pengobatan murah, dan ngaruhi kemana pasien akan berobat. Kerja-
adanya rasa takut terhadap pengobatan sama antara tenaga kesehatan dengan tukang
medis. Kepercayaan seseorang dalam pena- pijat dapat memberikan pelayanan kesehatan
nganan sebuah penyakit dapat membawa yang baik bagi pasien dengan fraktur.
dampak penyembuhan, namun bila terjadi
kesalahan penanganan dapat menyebabkan METODE PENELITIAN
berbagai komplikasi. Setiap individu dapat Penelitian ini dilakukan di Gereja
memutuskan pengobatan yang akan diambil GMIM Kalvari Parigi Tujuh, Kelurahan
untuk menangani fraktur. Keputusan ini Kombos Timur. Jenis penelitian ini ialah
dipengaruhi oleh kepercayaan individu deskriptif kuantitatif observasional dengan
terhadap kesehatan, yang dijelaskan dalam desain survei. Populasi penelitian ialah
teori health belief model. seluruh Wanita Kaum Ibu (WKI) GMIM
Health belief model merupakan teori Kalvari Parigi Tujuh. Jumlah populasi pene-
perubahan perilaku kesehatan dan model litian sebanyak 230 orang. Sampel peneli-
psikologis yang digunakan untuk memredik- tian ialah WKI GMIM Kalvari Parigi Tujuh,
si perilaku kesehatan dengan berfokus pada yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklu-
persepsi dan kepercayaan individu terhadap si. Teknik sampling yang digunakan ialah
suatu penyakit.2 Teori ini meyakini bahwa total sampling.
individu akan mengubah perilaku terkait
kesehatan disebabkan beberapa alasan, yaitu HASIL PENELITIAN
persepsi terhadap risiko terkena penyakit Penelitian ini dilakukan Gereja GMIM
(perceived susceptibility), persepsi terhadap Kalvari Parigi Tujuh, Kelurahan Kombos
keparahan peyakit (perceived seriousness), Timur pada bulan September-November
persepsi manfaat dan hambatan yang dirasa- 2020. Data penelitian diperoleh melalui
kan dalam mengadopsi perilaku tersebut pengisian kuesioner yang melibatkan 230
(perceived benefits and perceived barrier), orang subjek penelitian.
dan isyarat untuk bertindak atau faktor pen- Tabel 1 memperlihatkan bahwa mayo-
dorong (cues to action). Health belief model ritas subjek penelitian ini berusia >50 tahun
umumnya digunakan untuk memrediksi memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK,
perilaku kesehatan preventif dan untuk dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
menjelaskan perilaku individu sakit.3 Tabel 2 memperlihatkan bahwa mayo-
Penelitian mengenai health belief model ritas subjek penelitian ini memilih untuk
dan perilaku penanganan fraktur di Indo- pergi ke tukang pijat sebagai pengobatan
nesia ialah antara lain penelitian yang pertama fraktur kemudian ke rumah sakit
dilakukan oleh Fardani4 di Bandung, Jawa bila tindakan tersebut tidak berhasil. Tempat
Barat, yang mendapatkan bahwa persepsi yang lebih dipilih sebagai tempat pengo-
manfaat, hambatan, dan faktor pendorong batan terbanyak ialah tukang pijat dengan
merupakan aspek health belief model yang alasan lebih dipercaya.
200 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 198-203

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Tabel 3 memperlihatkan bahwa seluruh


Variabel Frekuensi %
persepsi responden memiliki distribusi data
Usia (tahun) yang tidak normal sehingga data deskriptif
20-25 36 15,7 yang digunakan ialah median dan bukan
26-30 30 13,0 rerata. Terlihat bahwa median persepsi
31-35 24 10,4 keseriusan ialah 68,75%, median persepsi
36-40 37 16,1 kerentanan 75%, median persepsi manfaat
41-45 34 14,8 75%, dan median persepsi hambatan 62,5%.
45-50 25 10,9
> 50 44 19,1 BAHASAN
Pendidikan Pada penelitian ini mayoritas subyek
Tidak 1 0,4 penelitian berusia >50 tahun, memiliki
Sekolah tingkat pendidikan SMA/SMK, dan bekerja
SD 33 14,3
sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan
SMP 42 18,3
karakteristik tersebut, dapat terlihat bahwa
SMA/SMK 111 48,3
Ahli Madya 4 1,7 mayoritas subjek penelitian ini memiliki
Perguruan 39 17,0 tingkat pendidikan yang sudah sesuai
Tinggi dengan standar pendidikan di Indonesia,
Pekerjaan yaitu memenuhi wajib belajar 12 tahun
Karyawan 21 9,1 sesuai dengan program Kementerian Pendi-
Mahasiswa 12 5,2 dikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemen-
Swasta 18 7,8 dikbud).6 Semakin tinggi pendidikan, ma-
Pegawai 7 3,0 syarakat diharapkan semakin paham ter-
Negeri hadap tindakan pengobatan yang terbaik
Wirausaha 2 0,9 untuknya. Berdasarkan pekerjaan, terlihat
Ibu Rumah 147 63,9 bahwa mayoritas subjek penelitian ini beker-
Tangga
ja sebagai ibu rumah tangga yang lebih
Total 230 100,0
banyak menghabiskan waktu untuk menger-
jakan berbagai kegiatan rumah tangga,
Tabel 2. Pemilihan tindakan sehingga perhatian terhadap keluarga lebih
Variabel Frekuensi % baik daripada subjek penelitian yang memi-
Tindakan awal liki pekerjaan selain ibu rumah tangga.
Dibiarkan 10 4,3 Berkaitan dengan health belief model,
Konsumsi obat warung 51 22,2 penelitian ini melakukan pengukuran pada
Tukang pijat 127 55,2 subjek penelitian berdasarkan empat aspek
Rumah sakit 42 18,3 persepsi, yaitu persepsi tentang keseriusan
Tindakan lanjutan yang dirasakan dari fraktur, persepsi tentang
Dibiarkan 2 0,9 kerentanan atau ancaman dari fraktur, per-
Konsumsi obat warung 34 14,8 sepsi tentang manfaat memeriksakan frak-
Tukang Pijat 87 37,8 tur, serta persepsi tentang hambatan dalam
Rumah Sakit 107 46,5 mengambil tindakan untuk mengatasi frak-
Tempat yang tur.7 Hasil penelitian ini mendapatkan
direkomendasikan median persepsi keseriusan 68,75%, median
Rumah Sakit 88 38,3
persepsi kerentanan 75%, median persepsi
Tukang Pijat 136 59,1
Dukun 4 1,7 manfaat 75%, dan median persepsi ham-
Lainnya 2 0,9 batan 62,5%. Berdasarkan data tersebut,
Dasar Pemilihan terlihat bahwa keempat persepsi tersebut
Dipercaya 155 67,4 berada pada kuartil 3 (50-75%) yang berarti
Tradisi turun-temurun 43 18,7 masih terdapat sebagian subjek penelitian
Lainnya 32 13,9 yang menganggap bahwa:
Umboh, Wagiu, Lengkong: Gambaran health belief model … 201

Tabel 3. Analisis deskriptif data health belief model (HBM)


Variabel persepsi Normalitas Median Min-Max Rerata
Keseriusan <0,001 68,75 31,25-100,0 66,14
Kerentanan <0,001 75,00 31,25-100,0 72,2
Manfaat <0,001 75,0 43,75-100,0 73,94
Hanbatan <0,001 62,5 31,25-81,25 63,58

1) fraktur bukanlah suatu penyakit yang akan berusaha menggunakan pengobatan


serius; 2) fraktur bukanlah suatu penyakit alternatif sebagai metode pencegahan sebe-
yang mengancam; 3) penanganan fraktur lum penyakit menjadi lebih berat. Ketika
tidak memberikan banyak manfaat; dan(4) seseorang menganggap diagnosisnya serius,
banyak hambatan yang dihadapi untuk maka ia dapat mempertimbangkan untuk
mengobati fraktur. Kesalahan persepsi ini menggunakan pengobatan alternatif sehu-
seharusnya bisa diminimalisir sehingga bungan dengan perawatan yang diterima dari
morbiditas dan mortalitas terkait fraktur praktisi konvensional, sebagai cara untuk
dapat diturunkan. memanfaatkan semua perawatan yang dapat
Elemen kunci dari Health Belief Model digunakan. Namun, jika seseorang tidak
berfokus pada keyakinan individu tentang percaya pada pengobatan alternatif, maka ia
kondisi kesehatannya. Model ini mendefini- mungkin melihat hal ini sebagai hambatan
sikan faktor-faktor kunci yang memenga- dan memilih untuk menggunakan pengo-
ruhi perilaku kesehatan sebagai ancaman batan konvensional saja.11
yang dirasakan individu terhadap penyakit Penelitian ini juga menginvestigasi
(perceived susceptibility), keyakinan akan pengambilan tindakan oleh subjek peneli-
konsekuensi yang dirasakan (perceived tian, ketika mendapati kasus fraktur. Hasil
severity), manfaat positif potensial dari tin- penelitian ini menunjukkan bahwa mayo-
dakan (perceived benefits), hambatan yang ritas subjek penelitian ini memilih untuk
dirasakan untuk bertindak, faktor yang mem- pergi ke tukang pijat sebagai tindakan awal
percepat suatu pemilihan tindakan (cues to ketika menemui kasus fraktur. Hal ini juga
action), dan keyakinan akan keberhasilan didukung oleh jawaban subjek penelitian
(self-efficacy).8 Berdasarkan health belief yang menyatakan bahwa tempat yang paling
model, individu akan mengubah perilakunya direkomendasikan untuk mengobati fraktur
ketika mereka memahami bahwa penyakit- ialah tukang pijat. Alasan lebih dipilihnya
nya serius. Jika tidak, mereka mungkin tidak tukang pijat sebagai tempat pengobatan
akan beralih ke perilaku yang lebih baik.9 pertama fraktur ialah karena lebih dipercaya
Health belief model (HBM) diterapkan oleh mayoritas subjek penelitian ini. Semen-
dengan berfokus pada sikap, persepsi, dan tara itu, rumah sakit berada di urutan kedua
praktik individu. Model ini menyarankan dalam hal tempat yang direkomendasikan
bahwa seseorang akan mengambil tindakan untuk mengobati fraktur. Bahkan dalam hal
yang berhubungan dengan kesehatan, terma- pemilihan tindakan awal, rumah sakit
suk memilih pengobatan alternatif, jika orang menempati posisi ketiga, di bawah pilihan
tersebut merasa bahwa efek samping dapat untuk mengonsumsi obat warung. Berdasar-
dihindari, memiliki harapan kesembuhan kan uraian tersebut, terlihat bahwa mayo-
yang lebih baik, atau kemungkinan untuk ritas subjek penelitian ini lebih percaya
penyakitnya bertambah berat dapat berku- terhadap tukang pijat daripada rumah sakit
rang.10 Health belief model berlaku baik untuk mengatasi kasus fraktur. Uniknya,
untuk alasan penderita fraktur memilih rumah sakit tetap menjadi pilihan untuk
meng-gunakan pengobatan alternatif. Ketika menangani fraktur bila tindakan di tukang
individu mendapatkan bahwa mereka rentan pijat atau konsumsi obat warung tidak
terhadap penyakit tertentu, individu tersebut berhasil. Hal ini dibuktikan oleh penelitian
202 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 198-203

Wijaya12 yaitu 77 responden setuju bahwa man orang lain, dan pemikiran negatif
pengobatan alternatif dapat menyembuhkan tentang pengobatan medis.4
secara total dan 77 responden tertarik memi- Penelitian lain yang juga sejalan dengan
lih pengobatan alternatif fraktur karena penelitian ini ialah sebuah penelitian yang
keampuhannya, artinya bahwa faktor keber- dilakukan oleh Sholihah5 di Surabaya, Jawa
hasilan dan manfaat sangat memengaruhi Timur. Penelitian potong lintang ini meli-
persepsi terhadap pengobatan alternatif. batkan 109 responden dan mendapatkan
Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa faktor yang memengaruhi pengam-
yang miris, yaitu sebanyak 4,3% subjek bilan keputusan pada pasien dengan cedera
penelitian ini lebih memilih untuk membiar- muskuloskeletal yang memilih berobat ke
kan kasus fraktur. Meskipun jumlahnya tukang pijat sangkal putung ialah persepsi
sedikit, tetapi hasil ini menandakan bahwa manfaat, persepsi hambatan, self-efficacy,
masih ada sebagian masyarakat yang meng- dan alasan ekonomi, sedangkan faktor usia,
abaikan kasus fraktur. Namun, penelitian ini pendidikan, dan jenis kelamin tidak ber-
tidak dapat mengidentifikasi alasan pasti pengaruh.5
dari pemilihan tindakan tersebut. Hal lain Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia
yang juga ditemukan ialah alasan tradisi et al14 di Sumedang, Jawa Barat, juga
yang cukup besar dalam pemilihan tindakan mengemukakan hasil yang mendukung hasil
untuk penanganan kasus fraktur. Didapat- penelitian ini. Penelitian dengan desain
kan sebanyak 18,7% subjek penelitian potong lintang yang melibatkan 34 respon-
menyebutkan bahwa tradisi turun temurun den mendapatkan bahwa terdapat tiga faktor
merupakan dasar dalam memilih tindakan yang paling memengaruhi seseorang untuk
penanganan kasus fraktur. Menurut studi memilih berobat ke pengobatan tradisional,
kasus Mumuh et al,13 terdapat pengaruh yaitu faktor motivasi untuk menyembuhkan
faktor budaya bagi masyarakat Indonesia sakitnya (64,7%), kepercayaan akan menda-
khususnya masyarakat di Sunda karena patkan manfaat sekaligus rendahnya ham-
terapi tradisional penyakit tulang bukan batan (61,76%), serta pelayanan kesehatan
fenomena baru tetapi sudah membudaya dan kepercayaan terhadap penyedia layanan
dari generasi ke generasi.13 (71,88%).14 Hasil serupa juga ditunjukkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan pada penelitian yang dilakukan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Fardani 4 di Rachman et al15 di Kalimantan Selatan.
Bandung, Jawa Barat. Penelitian dengan Penelitian kualitatif dengan desain fenome-
desain kualitatif yang melibatkan empat nologi tersebut mendapatkan bahwa
subjek penelitian mendapatkan bahwa ke mayoritas masyarakat Kalimantan Selatan
empat subjek memiliki persamaan dalam memilih pemanfaatan pelayanan kesehatan
memandang pengobatan tradisional pada tradisional, termasuk pengobatan dengan
aspek perceived benefits, perceived barriers, keterampilan tanpa alat, yaitu pijat urut
dan cues to action. Berdasarkan health belief (lebih dikenal oleh masyarakat sebagai
model, subjek pertama memaknai pengo- “baurut”). Faktor yang memengaruhi pemil-
batan tradisional sebagai jalan kesembuhan ihan tersebut ialah pengaruh budaya,
dari Tuhan; subjek kedua memaknai pengo- pengalaman orang lain, kecocokan, keper-
batan tradisional sebagai pengobatan yang cayaan akan sembuh, dan alasan ekonomi.15
bisa dipercaya; subjek ketiga memaknai Keterbatasan penelitian ini ialah pene-
pengobatan tradisional sebagai pilihan litian ini merupakan suatu penelitian des-
terbaik bagi dirinya; dan subjek keempat kriptif, sehingga analisis hubungan atau
memaknai pengobatan tradisional sebagai pengaruh tidak dilakukan. Hal ini menye-
pengobatan yang memberikan kesembuhan babkan hubungan antara health belief model
jika meyakininya. Faktor-faktor yang mela- dengan kemungkinan pengambilan tindakan
tarbelakangi pilihan tersebut ialah masalah ketika mengalami fraktur pada masyarakat
biaya pengobatan, saran keluarga, pengala- tidak diidentifikasi.
Umboh, Wagiu, Lengkong: Gambaran health belief model … 203

SIMPULAN SMK [Internet]. 2016 [Cited 2020 Dec


Persepsi masyarakat mengenai kasus 8]. Available from: http://Smk.Kemdik
fraktur sudah termasuk baik, tetapi masih bud.Go.Id/Konten/1906/Kemdikbud-
terdapat ruang untuk peningkatan agar Upayakan-Wajib-Belajar-12-Tahun-
morbiditas dan mortalitas terkait fraktur Melalui-Pip
7. Sholihah M. Gambaran peluang perubahan
dapat diturunkan. Masyarakat lebih memilih
perilaku perokok dengan health belief
tukang pijat untuk mendapatkan tindakan model pada pasien hipertensi di Puskes-
awal karena lebih dipercaya, tetapi rumah mas Ciputat Tangerang Selatan. 2014.
sakit tetap menjadi tujuan bila tindakan awal Available from: repository uinjkt.ac.id.
tidak berhasil. Alasan tradisi masih menjadi 8. Herold ES. The health belief model. J Sch
salah satu dasar dalam pemilihan tindakan Health. 1983;53(1):19-21. Available
untuk penanganan kasus fraktur. from: https://Doi.Org/10.1111/J.1746-
1561.1983.Tb04047.X
Konflik Kepentingan 9. Jeihooni AK, Hidarnia A, Kaveh MH,
Penulis menyatakan tidak terdapat Hajizadeh E, Askari A. The effect of an
konflik kepentingan dalam studi ini. educational program based on health
belief model on preventing osteoporosis
in women. Int J Prev Med. 2015;2015.
DAFTAR PUSTAKA 10. Carpenter CJ. A meta-analysis of the
1. Sumirat WL, Subagya S, Rochani S. Perilaku effectiveness of health belief model
masyarakat pada pengobatan alternatif. variables in predicting behavior. Health
Pendidik Sosiol. 2017;1-15. Available Commun. 2010;25(8):661-9.
From:https://Media.Neliti.Com/ Media/ 11. Albashtawy M, Gharaibeh H, Alhalaiqa F,
Publications/164679-ID-Perilaku- Batiha AM, Freij M, Saifan A, Et Al.
Masyarakat-Pada-Pengobatan-Trad.Pdf The health belief model’s impacts on the
2. Green EC, Murphy E. Health belief model. In: use of complementary and alternative
Cockerham WC, Dingwall R , Quah medicine by parents or guardians of
SR, editors. The Wiley Blackwell children with cancer. Iran J Public
Encyclopedia of Health, Illness, Beha- Health. 2016;45(5):708-9.
vior, and Society. Chicester: John Wiley 12. Wijaya M. Persepsi pasien fraktur tentang
& Sons, 2014. pengobatan alternatif di Cimande Cipu-
3. Abraham C, Sheeran P. The health belief model. tat Tangerang. 2016. Available From:
In: Ayers S, Baum A, McManus C, New- http://Repository.Uinjkt.Ac.Id/Dspace/
man S, Wallston K, Weinman J, et al, Handle/123456789/37368
editors. Cambridge Handbook of
13. Zakaria MM, Mahzuni D, Septiani A.
Psychology, Health and Medicine (2nd
Pengobatan alternatif penyakit tulang
ed). Cambridge University Press, 2014.
studi kasus kearifan lokal para terapis
4. Fardani NW. Gambaran health belief model
penyakit tulang di wilayah Jawa Barat.
pada individu yang pernah menjalani
Patanjala J Penelit Sej Dan Budaya.
pengobatan tradisional bengkel tulang
2019;11(3):431.
[Tesis]. Bandung: UIN Sunan Gunung
14. Kurnia SH, Kosasih CE, Prawesti PA. Faktor-
Djati; 2018.
faktor yang melatarbelakangi pasien
5. Sholihah S. Analisis faktor yang mempengaruhi
patah tulang berobat ke pengobatan
pengambilan keputusan pada pasien
tradisional ahli tulang di Sumedang.
cedera muskuloskeletal yang memilih
Students E-Journal. 2012;1(1):1-14.
berobat ke sangkal putung berdasarkan
15. Rachman A, Ilmi B, Mulyani Y. Studi feno-
pendekatan teori health belief model
menologi pengalaman pasien dalam
[Tesis]. Surabaya: Universitas Airlang-
penanganan patah tulang dengan ba’
ga; 2019.
urut. Jurnal Keperawatan Suaka Insan|.
6. Setiawan Y. Kemdikbud upayakan wajib
2020;5(1):164-74.
belajar 12 tahun melalui PIP | Direktorat

You might also like