Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
ABAS BASUNI, S.IK
NPM. A21207093
ABSTRACT
This thesis addresses the issue of law enforcement against criminal acts mining
without permission by the Police at the hedgehog. approach is appropriate in the
formulation of the problem that has been determined. The approach chosen in this
study by using sociological juridical approach. Handling of criminal case that illegal
gold mining resort police porcupine is already running as it should. In the framework
of the rule of law, the general handling procedures together with other common
criminal case. The tindaka-action taken by the district police in combating criminal
acts Hedgehog illegal gold mining which are: preventive measures (preventive) and
repressive measures (penindakkan). Action refresif conducted by the Police Kuantan
Singingi include: (1) investigation, (2) conduct the investigation, (3) when sufficient
elements of the police to arrest the suspect, but more often catching hand (4) to
make arrests, (5 ) search, (6) confiscation. The factors that inhibit the Hedgehog
Police in handling the criminal case of illegal gold mining include: (1) lack of public
awareness (2) of miners backed up by a person who is not responsible (3) the
suspect fled. Porcupine Police efforts made in dealing with the crime of illegal gold
mining may be through: (1) raise awareness of the legal community (2) improving the
performance of the unit and coordinated with all relevant stakeholders (3) seek and
publish the list of People Search (DPO). Recommendation: The Police, Government,
and indigenous and stakeholders should sit together to create an agreement and
understanding to combat illegal gold mining activities. Legal education should always
be given to the people so awareness of the law in that society increases. Police must
act firmly and consistently to carry out their duties as law enforcement officers.
lalu sudah dilakukan oleh masyarakat, kegiatan itu dilakukan secara turun
baru dapat dilakukan jika telah mendapat izin yaitu Surat izin Pertambangan
Rakyat (SIPR) dari pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah daerah sesuai
Dari data yang tercatat pada Dinas pertambangan dan Energi Kabupaten
Landak2 terdapat sejumlah lokasi penambangan tanpa izin yang beroperasi terus
berbatasan dengan makam Juang Mandor, luas lokasinya ± 100 hektar. Wilayah
Pasir Panjang Desa Kayu Ara Kecamatan Mandor luas lokasi ± 50 hektar. Dusun
Ugan Hilir Desa Nyin Kecamatan Ngabang sepanjang Sungai Belantian yang
mengaliri sungai Tebedak menuju Sungai Landak, lokasi ± 3 hektar, dan Dusun
1
Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan Pokok-Pokok Pertambangan.
2
Data ini diambil dengan maksud hanya untuk membatasi lokasi yang tidak terlalu sulit
dijangkau, data global tidak dimasukkan untuk memfokuskan pada kemampuan penulis.
Rangkat Pinggang Desa Sekais Kecamatan Jelimpo. Dusun Siba desa Belayuk
tidak layak digunakan lagi, selain menjadi keruh juga sebab kadar air raksa yang
ada sudah tinggi. Dampak terkontaminasinya air sungai dapat menyebar luas. Hal
air raksa. Air raksa tersebut jika bercampur dengan lumpur akan menjadi zat
sejenis racun yang bernama methylmercuri. Hal ini sangat berbahaya bagi
penyakit. Pada sisi inilah aturan berperan sebagai pengontrol agar kegiatan
ada hukum (ubi societas ubi ius). Hukum mengatur dan menguasai manusia
tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di
juga hukum kebiasaan rakyat setempat yang tidak tertulis, yang pada hakekatnya
mereka sehari-hari. Seberapa ketatnya control itu, atau seberapa longgar control
iyu, tidaklah mengurangi konsep yang diajukan oleh para teoritisi, bahwa pada
hukum ditenggarai oleh sifatnya yang koersif, tidak pernah berharap kesediaan
oleh manusia sebagai suatu perbuatan yang melanggar norma dan dipatuhi oleh
manusia sejak kebudayaan manusia lahir atau pada hakekatnya perbuatan itu
lain sebagainya. Kedua, mala in prohibita yaitu suatu perbuatan yang dulunya
3
Joshep S. Roucek, Social Control, dalam Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Dalam
Masyarakat, Perkembangan dan Masalah, hal. 137.
bentuk hukum tertulis menjadi perbuatan yang jahat, contoh merambah hutan
manusia, namun apa yang ada sekarang ini bahwa mekanisme mencari butiran
emas tidak lagi mengindahkan kelestarian alam, kerusakan cenderung massiv tak
rupa dan harus memperoleh izin. Perbuatan menambang yang tidak berizin lalu
rakyatnya sebagai implementasi dari hak menguasai Negara yang dianut dalam
Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan: “Bumi,
air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh nagara, dan
dan Batubara.
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam
memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai
oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian
berkeadilan.
berbagai cara, namun hasilnya belum memuaskan. Hal ini terkait dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Habib Ur Rahman Khan dalam tulisannya yang
berjudul Prevention of Crime-it is Society Which Needs the Treatment and not the
pidana dengan sanksinya yang berupa pidana. Namun demikian usaha inipun
4
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 16-17.,
berates-ratus tahun, dan menurut Herbert L. Packer sebagaimana dikutip oleh
Barda nawawi Arief5, bahwa usaha pengendalian perbuatan anti social dengan
pidana merupakan suatu persoalan social yang mempunyai dimensi hukum yang
penting.
nilai-nilai dasar hukum menjadi tiga, yaitu keadilan, kegunaan, dan kepastian.
Namun keadilan bukan persoalan semata hukum, banyak hal lain yang
pengaruh lain. Persoalan hukum bukan hanya sekedar proses legislasi kemudian
dibaca dan ditegakkan oleh aparatur hukum dan memberi sanksi bagi yang
melanggar, tetapi lebih dari itu. Chambliss dan Seidmen sebagaimana dikutip
masyarakat menyatakan bahwa ada kekuatan lain yang juga memiliki peranan.
Kekuatan itu adalah kekuatan sosial. Tingkah laku masyarakat tidak hanya
5
Ibid.
6
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Adhitya Bhakti, Cetakan Keenam, Bandung, 2006,
hal. 19.
7
Ibid, hal. 20.
(IPR). Terhadap mereka yang tidak mematuhi ketentuan mengenai IPR ini, maka
dapat dikatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan sanksi pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 158 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 yang
menyatakan: Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR
atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48,
Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00
hukum berupa penerapan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 158
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009, sehingga kegiatan Peti terus terjadi yang
kesehatan manusia.
terhadap para pelaku Peti, terungkap banyak hal, tidak hanya permasalahan
hukum tetapi juga persoalan lain di luar hukum. T3erasa amat kuat resistensinya,
persoalan yang asasi dari para pelaku/pekerja Peti, antara lain alas an mencari
pemerintah yang berpihak kepada mereka, persoalan yang oleh oknum dijadikan
dan kepentingan lain yang bertujuan untuk eksistensi seseorang. Oleh segelintir
elit juga dijadikan motif melalui tindakan oposan terhadap terhadap pemerintah
yang signifikan, tetapi hanya bertahan selama dua minggu, setelah itu kegiatan
Uraian di atas menarik minat penulis untuk mengkaji lebih lanjut terhadap
masalah ini dalam bentuk penelitian tesis dengan judul: PENEGAKAN HUKUM
Permasalahan
Pembahasan
represif. Istilah penegakan hukum disini meliputi , baik yang represif maupun
terhadap pelaku tindak penambangan emas ilegal ini secara umum prosedurnya
sama dengan penanganan tindak pidana umum lainnya. Pihak Kepolisian Resort
(bimas) nya telah melakukan tindakan preventif berupa himbauan baik secara
serta lingkungan hidup. Selain itu pihak Polres juga telah melakukan
emas ilegal ini. Selain itu, pihak Kepolisian Resort Landak juga melakukan
8
Andi Hamzah, .Hukum Acara Pidana Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta: 2006, hlm. 134.
9
Wawancara dengan Penyidik Polres Landak, , di Kepolisian Resort Landak.
10
Ibd
agar membantu dalam upaya pemberantasan penambangan emas ilegal.
ditaja oleh Kepolisian Landak. Jadi, penulis melihat upaya himbauan dan
dan penulis juga melihat aparat penegak hukum belum kosisten dalam
lakukan itu.
11
Ibd
Landak dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum untuk
a. Melakukan penyelidikan
sesuai dengan cara yang diatur oleh KUHAP (Pasal 1 butir 5). Penyelidikan
b. Melakukan Penyidikan
sesuai dengan cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat atau menjadi terang
pelaku tindak pidananya.13Penyidikan diatur dalam Pasal 106 s/d Pasal 136
KUHAP.
c. Penangkapan
12
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta
:Sinar Grafika, 2007, hlm. 101.
13
Ibid. hlm. 109
peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
undang.14
Alasan penangkapan :
2) Dan dugaan yang kuat itu, didasarkan pada permulaan bukti yang
cukup.15
Penangkapan terhadap tersangka diatur dalam Pasal 16 s/d Pasal 19
KUHAP.
d. Penahanan
e. Penggeledahan
Penggeledahan adalah tindakan penyidik yang dibenarkan undang-
f. Penyitaan
Penyitaan adalah tindakan hukum yang dilakukan pada taraf penyidikan.
Sesudah lewat taraf penyidikan tidak dapat lagi dilakukan penyitaan untuk
hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin Ketua Pengadilan
18
Ibid, hlm.248.
19
Ibid. hlm. 249
20
Ibid,. hlm.265
yang ternyata atau yang patut diduga telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai
sekali barang bukti yang disita oleh penyidik seperti mesin sedot
(dompeng), kapal kayu, emas, dan bahan bakar minyak serta alat-alat
emas ilegal.21
penyidikan seperti yang ditentukan dalam Pasal 121 KUHAP. Seperti yang
21
Wawancara dengan Penyidik Reskrim Landak, di Kepolisian Resort Landak.
1) Memberi tanggal pada berita acara;
2) Memuat tindak pidana yang disangkakan dengan menyebut waktu,
tempat, dan keadaan sewaktu tindak pidana dilakukan;
3) Nama dan tempat tinggal tersangka dan saksi-saksi;
4) Keterangan mengenai tersangka dan saksi (umur, kebangsaan, agama,
dan lain-lain);
5) Catatan mengenai akta dan atau benda;
6) Serta segala sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan
penyelesaian perkara.
Demikian syarat pembuatan berita acara yang ditentukan dalam Pasal
isue yang melanda suatu negara saja, tetapi sudah menjadi masalah
internasional, hal ini tampak dari program kerja “The Commission on Crime
utama.
menyimpang sebagai hasil dari interaksi atau pengaruh yang timbal balik yang
menimbulkan reaksi.
kemudian penulis uraikan dengan bahasa dan cara penulis yaitu, hidup manusia
di dunia ini tidak terlepas dari konsep manusia sebagai mahluk berpikir dan
konsep diri manusia. Kesadaran diri ini sudah terkikis darinya. Sebagai sebuah
dalam suatu kultur tertentu yang berbeda dengan kultur besar masyarakat kota.
yang telah berlangsung secara turun temurun. Jika kemudian pada realitanya
peningkatan taraf hidup mereka. Dalam konteks yang demikian, ketika pranata
hukum nasional, yaitu hukum lingkungan dan hukum pertambangan dan aspek
maka akan terjadi persinggungan antara norma asli yang terbentuk dari perilaku
Inpres Nomor 3 tahun 2000, dan yang terjadi adalah penolakan terhadap segala
alam pada lingkungan sosial kehidupannya, akan tetapi lebih jauh justru
otonom.
bagi dirinya. Dalam kondisi yang demikian, masyarakat yang melakukan kegiatan
dirinya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka keterbatasan lapangan kerja
bawah dan kemiskinan dalam berbagai hal, baik ekonomi, pengetahuan dan
komunikasi dan saling pengertian antar kelompok serta lemahnya toleransi antar
tradisi dan bersifat turun temurun, sejak dahulu juga tidak pernah ada izin untuk
masyarakat juga tidak memiliki dana yang besar untuk mengurus perizinan. Pada
emas dengan bantuan para penyandang dana yang sengaja datang untuk
pertambangan emas tersebut dilakukan dengan adanya bantuan modal dari para
penyandang dana tersebut dapat meningkatkan hasil yang diperoleh dari proses
tradisional. Namun mereka sama sekali tidak terpikir dan tumbuh kesadaran
secara keseluruhan tidaklah mereka nikmati, namun juga terbagi dengan para
dana tersebut.
dalam interaksi itu biasanya akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat,
menyimpang yang lama-lama akan menjadi kebiasaan, maka akan terbentuk cara
pandang dan sikap yang disesuaikan dengan situasi lingkungannya. Ketika cara
pandang dan sikap ini dihubungkan dengan adanya perilaku menyimpang yang
pertambangan rakyat.
dokumen SIPR tersebut dengan demikian juga disebabkan karena adanya aksi
bersama dalam mengartikan sesuatu obyek. Aksi ini lahir dari perbuatan masing-
yang melakukan pertambangan. Adanya aksi kolektif itu bukan didasarkan pada
bagi mereka.
perusakan lingkungan muncul pada satu pihak karena interaksi dalam komunitas
mempunyai suatu hak untuk memanfaatkan potensi kekayaan alam yang ada di
asing maupun penanaman modal dalam negeri. Undang-undang ini memang lahir
undang ini mengilhami spirit pengelolaan sumber daya alam dalam konteks
lingkungan.
istilah diskresi. Diskresi diperlukan sebagai pelengkap asas legalitas, yaitu asas
22
Nyoman Serikat Putra Jaya, Beberapa Kepemikiran Kearah Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Bhakti,
Bandung: 2008,hlm.135.
pendahuluan, atau mungkin juga pembatasan oleh hukum pidana materil itu
sendiri, yang menentukan bahwa suatu tindak pidana hanya dapat dituntut
permasalahan antara kelangsungan hidup hari ini dan masa depan lingkungan
untuk generasi di masa yang akan datang. Penambangan emas ilegal ini bukan
emas ilegal ini juga telah merusak moral masyarakat terutama generasi muda
Landak.
ilegal tersebut. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak Polres Landak
23
Ibd
dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap para pelaku kegiatan tambang
untuk dikaji secara empiris. Dengan kata lain, kesadaran hukum adalah
masyarakat adalah :
tindak pidana penambangan emas ilegal ini juga disebabkan oleh adanya
ilegal tersebut.
melihat para pelaku penambangan emas ilegal ini di back-up oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab seperti oknum penegak hukum, oknum
mendapatkan bocoran informasi razia dari oknum polisi itu sendiri. Jika para
polisi maka para pelaku akan secepat mungkin untuk menyembunyikan alat-
pelaku lainnya mendapatkan informasi tentang razia yang akan dilakukan yaitu
dari oknum polisi yang bertugs di Polsek setempat. Mereka setiap minggunya
harus menyetor uang kepada oknum tersebut, yang sering mereka sebut
pemahaman tentang hukum agar terwujud masyarakat yang sadar dan taat
akan hukum. Demikian pula dengan adanya kesadaran hukum baik aparatur
penegak hukum maupun masyarakat, maka akan tercipta pula kesdaran akan
lingkungan mengingat emas merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan harus dikelola dengan baik demi mencapai tujuan yang
dari semua pihak, baik pihak pemerintah maupun pemangku adat setempat.
penambangan emas ilegal ini. Ini juga menjadi salah satu kendala pihak
27
Wawancara dengan Tersangka Tindak Pidana Penambangan emas, di Rumah Tahanan Ngabang 11
oknum penegak hukum, tetapi sampai saat ini pihak Polres Landak belum
jawab itu.28
Dalam kegiatan tambang emas ilegal ini yang menjadi pelaku tindak pidana
penambangan emas ilegal bukan saja para pekerja tambang, tetapi pemilik alat
tambang juga disebut sebagai pelaku. Biasanya para pemilik alat tambang
akan melarikan diri setelah dia mendapatkan informasi bahwa anak buahnya
emas ilegal disebabkan minimnya sarana atau fasilitas yang digunakan oleh
penambangan emas ilegal yang paling dibutuhkan terutama adalah sarana fisik
bekerja dengan baik apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan dan lat-alat
Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain mencakup juga tenaga manusia
atau sebagai pemilik alat tambang dapat melarikan diri disebabkan pelaku ini
28
Wawancara dengan Kepala Satuan Reskrim Landak di Kepolisian Resort Landak.
29
Wawancara dengan. Penyidik Reskrim Landak, di Kepolisian Resort Landak.
memiliki cara-cara yang cerdik dalam menjalankan kegiatan penambangan
emas ilegal, oleh sebab itu dalam pemberantasannya harus pula didukung
oleh fasilitas yang memadai seperti tenaga manusia penegak hukum yang
peralatan yang memadai, dan keuangan yang cukup karena hal ini berkaitan
Kesimpulan
melarikan diri.
3. Upaya yang dilakukan Polres Landak dalam menangani tindak pidana
__________, 2006. Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Revisi, jakarta : Sinar
Grafika.
Barda Nawawi Arief, 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung
: PT. Citra Aditya Bhakti.
Bawengan, Gerson. W, 1983. Hukum Pidana di dalam Teori dan Praktek, Jakarta
: Pradnya Paramita.
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, 1982. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia
dan Penerapannya, Jakarta: Alumni AHM- PTHM.
Hartono Hadisoeprapto, 1982. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Yogyakarta
: Bina Aksara.
H.R Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007. Sistem Peradilan Pidana, Jakarta :
Restu Agung.
Jan Remmelink, 2003. Hukum Pidana, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nyoman Serikat Putra Jaya, 2005. Kapita Selekta Hukum Pidana, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Satochid Kartanegara, tt. Hukum Pidana I & II (Kumpulan Kuliah), Jakarta : Balai
Lektur Mahasiswa.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001. Penelitian Hukum Normatif , Suatu
Tinjauan Singkat,, Jakarta : Rajawali Pers.
Soetandyo Wignjosoebroto, 2002. Hukum, Paradigma Metode dan Dinamika
Masalahnya, Editor : Ifdhal Kasim et.al., Elsam dan Huma, Jakarta.