You are on page 1of 10

PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN

PEMBERATAN (CURAT) YANG DILAKUKAN OLEH BEGAL DI WILAYAH


HUKUM POLRESTABES SEMARANG
Oleh :
Andre Iswan Jatmiko
Dr. Rochmani, M.Hum
ABSTRACT

Communities with lower levels of well-being tend to disregard the norms or rules of
the applicable law. Seeing these conditions to meet the needs of a tendency to use all means
so that these needs can be met. Of the ways used there is a violation and does not violate the
norms hukum.Salah a form of crime that often occurs in the community is a criminal offense
committed by a robber. Robber or in legal terms is theft with violence. The term phenomenon
begal legislation criminal penalties stipulated in Article 365 CriminalCode.
The problem according to the author in this study is how countermeasures against the
crime of theft by weighting (nozzle) conducted by the robber in the jurisdiction Polrestabes
Semarang and obstacles faced by the police in combating the criminal acts of theft by
weighting (nozzle) conducted by begal in Semarang Polrestabes jurisdictions as well as
efforts to overcome the problems.
The method used in this research is sociological juridical is an approach that uses the
principles and legal principles derived from the rules written, sociological is an approach that
aims to clarify the real situation in society towards the issues examined in other words give
meaning important on the steps of observation. The use of sociological juridical methods
conducted by the researchers is not only based on laws and legal provisions relating to
countermeasures against acts pidanapencurian by weighting (nozzle) conducted by the robber
in the area of Law Polrestabes Semarang.
The results showed that the prevention of the crime of theft by weighting (nozzle)
conducted by the robber in the area of Law Polrestabes Semarang, namely by attempts non
penal or preventive such as by making banners that contain extension or an appeal to the
people to always remember safety self-owned assets, and outreach to the community. Efforts
penal or repressive efforts undertaken by performing operations that continuously patrol
Eagle Team Anti robber, Razia vehicle at night, arrest the perpetrators, and take action-action
firmly against the perpetrators under criminal law. The obstacles faced by the police in
response to acts of pidanapencurian by weighting (nozzle) conducted by the robber in the
area of Law Polrestabes Semarang. Barriers that are internal police investigators is the lack of
personnel, so that the number of police investigators are not proportional to the number of
population in a large area. Furthermore, the operational funds are extremely limited. Barriers
that are external, namely a less litigious society, people with low education, people are less
concerned with environmental safety.

Keywords: robber, prevention, police and Polrestabes Semarang.

ABSTRAK

Masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang rendah cenderung untuk tidak


mempedulikan norma atau kaidah hukum yang berlaku. Melihat kondisi ini untuk memenuhi
kebutuhan ada kecenderungan menggunakan segala cara agar kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi. Dari cara-cara yang digunakan ada yang melanggar dan tidak melanggar norma

28 
 
hukum.Salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat adalah tindak pidana
yang dilakukan oleh begal. Begal atau dalam istilah hukum adalah pencurian dengan
kekerasan. Istilah fenomena begal undang-undang hukuman pidananya telah tertuang dalam
pasal 365 KUHP.
Permasalahan menurut penulis dalam penelitian ini adalah bagaimana cara
penanggulangan terhadap tindak pidana pencurian dengan pemberatan (curat) yang dilakukan
oleh begal di wilayah hukum Polrestabes Semarang dan hambatan-hambatan yang dihadapi
pihak Kepolisian dalam penanggulangan terhadap tindak pidana pencurian dengan
pemberatan (curat) yang dilakukan oleh begal di wilayah hukum Polrestabes Semarang serta
upaya mengatasi permasalahan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis
Yuridis merupakan suatu pendekatan yang menggunakan asas dan prinsip hukum yang
berasal dari peraturan-peraturan tertulis, sosiologis merupakan suatu pendekatan yang
bertujuan untuk memperjelas keadaan yang sesungguhnya di masyarakat terhadap masalah
yang diteliti dengan kata lain memberikan arti penting pada langkah-langkah observasi.
Penggunaan metode yuridis sosiologis dilakukan oleh peneliti adalah selain berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum yang terkait dengan penanggulangan
terhadap tindak pidanapencurian dengan pemberatan (curat) yang dilakukan oleh begal di
wilayah Hukum Polrestabes Semarang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pencegahan tindak pidana pencurian dengan
pemberatan (curat) yang dilakukan oleh begal di wilayah Hukum Polrestabes Semarang, yaitu
dengan cara upaya non penal atau preventif antara lain dengan membuat spanduk-spanduk
yang berisi penyuluhan atau himbauan terhadap masyarakat agar selalu ingat akan keamanan
diri, harta benda yang dimiliki, dan penyuluhan kepada masyarakat. Upaya penal atau upaya
represif yang dilakukan dengan melakukan operasi-operasi yang secara kontinyu yaitu patroli
Tim Elang Anti Begal, Razia kendaraan di malam hari, penangkapan pelaku, serta melakukan
penindakan-penindakan secara tegas terhadap para pelaku kejahatan menurut hukum pidana
yang berlaku. Hambatan-hambatan yang dihadapi pihak Kepolisian dalam penanggulangan
terhadap tindak pidanapencurian dengan pemberatan (curat) yang dilakukan oleh begal di
wilayah Hukum Polrestabes Semarang. Hambatan yang bersifat intern yaitu kurangnya
personil penyidik Polri, sehingga jumlah penyidik Polri tidak sebanding dengan jumlah
penduduk yang berada pada wilayah yang cukup luas. Selanjutnya dana operasional yang
sangat terbatas. Hambatan yang bersifat ekstern yaitu masyarakat yang kurang sadar hukum,
masyarakat yang berpendidikan rendah, masyarakat kurang peduli dengan keamanan
lingkungan.

Kata Kunci : Begal, penanggulangan,kepolisian dan Polrestabes Semarang.

A. Latar Belakang Masalah. pemberatan (curas), penganiayaan,


perjudian serta street crime berada di
Fenomena pencurian dengan ranking satu dengan jumlah laporan
pemberatan (curat) di wilayah hukum sebanyak 554.
Polres Semarang semakin meningkat Dalam crime index kejahatan
hal ini ditunjukkan dengan evaluasi di konvensional sepanjang tahun 2013
tahun 2013 lalu kejahatan konvensional laporan paling tinggi adalah Curat
seperti seperti pencurian dengan mencapai 87 laporan dan selesai 23
pemberatan (curat), pencurian dengan kasus. Lalu Curanmor 68 laporan dan

29 
 
selesai 22 kasus, curas ada 21 laporan ”perbuatan jahat” atau ”kejahatan”
dan baru selesai 10 kasus. (crime atau verbrechen atau misdaad)
Dalam mengantisipasi kejahatan yang bisa diartikan secara yuridis
tindak pidana pencurian dengan (hukum) atau secara kriminologi.
pemberatan pihak Polrestabes Tindak pidana merupakan suatu
Semarang membentuk Tim Elang yang pengertian dasar dalam hukum pidana.
bertugas pada malam hari untuk Tindak pidana adalah suatu pengertian
mencegah beraksinya begal dan yuridis, lain halnya dengan istlah
menjaga keamanan dan ketentraman “perbuatan jahat” atau “kejahatan”
masyarakat Kota Semarang (crime atau Verbrechen atau misdaad)
yang bisa diartikan secara yuridis
(hukum) atau secara kriminologis.
B. PERMASALAHAN.
2. Pencurian dengan Kekerasan.
Permasalahan dalam penelitian ini
adalah : Salah satu tindak pidana yang
1. Bagaimana penanggulangan sering terjadi adalah pencurian yang
terhadap tindak pidana pencurian disertai dengan kekerasan atau
dengan pemberatan (curat) yang pencuarian dengan kekerasan
dilakukan oleh begal di wilayah (selanjutnya disingkat Curas). Hampir
hukum Polrestabes Semarang ? di tiap daerah di Indonesia, Curas
2. Apa hambatan-hambatan yang sebagai kasus yang menonjol dibanding
dihadapi pihak Kepolisian dalam dengan kasus-kasus lainnya. Apabila
penanggulangan terhadap tindak dilihat dari karakteristik Curas, wajar
pidana pencurian dengan pemberatan jika Curas diistilahkan dengan
(curat) yang dilakukan oleh begal di kejahatan, 1 Curas menggambarkan
wilayah hukum Polrestabes suatu tindak pidana yang sangat
Semarang ? menakutkan, mengerikan, dan dapat
menimbulkan kegelisahan berlanjut,
C. TUJUAN PENELITIAN. menghantui ketenangan hidup
masyarakat.
1. Untuk mengetahui dan Kekerasan (violence) mengandung
menganalisis penanggulangan dua elemen: pertama, ancaman untuk
terhadap tindak pidana pencurian menggunakan kekuatan fisik yang
dengan pemberatan (curat) yang belum dilaksanakan, kedua,
dilakukan oleh begal di wilayah penggunaan kekuatan fisik itu sudah
hukum Polrestabes Semarang. dilaksanakan oleh pelaku. Kedua
2. Untuk mengetahui dan elemen ini (ancaman dan penggunaan
menganalisis hambatan-hambatan kekuatan fisik) menghasilkan akibat
yang dihadapi pihak Kepolisian berupa kerusakan baik secara fisik
dalam penanggulangan terhadap maupun non fisik dan korban maupun
tindak pidana pencurian dengan pelakunya bisa perorangan (kelompok
pemberatan (curat) yang dilakukan orang) atau dengan sendiri (individual)
oleh begal di wilayah hukum Adami Chazawi mengatakan
Polrestabes Semarang. kekerasan (geweld) adalah perbuatan
yang dilakukan dengan menggunakan
D. TINJUAN PUSTAKA.
                                                            
1. Tindak Pidana. 1
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy, Pendekatan
Tindak pidana adalah suatu pengertian Integral Penal Policy dan Non-Penal Policy dalam
yuridis, lain halnya dengan istilah Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, (Medan: Pustaka
Bangsa Press, 2008), hal. 28. ,

30 
 
kekuatan fisik yang besar, yang in casu F. HASIL PENELITIAN.
ditujukan pada orang mengakibatkan
orang tersebut secara fisik tidak 1. Penanggulangan terhadap tindak
berdaya. Pendapat ini tampaknya pidana pencurian dengan
kurang memperluas kekerasan yang pemberatan (curat) yang dilakukan
dimaksud sebab kekerasan hendaknya oleh begal di wilayah hukum
diarahkan pada fisik dan non fisik, Polrestabes Semarang.
undang-undang sekalipun dalam Pasal Berkembangnya tindak pidana
365 KUH Pidana menegaskan yaitu pencurian berbanding dengan bentuk-
kekerasan dan ancaman kekerasan yang bentuk lain dari pencurian. Pada
dapat diartikan bahwa kekerasan masuk dasarnya tindak pidana pencurian
dalam kategori sudah dilakukan adalah salah satu bentuk penyakit
sedangkan ancaman kekerasan belum masyarakat yang timbul akibat
dilakukan tetapi masih berupa ancaman rendahnya kesejahteraan masyarakat
secara fisikis terhadap seseorang. dan kurangnya kesadaran hukum
Tindak pidana dengan kekerasan dalam masyarakat. Meningkatnya
dirumuskan sebagai perbuatan yang kejahatan di wilayah hukum
menggunakan kekerasan atau ancaman Polrestabes Semarang khususnya
kekerasan untuk tujuan kepentingan diri tindak pidana pencurian dengan
sendiri dan melawan kehendak orang pemberatan (curat) menunjukkan
lain yang dapat menimbulkan angka yang cukup memprihatinkan.
kerusakan atau kerugian pada harta Pencurian memiliki modus
benda atau fisik seseorang. Selain beragam, mulai dari pencurian biasa,
kekerasan dalam bentuk ancaman pelanggaran Pasal 362 KUHP hingga
(belum terjadi), kekerasan juga terjadi pencurian dengan pemberatan (curat)
dalam penggunaan atau pelaksanaan oleh begal pelanggaran Pasal 365
kekerasan secara fisik. Ancaman KUHP. Selain itu terdapat pula tindak
(fisikis) dan kekerasan fisik merupakan pidana pencurian dengan pemberatan
unsur yang harus ada dalam tindak (curat) yang menyebabkan korban
pidana dengan kekerasan. Secara umum kehilangan nyawa di wilayah hukum
dikatakan tindak pidana dengan Polrestabes Semarang . Tindak pidana
kekerasan pada prinsipnya meliputi pencurian dengan pemberatan (curat)
ancaman dan penggunaan kekerasan sehingga matinya orang atau setidak-
fisik oleh pelaku dalam melakukan tidaknya pembunuhan dan atau
tindak pidana. pemerkosaan sehingga korban
ditemukan meninggal dunia.
E. METODE PENELITIAN. Penerapan pidana terhadap pelaku
tindak pidana pencurian dengan
pemberatan (curat) di Wilayah
Penelitian ini menggunakan metode Hukum Polrestabes Semarang
pendekatan yuridis sosiologis. Spesifikasi dilakukan atas dasar KUHAP, yaitu
penulisan ini adalah deskriptif analitis. melalui proses penyelidikan dan
Data yang digunakan dalam penelitian penyidikan, sehingga dapat diketahui
ini lebih menitikberatkan pada data pelaku tindak pidana pencurian
primer dan data sekunder. Data yang dengan pemberatan (curat) tersebut.
diperoleh dalam penulisan ini kemudian Upaya tersebut merupakan salah satu
di analisis secara kualitatif. bentuk penegakan hukum terhadap
tindak pidana pencurian dengan
pemberatan (curat) yang dilakukan
oleh anggota Polrestabes Semarang

31 
 
secara preventif dan represif, yaitu sedangkan upaya non penal yakni
dengan melakukan olah tempat merupakan tindakan preventif aparat
kejadian perkara atau penyelidikan, Kepolisian dalam memberikan
pemanggilan para saksi-saksi, pengarahan mengenai akibat hukum
penangkapan, penahanan. bagi pelaku pencurian dengan
Dengan demikian upaya Kepolisian pemberatan (curat) kepada masyarakat
dalam penegakan hukum pencurian melalui musyawarah, penyuluhan
dengan pemberatan (curat) oleh begal tentang KUHP yang berkaitan dengan
menggunakan pendekatan integral tindak pidana pencurian. Dalam
yaitu perpaduan antara sarana penal penanggulangan kejahatan dibutuhkan
dan non penal. Sarana penal dua sarana yakni menggunakan penal
merupakan tindakan aparat Kepolisian atau sanksi pidana, dan menggunakan
memberikan sanksi hukum yang sarana non penal yaitu penegakan
berlaku bagi pelaku yang melakukan hukum tanpa menggunakan sanksi
pencurian dengan pemberatan (curat) pidana (penal).
oleh begal yaitu memberikan sanksi
pidana berupa penangkapan dan 2. Upaya Penal.
penahanan terhadap pelaku,
sedangkan upaya non penal yakni Upaya penal (hukum pidana)
merupakan tindakan preventif aparat merupakan kebijakan penanggulangan
Kepolisian melalui penyuluhan pada kejahatan atau tindak pidana yang
masyarakat umum mengenai tindak lebih menitik beratkan pada sifat
pidana pencurian dengan pemberatan represif (penindasan, pemberantasan,
(curat) merupakan perbuatan yang penumpasan) sesudah kejahatan atau
melanggar hukum. Upaya tindak pidana terjadi, maka kebijakan
penanggulangan lewat jalur penal hukum pidana harus diarahkan pada
dalam penelitian ini , lebih menitik tujuan dari kebijakan sosial yang
beratkan pada sifat represif yang terdiri dari kebijakan / upaya-upaya
dilakukan sesudah pencurian dengan untuk kesejahteraan sosial dan
pemberatan (curat) oleh begal ini kebijakan / upaya perlindungan
terjadi, yaitu pengolahan TKP, masyarakat.
penyidikan dan penyelidikan, Usaha-usaha penanggulangan
pemeriksaan saksi-saksi dan proses masalah kejahatan telah banyak
penyidikan lainnya. dilakukan dengan berbagai cara, salah
Upaya penanggulangan kejahatan satu usaha penanggulangan kejahatan
tentunya tidak dapat dilakukan secara ialah menggunakan hukum pidana
parsial dengan hukum pidana (sarana dengan sanksinya yang berupa pidana.
“penal”), tetapi harus ditempuh pula Menurut Herbert L Packer, usaha
dengan pendekatan integral/sistemik. pengendalian perbuata anti sosial
Upaya Kepolisian dalam pencegahan dengan mengenakan pidana pada
dan penanggulangan tindak pidana seseorang yang bersalah melanggar
pencurian dengan pemberatan (curat) peraturan pidana, merupalan “suatu
menggunakan pendekatan integral problem sosial yang mempunyai
yaitu perpaduan antara sarana penal dimensi hukum yang penting.
dan non penal. Sarana penal Penggunaan upaya hukum,
merupakan tindakan aparat Kepolisian termasuk hukum pidana sebagai salah
memberikan sanksi hukum yang satu upaya untuk mengatasi masalah
berlaku bagi pelaku tindak pidana sosial termasuk dalam kebijakan
tersebut karena mengambil hak milik penegakan hukum. Di samping itu
orang lain dengan cara pemberatan, karena tujuannya adalah untuk

32 
 
mencapai kesejahteraan masyarakat barang bukti. Penahanan ini
yang pada umumnya, maka kebijakan merupakan suatu upaya untuk
penegakan hukum itupun termasuk mencegah pelaku melarikan diri
dalam bidang kebijakan sosial yaitu dari barang bukti yang disita,
segala usaha yang rasional untuk penahanan dilakukan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat, kepentingan penyidikan suatu
sebagai suatu masalah yang termasuk tindak pidana peredaran uang
masalah kebijakan, maka penggunaan palsu yang dilarang oleh
hukum pidana sebenarnya tidak pemerintah. Penahanan yang
merupakan keharusan. dilakukan oleh penyidik sesuai
Penanggulangan kejahatan dengan dengan Pasal 20 ayat (1) Kitab
menggunakan (hukum) pidana Undang-Undang Hukum Acara
merupakan cara yang paling tua, setua Pidana (KUHAP).
peradaban manusia itu sendiri. Ada d. Keterangan Saksi dan Keterangan
pula yang menyebutnya sebagai older Tersangka
hilosophy of crime control”. Dilihat Keterangan saksi diperlukan oleh
sebagai suatu masalah kebijakan, Polrestabes Semarang untuk
maka ada yang mempermasalahkan menindaklanjuti kasus tindak
apakah perlu kejahatan itu pidana yang dilakukan oleh
ditanggulangi, dicegah atau tersangka, sedangkan keterangan
dikendalikan dengan menggunakan tersangka dilakukan untuk menguji
sanksi pidana. apakah tersangka melakukan tindak
Upaya penal merupakan upaya pidana.. Keterangan saksi di cross
penanggulangan kejahatan yang lebih check dengan keterangan tersangka
menitikberatkan pada upaya–upaya untuk mengetahui kebenaran kasus
yang sifatnya repressive (penindasan / pencurian dengan pemberatan
pemberantasan / penumpasan) sesudah (curat).
kejahatan terjadi. e. Sanksi Pidana
Upaya penal dalam Dalam tindak pidana pencurian
penanggulangan tindak pidana dengan pemberatan (curat)
pencurian dengan pemberatan (curat) Tersangka telah melakukan
dilakukan berdasarkan Laporan Polisi pelanggaran hokum.
yang merupakan salah satu bentuk
upaya penal yang dilakukan oleh 3. Upaya Non Penal.
Polrestabes Semarang . dilakukan
melalui tindakan penangkapan, Kebijakan penanggulangan tindak
penyitaan, penahanan, pemeriksaan pidana melalui jalur non penal ini oleh
saksi-saksi, pemeriksaan tersangka, Barda Nawawi Arief dikatakan,
pengenaan sanksi pidana. bahwa jalur ini lebih bersifat
a. Penangkapan pencegahan terjadinya kejahatan,
Berdasarkan laporan masyarakat, maka sasaran utamanya adalah
pihak Polsek melakukan upaya menangani faktor-faktor kondusif
penangkapan terhadap Tersangka. untuk penyebab terjadinya kejahatan.
b. Penyitaan Upaya non penal meliputi
Polrestabes Semarang melakukan pencegahan, penangkalan,
penyitaan terhadap barang bukti pengendalian sebelum kejahatan
dari tersangka. terjadi.
c. Penahanan Pencurian dengan pemberatan
Pihak Polres melakukan penahanan yang dilakukan oleh begal sebagai
terhadap Tersangka setelah adanya salah satu bentuk dari kejahatan

33 
 
yang mengganggu keamanan menangani faktor-faktor kondusif
masyarakat, penanggulangannya untuk penyebab terjadinya
2
melalui upaya non penal melalui kejahatan.
pendekatan budaya/kultural dan Upaya non penal merupakan
pendekatan moral / edukatif. upaya penanggulangan kejahatan
1. Pendekatan Budaya yang lebih menitikberatkan pada
Budaya masyarakat yang upaya-upaya yang sifatnya preventif
mengikuti perkembangan jaman, (pencegahan / penangkalan /
akan tetapi dengan kemajuan pengendalian) sebelum kejahatan
sarana dan prasarana maupun tersebut terjadi. Sasaran utama dari
budeaya global maka ada kejahatan ini adalah menangani
kecenderungan sebagian faktor-faktor kondusif penyebab
masyarakat untuk melakukan hal- terjadinya kejahatan.
hal yang negatif untuk dapat
meraih sesuatu hal misalnya 4. Hambatan-hambatan yang
mendapatkan uang atau harta dihadapi pihak kepolisian dalam
dengan jalan pintas yaitu penanggulangan terhadap tindak
melakukan tindak pidana pidana pencurian dengan
pencurian, salah satunya pemberatan (curat) yang
melakukan tindak pidana dilakukan oleh begal di wilayah
pencurian dengan pemberatan. hukum polrestabes semarang serta
2. Pendekatan Moral upaya mengatasi hambatan
Kebijakan dari sudut pendekatan tersebut.
moral / edukatif, usaha yang dapat
dilakukan yaitu, dengan
pemberian pendidikan/pelatihan Hambatan-hambatan Polri dalam
khususnya pendidikan menanggulangi tindak pidana
kewarganegaraan, pelatihan- pencurian dengan pemberatan (curat)
pelatihan agama untuk membantu adalah hambatan yang bersifat intern
masyarakat. dan hambatan yang bersifat ekstern.
Upaya non penal dalam bentuk Hambatan yang bersifat intern yaitu
pendekatan moral sudah sering kurangnya personil penyidik Polri,
dilakukan oleh Pihak Kepolisian sehingga jumlah penyidik Polri tidak
terutama Kepolisian di Binmas sebanding dengan jumlah penduduk
(Pembinaan Masyarakat) yang yang berada pada wilayah yang
dilakukan dengan kerjasama dengan cukup luas. Selanjutnya dana
BABINSA melalui acara pengajian operasional yang sangat terbatas.
rutin mengenai pemberdayaan Hambatan yang bersifat ekstern
masyarakat. yaitu masyarakat yang kurang sadar
Dalam pelaksanaan penanganan hukum, masyarakat yang
terhadap kasus pencurian dengan berpendidikan rendah, masyarakat
pemberatan (curat) ini aparat kurang peduli dengan keamanan
Polrestabes Semarang menerapkan lingkungan. Menyikapi fakta-fakta
teknik penyelidikan dan penyidikan, tersebut di atas, maka dalam
Kebijakan penanggulangan tindak menanggulangi tindak pidana
pidana melalui jalur non penal ini pencurian dengan pemberatan (curat)
oleh Barda Nawawi Arief dikatakan,
                                                            
bahwa jalur ini lebih bersifat 2
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum
pencegahan terjadinya kejahatan, dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan
maka sasaran utamanya adalah Kejahatan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2007, hal 78.

34 
 
hendaknya pihak kepolisian Semarang untuk menanggulangi
melaksanakan perbaikan–perbaikan pencurian dengan pemberatan (curat)
baik dari segi intern Polri maupun oleh begal adalah wilayah di Kota
dari segi ekstern. Dari segi intern Semarang cukup luas. Luasnya
Polri perlu menambah jumlah daerah wilayah Kota Semarang tidak
personel penyidik ditingkat Polres di dukung oleh pihak keamanan
serta meningkatkan mutu sumber yang memadai. Dengan luasnya
daya manusia dengan mengadakan wilayah Kota Semarang ini maka
pelatihan-pelatihan yang jumlah pihak kepolisian dengan
diselenggarakan oleh Polri. Dana masyarakat tidak seimbang sehingga
operasional hendaknya menjadi sulit sekali melakukan kontrol
perhatian yang serius yang harus terhadap masyarakat.
segera dibenahi oleh Polri. Dari segi Penerapan pidana terhadap
ekstern Polri sebaiknya lebih pelaku tindak pidana pencurian
memfokuskan kepada penyuluhan dengan pemberatan (curat) oleh
mengenai hukum sehingga begal di Wilayah Hukum Polrestabes
masyarakat lebih paham serta Semarang dilakukan atas dasar
menyadari bahwa keberadaan hukum KUHAP, yaitu melalui proses
adalah untuk menciptakan kehidupan penyelidikan dan penyidikan,
yang aman dan tertib. sehingga dapat diketahui pelaku
Dalam menanggulangi pencurian tindak pidana pencurian dengan
dengan pemberatan (Curat) oleh pemberatan (curat) oleh begal
begal dihadapkan pada beberapa tersebut. Upaya tersebut merupakan
hambatan atau kendala, hambatan ini salah satu bentuk penegakan hokum
terjadi dikarenakan setiap terjadi terhadap tindak pidana pencurian
pencurian dengan pemberatan (curat) dengan pemberatan (curat) oleh
oleh begal masyarakat lambat atau begal yang dilakukan oleh anggota
tidak segera melaporkan kepada Polrestabes Semarang secara
kepolisian setempat. Terkadang ada preventif dan represif, yaitu dengan
pula laporan masyarakat, tetapi melakukan olah tempat kejadian
setelah dilakukan identifikasi secara perkara atau penyelidikan,
mendalam ternyata tidak ditemukan pemanggilan para saksi-saksi,
rangkaian yang nyata dari perbuatan penangkapan, penahanan.
pencurian dengan kekerasan, Dengan demikian upaya
sehingga menyulitkan pihak reserse Kepolisian dalam penegakan hukum
untuk mengidentifikasi lebih lanjut. pencurian dengan pemberatan (curat)
Adapula laporan yang masuk, tetapi oleh begal menggunakan pendekatan
setelah dilakukan penelitian lebih integral yaitu perpaduan antara
lajut didapati kurangnya bukti baik sarana penal dan non penal. Sarana
berupa saksi atau bukti lainya. penal merupakan tindakan aparat
Kurangnya alat bukti tersebut Kepolisian memberikan sanksi
dikarenakan lambatnya masyarakat hukum yang berlaku bagi pelaku
untuk segera melaporkan kejahatan yang melakukan pencurian dengan
sehingga kebanyakan TKP (Tempat pemberatan (curat) oleh begal yaitu
Kejadian Perkara) rusak, yang memberikan sanksi pidana berupa
mengakibatkan sulit untuk penangkapan dan penahanan
menginventarisasi sidik jari maupun terhadap pelaku, sedangkan upaya
alat bukti lainnya. Selain itu yang non penal yakni merupakan tindakan
menjadi penyebab hambatan atau preventif aparat Kepolisian melalui
kendala yang dihadapi Polrestabes penyuluhan pada masyarakat umum

35 
 
mengenai tindak pidana pencurian kurang sadar hukum,
dengan pemberatan (curat) oleh masyarakat yang berpendidikan
begal merupakan perbuatan yang rendah, masyarakat kurang
melanggar hukum. peduli dengan keamanan
lingkungan.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan H. Saran-saran.
a. Penanggulangan terhadap tindak 1. Perlu meningkatkan kerjasama
pidana pencurian dengan antara Kepolisian Bagian Bina
pemberatan (curat) yang Mitra dengan masyarakat
dilakukan oleh begal di wilayah setempat melalui pembinaan dan
hukum Polrestabes Semarang, penyuluhan mengenai kesadaran
yaitu (a) upaya non penal atau hukum dan peningkatan sistem
preventif antara lain dengan swakarsa pada masyarakat setiap
membuat spanduk-spanduk yang hari agar tercipta keamanan dan
berisi penyuluhan atau ketertiban di masyarakat
himbauan terhadap masyarakat sehingga dapat mengurangi
agar selalu ingat akan keamanan dampak terjadinya kejahatan di
diri, harta benda yang dimiliki, wilayah hukum Polrestabes
dan penyuluhan kepada Semarang.
masyarakat (b) Upaya penal 2. Perlunya warga masyarakat
atau upaya represif yang diberikan kegiatan yang bersifat
dilakukan dengan melakukan positif, seperti kegiatan majelis
operasi-operasi yang secara ta’lim, kegiatan ketrampilan,
kontinyu yaitu paatroli Tim olah raga dan sebagainya, yang
Elang Anti Begal, Rasian tentunya dengan kegiatan
kendaraan di malam hari, tersebut menjadikan masyarakat
penangkapan pelaku, serta yang kreatif dan berwawasan
melakukan penindakan- yang luas sehingga dapat
penindakan secara tegas menekan tindak pidana
terhadap para pelaku kejahatan kejahatan di kalangan
menurut hukum pidana yang masyrakat.
berlaku.
b. Hambatan-hambatan yang
dihadapi pihak Kepolisian dalam DAFTAR PUSTAKA
penanggulangan terhadap tindak
pidana pencurian dengan Buku-buku :
pemberatan (curat) yang
dilakukan oleh begal di wilayah Baharudin Lopa, 2001. Kejahatan dan
hukum Polrestabes Semarang. Penegakan Hukum, Kompas
Hambatan yang bersifat intern Gramedia, Jakarta
yaitu kurangnya personil
penyidik Polri, sehingga jumlah Barda Nawawi Arief, 2002. Bunga
penyidik Polri tidak sebanding Rampai Kebijakan Hukum
dengan jumlah penduduk yang Pidana, Citra Aditya Bhakti,
berada pada wilayah yang cukup Bandung
luas. Selanjutnya dana
_________________, 2010. Kebijakan
operasional yang sangat
Legislatif dalam Penanggulangan
terbatas. Hambatan yang bersifat
Kejahatan dengan Pidana, Genta
ekstern yaitu masyarakat yang
Publishinh, Yogyakarta

36 
 
Effendy, HAM. 2005. Falsafah Negara Satjipto Rahardjo, 2009. Penegakan
Pancasila, Cendekian Press, Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis,
Semarang Genta Publishing, Yogyakarta
Harkristuti Harkrisnowo, 2003. Satjipto Rahardjo, 2002. Polisi Sipil,
Rekonstruksi Konsep Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pemidanaan: Suatu Gugatan
terhadap Proses. Legislasi dan Soerjono Soekanto, 2002. Pengantar
Pemidanaan di Indonesia, Majalah Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta
KHN, Jakarta
_______________. 2007. Kesadaran
Koesparmono, 2005. Perubahan Sosial Hukum, Rajawali Press, Jakarta
dan Pelayanan Polri, PTIK, Jakarta
Sudarto, 1990. Hukum Pidana I, Yayasan
Sudarto FH Universitas Diponegoro,
Kunarto, 2001. Perilaku Organisasi
Semarang
Polri, Cipta Manunggal, Jakarta
Lutfi Firdaus, 2005. Kaidah Hukum
Islam, Pustaka Panjimas, Bandung Peraturan Perundang-undangan
Markus Gunawan dan Endang Kesuma Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
AStuty, 2009. Buku Pintar Calon Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Anggota dan Anggota Polri, Pidana
Visimedia, Jakarta
Undang– Undang No. 2 Tahun 2002
Moeljatno, 2003. Asas-asas Hukum
tentang Kepolisian Negara Republik
PidanaRineka Cipta, , Jakarta
Indonesia
Mohammad Nasir. 2008. Metode
Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Artikel
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2004.
Dwi Haryadi, 2008. Pencegahan dan
Teori-Teori dan Kebijakan Pidana
Penanggulangan Kejahatan,
Alumni, Bandung
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
Padmo Wahyono, 2002. Negara Republik Universitas Bangka Belitung ,
Indonesia, Rajawali Press, Jakarta Bangka Belitung

Ronny Hanitijo Soemitro, 1995. Metode Koesparmono. Kebijakan Polri,


Penelitian Hukum dan Jurimetri. (www.lantas metro.polri.go.id,
Ghalia Indonesia. Jakarta diakses, 8 November 2013)

37 
 

You might also like