Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Menurut Myers dan Majluf (1977), ada asimetri informasi antara manajer dengan
pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi
perusahaan dibanding pihak luar. Mereka ingin menjelaskan fenomena menarik
yang sering dijumpai, yaitu harga saham yang cenderung mengalami penurunan
pada saat pengumuman penerbitan saham baru.Dibanding dengan saham,
pengumuman penerbitan utang biasanya disertai dengan penurunan harga saham
yang lebih kecil. Utang memepunyai pendapatan yang tetap (bunga utang), karena
itu ketidakpastian pendapatan utang lebih kecil dibanding dengan ketidakpastian
saham. Asimetri informasi utang lebih kecil dibanding dengan asimetri saham.
b. Ross, 1977( Signaling)
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan
signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai
keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham
tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor.
Manajer bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih
credible.
3. METODE PENELITIAN
Analisis Jalur
Pada jumlah sampel yang besar, uji normalitas bisa jadi tidak perlu dilakukan
karena pelanggaran asumsi normal tidak seserius pelanggaran asumsi lain (Nachrowi
dan Usman, 2006).
Variabel Kontrol
1. Pengaruh Profitability Terhadap Kinerja Perusahaan
Perusahaan Financial Distress
Dari hasil pengujian model pada tabel 4.11, pada perusahaan mengalami
kondisi financial distress, nilai koefisien dari variabel profitability adalah sebesar 0.342
dengan p-value 0.048 (p-value<α). Hal ini berarti bahwa hipotesis diterima.
Profitabilityberpengaruh secara signifikan positif terhadap kinerja.Pada perusahaan
yang mengalami financial distress, kemungkinan perusahaan akan berusaha menjual
aset-asetnya untuk mendapatkan tambahan profit mengingat adanya peningkatan risiko
kebangkrutan. Hal itu kemudian akan meningkatkan kinerja.
5.3 Saran
Terkait dengan beberapa keterbatasan penelitian di atas, maka saran penulis bagi
penelitian-penelitian selanjutnya adalah:
1. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan sektor yang akan menjadi
populasi sasaran dan memperpanjang tahun penelitian, sehingga hasilnya
dapat digeneralisasi.
2. Penelitian selanjutnya dapat lebih fokus pada perusahaan yang benar-benar
sehat dan perusahaan yang mengalami keadaan kesulitan keuangan yang
serius. Agar perbandingan mengenai agency cost pada perusahaan yang
mengalami financial distress dan tidak, akan mendapatkan hasil yang lebih
jelas.
3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh sebelum dan sesudah krisis
2008, sehingga dapat membuktikan dampak dari krisis pada perusahaan
yang mengalami financial distress dan tidak.
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1
Prosedur Pemilihan Sampel
Pemilihan Sampel
Jumlah perusahaan non-financial tercatat di Bursa Efek Indonesia 2006-2010 239
Data tidak lengkap (16)
Jumlah akhir sampel penelitian selama satu tahun 223
Jumlah akhir sampel penelitian selama tahun 2006-2010 (223 x 5) 1.115
Tabel 4.2
Prosedur Pemilihan Sampel Berdasar Kondisi Perusahaan
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas Model 1
Pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress
Variabel Tolerance VIF
CS 0.959091 1.04
MOWN 0.958204 1.04
SIZE 0.924853 1.08
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas Model 2
Pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress
Variabel Tolerance VIF
CS 0.979876 1.02
MOWN 0.958204 1.04
SIZE 0.884815 1.13
AC 0.996267 1.00
PROF 0.928910 1.08
GROWTH 0.978862 1.02
Tabel 4.6
Tabel 4.8
Uji Heteroskedasitas
Model Penelitian Prob > chi2
Model 1 (AC) 0.0000
Model 2 (ROA) 0.0000
Model 1 (AC) 0.0000
Model 2 (ROA) 0.0000
Tabel 4.9
Stastistik Deskriptif
Pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress
Tabel 4.10
Stastistik Deskriptif
Pada Perusahaan yang Tidak Mengalami Financial Distress
*** signifikan pada level 1%, **signifikan pada level 5%, * signifikan pada
level 10%
ROA = kinerja perusahaan (return on asset); CS = struktur modal (debt to asset ratio);
MOWN = kepemilikan manajerial (percentage of managerial ownership); SIZE =
ukuran perusahaan (ln of total asset); AC = agency cost (operating expense to sales);
PROF = profitability (EBIT to sales); GROWTH = growth opportunity (average growth
rate of asset)
Agency Cost
( AC)
0,061* –0,014**
KinerjaPerusahaa
Struktur Modal n (ROA)
-0,033**
(CS)
Gambar 4.1
Perusahaan Financial Distress
Agency Cost
( AC)
0,276 0,000
KinerjaPerusahaa
Struktur Modal n (ROA)
– 0,039***
(CS)
Gambar 4.2
Perusahaan Tidak Financial Distress
Agency Cost
( AC)
0, 037 -0,014***
Kepemilkan KinerjaPerusahaa
Manajerial n (ROA)
(Mown) 0, 215***
Gambar 4.3
Perusahaan Financial Distress
Agency Cost
( AC)
0,607 0,000
Kepemilkan KinerjaPerusahaa
Manajerial 0,002
n (ROA)
(Mown)
Gambar 4.4
Perusahaan Tidak Financial Distress
Agency Cost
( AC)
–0,019* –0, 014***
Ukuran KinerjaPerusahaa
Perusahaan n (ROA)
(SIZE) 0,004
Gambar 4.5
Perusahaan Financial Distress
Agency Cost
( AC)
-0.070** 0,000
Ukuran KinerjaPerusahaa
Perusahaan n (ROA)
(SIZE) 0, 008***
Gambar 4.6
Perusahaan Tidak Financial Distress
Hipotesis Prediksi Alasan
Kim dan Lee (2003) menyatakan bahwa agency problem antara shareholder melalui manajer dan bondholder akan semakin serius ketika perusahaan dalam keadaan financial distress. Hal tersebut
(+) terjadi ketika manajer tidak dapat menangkap peluang investasi pada proyek baru yang berisiko besar. Dengan demikian, meningkatnya risiko perusahaan yang tidak menguntungkan bagi pemegang
H1
Pengaruh Struktur Modal utang, maka akan menimbulkan pengeluaran untuk memonitoring cukup tinggi, akibatnya agency cost meningkat.
terhadap Agency Cost
Jensen (1986) menerangkan jika perusahaan banyak utang, maka manajer akan ‘dipaksa’ mengeluarkan free cash flow sehingga dapat mencegah pengeluaran perusahaan lainnya yang tidak penting
(-)
(mengurangi arus kas yang tersedia untuk diskresioner oleh manajemen). Kemudian hal ini menyebabkan menurunkan discretionary expense, akibatnya agency cost menurun.
Jensen dan Meckling (1976) menerangkan bahwa manajer perusahaan bisa saja bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan pribadi. Semakin tinggi kepemilikan manajerial, maka manajemen semakin
(+)
Pengaruh Kepemilikan mengesampingkan kepentingan pemegang saham lain. Sehingga manajer harus diberi insentif dan pengawasan yang tinggi, akibatnya agency cost meningkat.
H2 Manajerial terhadap Agency
Cost Kepemilikan saham manajerial yang tinggi akan mendorong manajemen melakukan fungsinya dengan baik, karena hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan untuk
(-)
kepentingannya sendiri. Kesejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham akan berdampak mengurangi agency cost (Jensen dan Meckling, 1976).
Perusahaan besar dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar (Kaen dan Baumann, 2003). Karena semakin besar ukuran perusahaan maka semakin komplek masalah agensi yang dihadapi. Hal
(+)
ini karena perusahaan dengan ukuran yang besar sulit untuk dimonitoring, sehingga menyebabkan agency cost semakin meningkat.
Pengaruh Ukuran Perusahaan
H3 Perusahaan besar cenderung menarik perhatian dan kemungkinan berada dalam observasi publik yang lebih besar, sehingga akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi agency
terhadap Agency Cost
(-) cost . perusahaan yang memiliki tanggung jawab besar kepada publik dan pemerintah dituntut untuk mengoperasikan perusahan dengan profesionalitas yang tinggi sehingga akan menurunkan agency cost
(Firth et al, 2008).
Mondagliani dan Miller (1963) menyatakan bahwa penggunaan utang dapat mendatang keuntungan bagi perusahaan karena adanya tax shield dari pembayaran bunga utang sehingga hal tersebut akan
(+)
Pengaruh Struktur Modal berdampak pada peningkatan kinerja.
H4
terhadap Kinerja Perusahaan Perusahaan tidak menggunakan utang secara efektif dan efisien. Perusahaan yang menggantungkan pembiaayan pada utang, menyebabkan pembayaran beban bunga utang meningkat, selanjutnya utang
(-)
mengakibatkan keadaan dimana perusahaan dekat dengan kebangkrutan (Pratheepkanh, 2011).
Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka akan memotivasi manajemen untuk meningkatkan kinerjanya (Uchida, 2006) . Peningkatan proporsi saham yang dimiliki manajer dan
(+)
Pengaruh Kepemilikan Manajer direksi akan menurunkan kecenderungan adanya tindakan manipulasi yang berlebihan, sehingga dapat menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
H5
terhadap Kinerja Perusahaan
Kepemilikan saham manajerial yang tinggi akan memperkuat suara dalam mengendalikan perusahaan, maka manajemen cenderung mengambil keputusan yang lebih menguntungkan kepentingan pribadi
(-)
(mengesampingkan kepentingan perusahaan dan pemegang saham eksternal), akibatnya nilai perusahaan menurun.
Perusahaan yang berukuran besar cenderung mengalami perputaran aset yang lebih cepat karena banyaknya penjualan yang dilakukan, sehingga lebih produktif dalam menghasilkan profit yang tinggi
(+) (Taswan, 2002). Perusahan besar mempunyai akses yang luas dalam menangkap informasi untuk masalah pendanaan melalui pasar modal. perusahaan besar masih diuntungkan karena memiliki jaringan
Pengaruh Ukuran Perusahaan
H6 yang luas dan perlindungan dari pemerintah.
terhadap Kinerja Perusahaan
(-) Pada umumnya perusahaaan besar memiliki konflik keagenan yang kompleks (Kaen dan Baumann, 2003). Sehingga mengganggu stabilitas perusahaan, akibatnya kinerja menurun
Pengaruh Agency Cost pada Kim dan Lee (2003) menemukan hubungan yang erat antara agency problem dengan kinerja perusahaan. Agency cost yang semakin tinggi mencerminkan bahwa semakin kompleks konflik keagenan di
H7 (-)
Kinerja Perusahaan dalam perusahaan. Hal tersebut menyebabkan ketidakstabilan dalam mengoperasikan perusahaan, sehingga akan berdampak negatif pada kinerja perusahaan
Penggunaan utang digunakan untuk mendanai aset perusahaan. Perputaran aset yang lancar akan meningkatkan penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian, rasio beban operasional
Pengaruh Tidak Langsung (+) terhadap penjualan yang merupakan pengukuran dari agency cost berkurang (Khan et al, 2012). Kemudian berkurangnya rasio tersebut menyebabkan profit perusahaan meningkat, dan akibatnya
Struktur Modal Terhadap kinerja perusahaan meningkat
H8
Kinerja Perusahaan Melalui
Agency Cost Perusahaan yang sebagian besar pembiayaannya bergantung pada utang maka akan timbul kewajiban membayar biaya bunga yang besar. Jika penggunaan jumlah utang meningkatkan beban bunga maka
(-)
agency cost meningkat. Kemudian hal tersebut akan mengakibatkan profit yang diperoleh perusahaan menurun, sehingga kinerja menurun (Kim dan Lee, 2003).
Semakin besar kepemilikan manajerial maka akan memotivasi manajemen dalam mengoperasikan perusahaan (Uchida, 2006). Kinerja yang meningkat ditandai dengan profit perusahaan yang semakin
(+)
Pengaruh Tidak Langsung tinggi melalui pengurangan beban operasional. Dengan kata lain, peningkatan kinerja akibat dari penurunan agency cost (Xiao, 2009).
Kepemilikan Manajerial
H9
Terhadap Kinerja Perusahaan Ketika kepemilikan manajer tinggi, manajer bisa mempunyai agenda sendiri yang tidak selalu konsisten dengan tujuan yang dibebankan dari pemegang saham, hal tersebut akan menimbulkan konflik
Melalui Agency Cost (-) keagenan, sehingga agency cost meningkat (Gul et al, 2012). Dengan adanya konflik yang serius antara manajer dengan pemegang saham maka operasional perusahaan menjadi tidak stabil akibatnya
kinerja menurun (Kim dan Lee, 2003).
Ukuran perusahaan meningkatkan skala ekonomis maka kemungkinan kinerja akan meningkat melalui pengurangan beban operasional. Dengan kata lain, kinerja yang meningkat sebagai akibat dari
(+)
Pengaruh Tidak Langsung pengurangan agency cost (ditunjukan dari rasio beban operasional yang menurun) (Xiao, 2009).
Ukuran Perusahaan Terhadap
H10
Kinerja Perusahaan Melalui
Agency Cost
Kaen dan Baumann (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang besar cenderung mempunyai masalah keagenan yang kompleks. Semakin banyak masalah keagenan yang terjadi akan menimbulkan
(-)
agency cost meningkat, selanjutnya hal ini akan mengganggu stabilitas perusahaan kemudian berakibat menurunkan kinerja (Kim dan Lee, 2003).
Perusahaan Financial Distress
Hipotesis Prediksi Hasil Alasan
Diterima
H1 Pengaruh Struktur Modal terhadap Agency Cost ( +/- ) Adanya risiko kebangkrutan yang tinggi maka kreditor meningkatkan pengawasan (monitoring) atas kebijakan manajer, sehingga hal tersebut akan meningkatkan agency cost.
(+)
Tolak Kepemilikan manajerial di Indonesia yang relatif rendah. Sehingga tidak memicu konflik antara pemegang saham lain dengan manajer. Dengan begitu kepemilikan manajerial tidak
H2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Agency Cost ( +/- )
berpengaruh terhadap agency cost.
Diterima Hal ini karena pada perusahaan besar, manajer akan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan discretionary expense mengingat adanya ancaman kebangkrutan. Dengan begitu
H3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agency Cost ( +/- )
(-) agency cost menurun seiring dengan penurunan pengeluaran biaya diskresionari.
Diterima Utang dalam struktur modal menimbulkan beban bunga yang tinggi karena kreditur menghendaki peningkatan pengembalian (risiko kebangkrutan perusahaan bertambah). Dengan
H4 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Perusahaan ( +/- )
(-) begitu banyaknya jumlah beban bunga atas utang yang harus dibayar akan memperkecil profit.
Diterima Ketika kepemilikan manajer meningkat maka akan mendorong manajer untuk melakukan fungsinya dengan baik (menjaga kestabilan dan profit). Hal ini bertujuan untuk
H5 Pengaruh Kepemilikan Manajer terhadap Kinerja Perusahaan ( +/- )
(+) mempertahankan perusahaan dari ancaman kebangkrutan.
Pada perusahaan besar ataupun kecil akan berusaha meningkatkan profit (menghemat pengeluaran). Hal ini karena perusahaan berupaya untuk mempertahankan kelangsungan
H6 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan ( +/- ) Ditolak
usaha.
H7 Diterima Pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan yang serius, kemungkinan perusahaan juga mengalami konflik keagenan yang kompleks (kestabilan perusahaan terganggu).
Pengaruh Agency Cost pada Kinerja Perusahaan (-)
(-) Hal tersebut kemudian akan memperbesar agency cost , sehingga kinerja menurun.
Semakin banyak utang dalam struktur modal maka semakin banyak beban bunga yang harus dibayar (adanya peningkatan beban bunga yang dibebankan oleh kreditur karena
Pengaruh Tidak Langsung Struktur Modal Terhadap Kinerja
H8
Perusahaan Melalui Agency Cost
(+) Diterima risiko kebangkrutan perusahaan meningkat). Beban bunga yang meningkat seiring dengan peningkatan jumlah utang akan menambah beban operasional perusahaan, akibatnya
agency cost meningkat. Kemudian hal tersebut akan berdampak menurunkan profit yang diperoleh perusahaan, sehingga kinerja menurun.
Pengaruh Tidak Langsung Kepemilikan Manajerial Terhadap
H9 (+) Ditolak Tidak terdapat hubungan tidak langsung kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost.
Kinerja Perusahaan Melalui Agency Cost
Kemungkinan perusahaan akan berusaha menjual aset-asetnya untuk mendapatkan tambahan profit mengingat adanya peningkatan risiko kebangkrutan. Hal itu kemudian akan
Diterima (
Pengaruh Profitability Terhadap Kinerja Perusahaan (+)
+) meningkatkan kinerja.
Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Kinerja Perusahaan (+) Ditolak Perusahaan lebih fokus adanya masalah ancaman kebangkrutan, sehingga growth opportunity tidak berpengaruh pada kineja.