You are on page 1of 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335581392

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PT.


ASTRA AGRO LESTARI Tbk

Article  in  eBA Journal Journal Economic Bussines and Accounting · August 2019


DOI: 10.32492/eba.v5i2.847

CITATION READS

1 1,248

3 authors, including:

Sayekti Suindyah Dwiningwarni


Universitas Wijaya Putra
23 PUBLICATIONS   16 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pengunaaan Analisis Rasio dalam Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Gudang Garam Tbk View project

Population, Unemployment and Poverty: A Population Analysis in East Java Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Sayekti Suindyah Dwiningwarni on 15 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 2620-7958 (Online)
ISSN 2407-8166 (Print)

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN


PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk

M. Shobihin1, Sayekti Suindyah Dwiningwarni2*, Supriadi3


13
Prodi Akuntansi, Universitas Darul ‘Ulum Jombang
2
Prodi Ilmu Ekonomi, Universitas Darul ‘Ulum Jombang
*
Korespondensi e-mail: sayekti.fps@undar.ac.id

Diserahkan: 2 Agustus 2019, Direvisi: 15 Agustus 2019, Diterima: 30 Agustus 2019

Abstract

The financial statements serve as a benchmark in assessing the financial performance of the
company as the basis for making business decisions. The motivation in conducting this research is to
support previous research to see the development condition of one of the oil palm plantation companies.
The purpose of this study is to assess the financial performance by using financial ratio analysis and
horizontal analysis. The method used in this research is Quantitative Descriptive with analysis design
using Term series Analysis.
The result of the research based on financial ratio analysis shows the liquidity ratio and solvency
ratio in good condition, while the activity ratio and profitability ratio are not good because it is below
the industry average of similar companies. Based on horizontal analysis, financial performance
fluctuated and influenced internal and external factors such as operational performance and the
average price of world palm oil. The limitations of this study are using only two analytical tools and
financial statements analyzed only the balance sheet and income statement.

Keywords: Balance Sheet, Income Statement, Financial Ratio Analysis, Horizontal Analysis, Financial
Performance
Abstrak
Laporan keuangan dijadikan tolak ukur dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Motivasi dalam melakukan penelitian ini adalah
mendukung penelitian sebelumnya untuk melihat kondisi perkembangan salah satu perusahaan
perkebunan kelapa sawit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kinerja keuangan dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis horizontal. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Deskriptif Kuantitatif dengan desain analisis menggunakan Term series Analisis.
Hasil penelitian berdasarkan analisis rasio keuangan menunjukkan rasio likuiditas dan rasio
solvabilitas dalam keadaan baik, sedangkan rasio aktivitas dan rasio profitabilitas dalam keadaan tidak
baik karena berada dibawah nilai rata-rata industri perusahaan sejenis. Ini disebabkan karena kondisi
laba pada tahun perusahaan yang mengalami penurunan. Berdasarkan analisis horizontal, kinerja
keuangan berfluktuasi dan dipengaruhi faktor internal dan ekternal perusahaan seperti kineja operasional
dan harga rata-rata minyak sawit dunia. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya menggunakan dua alat
analisis dan laporan keuangan yang dianalisis hanya neraca dan laporan laba rugi.

Kata kunci: Neraca, Laporan Laba Rugi, Analisis Rasio Keuangan, Analisis Horizontal, Kinerja
keuangan

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|75


PENDAHULUAN

Kelapa sawit adalah komoditas penting yang menguasai hajat hidup orang banyak,bukan
hanya sebagai penyedia bahan baku dalam produksi minyak tetapi juga dapat menyerap tenaga
kerja dan sumber devisa bagi Negara, yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian
Indonesia secara umum. Sejak tahun 1970, industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan peningkatan luas area
perkebunan dan produksi minyak sawit. Pangsa pasar dalam negeri baik minyak sawit (CPO)
dan minyak inti sawit (KPO) masih cukup besar. CPO dan PKO banyak digunakan sebagai
bahan industri pangan (minyak goreng dan margarine), industri sabun (bahan penghasil busa),
industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik dan sebagai bahan bakar alternatif [1].
PT. Astra Agro Lestari Tbk. adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam
bidang industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak berdiri pada tanggal 3 0ktober
tahun 1988, hasil perkebunan kelapa sawit perusahaan ini terus mengalami peningkatan.
Sampai tahun 2017, produksi kelapa sawit secara keseluruhan mencapai 7.215.500 ton. PT.
Astra Agro Lestari Tbk.telah melakukan IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sejak tanggal 9 desember 1997 (Istiarti. 2014:3). Perusahaan ini memiliki kinerja yang
sangat baik, hingga pada bulan januari 2018 masih tercatat sebagai perusahaan yang masuk
dalam jajaran indeks LQ45 ( periode agustus 2017 – januari 2018, sesuai dengan pengumuman
Bursa Efek Indonesia No: Peng-00728/BEI.OPP/07-2017 tanggal 24 juli 2017).
Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan
memiliki nilai kapitalisasi besar, sehingga menjadikan perusahaan ini salah satu perusahaan
paling diminati dan menjadi fokus perhatian bagi para investor karena memiliki prospek
pertumbuhan dan kondisi keuangan yang sangat baik [1].
Laporan keuangan merupakan salah satu informasi penting dalam menilai
perkembangan perusahaan, dapat juga digunakan untuk menilai prestasi yang telah dicapai
perusahaan di masa lampau, sekarang dan rencana di waktu yang akan datang. Penilaian kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan
[2]. Analisis rasio keuangan, membantu mengetahui tingkat kinerja keuangan perusahaan
apakah baik atau sebaliknya. Analisis rasio keuangan dapat diklasifikasikan dalam berbagai
jenis yaitu, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas [3].
Analisis horizontal adalah laporan keuangan yang menunjukkan dalam jumlah yang
sesuai item laporan keuangan selama periode waktu, yang merupakan alat yang bermanfaat
untuk menilai situasi tren [4]. Yang berguna untuk menjaga organisasi di depan persaingan dan
juga yang membantu untuk membuat organisasi lebih gesit dan mudah beradaptasi terhadap
perubahan [5]. Teknik ini melibatkan membuat baris demi baris perbandingan rekening
perusahaan yang digunakan setiap periode tertentu [6].
Tujuan penelitian ini adalah : 1) untuk menganalisis kinerja keuangan ditinjau dari
analisis rasio keuangan pada tahun 2013 – 2017; 2) untuk menganalisis kinerja keuangan
ditinjau dari analisis horizontal dengan teknik perbandingan laporan keuangan pada tahun 2013
– 2017.

TINJAUAN TEORITIS

Rasio likuiditas
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (hutang), kurang dari 1 tahun [7].
a. Rasio lancar (Curent Ratio)

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|76


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio lancar
dapat dihitung dengan rumus:
Aktivalancar
Rasio Lancar = × 100%
Hutanglancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus:
Aktiva lancar − persediaan
Rasio Cepat = × 100%
Hutanglancar

c. Rasio kas (Cash Ratio)


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas yang tersedia dan yang
tersimpan di bank. Rasio kas dapat dihitung dengan rumus :
Kas + Efek
Rasio kas = × 100%
Hutanglancar

d. Working capital to total asset ratio


Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto). Ratio ini dapat dihitung
dengan rumus:
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜

Aktivalancar − hutang lancar


= × 100%
total aktiva

Rasio solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang ketika perusahaan dilikuidasi.
a. Total Debt to Equity Ratio
Merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Total Hutang
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100%
Ekuitas
b. Total Debt to Total Asset Ratio (rasio total hutang terhadap total aktiva)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang
dengan jumlah aktiva. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari seluruh aktiva yang
dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Total hutang
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100%
Total aktiva
c. Long term debt to equity ratio
Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
untuk hutang jangka panjang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Hutang jangka panjang
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100%
modal saham

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|77


d. Tangible asset debt coverage
Besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang
setiap rupiahnya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
𝑇𝑎𝑛𝑔𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒
Jumlah Aktiva − 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑖𝑏𝑙𝑒𝑠 − hutang lancar
= × 100%
Hutangjangka panjang
e. Times interest earned ratio
Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga hutang jangka panjang. Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus:
EBIT
𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100%
Hutangjangka panjang

Rasio Aktivitas
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas penggunaan aktiva atau
kekayaan perusahaan, seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai
oleh pihak luar.
a. Total asset turnover
Kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu
periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan
keuntungan (Revenue). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
penjualan bersih
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
Total aktiva
b. Receivable turnover
Kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode tertentu.
Rasio dapat dihitung dengan rumus:
penjualan kredit
𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
piutang rata − rata
c. Average collection periode
Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Rasio dapat dihitung
dengan rumus:
piutang rata − rata × 360
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑐𝑜𝑙𝑙𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 =
penjualan kredit
d. Inventory turnover
Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu,
likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya “overstock”. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus:
Harga pokok produk
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
inventory rata − rata
e. Working capital turnover
Kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle)
dari perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
penjualan neto
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
aktiva lancar − hutang lancar
f. Average day’s inventory
Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang berada di
gudang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
inventory rata − rata × 360
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑑𝑎𝑦 ′𝑠 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 =
harga pokok produk

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|78


Rasio Profitabilitas dan rentabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan)
dibanding penjualan atau aktiva , mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan aktiva maupun laba dan modal sendiri.
a. Gross Profit Margin (margin laba kotor)
Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok
penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai
dari jumlah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: .
Laba kotor
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = × 100%
Penjualan bersih
b. Net Profit Margin
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu
dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
.
Laba setelah pajak
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = × 100%
Penjualan bersih
c. Earning power of total investment (rate of return an total asset/ROA)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus:
Laba Sebelum Bunga Dan Pajak
ROA = × 100%
Total Aktiva
d. Rate of return for the owner(rate of return on net worth)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung denganrumus:
Laba bersih setelah pajak
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = × 100%
Modal Sendiri
e. Operating income ratio/ operating profit marjin
Laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilakn oleh setiap rupiah penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜
penjualan netto − HPP − biaya Adm. , penjualan, umum
= × 100%
Penjualan netto
f. Operating Ratio
Biaya operasi per rupiah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
HPP + Biaya Adm, penjualan, umum
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100%
Penjualan netto
g. Net earning power ratio (rate of return on investment/ROI)
Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan dengan rumus:
.
Laba netto sesudah pajak
ROI = × 100%
Total Aktiva
Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi [8], kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian
keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas
yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
sejauh mana perusahaan telah menggunakan aturan keuangan yang baik dan benar sesuai
dengan SAK ( Standar Akuntansi Keuangan ).

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|79


Penelitian Terdahulu
Menurut Marsel Pongoh [9] berdasarkan rasio likuiditas secara keseluruhan keadaan
perusahaan dalam keadaan baik, meski selama kurun waktu dari tahun 2009-2011 berfluktuasi.
Berdasarkan rasio solvabilitas, perusahaan dalam keadaan solvable, karena modal perusahaan
dalam keadaan cukup untuk menjamin hutang yang diberikan kreditor. Berdasarkan rasio
profitabilitas secara keseluruhan perusahaan dalam keadaan baik.
Ferizan Yahya, Syed Atif Ali, Mariam Yaqoob, Usman Ahmad Khan [11] mengatakan
bahwa analisis vertikal dapat menjadi analisis yang mencurigakan karena total aset dan
penjualan berfluktuasi secara bertahap. analisis horizontal entah bagaimana analisis yang lebih
baik daripada analisis vertikal karena menunjukkan tren negatif atau positif dari variabel.
Analisis DuPont adalah analisis yang handal tetapi dipertimbangkan hanya dua tahun. Namun,
analisis rasio tampaknya analisis terbaik karena memberikan tinjauan ringkas dan penting dari
kinerja perusahaan. Habimana Theogene, Tom Mulegi Niyompano Hosee [12] mengatakan
bahwa analisis rasio adalah cara yang baik untuk mengevaluasi hasil keuangan bank dalam
rangka mengukur kinerja.

Kerangka Konsepsual

Laporan keuangan

Analisis horizontal Analisis rasio keuangan

Rasio
Rasio likuiditas Rasio solvabilitas Rasio aktivitas profitabilitas

Kinerja keuangan

Gambar 2.2 kerangka konseptual

METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan positivism dengan metode kuantitatif.
Pendekatan ini digunakan dengan alasan bahwa data yang digunakan adalah data rasio dan
interval, yaitu data dalam bentuk angka-angka.
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan laporan keuangan tahunan PT. Astra
Agro Lestari Tbk. sejak melakukan IPO (Initial Public Offering) di BEI (Bursa Efek Indonesia)
pada tanggal 9 desember 1997. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|80


yang diterbitkan oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk. dan BEI (Bursa Efek Indonesia) selama lima
tahun terakhir yaitu tahun 2013, tahun 2014, tahun 2015, tahun 2016 dan tahun 2017.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sistematis sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan angka tahun.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel bebas dan variabel tergantung sebagai
pengukuran, tetapi menggunakan analisis rasio dan analisis horizontal sebagai pengukurannya.
Sehingga definisi operasional variabel yang digunakan seperti yang sudah termuat pada bagian
tinjauan teoritis.

Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif , dengan cara
menganalisis data kinerja keuangan perusahaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017
dengan menggunakan analisis horizontal dan analisis rasio keuangan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Data
Analisis Rasio Likuiditas
1. Rasio likuiditas
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Berikut adalah tabel rata-rata industri rasio likuiditas
perusahan kelapa sawit :

Tabel 1. Rata rata industri rasio likuiditas


Jenis Rasio Rata-Rata Industri
Rasio Lancar (Current Ratio/CR) 1,751
Rasio Cepat(Quick Ratio/QR) 1,151
Rasio Kas (Cash Ratio ) 0,676
Sumber: Data primer diolah, 2018
Tabel 2. Rasio Likuiditas Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk.
Rasio Lancar Rasio Cepat Rasio Kas
Tahun
(%) (%) (%)
2013 - - -
2014 13,47 3,74 -3,99
2015 21,43 4,49 -6,51
2016 23,85 17,69 5,12
2017 81,09 46,90 -2,12
Sumber: Data Primer diolah, 2018

Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa nilai rasio lancar perusahaan Astra Argo Lestari Tbk.
Selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 rata-rata masih di atas nilai rasio lancar
industri. Ini berarti bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik. Begitu
juga dengan rasio cepat perusahaan Astra Agro Lestari Tbk nilainya di atas rata-rata industri.
Sedangkan untuk rasio kas yang dimiliki oleh perusahaan Astra Agro Lestari Tbk. Selama
tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, rata-rata di bawah nilai rata-rata industri.

2. Rasio Solvabilitas
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang atau sejauh mana
aset perusahaan dibiayai oleh hutang.

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|81


Tabel 3. Rata-rata industri rasio solvabilitas
Jenis rasio Rata-rata industri
Rasio hutang terhadap total aset 0,382
Rasio hutang terhadap ekuitas 0,682
Sumber: Istiarti. 2014 dan diolah, 2018

Tabel 4. Rasio Solvabilitas Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk

Tahun Rasio Hutang terhadap Total Asset (%) Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (%)
2013 31,38 45,73
2014 36,21 56,78
2015 45,61 83,88
2016 27,38 37,70
2017 25,66 34,52
Sumber: data primer diolah, 2018

Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa rasio volvabilitas perusahaan Astra Agro Lestari
Tbk. Selama tahun 2013 sampai dengan 2017 memiliki nilai di atas nilai rata-rata industri.
Kondisi kinerja keuangan perusahaan ini adalah kurang baik, karena memiliki nilai di atas
nilai rata-rata industri.

3. Rasio Aktivitas
Nilai rata-rata industri untuk rasio aktivitas perusahaan kelapa sawit selamat periode
2013-2017 tampak pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Rata-Rata Industri Rasio Aktivitas


Jenis rasio Rata-rata industri
Rasio perputaran persediaan 8,025
Rasio perputaran aktiva tetap 1,45
Rasio perputaran total aktiva 0,927
Sumber: Istiarti. 2014 dan diolah, 2018

Sedangkan nilai perhitungan rasio aktivitas untuk perusahaan Astra Agro Lestari Tbk
selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, tampak pada Tabel 6 berikut:

Tabel. 6. Rasio Aktivitas Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk


Tahun Rasio Perputaran Persediaan Rasio perputaran aktiva tetap Rasio perputaran total aktiva
2013 8,37 0,95 0,847
2014 10,91 1,01 0,879
2015 6,72 0,70 0,607
2016 5,51 0,70 0,583
2017 6,40 0,84 0,694
Sumber: Data Primer diolah, 2018

Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa rasio perputaran persediaan pada tahun 2013 dan
2014 dalam kondisi baik karena berada diatas nilai rata industri yaitu sebesar 8,025,
sedangkan pada tahun-tahun berikutnya yaitu 2015, 2016 dan 2017 perusahaan dalam
kondisi tidak baik karena berada dibawah nilai rata-rata industri. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam mengendalikan persediaan kurang efisien, karena semakin
banyak persediaan yang disimpan akan mengakibatkan perputaran persediaan melambat
sehingga akan meningkatkan biaya persediaan.
Selain itu Tabel 5 dan 6 juga menunjukkan bahwa rasio perputaran aktiva pada tahun
2013 hingga tahun 2017 dalam kondisi tidak baik karena berada dibawah nilai rata-rata
industri yaitu sebesar 1,45. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
memanfaat aktiva tetap yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan kurang efektif
karena meningkatnya aktiva tidak diimbangi dengan meningkatnya pendapatan secara
signifikan. Begitu juga dengan rasio perputaran total aktiva pada tahun 2013 hingga pada

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|82


tahun 2017 dalam kondisis tidak baik karena berada dibawah nilai rata-rata industri yaitu
sebesar 0,927. Hal ini menunjukkan perusahaan kurang efektif dalam memanfaatkan total
aktiva yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan dan laba, hal ini dapat dilihat dari
perputaran total aktiva yang cenderung turun dan berfluktuasi.

4. Rasio Profitabilitas
Nilai rata-rata industri rasio profitabilitas untuk perusahaan kelapa sawit tampak pada
Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Rata-Rata Industri Rasio Profitabilitas
Jenis rasio Rata-rata industri
Rasio net profit margin (NPM) 0,147
Rasio pengembalian atas aset (ROA) 0,115
Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) 0,162
Sumber: Istiarti. 2014 (diolah)

Nilai rasio profitabilitas untuk perusahaan Astra Agro Lestrai Tbk tampak pada Tabel 8
berikut:

Tabel 8. Rasio Profitabilitas Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk


Tahun NPM ROA ROE
2013 32,20% 15,01% 12,71%
2014 30,37% 16,07% 14,12%
2015 23,60% 5,33% 3,23%
2016 26,03% 14,97% 8,73%
2017 23,95% 12,21% 8,48%
Sumber: Data Primer diolah, 2018

Setelah melakukan analisis dapat disimpulkan bahwa rasio margin laba bersih
cenderung menurun dan berfluktuasi, pada tahun 2013, 2014 dan 2016 dalam kondisi baik
karena berada diatas nilai rata-rata industri sebesar 0,147. Tetapi pada tahun 2015 dan 2017
dalam kondisi tidak baik karena berada dibawah nilai rata industri. Hal ini disebabkan laba
bersih perusahaan cenderung turun sedangkan tingkat penjualan menunjukkan peningkatan.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mengadakan efisiensi terhadap biaya-biaya usaha
perusahaan.
Setelah melakukan analisis dapat disimpulkan bahwa rasio pengembalian atas
investasi cenderung turun dan berfluktuasi, pada tahun 2013 dan 2014 perusahaan dalam
kondisi baik karena berada diatas nilai rata-rata industri sebesar 0,115. Sedangkan pada
tahun 2015,2016 dan 2017 perusahaan dalam kondisi tidak baik karena berada dibawah nilai
rata-rata industri. Hal ini disebabkan laba bersih setelah pajak cenderung turun sedangkan
aset perusahaan mengalami kenaikan. Sehingga perusahaan perlu memaksimalkan
penggunaan aktiva untuk menaikkan pendapatan perusahaan dan efisiensi biaya
operasional.
Setelah melakukan analisis dapat disimpulkan bahwa rasio pengembalian atas ekuitas
cenderung menurun, pada tahun 2013 dan 2014 perusahaan dalam kondisi baik karena
berada diatas nilai rata-rata industri sebesar 0162. Sedangkan tahun 2015, 2016 dan tahun
2017 perusahaan dalam kondisi tidak baik karena berada dibawah nilai rata-rat industri, hal
ini disebabkan kenaikan ekuitas lebih besar dari kenaikan laba bersih perusahaan. Artinya
perusahaan kurang efektif dalam pengelolaan modal yang dimiliki, karena peningkatan
ekuitas tidak dimbangi dengan peningkatan laba bahkan keuntungan yang dihasilkan
perusahaan cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Analisis Horizontal
Hasil perhitungan analisis horizontal perusahaan Astra Agro Lestari Tbk dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2017, tampak pada Tabel 9 berikut.

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|83


Tabel 9. Hasil Perhitungan Analisis Horizontal
Akun Tahun 2014 Tahun 2013 Naik /turun %
Neraca
Aset
Aset lancar 2.403.615 1.691.694 711.921 42,08
Aset tetap 16.155.714 13.271.496 2.883.678 21,73
Total aset 18.558.329 14.963.190 3.595.139 24,03
Kewajiban
Kewajiban lancar 4.110.955 3.759.265 351.690 9,35
Kewajiban tidak lancar 2.609.888 936.066 1.673.822 178,8
Total kewajiban 6.720.843 4.695.331 2.025.512 43,14
Ekuitas
modal saham 787.373 787.373 - -
Tambahan modal disetor 83.603 83.603 - -
Saldo laba dicadangkan 157.500 157.500 - -
Saldo laba belum dicadangkan 10.390.930 8.866.126 1.524.804 17,20
Total ekuitas 11.837.486 10.267.859 1.569.627 15,29
Total kewajiban dan ekuitas 18.558.329 14.963.190 3.595.139 24,03
Laba Rugi
Penjualan bersih 16.305.831 12.674.999 3.630.832 28,64
Beban pokok penjualan 11.354.037 8.593.064 2.760.973 32,13
Laba bruto 4.951.794 4.081.935 869.859 21,30
Total beban usaha 1.325.514 1.149.803 175.711 15,28
Pendapatan keuangan 181.175 109.202 71.973 65,91
Beban keuangan 126.680 443.782 -317.102 -71,45
Laba sebelum pajak 3.689.990 2.605.071 1.084.919 41,65
Pajak penghasilan 1.068.715 701.983 366.732 52,24
Laba tahun berjalan 2.621.088 1.903.088 718.000 37,73
Sumber: Data Primer diolah 2018

Tabel 9 menunjukkan bahwa kinerja perusahaan pada tahun 2014 sangat baik, hal ini
dapat dilihat dari kenaikan aset-aset perusahaan yang juga diikuti oleh peningkatan penjualan
dan laba, walaupun terjadi kenaikan pada beban-beban perusahaan. Faktor utama yang
mendorong meningkatnya kinerja PT. Astra Agro Lestrai Tbk. pada tahun 2014 adalah produksi
tandon buah segar (TBS) naik 8,6% dari 5,12 juta ton pada tahun 2013 menjadi 5,56 juta ton,
produksi minyak inti sawit (CPO) naik 13,3% dari 1,5 juta ton pada tahun 2013 menjadi 1,74
juta ton. Selain itu kenaikan juga didorong oleh naiknya harga rata-rata CPO sebesar 13,8%
dari Rp 7.277 per kg menjadi Rp 8.282 per kg.
Sedangkan hasil perhitungan analisis horizontal perusahaan tahun 2014-25 tampak pada
Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Analisis Horizontal Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk tahun 2014-2015
Akun 2015 2014 Naik/turun %
Neraca
Aset
Aset lancar 2.814.123 2.403.615 410.508 17,08
Aset tidak lancar 18.698.248 16.155.714 2.542.534 15,74
Total aset 21.512.371 18.558.329 2.954.042 15,92
Kewajiban
Kewajiban lancar 3.522.133 4.110.955 -588.822 -14,32
Kewajiban tidak lancar 6.291.451 2.609.888 3.681.563 141,06
Total kewajiban 9.813.584 6.720.843 3.092.741 46,02
Ekuitas
modal saham 787.373 787.373 - -
Tambahan modal disetor 83.603 83.603 - -
Saldo laba dicadangkan 157.500 157.500 - -
Saldo laba belum dicadangkan 10.256.340 10.390.930 -134.590 -1,29
Total ekuitas 11.698.787 11.837.486 -138.699 -1,17
Total kewajiban dan ekuitas 21.512.371 18.558.329 2.954.042 15,92
Laba Rugi
Penjualan bersih 13.059.216 16.305.831 -3.246.615 -19,91
Beban pokok penjualan 9.977.118 11.354.037 -1.376.919 -12,13
Laba bruto 3.082.098 4.951.794 -1.869.696 -37,76

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|84


Total beban usaha 1.354.454 1.325.514 28.940 2,18
Pendapatan keuangan 32.778 181.175 -148.397 -81,91
Beban keuangan 584.909 126.680 458.229 361,72
Laba sebelum pajak 1.175.513 3.689.990 -2.514.477 -68,14
Pajak penghasilan 479.829 1.068.715 -588.886 -55,10
Laba tahun berjalan 695.684 2.621.088 -1.925.404 -73,46
Sumber: Data Primer diolah 2018

Tabel 10 menunjukkan bahwa kinerja PT. Astra Agro Lestari Tbk. pada tahun 2015
mengalami penurunan yang sangat signifikan, peningkatan aset dan hutang perseroan tidak
mampu dimbangi dengan peningkatan laba tetapi malah justru turun drastis. Selain itu kenaikan
produksi Tandon Buah Segar kelapa sawit sebesar 0,7% menjadi 5,60 juta ton dan juga volume
produksi CPO (minyak sawit) yang dapat dipertahankan pada 1,74 juta juga tidak banyak
membantu untuk meningkatkan penjualan dan laba perseroan. Hal utama yang menjadi
penyebab turunnya kinerja adalah turunnya harga jual rata-rata CPO sebesar 15,8% menjadi
Rp 6.971/kg serta naiknya bunga pinjaman dan kerugian selisih kurs.
Hasil perhitungan analisis horizontal perusahaan tahun 2015-2016, tampak pada Tabel 11
berikut:
Tabel 11. Analisis Horizontal Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk tahun 2015-2016
Akun 2016 2015 Naik/turun %
Neraca
Aset
Aset lancar 4.051.544 2.814.123 1.237.421 43,97
Aset tidak lancar 20.174.578 18.698.248 1.476.330 7,89
Total aset 24.226.122 21.512.371 2.713.751 12,61
Kewajiban
Kewajiban lancar 3.942.967 3.522.133 420.834 11,95
Kewajiban tidak lancar 2.689.673 6.291.451 -3.601.778 -57,25
Total kewajiban 6.632.640 9.813.584 -3.180.944 -32,41
Ekuitas
modal saham 962.344 787.373 174.971 22,22
Tambahan modal disetor 3.878.995 83.603 3.795.392 4539,78
Saldo laba dicadangkan 157.500 157.500 - -
Saldo laba belum dicadangkan 12.136.445 10.256.340 1.880.105 18,33
Total ekuitas 17.593.482 11.698.787 5.894.695 50,39
Total kewajiban dan ekuitas 24.226.122 21.512.371 2.713.751 12,61
Laba Rugi
Penjualan bersih 14.121.374 13.059.216 1.062.158 8,13
Beban pokok penjualan 10.445.360 9.977.118 468.242 4,69
Laba bruto 3.676.014 3.082.098 593.916 19,27
Total beban usaha 1.162.279 1.354.454 -192.175 -14,19
Pendapatan keuangan 226.201 32.778 193.423 590,1
Beban keuangan 531.158 584.909 -53.751 -9,19
Laba sebelum pajak 2.208.778 1.175.513 1.033.265 87,90
Pajak penghasilan 94.479 479.829 -385.350 -80,31
Laba tahun berjalan 2.114.299 695.684 1.418.615 203,92
Sumber: Data Primer diolah 2018

Tabel 11 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kinerja pada tahun 2015, laporan posisi
keuangan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa aset perseroan naik 12,61% atau senilai Rp
2,71 triliun menjadi Rp 24,23 triliun dari tahun sebelumnya Rp 21,51 triliun. Kenaikan kali ini
sebagian besar disebabkan kenaikan aset lancar persereoan yang naik sebesar 43,97% atau
senilai 1,24 triliun menjadi Rp 4,05 triliun, disusul aset tidak lancar sebesar 7,89% atau senilai
1,48 triliun menjadi 20,17 triliun. Kinerja yanag bagus kembali dapat ditorehkan pada tahun
2016 ini, peningkatan aset sebesar 12,61% mampu diimbangi dengan meningkatnya laba
perseroan sebesar 203,92% atau senilai Rp 1,42 triliun menjadi Rp 2,11 triliun dari 695,7 miliar
pada tahun 2015. Selain itu perseroan juga berhasil meminimalisir beban usaha sebesar 14,19%
atau senilai Rp 192,17 miliar dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan kinerja keuangan PT.
Astra Agro Lestari Tbk. pada tahun 2016 sangat baik, karena mampu meningkatkan

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|85


pendapatan yang signifikan dari pada tahun 2015, selain karena peningkatan kinerja
keberhasilan ini juga dibantu dengan naiknya harga jual rata-rata CPO sebesar 11,4% menjadi
Rp 7.780/kg dari tahun 2015.
Tabel 12 dibawah ini, menunjukkan bahwa setelah perseroan dapat meningkatkan kinerja
keuangan pada tahun 2016 dengan peningkatan laba sebesar 203,92 %, di tahun 2017 ini aset
perseroan menunjukkan peningkatan sebesar 2,93% atau senilai Rp 709,3 miliar menjadi Rp
24,9 triliun dari tahun 2016 sebesar Rp 24,23 triliun. Peningkatan total aset perusahaan ini
karena peningkatan pada aset lancar sebesar 4,79% atau senilai Rp 194,19 miliar dari Rp 4,05
triliun pada tahun 2016 menjadi Rp 4,25 triliun pada tahun 2017, karena kenaikan pada pajak
dibayar dimuka dan piutang lain-lain walaupun di saat yang sama terjadi penurunan pada kas.
Sedangkan pada aset tidak lancar juga mengalami peningkatan sebesar 2,55% atau senilai Rp
515,1 miliar dari Rp 20,17 trilliun pada tahu 2016 menjadi 20,69 triliun pada tahun 2017, karena
kenaikan pada kelompok perkebunan plasma dan tagihan restitusi pajak.

Tabel 11. Analisis Horizontal Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk tahun 2015-2016
Akun 2017 2016 Naik/turun %
Neraca
Aset
Aset lancar 4.245.730 4.051.544 194.186 4,79
Aset tetap 20.689.696 20.174.578 515.118 2,55
Total aset 24.935.426 24.226.122 709.304 2,93
Kewajiban
Kewajiban lancar 2.309.417 3.942.967 -1.633.550 -41,43
Kewajiban tidak lancar 4.089.571 2.689.673 1.399.898 52,05
Total kewajiban 6.398.988 6.632.640 -233.652 -3,52
Ekuitas
modal saham 962.344 962.344 - -
Tambahan modal disetor 3.878.995 3.878.995 - -
Ekuitas lain (33.444) - 33.444 100
Saldo laba dicadangkan 192.500 157.500 35.000 22,22
Saldo laba belum dicadangkan 13.065.548 12.136.445 929.103 7,65
Total ekuitas 18.536.438 17.593.482 942.956 5,36
Total kewajiban dan ekuitas 24.935.426 24.226.122 709.304 2,93
Laba Rugi
Penjualan bersih 17.305.688 14.121.374 3.184.314 22,55
Beban pokok penjualan 13.160.438 10.445.360 2.715.078 25,99
Laba bruto 4.145.250 3.676.014 469.236 12,76
Total beban usaha 1.226.797 1.162.279 64.518 5,55
Pendapatan keuangan 103.704 226.201 -122.497 -54.15
Beban keuangan 83.652 531.158 -447.506 -84,25
Laba sebelum pajak 2.938.505 2.208.778 729.727 33,04
Pajak penghasilan 824.876 94.479 730.397 773,07
Laba tahun berjalan 2.113.629 2.114.299 -670 -0,03
Sumber: Data Primer diolah 2018

Tabel 11 menunjukkan bahwa dari segi fundamental sebenarnya perusahaan mengalami


peningkatan pendapatan bersih sebesar 22,55% dari Rp 14,12 triliun pada tahun 2016 menjadi
Rp 17,30 triliun pada tahun 2017. Namun meningkatnya beban pokok pendapatan sebesar
25,99% senilai Rp 2,71 triliun mengakibatkan laba bruto perusahaan hanya naik sebesar 12,76
atau senilai Rp 469,2 miliar. Bahkan naiknya total beban usaha sebesar 5,55% dan pajak
penghasilan sebesar 773,07 % memangkas laba perusahaan tahun 2017 sebesar 0,03% atau
senilai Rp 670 juta menjadi Rp 2,113 triliun dari Rp 2,114 pada tahun 2016.

Pembahasan
Rasio likuiditas Astra dalam keadaan baik namun yang perlu diperhatikan adalah
komposisinya, karena sebagian besar masih berwuju persediaan. sehingga perlu kiranya untuk
menambah aktiva yang lebih cair seperti kas. Rasio likuiditas dipengaruhi oleh besarnya aktiva
lancar dan hutang lancar perusahaan, jika kenaikan aktiva lancar lebih tinggi tingkat

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|86


kenaikannya dari pada hutang lancar maka semakin tinggi pula rasio likuiditasnya yang berarti
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin baik.
Hal ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya yaitu Istiarti [1], Anwar [3],
Maith [2], Pongoh [9], Latif et.al [11]. Tetapi penilaiannya tidak semata didasarkan tren
kenaikan rasio perusahaan dalam beberapa periode saja, melainkan juga harus dibandingkan
dengan data pembanding dari beberapa perusahaan yang sejenis yaitu rata-rata industri, hal ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maith [2] dan Pongoh [9].
Solvabilitas perusahaan Astra dalam kondisi baik, karena kedua rasio menunjukkan
kecenderungan yang menurun sehingga semakin sedikit aset perusahaan yang dibiayai hutang
dan modal yang dijadikan jaminan hutang juga semakin sedikit. Rasio ini dipengaruhi aset,
modal dan hutang perusahaan. Penelitian ini mendukung penelitian Istiarti [1], tapi kembali
kepada masalah penilaian yang seharusnya tidak hanya dinilai berdasarkan perubahan dari
beberapa periode tetapi juga harus dibandingkan dengan rata-rata industri perusahaan sejenis.
Oleh karena itu tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mait [2], Pongoh [9].
Rasio aktivitas Astra dalam kondisi tidak baik, dari ketiga rasio yang digunakan sebagai
alat analisis cenderung menurun dan dibawah rata-rata indutri. Hal ini menunjukkan perusahaan
kurang maksimal dalam pengendalian dan memaksimalkan penggunaan aktiva dalam
menghasilkan pendapatan. Komponen yang mempengaruhi rasio ini adalah persediaan, harga
pokok produk, penjualan dan aktiva perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Istiarti [1] dan Anwar [3].
Rasio profitabilitas perusahaan juga dalam kondisi yang tidak baik, karena terjadi
kecenderungan menurun dan dibawah nilai rata-rata industri perusahaan sejenis, padahal rasio
ini adalah point penting bagi penilaian perusahaan dihadapan para investor. Hal ini berarti
perusahaan kurang efiesien dalam pengendalian biaya dan kurang efektif dalam
memaksimalkan penggunaan aktiva dan modal yang dimiliki perusahaan. Penelitian ini
mendukung penelitian Istiarti [1] dan Anwar [3].
Hasil analisis horizontal menunjukkan bahwa hasil penelitian ini mendukung penelitian
mendukung penelitian Istiarti [1] tentang faktor-faktor yang mempegaruhi kinerja keuangan,
alasannya karena selain faktor internal, kinerja keuangan juga dipengaruhi faktor eksternal
perusahaan seperti yang terkait dalam penelitian ini adalah harga rata-rata CPO, selisih mata
uang, suku bunga pinjaman dan iklim suatu wilayah. Mendukung penelitian Jayawardhana [12]
dan Ranjan [13] yang mengemukakan bahwa analisis horizontal digunakan untuk menilai
perkembangan keuangan perusahaan. Alasannya karena membandingkan laporan keuangan
dengan menunjukkan kenaikan dan penurunan setiap akun, kita dapat melihat secara detail
perkembangan keuangan perusahaan dari waktu ke waktu.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1) Rasio likuiditas
dan solvabilitas dalam keadaan baik, sedangkan rasio aktivitas dan rasio profitabilitas dalam
kondisi tidak baik. Penilaian kinerja keuangan didasarkan pada pengamatan dari beberapa
periode dan data pembanding dengan nilai rata-rata industri perusahaan kelapa sawit. Yang
mendukung penelitian ini adalah Istiarti [1], Anwar [2], Yahya et al [11]. Yang tidak sesuai
adalah Maith [2], Pongoh [9] ; 2) Kinerja keuangan perusahaan dari lima tahun pengamatan
menunjukkan hasil yang berfluktuasi, selain disebabkan oleh faktor internal seperti
meningkatnya kinerja operasional dan efisiensi biaya tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal perusahaan yaitu harga rata minyak sawit mentah (CPO), kurs nilai mata uang dan
suku bunga pinjaman serta kondisi iklim atau cuaca. Yang mendukung penelitian ini adalah

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|87


Istiarti [1] sedangkan yang tidak sesuai dengan penelitian ini adalah Jayawardhana [12] dan
Ranjan [13].

Rekomendasi
Diharapkan bagi perusahaan melalui managemen untuk mempertimbangkan hasil
penelitian ini, sebagai saran dan masukan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja keuangan
perusahaan di masa yang akan datang.

Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah 1) penelitian ini hanya menggunakan analisis
rasio keuangan dan analisis horizontal dalam melakukan analisis, sehingga perlu untuk
dibandingkan dengan analisis lain untuk memperkuat hasil penelitian ini, dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan; 2) peneliti hanya mengunakan laporan neraca dan laba rugi sebagai objek
analisis, oleh karena itu perlu untuk dilakukan kajian lebih dalam pada laporan keuangan lain,
seperti laporan perubahan modal dan laporan arus kas perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Istiarti, Resty, “Analisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan kelapa sawit GO
PUBLIC di Indonesia” [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, 2014
[2] Maith, H. A, “Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada Pt.
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk”. Jurnal EMBA, 1(3), 619–628, 2013.
[3] Anwar, Khoirul, “Analisis laporan keuangan dalam menilai kinerja PT. Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk. Semarang”. URL: http://dinus.ac.id/, 2016.
[4] Keown, AJ, Martin, JD&William, PJ, “Foundation of Finance. 6th ed”. Person Prentice
Hall: New Jersey, 2004.
[5] Arnold, G, “Copprate Managemen Keuangan. 4th ed”. Essex: Pearson Education Limited,
2008.
[6] Dayson, JR, “Accounting of no-accounting students”. Harlow[u.a]: Financial Time
Pretince Hall, 2004.
[7] Sujarweni, V. Wiratna, “Analisis laporan keuangan”. Pustaka Baru Press, 2017.
[8] Fahmi, Irham, “Analisis Kinerja Keuangan” . Bandung: Alfabet, 2012.
[9] Pongoh, M, “ Analisis Lapora Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Bumi
Resources Tbk”. Jurnal EMBA (ISSN 2303-1174), 1(3), 669–679, 2013
[10] Yahya, F., Ali, S. A., Mir, Z., Yaqoob, M., & Khan, U. A, “Significant Analysis for
Financial Statements: An Empirical Study of National and Unilever Foods”. Research
Journal of Finance and Accounting, 4(1): 2222–2847. Retrieved from
http://www.iiste.org, 2013.
[11] Theogene, H., Mulegi, T. O. M., & Hosee, N, “The Contibution of Financial Ratios
Analysis on effective decision Making in Commercial Banks”. International Journal
of Management and Applied Science, Volume 3(2017): 33–40, 2017.
[12] Jayawardhana, Anupa, “Financial Performance Analysis of Adidas AG” . European
journal of business and management, vol.8, No.11. Retrieved from www.iiste.org,
2016.
[13] Robin, I., Salim, R., & Bloch, H, “ Financial performance of commercial banks in the
post-reform era: Further evidence from Bangladesh”. Economic Analysis and Policy,
58, 43–54. https://doi.org/10.1016/j.eap.2018.01.001, 2018.

Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|88


Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|89
Jurnal eBA Vol. 5 No. 2 Agustus 2019 Halaman 75-88|90

View publication stats

You might also like