You are on page 1of 14

JURNAL ISSN 1907-5545 (Cetak)

ISSN 2615-4277 (Daring)


IRIGASI Terakreditasi Kemenristek Dikti (Peringkat 2)
Vol. 15 No. 1 (2020) jurnalirigasi_pusair.pu.go.id

HIDRODINAMIKA DAN PRODUK SEDIMEN TERHADAP BENDUNG IRIGASI


KEUMALA, SUNGAI KRUENG BARO, PROVINSI ACEH
HYDRODYNAMICS AND SEDIMENT PRODUCTS TOWARD KEUMALA IRRIGATION WEIR,
IN KRUENG BARO RIVER, ACEH PROVINCE
Oleh:
Azmeri 1) , Hairul Basri2), Devi Sundary1), Yusni Eva Cus Endang1), Faris Zahran Jemi3)
1) Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7
Darussalam - Banda Aceh 23111, Indonesia
2) Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Jl. Hasan Krueng Kalee No. 3

Darussalam - Banda Aceh 23111, Indonesia


3)Departeman Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7

Darussalam - Banda Aceh 23111, Indonesia


Korespondensi Penulis, email:  azmeri@unsyiah.ac.id ,
Naskah ini diterima pada 08 Januari 2020; revisi pada 26 Mei 2020;
disetujui untuk dipublikasikan pada 09 Juni 2020

ABSTRACT
Keumala Dam is built on Krueng Baro River which is one of the strategic rivers in Aceh Province to irrigates the farmland
and supplies drinking water for the community downstream. However, this river has a considerable issues due to its long
path and passing through various geological formations, causing a high concentration of sediments in the river.
Therefore, this study aimed to analyze the river hydrodynamics employing the HEC-RAS 5.0 software. The results of the
study revealed that the flow capacity of sediment transport along the riverbed varies directly with the difference between
the shear stress at the bottom sediment and the critical shear stress allowed for moving particles. Sediment transport
occurred in all sediment samples from the upstream and downstream of Keumala Dam. The flow reduction due to the
damming changed the channel and flow regime, while the decrease in water release reduced the floating and bottom
sediment transport to the the downstream. The total sediment around the weir area at the normal discharge is
6,325,698.93 tons/year. Sedimentation around the weir is a severe problem as it can affect the function and performance
of the weir and irrigation channel. Siltation due to sedimentation also closed the intake of Keumala PDAM. Thus,
periodical dredging and transporting sediments from the bottom of the weir are necessary to overcome this problem.
Dredging and transporting sediments will improve the Keumala weir performance to irrigates the Krueng Baro
Irrigation Area. Thus, the discharge capacity of othe weir intake can be maintained to irrigate the farmland following the
planned area.
Keywords: irrigation, sediment yield, hydrodynamics, Krueng Baro River, HEC-RAS

ABSTRAK
Bendung Kumala dibangun di Sungai Krueng Baro yang merupakan salah satu sungai strategis di Provinsi Aceh untuk
mengairi lahan irigasi dan air minum bagi masyarakat di hilirnya, namun sungai ini memiliki permasalahan yang
cukup besar sehubungan dengan jalurnya yang panjang dan melewati berbagai formasi geologis. Kondisi ini
menyebabkan konsentrasi sedimen yang tinggi pada sungai. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisisis hidrodinamika sungai dengan menggunakan aplikasi HEC-RAS 5.0. Hasil penelitian memberikan
informasi bahwa kapasitas aliran sedimen transport sepanjang dasar sungai bervariasi secara langsung dengan
adanya perbedaan antara tegangan geser pada sedimen dasar dan tegangan geser kritis yang diizinkan untuk partikel
yang bergerak. Semua sampel sedimen pada hulu dan hilir Bendung Keumala terjadi angkutan sedimen. Pengurangan
aliran akibat adanya pembendungan menyebabkan perubahan pada saluran dan rezim alirannya, dan pengurangan
pelepasan air telah menyebabkan terjadinya pengurangan angkutan sedimen melayang dan sedimen dasar ke arah
hilir. Total sedimen yang terdapat di sekitar areal bendung pada saat debit normal sebesar 6.325.698,93 ton/tahun.
Sedimentasi di sekitar bendung menjadi masalah yang serius karena dapat mempengaruhi fungsi dan kinerja
bendung dan saluran irigasi. Selain itu pendangkalan akibat sedimentasi menyebabkan tertutupnya intake PDAM
Keumala. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pengerukan dan pengangkutan sedimen dari dasar bendung
secara berkala. Pengerukan dan pengangkutan sedimen akan meningkatkan kinerja Bendung Keumala untuk
mengairi Daerah Irigasi Krueng Baro. Kapasitas pengaliran intake bendung dapat tetap terjaga untuk mengairi lahan
irigasi sesuai dengan areal rencana.
Kata kunci: irigasi, produk sedimen, hidrodinamika, Sungai Krueng Baro, HEC-RAS

http://dx.doi.org/10.31028/ji.v15.i1.1-14
© Balai Litbang Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PUPR
Naskah ini di bawah kebijakan akses terbuka dengan lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
I. PENDAHULUAN dengan jalurnya yang panjang. Selain itu, alur
sungai juga melewati berbagai formasi geologis
Semua sungai atau saluran yang mengangkut air
yang menghasilkan konsentrasi sedimen yang
mengandung sedimen dari hasil erosi.
tinggi akibat erosi dari lapisan dasar dan dinding
Meningkatnya erosi tanah karena degradasi
sungai. Akumulasi sedimen yang terjadi telah
Daerah Aliran Sungai (DAS) mengakibatkan
mengurangi kinerja saluran irigasi pada Daerah
pendangkalan di sungai (Onyando, Kisoyan, &
Irigasi Krueng Baro.
Chemelil, 2005). McCully (2001) melaporkan
bahwa sungai mengalirkan sedimen sebanyak air Untuk itu, penelitian dilakukan dalam bentuk
yang dialirkan. Ketika aliran berada lebih rendah studi kasus untuk menganalisis hidrodinamika
dari kecepatan jatuh partikel sedimen, maka produk sedimen pada Bendung Keumala.
sedimen akan diendapkan. Proses pengangkutan Penelitian dilakukan melalui analisis
dan pengendapan sedimen mengakibatkan hidrodinamika menggunakan program HEC-RAS
terjadinya perubahan topografi dasar sungai 5.0. Kalibrasi terhadap hasil simulasi model
(Zhang, Xu, Wang, & Peng, 2014). dilakukan dengan survei hidrometri di Sungai
Krueng Baro untuk selanjutnya dilakukan analisis
Penumpukan sedimen secara bertahap
produk sedimen (bed load dan suspended load).
mengakibatkan sungai kehilangan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
kemampuannya dalam pengalirannya dan
untuk analisis hidrodinamika sedimen pada
menyebabkan volume yang berkurang di sungai
bendung yang terletak pada aliran sungai yang
(Kheder, Ahmed, Ghumman, Hashmi, & Ashraf,
memiliki beban sedimen yang cukup besar. Selain
2014). Sedimentasi pada sungai merupakan
itu, hasil penelitian diharapkan juga dapat
masalah besar yang mengandung sedimen besar
memberikan informasi penanganan yang tepat
(Depeweg & Méndez V, 2002; Omran & Jaber,
terhadap sedimentasi yang terjadi di Sungai
2017). Sementara itu sedimen yang diendapkan di
Krueng Baro untuk operasional daerah irigasi
sungai hanya dapat digelontor jika kapasitas
yang dilayaninya.
transportasi aliran kanal meningkat. Sedimen
yang diangkut melalui pembilasan harus dibuang II. METODOLOGI
pada kecepatan non-erosif di hilir (Ochiere,
2.1. Lokasi Studi
Onyando, & Kamau, 2015). Menurut Ochiere et al.
(2015), kondisi ini merupakan masalah teknis Daerah Irigasi (DI) Krueng Baro merupakan
paling banyak yang dihadapi sistem irigasi. daerah irigasi teknis yang terletak pada
Dengan demikian, diperlukan pengelolaan Kecamatan Keumala, Kabupaten Pidie, Aceh.
sedimen yang efektif di sungai menjadi semakin Daerah irigasi ini melayani areal irigasi seluas
penting dari sudut pandang ekonomi, sosial dan 11.950 ha (Azmeri, Yulianur, Zahrati, & Faudli,
lingkungan (International Sediment Initiative, 2019). Sumber air utamanya berasal dari Sungai
2011). Krueng Baro, tepatnya pada koordinat 5°13'10.2"
LU and 95° 51'38.8" BT (Gambar 1). Lokasi
Kecepatan air di sungai akan berkurang akibat
penelitian tepatnya dari hulu sampai hilir
adanya sedimen, sehingga sedimen suspensi
Bendung Keumala dengan panjang sungai
diendapkan. Selain itu ketika aliran memasuki
tinjauan 1 kilometer.
bendung atau reservoir, kecepatan aliran dan
energi berkurang yang menyebabkan sedimen 2.2. Analisis Hidrodinamika
terendapkan. Sebagai salah satu bangunan air,
Analisis hidrodinamika diawali dengan survey
bendung dapat menaikkan elevasi muka air
hidrometri untuk mengukur debit sungai.
sungai yang bertujuan untuk memenuhi berbagai
Pengukuran debit dilakukan menggunakan
kebutuhan dihilirnya (Azmeri, Hadihardaja,
current meter digital dengan diameter propeler
Shaskia, & Admaja, 2017). Sedimen kasar
80 mm dan pitch 125 mm. Pengukuran kecepatan
biasanya diendapkan di awal bendung atau
aliran dilakukan pada pias melintang sungai yang
reservoir, sedangkan partikel halus diendapkan
juga merupakan lokasi pengambilan sampel
dalam arah aliran air di bendung atau reservoir
sedimen. Hasil pengukuran ini digunakan sebagai
(Mohammad, Al‐Ansari, Issa, & Knutsson, 2016;
kalibrasi pemodelan hidrodinamik. Hidrometri
Mohammad et al. 2016).
diawali melalui pengukuran lebar total sungai,
Sungai Krueng Baro merupakan salah satu sungai selanjutnya dibagi antar pias dengan jarak 4
strategis di Indonesia yang merupakan sumber air meter. Hasil pengukuran topografi sungai sebagai
untuk mengairi 11.950 ha lahan irigasi dan juga penampang melintang diperoleh dari Balai
memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat Wilayah Sungai Sumatera I (2017). Terdapat
di hilirnya. Namun, Sungai Krueng Baro memiliki 20 titik pengukuran penampang melintang sungai
permasalahan yang cukup besar sehubungan dari hulu ke hilir (inisial KB-0 sampai KB-19).

2 Jurnal Irigasi – Vol. 15, No. 1 (2020), Hal. 1-14


Gambar 1 Lokasi Studi (Bendung Keumala)

Lokasi pengukuran di hilir

Bendung Irigasi
Keumala

Lokasi pengukuran di hulu

Gambar 2 Lokasi hidrometri di Hulu dan Hilir Bendung Keumala

Gambar 2 memperlihatkan lokasi hidrometri pada yang mewakili karakteristik aliran sungai. Pada
Sungai Krueng Baro pada titik KB-0 (hulu) dan akhirnya beberapa peneliti mengusulkan debit
KB-18 (hilir). Selanjutnya, berdasarkan hasil rata-rata sebagai nilai yang mewakili debit
hidrometri debit aliran sungai dihitung sepanjang tahun (Garde & Rangga Raju, 2000).
menggunakan metode tampang tengah (mid Pada penelitian ini, debit aliran yang diperoleh
method) seperti pada Gambar 3 dan Gambar dari pengukuran hidrometri hanya pada bulan Mei
4.Aliran sungai mengalirkan debit yang sangat dinilai tidak mewakili debit aliran sepanjang tahun.
bervariasi dalam ruang dan waktu dengan Oleh karena itu pemodelan hidrodinamik
membawa muatan sedimen. Adanya variasi pada dilakukan untuk mengidentifikasi debit rata-rata
aliran sungai sepanjang tahun menyebabkan para yang kemudian akan digunakan untuk
peneliti mulai berpikir untuk menentukan debit menganalisis debit sedimen dasar.

Hidrodinamika-Azmeri, et al. 3
1,40 m 4,00 m 4,00 m 4,00 m 4,00 m 4,00 m
4,00 m 4,00 m
W8 W7 W6 W5 W4 W3 W2 W1

D7

D1
0,3 m D2
D3
D4
D6
0,48 m
D5
0,60 m

0,72 m
0,78 m

1,10 m 1,10 m

Gambar 3 Posisi Hidrometri pada Hulu Bendung Keumala (KB-0)

4,00 m 4,00 m 4,00 m 4,00 m 4,00 m 4,00 m 4,00 m


4,00 m 4,00 m
W1 W2 W3 W4 W5 W6 W7 W8 W9

D1 D7
D2 D3 D6 D8
D4 D5
0,14 m 0,14 m
0,22 m 0,21 m 0,20 m
0,27 m 0,22 m

0,34 m

Gambar 4 Posisi Hidrometri pada Hilir Bendung Keumala (KB-18)


Analisis hidrodinamika menggunakan software terkalibrasi kemudian digunakan untuk
HEC-RAS (Hydrologic Engineering Centre-the River menghitung debit rerata dan kedalaman air untuk
Analysis System) dari US Army Corps of Engineers. analisis sedimen.
Software 1 dimensi ini dapat menganalisis data
2.3. Analisis Sedimen
hidraulika di sungai (Brunner, 2010), diantaranya
simulasi aliran tunak dan tidak tunak, kualitas air, Analisis sedimen diawali dengan pengambilan
dan transport sedimen. Pada sedimen transport sampel sedimen. Sampel sedimen melayang
HEC-RAS dapat mensimulasikan perubahan dasar diambil menggunakan botol sampel air (PONOT-
sungai dalam waktu yang cukup panjang baik BSA). Pengambilan sampel dilakukan dengan Grab
yang disebabkan oleh gerusan atau deposisi. Sampler pada 3 titik yaitu kanan, tengah, dan
bagian kiri sungai. Prosedur pengambilan
Program HEC-RAS 5.0 menggunakan pengaturan
sedimen melayang dan sedimen dasar merujuk
data geometri terdiri dari layout permodelan
pada pedoman survei sedimentasi yang telah
disertai penampang melintang (cross section)
disusun oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
untuk model sungai. Profil muka air dari satu
(2009).
penampang ke penampang berikutnya
menggunakan persamaan energi dengan prosedur Pengujian sampel sedimen berupa uji berat jenis
iterasi sebagai berikut: tanah (specific gravity test) dan analisis saringan
(grain size analysis). Pengujian kecepatan jatuh
y2 + z2 +
a2v22
= y1 + z1 +
a1v12
+ he ................ (1) partikel (fall velocity) untuk menghitung angkutan
2g 2g sedimen melayang di sungai. Masing-masing uji
Keterangan: ini untuk mengetahui berat jenis dan sifat-sifat
tanah. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium
y1 dan y2 = kedalaman air (m);
Mekanika Tanah pada Jurusan Teknik Sipil
z1 dan z2 = jarak dari garis referensi (m);
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala,
a1 dan a2 = koefisien kecepatan (m/det);
sedangkan pengujian sampel suspended load (total
v1 dan v2 = kecepatan aliran (m/det);
suspended solid, TSS) dilakukan di Laboratorium
g = percepatan gravitasi (m/det2);
Instrumentasi dan Analisis pada Jurusan Teknik
he = tinggi kehilangan energi (m).
Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala,
Sebelum digunakan dalam analisis lanjutan, model yang bertujuan untuk memperoleh konsentrasi
hidrodinamika dikalibrasi berdasarkan data yang sedimen dalam aliran sungai.
didapatkan dari survey hidrometri. Kalibrasi
Analisis angkutan sedimen akan menilai tegangan
dilakukan untuk mendapatkan nilai koefisien
geser (τ), angkutan sedimen dasar dan sedimen
kekasaran Manning (n) yang sesuai. Model

4 Jurnal Irigasi – Vol. 15, No. 1 (2020), Hal. 1-14


melayang untuk kemudian digunakan dalam Sedimen dasar merupakan partikel yang berat
analisis dimensi untuk menentukan beberapa dan dengan mudah dapat mengendap. Pendekatan
parameter tak berdimensi dan ditetapkan dalam empirik Meyer-Peter Muller lebih unggul
bentuk diagram pergerakan awal/incipient motion dibandingkan dengan persamaan-persamaan
(Breusers & Raudkivi, 1991). Melalui grafik Shield yang lainnya karena rentang data yang digunakan
(Gambar 5), dengan angka Reynold (Re) dan sangat besar (Sattar & Raslan, 2014). Menurut
diamater butiran (d), maka diperoleh nilai Marhendi & Ningsih (2018), besarnya sedimen
tegangan geser kritis (τc). Kriteria pergerakan dasar dapat dihitung menggunakan formula
sedimen dasar sungai dapat berbagai kondisi Meyer-Peter-Muler sebagai berikut:
yaitu τ0 < τc berarti butiran sedimen dasar tidak Ks 3 1

bergerak, τ0 = τc berarti butiran sedimen dasar γx( )2 x R x S = 0,047 (γs − γ)d50 + 0,25 ρ3 xqb 2/3 (4)
Kr
mulai akan bergerak; dan τ0 > τc dimaknai
sebagai butiran sedimen dasar bergerak. Kr =
26
1
Metode Lane dan Kalinske digunakan untuk d 90 6
........................................................................... (5)
merumuskan distribusi konsentrasi muatan
sedimen layang untuk setiap kedalaman aliran y Keterangan:
dengan mengasumsikan bahwa pancaran energi
hidraulik sama dengan pancaran energi sedimen. d50 = diameter rata-rata sedimen (m);
Pancaran energi tersebut dianggap konstan untuk d90 = diameter sedimen persentase lolos 90%
setiap kedalaman aliran sehingga diperoleh (m);
hubungan sebagai berikut:  = massa jenis (kg/m3);
 = berat jenis air (kg/m3);
qsw = q Ca PL e15 wa/(D u*)...................................... (2)
qb = laju angkutan sedimen dasar per satuan
U* = √gds ............................................................................ (3) waktu dan lebar (kg/s/m);
Ss = kemiringan dasar sungai;
Keterangan:
Ks = koefisien kekasaran dasar sungai;
qsw = debit sedimen layang per satuan waktu g = percepatan gravitasi (m/s2); dan
(ton/hari); R = jari-jari hidraulik (m)
q = debit aliran (ft3/s);
Sehingga debit sedimen dasar adalah sebagai
Ca = konsentrasi sedimen layang (lb/gl);
berikut:
ω = kecepatan jatuh rata-rata sedimen untuk
d50 atau d35 (in/s); Qb = qb x B .........................................................................(6)
a = titik referensi dari dasar 2d65 (in);
Keterangan:
D = kedalaman aliran (in);
U* = kecepatan geser (in/s); Qb = debit sedimen dasar per satuan waktu
s = kemiringan dasar sungai; (kg/s)
d = kedalaman sungai (in); B = lebar sungai (m)
PL = rasio rata-rata konsentrasi sedimen
(Gambar 5); fungsi dari w/U* dan
n/D1/6, dimana n adalah koefisien
Manning.

Gambar 5 Hubungan Antara Faktor PL pada Metode Lane dan Kalinske (Simons & Şentürk, 1992)

Hidrodinamika-Azmeri, et al. 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN pada penampang melintang KB-0 dilakukan input
dengan data debit hidrometri. Gambar 7
3.1. Penyusunan dan Kalibrasi Model
merupakan contoh salah satu geometri
Hidrodinamik
penampang melintang Sungai Krueng Baro.
Analisis hidrodinamika diawali dengan input data
Model dijalankan hingga memperoleh kedalaman
berupa data potongan memanjang dan melintang
aliran yang sesuai dengan hasil survey hidrometri.
sungai, koefisien manning, penentuan posisi
Model ini dijalankan untuk persamaan aliran
tanggul kiri dan tanggul kanan sungai, data debit
tunak menggunakan konsep keseimbangan energi
rerata sungai dan debit dari pengukuran
aliran dengan ketinggian permukaan air yang
hidrometri sungai Krueng Baro (Gambar 6).
diketahui di hilir sungai. Nilai awal n sepanjang
Selanjutnya model HECRAS dijalankan untuk
sungai diambil sebesar 0,038 seperti yang
aliran tunak untuk memperoleh hasil analisis
direkomendasikan oleh Chow, Maidment, & Mays
hidrodinamika berupa kedalaman aliran.
(1988) untuk sungai alami. Nilai kalibrasi terakhir
Koefisien manning merupakan parameter dari n bernilai sebesar 0,04. Berdasarkan hasil
kalibrasi dalam pemodelan ini. Sesuai dengan running model diperoleh tinggi air sebesar 0,31 m
penelitian (Hameed & Ali, 2013) kalibrasi (Gambar 8).
dilakukan dengan memilih nilai koefisien
Informasi debit diperlukan dalam perhitungan
kekasaran Manning (n) yang sesuai. Kesesuaian
laju sedimentasi. Menurut Mokonio, Mananoma,
nilai antara model dan hidrometri dengan akurasi
Tanudjaja, & Binilang (2013) proses sedimentasi
yang dapat dipercaya memberikan koefisien
dipengaruhi oleh debit aliran. Angkutan sedimen
manning. Pengukuran kecepatan aliran dilakukan
akan rendah pada saat debit rendah, demikian
pada bulan Mei di bagian hulu dan hilir Bendung
juga sebaliknya.
Keumala. Berdasarkan pengukuran hidrometri
diperoleh kecepatan aliran pada bagian hulu Setelah mendapatkan model yang akurat, model
sebesar 0,97 m/s dan di bagian hilir sebesar dijalankan dengan input koefisien manning 0,04
0,70 m/s. Selanjutnya berdasarkan kecepatan dan dan debit rerata sungai sebesar 12,99 m3/s. Hasil
dimensi sungai terukur, diperoleh debit aliran model HEC-RAS pada KB-0 diperoleh kedalaman
sungai sebesar 20,74 m3/s. Analisis air sebesar 0,29 m (Gambar 9), yang merupakan
hidrodinamika dengan menggunakan HEC-RAS kedalaman air rata-rata pada Sungai Krueng Baro.

Gambar 6 Skematisasi Penampang Sungai Krueng Baro pada Model HEC-RAS

6 Jurnal Irigasi – Vol. 15, No. 1 (2020), Hal. 1-14


keumala2 Plan: Plan 14 8/9/2018

.03 .04 .03


93 Legend
92
EG PF 1
91
Elevation (m) WS PF 1
90 Ground
89 Bank Sta
88

87

86

85
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Station (m)

Gambar 7 Geometri Penampang Melintang Sungai Krueng Baro

Gambar 8 Data Output Model HEC-RAS (KB-0) dengan Input Debit Hidrometri

Gambar 9 Data Output dari Model HEC-RAS (KB-0) pada Input Debit Rerata

Hidrodinamika-Azmeri, et al. 7
3.2. Analisis Karakteristik Sedimen geser kritis (τc) dapat diketahui. Bila tegangan
geser dasar aliran berada diatas nilai kritiknya
Sampel sedimen dari lokasi penelitian dan
maka butiran sedimen bergerak (Tabel 2).
selanjutnya diuji di laboratorium yang
memberikan informasi kerapatan massa dan Berdasarkan tegangan geser, diperoleh informasi
ukuran butiran sedimen, seperti pada Tabel 1. bahwa untuk semua sampel sedimen pada hulu
dan hilir Bendung Keumala terjadi angkutan
Berdasarkan hasil pengujian didapat informasi
sedimen. Pendekatan DuBoys’ dan Shield
jenis tanah pada hulu Bendung Keumala berupa
merupakan salah satu formulasi untuk
kerikil dengan massa jenis rata-rata sebesar
menganalisis transportasi angkutan dasar (Bella,
2,706 g/cm3 dan pada hilir Bendung Keumala
2014). Dalam pendekatan tersebut, sedimen dasar
berupa kerikil dengan massa jenis rata-rata
bergerak secara lapis per lapis (series of layers)
sebesar 2,659 g/cm3. Ukuran butiran sedimen
dalam arah sejajar dasar sungai/saluran.
diperoleh melalui analisis saringan. Selanjutnya
Terdapat variasi kecepatan pada tiap lapis,
ukuran beberapa butiran (yaitu D35, D50, dan
dimana pada lapisan paling atas (permukaan
D90) diplot pada grafik berikut (Gambar 10). dasar aliran) terjadi kecepatan maksimum,
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada hulu sedangkan pada lapisan paling bawah (pada
dan hilir Bendung Keumala mengandung sedimen kedalaman tertentu di bawah dasar) terjadi
dengan rata-rata ukuran partikel sebesar 4,51 mm kecepatan minimum (mendekati nol).
dan 9,25 mm. Berdasarkan konsep tegangan geser inilah
kemudian terdapat formula-formula lain untuk
3.3. Laju Angkutan Sedimen memperkirakan angkutan sedimen dasar. Hal ini
Berdasarkan grafik Shield maka Angka Reynold sesuai dengan hasil penelitian Ikhsan, Raharjo,
(Re) dan diamater butiran (d) pada nilai tegangan Legono, & Kironoto (2016).

Tabel 1 Kerapatan Masa Sampel Sedimen Dasar


Nilai Kerapatan Rata-rata
No Sampel Sedimen
Massa γs (gr/cm3) (gr/cm3)
1. Sampel Sedimen Hulu 1 2,702
2. Sampel Sedimen Hulu 2 2,676 2,706
3. Sampel Sedimen Hulu 3 2,741
4. Sampel Sedimen Hilir 1 2,689
5. Sampel Sedimen Hilir 2 2,610 2,659
6. Sampel Sedimen Hilir 3 2,679

Grafik Gradasi Butiran di Hulu Grafik Gradasi Butiran di Hilir


100 100

90 90

80 80

70 70

60 60

50 50
% lolos
% lolos

40 40

30 30

20 20

10 10

0 0
0.00 0.01 0.10 1.00 10.00 100.00 0.00 0.01 0.10 1.00 10.00 100.00

Diameter Butiran (mm) Diameter Butiran (mm)

Gambar 10 Gradasi Butiran di Hulu dan Hilir Bendung Keumala

8 Jurnal Irigasi – Vol. 15, No. 1 (2020), Hal. 1-14


3.4. Produk Sedimen layang terjadinya penurunan debit sungai. Semakin
tingginya akumulasi sedimen berpotensi
Berdasarkan pengujian sampel sedimen layang
mengurangi kapasitas tampung sungai bila terjadi
yang dilakukan pada Laboratorium Instrumentasi
pada saat musim hujan. Kondisi ini berpotensi
dan Analisis, diperoleh konsentrasi sedimen
banjir pada bagian hilir DAS. Hal ini sesuai dengan
layang (C). Lokasi hulu Bendung Keumala
hasil studi Azinfar (2010) yang menyatakan
mengandung konsentrasi sedimen layang rata-
bahwa daya dukung sedimen sungai berkurang
rata sebesar 5,06 mg/l dan pada hilir Bendung
karena penurunan gradien hidrolik dan energi
Keumala sebesar 4,83 mg/l. Selanjutnya besarnya
yang menyebabkan sedimen diendapkan di hulu.
angkutan sedimen layang menggunakan
Endapan sedimen memiliki efek serius pada
persamaan Lane dan Kalienske untuk masing-
efisiensi struktur air dalam mengendalikan debit
masing sampel yang telah dilakukan pengambilan
yang mengalir di sepanjang sungai dan saluran air
di lapangan (Tabel 3).
(Chen, 2015).
Berdasarkan Tabel 3, sedimen melayang pada
3.5. Produk Sedimen dasar
hulu lebih besar dibandingkan dengan lokasi di
hilir. Hal ini disebabkan karena terdapatnya Muatan sedimen dasar (bed load) merupakan
bangunan bendung yang menyebabkan partikel kasar di sepanjang dasar sungai, yang
terjadinya pengurangan kecepatan aliran pada diperlihatkan berupa gerakan partikel-partikel
hulu bendung. Kondisi ini memberikan potensi dasar sungai. Pergerakan partikel tersebut dapat
sedimen melayang tertahan di hulu bendung. bergeser, menggelinding, atau meloncat namun
Selain itu pengukuran kecepatan dan tidak terlepas dari dasar sungai. Terkadang
pengambilan sedimen dilakukan pada bulan Mei gerakan tersebut berlangsung sampai jarak
dimana kecepatan aliran yang lebih kecil tertentu. Hal ini ditandai dengan bercampurnya
dibandingkan bulan lainnya pada lokasi studi. butiran partikel tersebut ke arah hilir (Chen,
Muatan sedimen merupakan fungsi dari debit 2015). Perhitungan angkutan sedimen dasar
aliran sungai. Muatan sedimen akan mengecil dengan menggunakan persamaan Meyer-Peter
pada debit sungai yang kecil, demikian juga Muller. Angkutan sedimen dasar ini dihitung
sebaliknya. Sebaliknya debit sungai dipengaruhii untuk masing-masing sampel yang telah
oleh adanya peningkatan muatan sedimen. dilakukan pengambilan di lapangan. Hasil
Penumpukan sedimen dalam jumlah besar di angkutan sampel sedimen dasar didapatkan hasil
dasar sungai umumnya dapat mengakibatkan seperti pada Tabel 4.

Tabel 2 Rekapitulasi Nilai τ0 dan τc

No Sampel Sedimen τ0 (N/m2) τc (N/m2) Keterangan


1 Sampel Hulu 1 3,453 1,255 τ0 > τc
2 Sampel Hulu 2 5,707 5,070 τ0 > τc
3 Sampel Hulu 3 19,352 3,607 τ0 > τc
4 Sampel Hilir 1 3,519 0,109 τ0 > τc
5 Sampel Hilir 2 3,440 0,564 τ0 > τc
6 Sampel Hilir 3 1,861 0,743 τ0 > τc

Tabel 3 Angkutan Sampel Sedimen Layang (Qs)

No Sampel Sedimen Qs (ton/hari) Qs rata-rata (ton/hari)

1 Sampel Hulu 1 6,32


2 Sampel Hulu 2 45,08 26,11
3 Sampel Hulu 3 26,92
4 Sampel Hilir 1 4,75
5 Sampel Hilir 2 11,82 7,22
6 Sampel Hilir 3 5,09

Hidrodinamika-Azmeri, et al. 9
Tabel 4 Angkutan Sampel Sedimen Dasar (Qb)
Qs rata-rata
No Keterangan Qb (ton/hari)
(ton/hari)
1 Sampel Hulu 1 90,58
2. Sampel Hulu 2 702,95 465,99
3 Sampel Hulu 3 604,46
4 Sampel Hilir 1 82,55
5 Sampel Hilir 2 282,56 162,67
6 Sampel Hilir 3 122,89

Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa sedangkan pada hilir bentuk aliran sungai
angkutan sedimen di hulu dan hilir bendung, pada cenderung lurus, sehingga total angkutan sedimen
proses pemisahan sedimen dasar terkait erat lebih besar pada posisi tengah aliran sungai.
dengan kemiringan longitudinal. Tipe Bendung
Mempertimbangkan hasil model HEC-RAS,
Keumala berupa bendung Thyroll dengan intake
pengamatan lapangan, dan pengukuran dapat
irigasi berupa bottom outlet. Dampak ini
disimpulkan bahwa di sebagian besar wilayah
dinyatakan dalam variabilitas bentuk, tingkat dan
yang diteliti terutama di jangkauan Bendung
intensitas proses pemisahan. Bendung Keumala
Keumala, karena kemiringan rendah (1,2%) dan
dengan kemiringan longitudinal 1,2% memiliki
kecepatan aliran yang sangat rendah. Total
tipe segregasi negatif. Untuk bendung ini,
sedimen yang terdapat di sekitar areal bendung
kecepatan aliran air yang tinggi, yang dihasilkan
dari kemiringan konstruksi, menyebabkan pada saat debit normal sebesar 6.325.698,93
peningkatan partikel halus dari bagian bendung ton/tahun. Permasalahan sedimentasi di daerah
bawah dan pengangkutannya ke sungai. sekitar tubuh bendung menjadi masalah yang
serius karena sebagian dari sedimentasi yang ada
Adanya bendung mempengaruhi pola debit air dapat mempengaruhi fungsi dan kinerja bendung.
dan debit sedimen. Debit air keluar dari bendung Pendangkalan yang terjadi di hulu Bendung
dapat lebih kecil atau sama dengan debit sungai Keumala juga menjadi permasalahan yang serius
semula, tetapi debit sedimen yang keluar dari bagi intake PDAM Keumala akibat tertutup
bendung dapat dikatakan mendekati nol. Setiap sedimen. Analisis tingkat sedimentasi pada mulut
perubahan aliran dan dimensi karena rekayasa intake ini diperlukan untuk keberlanjutan
akan merubah keseimbangan, karena akan operasional PDAM.
memicu terjadinya gerusan dan pengendapan
menuju ke kondisi sungai yang baru. Gerusan 3.6. Operasi dan Pemeliharanan Bendung
terjadi jika gaya gesek (tractive force) yang terjadi untuk Irigasi
lebih besar dari shear stress yang diizinkan. Masalah sedimentasi yang tinggi merupakan
Gerusan akan terus terjadi sampai sediment kendala yang dihadapi pengelola DI Krueng Baro.
transport capacity tercapai. Ketika debit mengecil Tanpa pengelolaan yang tepat, maka endapan
sedimen mulai dilepas dan mengendap di suatu sedimen yang tinggi menyebabkan kerusakan
tempat di hilir. bendung akibat desakan bangunan tanggul yang
Posisi pengukuran hidrometri dan pengambilan memicu terjadinya guling. Sedimentasi juga
sampel sedimen pada hulu Bendung Keumala menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai di
dilakukan pada daerah setelah adanya belokan. sekitar bendung dan berpotensi terjadi luapan di
Akibat dari belokan tersebut menyebabkan kiri kanan sungai pada debit air tinggi. Selain itu
terjadinya tumpukan sedimen yang cukup besar sedimentasi pada dasar bendung mengakibatkan
pada posisi pengambilan sampel sedimen. berkurangnya volume air efektif pada bendung.
Kedalaman aliran yang terdapat pada posisi Selanjutnya akan mempengaruhi umur
pengambilan sampel sedimen 2 dan 3 adalah yang operasional bendung dan fasilitas-fasilitas irigasi
paling dalam sehingga kecepatan yang terjadi juga di hilirnya. Volume sedimen mempengaruhi
besar. Akibat dari kecepatan tersebut maka kinerja dan fungsi bangunan air tersebut,
terjadilah gerusan pada tebing sisi kiri aliran diantaranya pengoperasian pintu dan
sungai yang kemudian terbawa oleh aliran air dan terganggunya kecepatan air yang menuju ke
menumpuk menjadi sedimentasi. Berdasarkan saluran irigasi.
hasil perhitungan angkutan sedimen yang Azmeri, Jemi, & Amalia (2019) menyatakan bahwa
disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4, nilai angkutan pada saluran primer Irigasi Baro Kanan Bendung
sedimen untuk sampel sedimen hulu 2 dan hulu 3 Keumala terjadi sedimentasi yang cukup tinggi
lebih besar dari pada sampel sedimen hulu 1, walaupun saluran tersusun dari pasangan batu,

10 Jurnal Irigasi – Vol. 15, No. 1 (2020), Hal. 1-14


selain itu disebutkan juga bahwa efisiensi Selain upaya preventif di atas, diperlukan usaha-
pengendapan sedimen Bendung Keumala sebesar usaha dalam operasi dan pemeliharaan, agar
75%. Pembatasan kecepatan di bangunan jaringan irigasi yang telah dibangun dapat
pengatur sampai ± 1,5 m/s bermanfaat untuk berfungsi dan memberikan pelayanan
mengurangi masuknya sedimen ke saluran. sebagaimana mestinya, untuk jangka waktu yang
Ketelitian operasional intake saluran primer telah direncanakan. Berdasarkan kondisi sedimen
diperlukan untuk mendapatkan kecepatan yang yang tinggi pada hulu Bendung Keumala maka
sesuai. Penelitian ini juga melakukan evaluasi operasi dan pemeliharaan yang diperlukan
terhadap performa kantong lumpur, dan adalah:
diindikasi bahwa endapan sedimen tersebut akan
1. Operasi dan pemeliharaan di bendung dan
terus tergerus ketika kantong lumpur dalam
pintu pengambilan irigasi
keadaan penuh. Hal ini mengakibatkan sedimen
ikut terbawa bersama aliran ke saluran primer. Dengan jumlah sedimen yang besar pada hulu
Kondisi ini terjadi akibat operasional intake Bendung Keumala, penting untuk segera dan
saluran primer yang kurang teliti. Beberapa rutin dilakukan pengerukan dan pengangkutan
parameter yang mempengaruhi efisiensi sedimen dari dasar bendung. Kegiatan ini
pengendapan kantong lumpur diantaranya perlu dianggarkan sebagai perawatan rutin
kontrol proses sedimentasi dan jumlah deposit dalam Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
sedimen. Jumlah deposit sedimen tergantung dari Pemeliharaan (AKNOP) Bendung Keumala
karakteristik inflow sedimen (Nindito, Istiarto, & setiap tahunnya. Selain pemeliharaan rutin,
Kironoto, 2008). pengerukan dan pengangkutan sedimen di
hulu Bendung Keumala juga perlu dianggarkan
Kondisi sedimentasi semakin diperparah karena
dalam pemeliharaan berkala setiap 2 tahun
berdasarkan (S. L. Azmeri, Rezkyna, & Jemi, in
sampai dengan 5 tahun.
press) nilai sebaran erosi lahan di DAS Kruang
Baro dengan menggunakan metode USLE sebesar Apabila pelaksanaan pemeliharaan ini tidak
3,31 ton/ha/tahun sampai dengan 815,23 dilakukan, maka akan memperpendek umur
ton/ha/tahun. Menurut Arsyad (2012), secara operasional bendung dan fasilitas-fasilitas
empiris berdasarkan hubungan antara luas DAS irigasi dihilirnya. Pengerukan dan
dan Sediment Delivery Ratio (SDR), DAS Bendung pengangkutan sedimen akan meningkatkan
Keumala seluas 21,075.43 ha menghasilkan SDR kinerja Bendung Keumala sebagai sumber air
sebesar 11% ke arah Bendung Keumala. Namun pada DI Krueng Baro. Kapasitas air pada
ditinjau dari potensi sedimen, maka SDR yang bendung dapat tetap terjaga untuk mengairi
terjadi lebih besar dari kondisi empirik. lahan irigasi sesuai dengan areal rencana awal.
Sedimen dengan jumlah yang besar pada hulu Setelah dilakukan kegiatan pemeliharaan rutin
Bendung Keumala, menyebabkan potensi dan berkala terhadap sedimen di hulu
terjadinya akumulasi sedimen pada kantong Bendung Keumala, maka pengoperasian
lumpur karena terbawa melalui intake irigasi. Hal bendung dapat mengikuti peraturan yang
ini memberikan informasi bahwa sedimentasi berlaku. Pada musim kemarau atau debit
lebih dari 6 juta ton/tahun di hulu bendung perlu normal, pintu pengambilan dapat dibuka
dikelola dengan lebih baik, agar pengoperasian untuk memperoleh debit pengambilan sesuai
saluran irigasi menjadi lebih baik. dengan kebutuhan rencana tanam. Umumnya
kandungan endapan pada musim kemarau
Untuk menanggulangi sedimentasi pada hulu
kecil dan debit normal. Cara pengoperasian
Bendung Keumala, secara struktural perlu segera
bendung melalui pengaliran debit sisa dari
direncanakan bangunan pengendali sedimen di
intake yang dialirkan ke sungai.
bagian hulu Bendung Keumala berupa check dam
pada beberapa titik rentan akumulasi sedimen. Namun pada saat banjir dan tingginya
Selain itu diperlukan upaya non struktural kandungan sedimen di sungai, pintu
pengurangan laju sedimentasi pada Sungai pengambilan ditutup dan pengaliran air di
Krueng Baro melalui pembenahan hulu DAS saluran irigasi dihentikan. Pada saat banjir
berupa reboisasi pada subDAS Beungga yang telah surut dan kandungan sedimen dalam air
merupakan DAS paling rentan terjadinya erosi sesuai toleransi, maka pintu pengambilan
(S. L. Azmeri et al., in press). Upaya ini perlu dioperasikan kembali sesuai dengan keadaan
kerjasama dan komitmen berbagai pihak pada saat debit normal. Endapan sedimen di
termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah hulu Bendung Keumala dalam jangka waktu
dan masyarakat, karena DAS Krueng Baro tertentu harus dibilas.
merupakan DAS strategis nasional.

Hidrodinamika-Azmeri, et al. 11
2. Operasi dan pemeliharaan di kantong lumpur pengurangan angkutan sedimen melayang dan
sedimen dasar ke arah hilir. Total sedimen yang
Pada manual OP Bendung Keumala, telah
terdapat di sekitar areal bendung pada saat debit
ditetapkan bahwa pengoperasian kantong
normal sebesar 6.325.698,93 ton/tahun.
lumpurnya berupa pengurasan berkala selama
7 hari. Menurut A. Azmeri, Jemi, et al. (2019) Sedimentasi di daerah sekitar tubuh bendung
berdasarkan volume kantong lumpur menjadi masalah yang serius karena sebagian dari
eksisting, kapasitas kantong lumpur lebih kecil sedimentasi yang ada dapat mempengaruhi fungsi
dibandingkan dengan akumulasi sedimen yang dan kinerja bendung. Dengan jumlah sedimen
terendap selama 7 hari. Kondisi ini yang besar pada hulu Bendung Keumala, penting
menyebabkan perlunya percepatan jangka untuk segera dan rutin dilakukan pengerukan dan
waktu pembilasan menjadi setiap hari, agar pengangkutan sedimen dari dasar bendung.
terkontrolnya kapasitas kantong lumpur. Hal Kegiatan ini dapat berupa pemeliharaan rutin
ini sesuai dengan penelitian Faqih & Azizi secara tahunan dan berkala setiap 2 tahun sampai
(2018) yang menyebutkan perlunya dengan 5 tahun. Tanpa pelaksanaan pemeliharaan
penjadwalan yang tepat untuk periode ini, maka akan memperpendek umur operasional
pembilasan, agar kantong lumpur dapat bendung dan fasilitas irigasi lainnya dihilir.
berfungsi dengan efektif dan efisien.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pembilasan setiap hari merupakan pembilasan
yang terus menerus. Pengoperasian tipe ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada
bahwa endapan pada kantong lumpur tidak Universitas Syiah Kuala untuk dana yang
dibiarkan mengendap, melainkan dikuras diberikan dalam penelitian ini.
terus menerus melalui pintu penguras yang DAFTAR PUSTAKA
dipasang di ujung kantong lumpur. Oleh
Arsyad, S. (2012). Konservasi Tanah dan Air. (H. Siregar,
karena itu debit air yang masuk melalui pintu
Ed.) (2 ed.). Bogor, Indonesia: IPB Press.
pengambilan harus lebih besar, sebanyak debit
saluran (Qs) ditambah debit pengurasan (Qp) Azinfar, H. (2010, Februari). Flow Resistance and
dari dasar. Namun operasi semacam ini Associated Backwater Effect Due to Spur Dikes
dilakukan hanya pada saat banjir ketika in Open Channels (Disertasi). Department of
Civil and Geological Engineering, University of
kandungan endapan dalam air sungai cukup
Saskatchewan, Saskatchewan, Canada.
tinggi, sedangkan di musim kemarau dapat Diperoleh dari https://harvest.usask.ca/
diadakan pengurasan berkala. handle/10388/etd-03012010-130940
IV. KESIMPULAN Azmeri, A., Jemi, F. Z., & Amalia, N. A. (2019). Evaluation
of the settling basin of Keumala Weir, Krueng
Model HEC-RAS telah menunjukkan kinerja yang
Baro River, Aceh, Indonesia. Aceh
baik pada Sungai Krueng Baro. Input nilai International Journal of Science and
koefisien manning sebesar 0,04 dan data debit Technology, 8(2), 95–105.
hidrometri sebesar 20,74 m3/s menghasilkan
kedalaman aliran sebesar 0,31 m. Hal ini Azmeri, Hadihardaja, I. K., Shaskia, N., & Admaja, K. S.
(2017). Completion of potential conflicts of
mendekati kedalaman air hasil survey hidrometri
interest through optimization of Rukoh
(0,30 m). Dengan demikian dapat disimpulkan reservoir operation in Pidie District, Aceh
bahwa nilai koefisien manning 0,04 sudah sesuai Province, Indonesia (hlm. 100001).
untuk model Sungai Krueng Baro. Berdasarkan Dipresentasikan pada Proceedings of The 3rd
hasil model HEC-RAS, debit rerata Sungai Krueng International Conference on Construction and
Baro adalah sebesar 12,99 m3/s dengan Building Engineering (ICONBUILD),
kedalaman air sebesar 0,29 m. Palembang, Indonesia. https://doi.org/
10.1063/1.5011611
Kapasitas aliran sediment transport sepanjang
dasar Sungai Krueng Baro bervariasi secara Azmeri, S. L., Rezkyna, N., & Jemi, F. Z. (in press). GIS-
USLE interphase modelling of soil erosion
langsung dengan adanya perbedaan antara
hazard for Krueng Baro Watershed in
tegangan geser pada sedimen dasar dan tegangan Indonesia. Journal of Chinese Soil and Water
geser kritis yang diizinkan untuk partikel yang Conservation.
bergerak. Semua sampel sedimen pada hulu dan
hilir Bendung Keumala menunjukkan terjadinya Azmeri, Yulianur, A., Zahrati, U., & Faudli, I. (2019).
Effects of irrigation performance on water
angkutan sedimen. Pengurangan aliran akibat
balance: Krueng Baro Irrigation Scheme
adanya pembendungan menyebabkan perubahan (Aceh-Indonesia) as a case study. Journal of
pada morfologi sungainya, dan pengurangan Water and Land Development, 42(1), 12–20.
pelepasan air telah menyebabkan terjadinya https://doi.org/10.2478/jwld-2019-0040

12 Jurnal Irigasi – Vol. 15, No. 1 (2020), Hal. 1-14


Balai Wilayah Sungai Sumatera I. (2017). Penyusunan Kheder, K., Ahmed, A., Ghumman, A. R., Hashmi, H. N., &
Penilaian Kinerja dan AKNOP Jaringan Irigasi Ashraf, M. (2014). Sediment transport
Kewenangan Pemerintah Pusat (D.I. Krueng investigations using three dimensional
Baro) (Laporan akhir). Aceh, Indonesia: Balai numerical modeling in a large canal: Marala
Wilayah Sungai Sumatera I. Ravi Link Canal (Pakistan). International
Journal of Scientific & Engineering Research,
Bella, R. (2014). Analisis perhitungan muatan sedimen
5(3), 1–13.
(bed load) pada Muara Sungai Lilin Kabupaten
Musi –Banyuasin. Journal of Civil and Marhendi, T., & Ningsih, D. laras S. (2018). Prediksi
Environmental Engineering, 2(1), 125–130. peningkatan sedimentasi dengan metode
angkutan sedimen (studi kasus sedimentasi di
Breusers, H. N. C., & Raudkivi, A. J. (1991). Scouring:
Waduk Mrica). Techno, 19(2), 87-94–94.
Hydraulic Structures Design Manual Series
https://doi.org/10.30595/techno.v19i2.3006
(Vol. 2). Rotterdam, Holland: Balkema.
McCully, P. (2001). Silenced Rivers: The Ecology and
Brunner, G. W. (2010). HEC-RAS River Analysis System
Politics of Large Dams. London, UK: Zed Books.
Hydraulic Reference Manual. California, USA:
Diperoleh dari
US Army Corps of Engineers.
https://www.internationalrivers.org/resourc
Chen, S.-H. (2015). Hydraulic Structures. Berlin es/silenced-rivers-the-ecology-and-politics-
Heidelberg: Springer-Verlag. https://doi.org/ of-large-dams-4043
10.1007/978-3-662-47331-3 Mohammad, M. E., Al‐Ansari, N., Issa, I. E., & Knutsson, S.
Chow, V. T., Maidment, D. R., & Mays, L. W. (1988). (2016). Sediment in Mosul Dam reservoir
Applied Hydrology. New York: McGraw-Hill. using the HEC-RAS model. Lakes & Reservoirs:
Science, Policy and Management for
Depeweg, H., & Méndez V, N. (2002). Sediment Sustainable Use, 21(3), 235–244.
transport applications in irrigation canals. https://doi.org/10.1111/lre.12142
Irrigation and Drainage, 51(2), 167–179.
https://doi.org/10.1002/ird.49 Mokonio, O., Mananoma, T., Tanudjaja, L., & Binilang, A.
(2013). Analisis sedimentasi di muara Sungai
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2009). Pedoman Saluwangko di Desa Tounelet Kecamatan
Konstruksi dan Bangunan Sipil Survei dan Kakas Kabupaten Minahasa. Jurnal Sipil Statik,
Monitoring Sedimentasi Waduk. Jakarta, 1(6), 452–458.
Indonesia: Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air, Departemen Pekerjaan Umum. Nindito, D. A., Istiarto, & Kironoto, B. A. (2008). Simulasi
numeris tiga dimensi kantong lumpur
Faqih, N., & Azizi, F. N. (2018). Pengaruh Interval Bendung Sapon. Civil Engineering Forum
Pembilasan terhadap Efektivitas Kantong Teknik Sipil, 18(1), 712–724.
Lumpur Bendung Slinga Kabupaten
Purbalingga. Dalam Prosiding Seminar Ochiere, H. O., Onyando, J. O., & Kamau, D. N. (2015).
Nasional Pendidikan Fisika FITK UNSIQ (Vol. Simulation of sediment transport in the canal
1). Wonosobo, Indonesia. using the HEC-RAS (Hydrologic Engineering
Centre–River Analysis System) in an
Garde, R. J., & Rangga Raju, K. G. (2000). Mechanics of underground canal in Southwest Kano
Sediment Transportation and Alluvial Stream Irrigation Scheme–Kenya. International
Problems (3rd ed). New Delhi, India: New Age Journal of Engineering Science Invention, 4(9),
International. 15–31.
Hameed, L. K., & Ali, S. T. (2013). Estimating of Omran, Z. A., & Jaber, W. S. (2017). Simulation of
Manning’s Roughness Coefficient for Hilla sediment transport in Al- Hilla River in Iraq
River through calibration using HEC-RAS using the HEC-RAS Software. Journal of
model. Jordan Journal of Civil Engineering, Kerbala University, 15(4), 8–18.
159(701), 1–10. https://doi.org/10.12816/
0000543 Onyando, J. O., Kisoyan, P., & Chemelil, M. C. (2005).
Estimation of potential soil erosion for River
Ikhsan, C., Raharjo, A. P., Legono, D., & Kironoto, B. A. Perkerra Catchment in Kenya. Water
(2016). Efek tegangan geser dasar yang terjadi Resources Management, 19(2), 133–143.
pada lapisan pelindung terhadap karakteristik https://doi.org/10.1007/s11269-005-2706-5
kemiringan dasar saluran. Jurnal Teknik Sipil,
23(3), 197–202. https://doi.org/10.5614/ Sattar, A. M. A., & Raslan, Y. M. (2014). Predicting
jts.2016.23.3.4 morphological changes DS New Naga-
Hammadi Barrage for extreme Nile flood
International Sediment Initiative. (2011). Sediment flows: A Monte Carlo analysis. Journal of
Issues & Sediment Management in Large River Advanced Research, 5(1), 97–107.
Basins Interim Case Study Synthesis Report. https://doi.org/10.1016/j.jare.2012.12.004
Beijing, China: UNESCO & IRTCES.

Hidrodinamika-Azmeri, et al. 13
Simons, D. B., & Şentürk, F. (1992). Sediment Transport Zhang, W., Xu, Y., Wang, Y., & Peng, H. (2014). Modeling
Technology: Water and Sediment Dynamics. sediment transport and river bed evolution in
Colorado, USA: Water Resources Publication. river system. Journal of Clean Energy
Technologies, 2(2), 175–179.
https://doi.org/10.7763/JOCET.2014.V2.117

14 Jurnal Irigasi – Vol. 15, No. 1 (2020), Hal. 1-14

You might also like