You are on page 1of 7

Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 13, No. 1, April 2019, 40─46 doi: 10.9744/pemasaran.13.1.

40─46
p-ISSN 1907-235X / e-ISSN 2597-615X

ANALISIS PENGARUH FASHION INVOLVEMENT TERHADAP


IMPULSE BUYING MELALUI HEDONIC VALUE DI H&M STORE
PAKUWON MALL SURABAYA

Angela Natalie A.1, Edwin Japarianto1*


1
Program Studi Manajemen, Fakultaas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwanalkerto 121-131, Surabaya 60236
* Penulis korespondensi; E-mail: edwinj@petra.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Fashion Involvement terhadap Impulse Buying melalui
Hedonic Value yang dilakukan oleh konsumen fashion di H & M Store Pakuwon Mall Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan
dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden pelanggan H & M di Pakuwon Mall Surabaya.Teknik analisa yang
digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode path analisis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa fashion
involvement berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap hedonic value, fashion involvement berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap impulse buying, dan hedonic value berpengaruh secara berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap impulse buying, serta menunjukan bahwa hedonic value sebagai variable intervening tidak berhasil
memediasi hubungan antara fashion involvement dan impulse buying.

Kata kunci: Fashion involvement, hedonic value, impulse buying.

Abstract: The purpose of this research is to analyze the impact between fashion involvement and Impulse buying by hedonic
value that consument does in H & M Pakuwon Mall store in Surabaya. This study is causally using a quantitative approach.
The collection of data in a structured way and using statistical methods as the analysis of data. The method used is a survey
method that opens a structured questionnaire. This research conducted by spreading 100 questionnaires to customers of H
& M Pakuwon Mall Surabaya. Analysis quantitative with path analysis method will be the technique method to analyze this
research. The results of this study indicate fashion involvement influence positively and significantly related to hedonic value,
fashion involvement affect positively and significantly related to impulse buying, hedonic value in a positive and significant
impact on impulse buying. However, the results of this study indicates that the hedonic value cannot be a mediator of
variable intervening between fashion involvement and impulse buying.

Keywords: Fashion involvement, hedonic value, impulse buying.

PENDAHULUAN Involvement telah memainkan peran penting


dalam literatur tentang pemasaran. Telah ditemukan
Pada zaman sekarang ini pengaruh perkembang- bahwa Fashion Involvement mempengaruhi keadaan
an era globalisasi dan modernisasi dirasakan oleh emosi konsumen selama berbelanja (Park et al., 2006)
sebagian besar masyarakat di Indonesia. Kesadaran dan secara positif memengaruhi Impulse Buying.
masyarakat akan pentingnya fashion juga merupakan Didukung pula oleh hasil penelitian sebelumnya
salah satu penyebab perkembangan tersebut karena bahwa Fashion Involvement memiliki dampak positif
masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan infor- pada perilaku pembelian impulsif berbasis fashion,
masi seputar perkembangan fashion internasional, hal maka Fashion Involvement dapat digunakan sebagai
tersebut menghasilkan perubahan masyarakat dalam ukuran keterlibatan pelanggan terhadap produk fashi-
memilih gaya berpakaian mereka. Tingkat kesadaran on untuk mengetahui hubungan antara fashion invol-
akan fashion yang tinggi memicu munculnya Fashion vement terhadap impulse buying pelanggan.
Involvement dalam gaya hidup masyarakat. Setiap Meskipun pembelian semacam itu tidak dise-
konsumen berbeda sesuai dengan tingkat keterlibatan ngaja, tetapi tetap dianggap memuaskan kebutuhan
mereka dalam konsumsi fashion, konsumen dengan tertentu (Hausman, 2000). Impulse Buying terkait de-
tingkat keterlibatan fashion yang tinggi menganggap ngan hedonisme (Rook and Hoch, 1985). Konsumen
konsumsi pakaian haruslah relevan dengan sense diri melaporkan bahwa mereka merasa lebih baik setelah
mereka dan dapat menjadi pemimpin opini di antara pembelian impulsif (Rook, 1987), bahkan mengalami
rekan-rekan mereka (Goldsmith et al., 1999; (O’Cass, rasa dihargai dan konsumen cenderung memuaskan
2000); Douglas et al., 1976). Lebih spesifiknya, Fa- hasrat hedonis mereka melalui pembelian impulsif
shion Involvement dapat meningkatkan kecenderung- (Hausman, 2000). Kecenderungan konsumsi hedonik
an untuk pembelian produk fashion (Han et al., 1991; secara positif mempengaruhi dengan baik kecen-
(Park, Kim, & Forney, 2006). derungan Impuls Buying Fashion, temuan ini didu-

40
Natalie:Analisis Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying 41

kung oleh penelitian sebelumnya (Park et al., 2006). hal tersebut, maka penelitian ini akan membahas
Menurut Park, Kim dan Forney (2006), Hedonic mengenai analisis pengaruh Fashion Involvement
shopping value memainkan peran penting dalam terhadap Impulse Buying melalui Hedonic Value
impulse buying. Oleh karena itu, sering kali konsu- dengan pemilihan objek penelitian yaitu toko ritel
men mengalami impulse buying ketika didorong oleh fashion H&M di Pakuwon Mall Surabaya.
keinginan hedonis atau sebab lain di luar alasan
ekonomi, sebagai contoh seperti disebabkan oleh rasa LANDASAN TEORI
senang, fantasi, sosial, atau pengaruh emosional.
Dalam studi pada mahasiswa, Park et al. (2006) Fashion Involvement
menemukan bahwa siswa memenuhi kebutuhan Involvement memiliki arti sebuah ikatan atau
hedonis mereka melalui pembelian impuls yang keterlibatan antara seseorang dengan sebuah objek
berorientasi pada mode. Liapati (2015), menemukan yang didasari oleh kebutuhan, nilai dan juga keter-
bahwa impulsivitas afektif konsumen memiliki dam- tarikan serta keuntungan yang dapat mereka dapatkan
pak positif yang kuat pada perilaku impulse buying. dari objek tersebut (berupa merek, iklan atau bahkan
Melihat dari hasil penelitian sebelumnya ter- situasi pembeli). Sedangkan arti Fashion Involvement
sebut dapat diketahui adanya hubungan antara Fa- menurut beberapa ahli merupakan tingkat keterlibatan
shion Involvement terhadap Impulse Buying dalam konsumen dengan fashion dimana mereka cenderung
Hedonic Value dalam konsumsi produk fashion mengutamakan pakaian sebagai bagian sentral dalam
seseorang. Pemahaman tersebut memerlukan peneliti- kehidupan mereka karena fashion dianggapnya se-
an lebih lanjut terhadap sebuah objek yang spesifik bagai tanggung jawab sosial dan mereka cenderung
agar dapat menghasilkan sebuah strategi marketing menggunakan fashion mode terbaru. (O’Cass, 2004,
yang optimal dikemudian hari terutama bagi perusa- p. 870); (Park et al., 2006).
haan ritel fashion internasional yang masuk kedalam Fashion Involvement memiliki 5 dimensi utama
pasar dalam negri tepatnya di Surabaya. yang dikonseptualisasikan dari tingkat kesadaran ren-
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan dah hingga tertinggi menurut (Douglas, 1976):
kepada 34 responden usia remaja 17 – 25 tahun ber- 1. Fashion innovativeness and time of purchase
lokasi di Surabaya yang memiliki Fashion Involve- 2. Fashion interpersonal communication
ment dan memiliki pengalaman berbelanja di H&M 3. Fashion interest
Pakuwon Mall Surabaya, terdapat hasil yang men- 4. Fashion eligibility
dukung pemilihan objek penelitian di H&M Pakuwon 5. Fashion awareness and reaction to fashion trends
Mall Surabaya karena objek penelitian tersebut men-
cangkup seluruh variable yang diteliti yaitu Fashion Impulse Buying
Involvement, Hedonic Value dan Impulse Buying. Impulse buying adalah perilaku pembelian yang
Tidak hanya berkaca dari hasil kuesioner ter- mendadak, menarik, dan hedonis kompleks di mana
sebut, penulis pun melakukan observasi lapangan dan proses keputusan impuls tersebut tanpa pertimbangan
hasil yang saya temukan secara umum konsumen yang bijaksana dan tanpa mementingkan informasi
yang melakukan impulse buying karena tingginya alternatif dan pilihan (Bayley dan Nancarrow, 1998).
ketertarikan akan model serta kualitas dari produk Beberapa macam dari barang-barang pelanggan
fashion yang disediakan, keinginan untuk memiliki berasal dari pembelian tidak terencana (impulse
produk fashion tersebut dan kepentingan agar mereka buying), barang-barang yang dilaporkan paling se-
dapat menarik perhatian karena menggunakan produk ring dibeli adalah pakaian, perhiasan ataupun akse-
fashion terkini dari H&M. Model dari fashion H&M soris yang dekat dengan diri sendiri dan mendukung
sendiri tidak hanya mengikuti fashion terkini me- penampilan (Park et al.,2006).
lainkan fashion dengan gaya basic yang dapat diguna- Menurut penelitian Engel et al. (1995:156)
kan sepanjang masa. Untuk kualitas dari produk itu dalam Japarianto (2011), pembelian berdasar impulse
sendiri sangat sesuai dengan nominal yang relatif memiliki satu atau lebih karakteristik berikut ini:
terjangkau untuk dikeluarkan oleh konsumen H&M (1) Spontanitas.
serta menggunakan bahan yang aman dan nyaman. (2) Kekuatan, kompulsi, dan intensitas.
Kesimpulan dari data diatas adalah konsumen (3) Kegairahan dan Stimulasi.
(4) Ketidakpedulian akan akibat.
dari H&M memiliki kecenderungan kesadaran akan
fashion dan melakukan pembelian secara impulse
Hedonic Value
buying atau tidak terencana sebelumnya melalui
hedonic value yang dimiliki para konsumen tersebut Hedonic value berasal dari kesenangan dan ke-
yang disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan nikmatan pengalaman dalam proses belanja (Holbrook
42 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 40─46

& Hirschman, 1982). Maka dapat dilihat bahwa dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh pene-
hedonic value mencerminkan potensi hiburan dan liti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan-
nilai emosional dari belanja itu sendiri. Kegiatan se- nya. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan
perti melihat-lihat display atau cuci mata dan men- H&M store di Pakuwon Mall Surabaya.
jelajahi rak-rak yang dipamerkan, mengobrol dengan
staf dan bersenang-senang seperti menemukan barang Sampel
murah membuat perjalanan belanja menjadi sebuah
petualangan. Jadi meskipun belanja tidak menghasil- Sampel merupakan unsur-unsur dari jumlah dan
kan pembelian yang sebenarnya, hedonic value masih karakteristik yang dimiliki oleh populasi dimana
dapat diperoleh dari banyak aspek proses belanja peneliti ingin melakukan kajian pemasaran (Wahdi,
(Markin et al., 1976). 2011). Dalam penelitian ini, peneliti akan mengguna-
Menurut (Arnold & Reynolds, 2003) terdapat kan teknik nonprobability sampling, dimana semua
beberapa dimensi dalam hedonic value: populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk
1) Adventure shopping, menjadi responden dan pengambilan sampel didasar-
2) Social shopping, kan pada pertimbangan peneliti (Churchill, 2005)
3) Gratification shopping, (Wahdi, 2011). Sampel diambil/terpilih karena ada di
4) Idea shopping, H&M Pakuwon Mall Surabaya dan sedang berbe-
5) Role shopping, lanja merek H&M.
6) Value shopping
Definisi Operasional Variabel
Model Penelitian Fashion Involvement (X1)
Fashion Involvement merupakan tingkat keter-
Hedonic libatan konsumen dengan fashion dimana mereka
Value cenderung mengutamakan pakaian sebagai bagian
H2
H1 sentral dalam kehidupan mereka karena fashion di-
anggapnya sebagai tanggung jawab sosial dan mereka
cenderung menggunakan fashion mode terbaru.
Fashion Impulse
Dimensi dari Fashion involvement adalah se-
Involvement Buying bagai berikut:
H3  Xi. Saya mengutamakan menggunakan mode
Fashion yang inovatif.
Gambar 1. Model Penelitian  Xi. Saat H&M mengeluarkan mode pakaian ter-
baru di season ini, saya langsung membeli pakaian
Hipotesa tersebut di awal season.
H1: Fashion involvement berhubungan positif ter-  Xi. Saya sering memberikan informasi seputar
hadap hedonic value konsumen di H&M Paku- fashion di H&M kepada orang sekitar saya.
won Mall Surabaya  Xi. Saya memiliki ketertarikan yang tinggi jika
H2: Fashion involvement berhubungan positif ter- membahas seputar fashion produksi H & M
hadap impulse buying konsumen di H&M  Xi. Saya memiliki pengetahuan yang banyak se-
Pakuwon Mall Surabaya putar fashion seperti mode yang terbaru, bahan
H3: Hedonic value berhubungan positif terhadap yang nyaman, tren fashion sepanjang masa dan
impulse buying konsumen di H&M Pakuwon banyak lainnya.
Mall Surabaya  Xi. Saya selalu mengikuti semua perubahan mode
meskipun saya tidak selalu mencoba untuk ber-
METODE PENELITIAN pakaian sesuai dengan perubahan fashion ini

Populasi Impulse Buying (Y1)


Menurut (Churchill, 2005; Parasuraman, 1991) Impulse Buying adalah perilaku pembelian yang
populasi merupakan gabungan elemen yang memiliki tidak direncanakan sebelumnya dan tanpa pertim-
berbagai karakteristik yang serupa, dan mencakup bangan yang mendalam karena didorong oleh kondisi
semesta untuk kepentingan masalah riset pemasaran. emosi seseorang tanpa memikirkan kemungkinan
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari adanya akibat negatif yang biasanya barang tersebut
obyek atau subyek yang dimana mempunyai kualitas terdiri dari barang dengan harga yang terjangkau dan
Natalie:Analisis Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying 43

berukuran kecil. Dimensi dari Impulse Buying sebagai T-test


berikut:
Di dalam penelitian ini terdapat variabel inter-
 Yi. Saya sering melakukan pembelian secara tiba-
vening yaitu penghubung antara variabel dependen
tiba di H&M Pakuwon Mall Surabaya.
dan variabel independen. Pengujian hipotesis mediasi
 Yi. Saya tidak berpikir panjang pada saat berbe- (variabel intervening) dapat dilakukan dengan prose-
lanja barang fashion di H&M Pakuwon Mall dur t-test. Pengujian t-test digunakan untuk mendapat-
Surabaya.
kan nilai t-statistik yang diperlukan apabila peneliti
 Yi. Saya berambisi mendapatkan produk fashion ingin melakukan uji hipotesis, sehingga peneliti dapat
tersebut dan mengesampingkan hal lainnya. mengatakan pengaruh sebuah variabel dapat dikata-
 Yi. Saya merasa bersemangat jika berbelanja pro- kan memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak. T-
duk H&M. test dilakukan dengan menggunakan metode boot-
 Yi. Saya cenderung tidak memikirkan resiko jika strapping.
saya berbelanja produk H&M. Metode bootstrapping adalah suatu proses peng-
ujian re-sampling yang dilakukan oleh sistem kom-
Hedonic Value (Z1) puter untuk mengukur akurasi pada sample estimate.
Hedonic value merupakan sebuah nilai yang Bootstraping digunakan untuk mengukur akurasi
dirasakan oleh konsumen yang disebabkan oleh pada sample. Apabila nilai bootstrap lebih dari (>)
pengalaman proses berbelanja yang menjadikan se- 1.96 maka dinyatakan bahwa variabel tersebut me-
buah hiburan bagi konsumen walaupun tidak meng- miliki pengaruh yang signifikan sedangkan apabila
hasilkan pembelian yang sebenarnya. nilai bootstrap lebih rendah (<) dari 1.96, maka di-
Dimensi variabel Hedonic Value dalam peneliti- nyatakan pengaruh variabel tersebut lemah (Abdillah
an ini yaitu: & Hartono, 2015).
 Zi. Dengan berbelanja Saya merasakan memiliki
sensasi tersendiri dan Saya merasa di dunia Saya Statistik deskriptif
sendiri.
Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan
 Zi. Belanja adalah cara untuk menghabiskan wak-
data secara deskriptif yang menggambarkan karakte-
tu bersama teman dan / atau anggota keluarga.
ristik responden serta berbagai jawaban responden
 Zi. Ketika suasana hati saya “Bad mood”, saya
agar mampu digunakan sebagai kesimpulan dari hasil
pergi berbelanja untuk membuat saya merasa le-
kuesioner yang telah disebarkan selama penelitian ini.
bih baik.
 Zi. Saya pergi berbelanja ketika saya ingin me-
ANALISA DAN PEMBAHASAN
manjakan diri saya dengan sesuatu yang Special.
 Zi. Saya merasa baik ketika saya membeli barang-
Analisa Deskriptif
barang untuk orang-orang spesial dalam hidup
saya.
Tabel 1.CrosstabulationPengeluaran Belanja dan Pembeli-
 Zi. Saya menikmati berbelanja untuk teman dan an Tiba–tiba
keluarga saya.

ALAT ANALISA
Path Analysis
Statistik pada model path analysis dilakukan
dengan menggunakan metode partial least square.
Partial Least Square (PLS) adalah bagian dari struk- Pada tabel 1, variable Impulse buying membahas
tural equation marketing (SEM). PLS merupakan tentang bagaimana konsumen H&M melakukan pem-
teknik yang banyak diminati karena tidak mem- belian yang tidak direncanakan sebelumnya karena
butuhkan distribusi normal atau dapat dikatakan adanya dorongan emosi. Jika dilihat dari tabel diatas
sebuah penelitian dengan jumlah sampel yang sedikit. responden yang memiliki lebih banyak uang untuk
Salah satu kelebihan PLS-SEM adalah mampu berbelanja lebih cenderung melakukan pembelian
menangani model yang kompleks dengan multiple secara tiba–tiba dibandingkan dengan responden yang
variabel independen dan dependen dengan banyak memiliki budget atau uang untuk berbelanja.
indikator, dapat digunakan pada sampel dengan Pada tabel 2, variable yang sama yaitu Impulse
jumlah kecil, dan data distribusi yang condong Buying menunjukkan bahwa semakin sedikit lama
(Abdillah & Hartono, 2015). waktu konsumen H&M berbelanja maka konsumen
44 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 40─46

semakin tidak berpikir panjang dalam berbelanja intervening yang dimana memperlemah hubungan
produk tersebut dibandingkan dengan konsumen antara fashion involvement dengan impulse buying
yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk sebesar 0.078 yang dimana merupakan hasil perkalian
berbelanja. antara 0.380 dan 0.206. Hubungan fashion involve-
ment terhadap impulse buying secara langsung me-
Tabel 2. Crosstabulation Lama Waktu Berbelanja dengan nunjukan angka 0.339 dimana angka yang menun-
Tidak Berpikir Panjang jukan hubungan secara langsung ini lebih besar
daripada menggunakan hedonic value sebagai varia-
ble intervening.

Tabel 3. Crosstabulation Pengeluaran Belanja dan Mem-


perbaiki Suasana Hati

Gambar 2. Path Coefficient dan Coefficient of Determina-


tion

Nilai coefficient of determination (R2) yang di


dalam gambar menunjukan bahwa fashion involve-
Pada tabel 3, variabel Hedonic Value yang ment mampu menerangkan hedonic value dan
membahas tentang sebuah nilai yang dirasakan oleh impulse buying sebesar 0.195 dan 0.136 secara
konsumen dimana nilai tersebut disebabkan oleh berurutan. Hasil dari Nilai coefficient of determination
pengalaman proses berbelanja seseorang yang men- (R2) lebih kecil dari 0.5 sehingga menunjukan infor-
jadikan berbelanja sebagai sebuah hiburan bagi orang masi antar tiap tiap variabel yang tidak terlalu kuat.
tersebut. Jika melihat dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa semakin besar nominal pembelanjaan yang T-statistic
dikeluarkanatau daya beli konsumen maka semakin T-statistic pada pengaruh fashion involvement
tinggi nilai berbelanja untuk memperbaiki suasana terhadap hedonic value menunjukan 4.470 yang arti-
hati. nya fashion involvement berpengaruh signifikan ter-
Tabel 4. Crosstabulation Pengeluaran Belanja dengan hadap hedonic value.T-statistic pada pengaruh fashi-
Berbelanja untuk Memanjakan Diri on involvemen terhadap impulse buying menunjukan
3.417 yang artinya fashion involvement berpengaruh
signifikan terhadap impulse buying.T-statistic pada
hedonic value terhadap impulse buying menunjukan
2.080 yang artinya hedonic value berpengaruh signifi-
kan terhadap impulse buying.
Pada tabel 4, dengan variable yang sama yaitu PEMBAHASAN
Hedonic value dapat dilihat bahwa semakin besar
nominal konsumen dalam berbelanja produk H&M Fashion Involvement terhadapHedonic Value
maka semakin besar pula hedonic value khususnya
Penelitian ini memiliki hasil bahwa Fashion
dalam berbelanja untuk memanjakan diri mereka
involvement pada pembelanjaan produk fashion di
yang dirasakan oleh konsumen tersebut.
H&M Pakuwon Mall Surabaya memiliki pengaruh
terhadap Hedonic value secara signifikan dengan nilai
Evaluasi Path Coefficient dan Coefficient of deter-
uji T-statistic >1.96 yaitu 4.470.
mination
Hasil terebut yang menyatakan bahwa Fashion
Pada analisa path coefficient ini telah terbukti Involvement memiliki pengaruh yang signifikan
bahwa hedonic value bukan merupakan variabel terhadap Hedonic Value mendukung hasil penelitian
Natalie:Analisis Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying 45

yang telah dilakukan sebelumnya oleh Park et al. Hedonic Value terhadap Impulse Buying
(2006) yang menemukan bahwa siswa bidang tekstil
Penelitian ini memiliki hasil bahwa Hedonic
memenuhi kebutuhan hedonis mereka melalui pem-
value pada pembelanjaan produk fashion di H&M
belian impuls yang berorientasi pada Fashion karena
Pakuwon Mall Surabaya memiliki pengaruh terhadap
adanya sebuah ikatan atau keterikatan pada mode
Impulse buying secara signifikan dengan nilai uji T-
tersebut, Dengan adanya Fashion Involvement sese-
statistic >1.96 yaitu 2.080.
orang akan merasakan hedonic value karena dengan
Penelitian ini mendukung pernyataan bahwa
selama proses hedonic tersebut berlangsung sese-
perilaku impulse buying didorong oleh tujuan mencari
orang akan merasa terhibur dan mendapatkan banyak
hedonistik atau kesenangan yang menyebabkan kon-
informasi seputar fashion. Semakin tinggi Fashion
sumen mengalami keinginan untuk membeli atau
Involvement seseorang maka semakin tinggi pula
memiliki sebuah produk (Virvilaitơ & Saladienơ,
Hedonic Value dirasakan orang tersebut terutama
2012). Para responden yang merasakan hedonic value
pada proses berbelanja produk fashion.
ketika berbelanja produk fashion di H&M store ter-
H&M sendiri telah melakukan banyak upaya
sebut cenderung terdorong untuk melakukan pembeli-
untuk meningkatkan hedonic value pada penyediaan
an secara impulse, dibuktikan dari hasil kuesioner
produk fashion kepada para konsumennya. Terbukti
yang menyatakan bahwa mereka yang merasakan
dengan hasil yang menyatakan H&M dapat mem-
berbelanja dapat memberikan nilai bagi mereka
berikan sebuah hedonic value dalam berbelanja
dimana hal tersebut disebabkan oleh pengalaman
sebagai aktivitas untuk menghabiskan waktu bersama
proses berbelanja yang menjadikan sebuah hiburan
dengan keluarga dan teman, memperbaiki suasana
bagi responden terdorong melakukan pembelian
hati, memanjakan diri, serta berbelanja barang untuk
impulse karena mereka secara tiba–tiba berbelanja
diberikan kepada orang yang special bagi konsumen
tanpa merencanakannya terlebih dahulu serta menge-
yang memiliki tingkat keterlibatan terhadap fashion
tersebut. Maka dapat disimpulkan H&M telah ber- sampingkan hal lain di luar belanja dan tidak me-
hasil memberikan sebuah hedonic value kepada mikirkan resiko serta tidak berpikir panjang dahulu.
konsumen yang memiliki fashion involvement. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan melaku-
kan pembelian impul tersebut maka semakin tinggi
Fashion Involvement terhadap Impulse Buying nilai yang responden rasakan dalam proses berbelanja
di H&M Pakuwon Mall Surabaya, dan hal ini
Penelitian ini memiliki hasil bahwa Fashion menunjukkan arti bahwa H&M telah berhasil mem-
involvement pada pembelanjaan produk fashion di berikan hedonic value yang lebih lagi kepada para
H&M Pakuwon Mall Surabaya memiliki pengaruh konsumen karena jika seseorang masuk ke H&M
terhadap Impulse buying secara signifikan dengan store, konsumen tersebut cenderung melakukan pem-
nilai uji T-statistic >1.96 yaitu 3.417. belian impul.
Hasil kuesioner tersebut mendukung pernyataan
(MacInnis, D.J., 1987) yang menyatakan bahwa KESIMPULAN DAN SARAN
tingkat keterlibatan terhadap fashion juga memiliki
korelasi yang tinggi dengan perilaku pembelian im- Kesimpulan
pulsif, sehingga konsumen akan melakukan pembeli- Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis
an impulsif terhadap pakaian dengan model-model Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse
dan desain terbaru. Para responden yang memiliki Buying Melalui Hedonic Valuedi H&M Store
keterikatan pada fashion tersebut cenderung melaku- Pakuwon Mall Surabaya maka diperoleh hasil bahwa
kan pembelian impulse selama berada di H&M store, Fashion Involvement konsumen produk fashion
sebagian besar dari para responden melakukan H&M Pakuwon Mall Surabaya berpengaruh secara
pembelian secara tiba–tiba dengan tidak berpikir signifikan terhadap Impulse buying melaluiHedonic
panjang terlebih dahulu sebelum membeli produk value. Dimana Hedonic Value yang dirasakan oleh
fashion yang disediakan oleh H&M, serta menge- konsumen produk fashion H&M Pakuwon Mall
sampingkan hal diluar belanja produk fashion tersebut Surabaya meningkatkan Impulse Buying
dan secara tidak langsung para responden cenderung
tidak memikirkan resiko dalam berbelanja produk Saran
tersebut.
Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan Untuk H&M Pakuwon Mall Surabaya:
bahwa H&M telah berhasil mendorong konsumennya 1. Meningkatkan kualitas layanan
melakukan pembelian impulse dengan menyediakan Denga memiliki karyawan yang tidak hanya me-
produk fashion brand tersebut. mahami seputar promo yang disediakan oleh
46 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 40─46

H&M melainkan karyawan yang memiliki tigation of consumer motivations in impulse


fashion involvement dan siap untuk membantu buying behavior. Journal of Consumer Market-
para konsumen yang kesulitan menentukan ing, 17(5), 403–426.
pilihan tersebut. Holbrook, M. B., & Hirschman, E. C. (1982). The
2. Mengeluarkan tren fashion original by H&M Experiential Aspects of Consumption: Consu-
Mengeluarkan fashion yang original design by mer Fantasies, Feelings, and Fun. Journal of
H&M agar dapat semakin meningkatkan Hedonic Consumer Research, 9(2), 132. https://doi.org/
Value serta Impulse Buying konsumen yang me- 10.1086/208906
miliki keterikatan pada fashion tersebut dan mem- Liapati, G., Assiouras, I., & Decaudin, J. M. (2015).
perkuat brand H&M ini sendiri karena dapat selalu The role of fashion involvement, brand love and
membuat tren fashion baru di masyarakat. hedonic consumption tendency in fashion impul-
se purchasing. Journal of Global Fashion Mar-
DAFTAR PUSTAKA keting, 6(4), 251–264. https://doi.org/10.1080/
20932685.2015.1070679
Abdillah, W., dan J. Hartono. 2015. Partial Least MacInnis, D.J. dan Price, L.L. (1987), "The role of
Square (PLS). Penerbit Andi. Yogyakarta. imagery in information processing review and
Arnold, M. J., & Reynolds, K. E. (2003). Hedonic extensions", Journal of Consumer Research.
shopping motivations. Journal of Retailing, Markin, Rom J., Charles M. Lillis, and Chem L.
79(2), 77–95. https://doi.org/10.1016/S0022- Narayana, (1976), "Social-Psychological Signifi-
4359(03)00007-1 cance of Store Space," Journal of Retailing, 52
Churchill, G. A. (2005). Dasar-dasar riset pemasaran (Spring) 43-54.
Jilid 1 Ed.4. Jakarta: Erlangga. O’Cass, A. (2000). An assessment of consumers
Douglas J. Tigert, Lawrence J. Ring, and Charles W. product, purchase decision, advertising and
King (1976) ,"Fashion Involvement and Buying consumption involvement in fashion clothing.
Behavior: a Methodological Study", in NA - Journal of Economic Psychology, 21(5), 545–
Advances in Consumer Research Volume 03, 576. https://doi.org/10.1016/S0167-4870(00)
eds. Beverlee B. Anderson, Cincinnati, OH: 0008-0
Association for Consumer Research, Pages: 46- O’Cass, A. (2004). Fashion clothing consumption:
52. antecedents and consequences of fashion cloth-
Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto. “Pengaruh ing involvement. European Journal of Market-
Shopping Life Style Dan Fashion Involvement ing, 38(7), 869–882. https://doi.org/10.1108/
Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat 03090560410539294
High Income Surabaya” Jurnal Manajemen Parasuraman, A. (1991). Marketing research 2nd ed.
Pemasaran, Vol. 6, No. 1, April 2011 Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Pu-
Engel, James F., R. D. Blackwell, & P. W. Miniard. blishing Company.
(1995). Perilaku konsumen. Jilid 1 (Edisi ke Park, E. J., Kim, E. Y., & Forney, J. C. (2006). A
enam). Jakarta : Binarupa Aksara structural model of fashion-oriented impulse
Geoff Bayley, Clive Nancarrow, (1998) "Impulse buying behavior. Journal of Fashion Marketing
purchasing: a qualitative exploration of the and Management, 10(4), 433–446. https://doi.
phenomenon", Qualitative Market Research: org/10.1108/13612020610701965
An International Journal, Vol. 1 Issue: 2, pp. 99- Rook, D.W. (1987), “The Buying Impulse,” Journal
114, https://doi.org/10.1108/13522759810214271. of Consumer Research, Vol. 14, pp. 189-199.
Goldsmith, R. E., & Emmert, J. (1991).Measuring Rook, D.W. and S.J. Hoch (1985), Consuming
product category involvement: A multitrait-multi- impulses, Advances in Consumer Research, Vol.
method study. Journal of Business Research, 12, pp. 23-27
23(4), 363-371. http://dx.doi.org/10.1016/0148- Virvilaite, R., & Saladiene, V. (2012).Models investi-
2963(91)90021-O gation of factors affecting consumer impulsive
Han, Y. K., Morgan, G. A., Kotsiopulos, A. and purchase behaviour in retail environment.Eco-
Kang, P. J. (1991), “Impulse buying behaviour nomics and Management, 17(2), 121-132
of apparel purchases”, Clothing and Textile Wahdi, M. (2011). Riset pemasaran : teori dan apli-
Research Journal, Vol.9 No. 3, pp. 15-21. kasi untuk pengambilan keputusan cet. 1.
Hausman, A. (2000). Journal of Consumer Marketing Jakarta: Caps (Center for Academic Publishing
impulse buying behavior A multi-method inves- Service).

You might also like