Professional Documents
Culture Documents
Tugas Desain Penelitian Par
Tugas Desain Penelitian Par
Aris Saefudin
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta
Email : Muhammadsaefudinalfrisi@gmail.com
Abstract: This paper provides an overview of efforts to overcome the weak level of
awareness of children's education in rural areas far from cities. The village is still
beautiful and green with plants and fields that stretch along the road. However, the
reality of the people in the village is not in line with the development of people living
in cities, with various easy access roads and close to the city which makes it easier for
them to carry out economic activities and of course easy access to educational places
for their children. Lightning village communities, more precisely in Siranti Village, are
lagging behind economically and also educationally. Poverty is also a problem of the
backwardness of the people in the region. So that many teenagers in this area have
dropped out of school, and have to work to support their families with minimal work,
namely farming, taking sand from rivers, picking stones, and planting crops. Through
the Participatory Action Research (PAR) Approach, this program focuses on building
children's education awareness in the Siranti village environment through community
service workshops and empowering teenagers through life skill education activities in
the form of skills that they do not get in formal schools.
Abstrak: Tulisan ini memberikan gambaran upaya mengatasi lemahnya tingkat
kesadaran pendidikan anak di lingkungan pedesaan yang jauh dari kota.
Perkampungan yang masih asri nan hijau dengan tumbuhan dan ladang yang
membentang sepanjang jalan. Namun realitas masyarakat yang ada dalam
perkampungan tidak sebandig dengan perkembangan masyarakat yang tinggal di
kota, dengan berbagai akses jalan yang mudah dan dekat dengan kota memudahkan
mereka melakukan kegiatan ekonomi dan tentunya mudah dalam mengakses tempat
pendidikan bagi anak anak mereka. Masyarakat desa petir lebih tepatnya di
Perkampungan Siranti mengalami ketertinggalan secara ekonomi dan juga
pendidikan. Kemiskinan juga menjadi persoalan dari ketertinggalan masyarakat di
wilayah tersebut. Sehingga banyak di temukan remaja di daerah ini mengalami putus
sekolah, dan harus bekerja demio menghidupi keluarga mereka dengan Pekerjaan
seadanya, yakni bertani, mengambil pasir dari sungai, mengambil batu, dan bercocok
tanam. Melalui Pendekatan Participatory Action Research (PAR), program ini di titik
beratka kpeada memabngun kesadarn pendidikan anak di lingkungan perkampungan
siranti melalui workshop pengabdian kepada masyarakatdan melakukan
pemberdayaan kepada para remaja melalui kegiatan life skill education berupa
keterampilan-keterampilan yang tidak banyak mereka dapat di sekolah formal.
“Remaja Hari ini adalah Pemimpin Hari Esok”. Kalimat ini memberikan
pemahaman kepada kita semua bahwa remaja merupakan generasi bangsa ini yang
mampu mempimpin masa depan negeri ini nantinya dalam mengemban tugas dan
amanah yang di berikan. Dalam konteks ini, remaja di masa depan di harapkan dapat
mewujudkan harapan dari rakyatnya yakni makmur dan sejahtera. Hal ini akan dapat
di raih jika bangsa ini memiliki remaja yang kuat fisik, mental dan spiritual yang
kokoh. Untuk itu perhatian terhadap kehidupan rema menjadi hal yang tepat guna
menciptakan bangsa yang adil, amkmur dan sejahtera serta dapat bersaing di dunia
internasional.
Biasanya anak yang putus sekolah akibat orang tuanya tidak mampu
membiayai sekolah terjadi pada transisi ketika anak tamat pada tingkat Sekolah Dasar
menuju tingkat Sekolah Menengah Pertama. Akibatnya anak anak yang putus sekolah
in ilebih memilih untuk merantau ke ibukota untuk mencari nafkah, ada juga yang
tetap menetap di rumah membantu orang tuanya bertani. Sehingga bisa dikatakan
bahwa keadaan status ekonomi keluarga miskin cenderung akan menimbulkan
berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak khususnya dalam
pendidikan anak, sehingga anak sering dilibatkan untuk membantu memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani dengan masalah ekonomi
ini sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran.
Sementara itu, faktor lingkungan sendiri disebabkan karena oleh pengaruh yang
disebabkan oleh lingkungan tempat seseorang. Misalnya ketika seseorang tinggal di
masyarakat yang mayoritas tidak berpendidikan maka dia akan terpengeruh oleh
masyarakat tersebut dan memiliki kecenderungan lebih tinggi akan terbawa pada
budaya tidak perduli pada pendidikan.
Masalah putus sekolah yang di alami di atas juga di alami oleh masyarakat di
daerah desa petir, perkampungan siranti. Lokasi perkampungan siranti ini jauh dari
perkotaan. Untuk akses ke sekolah mennegah yang ada di desa petirpun harus
menempuh jarak 4 km. Sebagian masyarakat siranti ini tergolong ekonomi miskin.
Mereka mengandalkan pendapatan harian mereka dari bertani, dan mengambil pasir
dari sungai terdekat dengan rumah mereka. Dan untuk makan lebih sering
memanfaatkan tanaman sayur yang di tanam di pekarangan rumah. Karena akses
untuk ke pasar cukup jauh. Keadaan ekonomi yang dialami penduduk desa ini sedikit
banyak mempengaruhi tingkat kepedulian untuk menyekolahkan anak mereka
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kebanyakan orang tua lebih sibuk
mengurusipemenuhan kebutuhan hidup sehari-haridibandingkan mengurusi
kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Kemudian dari kesibukan mencari pemenuhan
kebutuhan hidup inianak-anak pun ikutmembantu orang tuanya mencari tambahan
ekonomi keluarga.
Ketiga Rendahnya dukasi masyarakat terhadap dampak positif dari pendidikan itu
sendiri.
Selain faktor dari dalam diri masyarakat tersebut, ada juga faktor dari
lingkunagn yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan anak-anak di desa ini.
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar anak baik berupa benda-
benda, peristiwa-peristiwa, yang terjadi, maupun kondisi masyarakat lingkungan di
mana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan di mana anak-anak bergaul
setiap hari, sebagaimana dikutip M.Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul
Ilmu Pendidikan Teorotis dan Praktis, yang dimaksud dengan lingkungan (environment)
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku seseorang, pertumbuhan, perkembangan atau life processes (Purwanto, t.
th).
Hal ini menyebabkan anak-anak mengikuti pola seperti orang tua mereka.
Faktor rendahnya minat orang tua terhadap pendidikan anak mengakibatkan anak
juga kurang berminat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di
tambah lagi stigma masyarakat yang berasumsi bahwa sekolah itu mahal dan
menghabiskan uang banyak sementara hasil nya tidak sesuai dengan yang di
harapkan.
Jenis data dan informasi terdiri dari data dan informasi primer dan sekunder.
Pengumpulan data dan informasi primer dilakukan dengan metode survai
pendasaran (baseline survey) dan pemahaman desa secara partisipatif (participatory
action research/PAR). Survai pendasaran dilaksanakan melalui wawancara terhadap
masyarakat serta pengamatan lapangan langsung (direct observation). Sementara itu
pelaksanaan PAR ditempuh sesuai dengan spesifikasi kaidah dan prinsipnya, yakni
melibatkan aspirasi peran serta (partisipasi) masyarakat.
Dari kegiatan Fokus Group Discussion ini dapat di tarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi rendahnya tinfkat pendidikan di desa Petir
perkampungan siranti adalah faktor kemiskinan. Faktor kemiskinan ini membuat
para orangtua tidak mampu untuk membiaytai pendidikan anak mereka ke jenjang
yang lebih tinggi .
Pertama, adanya kesadaran dan kesepahaman antara yayasan Nurul Fatah, RT, dan
masyarakat bahwa di Perkampungan Siranti perlu ada lembaga khusus yang mengelola
pemberdayaan dalam bidang keterampilan pada masyarakat, khususnya pemberdayaan
pada anak-anak usia sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.
Ketiga, peran tim pengabdian dari UNUSIA Jakarta dalam pelatihan tersebut
adalah sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai pendamping dalam pengelolaan
sumberdaya keterampilan dan sekaligus sebagai evaluator setelah program
pemberdayaan pendidikan keterampilan berjalan.
Kelima, disepakati bersama oleh seluruh peserta rapat, bahwa pelatihan tentang
pemberdayaan keterampilan akan dilaksanakan pada hari minggu ketiga bulan Agustus
2021 yang bertempat di yayasan Nurul Fatah dengan kepanitiaan yang dipilih oleh
masyarakat atas arahan ketua yayasan Nurul Fatah, yaitu:
Tahap Kelima: FGD ketiga, yaitu diskusi dan Refleksi bersama. Kegiatan ini
dilakukan untuk lebih mendalami dan memahami maksud dan keinginan warga
bersama dengan tim pengabdian dalam melaksanakan program pemberdayaan
pendidikan keterampilan.
Adapun hasil dari diskusi dan refleksi ini adalah: Warga mengevaluasi kegiatan
pemberayaan keterampilan anak-anak. Masyarakat merasa senang dengan program
pemberayaan ini yang secara langsung dikelola yayasan Laksita sebagai wadah tempat
berlangsungnya kegiatan pelatihan dan tempat produksi hasil kerajinan dari anak-anak,
karena.
Tahap Keenam: adalah menentukan arah kedepan tentang upaya tindak lanjut.
Yaitu bagaimana tindak lanjut mengenai kegiatan ini setelah selesai pendampingan dari
tim pusat pengabdian kepada masyarakat UNUSIA JAKARTA. Dan bagaimana
caranya melanjutkan program ke depan. Terus yang paling penting adalah menentukan
langkah cara memasarkan produk setelah produk keterampilan anak-anak ini sudah
dihasilkan.
Sehingga dalam FGD keempat disepakati bersama beberapa hal:
1. Dalam rangka keberlanjutan program. Diharapkan tim pendamping masih
memberikan dukungan kepada masyarakat Perkampungan Siranti.
2. Dalam rangka memasarkan produk hasil kerajinan tangan supaya dibantu
untuk melakukan setrateginya.
3. Diharapkan yaysan Nurul Fatah sepenuhnya mendampingi keberlanjutan
program ini.
Ketiga, agar keterampilan yang telah mereka miliki tidak terhenti pada pada
proses produksifitas, diperlukan upaya-upaya untuk membantu mereka dalam
meningkatkan produksi yang dihasilkan, yaitu diperlukan strategi bantuan pemasaran
terhadap produk-produk yang telah dihasilkan mereka.
Keempat, kegiatan life skill yang dilakukan ini bisa diikuti oleh masyarakat
sekitar. Artinya perlu adanya program replikasi atau penularan dari program yang
sedang diberdayakan pada masyarakat desa petir perkampungan siranti ke
perkampungan lain. Sehingga program life skill educatioan seperti ini banyak
diberdayakan diseluruh masyarakat. Oleh karena itu segala bentuk bantuan dan
dukungan dari lembaga pemerintah, swadaya masyarakat, dan pihak-pihak terkait
sangat diharapkan demi tercapainya keberlanjutan (sustainability) program
pemberdayaan masyarakt ini.