You are on page 1of 16

KEDUDUKAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN

DALAM SISTEM PARLEMEN DI INDONESIA


POSITION OF THE COURT OF HONORARY OF THE
COUNCIL IN THE PARLIEMENT SYSTEM IN INDONESIA
Rusnan
Fakultas Hukum Universitas Mataram
E-mail : rusnan74@yahoo.co.id

Naskah diterima : 20/09/2017; direvisi : 06/11/2017; disetujui : 27/12/2017

Abstract

Institutional modern parliament allows the establishment of enforcement agencies


conduct for member of parliament Where the nomenclature of the latest ethics watchdog
agency stated in Law No. 17 of 2014 concerning the MPR, DPR, DPD and DPRD that
the Court of Honor Council of the mention indicate the existence of a fundamental
change in the institutional structure of the House ethics enforcement agencies of the
Honorary Board becomes Honorary Supreme Council. This research is normative. The
approach used is the approach of law and the conceptual approach. Based on the results
of research by doing a comparison between the regulation of the Court of Honor Council
in Law No. 17 of 2014 concerning the MPR, DPR, DPD and DPRD with some
adjustment pattern ethics enforcement agency in another state institution, researchers
found several indicating that a discrepancy in the institutional structure of the Court of
Honor Council. Because, basically, this institution is given very broad powers as the
judiciary in general, but the level of independence is very doubtful because it is not
followed by a representation of membership that involve external the house of
representative but the whole membership is the Court of Honor Counci Parliament is
purely derived from the house of representative member. This situation will certainly
impact on the performance of this the Court of Honor Council agencies, because in such a
situation right now will make this institution as a bridge for the benefit of the factions in
the House of representative to further the interests and the opportunity to intervene in all
the policies and decisions that will be generated by the Court of Honor Council.

Keywords :The Court of Honor council, Position, membership.

Abstrak

Kelembagaan parlemen modern memungkinkan dibentuknya lembaga penegak etik


bagi anggota parlemen. Di mana nomenklatur lembaga pengawas etik terbaru yang
disebutkan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD yaitu Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), dari penyebutan tersebut
menunjukkan adanya perubahan mendasar dari struktur kelembagaan lembaga
penegak etik DPR dari Badan Kehormatan (BK) menjadi Mahkamah Kehormatan
Dewan (MKD).Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat normatif.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute
approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Berdasarkan hasil

IUS Kajian Hukum dan Kead ilan


Rusnan| Kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Sistem Parlemen Di Indonesia……

penelitian dengan melakukan perbandingan (comparation) antara pengaturan


tentang MKD dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD dengan beberapa pola pengaturan lembaga penegak etik pada lembaga
negara lain, peneliti menemukan beberapa perbedaan yang menunjukkan bahwa
ketidaksesuaian pada struktur kelembagaan dari MKD. Karena pada dasarnya
lembaga ini diberikan kewenangan yang sangat luas seperti badan peradilan pada
umumnya, namun tingkat independensinya sangat diragukan karena tidak diikuti
dengan representasi keanggotaan yang melibatkan unsur eksternal DPR melainkan
keseluruhan keanggotaan MKD adalah murni berasal dari anggota DPR. Keadaan
ini tentu akan berdampak kepada kinerja lembaga MKD ini, karena dengan keadaan
seperti sekarang ini hanya akan membuat lembaga ini sebagai jembatan bagi
kepentingan fraksi yang ada di DPR untuk semakin mengutamakan kepentingan
dan berpeluang mengintervensi segala kebijakan dan keputusan yang akan
dihasilkan oleh MKD.

Kata kunci : Mahkamah Kehormatan Dewan , kedudukan, keanggotaan.

PENDAHULUAN menjaga serta menegakkan kehormatan


dan keluhuran martabat Dewan
Sistem kelembagaan parlemen modern
Perwakilan Rakyat (DPR) . Pada tataran
memungkinkan dibentuknya lembaga
parlemen pusat telah dibentuk MKD DPR
penegak etik bagi anggota parlemen. Hal ini
RI dan Dewan Kehormatan pada organisai
didasarkan pada pemikiran bahwa parlemen
DPD. Pada organisasi DPRD melalui
yang berevolusi menjadi lebih baik
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2014
memungkinkan untuk dapat diawasi
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD telah
terhadap setiap perilaku dalam menjalankan
dibentuk Badan Kehormatan yang
tugas-tugas institusionalnya. Pengawasan
merupakan bagian dari alat kelengkapan
perilaku anggota parlemen dapat berasal dari
Dewan.
luar kelembagaan parlemen maupun dari
Sebagai alat kelengkapan DPR, MKD
internal parlemen. Pengawasan eksternal
bersifat tetap, lembaga-lembaga di atas
bisa dilakukan oleh konstituen secara
memiliki kewenangan untuk menjaga
langsung maupun oleh partai politik.
martabat parlemen sebagai organ Negara
Pengawasan dari dalam dapat dilakukan
yang merepresentasikan kedaulatan rakyat.
oleh sebuah lembaga yang dibentuk oleh
Secara teoritis dampak dari adanya
parlemen itu sendiri yang biasa disebut
reformasi yang berhasil meng-amandemen
dengan Badan Kehormatan (BK) atau
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).1
Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 sudah
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal
mencatat berbagai perubahan mendasar
119 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
yang terjadi khususnya dalam bidang
No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
tatanan Negara (pemerintahan). Salah satu
DPD, dan DPRD, menjelaskan bahwa MKD
dampak yang paling mendasar adalah
ini adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh
terjadinya pergeseran yang sangat signifikan
DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR
dari sistem kekuasan yang berada di tangan
yang bersifat tetap, yang bertujuan untuk
pemerintah menuju kekuasaan parlemen.
1
Sehingga begitu besar peran lembaga
Sri Karyati ,Rekonstruksi Kelembagaan
parlemen dalam sistem pemerintahan
Penegakan Etika Parlemen, Jurnal Etika dan Pemilu,
volume 1 No. 1 - juni 2015, Hlm. 60 modern, untuk itu upaya untuk tetap

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 365


Jurnal IUS|Vol V|Nomor 3|Desember 2017| Hal 364  379

mengawasi dan menjaga harkat dan pendapat para ahli yang ada kaitannya
martabat dari lembaga parlemen semakin dengan permasalahan yang dikaji dan
dibutuhkan, karena harkat dan martabat beranjak dari Perundang-undangan dan
parlemen sesungguhnya tergantung pada doktrin-doktrin dalam ilmu hukum sehingga
tingkah laku anggota parlemen tersebut. Jika melahirkan konsep, dan asas hukum yang
kelakuan anggota parlemen baik dan mulia relevan dengan isu hukum yang dihadapi
maka dengan sendirinya parlemen menjadi dan dijadikan sebagai sandaran penulis
lebih baik dan dihargai oleh rakyat, oleh untuk membangun argumentasi hukum
karena itu perlu lembaga tetap yang harus dalam memecahkan permasalahan yang
mengawasi dan menjaga keluhuran perilaku diangkat.
anggota parlemen.2
Perlunya kelembagaan etik parlemen PEMBAHASAN
yang independen dan profesional guna Kedudukan Mahkamah Kehormatan
menjaga wibawa parlemen yang Dewan (MKD) dalam Menegakkan Kode
ditunjukkan oleh anggota parlemen, Etik Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
terutama dalam kondisi kekuasaan parlemen Berdasarkan Undang-Undang No. 17
modern yang begitu luas tentunya semakin Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD,
besar peluang untuk terjadinya dan DPRD
penyalahgunaan kewenangan (abuse of
power). Dalam sejarah parlemen di Indonesia
keberadaan lembaga penegak etik mulai
Berdasarkan apa yang telah diperkenalkan ketika awal reformasi yakni
dikemukakan di atas, maka masalah yang saat berlakunya Undang-Undang No. 4
akan dikaji yaitu : 1). Bagaimanakah Tahun 1999 tentang Susunan dan
kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
dalam sistem parlemen di Indonesia ? 2). Undang-undang ini tidak menyebutkan
Bagaimanakah tugas dan wewenang secara eksplisit keberadaan lembaga penegak
Mahkamah Kehormatan Dewan etik, ketentuan Pasal 37 ayat (2) huruf c
berdasarkan Undang-undang No. 17 Tahun menyebutkan pembentukan alat
2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD kelengkapan DPR didasarkan pada
? dan 3). Bagaimana konsekuensi yuridis keutuhan DPR, termasuk di dalamnya alat
kedudukan Dewan Kehormatan Dewan kelengkapan lembaga penegak etika dewan.
terhadap Penegakan Kode Etik Lembaga Keberadaan alat kelengkapan untuk
Dewan Perwakilan Rakyat. menegakkan etika secara implisit disebutkan
dalam Pasal 42 ayat (3) yang mengatur
Penelitian ini merupakan penelitian mekanisme penerapan sanksi kepada
normatif dengan menggunakan pendekatan anggota DPR yang melakukan pelanggaran
perundang-undangan (statute approach) terhadap larangan-larangan bagi anggota
yaitu pendekatan yang menelaah semua DPR. Dalam konsep Undang-undang ini
undang-undang dan regulasi yang lembaga penegak etik merupakan lembaga
bersangkut paut dengan isu hukum yang khusus yang dibentuk khusus dengan
diteliti dan pendekatan konseptual maksud memberi pertimbangan dan
(conseptual approach), yaitu pendekatan penilaian terhadap usulan penerapan sanksi
yang dilakukan dengan mengkaji teori, kepada anggota DPR yang diajukan oleh
fraksi. Undang-undang ini mendelegasikan
2
Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH
kewenangan pengaturan mekanisme
UII Press, Yogyakarta, 2004, Hlm. 221

366 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Rusnan| Kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Sistem Parlemen Di Indonesia……

penerapan sanksi dalam peraturan DPR dilanjutkan oleh anggota DPR tahun
tentang Tata Tertib3. angkatan 2009-2014, sehingga Undang-
Undang No. 22 Tahun 2003 tentang
Seiring dengan agenda reformasi yang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD,
terus meluas, maka dianggap perlu dibentuk dan DPRD diganti dengan Undang-Undang
sebuah lembaga perwakilan yang mampu No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR,
mencerminkan nilai-nilai demokrasi serta DPD, dan DPRD. Perubahan yang paling
dapat menyerap dan memperjuangkan mendasar dari undang-undang ini adalah
aspirasi rakyat termasuk kepentingan perubahan nomenklatur dari undang-
daerah sesuai dengan tuntutan undang susunan dan kedudukan menjadi
perkembangan kehidupan berbangsa dan undang-undang yang secara khusus
bernegara. Oleh karena itu, keberadaan mengatur tentang kelembagaan MPR, DPR,
Undang-Undang No. 4 Tahun 1999 tentang DPD, dan DPRD. Pengaturan yang
susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan demikian menyebabkan undang-undang ini
DPRD selanjutnya perlu diganti karena mengatur tentang lembaga parlemen
sudah dianggap tidak sesuai dengan menjadi sangat komprehensif termasuk di
kebutuhan hukum lembaga parlemen dalamnya pengaturan tentang lembaga
Indonesia. Maka lahirlah Undang-Undang pengawasan dan lembaga penegak etika
No. 22 Tahun 2003 tentang susunan dan parlemen. Kelembagaan pengawas dan
kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD. penegakan etika kemudian diakui secara
Dalam ketentuan Undang-undang ini, eksplisit sebagai alat kelengkapan dewan
kelembagaan etik diatur dalam Pasal 98, yang bersifat tetap yaitu Badan Kehormatan
yang di mana lembaga penegakan etik ini yang termuat dalam Pasal 123 Undang-
dibentuk sebagai alat kelengkapan yang Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR,
bersifat tetap yang pengaturan lebih DPR, DPD, dan DPRD, sebagai berikut6 :
lanjutnya didelegasikan ke dalam Peraturan
DPR tentang Tata tertib4. “Badan Kehormatan dibentuk oleh DPR dan
merupakan alat kelengkapan DPR yang
Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun bersifat tetap”.
2003 tentang susunan dan kedudukan MPR,
DPR, DPD, dan DPRD, alat kelengkapan Kemudian mengenai porsi
lembaga penegak etik diberi nama Badan keanggotaan dari Badan Kehormatan ini
Kehormatan (BK). Namun Undang-undang dijelaskan dalam Pasal 124 ayat (1) dan ayat
ini tidak mengatur secara jelas mengenai (2) Undang-Undang No. 27 Tahun 2009
fungsi, tugas, dan kewenangan dari Badan tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD,
Kehormatan ini. Undang-undang ini sebagai berikut7 :
mengamanatkan ketentuan tentang proses
penegakan kode etik dan penyusunan kode Ayat (1) : DPR menetapkan susunan dan
etik pada tata tertib yang dibentuk dan keanggotaan Badan Kehormatan dengan
diundangkan kemudian.5 memperhatikan perimbangan dan

Pada masa kerja DPR angkatan tahun


6
2003 telah usai pada tahun 2009, kemudian Indonesia, Undang-undang tentang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD, Undang-undang Nomor 27 Tahun
2009, psl. 123.
3
Jimly Asshidiqie, Prihal Undang-Undang, 7
Indonesia, Undang-undang tentang MPR, DPR,
Konstitusi Press, Jakarta, 2006, hlm. 242 DPD, dan DPRD, Undang-undang Nomor 27 Tahun
4
Sri Karyati, Op. Cit, Hlm. 62-63 2009, psl. 124 ayat (1) dan ayat (2).
5
Ibid.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 367


Jurnal IUS|Vol V|Nomor 3|Desember 2017| Hal 364  379

pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi Ayat (2) : Selain tugas sebagaimana
pada permulaan masa keanggotaan DPR dan dimaksud pada ayat (1), Badan Kehormatan
permulaan tahun sidang. melakukan evaluasi dan penyempurnaan
Ayat (2) : Anggota Badan Kehormatan peraturan DPR tentang kode etik DPR.
berjumlah 11 (sebelas) orang dan ditetapkan
dalam rapat paripurna pada permulaan masa Ayat (3) : Badan Kehormatan berwenang
keanggotaan DPR dan pada permulaan memanggil pihak terkait dan melakukan
tahun sidang. kerja sama dengan lembaga lain.

Di dalam undang-undang ini pula Ayat (4) : Badan Kehormatan membuat


sudah diatur secara jelas mengenai tugas, laporan kinerja pada akhir masa
fungsi dan kewenangan dari Badan keanggotaan.
Kehormatan, seperti yang termuat dalam Dari uraian di atas dapat disimpulkan
Pasal 127 Undang-Undang No. 27 Tahun bahwa melalui Undang-Undang No. 27
2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan
sebagai berikut 8: DPRD, gagasan terbaru mengenai
Ayat (1) : Badan Kehormatan bertugas kelembagaan penegakan etik terhadap
melakukan penyelidikan dan verifikasi atas lembaga perwakilan di Indonesia mulai
pengaduan terhadap anggota karena: menemukan jati diri sebagai lembaga yang
1) tidak melaksanakan kewajiban sangat penting kedudukannya dalam rangka
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79; menjaga marwah dan martabat dari anggota
2) tidak dapat melaksanakan tugas secara parlemen Indonesia. Oleh karena itu, dalam
berkelanjutan atau berhalangan tetap muatan beberapa pasal tersebut telah
sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) disebutkan secara eksplisit tentang
bulan berturut-turut tanpa keterangan kedudukan, tugas, serta wewenang dari
apa pun; Badan Kehormatan yang dibentuk sebagai
3) tidak menghadiri rapat paripurna alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
dan/atau rapat alat kelengkapan DPR Konsepsi tersebut menunjukkan adanya
yang menjadi tugas dan kewajibannya perluasan tugas, dan wewenang dari Badan
sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut Kehormatan ini, yang mana dalam beberapa
tanpa alasan yang sah; undang-undang sebelumnya hanya
4) tidak lagi memenuhi syarat sebagai dijelaskan secara terimplisit dan tidak
calon anggota DPR sesuai dengan disebutkan secara konkret mengenai
ketentuan peraturan perundang- kedudukan kelembagaannya.
undangan mengenai pemilihan umum Selain membahas tentang Badan
anggota DPR,DPD, dan DPRD; Kehormatan yang bertugas untuk
dan/atau menegakkan kode etik di lembaga DPR RI,
5) melanggar ketentuan larangan Undang-Undang No. 27 Tahun 2009
sebagaimana diatur dalam Undang- tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD juga
Undang ini. menjelaskan tentang kedudukan Badan
Kehormatan yang ada dalam lembaga
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang
8
merupakan alat kelengkapan yang bersifat
Indonesia, Undang-undang tentang MPR, DPR,
tetap. Berbeda dengan pengaturan Badan
DPD, dan DPRD, Undang-undang Nomor 27 Tahun
2009, psl. 127 ayat (1), (2), (3), dan ayat (4). Kehormatan DPR yang mengatur secara
khusus tentang keanggotaannya, pengaturan

368 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Rusnan| Kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Sistem Parlemen Di Indonesia……

keanggotaan Badan Kehormatan pada DPD DPR baik secara kelembagaan maupun
tidak diatur tentang keanggotaan dan secara individual keanggotaan DPR.
pengisian jabatan keanggotaannya9. Tugas adalah sesuatu yang wajib
dikerjakan atau yang ditentukan untuk
Tugas dan wewenang Badan dilakukan, di mana pekerjaan tersebut
Kehormatan pada lembaga DPD adalah menjadi tanggung jawab dari lembaga atau
berwenang melakukan penyelidikan dan orang-perorangan yang sudah dibebankan
verifikasi atas pengaduan terhadap anggota dengan pekerjaan tersebut12. Sedangkan
DPD, melakukan evaluasi dan wewenang menurut G. R Terry adalah
penyempurnaan peraturan DPD tentang kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat
Tata Tertib dan Kode Etik DPD. Memanggil untuk menyuruh pihak lain supaya
pihak terkait dan melakukan kerja sama bertindak dan taat kepada pihak yang
dengan lembaga lain10. memiliki wewenang tersebut13 , Wewenang
Kelembagaan penegak etik di lembaga (Authority) menurut Robert Bierstedt
DPRD menurut Undang-Undang No. 27 adalah institutionalized power (kekuasaan
Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan yang dilembagakan), (Robert
DPRD juga merupakan alat kelengkapan Bierstedt,1950: 732. Lihat Budiardjo,
DPRD, namun undang-undang ini tidak 1994: 88).Selanjutnya Soerjono Soekanto,
mengatur secara khusus terkait tugas, membedakan antara kekuasaan dengan
wewenang, dan pengisian keanggotaan wewenang secara tegas. Kekuasaan
Badan Kehormatan di lembaga DPRD dikatakan merupakan sesuatu kemampuan
tersebut11. Namun, dalam masa angkatan atau kekuatan seseorang untuk
DPR tahun 2014-2019 kelembagaan etik mempengaruhi pihak lain, sedangkan
DPR mengalami perubahan signifikan wewenang adalah kekuasaan yang
melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 mendapat pengakuan dan dukungan dari
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. masyarakat (Soekanto, 1975: 161)14, atau
dengan kata lain wewenang merupakan
Tugas dan Wewenang Mahkamah landasan bagi suatu lembaga atau orang
Kehormatan Dewan (MKD) untuk melaksanakan tugas dan tanggung
berdasarkan Undang-Undang No. 17 jawabnya, sehingga dengan adanya
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, kewenangan yang diberikan maka tugas
dan DPRD yang dikerjakan pun dapat dilakukan
dengan baik, yang dalam hal ini MKD dalam
Salah satu implikasi yang sangat besar menjalankan tugas dapat memberi perintah
dari dibentuknya lembaga MKD yang kepada semua pihak yang akan bersangkut
bertujuan untuk menegakkan kode etik
anggota DPR adalah di mana lembaga ini
harus dilengkapi dengan berbagai macam 12
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
tugas, fungsi dan wewenang, di mana tugas, 13
Definisi Wewenang Menurut Para Ahli, dalam
fungsi dan wewenang tersebut diharapkan http// : www.rinodpk.blogspot.co.id, diunduh pada
dapat senantiasa dijalankan oleh lembaga ini tanggal 17 Oktober 2016.
secara tepat, efisien, akuntebel, dan fair 14
Rusnan. Eksistensi Majelis Permusyawaratan
dalam rangka menjaga harkat dan martabat Rakyat Republik Indonesia Pasca Perubahan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945. Jatiswara, [S.l.], v. 31, n. 1, p. 83-98, oct.
9
Sri karyati, Op. Cit, Hlm. 63 2017. Available at:
10
Ibid. <http://jatiswara.unram.ac.id/index.php/js/article/v
11
Ibid. Hlm, 64 iew/35>. Date accessed: 18 dec. 2017

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 369


Jurnal IUS|Vol V|Nomor 3|Desember 2017| Hal 364  379

paut dengan perkara yang diperiksa dalam DPR sebagai lembaga perwakilan
persidangan. rakyat.
Tugas dan fungsi dari lembaga MKD Ayat (2) : MKD bertugas:
secara umum dijelaskan dalam Pasal 119 a. melakukan pemantauan dalam
ayat (2) Undang-Undang No. 17 Tahun rangka fungsi pencegahan
2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD, terhadap perilaku Anggota agar
yaitu sebagai berikut 15: tidak melakukan pelanggaran
“Mahkamah Kehormatan Dewan atas kewajiban Anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam
bertujuan menjaga serta menegakkan undang-undang yang mengatur
kehormatan dan keluhuran martabat mengenai Majelis
DPR sebagai lembaga perwakilan Permusyawaratan Rakyat,
rakyat”. Dewan Perwakilan Rakyat,
Secara filosofis pembentukan MKD Dewan Perwakilan Daerah, dan
bertujuan untuk menjaga serta menegakkan Dewan Perwakilan Rakyat
kehormatan dan keluhuran martabat DPR Daerah serta peraturan DPR
sebagai lembaga perwakilan rakyat yang yang mengatur mengenai Tata
merupakan cerminan dari kedaulatan Tertib dan Kode Etik;
seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan b. melakukan penyelidikan dan
makna yang terkandung dalam Pasal 1 ayat verifikasi atas pengaduan
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik terhadap Anggota karena:
Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 yang 1. tidak melaksanakan
menyatakan bahwa “kedaulatan berada di kewajiban sebagaimana
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut dimaksud dalam undang-
Undang-Undang Dasar”. undang yang mengatur
Dalam rangka menjalankan mengenai Majelis
fungsinya sebagai lembaga penegak etik Permusyawaratan Rakyat,
DPR sebagaimana yang sudah dijelaskan di Dewan Perwakilan Rakyat,
atas,MKD kemudian diberikan tugas secara Dewan Perwakilan Daerah,
lebih rinci dalam Pasal 2 Peraturan DPR No. dan Dewan Perwakilan
2 Tahun 2015 tentang Tata Beracara Rakyat Daerah;
Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan 2. tidak dapat melaksanakan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, tugas secara berkelanjutan
sebagai berikut16 : atau berhalangan tetap
Ayat (1) : MKD dibentuk oleh DPR sebagai Anggota selama 3
yang merupakan alat kelengkapan (tiga) bulan berturut-turut
DPR yang bersifat tetap dan tanpa keterangan yang sah;
bertujuan menjaga serta menegakkan 3. tidak lagi memenuhi syarat
kehormatan dan keluhuran martabat sebagai Anggota sebagaimana
ketentuan mengenai syarat
calon Anggota yang diatur
15
Indonesia, Undang-Undang tentang MPR, DPR, dalam undang–undang
DPD, dan DPRD, Undang-Undang No. 17 Tahun mengenai pemilihan umum
2014, Pasal 119 ayat (2)
16
Indonesia, Peraturan DPR tentang Tata Anggota Dewan Perwakilan
Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan Rakyat, Dewan Perwakilan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Peraturan Daerah, dan Dewan
DPR No. 2 Tahun 2015, pasal 2.

370 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Rusnan| Kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Sistem Parlemen Di Indonesia……

Perwakilan Rakyat Daerah; hukum kepada Anggota yang


dan/atau diduga melakukan tindak pidana;
4. melanggar ketentuan larangan dan
sebagaimana diatur dalam h. mendampingi penegak hukum
undang-undang yang dalam melakukan penggeledahan
mengatur mengenai Majelis dan penyitaan di tempat Anggota
Permusyawaratan Rakyat, yang diduga melakukan tindak
Dewan Perwakilan Rakyat, pidana.
Dewan Perwakilan Daerah, 1) Wewenang Mahkamah Kehormatan
dan Dewan Perwakilan Dewan (MKD)
Rakyat Daerah.
c. mengadakan sidang untuk Sebagai penunjang dalam rangka
menerima tindakan dan/atau menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana
peristiwa yang patut diduga dijelaskan di atas, maka wewenang MKD
dilakukan oleh Anggota sebagai dijelaskan secara lebih rinci dalam Pasal 2
pelanggaran terhadap undang- ayat (3) Peraturan DPR No. 2 Tahun 2015
undang yang mengatur mengenai tentang Tata Beracara Mahkamah
Majelis Permusyawaratan Kehormatan Dewan Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, sebagai
17
Rakyat, Dewan Perwakilan berikut :
Daerah, dan Dewan Perwakilan Ayat (3) : Dalam menjalankan fungsi dan
Rakyat Daerah, serta peraturan tugasnya, MKD berwenang untuk:
DPR yang mengatur mengenai 2) menerbitkan surat edaran mengenai
Tata Tertib dan Kode Etik; anjuran untuk menaati Tata Tertib
d. menerima surat dari pihak serta mencegah pelanggaran Kode Etik
penegak hukum tentang kepada seluruh Anggota;
pemberitahuan dan/atau 3) memantau perilaku dan kehadiran
pemanggilan dan/atau Anggota dalam rapat DPR;
penyidikan kepada Anggota atas 4) memberikan rekomendasi kepada
dugaan melakukan tindak pihak terkait untuk mencegah
pidana; terjadinya pelanggaran Kode Etik dan
e. meminta keterangan dari pihak menjaga martabat, kehormatan, citra,
penegak hukum tentang dan kredibilitas DPR;
pemberitahuan dan/atau 5) melakukan tindak lanjut atas dugaan
pemanggilan dan/atau pelanggaran Kode Etik yang dilakukan
penyidikan kepada Anggota atas oleh Anggota, baik berdasarkan
dugaan melakukan tindak Pengaduan maupun tanpa Pengaduan;
pidana; 6) memanggil dan memeriksa setiap orang
f. meminta keterangan dari yang terkait tindakan dan/atau
Anggota yang diduga melakukan peristiwa yang patut diduga dilakukan
tindak pidana; oleh Anggota yang tidak melaksanakan
g. memberikan persetujuan atau salah satu kewajiban atau lebih
tidak memberikan persetujuan 17
Indonesia, Peraturan DPR tentang Tata
secara tertulis mengenai Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan
pemanggilan dan permintaan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Peraturan
keterangan dari pihak penegak DPR No. 2 Tahun 2015, pasal 2 ayat (3).

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 371


Jurnal IUS|Vol V|Nomor 3|Desember 2017| Hal 364  379

dan/atau melanggar ketentuan terhadap putusan MKD merupakan


larangan sebagaimana dimaksud dalam pelanggaran Kode Etik.
Peraturan DPR tentang Tata Tertib
2) Kode Etik yang digunakan oleh
dalam Sidang MKD; Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD)
7) melakukan kerja sama dengan lembaga
lain; Sebuah lembaga peradilan ataupun
8) memanggil pihak terkait; lembaga penegak etik tentu memiliki hukum
9) menghentikan proses pemeriksaan materil (kode etik materil) dalam beracara
perkara dalam setiap persidangan yang berfungsi sebagai aturan substansial
dalam hal Pengadu mencabut yang menjadi landasan dalam menilai suatu
aduannya atau diputuskan oleh Rapat tindakan, sehingga lembaga tersebut dapat
MKD; memproduk suatu putusan yang bersifat
10) memutus perkara pelanggaran yang akuntabel.
patut diduga dilakukan oleh Anggota Sebagai positive ethics yang berperan
yang tidak melaksanakan salah satu penting sebagai pendamping positive law
kewajiban atau lebih dan/atau dalam arti sebagai perangkat norma aturan
melanggar ketentuan larangan yang diberlakukan secara resmi dalam satu
sebagaimana dimaksud dalam undang- ruang dan waktu tertentu. Jika etika positif
undang yang mengatur mengenai dapat ditegakkan, makaetika publik pada
Majelis Permusyawaratan Rakyat, umumnya dapat diharapkan tumbuh sebagai
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan living ethics atau sebagai etika yang hidup
Perwakilan Daerah, dan Dewan dan berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk
Perwakilan Rakyat Daerah, Peraturan itulah dibuat kode etik. Kode etik adalah ide-
DPR yang mengatur tentang Tata ide besar Negara hukum yang dilandasi basis
Tertib dan Kode Etik; etika dan hidup secara berdampingan
11) menyusun rancangan anggaran untuk dengan perilaku sehari-hari.
pelaksanaan tugasnya sesuai dengan Kode etik yang berjalan dengan baik
kebutuhan yang selanjutnya berarti mencerminkan nilai moral Anggota
disampaikan kepada badan urusan DPR-RI pada saat ini dan masa depan.
rumah tangga; dan Norma-norma atau aturan-aturan yang
12) melakukan evaluasi dan merupakan kesatuan landasan etik atau
penyempurnaan Peraturan DPR yang filosofis dengan peraturan perilaku maupun
mengatur tentang Kode Etik. ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan,
dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh
Dari segi pengambilan keputusan di
Anggota18.
Lembaga MKD, dapat dilihat bahwa lembaga
Lembaga MKD, dalam hal ini tidak
ini diberikan kewenangan penuh layaknya
diberikan kewenangan penuh untuk
seperti lembaga peradilan dan penegak etik
menyusun sendiri hukum materil yang
yang sifatnya independen, karena putusan
digunakan, karena peraturan mengenai kode
yang dibuat oleh Mahkamah sifatnya final
etik sepenuhnya diberikan hak kepada
dan mengikat, kecuali mengenai putusan
lembaga DPR untuk membuat dalam bentuk
pemberhentian anggota secara tetap harus
Peraturan DPR tentang Kode Etik. Untuk
mendapat persetujuan dari rapat paripurna.
itu, di dalam Pasal 122 ayat (2) Undang-
Sedangkan Anggota, pimpinan fraksi,
Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR,
dan/atau Pimpinan DPR tidak dibenarkan
melakukan upaya intervensi terhadap
putusan MKD, karena upaya intervensi 18
Ibid.

372 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Rusnan| Kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Sistem Parlemen Di Indonesia……

DPR, DPD, dan DPRD menjelaskan bahwa Rakyat Republik Indonesia, merangkum
MKD hanya diberikan tugas dan wewenang berbagai batasan-batasan dalam bertindak
untuk melakukan evaluasi dan yang harus diperhatikan oleh seluruh
penyempurnaan terhadap peraturan DPR anggota DPR, khususnya yang berkaitan
tentang Kode Etik yang telah di produk oleh dengan :
DPR. 1) Kepentingan umum;
Kode etik atau aturan materil yang 2) Integritas;
digunakan oleh MKD adalah Peraturan DPR 3) Hubungan dengan mitra kerja;
No. 1 Tahun 2015 tentang Kode Etik 4) Akuntabilitas;
Dewan Perwakilan Rakyat Republik 5) Keterbukaan dan konflik kepentingan;
Indonesia. Di dalam konsiderans 6) Rahasia;
menimbang peraturan tersebut 7) Kedisiplinan;
menyebutkan bahwa peraturan tersebut 8) Hubungan dengan konstituen atau
dibentuk dengan mempertimbangkan masyarakat;
konsepsi dan materi muatan yang terdapat 9) Perjalanan dinas;
dalam Pasal 122 Undang-Undang No. 17 10) Independensi;
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan 11) Pekerjaan lain di luar tugas kedewanan;
DPRD. Kewenangan penegakan Kode Etik 12) Hubungan dengan wartawan;
DPR memang diberikan secara penuh 13) Hubungan dengan tamu di lingkungan
kepada lembaga MKD seperti yang DPR;
dicantumkan dalam Pasal 19ayat, (1), (2), 14) Hubungan dengan antar-anggota dengan
(3), (4), dan (5) Peraturan DPR No. 1 alat kelengkapan DPR;
Tahun 2015 tentang Kode Etik Dewan 15) Etika persidangan; dan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang 16) Hubungan dengan tenaga ahli, staf
menjelaskan sebagai berikut19 : administrasi anggota, dan sekretariat
1) Penegakan Kode Etik dilakukan oleh jenderal.
MKD. Dari segi pembentukan Kode Etik
2) Penegakan Kode Etik dilakukan melalui DPR, yang mana peraturan ini menjadi
upaya pencegahan dan penindakan. hukum materil yang dipergunakan oleh
3) Upaya pencegahan dilakukan dengan MKD, secara sepintas dapat dilihat bahwa
sosialisasi, pelatihan, mengirimkan surat lembaga ini masih sangat bergantung secara
edaran dan memberikan rekomendasi, struktural kepada lembaga induknya yaitu
atau cara lain yang ditetapkan oleh lembaga DPR karena untuk membentuk
MKD. kode etik diserahkan kepada DPR dan
4) Upaya penindakan dilakukan oleh MKD dituangkan dalam bentuk Peraturan DPR,
berdasarkan peraturan DPR yang seperti yang dijelaskan dalam Pasal 235
mengatur mengenai tata beracara MKD. Undang-Undang No. 17 Tahun 2014
5) Anggota MKD wajib mengutamakan tentang MPR,DPR, DPD, dan DPRD bahwa
fungsi, tugas, dan wewenang MKD. “DPR menyusun kode etik yang berisi norma
yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota
Peraturan DPR No. 1 Tahun 2015
selama menjalankan tugasnya untuk menjaga
tentang Kode Etik Dewan Perwakilan martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas
DPR”. Hal ini tentu merupakan akibat dari
19
Indonesia, Peraturan DPR tentang Kode Etik
keberadaan MKDyang masih berada di
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, bawah struktural lembaga DPR RI.
Peraturan DPR No. 1 Tahun 2015, pasal 19.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 373


Jurnal IUS|Vol V|Nomor 3|Desember 2017| Hal 364  379

3) Hukum Acara yang digunakan oleh Selain itu, di dalam Peraturan DPR
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) No. 2 Tahun 2015 tentang Tata Beracara
Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan
Proses penegakan etik yang lahir di Rakyat Republik Indonesia juga telah
akhir abad ke-20 berkembang ide tentang mengatur secara rinci hal-hal yang penting
pembentukan institusi penegak kode etik dalam proses beracara MKD, yaitu sebagai
dan standar perilaku untuk maksud untuk berikut : 1).Fungsi, tugas, dan wewenang
mengefektifkan proses penegakan sistem MKD; 2). Materi perkara; 3).Perkara
etik itu (ethics enforcement). Bersamaan pengaduan; 4). Perkara tanpa pengaduan;
dengan berkembangnya gagasan 5). Proses penyelidikan; 6). Rapat dan
pembentukan kelembagaan penegak kode sidang; 7). Pembentukan panel sidang; 8).
etik dan kode perilaku itu, dan dengan Hal keuangan; 9). Putusan; 10).
melihat pengertian-pengertian yang ada Pelaksanaan putusan; dan 11). Pemberian
dalam sistem norma hukum, perlu diatur persetujuan terhadap pemanggilan dan
pula hal-hal yang berkenaan dengan permintaan keterangan kepada anggota.
prosedur-prosedur beracara dalam proses Pembentukan peraturan DPR yang
penegakan etika tersebut. Seperti yang dijadikan sebagai hukum acara oleh MKD
dijelaskan oleh Jimly Asshidiqie, bahwa20 : ini tentu membawa pengaruh yang cukup
“Inilah yang saya namakan sebagai besar bagi kelembagaan dari MKD, karena
etika formil yang sepadan dengan apabila dalam hal pembuatan segala
pengertian hukum formil dalam sistem peraturan yang berkaitan dengan lembaga
norma hukum, yaitu pengaturan yang MKD ini diserahkan sepenuhnya kepada
terkait dengan prosedur-prosedur lembaga DPR, tentu keberadaan dari
beracara di lingkungan lembaga penegak lembaga ini semakin diragukan sifat
kode etik dan kode perilaku”. independensi dan imparsialitasnya dalam
hal menangani perkara-perkara
Dengan demikian di bidang etika,
pelaanggaran etik oleh anggota DPR.
diperkenalkan juga pengertian tentang etik
formil atau pedoman beracara penegakan Konsekuensi Yuridis dari Kedudukan
kode etik dan standar perilaku, seperti Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD)
halnya di bidang hukum, kita mengenal terhadap Penegakan Kode Etik di
hukum acara dan hukum formil. Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat
Pedoman beracara atau hukum acara (DPR)
(formil) yang digunakan oleh MKD dalam Membangun sebuah lembaga peradilan
beracara adalah Peraturan DPR No. 2 ataupun lembaga penegakan etik, secara
Tahun 2015 tentang Tata Beracara teoritik konsep ini pasti akan berhadapan
Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan dengan kerangka berfikir bahwa bagaimana
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. cara untuk menciptakan lembaga tersebut
Peraturan ini berisi panduan lengkap menjadi lembaga yang terjamin
tentang tata beracara dari MKD, mulai dari kenetralannya, memiliki integritas yang
tahap awal tata cara pembentukan MKD, tinggi dalam melaksanakan tugasnya sesuai
tata cara pengenaan sanksi, tata cara dengan asas independen dan imparsialitas.
pembentukan panel, sampai pada tata cara Dalam beberapa lembaga Negara pada
sidang MKD. sistem pemerintahan Indonesia, membentuk
suatu lembaga penegakan etik adalah suatu
keharusan adanya, karena langkah ini
20
Jimly Asshidiqqie, Op. Cit,Hlm. 114 memang menjadi tuntutan Negara

374 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Rusnan| Kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Sistem Parlemen Di Indonesia……

demokrasi yang menjalankan sistem sebagai co-legislator dalam struktur


pemerintahan yang menganut model ajaran ketatanegaraan Indonesia23.
teori pembagian kekuasaan (distribution of Pada dasarnya pembentukan masing-
power). Hal tersebut terjadi karena adanya masing lembaga Negara di Indonesia
penempatan kekuasaan yang sejajar memiliki marwah pembentukan yang
antarcabang kekuasaan yang akan berbeda-beda, ada yang dibentuk dan
menimbulkan dampak negatif yang dapat diangkat oleh masing-masing lembaga
mengganggu jalannnya roda Negara yang ada, ada yang ditetapkan
penyelenggaraan pemerintahan Negara. berdasar fit and proper test, dan ada yang
Selain itu, masih terdapat potensi dibentuk berdasarkan aspirasi masyarakat
penyalahgunaan di lingkungan cabang melalui perwakilan partai politik yang
kekuasaan tertentu oleh lembaga Negara dipilih melalui pemilihan umum (lembaga
pemegang cabang kekuasaan tersebut21. DPR). Untuk itu, menjadi penting
Biasanya model pemerintahan seperti kemudian etika kekuasaan dan berpolitik
ini akan dibarengi dengan prinsip chacks and dari masing-masing anggota DPR ini tetap
balances (keseimbangan dan saling dijaga dan dibentuk suatu pedoman yang
mengawasi). Namun prinsip ini tidak bisa sifatnya absolut.
dijalankan secara konsisten oleh beberapa Etika politik tidak hanya masalah
Negara disebabkan karena dalam beberapa perilaku politikus. Ia berhubungan juga
konstitusi Negara masih memiliki dengan praktek institusi sosial, hukum,
penafsiran yang berbeda tentang distribution komunitas, struktur-struktur sosial, politik
of power ini22, begitupun di Indonesia karena dan ekonomi. Etika politik memiliki tiga
secara kelembagaan tidak ada dibentuk dimensi yaitu tujuan, sarana dan aksi politik
suatu lembaga penegakan etik yang bersifat itu. Perilaku politikus hanya salah satu
independen dan berdiri sendiri, maka dimensi dari etika politik itu. Kehendak baik
diakomodir pembentukan lembaga tersebut perlu ditopang oleh institusi yang adil.
menjadi lembaga pengawasan yang sifatnya Kehendak baik berfungsi mempertajam
internal dalam masing-masing lembaga makna tanggung jawab, sedangkan institusi
Negara. Tujuan dari pembentukan lembaga (hukum, aturan, kebiasaan, dan lembaga
penegak etik ini pada dasarnya adalah sama sosial) berperan mengorganisasi tanggung
yaitu untuk menegakkan kode etik dan kode jawab24.
perilaku seluruh pihak yang ada di dalam Etika politik mengandung aspek
lembaga Negara yang bersangkutan. individual dan sosial. Di satu pihak, etika
Pada lembaga DPR, pembentukan politik sekaligus adalah etika individual dan
lembaga penegakan etik ini bertujuan untuk etika sosial. Etika individual karena
menjaga harkat dan martabat anggota DPR, membahas masalah kualitas moral perilaku,
karena sesuai dengan ajaran teori sedang etika sosial karena merefleksikan
distribution of power yang dianut oleh masalah hukum, tatanan sosial, dan institusi
Indonesia, DPR merupakan lembaga yang yang adil. Di lain pihak etika politik
bersifat representasi dari seluruh sekaligus etika institusional dan etika
kepentingan masyarakat Indonesia. Secara keutamaan. Institusi dan keutamaan
teoritik lembaga ini merupakan lembaga merupakan dua dimensi etika yang saling
politik yang memiliki fungsi yang besar mendukung. Keutamaan merupakan faktor

23
Ibid.Hlm, 115
21 24
Janedri M. Gaffar, Op. Cit, Hlm. 114 Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, PT.
22
Ibid. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2014, hlm. 33

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 375


Jurnal IUS|Vol V|Nomor 3|Desember 2017| Hal 364  379

stabilisasi tindakan yang berasal dari luar DPR, tentu hal ini akan mengganggu
diri perilaku. Etika politik ini memiliki tiga kenetralan dari lembaga ini dalam
dimensi, pertama adalah tujuan politik, menjalankan tugasnya.
kedua menyangkut masalah pilihan sarana, Oleh sebab itu, di dalam dunia politik
dan ketiga berhadapan dengan aksi politik25. sering didengar istilah “politik kancil pilek”
Konsepsi tersebut menunjukkan yang biasa diartikan sebagai politik diam
bahwa perilaku dan etika di lembaga politik meski melihat kemungkaran karena ingin
membawa dampak yang sangat signifikan selamat dari kekejaman penguasa. Politik
baik bagi insitusi itu sendiri dan bagi kancil pilek di Indonesia terjadi bukan
kehidupan sosial dalam masyarakat. Oleh hanya karena seseorang dalam posisi lemah
karena itu, suatu pelanggaran yang dan takut kepada penguasa yang busuk
dilakukan dalam suatu struktural hanya (harimau) melainkan juga banyak di
akan diselesaikan oleh lembaga yang antaranya yang menjadi kancil pilek karena
dibentuk secara struktural dan kemandirian mereka sendiri menjadi bagian dari
dari suatu institusi tersebut harus kebusukan itu atau dalam lingkungan yang
seyogyanya mendapat jaminan normatif dari busuk itu. Oleh sebab itu, mereka menjadi
pembentuk undang-undang26. Konsep ini takut berbicara yang sebenarnya dan
sejalan dengan kerangka berfikir yang sudah menjadi kancil pilek jika berhadapan dengan
dibahas sebelumnya bahwa salah satu faktor berbagai kasus yang menimpa lingkungan
keberhasilan dalam rangka penegakan kode atau institusinya27. di mana lembaga-
etik dan kode perilaku adalah dibentuknya lembaga seperti ini yang seharusnya tetap
suatu institusi penegakan etik secara berani dan memiliki integritas yang tinggi
kelembagaan dan bersifat independen. dalam melaksanakan tugasnya, namun
Kaitannya dengan MKD, dalam hal menjadi lemah hanya dikarenakan mereka
penegakan etika (rule of ethics) ini tentu berada dalam lingkup kekuasaan (struktural
tidak bisa lepas dari semangat penegakan kelembagaan) yang kapan saja akan
hukum (rule of law) yang memang sudah menerkam mereka baik secara individu
lama dikenal dalam sistem ketatanegaraan di maupun kelembagaannya.
Indoensia. Pembentukan lembaga MKD ini Dalam kaitannya dengan MKD, di
pada dasarnya memiliki tujuan untuk mana secara kelembagaan lembaga ini masih
bagaimana lembaga ini mampu menjaga berada dalam struktural DPR yaitu sebagai
serta menegakkan kode etik dan kode alat kelengkapan DPR seperti yang
perilaku di dalam lembaga DPR dengan dijelaskan dalam Pasal 119 Undang-Undang
harapan apabila etika dan moral dari No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
lembaga DPR dapat ditegakkan tentu akan DPD, dan DPRD, yang mana konsep
berbanding lurus dengan keberhasilan dalam tersebut akan membawa implikasi yuridis
rangka penegakan hukum (rule of law) di terhadap penentuan segala hal-hal yang
lembaga tersebut, untuk itu seharusnya penting berkaitan dengan MKD bahkan
penegakan etika (rule of ethics)harus berdampak kepada model porsi keanggotaan
didahulukan dari pada sekedar formalitas- yang ada dalam MKD itu terdiri yang
formalitas hukumnya. Namun, seiring seluruhnya berasal dari keanggotaan DPR.
dengan keberadaan secara kelembagaan dari Keadaan inilah yang akan rentan membuat
MKD ini masih bersifat alat kelengkapan lembaga tersebut menjadi tertekan dan
tentunya kurang bebas dalam melaksanakan
25
Ibid. tugas-tugasnya, sehingga yang ada lembaga
26
Laica Marzuki, Berjalan-jalan di Ranah Hukum,
27
Konstitusi Press, Jakarta, 2009, hlm. 12 Ibid.Hlm. 89

376 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Rusnan| Kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Sistem Parlemen Di Indonesia……

MKD ini layaknya seperti kancil yang ada siapa yang dapat diyakinkan bahwa proses
dalam cerita fiktif di atas, yang dalam penegakan kode etik itu sungguh-sungguh
keadaan tertentu para anggota MKD sulit tepercaya. Jika prosesnya tidak dapat
berkata jujur karena yang mereka adili dipercaya, bagaimana mungkin hasilnya
adalah rekan satu fraksi di DPR, dan dalam akan dapat dipercaya oleh masyarakat yang
sisi lain mereka akan berkata tegas dikala terus berkembang makin terbuka karena
mereka memproses kasus dari pihak lawan sistem demokrasi yang dianut29.
politik. Sehingga lembaga MKD ini akan Karena itu juga, selama ini semua
menjadi lembaga untuk saling melindungi kasus dugaan pelanggaran kode etik di
dan bisa menjadi lembaga untuk saling berbagai organisasi profesi, di berbagai
menjatuhkan satu sama lain. lembaga-lembaga kenegaraan, dan instansi
Salah satu implikasi yang sangat pemerintahan, dan organisasi
penting juga dapat timbul dari akibat kemasyarakatan, cenderung bersifat
keberadaan MKD, yang secara lembaga melindungi, tidak sungguh-sungguh
masih berada dalam struktural DPR, adalah menegakkan kode etika. Yang berlaku
membentuk lembaga ini menjadi lembaga adalah kultur ewuh-pekewuh. Dalam praktik
yang menegakkan kode etik yang bersifat penegakan kode etik di DPR misalnya,
fungsional tertutup. Akibatnya, proses Sampai sekarang jumlah anggota DPR yang
penegakan kode etik itu tidak dapat diberhentikan karena melanggar kode etik
dipertanggungjawabkan secara independen baru beberapa orang. Kasus-kasus dugaan
dan terbuka kepada publik yang di zaman pelanggaran kode etik yang lain yang
sekarang menuntut keterbukaan, menimpa banyak anggota DPR, kandas
transparansi, dan akuntabilitas publik yang karena mekanisme di lingkungan internal
lebih luas di semua bidang kehidupan Badan Kehormatan atau MKD di DPR
sebagai prasyarat untuk terwujudnya sendiri. Untuk kali yang pertama, dan juga
prinsip good governance28. merupakan satu-satunya anggota DPR yang
Tanpa transparansi dan akuntabilitas pernah dipecat dalam sejarah dari
publik, jaminan kendali mutu terhadap keanggotaan DPR hanyalah H. Azidin dari
proses penegakan etika yang bersifat Fraksi Partai Demokrat periode 2004-2009.
independen, jujur, dan adil tidak mungkin Sesudah itu tidak pernah lagi ada sanksi
terpenuhi. Jika proses pemeriksaan dan yang dijatuhkan kepada anggota DPR yang
peradilan dilakukan secara tertutup, derajat dilaporkan melakukan dugaan pelanggaran
objektivitas, integritas, dan independensinya kode etik DPR30.
tentu saja tidak dapat Selain itu juga Badan Kehormatan
dipertanggungjawabkan. Selama proses Dewan, Dalam melaksanakan
penegakan kode etik tidak terbuka, tidak kewenangannya Badan Kehormatan bisa
dapat diharapkan adanya akuntabilitas saja dipengaruhi oleh pihak luar, mengingat
publik yang memberikan jaminan Badan Kehormatan yang merupakan
objektivitas, imparsialitas, profesionalitas, perwakilan fraksi dan orang yang dipercayai
integritas, dan kredibilitas. Pada gilirannya, fraksi serta bisa kapan saja ditarik oleh
fraksinya. Mengingat hal itu, adanya
28
kepentingan masing-masing anggota Badan
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Sistem Norma Kehormatan berdasarkan kepentingan
Menuju Terbentuknya Sistem Peradilan Etika, dalam
http://www.jimlyschool.com/read/analisis/239/Perk fraksinya yang juga ikut berperan dalam
embangan-Sistem-Norma-Menuju-Terbentuknya-
29
Sistem-Peradilan-Etika/ , diunduh pada tanggal 21 Ibid.hlm. 44
30
Oktober 2016, hlm. 43 Ibid.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 377


Jurnal IUS|Vol V|Nomor 3|Desember 2017| Hal 364  379

penyanderaan kewenangan Badan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan


Kehormatan secara tidak langsung. Dalam marwah pembentukannya serta tidak
hal ini Badan Kehormatan harus terlebih menjadi lembaga yang bersifat ritualitas
dahulu melaporkan hasil keputusan kasus semata dalam menangani kasus-kasus
pelanggaran etika kepada Fraksi. Dengan pelanggaran kode etik oleh anggota DPR.
Adanya intervensi tersebut membuat badan
kehormatan dalam mengambil keputusan SIMPULAN
atau memberikan sanksi terhadap anggota Kedudukan MKD berdasarkan
dewan yang melakukan pelanggaran sangat Undang-Undang No. 17 Tahun 2014
sulit bebas dari pengaruh partai politik. tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
Anggota Badan Kehormatan tidak diwakili dijelaskan secara eksplisit di dalam Pasal
oleh semua Fraksi, hal itu berdampak pada 119, yang menyebutkan bahwa Majelis
semua persoalan yang muncul, seharusnya Kehormatan Dewan adalah suatu lembaga
di Badan Kehormatan ada keberwakilan yang dibentuk oleh DPR dan merupakan
semua fraksi, salah satu bentuk pencegahan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap
bisa dilakukan melalui fraksi yang selalu serta memiliki tugas dan fungsi untuk
mengingatkan bila anggota fraksinya yang menjaga dan menegakkan kehormatan serta
telah melakukan pelanggaran.31 keluhuran martabat DPR sebagai lembaga
Keadaan tersebut membawa dampak perwakilan rakyat. Mahkamah Kehormatan
negatif kepada integritas dari MKD, apabila Dewan bertugas menjaga serta menegakkan
semakin besar kepentingan fraksi yang kehormatan dan keluhuran martabat DPR
mengintervensi kinerja MKD ini tentu akan sebagai lembaga perwakilan rakyat.
memperbesar kemungkinan terjadi konflik Mahkamah Kehormatan Dewan adalah
kepentingan (conflic of interest) dalam lembaga yang sangat penting kedudukannya
lembaga ini, yang menjurus pada konflik dalam rangka menjaga marwah dan
kepentingan (conflic of interest) antar martabat dari anggota parlemen Indonesia,
anggota, antara fraksi, antar partai politik, yang dibentuk sebagai alat kelengkapan
bahkan antar koalisi partai yang ada dalam DPR yang bersifat tetap.
lembaga DPR. Hal tersebut akan membawa
MKD menjadi lembaga yang akan DAFTAR PUSATAKA
menjembatani seluruh kepentingan partai
A. Buku :
politik dengan cara menyetir anggota partai
Assidhiqqie, Jimly. 2006, Hukum Acara
yang duduk di MKD ketika menangani
Pengujian Undang-Undang,
kasus-kasus di DPR.
Konstitusi Press, Jakarta,
Untuk ke depannya, publik tentu
berharap supaya kelembagaan MKD ini ----------, 2006 Pengantar Hukum Tata
harus melakukan langkah pembenahan diri Negara (Jilid II), Sekretariat Jedral
baik secara kelembagaan maupun dan Kepanitraan Mahkamah
keanggotaanya, yang dapat memberikan Konstitusi RI, Jakarta
dampak positif bagi kinerja MKD untuk
selanjutnya, supaya lembaga ini benar-benar ---------,
2006, Prihal Undang-Undang,
Konstitusi Press, Jakarta
31
Nurmadiah, Nurmadiah. Implementasi CF. Strong, 2008, Konstitusi-Konstistusi
Kewenangan Badan Kehormatan Dprd Dalam Politik Modern : Studi Perbandingan
Penegakan Kode Etik Anggota Dprd Di Provinsi
Ntb." Jurnal IUS (Kajian Hukum dan Keadilan) 4.3
Tentang Sejarah dan Bentuk-Bentuk
(2016).

378 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Rusnan| Kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Sistem Parlemen Di Indonesia……

Konstitusi Di Dunia, PT. Alumni, Nurmadiah, Nurmadiah. 2016, Implementasi


Bandung, Kewenangan Badan Kehormatan Dprd
Dalam Penegakan Kode Etik Anggota
Fuady, Munir , 2009, Teori Negara Hukum DPRD di Provinsi NTB" Jurnal IUS
Modern (Rechstaat), Refika Aditama, (Kajian Hukum dan Keadilan) 4.3
Bandung
C. Peraturan Perundang-undangan :
Gaffar , Janedri M., 2013, Demokrasi dan
Pemilu di Indonesia, Konstitusi Press, Indonesia, Undang-Undang Dasar RI 1945
Jakarta, Indonesia,Undang-undang Nomor 15 Tahun
Haryatmoko, 2014, Etika Politik dan 2011 tentang Penyelenggara
Kekuasaan, PT. Kompas Media Pemilihan Umum, Lembar Negara
Nusantara, Jakarta, Nomor 101 tahun 2011;

Isra, Saldi, 2010, Pergeseran Fungsi Legislasi, Indonesia, Undang-Undang Nomor 17


Raja Grafindo, Jakarta Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
Laica Marzuki, 2009, Berjalan-jalan di DPD, dan DPRD, LN RI Tahun 2014
Ranah Hukum, Konstitusi Press,
Indonesia, Peraturan Dewan Perwakilan
Jakarta,
Rakyat Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Manan, Bagir, 2005, Sistem Peradilan Tata Tertib.
Berwibawa : Suatu Pencarian,
Indonesia, Peraturan DPR Nomor 1 Tahun
Fakultas Hukum Uiversitas Islam
2015 tentang Kode Etik Dewan
Indonesia Press, Yogyakarta.
Perwakilan Rakyat Republik
----------, 2004, Teori dan Politik Konstitusi, Indonesia ;
FH Universitas Islam Iindonesia
Indonesia, Peraturan DPR Nomor 2 Tahun
Press, Yogyakarta
2015 tentang Tata Beracara
Moh. Mahfud MD., 2012, Konstitusi dan Mahkamah Kehormatan Dewan
Hukum dalam Kontroversi Isu, PT. Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Raja Grafindo Persada, Jakarta Indonesia.

B. Jurnal
Karyati, Sri, 2015, Rekonstruksi
Kelembagaan Penegakan Etika
Parlemen, Jurnal Etika dan Pemilu,
volume 1 No. 1 - juni

Rusnan. Eksistensi Majelis


Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Pasca Perubahan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia
1945. Jatiswara, [S.l.], v. 31, n. 1, p.
83-98, oct. 2017. Available at:
<http://jatiswara.unram.ac.id/index.
php/js/article/view/35>. Date
accessed: 18 dec. 2017

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 379

You might also like