You are on page 1of 8

Vol. 3 No.

1 tahun 2014 [ISSN 2252-6633]


Hlm. 34-41

PABRIK GULA CEPIRING KENDAL


PASCA NASIONALISASI TAHUN 1957-2008

Lina Farida
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negri Semarang
historiaunnes@gmail.com

ABSTRACT

Sugar contains a lot of interesting things to be studied and not widely known yet by the layman. In
addition its relation to the roots of nationality, Sugar also became the way to come to a modern
civilization in Javanese colonialism. The purpose of this study is used to determine the state of the
Cepiring Sugar Factory in a Dutch colonial period and its post-nationalization years development
from 1957 to 2008. The methods in this study are based on historical research methods, they are;
(1) heuristics, (2) a source of criticism, (3) interpretation, and (4) historiography. Techniques that
used to get the source is by do observation, interviews, documentation, literature studies, and docu-
ments studies. The results of this research are the changes that undergone by Cepiring Sugar Facto-
ry after the nationalization of foreign factory that owned by the Dutch in 1957, the one of it is the
changes in management system. This factory has encountered several vacuums. First, in 1904-1916
because of World War I, the second is in 1930-1935 because of economic crisis, the third in 1942-
1954 because of function changing by the Japanese, and in 1998-2008 because of financial crisis.
However, by improved management and great effort, Cepiring Sugar Factory can be operating un-
til now.

Keywords: Cepiring Sugar Factory, Post-Nationalization

ABSTRAK

Industri gula merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji dan belum banyak diketahui oleh
orang awam. Selain berhubungan erat dengan akar-akar kebangsaan, gula juga menjadi pembuka
peradaban modern di Jawa era kolonial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keadaan Pabrik Gula Cepiring masa Kolonial Belanda dan perkembangannya pasca nasionalisasi
tahun 1957-2008. Metode dalam penelitian ini berdasarkan metode penelitian sejarah, yaitu (1)
heuristik, (2) kritik sumber, (3) interpretasi, dan (4) historiografi. Teknik mendapatkan sumber,
peneliti lakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka, dan studi dokumen.
Hasil penelitian ini yaitu Pabrik Gula Cepiring banyak mengalami perubahan setelah adanya na-
sionalisasi perusahaan-perusahaan asing milik Belanda tahun 1957, salah satunya perubahan pada
sistem manajemen. Pabrik ini telah beberapa kali mengalami kevakuman. Pertama yaitu tahun
1904-1916 akibat Perang Dunia I, kedua yaitu tahun 1930-1935 akibat krisis ekonomi, ketiga yaitu
tahun 1942-1954 karena dialihfungsikan oleh Jepang, dan tahun 1998-2008 karena krisis moneter.
Akan tetapi dengan perbaikan manajemen serta usaha yang keras, Pabrik Gula Cepiring dapat
beroperasi kembali sampai saat ini.

Kata Kunci: Pabrik Gula Cepiring, Pasca Nasionalisasi

Alamat korespondensi 34
Gedung C2 Lantai 1, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang 50229
Journal of Indonesian History, Vol. 3 (1) tahun 2014

PENDAHULUAN deklarasi ekonomi sebagai dasar


pemerintah untuk melaksanakan usaha
Industri gula merupakan suatu hal pemilikan modal secara langsung dengan
yang menarik untuk dikaji dan belum ban- jalan mengambilalih perusahaan -
yak diketahui oleh orang awam. Selain perusahaan swasta Belanda yang ada di
berhubungan erat dengan akar-akar ke- Indonesia. Kebijakan ini muncul karena
bangsaan, gula juga menjadi pembuka buntunya pengembalian Irian Barat me-
peradaban modern di Jawa era kolonial. lalui jalur diplomasi, setelah adanya kon-
Industri gula dan budidaya tanaman tebu ferensi meja bundar (KMB) tahun 1949
telah mewarnai asimilasi budaya multiet- (http://www.berdikarionline.com,diunduh
nik di kalangan penduduk Jawa, yakni ter- 6 November 2013).
jadi antara budaya Cina, Jawa, dan Eropa Pemerintah Republik Indonesia
(Belanda). Dari gula kita dapat menelusuri melalui Menteri Pertahanan RI mengambil
alur dan jejak proses menjadi bangsa Indo- alih semua perusahaan milik Belanda. Ber-
nesia (Maharani, 2010:16). dasarkan UU no 86 tahun 1958 semua pe-
Indonesia memulai industri gulan- rusahaan perkebunan milik Belanda dina-
ya dengan pabrik-pabrik gula besar yang sionalisasi oleh Pemerintah Indonesia.
pernah menghantarkan Indonesia sebagai Pabrik Gula Cepiring merupakan salah
exporter gula terbesar di dunia. Industri gula satu perusahaan yang berada dalam wila-
yang berkembang pada era kolonial akhir yah Republik Indonesia dan merupakan
berlokasi di Pekalongan-Tegal, sampai perusahaan perseroan milik Belanda, oleh
sepanjang jalan daerah pesisir utara Jawa. karena itu Pabrik Gula Cepiring dinasion-
Ada 13 pabrik gula di Pekalongan-Tegal, alisasikan.
semua milik orang Belanda. Inti pabrik- Pabrik Gula Cepiring merupakan
pabrik ini secara progresif dimodernisasi salah satu pabrik gula yang terbesar dari
dan diperluas dari tahun 1860-an ke de- beberapa pabrik gula yang ada di Kabupat-
pan. Pabrik-pabrik besar hadir di lapangan en Kendal pada masa kolonial, dan juga
sampai di pedalaman dataran rendah Jawa merupakan pabrik gula yang dapat aktif
dan berdampak besar bagi masyarakat dan kembali setelah beberapa kali mengalami
ekonomi Indonesia pada masa itu. kevakuman. Suatu instansi yang sudah
Puncak kegemilangan perkebunan mengalami kevakuman akan sulit untuk
tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1920- bangkit kembali, butuh usaha dan kerja
an, dengan 179 pabrik pengolahan dan keras secara maksimal untuk membangkit-
produksi tiga juta ton gula per tahun. Ek- kan kembali aktivitasnya, akan tetapi
spor gula dari Pulau Jawa pada saat itu Pabrik Gula Cepiring mampu membuk-
merupakan seperempat dari penghasilan tikan kemampuannya yaitu dapat ber-
Belanda, sehingga selama puluhan tahun, produksi kembali setelah beberapa kali
gula di Pulau Jawa diibaratkan sebagai mengalami kevakuman.
“gabus tempat pulau Jawa mengapung”
yang mengandung arti bahwa perekonomi- METODE PENELITIAN
an Kolonial Belanda berpusat di Jawa.
Akan tetapi, jumlah produksi terus turun Metode penelitian yang digunakan
akibat depresi ekonomi yang melanda adalah metode penelitian sejarah yang
dunia pada tahun 1930-an, dan jumlah meliputi, 1) heuristik, 2) kritik sumber, 3)
pabrik gulapun berkurang menjadi 51 pada interpretasi, 4) historiografi. Heuristik
tahun 1956. Pada akhir tahun 1957 semua merupakan tahap penelusuran sumber.
pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah Bentuk pengumpulan data yang dilakukan
sangat meregulasi industri ini (Amang, dalam penelitian ini terdiri dari data primer
1993:23). dan data skunder. Data primer yang di-
Nasionalisasi berawal dari sumber peroleh peneliti yaitu dari hasil wawancara
kebijakan pada periode demokrasi terpim- dengan semua yang terkait dalam
pin yaitu deklarasi ekonomi. Terbentuknya penelitian yang dilaksanakan di Pabrik Gu-

35
Pabrik Gula Cepiring… - Lina Farida

la Cepiring, lembar negara, dan juga arsip- Cepiring, Kecamatan Cepiring, Kabupaten
arsip yang berkaitan dengan penelitian ter- Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Pada masa
sebut. Sedangkan sumber-sumber skunder penjajahan Belanda terdapat 4 pabrik gula
yang digunakan oleh peneliti diantaranya di Kendal, jadi Pabrik Gula Cepiring
buku-buku yang ada kaitannya dengan bukanlah satu-satunya pabrik gula yang
topik penelitian serta surat kabar sejaman. ada di Kendal pada masa itu. Menurut in-
Tahap selanjutnya adalah kritik formasi yang penulis dapatkan melalui wa-
sumber yang merupakan tahap pengujian wancara dengan Utoyo selaku koordinator
terhadap sumber-sumber sejarah yang telah pensiuan PTP N IX , keempat pabrik gula
dikumpulkan dan dilihat dari sudut pan- tersebut adalah pabrik gula Kaliwungu
dang nilai kebenaran. Kritik sumber ini (Kaliwoengoe), Pabrik Gula Cepiring
tediri dari kritik ekstern dan kritik intern. (Tjipiring), pabrik gula puguh (Poegoeh), dan
Kritik ekstern dilakukan terutama untuk pabrik gula Gemuh (Gemoeh). Akan tetapi
menentukan apakah sumber tersebut meru- saat ini hanya tersisa satu pabrik gula di
pakan sumber asli yang dibutuhkan atau Kabupaten Kendal yaitu Pabrik Gula
tidak, apakah sumber tersebut utuh atau Cepiring.
telah diubah-ubah, apakah sumber tersebut Pada tahun 1894-1919 Pabrik Gula
sesuai dengan aslinya (Pranoto, 2010). Se- Cepiring dipimpin oleh seorang admin-
dangkan kritik intern Kritik intern adalah istratur yang bernama E.CN Sayers, dia
kritik yang menilai sumber dilihat dari bekerja memimpin semua pabrik gula yang
isinya apakah relevan dengan permasala- ada di Kendal. Keadaan Pabrik Gula
han yang ada dan dapatkah dipercaya Cepiring pada masa Kolonial Belanda,
kebenarannya. secara umum dapat dikatakan terus men-
Langkah berikutnya yaitu inter- galami peningkatan baik luas areal, lahan
pretasi. Pada tahap ini peneliti menyeleksi tebu, produksi, maupun jumlah ekspornya
data yang diperoleh, di mana peneliti meskipun peningkatan tersebut tidak begitu
menentukan data mana yang harus diting- mencolok. Hal tersebut dapat dilihat pada
galkan dalam penelitian sejarah dan dipilih tabel-tabel berikut:
mana yang relevan. Fakta-fakta sejarah Tabel 1. Luas Perkebunan Tebu Pabrik
yang telah melalui tahap kritik sumber di- Gula Cepiring dalam Satuan Bau
hubungkan atau saling dikaitkan sehingga
pada akhirnya menjadi suatu rangkaian Tahun Luas Areal (bau)
yang bermakna. Dan tahap yang terakhir 1835 400
adalah historiografi. Pada tahap ini peneliti 1848-1849 600
menyajikan hasil penelitian dalam bentuk 1859 1.300
cerita sejarah yang tersusun secara sistema- 1860 1.800
tis dan kronologis berupa sebuah deskriptif 1861 1.300
analitis. Dengan kata lain cerita sejarah 1862 1.600
dapat di pertangguhjawabkan kebena- 1923 2.500
rannya. 1930-1934 2.500
1952-1953 118. 897
PEMBAHASAN Sumber: Susatyo, 2007
Tabel di atas menunjukkan bahwa
1. Pabrik Gula Cepiring Masa Kolonial luas areal perkebunan tebu di Pabrik Gula
Belanda Cepiring terus meningkat sejak awal
Pemerintah Hindia Belanda mendi- berdirinya pabrik sampai dengan tahun
rikan Pabrik Gula Cepiring pada tahun 1860. Kemudian pada tahun 1861 Pabrik
1835 dengan nama “Kendalsche Suiker Gula Cepiring menurunkan luas pena-
Onderneming” sebagai suatu perusahaan naman tebu karena adanya kesukaran-
dalam bentuk NV atau perseroan di atas kesukaran yang dihadapi oleh pabrik sep-
tanah seluas kira-kira 1.298.594 m2. Pabrik erti persiapan lahan untuk penanaman te-
Gula Cepiring ini berada di kelurahan bu, perawatan sampai dengan masa panen

36
Journal of Indonesian History, Vol. 3 (1) tahun 2014

yang dihadapi oleh pabrik. Pada tahun tertinggi pabrik dan perkebunan tebu. Ad-
1862 sampai tahun-tahun berikutnya luas ministratur pada saat masa penjajahan Bel-
areal dan penanaman tebu ditambah, se- anda dijabat oleh orang Belanda. Se-
hingga sempat mengalami pasang surut. dangkan golongan menengah adalah orang
Pada tabel di atas digunakan satuan bau -orang yang bekerja dengan keahlian khu-
dalam ukuran luas areal tanah. 1 bau-nya sus seperti ahli tanaman tebu yang di-
jika dibuat ke dalam satuan meter yaitu namakan sinder, ahli mesin uap yang di-
sama dengan 7.096,50 m2. namakan masinis, ahli pengolahan gula
Produksi gula di pabrik Cepiring yang dinamkan chemicer. Golongan menen-
untuk 10 tahun (1855-1864) juga mengala- gah ini juga diduduki oleh orang-orang
mi peningkatan meskipun tidak begitu Eropa yang biasa di sebut dengan tuan
mencolok dan juga mengalami penurunan kecil. Dan golongan bawah adalah orang-
pada tahun-tahun tertentu. Pasang surut or ang bawahan sinder , masinis, dan
produksi gula dipengaruhi oleh beberapa chemicer, mereka adalah mandor tanaman
faktor seperti luas areal kebun, cuaca, serta tebu dan buruh baik buruh kebun tebu
sarana dan prasrana yang memadai. maupun buruh pabrik. Golongan menen-
Produksi gula pada tahun 1855-1864 dapat gah ini umumnya adalah orang-orang prib-
dilihat pada Tabel 2: umi Indonesia.
Tabel 2. Produksi Gula Pabrik Gula
Cepiring Tahun 1855-1864 2. Proses Nasionalisasi Pabrik Gula
Cepiring Tahun 1957
Tahun Produksi Gula (Pikul) Secara harfiah, istilah nasionalisasi
1855 40.735 merupakan suatu proses, cara atau per-
1856 71.365 buatan (hal) menjadikan sesuatu milik
1857 52.299 bangsa atau negara (terutama milik asing),
1858 52.387 yang biasanya diikuti dengan penggantian
yang merupakan kompensasi:pemerintah
1859 52.387 melakukan terhadap perusahaan asing
1861 55.249 (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1862 60.218 2007:775). Kebijakan nasionalisasi ini
1863 101.649 muncul sebagai akibat dari buntunya per-
juangan pengembalian Irian Barat dari tan-
1864 62.069
gan Belanda ke Indonesia melalui jalur di-
plomasi pasca perjanjian KMB tahun 1949.
Sumber: Susatyo, 2007 Nasionalisasi terhadap perusahaan
Suatu aktivitas di dalam pabrik tid- asing ini juga sebagai salah satu upaya
ak dapat terlepas dari tersedianya sumber pemerintah untuk meredam amarah
daya manusia, yaitu orang-orang para rakyat, dan bertujuan untuk meminimalisir
pekerja. Mereka biasanya disebut dengan terjadinya kesenjangan ekonomi rakyat.
masyarakat industri. Pada masa penjajahan Kebijakan ini diambil dengan maksud agar
Belanda terdapat penggolongan - negara-negara tujuan investasi dapat mem-
penggolongan pada masayarakat industri bangun kembali struktur perekonomiannya
gula, menurut wawancara dengan Wiwik, akibat dominasi modal asing. Salah satu
2 Juni 2011 menuturkan bahwa, di Pabrik jalan keluar yang dipikirkan untuk
Gula Cepiring juga terdapat kelompok- mengakhiri dominasi perusahaan perus-
kelompok sosial dalam masyarakat industri ahaan Belanda ialah dengan jalan
yang didasari oleh jenis pekerjaan yang melakukan nasionalisasi (Kanumoyoso,
ada, pembagian kelompok tersbut yaitu 2001).
golongan atas, menengah, dan bawah. Pemerintah melakukan langkah-
Pada zaman penjajahan Belanda, langkah dalam nasionalisasi sejak tahun
yang di maksud dengan golongan atas ada- 1951 dengan membentuk Pusat Penjualan
lah administratur. Dia adalah pimpinan Gula Indonesia (PPGI), Langkah selanjut-

37
Pabrik Gula Cepiring… - Lina Farida

nya adalah aksi mogok kerja yang dil- diunduh 19 Mei 2014).
akukan oleh pekerja pabrik. Aksi mogok Pelaksanaan nasionalisasi ini mem-
kerja ini dilakukan pada tanggal 1 Desem- perhatikan “teritorialiteit”. Artinya objek
ber 1957 selama 24 jam yang menyebabkan yang akan dinasionalisasi berada di dalam
perusahaan-perusahan Belanda mengalami batas-batas teritorial negara yang
kerugian RP 100.000.000. kemudian pada melakukan nasionalisasi. Prinsip teritorial-
tanggal 5 Desember 1957 pemerintah Indo- iteit pada dasarnya telah dilakukan Indone-
nesia juga melakukan pembekuan seluruh sia ketika nasionalisasi perusahaan -
transfer keuntungan perusahaan Belanda perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini
(Kanumoyoso, 2001). dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 1
Aksi-aksi massa menuntut pengam- UU No 86 Tahun 1958, bahwa perusahaan
bilalihan perusahaan-perusahaan Belanda -perusahaan milik Belanda yang berada di
dan asing lainnya juga dipelopori oleh Republik Indonesia yang akan ditetapkan
Gerakan-gerakan politik progresif yang dengan Peraturan Pemerintah dikenakan
disokong oleh Partai Nasional Indonesia nasionalisasi dan dinyatakan menjadi milik
(PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang penuh dan bebas Negara Republik
serta organ-organ yang terkait dengan par- Indonesia.
tai tersebut, seperti Sentral Organisasi Bu- Pabrik Gula Cepiring merupakan
ruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dan salah satu perusahaan yang berada dalam
Kesatuan Buruh Marhaenis (KBM). wilayah Republik Indonesia dan merupa-
Tindakan nasionalisasi yang dil- kan perusahaan perseroan milik Belanda,
akukan oleh Pemerintah membawa Indo- oleh karena itu Pabrik Gula Cepiring dina-
nesia ke kancah litigasi internasional. Salah sionalisasikan. Alasan yang melatarbe-
satu kasus yang terkenal adalah pemboiko- lakangi dilaksananakan nasionalisasi pada
tan terhadap komoditas ekspor Indonesia Pabrik Gula Cepiring adalah perekonomi-
yaitu Bremen Tobacco Case, dimana produk an dalam negeri yang berubah, semula
tembakau Indonesia diboikot di pasar ko- pemerintah Indonesia masih menjalankan
moditas tembakau internasioanal di Bre- sistem ekonomi kolonial berubah menjadi
men Jerman. Aksi tersebut berlanjut pada sistem ekonomi nasional. Karena pada ta-
tuntutan hukum yang diajukan oleh man- hun 1950-an perekonomian Indonesia telah
tan pemilik NV Verenigde Deli Maatschappi- didominasi oleh perusahaan-perusahaan
jen dan NV Senembah Maatschappij, yang Belanda.
dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia Walaupun langkah-langkah awal
berdasarkan Peraturan Pemeintah No 4 nasionalisasi dan pengoperan aset-aset pe-
Tahun 1959 tanggal 23 Februari 1959 rusahaan telah berhasil dilakukan pada ta-
(Rustanto). hun 1957, namun nasionalisasi Pabrik Gu-
Pihak Belanda/para penggugat tid- la Cepiring baru diberlakukan secara na-
ak mengakui keabsahan adannya nasional- sional pada tahun 1958 sesuai dengan un-
isasi berdasarkan Undang-undang No 86 dang-undang nasionalisasi perusahaan Bel-
Tahun 1958 dengan alasan bahwa nasion- anda pada tahun 1958 yang telah dikeluar-
alisasi tersebut melanggar ketertiban umum kan oleh pemerintah.
yang dikenal dalam hukum perdata inter- 3. Perkembangan Pabrik Gula Cepiring
nasional dan bertentangan dengan azas- Pasca Nasionalisasi Tahun 1957-2008
azas hukum internasional. Perkara tersebut Pabrik Gula Cepiring banyak men-
dimenangkan oleh Republik Indonesia dan galami perubahan dalam bentuk dan sta-
telah menjadi tonggak dalam hukum inter- tusnya, setelah dinasionalisasi kemudian
nasional bahwa nasionalisasi dalam rangka dikoordinir oleh Pusat Perkebunan Negara
dekolonisasi dapat dibenarkan, akan tetapi (PPN) cabang Jawa Tengah di Semarang.
Pemerintah Indonesia kemudian diwajiba- Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 141
kan membayar ganti rugi yang layak kepa- tahun 1961 dibentuklah Badan Pimpinan
da pemilik perusahaan Belanda yang dina- Umum Perusahaan Perkebunan Negara
sionalisasi (http://www.nasionalisasi.htm,

38
Journal of Indonesian History, Vol. 3 (1) tahun 2014

yang disingkat BPU-PPN, yang betugas Tabel di atas menunjukkan bahwa


menyelenggarakan pekerjaan Direksi Pe- produksi mengalami pasang surut. Salah
rusahaan-perusahaan Negara di bidang satu penyebab menurunnya produksi gula
perkebunan. di Pabrik Gula Cepiring adalah adanya
Struktur organisasi dan sistem kebijakan TRI pada tahun 1957, Kebijakan
kepemimpinan dalam perusahaan perke- ini bertujuan meningkatkan produksi gula
bunan setelah nasionalisasi juga berbeda serta pendapatan petani tebu dan diharap-
dengan struktur organisasi dan sistem kan impor gula menurun (Wahyuni, 2009).
kepemimpinan pada saat masih dikuasai Menurut wawancara dengan Wiwik Ra-
oleh Pemerintah Belanda. Dalam struktur harjo 2 Juni 2011, esensi dari kebijakan
organisasi pada saat Pemerintah Belanda, TRI adalah petani menjadi manajer pada
yang menjabat sebagai administratif adalah lahannya sendir i dengan dukungan
para kalangan ningrat, sedangkan Struktur pemerintah melalui kredit Bimas, bimb-
organisasi yang masih dibagi menjadi be- ingan teknis, perbaikan sistem pemasaran
berapa golongan dan lebih memilih golon- dengan melibatkan KUD, serta mencip-
gan ningrat sebagai pejabat administratif takan kerjasama antara petani tebu dengan
tersebut dihilangkan ketika pabrik telah pabrik gula.
dinasionalisasi. Hal tersebut dilakukan Program TRI di Kabupaten Kendal
dengan tujuan agar tidak terjadi kecembu- sendiri sangat sulit diterapkan dan men-
ruan dan kesenjangan sosial yang menco- galami kegagalan, karena tidak semua
lok. petani mau menanam tebu, salah satu con-
Perkembangan ekonomi perus- tohnya tidak semua petani di Kecamatan
ahaan-perusahaan yang telah diambilalih Gemuh mau menanam tebu. Ada lahan
tersebut mengalami penurunan, secara yang ditanami dua komoditi yaitu tebu dan
umum dapat dilihat produksi dan ekspor tembakau, padahal program TRI dapat
yang menurun. Hal ini juga dialami oleh dikatakan berhasil apabila semua petani
Pabrik Gula Cepiring. Produksi gula dan mau menanam tebu sesuai dengan in-
luas lahan tebu mengalami pasang surut, struksi dari Bupati (Diniyah, 2011).
hal ini disebabkan karena kesukaran - Menurunnya produksi gula juga
kesukaran yang muncul seperti kurangnya disebabkan oleh: a) Kurangnya penge-
tenaga ahli, alat-alat produksi, transportasi, tahuan dan pengalaman petani dalam pros-
dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat es produksi tebu, karena sebelumnya hal
pada tabel berikut: ini ditangani oleh pabrik gula; b) Komoditi
Tabel 3. Produksi Pabrik Gula Cepiring tebu kalah bersaing dalam perolehan
Tahum 1983-1992 penghasilan di bidang komoditi lainnya di

Kuintal SHS
Milik Milik Ex Gula Ex Nira Ex Gula Jumlah
Tahun PG PTR Sistem Kental sisan
PG lain
1983 126009 101261 700 - - 227270
1984 117195 119577 670 872 - 237442
1985 91460 119940 1000 2653 - 212400
1986 77643 118150 840 3697 - 200330
1987 83408 138544 1529 4088 - 227569
1988 62689 100622 805 - - 164116
1989 81758 128776 730 559 - 211823
1990 76811 110459 871 580 - 188671
1991 95672 110277 962 1176 - 208087
1992 100713 131007 1143 2757 - 235620

Sumber: Laporan tahunan direktorat


produksi PTP XV-XVI

39
Pabrik Gula Cepiring… - Lina Farida

lahan sawah; c) Keterlambatan masa Langkah selanjutnya yaitu menda-


tanam sehingga bergeser dari masa tanam tangkan teknisi-teknisi dari luar negeri sep-
optimalnya yang berakibat menurunkan erti Thailand. Teknisi-teknisi tersebut
rendemen (Diniyah, 2011). Selain produksi memberikan saran dan pelatihan-pelatihan
gula luas areal pertanian tebu di Kabupaten pengoperasian mesin. Melalui berbagai
Kendal juga mengalami pasang surut, persiapan-persiapan yang dilakukan sejak
disebabkan karena petani enggan me- tahun 2005, kemudian pada tanggal 6
nanam tebu. Hal ini dapat dilihat pada Maret 2008 PG melakukan Trial Melting
tabel berikut: pertama dengan mengolah raw sugar dan
Tabel 4.2 Luas Areal Tanaman Tebu Ta- produksi gula kristal putih mencapai
hun 1978-1984 32,946 ton. PT IGN ini baru diresmikan
pada tanggal 8 Agustus 2008 yang dihadiri
N0 Tahun Luas Areal
oleh Menteri Pertanian Anton Aprianto
1 1978 2.245,869 dan Menteri Perindustrian Fahmi Idris.
2 1979 2.202,338 Kemudian pada tanggal 10 September 2008
3 1980 2.506,847 dilakukan penandatanganan MoU
4 1981 2.739,774 (Memorandum of Understanding) antara PT
5 1982 4.318,713 I GN dengan par a pe tani m engenai
6 1983 3.765,952 kemitraan pengelolaan tebu untuk musim
7 1984 3.107,524 giling 2009 dan pada tanggal 13 Oktober
2008 kegiatan giling tebu dilaksanakan
Sumber: Diniyah, 2011:59 sampai dengan tanggal 2 November 2008
Pabrik Gula Cepiring juga men- sebesar 3.523 ton tebu (Profil IGN, 2011).
galami kevakuman selama 10 tahun yaitu
sejak tahun 1998-2008. Hal ini disebabkan PENUTUP
oleh berbagai faktor seperti penyempitan
lahan tebu, kurangnya bahan baku, kondisi Pabrik Gula Cepiring merupakan
mesin-mesin yang sudah tua dan juga krisis pabrik gula yang didirikan oleh pemerintah
ekonomi yang melanda Indonesia. Aki- Belanda pada tahun 1835 dengan nama
batnya pabrik mengalami kerugian secara “Kendalsche Suiker Onderneming” sebagai
terus menerus dan akhirnya ditutup. suatu perusahaan dalam bentuk NV atau
Kemudian dengan berbagai usaha dan per- perseroan di atas tanah seluas kira-kira
siapan yang matang serta adanya kerja sa- 1.298.594 m2. Pabrik Gula Cepiring ini be-
ma dengan PT Multi Manis Mandiri rada di kelurahan Cepiring, Kecamatan
Pabrik Gula Cepiring beroperasi kembali Cepiring, Kabupaten Kendal, Propinsi Ja-
dan diganti nama menjadi Industri Gula wa Tengah.
Nusantara. Sejak awal berdiri hingga tahun
Proses bangkitnya PG Cepiring awal tahun 1920 pabrik ini terus mengala-
bukan merupakan proses yang mudah. Bu- mi peningkatan baik luas lahan, areal tana-
tuh kerja keras, ketekunan, dan persiapan man, maupun produksi gula. Akan tetapi
yang matang untuk mengoperasikan kem- perkembangan perekonomian pabrik
bali pabrik tersebut. Langkah-langkah yang setelah adanya nasionalisasi justru men-
dilakukan Pabrik Gula Cepiring untuk galami kemunduran. Hal ini disebabkan
dapat beroperasi kembali adalah PG karena kesukaran-kesukaran yang muncul
Cepiring mulai pada tahun 2005 mengada- seperti kurangnya tenaga ahli, alat-alat
kan sosialisasi dan meyakinkan kembali produksi, transportasi, dan sebagainya.
kepada para pekerja PTP yang belum terke- Pabrik Gula Cepiring beberapa kali
na pensiun dini. PG juga melakukan pen- berhenti beroperasi. Pertama yaitu pada
dekatan dengan asosiasi petani tebu dan tahun 1904-1916 akibat Perang Dunia I
masyarakat sekitar dengan memberita- kemudian kembali berproduksi pada tahun
hukan kalau PG Cepiring ini dioperasikan 1917, kedua yaitu tahun 1930-1935 Pabrik
kembali. Gula Cepiring berhenti beroperasi akibat

40
Journal of Indonesian History, Vol. 3 (1) tahun 2014

krisis di bidang ekonomi, yang ketiga yaitu


tahun 1942-1954 karena dialihfungsikan Amang, Beddu. 1993. Kebijaksanaan Pemasaran
oleh Jepang, dan yang keempat yaitu tahun Gula di Indonesia. Jakarta: PT Dharma
1998-2008 pabrik tersebut mengalami keva- Karsa Utama.
kuman akibat krisis ekonomi dan keku-
Diniyah, Mufiddatut. 2011. Sejarah Perkem-
rangan bahan baku. Kemudian dengan
b a n g a n P a b r i k G u l a C e p i ri n g d a n
berbagai usaha dan persiapan yang matang Pengaruhnya terhadap Kondisi Sosial
serta adanya kerja sama dengan PT Multi Ekonomi Masyarkat Kendal Tahun 1957-
Manis Mandiri Pabrik Gula Cepiring 1997. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu
beroperasi kembali sampai saat ini dan di- Sosial UNNES.
ganti nama menjadi Industri Gula Nusan-
tara. Pabrik Gula Cepiring merupakan con- Kanumoyoso, Bondan. 2001. Nasionalisasi Pe-
toh pertama revitalisasi pabrik gula BUMN rusahaan Belanda di Indonesia. Bandung:
yang bekerjasama dengan swasta dan ber- Pustaka Sinar Harapan
bahan baku tebu serta raw sugar.
Maharani, Krisnina. 2010. Jejak Gula Warisan
Saran yang diajukan adalah perlu
Indus tr i Gul a d i Jawa . Ja kar ta:
adanya penggalian dan penelitian yang Yayasan Warna Warni Indonesia.
lebih mendalam tentang industri gula
dengan tujuan dapat memberikan informa- Pranoto, Suhartono W. 2010. Teori dan Metod-
si kepada masyarakat mengenai sejarah ologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
industri gula serta kemajuan teknologi in-
dustri gula pada masa lampau. Saran lain Susatyo, Rachmat. 2007. Industri Gula di Ka-
yang diajukan agar eksistensi pabrik gula bupaten Kendal Pada Masa Kolonial.
dapat kembali berjaya seperti masa lampau Bandung: Kipas.
antara lain dengan memperbaiki sistem
manajemen pabrik seperti membina ker- Wahyuni, Sri dkk. 2009. Industri dan
Perdagangan Gula Indonesia: Pembelaja-
jasama yang baik antar tenaga kerja pabrik,
ran dari Kebijakan Zaman Penjajahan-
penggantian dan perbaikan mesin-mesin Sekarang. Bogor: Forum Peneletian
sesuai dengan kemajuan teknologi, serta Agro Ekonomi.
penambahan bahan baku agar pabrik lebih
efisien dan efektif. Internet

DAFTAR PUSTAKA http://www.berdikarionline.com,diunduh 6


November 2013
Anonim. 2011. Profil Industri Gula Nusantara. http://www.nasionalisasi.htm, diunduh 19
Kendal: Industri Gula Nusantara. Mei 2014

41

You might also like