You are on page 1of 15

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PERLINDUNGAN

KONSUMEN MUSLIM DARI PRODUK MAKANAN


YANG TIDAK HALAL DI KOTA PEKANBARU

Oleh : Beta Pandu Yulita

Pembimbing I : Dr. Erdianto, SH.,M.Hum,


Pembimbing II : Ledy Diana, SH., M.H
Alamat : Jalan Amal Hamzah Nomor. 6, Gobah, Kota
Pekanbaru
Email : Betapanduy@yahoo.com

ABSTRACT

State of Indonesia is currently experiencing growth and development on


industrial goods and services, be it large or small scale, with Opt participation of
the Republic of Indonesia in the free trade agreement ASEAN Economic
Community (AEC) this year, resulting in the Indonesian market beset with
products import without having halal certificate and label, so we need an active
role in oversight of government to protect Muslim consumers of non-kosher
products and endangering. The purpose of this thesis, namely: First, enforcement
of criminal law in the protection of Muslim consumers of food products that are
not kosher in the city of Pekanbaru Second, obstacles to enforcing the law against
food products that are not kosher in the city of Pekanbaru Third, efforts to
overcome the obstacles encountered in enforcing the law against halal food
products that are not in the city of Pekanbaru.
From the research there are three main things that can be inferred. First,
there is no law enforcement against food products that are not labeled halal in
Pekanbaru, because food products are still in the market without experiencing
interference from the relevant authorities, and no test of associated labor and the
inspection of the food products. Second, obstacles to enforcing the law against
food product not labeled halal in Pekanbaru there are 5 factors that cause
namely, the vagueness of legislation in terms of the investigator investigators in
charge of law enforcement, lack of effective cooperation between the relevant
authorities, do not support the means and facilities, public ignorance of their
rights and obligations, and changes in the legal culture of society, Third, efforts
made to overcome these barriers is to provide an appeal to businesses to take
care of halal certificates, coordinate with related MUI mandatory food using the
halal label.

Keywords: Law Enforcement - Consumer Protection - Labelling Halal

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 1


A. Pendahuluan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)
Negara Indonesia sekarang ini pada tahun ini, mengakibatkan pasar
telah disebut dengan negara yang Indonesia dikepung dengan produk-
sedang mengalami pertumbuhan dan produk impor tanpa mempunyai
berkembangan banyak pada industri sertifikat dan label halal, sehingga
barang dan jasa, baik itu berskala disini dituntut peran aktif dari
besar maupun skala kecil.1 pemerintah dalam pengawasan guna
Berkembangnya industri barang dan melindungi konsumen muslim dari
jasa sekarang ini di satu sisi produk non halal dan
5
memberikan dampak positif namun membahayakan.
di sisi lain juga memberikan dampak Kewajiban negara dalam
yang negatif bagi konsumen.. Untuk memberikan perlindungan juga
itu perlindungan konsumen harus termasuk perlindungan atas pangan.
mendapat perhatian yang lebih, Pangan (makanan) merupakan
karena investasi asing telah menjadi kebutuhan dasar manusia yang paling
bagian pembangunan ekonomi utama dan pengadaannya merupakan
Indonesia, dimana ekonomi kewajiban dari pemerintah untuk
Indonesia berkaitan dengan ekonomi memenuhinya, karena merupakan
dunia.2 bagian dari hak asasi setiap rakyat
Negara Indonesia merupakan Indonesia.6
negara dengan mayoritas Keamanan pangan di Indonesia
penduduknya adalah muslim dengan masih jauh dari kata aman, pasalnya
jumlahnya yang mencapai 88,1% masih banyak produk pangan beredar
dari 205 juta jiwa penduduk di pasaran tidak mencantukan label
Indonesia,3 dan 13% penduduk yang benar, menyamarkan komposisi
muslim dunia berada di Indonesia. produk yang ada di dalam kemasan
Sehingga pasar di Indonesia GDQ WLGDN PHQFDQWXNDQ ODEHO ³KDODO´
mempunyai potensi menjadi pasar pada produk makanan sehingga
konsumen muslim, oleh karena itu menimbulkan pertentangan dengan
produksi dalam negeri diharapkan keyakinan (agama) konsumen.
mampu menyediakan keperluan Adanya penggabungan tempat
konsumen muslim melalui produk penjualan antara produk yang tidak
halal dan baik untuk dikonsumsi.4 mencantumkan label halal dengan
Ikut sertanya Negara Indonesia yang mencantumkan label halal
dalam perjanjian perdagangan bebas dipasaran hal tersebut akan
mengakibatkan keraguan,
1 ketidaknyamanan dan kerugian
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan
Konsumen di Indonesia, PT.Citra Aditya kepada konsumen, terutama
Bakti, Bandung: 2006, hlm. 2.
2
Zulham, Hukum Perlindungan
5
Konsumen, Kencana, Jakarta: 2013, hlm. 21. Ibid.
3 6
http://www.republika.co.id/berita/dunia- 5LYDOQR 'DQLHO ,ODW ³3HQHUDSDQ 6DQNVL
islam/islam-nusantara/15/05/27/noywh5- Pidana Terhadap Pengamanan Peredaran
inilah-10-negara-dengan-populasi-muslim- Makanan Dan Minuman Menurut Undang-
terbesar-di-dunia di akses, tanggal 17 UQGDQJ 1RPRU 7DKXQ ´ -XUQDO /H[
November 2015. Crimen, Fakultas Hukum Universitas Sam
4
Riau Pos, Hari Jumat, Tanggal 8, Bulan Ratulangi, Vol, IV, No. 1 Januari 2015,
April, Tahun 2016, hlm. 4. hlm.114.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 2


konsumen muslim dalam Rp.2.000.000.000,00 (dua milyar
menkonsumsi produk pangan, UXSLDK ´.
kemudian karena ketidak jelasan Berdasarkan latar belakang
infomasi terhadap kehalalan pangan masalah diatas maka penulis
akan merusak keselamatan akidah, berkeinginan untuk mengangkat
rohani dan jasmani konsumen permasalahan tersebut yang
muslim. dituangkan dalam bentuk skripsi
Perlindungan hukum terhadap dengan judul:
konsumen merupakan hal yang ³3HQHJDNDQ +XNXP 3LGDQD
sangat penting dalam hukum Islam, Dalam Perlindungan Konsumen
karena Islam melihat, bahwa Muslim Dari Produk Makanan
perlindungan konsumen bukan Yang Tidak Halal di Kota
sebagai hubungan keperdataan saja, 3HNDQEDUX´
melainkan menyangkut hukum
publik secara luas, maka B. Rumusan Masalah
perlindungan konsumen muslim 1. Bagaimanakah penegakan hukum
berdasarkan syariat Islam merupakan pidana dalam perlindungan
kewajiban negara, yang mengacu konsumen muslim dari produk
kepada konsep halal dan haram.7 makanan yang tidak halal di kota
Dari tidak adanya pencamtuman Pekanbaru ?
label halal pada produk makanan di 2. Apakah yang menjadi hambatan
atas jelas bertentangan dengan dalam melakukan penegakan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun hukum pidana terhadap produk
1999 tentang Perlindungan makanan yang tidak halal di kota
Konsumen yang terdapat pada pasal Pekanbaru?
8 ayat 1 huruf h yang berbunyi: 3. Bagaimanakah upaya dalam
³3HODNX XVDKD GLODUDQJ PHPSURGXNVL mengatasi hambatan yang ditemui
dan atau memperdagangkan barang dalam melakukan penegakan
atau jasa yang tidak mengikuti hukum pidana terhadap produk
ketentuan berproduksi secara halal, makanan yang tidak halal di kota
VHEDJDLPDQD SHUQ\DWDDQ ³KDODO´ Pekanbaru?
\DQJ GLFDQWXPNDQ GDODP ODEHO´ 8
Sanksi pidana yang dijatuhkan C. Tujuan dan Kegunaan
terdapat dalam Pasal 62 ayat 1 Penelitian
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1. Tujuan Penelitian
1999 tentang Perlindungan a. Untuk mengetahui penegakan
.RQVXPHQ \DQJ EHUEXQ\L ³3HODNX hukum pidana dalam
usaha yang melanggar ketentuan perlindungan konsumen
sebagaimana yang dimaksud dalam muslim dari produk makanan
pasal 8 dipidana dengan pidanan yang tidak halal di kota
penjara paling lama 5 (lima) tahun Pekanbaru.
dan atau pidana denda paling banya b. Untuk mengetahui yang
menjadi penghambat dalam
7
Zulham, Op.cit, hlm.25. melakukan penegakan hukum
8
Faisal Santiago, Pengantar Hukum terhadap produk makanan yang
Bisnis, Mitra Wancana Media, Jakarta: 2012, tidak halal di kota Pekanbaru.
hlm. 83.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 3


c. Untuk Mengetahui upaya maksud yang sama.9 Walaupun
dalam mengatasi hambatan istilah ini terdapat dalam Kitab
yang ditemui dalam melakukan Undang-Undang Hukum Pidana
penegakan hukum terhadap (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan
produk makanan yang tidak resmi tentang apa yang dimaksud
halal di kota Pekanbaru. dengar strafbaar feit itu.10
2. Kegunaan Penelitian Menurut Wirjono Prodjodikoro,
a. Sebagai syarat yang harus tindak pidana strafbaar feit adalah
dipenuhi untuk memperoleh sebagai suatu perbuatan yang
gelar sarjana hukum di pelakunya dapat dikenakan pidana.
Fakultas Hukum Universita Menurut Simons tindak pidana
Riau, serta dapat digunakan strafbaar feit adalah kelakukan yang
sebagai penelitian selanjutnya diancam dengan pidana, yang
apabila penulis melanjutkan bersifat melawan hukum yang
kejenjang yang lebih tinggi. berhubungan dengan kesalahan dan
b. Penulis berharap agar dilakukan oleh orang yang mampu
penelitian ini dapat berguna, bertanggung jawab.
terutama bagi para akademisi Sedangkan dalam tindak pidana
Fakultas Hukum Universitas sendiri, memiliki unsur-unsur yang
Riau. Dan penulis juga meliputi:11
berharap agar hasil penelitian a. Perbuatan itu harus merupakan
ini dapat dijadikan bahan acuan pebuatan manusia;
atau referensi bagi para b. Perbuatan itu harus dilarang
akademisi jika melakukan dan diancam dengan pidana;
penelitian dalam bidang yang c. Perbuatan itu bertentangan
sama. dengan undang-undang;
c. Penelitian ini diharapkan dapat d. Harus dilakukan oleh seorang
berguna bagi perkembangan yang dapat
keilmuan khususnya dibidang dipertanggungjawaban;
perlindungan konsumen e. Perbuatan tersebut harus
terhadap produk makanan yang disalahkan kepada sipembuat.
tidak halal.
2. Teori Perlindungan Hukum
D. Kerangka Teori Perlindungan hukum merupakan
1. Teori Tindak Pidana suatu pemberian jaminan atau
Hukum pidana Belanda memakai kepastian bahwa seseorang akan
istilah strafbaar feit, dan juga
kadang-kadang tindak pidana juga 9
Jur Andi Hamzah, Asas-asas Hukum
disebut dengan istilah delict, yang Pidana di Indonesia dan Perkembangannya,
mana berasal dari bahasa latin yaitu PT. Sofmedia, Jakarta: 2012, hlm. 118.
10
delictum, dan untuk negara Anglo Adami Chazawi, Pelajaran Hukum
Saxon menggunakan tindak pidana Pidana 1, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2011, hlm.67.
dengan istilah criminal act untuk 11
Erdianto, Pertanggungjawaban Pidana
Presiden Republik Indonesia Menurut
Sistem Ketatanegaraan Indonesia,
Universitas Sriwijaya, Palembang: 2001,
hlm. 121.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 4


mendapatkan apa yang telah menjadi kewajiban para pihak yang terdapat
hak dan kewajiban yang dalam sebuah hubungan hukum.
bersangkutan dengan rasa aman. Perlindungan hukum berkaitan
Keberadaan hukum dalam bagaimana hukum memberiakan
masyarakat merupkan suatu sarana keadilan yaitu memberikan atau
dalam menciptakan ketentraman dan mengatur hak dan kewajiban
ketertiban masyarakat, sehingga terhadap subjek hukum, selain itu
hubungan antara masyarakat yang juga berkaitan bagaimana hukum
satu dengan yang lain dapat dijaga memberikan keadilan terhadap
kepentinganya. Hukum tidak lain subjek hukum yang dilanggar haknya
adalah perlindungan kepentingan untuk mempertahankan haknya.15
manusia yang berbentuk norma atau
kaidah.12 3. Teori Penegakan Hukum
Menurut Satjipto Raharjo, Penegakan hukum dapat
perlindungan hukum adalah dirumuskan sebagai usaha
memberikan pengayoman terhadap melaksanakan hukum sebagaimana
hak yang dirugikan orang lain dan mestinya, mengawasi
perlindungan itu diberikan kepada pelaksanaannya agar tidak terjadi
masyarakat agar dapat menikmati pelanggaran makan memulihkan
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum yang dilanggar itu supaya
hukum.13 Sehingga masyarakat ditegakan kembali. Bila berbicara
merasa aman dalam melaksanakan mengenai penegakan hukum, maka
kepentinganya. Hal ini menunjukan tidak akan terlepas pula untuk
bahwa perlindungan hukum dapat berbicara masalah hukum.
diartikan sebagai suatu pemberian Berfungsinya hukum dalam
jaminan atau kepastian bahwa masyarakat di mana hukum itu
seseorang akan mendapatkan apa diberlakukan tidak bisa terlepas dari
yang menjadi hak dan kajian budaya hukum, kesadaran
kewajibannya.14 hukum dan penegakan hukum.16
Perlindungan hukum memiliki arti Menurut Soerjono Soekanto
sebagai upaya atau tindakan yang penegakan hukum adalah kegiatan
diberikan oleh hukum dalam arti penyerasian antara apa yang ada di
peraturan perundang-undangan untuk dalam kaidah-kaidah sejumlah
melindungi subjek hukum dari peraturan-perundangan untuk
adanya pelanggaran atas hak dan menciptakan, pemeliharaan dan

12
Sudikno Mertokusumo, Mengenal
Hukum Suatu Pengantar, Liberti,
Yogyakarta, 2003, hlm 39.
13
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT
15
Citra Aditya Bakti, Bandung: 2006, hlm. 35. Ibid, hlm. 64.
14 16
$QJJL 3XWHUL & ³3HUOLQGXQJDQ +XNXP Tri Novita Sari Manihuruk,
Terhadap nasabah Bank Yang Telah ³3HQHJDNDQ +XNXP 7HUKDGDS 7LQGDN
Dilikuidasi Berdasarkan Undang-Undang Pidanan Phedofilia di Wilayah Hukum Polisi
1RPRU 7DKXQ 7HQWDQJ 3HUEDQNDQ´ 5HVRU .RWD 3HNDQEDUX´ Skripsi, Program
Skipsi, Program Kekhususan Hukum Perdata Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum
Bisnis Fakultas Hukum Universitas Riau, Universitas Riau, Pekanbaru, 2015, hlm. 41-
Pekanbaru, 2013, hlm 63. 42.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 5


mempertahankan kedamaian dalam Soerjono Soekanto mengatakan
pergaulan hidup.17 dalam melaksanakan penegakan
Menurut Sudikno Mertokusumo hukum tidak selalu mudah karena
ada tiga unsur yang perlu banyak faktor-faktor yang
diperhatikan dalam penegakan mempengaruhi, faktor-faktor tersebut
18
hukum yaitu: sebagai berikut:19
a. Kepastian hukum a. Faktor hukumnya sendiri
Kepastian hukum merupakan (peratutan-peraturannya);
perlindungan terhadap tindakan b. Faktor penegak hukumnya, yaitu
sewenang-wenang, yang berarti pihak-pihak yang membentuk dan
bahwa seseorang akan dapat menerapkan hukum;
memperoleh sesuatu yang c. Faktor sarana atau fasilitas yang
diharapkan dalam suatu keadaan mendukung penegakan
tertentu. Masyarakat hukumnya;
mengharapkan adanya kepastian d. Faktor masyarakat dimana hukum
hukum, karena jika kepastian itu diberlakukan atau diterapkan;
hukumnya terjamin maka e. Faktor budaya hukum
masyarakat akan lebih tertib. masyarakatnya.
b. Kemanfaatan E. Kerangka Konseptual
Dimana ada manusia disitu ada 1. Penegakan hukum adalah
hukum (ubi societas ibi ius) maka kegiatan penyerasian antara
hukum diciptakan untuk manusia apa yang ada di dalam kaidah-
maka proses penegakan hukum kaidah sejumlah peraturan-
haruslah berpihak atau bermanfaat perundangan untuk
bagi manusia jangan sampai menciptakan, pemeliharaan dan
proses penegakan hukum tersebut mempertahankan kedamaian
membawa keresahan bagi dalam pergaulan hidup di
masyarakat. dalam masyarakat.20
c. Keadilan 2. Hukum Pidana adalah hukum
Tiada hukum tampa keadilan, yang mengatur tentang
karena hakikat dari hukum adalah pelanggaran-pelanggaran dan
terciptanya keadilan bagi segenap kejahatan-kejahatan terhadap
warga negara. Hukum itu bersifat kepentingan umum, perbuata
menyeluruh, mengikat setiap tersebut diancam dengan
orang, bersifat menyamarkan. hukuman yang merupakan
Sebaliknya keadilan bersifat suatu penderitaan, nestapa atau
subyektif, individualitas, dan tidak siksaan.21
menyamarkan. Ada juga filsafat 3. Perlindungan konsumen adalah
mengatakan bahwa hukum tampa segala upaya yang menjamin
keadilan adalah kekerasan yang adanya kepastian hukum untuk
diformalkan.
19
H. Soetandyo Wignjosoebroto, Loc.cit
17 20
H. Soetandyo Wignjosoebroto, Dasar- H. Soetandyo Wignjosoebroto, Op.cit,
Dasar Sosiologi Hukum, Pustaka Pelajar, hlm, 373.
21
Yogyakarta: 2010, hlm. 373. Mokhammad Najih dan Soimin,
18
Sudikno Mertokusumo, Op.cit. hlm Pengantar Hukum Indonesia, Setara Press,
145. Malang: 2012, hlm. 150.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 6


memberi perlindungan kepada produk biologi, produk
konsumen.22 rekayasa genetik, serta barang
4. Konsumen adalah setiap orang gunaan yang dipakai,
pemakai barang dan atau jasa digunakan, atau dimanfaatkan
yang tersedia dalam oleh masyarakat.26
masyarakat, baik bagi 8. Pangan adalah segala sesuatu
kepentingan diri sendiri, yang berasal dari sumber
keluarga, orang lain maupun hayati produk pertanian,
makhluk hidup lain dan tidak perkebunan, kehutanan,
untuk diperdagangkan.23 perikanan, peternakan,
5. Pelaku usaha adalah setiap perairan, dan air, baik yang
orang perseorangan atau badan diolah maupun tidak diolah
usaha, baik yang berbentuk yang diperuntukkan sebagai
badan hukum maupun bukan makanan atau minuman bagi
badan hukum yang didirikan konsumsi manusia, termasuk
dan berkedudukan atau bahan tambahan Pangan, bahan
melakukan kegiatan dalam baku Pangan, dan bahan
wilayah hukum negara lainnya yang digunakan dalam
Republik Indonesia, baik proses penyiapan, pengolahan,
sendiri maupun bersamasama dan/atau pembuatan makanan
melalui perjanjian atau minuman.27
menyelenggarakan kegiatan 9. Pangan halal adalah pangan
usaha dalam berbagai bidang yang tidak mengandung unsur
ekonomi.24 atau bahan yang haram atau
6. Makanan adalah barang yang dilarang untuk dikonsumsi
dimaksudkan untuk dimakan umat Islam, baik yang
atau diminum oleh manusia menyangkut bahan baku
serta semua bahan yang pangan, bahan tambahan
digunakan pada produksi pangan, bahan bantu dan bahan
makanan dan minuman.25 penolong lainnya termasuk
7. Produk adalah barang dan/atau bahan pangan yang diolah
jasa yang terkait dengan melalui proses rekayasa
makanan, minuman, obat, genetika dan iradiasi pangan,
kosmetik, produk kimiawi, dan yang pengelolaannya
dilakukan sesuai dengan
22
ketentuan hukum agama
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang 28
Islam.
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
23
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
26
tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 1 Angka 1, Undang-Undang
24
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Jaminan Produk Halal
27
tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 1 Angka 1 Undnag-Undang
25
Pasal 1 Angka 1, Keputusan Menteri Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
28
Kesehatan Republik Indonisia Nomor Pasal 1 Angka 5, Peraturan Pemerintan
82/Menkes/Sk/I/1996 tentang Pencantuman Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999
7XOLVDQ ´+DODO´ 3DGD /DEHO 0DNDQDQ tentang laber dan Iklan Pangan.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 7


10. Keamanan Pangan adalah melihat korelasi antara hukum
kondisi dan upaya yang dengan masyarakat dan mengetahui
diperlukan untuk mencegah bagaimana hukum itu dilaksanakan
Pangan dari kemungkinan termasuk proses penegakan hukum
cemaran biologis, kimia, dan (law enforcement), karena penelitian
benda lain yang dapat jenis ini dapat mengungkapkan
mengganggu, merugikan, dan permasalahan-permasalahan yang
membahayakan kesehatan ada dibalik pelaksanaan dan
manusia serta tidak penegakan hukum.32 Sifat penelitian
bertentangan dengan agama, ini bersifat deskriptif yaitu untuk
keyakinan, dan budaya memberikan data seteliti mungkin
masyarakat sehingga aman tentang manusia, keadaan dan gejala-
untuk dikonsumsi.29 gejala lainnya.33 Dalam penelitian ini
11. Peredaran Pangan adalah setiap memberikan gambaran mengenai
kegiatan atau serangkaian tentang penegakan hukum pidana
kegiatan dalam rangka dalam perlindungan konsumen
penyaluran Pangan kepada muslim dari produk makanan tidak
masyarakat, baik halal di kota Pekanbaru.
diperdagangkan maupun 2. Lokasi Penelitian
tidak.30 Penelitian ini dilakukan di
12. Label adalah setiap keterangan wilayah hukum kota Pekanabaru,
mengenai pangan yang dengan alasan karena penulis ada
berbentuk gambar, tulisan, menemukan produk pangan yang
kombinasi keduanya, atau beredar di pasaran kota Pekanbaru
bentuk lain yang disertakan yang tidak halal, serta mengungkap
pada pangan, dimasukkan ke bagaimana penegakan hukum atau
dalam, ditempelkan pada, atau kepastian hukum terhadap peredaran
merupakan bagian kemasan produk pangan yang tidak halal
pangan.31 teresebut.
3. Populasi dan Sampel
F. MetodePenelitian a. Populasi
1. JenisPenelitian Populasi adalah keseluruhan atau
Jenis penelitian yang digunakan himpunan obyek dengan ciri yang
dalam penulisan hukum ini adalah sama. Populasi dapat berupa
penelitian hukum sosiologis yaitu himpunan orang, benda (hidup
pendekatan masalah yang diteliti atau mati), kejadian, kasus ±
dengan sifat hukum yang nyata dan kasus, waktu, atau tempat, dengan
sesuai dengan kenyataan hidup di sifat atau ciri yang sama. adapun
dalam masyarakat. Peneliti hendak yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah:
29
Pasal 1 Angka 5 Undnag-Undang
32
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Amiruddin, dan H. Zainal Asikin,
30
Pasal 1 Angka 26 Undnag-Undang Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Raja Grafindo, Jakarta: 2012, hlm. 134.
31 33
Pasal 1 Angka 3, Peraturan Pemerintan Soerjono Soekanto, Pengantar
Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Penelitian Hukum, Percetakan UI, Jakarta:
tentang laber dan Iklan Pangan 2005, hlm. 10.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 8


1) Kapolresta Pekanbaru undangan, putusan pengadilan,
2) Kepala Dinas perindustrian traktrat, yurisprudensi dan
dan perdagangan kota Pekanbaru sebagainya.35 Dalam penelitian ini
3) Kepala Badan Pengawasan penulis menggunakan bahan-bahan
Obat dan Makanan (BPOM) kota hukum yang mengikat terdiri dari:
Pekanbaru Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
4) Majelis Ulama Indonesia 1945), Kitab Undang-Undang
Provinsi Riau Hukum Pidana (KUHP), Undang-
b. Sampel Undang Republik Indonesia Nomor 8
Sampel merupakan himpunan atau Tahun 1999 tentang Perlindungan
sebagian populasi yang dijadikan Konsumen, Undang-Undang
objek penelitian yang dianggap dapat Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
mewakili keseluruhan populasi.34 1992 tentang Kesehatan, Undang-
Dalam menentukan sampel penulis Undang Republik Indonesia Nomor
menggunakan Metode Sensus yaitu 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
menetapkan sampel berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
jumlah populasi yang ada, dan juga Nomor 33 Tahun 2014 tentang
metode purposive sampling yaitu Jaminan Produk Halal, Peraturan
menetapkan sejumlah sampel yang Pemerintah Republik Indonesia
mewakili jumlah populasi yang ada. Nomor 69 Tahun 1999 tetang Label
4. Sumber Data dan Iklan Pangan, Keputusan
a. Data primer Menteri Kesehatan Republik
Data Primer adalah data yang Indonesia Nomor
penulis dapatkan atau peroleh secara 82/MENKES/SK/VIII/I/1996 tentang
langsung melalui responden di 3HQFDQWXPDQ 7XOLVDQ ³+DODO´ 3DGD
lapangan mengenai hal-hal yang Label Makanan.
bersangkutan dengan masalah yang 2) Bahan hukum sekunder
diteliti. Yaitu bahan-bahan hukum yang
b. Data sekunder memberikan penjelasan bahan
Data sekunder adalah data yang hukum primer, terdiri dari buku yang
diperoleh peneliti dari berbagai studi berkaitan dengan hukum pidana dan
kepustakaan serta peraturan perlindungan konsumen, jurnal,
perundang-undangan, buku-buku skripsi, berbagai karya tulis ilmiah
literatur serta pendapat para ahli lainnya, dan data-data yang didapat
yang berkaitan dengan permasalahan dari internet. Dalam penelitian ini
penelitian ini. Data sekunder terdiri penulis menggunakan buku-buku
dari 3 jenis yaitu: bahan hukum yang berkaitan dengan hukum pidana
primer, bahan hukum sekunder, dan dan perlindungan konsumen, jurnal,
bahan hukum tersier. skripsi serta penulis mengambil data-
1) Bahan hukum primer data dari internet guna untuk data
Bahan Hukum Primer adalah tambahan.
bahan yang isinya mengikat karena 3) Bahan hukum tersier
dikeluarkan oleh pemerintah seperti
berbagai peraturan perundang-
35
Burhan Ashshofa , Metode Penelitian
Hukum, Rineka Cipta, Jakarta: 2010,
34
Ibid. hlm. 121. hlm. 103.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 9


Yaitu bahan-bahan hukum yang penelitian yang menghasilkan data
memberikan petunjuk atau deskriptif yaitu apa yang dinyatakan
penjelasan terhadap bahan hukum oleh responden secara tertulis
primer dan sekunder, misalnya ataupun lisan dan prilaku nyata.
kamus, ensiklopedia, dan sebagainya. Penarikan kesimpulan dilakukan
5. Teknik Pengumpulan Data dengan metode deduktif yang mana
a. Wawancara cara berfikir dengan menarik suatu
Wawancara merupakan cara yang kesimpulan dari suatu pernyataan
digunakan untuk memperoleh atau dalil yang bersifat umum
keterangan secara lisan guna menjadi suatu pernyataan atau kasus
mencapai tujuan tertentu.36 yang bersifat khusus.
Wawancara, yaitu pengumpulan data
yang dilakukan dengan memberi G. Hasil Penelitian Dan
beberapa pertanyaan kepada objek Pembahasan
penelitian. Dalam penelitian ini, 1. Penegakan Hukum Pidana
penulis menggunakan teknik Dalam Perlindungan Konsumen
wawancara nonstruktur dimana Muslim Dari Produk Makanan
penulis tidak membuat draf Yang Tidak Halal Di Kota
pertanyaan terlebih dahulu dan Pekanbaru
penulis bebas menyakan suatu hal Penegakan hukum dapat
sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan sebagai usaha
sedang diteliti. melaksanakan hukum sebagaimana
b. Observasi mestinya, mengawasi
Observasi, yaitu metode pelaksanaannya agar tidak terjadi
pengumpulan data yang dilakukan pelanggaran, dan jika terjadi
dengan cara pengamatan langsung pelanggaran memulihkan hukum
terhadap objek penelitian. yang dilanggar itu supaya ditegakkan
c. Kajian Kepustakaan kembali.37 Produk yang tidak
Yaitu penulis memperoleh data mencantumkan label halal sampai
dengan mengumpulkan data dengan sekarang masih beredar luas di
cara mengunjungi, membaca, supermarket dan minimarket Kota
mengkaji buku-buku, jurnal, tersis, Pekanbaru. Penindakan terhadap
media elektronik di perpustakaan produk makanan yang tidak
Fakultas Hukum Universitas Riau, mencantumkan label halal sejauh ini
perpustakaan umum, serta buku-buku tidak ada tinjak lanjut oleh instansi
yang penulis miliki yang berkaitan terkait yang mana berwenang dalam
dengan permasalahan objek yang menindak masalah ini, dan apa yang
akan penulis teliti. terjadi diatas tentu saja bertentangan
6. Analisis Data dengan padahal di dalam Undang-
Data yang diperoleh baik dari Undang Perlindungan Konsumen
hasil wawancara maupun studi sudah menjelaskan pada Pasal 8 ayat
kepustakaan, akan diolah atau di 1 huruf h yaitu sebagai berikut:
analisis dengan metode kualitatif. ³SHODNX XVDKD GLODUDQJ PHPSURGuksi
Pendekatan Kualitatif merupakan dan/atau memperdagangkan barang

36 37
Ibid, hlm. 95. Tri Novita Sari Manihuruk, Loc.cit.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 10


dan/atau jasa yang tidak mengikuti makanan yang diproduksi dan
ketentuan berproduksi secara halal, diperdagangan berarti disitu terlihat
sebagaimana pernyataan halal yang bagaimanan menghargai perbedaan
GLFDQWXPNDQ GDODP EHQWXN ODEHO´ agama, dan juga bisa dirasakan
Serta bagi pelaku usahan yang bagaimana negara memberikan
melanggar pasal diatas juga akan perlindungan dan kenyamanan
Sanksi pidana yang terdapat pada terhadap warga negaranya dalam
Pasal 62 ayat 1 yang berbunyi menjalankan agamanya.
VHEDJDL EHULNXW ³SHODNX XVDKD \DQJ
melanggar ketentuan sebagaimana 2. Hambatan Dalam Melakukan
yang dimaksud dalam Pasal 8 Penegakan Hukum Pidana
dipidana dengan pidana penjara Terhadap Produk Makanan
paling lama 5 (lima) tahun atau Yang Tidak Halal Di Kota
pidana denda paling banyak Pekanbaru
Rp.2.000.000.000.00 (dua milyar Berbicara penegakan hukum itu
UXSLDK ´ sendiri tidak terlepas dari adanya
Sehingga dari permasalah yang faktor-faktor yang memperngaruhi,
masih terjadi sekrang penulis sehingga faktor-faktor tersebut yang
berpendapat bahwasanya penegakan menjadi kendala dalam penegakan
hukum terhadap produk makanan hukum.
yang tidak mencantumkan label halal a. Faktor hukumnya sendiri, yang di
di Kota Pekanbaru saat sekarang ini dalam tulisan ini akan dibatasi
bisa dikatakan tidak ada penegakan pada undang-undang saja
hukum, karena produk makanan Berkaitan dengan Undang-undang
tersebut beredar dipasaran tanpa ada perlindungan konsumen
mengalami gangguan dari instansi sebagaimana terdapat pada pasal
terkait yang berwenang dalam D\DW \DQJ EHUEXQ\L ³VHODLQ
melakukan sidak, penyitaan, pejabat Polisi Negara Republik
pengawasan serta juga tidak ada uji Indonesia. Pejabat Pengawai
labor terhadap produk yang tidak Negeri Sipil (PPNS) tertentu
mencantumkan label halal, dengan dilingkungan instansi pemerintah
tidak adanya label halal pada produk yang tugas dan tanggung
makanan tersebut berarti kehalalan jawabnya dibidang perlindungan
terhadap produk makanan itu konsumen diberi wewenang
diragukan dan penulis juga tidak bisa khusus sebagai penyidik
mengatakan produk tersebut tidak sebagaimanan dimaksud didalam
halal, namun antara halal dan Undnag-undang Hukum Acara
haramnya itu berbanding sama yaitu PLGDQD´ Jadi secara tidak lansung
sama-sama 50%. selain Pejabat Polisi Negara
Membahas makanan halal dan Republik Indonesia yang
tidak halal bukan berarti disini berwenang dalam penegakan
penulis mendiskriminasikan hukum apabila terjadi tindak
perbedaan agama, hanya saja antara pidana, Pejabat Pegawai Negeri
halal dan tidak itu harus mempunyai Sipil (PPNS) tertentupun yang
kepastian hukum. Dengan berada pada lingkungan instansi
memberikana label halal pada produk pemerintah yang tugas dan

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 11


tanggung jawabnya dibidang apa yang telah diamanahkan oleh
perlindungan konsumen. Namun Undang-undang.
undang-undang ini tidak Tidak adanya penjelas lebih lanjut
menjelaskan lebih lanjut PPNS dari Undang-undang perlindungan
mana yang berwenang dalam konsumen terkait instansi mana
menanggani apabila terjadi tindak yang berwenang penuh baik
pidana yang akan merugikan dalam penegakan hukum atau pun
konsumen. dalam pengawasan terhadap
Undang-undang perlindungan makanan yang tidak halal
konsumen ini tidak jelas sehingga menyebabkan
mengamanatkan kepada PPNS Disperindag, BPOM dan instansi
mana berwenang dalam lain yang terkait tidak mempunyai
menegakan hukum terkait tanggungjawab dalam menegakan
makanan tidak halal, sehingga hal hukum terkait produk makanan ini
tersebutlah yang menyebabkan sehingga penegakan hukum
sampai sekarang ini makanan terhadap produk makanan ini
yang tidak halal tersebut tetap masih menjadi masalah yang
beredar di Indonesia. Karena pada belum ada penyelesaiannya.
lembabaran penjelasan Undang- c. Faktor sarana atau fasilitas yang
undang perlindungan konsumen Fasilitas atau sarana amat penting
menyatakan Pasal 59 itu cukup untuk mengefektifkan suatu
jelas, padahal Undang-undang ini aturan tertentu.38 Tanpa ada
tidak menyatakan penyidik PPNS sarana dan fasilitas tertentu, maka
mana yang berweang menindak tidak mungkin penegakan hukum
apabila terdapatnya makanan akan berlansung dengan lancar,
tidak halal tersebut beredar. sehingga sulit rasanya bisa
Sehingga menurut penulis wajar terwujud penegakan hukum
saja terjadi kebingungan dari sebagai mana mestinya atau
penyidik BPOM dan Disperindag sebagai mana yang diharapkan,
dalam menegakan hukum terkait sementara saran dan fasilitas
makanan tidak halal tersebut. pendukung yang dibutuhkan
b. Faktor penegak hukum, yaitu terkait hal tersebut tidak ada.
pihak-pihak yang membentuk dan d. Faktor masyarakat.
menerapkan hukum. Konsumen di Indoesia banyak
Faktor ini merupakan faktor yang yang tidak mengerti atau bisa
sangat penting dalam hal dikatakan tidak terlalu pintar
penegakan hukum, karena hukum dalam hal menggunakan haknya
akan berjalan dengan baik dan sebagai kosnumen. Dari sekian
tegak sebagai mana semestinya banyak konsumen yang tidak
tergantung pada penegak mengerti akan haknya sebagai
hukumnya. Dalam menjalankan konsumen sering di manfaatkan
tugasnya sebagai penegak hukum, kelemahan itu oleh pelaku usahan
tentu penegak hukum harus
mengetahui tugas, fungsi dan 38
/HG\ 'LDQD ³3HQ\DNLW 6RVLDO GDQ
wewenang mereka agar mereka (IHNWLYLWDV +XNXP GL ,QGRQHVLD´ Jurnal
bisa menjalan tugas sesuai dengan Ilmu Hukum, Vol 2 No. 1 Februari 2011,
hlm 153.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 12


dengan tidak memberikan yang wajib diawasi dan harus
informasi jelas dan benar akan mencantumkan label halal.
produk merekan produksi, terkait b. Upaya yang dilakukan BPOM
juga dengan ketidak jelasan antara 1) Memberi intruksi Kepada Para
halal dan tidak halalnya produk Pelaku Usaha
yang akan mereka konsumsi. BPOM intruksi kepada pelaku
e. Faktor kebudayaan usaha untuk memasang gambar
Adanya perkembangan yang kian babi secara terang-terangan
pesat pada bidang industri dan pada produk makanan yang
perdagangan serta akan dilakukan mereka produksi apabila
perdagangan bebas di Indonesia produk yang di produksi
memungkinkan berbagai jenis mengandung babi.
barang yang akan masuk ke 2) Melakukan Pengawasan
wilayah Indonesia dari berbagai BPOM mengawasi pelaku
macam negara, dengan banyaknya usaha dalam hal pencantuman
barang yang masuk ke Indonesia label halal dengan cara
membuat perubahan nilai yang mencatat produk makanan
ada di masyarakat, masyarakat yang belum mempunyai label
Indonesia menjadi konsumtif dan lahal menyerahkan kepada LP
masyarakat Indonesia menjadi POM MUI untuk di uji
lebih ketergantungan terhadap kehalalnya
produk luar negeri. Semua produk
ingin mereka konsumsi bahkan H. Penutup
produk tersebut masih di 1. Kesimpulan
pertanyakan kehalalannya. a. Penegakan hukum terhadap
produk makanan yang tidak
3. Upaya Dalam Mengatasi mencantumkan label halal di
Hambatan Yang Ditemui Dalam Kota Pekanbaru pada saat
Melakukan Penegakan Hukum sekarang ini bisa dikatakan tidak
Pidana Terhadap Produk ada penegakan hukum, karena
Makanan Yang Tidak Halal Di makanan tersebut beredar
Kota Pekanbaru dipasaran tanpa ada mengalami
a. Upaya yang dilakukan Oleh gangguan dari instansi terkait
Disperindag serta tidak ada yang melakukan
1) Memberikan Himbauan sidak, penyitaan, atau uji labor
Kepada Para Pelaku Usaha terhadap produk yang tidak
Disperindag melakukan mencantumkan label halal,
himbauan secara lisan kepada sehingga kehalalan suatu produk
pelaku usaha untuk mengurus tersebut masih diragukan,
sertifikat halal. sehingga dari keadaan demikian
2) Melakukan Kordinasi Kepada penulis menyimpulkan penegakan
MUI hukum terhadap makanan yang
Meminta kepada MUI untuk tidak mencantumkan label halal
memberikan infomasi tentang tidak ada.
mana saja produk makanan b. Hambatan yang dihadapi dalam
melakukan penegakan hukum dan

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 13


pengawasan terkait makanan tidak peredaran makanan tidak halal.
halal di Kota Pekanbaru adanya 5 Supaya penegakan hukum
lima faktor penyebabnya yaitu, terhadap produk makanan tidak
ketidakjelasan peraturan halal atau belum mengantongi
perundang-undangan dalam label halal lebih efektif dan efisien
mengamanatkan penyidik PPNS dan produk makanan tidak halal
tertentu mana yang secara khusus peredarannya semakai berkurang,
berwenang dalam melakukan dan juga seiring dengan
penegakan hukum, kurang perkembangan zaman, kebutuhan
efektifnya kerjasama antara manusia semakin meningkat
instansi terkait, tindak terhadap permintaan produk-
mendukungnya sarana dan produk dalam dan luar negeri
fasilitas, ketidaktahuan sehingga memungkinkan negara
masyarakat akan akan hak dan akan dikepung dengan produk-
kewajibannya sebagai konsumen, produk luar negeri yang belum
dan berubahnya budaya hukum mempunyai label halal.
masyarakat; b. Negara Kesatuan Republik
c. Upaya yang dilakukan untuk Indonesia sebagai negara hukum,
mengatasi hambatan dalam seharusnya juga memberikan
penegakan hukum terhadap kepastian hukum terhadap produk
peredaran makanan yang tidak makanan halal atau tidak halal
halal di Kota Pekanbaru sehingga lebih memberikan
diantaranya adalah memberikan kepastian hukum dan
himbauan kepada pelaku usaha perlindungan konsumen terhadap
untuk mengurus sertifikat halal produk makanan yang tidak halal
terkait makanan yang mereka terutama perlindungan terhadap
produksi, melakukan koordinasi konsumen muslim.
dengan MUI terkait makanan apa c. Melakukan penyuluhan atau
saja yang wajib mengunakan label sosialisasi kepada masyarakat
halal, dan memberikan instruksi terhadap produk dalam negeri dan
kepada pelaku usaha untuk produk luar negeri yang beredar di
memberikan informasi yang jelas pasaran sekarang ini terkait yang
atau terang-terangan apabila sudah mempunyai label halal dan
produk yang di produksi belum mengantongi label halal
menguggunakan babi dengan agar Indonesia bisa menciptakan
mencantumkan gambar babi pada konsumen cerdas dan peduli
kemasan. terhadap produk yang mereka
2. Saran konsumsi.
a. Perlu ada perubahan atau
pembaruan pada Undang-undang I. Daftar Pustaka
Perlindungan Konsumen, 1. Buku
terutama mengenai kewenang Amirudin dan Asikin, H. Zainal,
Pejabat Pengawai Negeri Sipil
2012, Pengantar Metode
(PPNS), lebih ditegaskan PPNS
mana yang berwenang dalam Penelitian Hukum, PT. Raja
penegakan hukum terkait Grafindo Persada, Jakarta.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 14


Ashshofa, Burhan, 2010, Metode Hukum, Pustaka Pelajar,
Penelitian Hukum, Rineka Yogyakarta.
Cipta, Jakarta. Zulham, 2013, Hukum
Erdianto, 2001, Perlindunga Konsumen,
Pertanggungjawaban Pidana Kencana, Jakarta.
Presiden Republik Indonesia 2. Jurnal/Skripsi
Menurut Sistem Ledy Diana, 2011 ³3HQ\DNLW 6RVLDO
Ketatanegaraan Indonesia, dan Efektivitas Hukum di
Universitas Sriwijaya, ,QGRQHVLD´ Jurnal Ilmu Hukum,
Vol 2 No. 1 Februari.
Palembang.
Tri Novita Sari Manihuruk, 2015
Hamzah, Andi, 2012, Asas-asas
³3HQHJDNDQ +XNXP 7HUKDGDS
Hukum Pidana di Indonesia
Tindak Pidanan Phedofilia di
dan Perkembangannya, PT.
Wilayah Hukum Polisi Resor
Sofmedia, Jakarta.
.RWD 3HNDQEDUX´ Skripsi,
Kristiyanti, T.S., 2011, Hukum
Program Kekhususan Hukum
Perlindungan Konsumen, Sinar
Pidana Fakultas Hukum
Grafika, Jakarta.
Universitas Riau, Pekanbaru.
Mertokusumo, Sudikno,
3. Surat Kabar
Mengenal Hukum Suatu
Riau Pos, Tanggal 8 April 2016
Pengantar, Liberti, Yogyakarta,
2003. 4. Peraturan Perundang-
Najih, Mokhammad dan Soimin, Undangan
2012. Pengantar Hukum Undang-Undang Republik
Indonesia, Setara Press, Indonesia Nomor 23 Tahun
Malang. 1992 Tentang Kesehatan,.
Rahardjo, Satjipto, 2006, Ilmu Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun
Hukum, PT Citra Aditya Bakti,
1999 Tentang Perlindungan
Bandung. Konsumen.
Santiago, Faisal, 2012, Pengantar Undang-Undang Republik
Hukum Bisnis, Mitra Wancana Indonesia Nomor 18 Tahun
Media, Jakarta. 2012 Tentang Pangan,.
Sidabalok, Janus, 2006, Hukum
Perlindungan Konsumen di 5. Website
Indonesia, PT.Citra Aditya http://www.republika.co.id/berita/
dunia-islam/islam-
Bakti, Bandung. nusantara/15/05/27/noywh5-
Soekanto, Soerjono, 2005, inilah-10-negara-dengan-
Pengantar Penelitian Hukum, populasi-muslim-terbesar-di-
Percetakan UI, Jakarta. dunia diakses, tanggal 17
Wignjosoebroto., H. Soetandyo, November 2015.
2010, Dasar-Dasar Sosiologi

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 15

You might also like