Professional Documents
Culture Documents
(Prehistory Livelihood in The Srobu Site) : Bentuk Mata Pencaharian Masyarakat Pendukung Situs Gunung Srobu
(Prehistory Livelihood in The Srobu Site) : Bentuk Mata Pencaharian Masyarakat Pendukung Situs Gunung Srobu
Research on the form of the people’s livelihood support Gunung Srobu sites is very important. This
Histori artikel: research aims to determine the extent of the development of human knowledge and ability to face
Diterima 8 April 2015 the challenges of the natural environment to maintain the existence of the community, as well as
Direvisi 27 April 2015 expertise in generating technology equipment. Since the public support for culture Gunung Srobu
Site does not exist any longer, so the study of forms of livelihood can be done through cultural
Disetujui 4 Oktober 2015
material remnants preserved their activities. This study uses a qualitative approach to the form
of inductive reasoning, while strategies are applied through literature and field observations. All
Keywords: the data collected in this study is then processed by indentifying by type and analyzed qualitative
description that aims to know the meaning or interpret the empirical reality that the objects contained
livelihood, in the study. The results of this study are in the form of various types of artifacts such as pottery,
material Cultural, stone tools, tool shells, animal bone remains, and shells litter. Culture material is closely related
Gunung Srobu Site to the public livelihood support form Gunung Srobu site namely horticulture, hunting, gathering,
fishing, farming, and industry.
Bentuk
BentukMata
MataPencaharian
PencaharianMasyarakat
MasyarakatPendukung
PendukungSitus
SitusGunung Srobu,Erlin
GunungSrobu, ErlinNovita
NovitaIdje
IdjeDjami
Djami 63
asah, batu pipisan, gandik, alat pernafasan, air untuk minum dan
kerang, sisa tulang binatang, sisa keperluan sehari-hari, tumbuhan dan
tulang manusia, sampah kerang, arang hewan untuk makan serta lahan
serta fondasi bangunan dan tinggalan untuk tempat tinggal (Vita, 2004:
budaya tradisi megalitik (Tim Peneliti, 25-26). Demikian pula kehidupan
2014: 8-39). Temuan-temuan tersebut manusia di muka bumi ini juga berada
ada yang masih utuh, sebagian besar dalam suatu kerangka budaya tertentu.
berbentuk fragmentaris. Keberadaan Eksistensi manusia juga dituntut
data primer maupun sumber informasi dapat hidup layak dan manusiawi.
penting lainnya yang ditemukan dapat Untuk itu, manusia telah mempelajari
menggambarkan kembali berbagai bagaimana memanfaatkan sumber
aspek kehidupan manusia pendukung daya alam yang ada di muka bumi, dan
situs Gunung Srobu di masa lampau. dengan kebudayaannya juga mampu
Salah satu bentuk aktivitas manusia menciptakan suatu bentuk lingkungan
masa lampau di Situs Gunung Srobu tertentu (Purwanto, 2008: 164-166),
yang menarik untuk dikaji lebih jauh serta mampu mengadaptasikan diri
adalah tentang bentuk matapencaharian dengan lingkungannya sehingga ia tetap
hidup masyarakat pendukungnya. mampu melangsungkan kehidupannya
Untuk mengungkapkan kehidupan (Tax, 1953: 243 dalam Purwanto,
masa lampau dilakukan melalui kajian 2008: 166). Sehubungan dengan
terhadap temuan-temuan materi pernyataan-pernyataan tersebut di
budaya yang terawetkan, khususnya atas, bagaimana dengan bentuk
berkaitan dengan bentuk aktivitas dalam matapencaharian pada masyarakat
suatu sistem matapencaharian. Dari pendukung budaya situs Gunung Srobu
penelitian ini terungkap bentuk-bentuk dalam usaha mempertahankan hidup
matapencaharian hidup masyarakat dan kehidupannya.
pendukung budaya situs Gunung Srobu, Penelitian di situs Gunung Srobu
dan bahkan diketahui pula jenis-jenis sudah pernah dilakukan. Dalam
tinggalan budayanya. Kajian yang penelitian sebelumnya hanya terbatas
juga tidak kalah pentingnya dilakukan pada pengungkapkan berbagai bentuk
berkaitan dengan konteks lingkungan materi budaya (fragmen gerabah hias
sekitar situs sebagai faktor utama dan polos, cangkang moluska, alat
yang mempengaruhi, baik alam-pikir batu berupa alat serpih, kapak batu,
maupun bentuk pola tingkah laku fragmen kapak lonjong, gandik, pipisan
manusianya. alat kerang, struktur lantai rumah, batu
Berbicara tentang matapencaharian, inti, batu asah, bangunan megalitik dan
tentunya tidak terlepas dari peran fragmen tulang) dan fungsi-fungsinya
manusia sebagai makhluk hidup yang (Tim Peneliti, 2014: 8-39). Sedangkan
berbudaya dan memiliki kebutuhan penelitian yang dilakukan di Situs
bersifat hayati dan manusiawi. Gunung Srobu dalam tulisan ini akan
Manusia hidup dari unsur-unsur mengungkapkan tentang bentuk-
lingkungannya, misalnya udara untuk bentuk matapencaharian masyarakat
Bentuk Mata Pencaharian Masyarakat Pendukung Situs Gunung Srobu, Erlin Novita Idje Djami 65
dahulu bahwa dalam berbagai macam yang merupakan data penting yang
aktivitas manusia zaman dahulu yang mendukung untuk mengungkapkan
sebagian besar berhubungan dengan bentuk-bentuk mata pencaharian
pemenuhan kebutuhan hidupnya akan masyarakat pendukung situs Gunung
makanan, dan bahkan dapat digolong- Srobu, yang mana lingkungan alam
golongkan ke dalam suatu perangkat merupakan faktor utama pendorong
sistem matapencaharian. Para ahli terbentuknya suatu matapencaharian.
antropologi membagi aktivitas ke dalam Dari perspektif arkeologi, artefak
tahapan-tahapan yang mendasar dapat menunjukkan suatu bentuk
bagi sistem ini, antara lain: berburu matapencaharaian. Demikian halnya
dan meramu, beternak, perladangan, temuan-temuan artefak di situs Gunung
nelayan, pertanian, dan industri. Pada Srobu dapat menggambarkan bahwa
umumnya, setiap bentuk tahapan ada beberapa bentuk matapencaharian
tersebut menandakan suatu bentuk masyarakat pendukungnya. Misalnya,
masyarakat. Meskipun demikian, ada temuan artefak gerabah yang sudah
kemungkinan suatu masyarakat dapat dikenal manusia sejak munculnya
melakukan dua atau tiga tahap aktivitas budaya bercocoktanam di daerah
tersebut sekaligus (NN, 2003: 31). pedalaman dan budaya mencari
Dalam mengungkapkan bentuk hasil laut di daerah pantai (Gardner,
matapencaharian masyarakat 1978: 142, Weinhold, 1983: 12, dalam
pendukung situs Gunung Srobu dapat Sriwigati, 2007: 25). Kehadiran artefak
dilakukan melalui kajian terhadap sisa- gerabah juga menunjukkan suatu
sisa kehidupannya yang terawetkan. bentuk teknologi yang dihasilkan pada
Dalam kajian ini akan diawali dengan zaman neolitik dan terus berkembang
mengidentifikasi bentuk-bentuk materi hingga kini. Pernyataan ini sangat
budaya yang dapat dikaitkan dengan mendukung keberadaan situs Gunung
bentuk matapencahariannya. Bentuk Srobu sebagai situs yang berciri budaya
materi budaya dapat berupa artefak neolitik, dan bahkan berdasarkan hasil
tembikar, kapak batu, alat serpih, kapak pertanggalan Radiocarbon Dating (C14)
lonjong, gandik, pipisan, alat batu menunjukkan bahwa situs ini berumur
penokok, alat batu, alat kerang, sisa 2280 + 150 B.P yaitu masuk ke dalam
tulang binatang, dan sampah kerang kurun waktu neolitik akhir (Tim Peneliti,
yang keberadaannya melingkupi 2014: 50).
seluruh permukaan situs dan telah Sehubungan dengan hal tersebut
membukit. dapat dikatakan bahwa manusia
Kajian pada keberadaan materi- pendukung budaya situs Gunung
materi budaya tersebut dipandang Srobu juga sudah melakukan aktivitas
mampu menjelaskan tentang bentuk- bercocoktanam maupun mencari hasil
bentuk matapencaharian masyarakat laut, hal ini terlihat dari bentuk-bentuk
pendukung situs Gunung Srobu. Di tinggalan budayanya dan juga didukung
samping itu, juga dilakukan kajian pada pula oleh lingkungan alam sekitarnya,
potensi lingkungan alam sekitarnya dan mencari hasil laut merupakan
Bentuk Mata Pencaharian Masyarakat Pendukung Situs Gunung Srobu, Erlin Novita Idje Djami 67
Gambar 1. Temuan artefak situs Gunung Srobu; fragmen gerabah, kapak batu, mata panah, kapak lonjong, pemberat jaring dari
batu, batu penokok, alat kerang, batu pipisan, dan fragmen alat tulang (Dokumentasi Balai Arkeologi Jayapura)
Bentuk Mata Pencaharian Masyarakat Pendukung Situs Gunung Srobu, Erlin Novita Idje Djami 69
batu berbentuk cincin elips besar yang bertempat tinggal di tepi pantai
(mace head) yang dijadikan sebagai hidupnya lebih bergantung pada bahan-
alat pemberat jaring untuk menangkap bahan makanan yang terdapat di laut
ikan, dan untuk pemanfaatan alat (Soejono dan Leirissa, 2010: 141).
kerang masih dapat disaksikan pada Aktivitas matapencaharian lainnya
masyarakat nelayan yang berada yang juga dilakukan adalah beternak.
di Kepulauan Padaido, yang hingga Aktivitas beternak muncul ketika
kini masih memanfaatkan cangkang- manusia telah hidup menetap dalam
cangkang kerang sebagai alat yang suatu perkampungan dan telah mampu
diikatkan pada ujung-ujung jaring di membagi waktu dalam melakukan
semua sisi yang berfungsi sebagai berbagai aktivitasnya. Aktivitas beternak
pemberat saat ditebarkan ke dalam air pada masyarakat pendukung situs
ketika menjaring. Kalau di Kepulauan Gunung Srobu didukung oleh temuan
Padaido memanfaatkan jenis kerang sisa-sisa tulang babi. Pandangan ini
cipraedae, sedangkan di situs Gunung muncul karena babi merupakan salah satu
Srobu menggunakan jenis kerang jenis binatang liar yang mudah dijinakkan
strombidae dan cipraedae. Dalam dan tidak sulit dalam memeliharaannya
hubungannya dengan aktivitas mencari serta tidak membutuhkan waktu dan
ikan tersebut, selain temuan alat kerang tenaga yang banyak. Pola beternak babi
juga didukung pula oleh temuan sisa- zaman dahulu dapat dilihat gambarannya
sisa tulang ikan (Tim Peneliti, 2014: pada polanya pada beberapa kelompok
47). Selain menangkap ikan, mereka masyarakat tradisional di Papua saat
juga mengumpulkan kerang sebagai ini, yaitu binatang babi yang didapat dari
sumber makanan, kenyataan ini hasil perburuan kemudian dijinakkan
didukung oleh temuan sampah kerang dalam sebuah kandang; dan setelah
yang telah membukit, selain itu kondisi babi tersebut jinak maka dilepas untuk
ini didukung oleh keadaan lingkungan mencari makanannya sendiri, tetapi juga
alam laut sekitar situs di kawasan teluk pada waktu-waktu tertentu diberi makan
Youtefa yang sangat berpotensi akan oleh pemiliknya.
kandung kerang lautnya, dan selain itu Terkait dengan berbagai bentuk
juga terdapat area-area bakau dengan aktivitas matapencaharian tersebut,
potensi kepitingnya serta potensi lautan tergambar pula tentang pola kehidupan
yang menyediakan banyak biota laut masyarakat pendukung situs yang telah
lainnya seperti ikan, gurita, suntung, hidup menetap dalam suatu permukiman.
cumi-cumi dan lainnya. Potensi-potensi Mereka bahkan telah memiliki cukup
laut tersebut merupakan sumber banyak waktu untuk melakukan berbagai
makanan utama bagi masyarakat aktivitas, seperti terbukti dari munculnya
pendukung situs Gunung Srobu dan berbagai bentuk matapencaharian yang
ini juga ditunjang oleh posisi situs tercermin pada tinggalan budayanya, dan
yang berada di pesisir pantai yaitu di didukung pula oleh potensi lingkungan
atas sebuah tanjung, hal ini sejalan alam sekitarnya. Hal ini juga menunjukkan
dengan pandangan bahwa masyarakat bahwa masyarakat pendukung situs
Bentuk Mata Pencaharian Masyarakat Pendukung Situs Gunung Srobu, Erlin Novita Idje Djami 71
DAFTAR PUSTAKA
Gede, I Dewa Kompyang. 2013.”Misba Dalam Masyarakat Alor: Kajian Bentuk dan Fungsi”,
dalam Forum Arkeologi Volume 26, Nomor 3, November 2013. Denpasar: Balai
Arkeologi Denpasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 181-194.
Kawer, Sonya Martha. 2014. ”Eksplorasi Arkeologi di Distrik Bomakia Kabupaten Boven
Digoel”, dalam Berita Penelitian Arkeologi No.12. Jayapura: Balai Arkeologi
Jayapura, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 1- 41.
NN. 2003. ”Ensiklopedia Suku Bangsa Mentawai”. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata. Deputi Bidang Nilai Budaya, Seni dan Film. Proyek Pengembangan
Kebijakan Nilai Budaya, Seni dan Film.
Prasetyo, Bagyo, D.D. Bintarti, Dwiyani Yuniawati, E. A. Kosasih, Jatmiko, Retno Handini,
E. Wahyu Saptomo. 2004. Religi pada Masyarakat Prasejarah di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Arkeologi.
Purwanto, Hari. 2008. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soejono, R. P. dan R. Z Leirissa (Ed.). 2010. Sejarah Nasional Indonesia I. Zaman
Prasejarah di Indonesia. Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Sriwigati. 2007.”Hiasan Gerabah dari Situs Gua Buida”, dalam Haris Sukendar (Ed.),
Jejak-Jejak Arkeologi di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Daerah
Lainnya. Balai Arkeologi Manado bekerjasama dengan IAAI Komda Sulawesi,
Maluku dan Irian. Hlm. 25-33.
Tim Peneliti. 2014. ”Eksplorasi Arkeologi di Situs Gunung Srobu, Kelurahan Abe Pantai,
Distrik Abepura. Kota Jayapura”. Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi
Jayapura.
Vita. 2004. “Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup
Manusia Purba pada Masa Holosen di Gua-Gua Situs Sampung, Provinsi Jawa
Timur” dalam Lingkungan Masa Lampau Beberapa Situs Arkeologi di Jawa Timur
dan Bali. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Proyek Penelitian
dan Pengembangan Arkeologi. Hlm. 25-47.
INTERNET
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ Kamus Besar Bahasa Indonesia V1.3.
2010-2011.