You are on page 1of 10

Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.

3, Nov 2016, hal 171-180

PENELITIAN
Hubungan HBA1c Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus Di RSUD. Abdul Wahab Syahranie Samarinda
Tahun 2016

Supri Hartini
Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Email: tini.tinipjt@gmail.com

Abstract

Higher levels of HbA1c cause complications. Diabetes Control and


Complications Trial (DCCT) and United Kingdom Prospective Diabetes Study
(UKPDS) revealed that the decrease in HbA1c will provide many benefits. Any 1%
decrease in HbA1c will reduce the risk of death from diabetes by 21%, heart attack
14%, 37% of microvascular complications and peripheral vascular disease 43%, for
those with diabetes HbA1c levels are targeted less than 7%. The controlled
benchmark for DM is by examining HbA1c in the blood.
Examination of HbA1c levels has many advantages over blood glucose
examination, including unnecessary fasting, not influenced by short-term lifestyle
changes, more stable in room temperature than plasma glucose. The controlled
benchmark for DM is by examining HbA1c in the blood.
The purpose of this research is to know the correlation of HbA1c level with
blood glucose level in DM patient at Public Hospital of Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
The type of this research is analytic survey with design used in this research
is cross-sectional design to know relate HBA1c level with blood glucose level in
patient of Diabetes Mellitus outpatient in RSUD. Abdul Wahab Syahranie
Samarinda, all DM respondents who checked the levels of HBA1c, fasting blood
glucose or when in September 2016.
There was a relationship between HBA1c levels of fasting blood glucose
(GDP) and glucose blood (GDS) with p-Value 0.01 <0.05. Increase in HBA1c levels
will affect fasting blood glucose and time.

Keywords: HBA1c, Fasting Blood Glucose, Blood Glucose

Abstrak

Kadar HbA1c yang semakin tinggi menimbulkan komplikasi. Diabetes


Control and Complications Trial (DCCT) dan United Kingdom Prospective Diabetes
Study (UKPDS) mengungkapkan bahwa penurunan HbA1c akan banyak sekali
memberikan manfaat. Setiap penurunan HbA1c sebesar 1% akan mengurangi risiko
kematian akibat diabetes sebesar 21%, serangan jantung 14%, komplikasi
mikrovaskular 37% dan penyakit vaskuler perifer 43%, untuk itu pada penyandang
Diabetes kadar HbA1c ditargetkan kurang dari 7%. Tolak ukur terkendali tidaknya
DM adalah dengan memeriksa HbA1c dalam darah.
Pemeriksaan kadar HbA1c memiliki banyak keunggulan dibanding
pemeriksaan glukosa darah, antara lain tidak perlu puasa, tidak dipengaruhi
perubahan gaya hidup jangka pendek, lebih stabil dalam suhu kamar dibanding
glukosa plasma. Tolak ukur terkendali tidaknya DM adalah dengan memeriksa
HbA1c dalam darah.
171
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kadar HbA1c dengan kadar


glukosa darah pada penderita DM rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
Jenis penelitian ini adalah survei analitiki dengan desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional untuk mengetahui
menghubungkan kadar Hba1c dengan kadar glukosa darah pada penderita
Diabetes Melitus pasien rawat jalan di RSUD. Abdul Wahab Syahranie Samarinda,
semua responden DM yang memeriksakan kadar HBA1c, glukosa darah puasa atau
sewaktu di bulan September 2016.
Terdapat hubungan antara kadar HBA1c terhadap kadar gula darah puasa
(GDP) dan gula darah sewaktu (GDS) dengan nilai p-Value 0,01<0,05. Kenaikan
kadar HBA1c akan mempengaruhi kadar glukosa darah puasa dan sewaktu.

Kata Kunci : HBA1c, Glukosa Darah Puasa, Glukosa Darah Sewaktu

PENDAHULUAN Menurut survey yang dilakukan


WHO, Diabetes Melitus di
A. Latar Belakang Indonesia menempati urutan
Dr Paul Zimmet, direktur dari keempat dengan jumlah penderita
Internasional Diabetes Institute terbesar di dunia setelah India,
(IDI) di Victoria, Australia, Cina dan Amerika Serikat.
meramalkan bahwa Diabetes akan Sekarang ini diIndonesia penyakit
menjadi epidemik yang paling Diabetes Melitus menempati
dahsyat dalam sejarah manusia. urutan pertama terbanyak
Diabetes juga telah masuk dalam diIndonesia. Secara epidemiologi,
daftar “penyakit Asia”. tahun 2003 diperkirakan bahwa pada tahun
diperkirakan 89 juta penduduk Asia 2030 prevalensi Diabetes Melitus
menderita Diabetes. Tercatat 4 (DM) di Indonesia mencapai 21,3
dari 5 negara di dunia dengan juta orang (Kemenkes, 2010).
jumlah penderita Diabetes Diabetes Melitus telah menduduki
terbesar di Asia, yaitu: India (32,7 urutan kelima dari 10 penyakit
juta penderita), RRC (22,6 juta terbanyak di provinsi Kalimantan
penderita) Pakistan (8,8 juta Timur, prevalensi DM di
penderita), dan Jepang (7,1 juta Kalimantan Timur adalah sebesar
penderita). Diabetes juga 1,3% dengan prevalensi tertinggi di
menyebar lebih cepat di Asia Bulungan 1,7% dan Samarinda
dibandingkan jazirah mana pun di 1,6%, sedangkan di RSU Abdul
seluruh dunia. Tahun 2025 nanti Wahab Syahranie penyakit DM
penderitanya di Asia akan menduduki urutan ke 4 dari 10
mencapai 170 juta, dimana 100 penyakit yang terbanyak. Dan
juta sendiri akan berasal dari India prevalensinya dari tahun 2011 -
dan RRC (Vitahealt, 2004). 2012 di Rumah Sakit A Wahab

172
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

Sjahranie sebesar 15%. Untuk setahun.Apabila sasaran


saat ini penyakit DM masih belum pengobatan belum tercapai maka
dapat disembuhkan, tapi dapat dianjurkan untuk melakukan
dicegah dengan meminimalkan pemeriksaan HbA1c 4 kali setahun
gejala – gejalanya. (Riskesda, (Indriyanti,2013).
2007). Kadar HbA1c normal dalam
Kadar glukosa darah yang darah antara 4 - 6% gula dalam
baik belum dapat menggambarkan darah. Kadar HbA1c yang semakin
bahwa regulasi glukosa darah juga tinggi menimbulkan komplikasi.
sudah baik. Pemantauan status Diabetes Control and
glikemik jangka panjang penderita Complications Trial (DCCT) dan
DM dapat dilakukan dengan suatu United Kingdom Prospective
pengukuran protein terglikasi Diabetes Study (UKPDS)
dalam bentuk HbA1c, dimana mengungkapkan bahwa
akan diketahui kualitas penurunan HbA1c akan banyak
pengendalian glukosa darah sekali memberikan manfaat. Setiap
jangka panjang antara 2-3 bulan penurunan HbA1c sebesar 1%
(Soegondo dkk,2004). HbA1c juga akan mengurangi risiko kematian
direkomendasikan sebagai tujuan akibat diabetes sebesar 21%,
akhir terapi dan dianjurkan serangan jantung 14%, komplikasi
dilakukan sedikitnya 2 kali mikrovaskular 37% dan penyakit
setahun.Apabila sasaran vaskuler perifer 43%, untuk itu
pengobatan belum tercapai maka pada penyandang Diabetes kadar
dianjurkan untuk melakukan HbA1c ditargetkan kurang dari 7%
pemeriksaan HbA1c 4 kali setahun (Adi, 2008).
(Indriyanti,2013). Tujuan pengendalian kadar
Kadar glukosa darah yang glukosa darah pada DM adalah
baik belum dapat menggambarkan untuk meminimalisir terjadinya
bahwa regulasi glukosa darah juga komplikasi kardiovaskuler dan
sudah baik. Pemantauan status meningkatkan kualitas hidup
glikemik jangka panjang penderita penderitanya. Tolak ukur terkendali
DM dapat dilakukan dengan suatu tidaknya DM adalah dengan
pengukuran protein terglikasi memeriksa HbA1c dalam darah.
dalam bentuk HbA1c, dimana Bila kadarnya lebih dari 7% maka
akan diketahui kualitas perlu diterapi dengan insulin atau
pengendalian glukosa darah obat anti Diabetes. Dalam waktu 6
jangka panjang antara 2-3 bulan bulan kadarnya harus sudah
(Soegondo dkk,2004). HbA1c juga normal kembali. Penurunan kadar
direkomendasikan sebagai tujuan HbA1c ini ke dalam batas normal
akhir terapi dan dianjurkan dipercaya menurunkan resiko
dilakukan sedikitnya 2 kali
173
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

terjadinya penyakit kardiovaskuler Rumah Sakit Umum Daerah


(Andri , 2009). Abdul Wahab Sjahranie
Pemeriksaan kadar HbA1c Samarinda.
memiliki banyak keunggulan 2. Tujuan Khusus
dibanding pemeriksaan glukosa a. Mengetahui distribusi
darah, antara lain tidak perlu kadar HBA1c pada
puasa, tidak dipengaruhi pasien DM.
perubahan gaya hidup jangka b. Mengetahui distribusi
pendek, lebih stabil dalam suhu kadar gula darah puasa
kamar dibanding glukosa plasma dan sewaktu pada
puasa, lebih direkomendasikan penderita DM
untuk pemantauan pengendalian
glukosa. Sedang keterbatasannya C. METODE PENELITIAN
adalah harganya lebih mahal Jenis penelitian ini adalah
dibanding pemeriksaan glukosa survei analitik dengan desain
darah dan pemeriksaan HbA1c penelitian ini adalah cross-
dipengaruhi oleh kadar Hb ( sectional untuk mengetahui
Harefa, 2011 ). menghubungkan kadar Hba1c
Pemeriksaan kadar HbA1c terhadap kadar glukosa darah
biasanya ditujukan untuk penderita pada penderita Diabetes Melitus
DM kronis, pemeriksaan ini sudah pasien rawat jalan di Laboratorium
rutin dilakukan di Laboratorium RSU Abdul Wahab Sjahranie
Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum Samarinda tahun 2016.
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Waktu Dan Tempat
yang merupakan Rumah Sakit tipe Penelitian di Instalasi Laboratorium
A pasien DM dengan rutin Klinik RSUD Abdul Wahab
melakukan pemeriksaan kadar Sjahranie Samarinda dan
HbA1c dan kadar glukosa darah. Penelitian ini dilaksanakan pada
Oleh karena itu penulis tertarik bulan September 2016.
untuk meneliti hubungan kadar Sampel penelitian adalah semua
HbA1c dengan kadar glukosa dari populasi penderita DM rawat
darah di Rumah Sakit Umum jalan yang memeriksakan
Daerah Abdul Wahab Sjahranie HbA1c,Glukosa puasa, glukosa
Samarinda. sewaktu pada bulan September
2016 dilaboratorium RSUD Abdul
B. Tujuan Penelitian Wahab Sjahranie Samarinda.
1. Tujuan Umum D. Teknik Pengumpulan Data
Mengetahui hubungan Data yang digunakan pada
kadar HbA1c dengan kadar penelitian ini adalah data primer
glukosa darah pada yang diperoleh dari hasil
penderita DM rawat jalan di pemeriksaan laboratorium yaitu
174
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

kadar HbA1c, kadar glukosa darah September 2016 dari 287 orang
puasa dan kadar glukosa post rawat jalan penderita Diabetes
prandial dari penderita DM rawat Mellitus. Data yang diperoleh
jalan di Laboratorium RSUD Abdul dianalisis secara bivariat untuk
Wahab Sjahranie Samarinda pada mengetahui adanya hubungan
bulan Oktober 2016. kadar HBA1c yang dapat
mempengaruhi kadar gula darah
E. Analisis data puasa dan sewaktu dan disajikan
Analisa data yang digunakan dalam bentuk grafik dan tabel.
dalam penelitian ini adalah a. 1. Analisa Univariat
analisa a. Gambaran distribusi
univariat yaitu analisa yang interpretasi hasil kadar HBA1c
bertujuan untuk menjelaskan atau penderita DM rawat jalan di
mendeskripsikan RSUD. AWS Samarinda
karakteristik setiap variabel
penelitian dalam bentuk distribusi Grafik1. Distribusi Kadar
frekuensi (Notoatmojo, 2010). HBA1c Penderita DM
a. Analisa Univariat Pada Bulan Oktober
Menggambarkan Frekuensi 2016 di RSUD. AWS
kadar HBA1c, kadar gula Samarinda
puasa dan sewaktu
penderita DM di bulan
September 2016
b. Analisa Bivariat
Yaitu analisa yang
bertujuan untuk
mendapatkan hubungan
antara kadar HBA1c
dengan kadar glukosa
darah puasa dan sewaktu
Berdasarkan grafik diatas
pasien DM Di RSUD. AWS
menunjukkan gambaran
Samarinda dengan analisis
distribusi kadar HBA1c normal
Uji Chi Square.
penderita DM rawat jalan di
RSUD. Abdul Wahab
HASIL DAN PEMBAHASAN
Syahranie Samarinda
A. Hasil Penelitian
sebanyak 56 % dari 287 orang.
Hasil penelitian berdasarkan
data primer pemeriksaan kadar
b. Gambaran interpretasi hasil
HBA1c dan kadar gula darah
kadar Gula darah Puasa dan
puasa dan sewaktu di laboratorium
Sewaktu penderita DM rawat
RS. AWS Samarinda pada bulan
175
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

jalan di RSUD. AWS distribusi kadar gula darah


Samarinda puasa dan sewaktu normal
pada penderita DM rawat jalan
Grafik 2. Distribusi Kadar Gula di RSUD. Abdul Wahab
darah Puasa dan Syahranie Samarinda
Gula Darah Sewaktu sebanyak 53,7 % dari 287
Penderita DM Rawat orang.
Jalan Bulan Oktober
di RSUD.AWS 2. Analisa Bivariat
Samarinda Setelah dilakukan analisa data
secara bivariat menggunakan
uji chi-square, maka diperoleh
Rendah 1,0%
hasil sebagai berikut :

Tinggi Normal
45,3% 53,7%

Berdasarkan grafik 2,
menunjukkan gambaran

Tabel 1. Hubungan antara HBA1c Terhadap Kadar Gula Darah Puasa (GDP)
dan Gula Darah Sewaktu (GDS) Tahun 2016
Kadar Gula Darah
HBA1c Jumlah P-Value
Rendah Normal Tinggi
Normal 1 124 35 160

Tinggi 2 30 95 127 0,010

Jumlah 3 154 130 287

176
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

Hasil uji Chi Square adalah p- mengindikasikan bahwa dari


Value 0,01 < α (0,05) yang berarti penderita DM sudah dapat
bahwa ada hubungan antara kadar melaksanakan terapi dengan baik
HBA1c terhadap kadar gula darah dan benar.
puasa (GDP) dan gula darah Pengendalian metabolisme
sewaktu (GDS). Kenaikan kadar glukosa yang buruk ditandai
HBA1c akan mempengaruhi kadar dengan kadar gula dalam darah
glukosa darah puasa dan sewaktu. terus meningkat/hiperglikemia.
Tingkat HbA1c yang buruk,
B. Pembahasan mencerminkan ketidakpatuhan
Dalam pengendalian pada pasien dalam menjalani terapi
Diabetes Mellitus glukosa darah diabetik. Terapi diabetik
puasa terbagi menjadi 2 bagian merupakan terapi yang diberikan
yaitu baik 80-126 mg/dl dan buruk pada pasien DM untuk menilai
lebih dari 126 mg/dl. Kreteria manfaat pengobatan dan sebagai
glukosa darah sewaktu baik : 100 pegangan penyesuaian diet,
– 150 mg/dl dan buruk : lebih dari latihan jasmani, dan obat-obatan
150 mg/dl (Soegoendo,2006). Dari untuk mencapai kadar glukosa
hasil penelitian menunjukan bahwa darah senormal mungkin, dan
kadar glukosa darah puasa dan terhindar dari keadaan
sewaktu penderita DM di RSUD hiperglikemia ataupun
AWS Samarinda masih dalam hipoglikemia. Efektif atau tidaknya
kreteria baik. Buruknya derajat terapi diabetik yang diberikan
pengendalian diabetes disebabkan bergantung pada hasil
penderita tidak melaksanakan pemeriksaan HbA1c (Suyono,
terapi tahap awal dengan benar, 2007).
yaitu konsumsi harian yang tidak Berdasarkan Waspaji dalam
sehat serta kegiatan fisik yang Soesilowati, 2012; pada orang
sangat kurang. pola makam yang normal sebagian kecil fraksi
tidak teratur mengakibatkan hemoglobin akan mengalami
peningkatan kadar glukosa darah glikosilasi. Artinya glukosa terikat
puasa (Lestari,2007). pada hemoglobin melalui proses
Kadar HbA1c menjadi 2 non enzimatik dan bersifat
bagian yaitu baik : 3,0 - 6,3% dan reversibel. Pasien DM, glikosilasi
buruk : 6,4- 10% dalam darah, hemoglobin meningkat secara
hasil penelitian menunjukkan kadar proporsional dengan kadar rerata
HBA1c penderita DM rawat jalan di glukosa darah selama 2‐3 bulan
RSUD. AWS Samarinda dalam sebelumnya. Bila kadar glukosa
kreteria baik menggambarkan darah berada pada kisaran normal
derajat pengendalian glikemik antara 70 ‐ 140 mg% selama 2 ‐ 3
yang baik. Hal tersebut bulan terakhir, maka hasil tes
177
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

HbA1c akan menunjukkan nilai mengungkapkan bahwa


normal. Karena pergantian penurunan HbA1c akan banyak
hemoglobin yang lambat, nilai sekali memberikan manfaat. Setiap
HbA1c yang tinggi menunjukkan penurunan HbA1c sebesar 1%
bahwa kadar glukosa darah tinggi akan mengurangi risiko kematian
selama 4 ‐ 8 minggu. akibat diabetes sebesar 21%,
Pada penelitian sebelumnya serangan jantung 14%, komplikasi
menurut the European Association mikrovaskular 37% dan penyakit
for the Study of Diabetes (EASD) vaskuler perifer 43% (Adi, 2008).
dan International Diabetes Ada 4 hal yang penting bagi
Federation (IDF) dalam Sri Rahayu penatalaksanaan pasien yang
P (2014); yang melibatkan 600 menderita Diabetes Mellitus,
partisipan di sebelas negara (Cahyono, 2010) yakni sebagai
melalui monitoring glukosa 24 jam berikut: Pertama; Kontrol makanan
dan pengukuran HbA1c untuk menurunkan gula darah dan
menunjukkan hubungan erat gejala klinis yang ditimbulkan,
glukosa darah dan HbA1c. Data ini tetapi makanan harus cukup gizi.
kemudian digunakan untuk Pasien dianjurkan memakan yang
menentukan perkiraan kadar tinggi karbohidrat kompleks (nasi,
glukosa rata-rata dari pengukuran ubi kayu, atau ubi manis, roti)
HbA1c. Kadar HbA1c 6% sama sesedikit mungkin mengkonsumsi
dengan konsentrasi glukosa rata- gula, diabetes berat tidak
rata 126 mg/dl dan setiap dianjurkan mengkonsumsi gula
peningkatan kadar HbA1c 1% sama sekali maka dianjurkan
sama dengan peningkatan kadar mengkonsumsi banyak buah-
glukosa rata-rata 29 mg/dL buahan dan sayuran yang tinggi
Kadar HbA1c normal antara serat, karena serat dapat
3% sampai dengan 6%. Beberapa memperlambat kenaikan gula
studi menunjukkan bahwa diabetes darah secara drastis, dan serat
yang tidak terkontrol akan membuat rasa kenyang. Kedua;
mengakibatkan timbulnya untuk mengontrol kadar glukosa
komplikasi, untuk itu pada darah puasa, sewaktu dan HBA1c
penyandang diabetes kadar HbA1c secara periodik 3 bulanan. Ketiga;
ditargetkan kurang dari 7%. mengkonsumsi obat obat anti
Semakin tinggi kadar HbA1c maka diabetik oral yang dianjurkan
semakin tinggi pula resiko dokter dan Keempat berolahraga
timbulnya komplikasi, demikian dapat menurunkan kebutuhan
pula sebaliknya. Diabetes Control akan insulin dan memperbaiki
and Complications Trial (DCCT) glukosa tolerans pasien. Bagi
dan United Kingdom Prospective pasien Noninsulin Dependent
Diabetes Study (UKPDS) Diabetes Melitus (NIDDM) yang
178
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

menggunakan obat anti-diabetik, perlu disadari peran serta


maka olahraga dapat membuat penderita DM secara mandiri
reseptor insulin menjadi bekerja sangat penting dan menentukan
lebih baik. keberhasilan pengendaliannya
Persentase hemoglobin (Perkeni, 2006).
glikosilasi (HbA1c) mencerminkan
kontrol glikemik pasien selama Kesimpulan
periode 8-10 minggu sebelum Adapun yang dapat disimpulkan
sampel darah itu diperoleh. dari hasil penelitian ini yaitu :
Komplikasi Diabetes dan kontrol 1. Gambaran distribusi kadar
percobaan (DCCT) mendukung HBA1c penderita DM rawat
HbA1c sebagai standar emas jalan pada bulan September
kontrol glikemik. Menurunkan 2016 sebanyak 56,0% dalam
HbA1C telah terbukti mengurangi batas normal.
komplikasi mikrovaskuler diabetes, 2. Gambaran distribusi kadar
dan jika diimplementasikan segera glukosa darah puasa dan
setelah diagnosis diabetes, adalah sewaktu penderita DM rawat
terkait dengan memperlambat jalan pada bulan September
komplikasi di makrovaskular. 2016 sebanyak 53,7% dalam
Dislipidemia adalah salah satu batas normal
faktor risiko utama didirikan untuk 3. Terdapat hubungan antara
penyakit kardiovaskular pada kadar HBA1c terhadap kadar
diabetes mellitus (Cynthia. Et al, gula darah puasa (GDP) dan
2012). gula darah sewaktu (GDS)
HBA1c saat ini digunakan dengan nilai p-Value
sebagai indikator glikemik karena 0,01<0,05. Kenaikan kadar
mencerminkan konsentrasi HBA1c akan mempengaruhi
glukosa 1-2 bulan sebelum kadar glukosa darah puasa dan
pemeriksaan dan tidak dipengaruhi sewaktu.
oleh diet sebelum pengambilan
sampel darah. HBA1c merupakan
alat pemantauan dalam Daftar Pustaka
penatalaksanaan pasien dengan
diabetes mellitus. Cahyono, J. B. Suharjo B, 2010.
Penyakit DM tidak dapat Diabetes Melitus: Penyakit
disembuhkan, namun dapat Seumur Hidup dalam Gaya
dikendalikan, yaitu dengan Hidup dan Penyakit Modern.
menjaga agar gula darah stabil Yogyakarta: Kanisius.
atau mendekati normal. Sehingga Hardjoeno, H. 2003. Interprestasi
komplikasi yang timbul bisa Hasil Tes Laboraturium
dicegah atau diantisipasi. Maka Diagnostik. Jakarta: EGC.

179
Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.3, Nov 2016, hal 171-180

Johnson, Marilyn, 2005. Diabetes Sri Rahayu Paputungan, Harsinen


Terapi dan Pencegahannya. Sanusi. 2014 Peranan
Jakarta: Publishing House. Pemeriksaan Hemoglobin
Kee, Joyce LeFever, 2007. A1c pada Pengelolaan
Pedoman Pemeriksaan Diabetes Melitus. Jurnal
Laboratorium & Diagnostik. Online vol. 41 (9) diakses
Jakarta:EGC November
Konsensus DM Tipe II Perkeni, 2016http://www.kalbemed.co
2006. Penatalaksanaan m/Portals/6/1_06_220Perana
Diabetes Mellitus. n
Jakarta: Balai Penerbit Pemeriksaan Hemoglobin
FKUI pada Pengelolaan Diabetes
Notoadmodjo, Soekidjo, 2010. Melitus.
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT. Suryaatmadja, Marzuki. 2009.
Rineka Cipta Hemoglobin Glikosilat: Tolak
Price, Sylvia Anderson. 2005. Ukur Baru untuk Diabetes
Patofisiologi: Konsep Klinis Mellitus. Diunduh tanggal 11
Proses-proses Penyakit Februari 2016 dari
Ed.6. Jakarta: EGC http://www.kalbe.co.id/files/c
Oesman dkk, 2010. Standarisasi dk/files/08_Hemoglobin
Dan Harmonisasi Glikosilat.pdf/08_Hemoglobin
Pemeriksaan HbA1c Glikosilat.html

180

You might also like