You are on page 1of 7

Pengaruh Formulasi Tepung Komposit (Tepung Terigu, Tepung Tempe Dan Tepung

Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus)) Terhadap Kadar Protein, Serat Kasar Serta
Daya Terima Cookies Sebagai Makanan Selingan Anak Obesitas

The Influence Of Flour Composite (Wheat Flour, Tempe Flour And Jackfruit (Artocarpus
heterophyllus) Straw Flour) To The Protein Contain, Coarse Fiber Contain And Acceptable
Level Of Cookies As A Snack For Obesity Children

Christina Mumpuni Erawati1 *, Nany Suryani1, Zainun Nasriyah2


1
STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
2
Alumni STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
*korespondensi : christina_erawati@yahoo.com

Abstract
Snacks or food interludes specially for child obesity is given between his or her staple food.
The purpose of it is giving a good nutrition according to child age. Snack in this research is a
cookies with the addition of tempe and jackfruit straw.flour. The purpose of this research is to
know the influence of composite flour (wheat flour, tempe flour, and jackfruit straw flour) to
the protein, fiber and acceptance of cookies. The method using experimental with
randomized complete design (RCD). It consist of 4 treatments and 3 replications which is the
formulation wheat flour, tempe flour, and jackfruit straw flour P1 (100%:0%:0%), P2
(70%:25%:5%), P3 (70%:20%:10%), and P4 (70%:15%:15%). Data analysis of protein and
fiber content using one way anova .while for acceptance test using friedman analysis. The
result of this research shows that there is an influence between composite flour formulation
wheat flour, tempe flour and jackfruit straw flour with the highest value is P2 (27,31%) obtain
by statistic result (p=0,000) and the fiber with the highest value is P4 (18,30%) and the
statistic result is p=0,000. The acceptance analysis consist of color, aroma, tekstur and taste
analysis. The higher score of color is achieved by P3, aroma is achieved by P3, texture is
achieved by P1, taste is achieved by P3. Cookies with the composite flour formulation (wheat
flour, tempe flour,and jackfruit flour) can be used as an obese child’s snacks and are advised
to consume 1-2 servings daily for 4-12 years old to meet fiber and protein requirements
based on 20% of AKG.

Keywords : Snacks for Obese Children, Tempe Flour, Jackfruit Straw Flour, and
Acceptance of Cookies

Pendahuluan oleh penimbunan jaringan lemak dalam


Obesitas atau kegemukan adalah tubuh secara berlebihan. Keadaan ini
suatu kelainan atau penyakit yang ditandai disebabkan karena ketidakseimbangan
oleh penimbunan jaringan lemak dalam antara energi yang masuk bersama
tubuh secara berlebihan. Keadaan ini makanan ke dalam tubuh, terutama
disebabkan karena ketidakseimbangan karbohidrat dan lemak, dengan energi yang
antara energi yang masuk bersama dipakai (1).
makanan ke dalam tubuh, terutama Aktivitas fisik yang rendah yang dapat
karbohidrat dan lemak, dengan energi yang menyebabkan anak obesitas. Makanan
dipakai (1). Menurut data Riset Kesehatan selingan adalah makanan yang diberikan
Dasar tahun 2010 gizi lebih pada usia 5-12 antara jam makan pokok dimana tujuannya
tahun sebesar 14,4% (2) dan meningkat adalah untuk mencapai kondisi gizi yang
pada tahun 2013 sebesar 18,8% (3). Anak baik sesuai dengan umur anak tersebut (5).
yang mengalami obesitas berisiko tinggi Penganekaragaman pangan
untuk menjadi obesitas pada saat dewasa merupakan salah satu cara memperbaiki
dan berpotensi mengalami penyakit status gizi masyarakat. Usaha
metabolik serta penyakit degeneratif penganekaragaman pangan dapat dilakukan
kedepannya (4). dengan mencari bahan makanan yang baru
Obesitas atau kegemukan adalah atau bahan pangan yang sudah ada
suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dikembangkan menjadi bahan pangan yang

62
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.

beranekaragam dengan harga yang relatif komposit yaitu tepung terigu, tepung tempe
terjangkau (6). dan tepung jerami nangka.
Tempe merupakan bahan makanan
lokal yang memiliki harga murah dan mudah Metode Penelitian
di dapat dipasaran serta dapat bersaing Jenis penelitian ini bersifat
dengan sumber protein lainnya seperti ikan, eksperimental yang bertujuan untuk
telur dan daging karena terdapat enzim- mempelajari kandungan protein, serat dan
enzim pencernaan yang dihasilkan oleh daya terima (warna, tekstur, aroma, dan
kapang tempe selama fermentasi, sehingga rasa) cookies sebagai makanan selingan
protein, lemak dan karbohidrat lebih mudah anak obesitas. Rancangan penelitian yang
dicerna (7). Kurniawati dan Ayustaningwarno digunakan adalah rancangan acak lengkap
(8) melaporkan bahwa dalam 100 gr tepung (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali
tempe terkandung 46,1 gr protein yang kaya replikasi.
akan asam amino. Selain protein, nutrisi lain Variabel dependen: kadar protein,
yang terdapat pada tepung tempe yaitu serat kasar dan daya terima (warna, aroma,
energi, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, rasa, dan tekstur). Variabel Independen:
fosfor, besi, vitamin B1 (9). formulasi tepung komposit (tepung terigu,
Jerami nangka biasanya dijadikan tepung tempe dan tepung jerami nangka).
limbah dimasyarakat padahal kandungan Teknik pengumpulan data
dari jerami nangka tidak berbeda jauh dikumpulkan pada penelitian ini adalah data
dengan kandungan dari daging nangka. mengenai kadar protein dan sera kasar yang
Kandungan gizi pada jerami nangka yaitu diperoleh dari uji laboratorium serta mutu
air, protein, lemak, karbohidrat, abu dan organoleptik (warna, aroma, tekstur dan
serat kasar (10). Kandungan serat pangan rasa). Diperoleh dengan uji organoleptik.
total pada tepung jerami nangka yaitu Teknik analisa data untuk mengetahui
50,29% bahan kering (11). Fungsi serat bagi pengaruh perbedaan kadar protein dan serat
pertumbuhan anak yaitu mengontrol berat kasar tiap-tiap perlakuan dilakukan uji
badan atau kegemukan (obesitas), statistik analisis sidik ragam (one way
penanggulanggan penyakit diabetes, ANOVA), sedangkan untuk mengetahui uji
mencegah gangguan gastrointestinal, mutu organoleptik dilakukan uji statistik
mencegah kanker kolon (usus besar), Friedman.
mengurangi tingkat kolestrol dan penyakit
kardiovaskuler (12). Hasil Penelitian
Pembuatan produk cookies, tidak A. Kadar Protein dan Serat Tepung
hanya bertumpu pada pembuatan produk Tempe Dan Tepung Jerami Nangka
yang bergizi tetapi juga dapat diterima oleh Tabel 1. Kadar Protein dan Serat Kasar Tepung
masyarakat dari segi rasa, aroma, tekstur Tempe dan Jerami Nangka
dan warnanya. Rasa lebih banyak Nilai Rata-Rata per 100 gr
melibatkan indera lidah, penginderaan rasa Zat Gizi Tepung Tepung Jerami
dibagi menjadi empat indera utama yaitu Tempe Nangka
Protein 35,01 2,97
asin, asam, manis dan pahit. Aroma
Serat Kasar 34,41 44,79
merupakan daya tarik yang sangat kuat dan
mampu merangsang indera penciuman
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar
untuk membangkitkan selera. Tekstur
merupakan sifat tekanan yang diamati protein pada tepung tempe 35,01% dan
kadar tepung jerami nangka 34,41%.
dengan mulut (pada waktu digigit atau
Sedangkan kadar serat pada tepung tempe
dikunyah) dan perabaan dengan jari. Warna
adalah kesan yang dihasilkan oleh indera 2,97% dan tepung jerami nangka 44,79%.
Hal ini menunjukkan kadar protein tepung
mata terhadap cahaya yang dipantulkan oleh
tempe jauh lebih tinggi dari kadar protein
benda tersebut.
tepung terigu 7-12%.
Dari latar belakang di atas maka
peneliti ingin mengetahui kandungan protein,
serat kasar dan daya terima pada
pembuatan cookies dengan formulasi tepung

63
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.

B. Uji Kadar Protein dalam kategori suka. Hasil uji statistik


Tabel 2. Kadar Protein Cookies friedman menunjukan nilai p=0,014 (p=0,05).
Perlakuan Tepung Komposit
Nilai Rata-rata
(Tepung Terigu : Tepung 2. Aroma
Kadar Protein
Tempe : Tepung Jerami Tabel 5. Tingkat Kesukaan Aroma Panelis
per 100 gr
Nangka) Terhadap Cookies
P1 (100:0:0) 6,62 Pengaruh formulasi
P2(70:25:5) 27,31 Nilai rata-rata
tepung komposit)
P3(70:20:10) 14,58 P1 (100%:0%:0%) 2,96
P4(70:15:15) 13,01 P2 (70%:25%:5%) 3,12
Sig.Homogenitas :0,023 Sig. Anova : P3 (70%:20%:10%) 3,24
0,000 P4 (70%:15%:15%) 2,72
p=0,003
Berdasarkan uji one way anova
didapat hasil (p=0,000) (p<0,05) yang artinya Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
formulasi tepung komposit (tepung terigu, bahwa nilai rata-rata penerimaan panelis
tepung tempe dan tepung jerami nangka) terhadap aroma cookies dengan formulasi
berpengaruh nyata terhadap kadar protein tepung komposit yang mendapat nilai
cookies dengan formulasi tepung komposit. tertinggi adalah pada perlakuan P3 dengan
nilai rata-rata 3,24 dalam kategori suka.
C. Uji Kadar Serat Kasar Sedangkan nilai terendah terdapat pada
Tabel 3. Kadar Serat Cookies perlakuan P4 dengan nilai rata-rata 2,72
Perlakuan Tepung Komposit dalam kategori suka. Hasil uji statistik
Nilai Rata-rata
(Tepung Terigu : Tepung
Kadar serat per friedman menunjukan nilai p=0,003 (p=0,05).
Tempe : Tepung Jerami
100 gr
Nangka)
P1 (100:0:0) 8,19 3. Tekstur
Tabel 6. Tingkat Kesukaan Tekstur Panelis
P2 (70:25:5) 11,04
Terhadap Cookies
P3 (70:20:10) 14,48
Pengaruh formulasi
P4 (70:15:15) 18,36 Nilai rata-rata
tepung komposit)
Sig.Homogenitas :0,012 Sig. Anova : 0,000
P1 (100%:0%:0%) 3,24
P2 (70%:25%:5%) 2,48
Berdasarkan uji one way anova P3 (70%:20%:10%) 2,60
didapat hasil (p=0,000) (p=0,05) yang artinya P4 (70%:15%:15%) 3,04
formulasi tepung komposit berpengaruh p=0,000
terhadap kadar serat cookies.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
D. Daya Terima bahwa nilai rata-rata penerimaan panelis
1. Warna terhadap tekstur cookies dengan formulasi
Tabel 4. Tingkat Kesukaan Warna Panelis
tepung komposit yang mendapat nilai
Terhadap Cookies
Pengaruh formulasi
tertinggi adalah pada perlakuan P1 dengan
Nilai rata-rata nilai rata-rata 3,24 dalam kategori suka.
tepung komposit)
P1 (100%:0%:0%) 2,92 Sedangkan nilai terendah terdapat pada
P2 (70%:25%:5%) 3,08 perlakuan P2 dengan nilai rata-rata 2,48
P3 (70%:20%:10%) 3,16 dalam kategori kurang suka. Hasil uji statistik
P4 (70%:15%:15%) 2,72 friedman menunjukan nilai p=0,000 (p=0,05).
p= 0,014

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui


bahwa nilai rata-rata penerimaan panelis
terhadap warna cookies dengan formulasi
tepung komposit yang mendapat nilai
tertinggi adalah pada perlakuan P3 dengan
nilai rata-rata 3,16 dalam kategori suka.
Sedangkan nilai terendah terdapat pada
perlakuan P4 dengan nilai rata-rata 2,72

64
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.

4. Rasa Kandungan serat yang terdapat pada


Tabel 7. Tingkat Kesukaan Rasa Panelis tepung jerami nangka mencangkup
Terhadap Cookies keduanya yaitu serat larut dan serta tidak
Pengaruh formulasi larut. Pengolahan panas pada proses
Nilai rata-rata
tepung komposit) pembuatan tepung dapat mempengaruhi
P1 (100%:0%:0%) 3,00 kandungan serat makanan. Kehilangan serat
P2 (70%:25%:5%) 3,28
larut air akan meningkatkan kadar serat tidak
P3 (70%:20%:10%) 3,32
larut (10).
P4 (70%:15%:15%) 2,64
p=0,000
B. Kadar Protein Cookies
Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui
protein tertinggi adalah cookies pada
bahwa nilai rata-rata penerimaan panelis
perlakuan ke dua (P2) dengan formulasi
terhadap rasa cookies dengan formulasi
tepung terigu 70 gr, tepung tempe 25 gr dan
tepung komposit yang mendapat nilai
tepung jerami nangka 5 gr, yaitu sebesar
tertinggi adalah pada perlakuan P3 dengan
27,31%. Sedangkan kadar protein paling
nilai rata-rata 3,32 dalam kategori suka,
rendah adalah cookies pada perlakuan
sedangkan nilai terendah terdapat pada
kontrol (P0) dengan formulasi tepung terigu
perlakuan P4 dengan nilai rata-rata 2,64
100 gram, tepung tempe 0 gram dan tepung
dalam kategori suka. Hasil uji statistik
jerami nangka 0 gr, yaitu sebesar 6,62%.
friedman menunjukan nilai p=0,000 (p=0,05).
Berdasarkan analisis statistik ANOVA
menunjukkan nillai p=0,000 (p<0,05) yang
Pembahasan
artinya formulasi tepung terigu, tepung
A. Uji Kadar Protein dan Serat Tepung
tempe dan tepung jerami nangka
Tempe dan Jerami Nangka
berpengaruh nyata terhadap kadar protein
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian
cookies.
menunjukkan bahwa tepung tempe
Mengacu pada Standar Nasional
mengandung 35,01% per 100 gr kadar
Indonesia (SNI) tahun 2011 tentang syarat
protein. Sedangkan dalam 100 gr tepung
mutu cookies, batas minimum kadar protein
jerami nangka mengandung 2,97% per 100
pada cookies yaitu 5%. Hasil penelitian
gr kadar protein. Pada proses pembuatan
menunjukkan semua perlakuan dengan
tepung tempe dari bahan baku awal sebesar
penambahan tepung tempe dan jerami
7,8 kg tempe didapatkan sebesar 1,75 kg
nangka dapat dikatakan sudah mencapai
tepung tempe.
standar SNI (14).
Menurut Dwinaningsih (13), selama
Makanan selingan dapat dilakukan dua
proses fermentasi terjadi perubahan jumlah
kali dengan porsi masing-masing 10%.
kandungan asam-asam amino yang secara
Untuk memenuhi kebutuhan 20% dari AKG,
keseluruhan jumlah asam-asam amino
maka didapatkan kebutuhan selingan protein
mengalami kenaikan setelah fermentasi.
perhari umur 4-6 tahun sebesar 7 gr, 7-9
Asam amino yang terkandung dalam protein
tahun sebesar 9,8 gr, laki-laki umur 10-12
ini tidak selengkap pada protein hewani,
tahun sebesar 11,2 gr dan perempuan 10-12
namun penambahan bahan lain yaitu
tahun sebesar 12 gr. Setiap 1 keping
dengan mencampurkan dua atau lebih
cookies dengan formulasi tepung komposit
sumber protein yang berbeda jenis asam
dengan berat 30 gram mengandung protein
amino pembatasnya akan saling melengkapi
8,19 gr, sehingga untuk memenuhi
kandungan proteinnya.
kebutuhan protein sehari anak harus
Berasarkan tabel 1 hasil penelitian
mengkonsumsi 1 keping cookies dengan
menunjukkan bahwa tepung tempe
formulasi tepung komposit untuk usia 4-6
mengandung 34,41% per 100 gr kadar serat
tahun, 1 keping untuk usia 7-9 tahun, 1½
kasar. Sedangkan dalam 100 gr tepung
keping untuk laki-laki usia 10-12 tahun dan
jerami nangka mengandung 44,79% per 100
1½ keeping untuk perempuan usia 10-12
gr kadar serat kasar. Pada proses
tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pembuatan tepung jerami nangka dengan
kandungan kadar protein yang terdapat pada
bahan baku awal 3,5 kg jerami nangka
cookies dengan formulasi tepung komposit
didapatkan 750 gr tepung jerami nangka.
sudah memenuhi standar SNI cookies yaitu

65
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.

minimal 5% dalam 100 gr bahan (5 gr). Sedangkan daya terima warna cookies yang
Pemberian makanan selingan dengan kurang disukai oleh panelis yaitu pada
formulasi tepung komposit (tepung terigu, perlakuan keempat (P4). Hal ini dikarenakan
tepung tempe dan tepung jerami nangka panelis lebih menyukai cookies yang
yaitu kadar protein yang tinggi dapat berwarna kuning kecokelatan yaitu P3.
digunakan sebagai makanan selingan anak Panelis kurang menyukai cookies pada
obesitas. perlakuan keempat (P4) karena berwarna
cokelat gelap. Warna cookies dengan
C. Kadar Serat Cookies formulasi tepung komposit sangat
Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar dipengaruhi oleh bahan dasar adonan
serat tertinggi adalah cookies pada terutama oleh adanya formulasi tepung
perlakuan ke empat (P4) dengan formulasi jerami nangka yang berwara cokelat
tepung terigu 70%, tepung tempe 15% dan sedangkan tepung tempe berwarna kuning
tepung jerami nangka 15% yaitu sebesar cerah sehingga tidak banyak mempengaruhi
18,36%. Sedangkan kadar serat paling warna cookies. Cookies dengan
rendah pada perlakuan pertama (P1) penambahan tepung jerami nangka yang
dengan formulasi tepung terigu 100% tanpa memiliki skor tertinggi untuk mutu warna
penambahan tepung tempe dan jerami adalah cookies P3. Hasil ini juga
nangka yaitu sebesar 8,19%. Berdasarkan menunjukkan bahwa semakin banyak
analisis statistik ANOVA menunjukkan nilai penambahan tepung jerami nangka,
p=0,000 (p<0,05) yang artinya formulasi semakin rendah mutu warna cookies, yakni
tepung terigu, tepung tempe dan tepung warna cookies semakin gelap.
jerami nangka berpengaruh terhadap kadar Warna gelap pada cookies dengan
serat cookies. formulasi tepung komposit disebabkan oleh
Makanan selingan dapat diberikan dua warna tepung jerami nangka yang memang
kali dengan porsi masing-masing 10%. berwarna kecokelatan, seperti yang
Untuk memenuhi kebutuhan 20% dari AKG, ditampilkan pada gambar. Warna cokelat
maka didapatkan kebutuhan selingan serat pada tepung dapat terjadi karena adanya
perhari umur 4-6 tahun sebesar 4,4 gr, 7-9 reaksi pencokelatan, terutama karamelisasi.
tahun sebesar 4,8 gr, laki-laki umur 10-12 Ketika gula dipanaskan melebihi titik
tahun sebesar 6 gr dan perempuan 10-12 leburnya, timbul pigmen kecokelatan yang
tahun sebesar 5,6 gr. Setiap 1 keping disebut karamel (10).
cookies dengan formulasi tepung komposit Sedangkan yang enzimatis ada enzim
dengan berat 30 gr mengandung serat polyphenol oxidase (PPO) yang
sebesar 5,5 gr, sehingga untuk memenuhi menyebabkan jerami menjadi cokelat saat
kebutuhan serat sehari anak harus dipisahkan dari kulit nangka. Saat pelepasan
mengkonsumsi 1 keping cookies dengan dari kulit, jerami nangka akan mengaktifkan
formulasi tepung komposit untuk usia 4-6 enzim polyphenol oxidase pada jerami
tahun, 1 keping untuk usia 7-9 tahun, 1½ nangka sehingga jerami akan teroksidase
keping untuk laki-laki usia 10-12 tahun dan dan menjadi cokelat dan reaksi non
1½ keeping untuk perempuan usia 10-12 enzimatik yang disebabkan reaksi Maillard.
tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Menurut Winarno (15), reaksi Maillard
kandungan kadar serat pada cookies sudah adalah reaksi antara karbohidrat khususnya
memenuhi 20% dari kebutuhan makanan gula pereduksi dengan gugus amina primer
selingan sehari. dari protein. Pigmen cokelat terbentuk akibat
reaksi Maillard umumnya terjadi pada bahan
D. Daya Terima makanan yang mengalami pemanasan
1. Warna seperti pengeringan pada suhu tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan formulasi Reaksi ini akibat bereaksinya lisin dan gula
tepung terigu, tepung tempe dan tepung sederhana yang terdapat pada,tepung jerami
jerami nangka berpengaruh terhadap daya nangka dan susu skim yang digunakan pada
terima warna cookies. Secara umum daya formulasi cookies(10).
terima warna cookies dengan formulasi
tepung komposit yang disukai oleh panelis
yaitu pada perlakuan ketiga (P3).

66
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.

2. Aroma renyah. Hal ini menunjukkan pula bahwa


Hasil penelitian menunjukkan ada meskipun kadar protein tepung tempe lebih
pengaruh formulasi tepung terigu, tepung tinggi dari tepung terigu namun kandungan
tempe dan tepung jerami nangka terhadap gluten pada tepung terigu masih diperlukan
daya terima aroma cookies. Secara umum untuk memberikan kesan tekstur yang
daya terima aroma cookies dengan formulasi disukai yaitu renyah.
tepung komposit yang disukai oleh panelis
yaitu pada perlakuan ketiga (P3) dengan 4. Rasa
formulasi tepung terigu 70%, tepung tempe Hasil penelitian menunjukkan formulasi
20% dan tepung jerami nangka 10%. tepung terigu, tepung tempe dan tepung
Sedangkan daya terima aroma cookies jerami nangka berpengaruh terhadap daya
dengan formulasi tepung komposit yang terima rasa cookies. Secara umum daya
tidak disukai pada perlakuan ke empat (P4) terima rasa cookies dengan formulasi tepung
dengan formulasi tepung terigu 70%, tepung komposit yang disukai oleh panelis yaitu
tempe 15% dan tepung jerami nangka 15%. pada perlakuan ketiga (P3) dengan formulasi
Hasil penelitian ini menunjukkan tepung terigu 70%, tepung tempe 20% dan
formulasi tepung terigu, tepung tempe dan tepung jerami nangka 10%. Hal ini
tepung jerami nangka berpengaruh terhadap dikarenakan penambahan konsentrasi
daya terima aroma cookies dengan formulasi tempe yang rendah sehingga rasa pahit dan
tepung komposit karena semakin banyak getir yang berasal dari tepung tempe kurang
penambahan tepung jerami nangka maka terasa.
semakin tercium aroma khas jerami nangka. Tepung tempe menghasilkan rasa
sedikit getir atau pahit. Rasa pahit
3. Tekstur disebabkan oleh adanya hidrolisis asam
Hasil penelitian menunjukkan ada amino yang terjadi pada reaksi maillard pada
pengaruh formulasi tepung terigu, tepung pengolahan tepung tempe maupun cookies.
tempe dan tepung jerami nangka terhadap Asam amino lisin merupakan asam amino
daya terima tekstur cookies. Secara umum yang memiliki rasa paling pahit dibandingkan
daya terima tekstur cookies dengan asam amino lainnya (17). Sedangkan tepung
formulasi tepung komposit yang disukai oleh jerami nangka menunjukkan bahwa semakin
panelis yaitu pada perlakuan pertama (P1) banyak penambahan tepung jerami nangka
karena lebih renyah. Sedangkan daya terima maka semakin rendah mutu rasa cookies
tekstur cookies dengan formulasi tepung karena getah nangka yang tidak hilang
komposit yang tidak disukai pada perlakuan sepenuhnya pada tepung meskipun telah
kedua (P2) karena kurang renyah.Hal ini melalui proses pengolahan, getah pada
dikarenakan kandungan tepung terigu yang jerami nangka mengandung senyawa
mengandung gluten. Gluten terbentuk dammar, yaitu berupa polimer yang memiliki
karena adanya pencampuran protein gliadin rasa pahit (10).
dan glutein yang terdapat pada tepung terigu
pada saat pengadukan adonan, jika gluten Kesimpulan
dicampur dengan air, maka volumenya akan Berdasarkan hasil penelitian ini maka
membesar. Dan perlakuan P1 menggunakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
100% tepung terigu protein sedang pada 1. Rata-rata kadar protein pada cookies P1
proporsi tepung untuk cookies. (6,62%), P2 (27,31%), P3 (14,58%) dan
Berdasarkan penelitian Lubis (16) P4 (13,01%). Rata-rata kadar serat kasar
tentang pengaruh perbandingan tepung pada cookies P1 (8,19%), P2 (11,04%),
terigu dan tepung sukun terhadap mutu P3 (14,48%) dan P4 (18,36%).
cookies perlakuan yang paling disukai 2. Formulasi tepung komposit (tepung
adalah formulasi 70% tepung terigu dan 25% terigu, tepung tempe dan jerami nangka)
tepung sukun. Hal ini karena semakin tinggi berpengaruh terhadap daya terima warna,
tepung terigu maka nilai uji organoleptik aroma, tekstur dan rasa (p<0,05) dan
teksturnya makin tinggi karena gluten pada formulasi yang disukai panelis tertinggi
tepung terigu mempunyai kontribusi pada warna, aroma dan rasa pada
membentuk kerangka adonan yang akan perlakuan P3 sedangkan pada tekstur
membentuk cookies dengan tekstur yang yang tertinggi pada perlakuan P1.

67
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.

3. Formulasi tepung komposit (tepung terigu, Nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk.)


tepung tempe dan jerami nangka) sebagai Pangan Alternatif Sumber
berpengaruh terhadap kandungan protein Protein dan Tinggi Serat. Skripsi. Bogor
pada cookies dengan nilai p=0,023. : Institut Pertanian.
4. Formulasi tepung komposit (tepung 10. Isnahrani. 2009. Pemanfaatan Tepung
terigu, tepung tempe dan jerami nangka) Jerami Nangka (Artocarpus
berpengaruh terhadap kandungan serat heterophyllus) dalam Pembuatan
kasar pada cookies dengan nilai p=0,012. Cookies Tinggi Serat. Skripsi. Bogor :
5. Formulasi tepung komposit (tepung Institut Pertanian.
terigu, tepung tempe dan jerami nangka) 11. Faridatul. 2015. Eksperimen Pembuatan
berpengaruh terhadap daya terima pada Brownies Tepung Terigu Substitusi
cookies, warna (p=0,014), aroma Tepung Jerami Nangka. Skripsi.
(p=0,003), tekstur (p=0,000), dan rasa Semarang : Universitas Negeri
(p=0,000). Semarang.
12. Santoso. 2011. Serat Pangan (Dietary
Daftar Pustaka Fiber) dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.
1. Meisya. 2015. Hubungan Tingkat Bogor : Magistra.
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan 13. Dwinaningsih. 2010. Karakteristik Kimia
Kejadian Obesitas Anak di SD Islam al- dan Sensori Tempe dengan Variasi
Azhar 32 Padang. Skripsi. Padang : Bahan Baku Kedelai dan Penambahan
Universitas Andalas. Angkak Serta Variasi Lama Fermentasi.
2. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas
Laporan Nasional Hasil Riset Kesehatan Maret.
Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Dan 14. Badan Standarisasi Nasional. 2011.
Pengembangan Kesehatan RI. Syarat Mutu Kue Kering SNI 01-2973-
3. Kementrian Kesehatan RI. 2010. 2011. Jakarta.
Laporan Nasional Hasil Riset Kesehatan 15. Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan
Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Pengembangan Kesehatan RI. Utama.
4. Anwar, dkk. 2014. Formulasi Sosis 16. Dewi. P.K. 2006. Pengaruh Lama
Analog Sumber Protein Berbasis Tempe Fermentasi dan Suhu Pengeringan
dan Jamur Tiram Sebagai Pangan terhadap Jumlah Asam Amino Lisin dan
Fungsional Kaya Serat Pangan. Jurnal Karakteristik Fisiko Kimia Tepung
Gizi Dan Pangan, 9 (1) : 65-72. Tempe. Skripsi. Semarang : Universitas
5. Departemen Kesehatan RI. 2011. Katolik Soegijapranata.
Pedoman Umum Pemberian Makanan 17. Ugwa, F.M. 2006. Effect Of Some
Bagi Bayi dan Anak. Jakarta : Dirjen Processing Methods On The Toxic
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak. Components Of African Breadfruit
6. Karsin. 2004. Peranan Pangan dan Gizi (Treculia africana). Journal of
dalam Pembangunan dan Pengantar Biotecnology, 5 (22) : 2329-2333.
Pangan Dan Gizi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
7. Astawan. 2008. Khasiat Warna-Warni
Makanan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
8. Kurniawati, F dan Ayustaningwarno.
2012. Pengaruh Substitusi Tepung
Terigu, Tepung Tempe dan Tepung Ubi
Jalar Kuning Terhadap Kadar Protein, -
Karoten, dan Mutu Organoleptik Roti
Manis. Journal of Nutrition College 1 (1)
: 344-351.
9. Juniar. E. P. 2013. Pembuatan Abon
Berbahan Dasar Daging Bekicot
(Achatina fulica Bowd.) dan Jerami

68

You might also like