Professional Documents
Culture Documents
Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus)) Terhadap Kadar Protein, Serat Kasar Serta
Daya Terima Cookies Sebagai Makanan Selingan Anak Obesitas
The Influence Of Flour Composite (Wheat Flour, Tempe Flour And Jackfruit (Artocarpus
heterophyllus) Straw Flour) To The Protein Contain, Coarse Fiber Contain And Acceptable
Level Of Cookies As A Snack For Obesity Children
Abstract
Snacks or food interludes specially for child obesity is given between his or her staple food.
The purpose of it is giving a good nutrition according to child age. Snack in this research is a
cookies with the addition of tempe and jackfruit straw.flour. The purpose of this research is to
know the influence of composite flour (wheat flour, tempe flour, and jackfruit straw flour) to
the protein, fiber and acceptance of cookies. The method using experimental with
randomized complete design (RCD). It consist of 4 treatments and 3 replications which is the
formulation wheat flour, tempe flour, and jackfruit straw flour P1 (100%:0%:0%), P2
(70%:25%:5%), P3 (70%:20%:10%), and P4 (70%:15%:15%). Data analysis of protein and
fiber content using one way anova .while for acceptance test using friedman analysis. The
result of this research shows that there is an influence between composite flour formulation
wheat flour, tempe flour and jackfruit straw flour with the highest value is P2 (27,31%) obtain
by statistic result (p=0,000) and the fiber with the highest value is P4 (18,30%) and the
statistic result is p=0,000. The acceptance analysis consist of color, aroma, tekstur and taste
analysis. The higher score of color is achieved by P3, aroma is achieved by P3, texture is
achieved by P1, taste is achieved by P3. Cookies with the composite flour formulation (wheat
flour, tempe flour,and jackfruit flour) can be used as an obese child’s snacks and are advised
to consume 1-2 servings daily for 4-12 years old to meet fiber and protein requirements
based on 20% of AKG.
Keywords : Snacks for Obese Children, Tempe Flour, Jackfruit Straw Flour, and
Acceptance of Cookies
62
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.
beranekaragam dengan harga yang relatif komposit yaitu tepung terigu, tepung tempe
terjangkau (6). dan tepung jerami nangka.
Tempe merupakan bahan makanan
lokal yang memiliki harga murah dan mudah Metode Penelitian
di dapat dipasaran serta dapat bersaing Jenis penelitian ini bersifat
dengan sumber protein lainnya seperti ikan, eksperimental yang bertujuan untuk
telur dan daging karena terdapat enzim- mempelajari kandungan protein, serat dan
enzim pencernaan yang dihasilkan oleh daya terima (warna, tekstur, aroma, dan
kapang tempe selama fermentasi, sehingga rasa) cookies sebagai makanan selingan
protein, lemak dan karbohidrat lebih mudah anak obesitas. Rancangan penelitian yang
dicerna (7). Kurniawati dan Ayustaningwarno digunakan adalah rancangan acak lengkap
(8) melaporkan bahwa dalam 100 gr tepung (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali
tempe terkandung 46,1 gr protein yang kaya replikasi.
akan asam amino. Selain protein, nutrisi lain Variabel dependen: kadar protein,
yang terdapat pada tepung tempe yaitu serat kasar dan daya terima (warna, aroma,
energi, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, rasa, dan tekstur). Variabel Independen:
fosfor, besi, vitamin B1 (9). formulasi tepung komposit (tepung terigu,
Jerami nangka biasanya dijadikan tepung tempe dan tepung jerami nangka).
limbah dimasyarakat padahal kandungan Teknik pengumpulan data
dari jerami nangka tidak berbeda jauh dikumpulkan pada penelitian ini adalah data
dengan kandungan dari daging nangka. mengenai kadar protein dan sera kasar yang
Kandungan gizi pada jerami nangka yaitu diperoleh dari uji laboratorium serta mutu
air, protein, lemak, karbohidrat, abu dan organoleptik (warna, aroma, tekstur dan
serat kasar (10). Kandungan serat pangan rasa). Diperoleh dengan uji organoleptik.
total pada tepung jerami nangka yaitu Teknik analisa data untuk mengetahui
50,29% bahan kering (11). Fungsi serat bagi pengaruh perbedaan kadar protein dan serat
pertumbuhan anak yaitu mengontrol berat kasar tiap-tiap perlakuan dilakukan uji
badan atau kegemukan (obesitas), statistik analisis sidik ragam (one way
penanggulanggan penyakit diabetes, ANOVA), sedangkan untuk mengetahui uji
mencegah gangguan gastrointestinal, mutu organoleptik dilakukan uji statistik
mencegah kanker kolon (usus besar), Friedman.
mengurangi tingkat kolestrol dan penyakit
kardiovaskuler (12). Hasil Penelitian
Pembuatan produk cookies, tidak A. Kadar Protein dan Serat Tepung
hanya bertumpu pada pembuatan produk Tempe Dan Tepung Jerami Nangka
yang bergizi tetapi juga dapat diterima oleh Tabel 1. Kadar Protein dan Serat Kasar Tepung
masyarakat dari segi rasa, aroma, tekstur Tempe dan Jerami Nangka
dan warnanya. Rasa lebih banyak Nilai Rata-Rata per 100 gr
melibatkan indera lidah, penginderaan rasa Zat Gizi Tepung Tepung Jerami
dibagi menjadi empat indera utama yaitu Tempe Nangka
Protein 35,01 2,97
asin, asam, manis dan pahit. Aroma
Serat Kasar 34,41 44,79
merupakan daya tarik yang sangat kuat dan
mampu merangsang indera penciuman
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar
untuk membangkitkan selera. Tekstur
merupakan sifat tekanan yang diamati protein pada tepung tempe 35,01% dan
kadar tepung jerami nangka 34,41%.
dengan mulut (pada waktu digigit atau
Sedangkan kadar serat pada tepung tempe
dikunyah) dan perabaan dengan jari. Warna
adalah kesan yang dihasilkan oleh indera 2,97% dan tepung jerami nangka 44,79%.
Hal ini menunjukkan kadar protein tepung
mata terhadap cahaya yang dipantulkan oleh
tempe jauh lebih tinggi dari kadar protein
benda tersebut.
tepung terigu 7-12%.
Dari latar belakang di atas maka
peneliti ingin mengetahui kandungan protein,
serat kasar dan daya terima pada
pembuatan cookies dengan formulasi tepung
63
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.
64
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.
65
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.
minimal 5% dalam 100 gr bahan (5 gr). Sedangkan daya terima warna cookies yang
Pemberian makanan selingan dengan kurang disukai oleh panelis yaitu pada
formulasi tepung komposit (tepung terigu, perlakuan keempat (P4). Hal ini dikarenakan
tepung tempe dan tepung jerami nangka panelis lebih menyukai cookies yang
yaitu kadar protein yang tinggi dapat berwarna kuning kecokelatan yaitu P3.
digunakan sebagai makanan selingan anak Panelis kurang menyukai cookies pada
obesitas. perlakuan keempat (P4) karena berwarna
cokelat gelap. Warna cookies dengan
C. Kadar Serat Cookies formulasi tepung komposit sangat
Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar dipengaruhi oleh bahan dasar adonan
serat tertinggi adalah cookies pada terutama oleh adanya formulasi tepung
perlakuan ke empat (P4) dengan formulasi jerami nangka yang berwara cokelat
tepung terigu 70%, tepung tempe 15% dan sedangkan tepung tempe berwarna kuning
tepung jerami nangka 15% yaitu sebesar cerah sehingga tidak banyak mempengaruhi
18,36%. Sedangkan kadar serat paling warna cookies. Cookies dengan
rendah pada perlakuan pertama (P1) penambahan tepung jerami nangka yang
dengan formulasi tepung terigu 100% tanpa memiliki skor tertinggi untuk mutu warna
penambahan tepung tempe dan jerami adalah cookies P3. Hasil ini juga
nangka yaitu sebesar 8,19%. Berdasarkan menunjukkan bahwa semakin banyak
analisis statistik ANOVA menunjukkan nilai penambahan tepung jerami nangka,
p=0,000 (p<0,05) yang artinya formulasi semakin rendah mutu warna cookies, yakni
tepung terigu, tepung tempe dan tepung warna cookies semakin gelap.
jerami nangka berpengaruh terhadap kadar Warna gelap pada cookies dengan
serat cookies. formulasi tepung komposit disebabkan oleh
Makanan selingan dapat diberikan dua warna tepung jerami nangka yang memang
kali dengan porsi masing-masing 10%. berwarna kecokelatan, seperti yang
Untuk memenuhi kebutuhan 20% dari AKG, ditampilkan pada gambar. Warna cokelat
maka didapatkan kebutuhan selingan serat pada tepung dapat terjadi karena adanya
perhari umur 4-6 tahun sebesar 4,4 gr, 7-9 reaksi pencokelatan, terutama karamelisasi.
tahun sebesar 4,8 gr, laki-laki umur 10-12 Ketika gula dipanaskan melebihi titik
tahun sebesar 6 gr dan perempuan 10-12 leburnya, timbul pigmen kecokelatan yang
tahun sebesar 5,6 gr. Setiap 1 keping disebut karamel (10).
cookies dengan formulasi tepung komposit Sedangkan yang enzimatis ada enzim
dengan berat 30 gr mengandung serat polyphenol oxidase (PPO) yang
sebesar 5,5 gr, sehingga untuk memenuhi menyebabkan jerami menjadi cokelat saat
kebutuhan serat sehari anak harus dipisahkan dari kulit nangka. Saat pelepasan
mengkonsumsi 1 keping cookies dengan dari kulit, jerami nangka akan mengaktifkan
formulasi tepung komposit untuk usia 4-6 enzim polyphenol oxidase pada jerami
tahun, 1 keping untuk usia 7-9 tahun, 1½ nangka sehingga jerami akan teroksidase
keping untuk laki-laki usia 10-12 tahun dan dan menjadi cokelat dan reaksi non
1½ keeping untuk perempuan usia 10-12 enzimatik yang disebabkan reaksi Maillard.
tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Menurut Winarno (15), reaksi Maillard
kandungan kadar serat pada cookies sudah adalah reaksi antara karbohidrat khususnya
memenuhi 20% dari kebutuhan makanan gula pereduksi dengan gugus amina primer
selingan sehari. dari protein. Pigmen cokelat terbentuk akibat
reaksi Maillard umumnya terjadi pada bahan
D. Daya Terima makanan yang mengalami pemanasan
1. Warna seperti pengeringan pada suhu tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan formulasi Reaksi ini akibat bereaksinya lisin dan gula
tepung terigu, tepung tempe dan tepung sederhana yang terdapat pada,tepung jerami
jerami nangka berpengaruh terhadap daya nangka dan susu skim yang digunakan pada
terima warna cookies. Secara umum daya formulasi cookies(10).
terima warna cookies dengan formulasi
tepung komposit yang disukai oleh panelis
yaitu pada perlakuan ketiga (P3).
66
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.
67
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Christina Mumpuni Erawati, dkk.
68