You are on page 1of 19

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS)

Oleh Nancy Rahakbauw*

Abstract
HIV/ AIDS problems have not been just as problem that happens at the local level, but these become the
regional and global. This issue has caused a lot of casualties, both children and adults, and even has
shocked family life. HIV has affected not only medically but also has an impact psychosocial-spiritual. If this
condition is not dealt with quickly and appropriately, it will be very alarming. the Indonesia people will lose
generations of productive young. Therefore, in order to suppress the spread of the virus it takes the
involvement and support of various parties, especially families in the treatment and care so they who
infected with HIV have a longer life.
This study aimed to find out about their knowledge and understanding of people living with HIV/ AIDS
(ODHA) and families on HIV disease and related issues as well as the forms of support provided by the
families for ODHA in maintaining continuity their life. This study used a qualitative approach with
descriptive analysis . The subject of research is HIV/ AIDS infected people and their families. The study
found that knowledge and understanding of ODHA and their families is very limited, this is due to lack of
information obtained about HIV / AIDS and related issues. This lack has impact on the process of treatment
and care done by ODHA and families. It also affects ODHA to receive treatment from their families and the
surrounding environment. Whereas the family support has a very significant meaning in the process of
healing people living with HIV in living of worse times when he is sentenced infected with HIV. The support
could also increase the life expectancy for people living with HIV.

Keywords: HIV / AIDS, people living with HIV/ AIDS, family support

Abstrak
Masalah HIV/AIDS bukan hanya sebagai permasalahan yang terjadi di tingkat lokal, namun sudah menjadi
permasalahan regional maupun global. Masalah ini telah menimbulkan banyak korban, baik anak-anak
maupun orang dewasa, bahkan telah mengguncang kehidupan keluarga. HIV bukan hanya berdampak secara
medis namun juga berdampak secara psikososial-spritual. Kondisi ini sangat memprihatinkan apabila tidak
ditangani dengan cepat dan tepat. Bangsa Indonesia akan kehilangan generasi muda yang produktif. Oleh
karena itu, untuk menekan penyebaran virus ini maka dibutuhkan keterlibatan serta dukungan berbagai
pihak terutama keluarga dalam pengobatan maupun perawatan sehingga mereka yang terinveksi HIV
memiliki kehidupan yang lebih lama.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang pengetahuan dan pemahaman ODHA maupun
keluarga terhadap penyakit HIV dan isu-isu yang terkait serta bentuk dukungan yang diberikan keluarga bagi
ODHA dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dan bersifat deskriptif analisis. Subyek penelitian ini adalah Orang yang terinfeksi HIV/ AIDS dan keluarga.
Hasil penelitian menemukan bahwa pengetahuan dan pemahaman ODHA maupun keluarga sangat terbatas,
hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh tentang HIV/AIDS dan isu-isu yang terkait.
Ketidaktahuan ini berdampak terhadap proses pengobatan maupun perawatan yang dilakukan oleh ODHA
maupun keluarga. Hal ini juga berdampak terhadap ODHA dalam menerima perlakuan dari keluarga
maupun lingkungan sekitar. Padahal dukungan keluarga memiliki arti yang sangat signifikan dalam proses
kesembuhan ODHA dalam menjalani masa-masa terpuruk saat divonis terinfeksi HIV. Dukungan tersebut
juga meningkatkan harapan hidup bagi ODHA

Kata Kunci: HIV/AIDS, ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), dukungan keluarga

64 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


1. Pendahuluan ELISA, yaitu alat yang digunakan untuk
Epidemi HIV/AIDS (Human mendeteksi jumlah virus dalam tubuh.
Immunodeficiency Virus/Acquired Berdasarkan penelitian dari berbagai rumah
Immunodeficiency Syndromme) semakin sakit di Jakarta ditemukan bahwa obat ARV hanya
berkembang cepat dan merupakan salah satu mampu meningkatkan kualitas hidup ODHA
tantangan terbesar dimasa kini sekalipun telah sehingga terapi ARV tidak boleh dihentikan
dilakukan berbagai upaya untuk mengendalikan seumur hidupnya. Namun demikian tidak sedikit
dan menekan penularannya. Penularan dan ODHA yang berhenti mengkonsumsi ARV setelah
perkembangan kasus HIV/AIDS yang paling cepat tubuhnya merasa lebih baik. Padahal bila ARV
terkonsentrasi di negara-negara dunia ketiga, dihentikan, virus HIV di dalam tubuh bisa muncul
dimana masyarakatnya masih bergelut dengan lagi. Penghentian pengobatan bahkan lebih
masalah keterbelakangan pendidikan, ekonomi, berbahaya bagi ODHA, karena berisiko membuat
dan terutama akses terhadap pelayanan kesehatan tubuh resisten terhadap obat tersebut.
yang belum memadai atau terjangkau. Pendidikan (www.pikiranrakyat.co.id).
yang kurang dan keadaan ekonomi yang Indikasi peningkatan ini dipicu oleh
memprihatinkan menyebabkan masyarakat tidak berbagai faktor, terutama kurangnya informasi dan
melakukan pemeriksaan kesehatannya secara rutin pengetahuan publik mengenai penyakit tersebut.
sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai Hal ini menyebabkan adanya pemahaman yang
penyakit, termasuk penyakit HIV/AIDS. salah dari masyarakat ataupun keluarga serta
AIDS merupakan penyakit menular yang penderita ODHA sendiri terhadap penyakit
disebabkan karena infeksi dengan virus yang HIV/AIDS. Berbagai reaksi yang ditimbulkan di
disebut HIV. Virus ini menyerang dan kalangan masyarakat maupun keluarga karena
menghancurkan kelompok sel-sel darah putih ketidaktahuan tentang penyakit ini, antara lain,
tertentu yaitu sel T-Helper, sel yang membuat zat adalah marah, panik, terguncang, perasaan takut
anti dalam tubuh. HIV memperbanyak diri dalam yang berlebihan, pengingkaran, serta pengucilan
sel limfosit yang diinfeksikannya dan merusak sel- terhadap orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
sel tersebut,sehingga mengakibatkan menurunnya Perasaan serta sikap yang reaksional terhadap
sistem kekebalan dan daya tahan tubuh. Virus ini penyakit HIV/AIDS menyebabkan banyak
terdapat dalam darah dan air mani. Daya tahan keluarga belum dan bahkan tidak siap menerima
tubuh yang melemah mengakibatkan timbulnya anggotanya yang terinfeksi virus tersebut. Sikap
penyakit oleh karena infeksi ataupun penyakit lain represif keluarga maupun masyarakat ini sangat
akan meningkat. mempengaruhi kehidupan bersosialisasi para
Di Indonesia perkembangan kasus ODHA dengan lingkungan sosialnya.
HIV/AIDS sangat pesat dan sudah menyebar ke Permasalahan yang terkait dengan ODHA
berbagai wilayah, dari kota sampai ke desa. Virus tidak sekedar masalah kesehatan saja tetapi justru
HIV bukan hanya menyerang kaum homoseksual, masalah sosial lainnya yang menyangkut aspek-
pekerja seks, pengguna narkoba, tapi juga ibu-ibu aspek lain, yaitu bagaimana agar mereka hidup
rumah tangga maupun anak-anak.Temuan penting sehat setelah mengetahui dirinya terinfeksi virus
dalam dunia kedokteran untuk menekan HIV yang mematikan, serta masalah psikologis
pengembangbiakan virus HIV adalah obat yang terutama terjadi ketika hasil tes darah
Antiretroviral (ARV) yang harus dikonsumsi ternyata positif mengidap HIV (kaget, sedih, dan
secara teratur. Perilakukepatuhan dalam berobat stres). Masalah lain yang juga dialami oleh
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan mereka adalah penolakan diri terhadap kenyataan
agar ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)dapat bahwa ia terinfeksi virus HIV, sekalipun
hidup lebih lama.Kedisiplinan dalam kelihatannya sehat. Kondisi kejiwaan inilah yang
mengkonsumsikan obat ini dapat membantu menyebabkan ODHA merasa tidak berguna,
mempertahankan konsistensi efektifitas ARV mempunyai masa depan suram, tidak dapat
dalam tubuh penderita sehingga resistensi tidak melakukan apa-apa untuk dirinya maupun
terjadi dan memperlambat berkembangnya virus keluarga dan tidak memiliki akses untuk
dalam tubuh. ARV memang tidak bisa mematikan memperoleh pekerjaan serta memiliki
virus HIV di dalam tubuh, tetapi dapat menekan keterbatasan dalam interaksi sosialnya.
pengembangbiakan virus tersebut. Pada kondisi ODHA bukan hanya berurusan dengan
dimana ODHA seolah-olah sehat, virus tersebut kondisi penyakit, tetapi kondisi penyakit yang
juga tak terdeteksi lagi (undetectable) oleh tes disertai dengan stigma sosial yang sangat

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 65


diskriminatif (Brennan, 1996). Selain itu, memiliki peranan yang sangat penting sehubungan
disamping pelayanan medis yang masih sangat dengan penyediaan obat-obatan maupun
dibutuhkan ODHA untuk mempertahankan penyediaan layanan kesehatan ODHA. Demikian
kesehatannya, mereka juga membutuhkan juga dalam kebijakan-kebijakan untuk
serangkaian pelayanan lain seperti dukungan mengalokasikan dana dalam menanggulagi
psikososial dalam menghadapi situasi kehidupan penyebaran virus HIV serta pemberian obat secara
yang dijalaninya sehari-hari. cuma-cuma bagi penderita. Disamping itu,
Munculnya stigma atau diskriminasi masyarakat sebagai unit kontrol sosial,
masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS terjadi mempunyai pengaruh besar terhadap interaksi
karena mereka beranggapan bahwa anggotanya sosial ODHA.
yang terinfeksi virus tersebut merupakan aib bagi Peran penting selain pemerintah dan
keluarga.Stigma serta diskriminasi yang masyarakat, adalah keluarga. Keluarga
diperlihatkan oleh berbagai kalangan terhadap merupakan unit terkecil dalam masyarakat disini
penderita AIDS menyebabkan ruang gerak mereka didefinisikan terdiri dari ayah, ibu, anak, bibi,
menjadi semakin kecil dan bahkan tidak diberi paman, keponakan, kakek, nenek bahkan anak
peluang untuk mengekspresikan diri dan angkat. Keluarga merupakan lingkungan dimana
kemampuannya.Diskriminasi menyebabkan seseorang mengalami proses sosialisasi dalam
mereka yang beresiko mengidap HIV/AIDS pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.
enggan atau malu melakukan pemeriksaan Disinilah fungsi keluarga memegang kendali
kesehatan, sementara mereka yang sudah positif untuk seorang anak dalam menunjukan eksistensi
mengidap HIV/AIDS menjadi tidak nyaman dan dan mengaktualisasikan dirinya dalam
tidak memiliki keberanian untuk berobat. masyarakat. ”Keluarga inti merupakan
Diskriminasi dan stigmasasi akhirnya pengelompokan manusia yang paling universal,
menyebabkan sulitnya kepatuhan berobat dan terdapat disegala tempat dalam segala zaman”,
mengganggu perbaikan kualitas hidup ODHA. meskipun bentuknya mungkin sedikit berbeda-
Stigma dan diskriminasi yang dialami oleh beda. Tapi kita selalu melihat bahwa fungsi
ODHA bukanlah suatu keadaan yang statis karena keluarga inti itu selalu sama, yakni hubungan
merupakan sebuah proses sosial. Proses sosial seksual yang mendapat pengesahan masyarakat,
terjadi dalam suatu masyarakat yang masih fungsi ekonomi, fungsi pengembangan keturunan,
memengang kuat budaya dan norma agama dan fungsi pendidikan bagi anak-anak yang
sehingga selalu menyalahkan orang yang dilahirkan di dalam lingkungan keluarga tersebut.
terinfeksi HIV/AIDS sebagai orang yang (Murdock, 1968:38).
memiliki perilaku menyimpang. Pemberian label Fungsi maupun pola kekerabatan yang
demikian menyebabkan orang dengan HIV/AIDS selalu terbentuk dalam relasi antar anggota
tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi
sosialnya secara wajar. Stigma merupakan hasil anggota-anggotanya, baik secara psikis maupun
interaksi antara individu dengan lingkungan fisik. Polarisasi kedekatan ini terwujud dalam
sosialnya yang dapat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan individu dalam keluarga,
pengetahuan, sikap, kelas, jender, etnisitas, baik saat senang, cemas, sedih ataupun mengalami
agama, dan sebagainya. Stigma dan diskriminasi suatu peristiwa yang dapat merenggut kehidupan
sesungguhnya mencerminkan pula adanya relasi pribadinya. Keluargalah yang selalu ada saat
kekuasaan di dalam masyarakat (Parker dan seseorang membutuhkan dan memberikan
Anggelton, 2003). Diskriminasi terhadap ODHA perhatian serta dukungan secara material maupun
mempunyai hubungan erat dengan stigma non material. Pola kekeluargaan manusia sebagian
terhadap HIV/AIDS, artinya stigma mendorong ditentukan oleh tugas khusus yang dibebankan
terjadinya diskriminasi yang pada akhirnya kepadanya: keluarga adalah satu-satunya lembaga
menyebabkan berbagai pelanggaran Hak Azasi sosial yang diberi tanggung jawab untuk
Manusia (HAM) terhadap ODHA maupun orang mengubah suatu organisme biologis menjadi
yang hidup dengan HIV/AIDS (OHIDA). manusia. Pada saat sebuah lembaga mulai
Peningkatan kualitas dan harapan hidup dari membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal
penderita HIV/AIDS membutuhkan berbagai penting, keluarganya tentu berperan dalam
upaya dari pemerintah maupun masyarakat persoalan perubahan itu, dengan mengajarkan
terutama keluarga. Pemerintah dalam hal ini kemampuan berbicara dan menjalankan banyak
Departemen Kesehatan dan instansi terkait, fungsi sosial (Goode, 1995: 16).

66 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


Pemahaman dan informasi terhadap virus HIV. Hal yang perlu diperhatikan adalah
penyakit AIDS yang kurang akan memberikan bahwa tidak semua orang yang menderita infeksi
keleluasan bagi masyarakat dalam HIV akan langsung menunjukan gejala klinis, dan
mengkonstruksikan dan mempertahankan pola ini menyebabkan orang dengan HIV/AIDS
pemikiran yang diskriminatif sehingga (ODHA) bahkan orang-orang yang berada didekat
menciptakan pengkotakan terhadap orang dengan mereka tidak mengetahui bahwa ia sudah
HIV/AIDS baik dalam dunia pendidikan, terinfeksi virus tersebut.
pekerjaan, kesehatan maupun dalam pergaulan Pembagian tingkat klinis penyakit virus HIV
lingkungan sosialnya. Situasi-situasi diciptakan oleh Global Programme on AIDS dari Badan
sedemikian rupa sehingga menyebabkan ODHA Kesehatan Dunia (WHO) mengusulkan
semakin tenggelam dalam dunianya dan semakin “pembagian tingkat klinis penyakit HIV” pada
menarik diri dari kehidupan sosialnya. Saat pertemuan di Jenewa bulan Juni 1989 dan
ODHA memasuki masa transisi sejak mengetahui Februari 1990, berdasarkan penelitian terhadap
dirinya terinfeksi virus HIV, disinilah keluarga 907 penderita zeropositif HIV dari 26 Pusat
menjadi penting dan menjadi satu kesatuan sistim Perawatan yang berasal dari 5 benua. Pembagian
dalam melihat dan memahami permasalahan yang tingkat klinis HIV tersebut adalah sebagai berikut:
sedang terjadi, karena keluarga adalah tempat 1) Tingkat Klinis 1 (Asiptomatik/LGP): tanpa
seorang anak mendapatkan kasih sayang, gejala sama sekali atau mengalami
perhatian, dan juga untuk bersosialisasi. Untuk Linfadenopati Generalisata Persisten (LPG),
mempertahankan pola hidup dan melanjutkan satu yakni pembesaran kelenjar getah bening di
generasi agar tetap bertahan, maka keluarga beberapa tempat yang menetap.Pada tingkat
sangat diharapkan untuk memainkan peran yang ini, pasien belum mempunyai keluhan dan tetap
besar dalam memberi perawatan dan dukungan dapat melakukan aktivitas.
kepada anggota-anggotanya yang terinfeksi 2) Tingkat Klinis 2 (dini): penurunan berat badan
HIV/AIDS. Hal ini sangat penting karena kurang dari 10 %; kelainan kulit dan mulut
dukungan yang diberikan oleh keluarga yang ringan, misalnya dermatitis seboroika,
merupakan suatu mata rantai dalam proses prurigo, infeksi jamur pada kaki, ulkas pada
kesembuhan dan proses persiapan ODHA agar mulut berulang, dan chelitis anguralis;herpes
dapat kembali bersosialisasi dengan zoster yang timbul pada lima tahun terakhir;
lingkungannya dan menjalani hidup yang wajar. dan infeksi saluran nafas bagian atas berulang,
misalnya sinusitis.Pada tingkat ini, pasien
2. Tinjauan Teoritis sudah menunjukkan gejala tetapi aktivitasnya
1.1. Pengertian HIV/AIDS tetap normal
a. Pengertian ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) 3) Tingkat Klinis 3 (menengah): penurunan berat
ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan badan lebih dari 10%, diare kronik lebih dari 1
HIV/AIDS, sebagai pengganti istilah penderita bulan, dengan penyebab tidak diketahui; panas
yang mengarah pada pengertian bahwa orang yang tidak diketahui sebabnya selama lebih
tersebut secara positif didiagnosa terinfeksi HIV. dari 1 bulan, hilang-timbul, maupun terus
HIV adalah virus penyebab AIDS yang menerus; kandidiasis mulut, bercak putih
menyerang sistem kekebalan tubuh (Diane, berambut di mulut; tuberkolosis setahun
2002:1). Fungsi dari sistem kekebalan tubuh itu terakhir; infeksi bakteriil yang berat, misalnya
sendiri sangat vital karena melindungi terhadap pnemonia. Pada tingkat ini, penderita biasanya
segala penyakit. Bila sistem kekebalan tubuh berbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam per
tidak berfungsi dengan baik atau dirusak oleh hari.
virus maka akan berakibat kematian.Secara terus- 4) Tingkat Klinis 4 (lanjut): badan menjadi kurus
menerus HIV memperlemah sistem kekebalan (HIV Wasting Sydrome), yaitu berat badan
tubuh dengan cara menyerang dan turun lebih dari 10 % dan diare kronik lebih
menghancurkan kelompok sel-sel darah putih dari sebulan dengan penyebab tidak diketahui,
tertentu yaitu sel T- helper, sel yang membuat zat atau kelemahan kronik timbul panas yang tidak
anti dalam tubuh. diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan:
HIV adalah sejenis parasit yang hanya dapat pnemonia pneumosistis karini, toksoplasmosis
hidup dalam sel tubuh manusia. Ukuran virus otak; kriptosporidiosis dengan diare lebih dari
HIV kecil sekali, untuk dapat menutupi satu titik 1 bulan, penyakit virus sitomegalo pada organ
(.) saja, dibutuhkan sekitar 500.000.000 lebih tubuh, kecuali di limfa, hati, atau kelenjar getah

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 67


bening; infeksi virus herpes simpleks gejala ini biasanya lebih parah dan berlangsung
dimukokutan lebih dari satu bulan, atau di alat dalam waktu yang lebih lama. Seperti yang
dalam (visceral) lamanya tidak dibatasi; dikemukakan oleh Diane Richardson (2002:25)
mikosis (infeksi jamur) apa saja, tuberkulosis gejala umum HIV/AIDS mencakup hal-hal
di luar paru; limfoma, sarcoma Kaposi; sebagai berikut:
ensefatopati HIV, sesuai kriteria Center for 1) Kelelahan yang sangat, yang berlangsung
Disease Control and Prevention (CDC) yaitu selama beberapa minggu tanpa sebab yang jelas
gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang 2) Demam tanpa sebab yang jelas, menggigil
mengganggu aktivitas sehari-hari, progresif kedinginan atau berkeringat berlebihan di
setelah beberapa minggu atau beberapa bulan, malam hari, berlangsung selama beberapa
tanpa ditemukan penyebab selain HIV. minggu.
3) Hilangnya berat badan lebih dari 5 kg dalam
(Rustamaji, 2000:134-135) waktu kurang dari dua bulan.
4) Pembengkakan kelenjar, terutama di leher atau
Pengidap HIV bila tidak ditangani sedini ketiak.
mungkin secara tepat dan cepat berakibat sangat 5) Sariawan sejenis bisul atau luka bernanah di
fatal, dan berdasarkan hasil penelitian, HIV mulut atau tenggorokan. Sariawan adalah
merupakan virus penyebab AIDS (Richard D. infeksi yang umumnya terjadi di vagina,
Munna, dkk. 1997: 23). Namun demikian, tidak mengakibatkan keluarnya cairan putih yang
semua pengidap virus HIV akhirnya menderita menggangu (jamur vagina tidak berhubungan
AIDS. Berdasarkan studi yang pertama dengan AIDS). Pada laki-laki jamur ini timbul
menunjukkan sekitar 1 dari 10 orang yang tertular berupa bintik-bintik putih yang menggangu
virus ini akan berakhir dengan menderita AIDS ujung penis atau munculnya kotoran putih yang
karena masa antara infeksi dengan munculnya keluar dari anus.
gejala memakan waktu beberapa tahun (Diane 6) Diare terus menerus.
Richardson, 2002:5). Diperkirakan waktu antara 7) Nafas menjadi tidak stabil, lambat-laun
terinfeksi HIV dan terbentuk AIDS bervariasi menjadi buruk setelah beberapa minggu,
antara 1-10 tahun, dengan perkiraan rata-rata disertai dengan gangguan batuk kering yang
waktu 7-8 tahun (Kaplan,1993).Orang dengan tidak diakibatkan oleh rokok dan berlangsung
HIV positif sangat rentan terhadap serangan virus lebih daripada batuk karena flu.
sehingga kondisi tubuh dapat melemah secara 8) Bisul jerawat baru, berwarna merah muda atau
cepat dan berkembang menjadi AIDS(Acquired ungu rata atau timbul (biasanya tidak sakit)
Immune Deficiency Syndrome). muncul dikulit bagian mana saja, termasuk
(Kaplan,1993;Taylor; Sarafino,2002). dimulut atau kelompak mata. Dalam banyak
Penyakit AIDS jika diterjemahkan secara kasus luka-luka tersebut dapat juga timbul
bebas adalah sekumpulan gejala penyakit yang organ bagian dalam seperti misalnya selaput
menunjukan kelemahan atau kerusakan daya tahan paru-paru, usus atau anus. Awalnya luka
tubuh yang didapat dari faktor luar (bukan bawaan tersebut melepuh, berdarah atau memar, tetapi
sejak lahir). Jadi AIDS merupakan sekumpulan tidak memucat jika ditekan dan tidak hilang.
gejala-gejala penyakit infeksi atau keganasan Biasanya luka melepuh ini salah satu bentuk
tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya kanker kulit yang dikenal dengan leaposis
daya tahan tubuh (kekebalan) penderita (Trijatno sarcoma.
Rachimhadhi, 1996 : 1).
Penderita AIDS menjadi peka terhadap c. Dampak Virus HIV/AIDS
infeksi termasuk kuman yang dalam keadaan Virus HIV/AIDS menimbulkan dampak
normal sebenarnya tidak berbahaya, dan hal ini yang sangat luas dan serius bagi si penderita,
disebabkan tubuhnya telah mengalami kerusakan masyarakat dan keselamatan bangsa, baik psikis,
sistim kekebalan tubuh. Infeksi kuman bentuk ini fisik maupun sosial. Kondisi ini seringkali
disebut sebagai infeksi oportunistik. mempengaruhi proses kesembuhan yang harus
dilakukan oleh ODHA.Tekanan-tekanan
b. Gejala-gejala HIV/AIDS psikologis yang dialami oleh ODHA merupakan
Gejala penyakit pada penderita HIV mirip faktor utama penyebab kondisi menjadi lemah
dengan penyakit biasa seperti demam, bronchitis kembali. Seperti yang dikemukakan oleh Richard
dan flu, akan tetapi pada penderita AIDS, gejala- D. Muma dan kawan-kawan (1997: 279) yang

68 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


mengatakan bahwa dampak yang dialami oleh Penanganan AIDS melalui pengobatan yang
penderita HIV adalah: disebut sebagai antiretroviral agent. Pertengahan
1) Kecemasan: rasa tidak pasti tentang penyakit tahun 1980-an, obat utama bagi AIDS adalah AZT
yang diderita, perkembangan dan (azidothymidine) yang berfungsi untuk
pengobatannya, merasa cemas dengan gejala- memperlambat reproduksi HIV pada tahapan
gejala baru, prognosis, dan ancaman kematian, awal. Selanjutnya di pertengahan tahun 1990-an
hiperventilasi, serangan panik. berkembang obat anti-retroviral baru yang disebut
2) Depresi: merasa sedih, tidak berdaya, rendah sebagai protease inhibitor, yang juga berfungsi
diri, merasa bersalah, tidak berharga, putus asa, untuk menangani reproduksi HIV dan secara
berkeinginan untuk bunuh diri, menarik diri, dramatis mengurangi jumlah virus tersebut dalam
memberikan ekspresi pasrah, sulit tidur, dan banyak infeksi HIV yang dialami, tetapi tidak
hilang nafsu makan. semuanya. (Sarafino, 2002; Alloy,2005).
3) Merasa terisolasi dan berkurangnya dukungan Antiretroviral (ARV) adalah suatu obat
sosial, merasa ditolak oleh keluarga, dan orang yang dapat digunakan untuk mencegah reproduksi
lain. Sedikitnya orang yang menjenguk pada retrovirus yaitu virus yang terdapat pada HIV.
saat ODHA dirawat semakin memperkuat Obat ini tidak untuk mencegah penyebaran HIV
perasaan ini. dari orang yang terinfeksi ke orang lain, tidak
4) Merasa takut bila ada orang yang mengetahui untuk menyembuhkan infeksi HIV dan juga tidak
atau akan mengetahui penyakit yang berfungsi untuk membunuh virus. Antiretroviral
dideritannya. digunakan untuk memblokir atau menghambat
5) Merasa khawatir dengan biaya perawatan, proses reproduksi virus, membantu
khawatir kehilangan pekerjaan, pengaturan mempertahankan jumlah minimal virus di dalam
hidup selanjutnya dan transportasi. tubuh dan memperlambat kerusakan sistem
6) Merasa malu dengan adanya stigma sebagai kekebalan sehingga orang yang terinfeksi HIV
penderita AIDS, penyangkalan terhadap dapat merasa lebih baik/nyaman dan bisa
kebiasaan seksual. menjalani hidup normal. (www.chclibrary.org)
7) Penyangkalan hidup riwayat penggunaan obat- .
obatan terlarang. Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa penyakit HIV/AIDS
2.2. Pengobatan Terhadap HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang
Menurut Sarafino (2002), sebagian ODHA sistim kekebalan tubuh manusia dan tidak
yang mengalami lemahnya sistim kekebalan tubuh memberikan peluang bagi orang yang terinfeksi
dan opportunistic infection, dapat ditangani efektif untuk terbebas dari serangan virus yang
secara medis. Tetapi kadangkala orang yang mematikan. Kondisi ini mengakibatkan
terkena HIV/AIDS menjadi hipersensitif atau munculnya gejala-gejala dan juga dampak yang
alergi terhadap pengobatan, dan hingga saat ini sangat besar terhadap kehidupan sosial maupun
tidak ada terapi yang memungkinkan tubuhnya harapan untuk tetap hidup. Untuk dapat
akan mampu mentolerir virus tersebut. Jika tidak menjalankan hidup dan tetap produktif dalam
ditangani, opportunistic infection ini dapat melakukan berbagai aktivitas sebagaimana
menyebabkan kematian kira-kira 3 tahun setelah mestinya, maka ODHA harus mengkonsumsikan
didiagnosa mengalami AIDS. obat ARV karena obat tersebut dapat
Menurut Gavze (dalam Sarafino, 2002) ada memperlambat berkembangnya virus HIV selain
sebagian kecil pasien yang dapat bertahan lebih itu juga perlu menjaga pola hidup yang sehat,
dari 3 tahun, dapat hidup dan tetap aktif setelah karena ini merupakan suatu bentuk rangkaian
beberapa tahun didiagnosis, karena adanya situasi kesehatan yang harus tetap diprioritaskan.
perbedaan biologis dan psikososial dari masing- Kedisiplinan dan kepatuhan dalam
masing pasien. Hal ini diperkuat oleh pendapat mengkonsumsi obat maupun pola hidup yang
Cole & Kemeny (dalam Sarafino, 2002), bahwa sehat akan memberikan dampak yang positif
orang dengan HIV sangat reaktif terhadap stres terhadap kondisi fisik maupun psikis, karena
dan tidak dapat melakukan coping dengan benar, keseimbangan antara kedua faktor tersebut dapat
memperlihatkan fungsi kekebalan tubuh yang menstimulus pemahaman dan pemikiran yang
sangat rendah dan progresivitas penyakit yang bermakna terhadap masa depan maupun sikap
sangat cepat, dibandingkan dengan yang lain. optimisme dalam menjalankan dan melakukan
interaksi kehidupan sosial sehari-hari.

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 69


Faktor psikis dan fisik memiliki hubungan bahwa kesehatan adalah kesehatan secara mental,
yang sangat erat. Kehidupan fisik yang stabil fisik, sosial, bukan hanya sekedar tidak sakit.
sangat mempengaruhi kestabilan jiwa dan jika Kesehatan adalah hak azasi manusia dan
fisik dalam kondisi sakit maka akan pencapaian kesehatan yang maksimal adalah hal
mempengaruhi kejiwaan seseorang.Pardeck et.al. yang sangat penting terhadap kegiatan sosial serta
(1998: 29) menyatakan,“Health is a state of perekonomian.
holistic well-being. It means being connected in a Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh
fulfilling way with the natural and human pemerintah dengan fasilitas yang modern serta
world.”(Sehat adalah suatu keadaan sejahtera biaya yang terjangkau diperuntukkan dan
secara menyeluruh. Ini berarti terkait dengan cara diprioritaskan bagi masyarakat yang
pemenuhan kehidupan dengan dunia yang alami membutuhkan untuk mengakses layanan yang ada
dan manusiawi) dengan semaksimal mungkin sehingga dapat
Dalam Jurnal Psikologi Kesehatan, Mustafid meningkatkan kualitan hidup sehat dan mengarah
Amna (2003) mengatakan, kesehatan seseorang kepada kemajuan dan kesehatan secara
tak hanya diukur dari kebugaran fisik, tetapi juga menyeluruh. Hal ini terimplementasi melalui
dari kewarasan psikis, serta kelancaran interaksi sistim rujukan yang terintegrasi, berfungsi secara
sosial. Bukan hanya itu, WHO (1984) telah maksimal serta bermutu. (WHO,1981).
menyempurnakan batasan sehat dengan Kesehatan seseorang sangat dipengaruhi
menambahkan elemen spiritual. Dengan oleh cara berpikir terhadap pola hidup yang
demikian, sekarang ini yang dimaksud sehat dijalaninya. Kondisi kesehatan ODHA sangat
bukanlah hanya sehat dalam arti fisik, psikologik, tergantung pada diri sendiri dan juga dipengaruhi
dan sosial, tetapi juga sehat dalam arti spiritual. oleh orang yang berada disekitar kehidupannya,
Dengan kata lain, merujuk kepada WHO, terdapat dalam hal ini keluarga, teman dan juga tetangga.
empat dimensi sehat, yakni bio-psiko-sosial- Interaksi antara ODHA dengan lingkungan sosial
spiritual. memberikan dampak yang besar terhadap kondisi
Masalah kesehatan, merupakan masalah kesehatan secara menyeluruh baik itu kesehatan
utama yang harus menjadi perhatian serius dalam fisik, mental, sosial maupun spiritual. Dengan
setiap kehidupan manusia. Artinya seseorang kedekatan maupun interrelasi yang terjadi dengan
akan menentukan aktivitas kehidupan sehari-hari orang-orang yang berada disekitar ODHA dapat
tergantung dari kesehatannya.Kesehatan seseorang membantu untuk melihat kehidupan yang lebih
tidak bisa hanya dilihat dari kondisi fisik saja, bermakna dan berharga bagi dirinya maupun
tetapi harus dilihat secara holistik. Seseorang orang lain.
yang dikatakan sehat adalah mampu melakukan Keyakinan dan dorongan yang dimiliki
segala aktivitas kesehariannya dan dapat berperan karena merasa dibutuhkan dan menjadi bagian
secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari, dari lingkungan, memotivasi dan mendorong
baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota ODHA dalam menjaga maupun merawat dirinya
masyarakat. Manusia sehat adalah manusia- dengan melaksanakan pola hidup yang teratur dan
manusia yang mampu memanfaatkan potensi- disiplin serta berpikir positif untuk
potensi yang ada pada dirinya untuk mencapai mempertahankan harapan hidup, serta dapat
tujuan hidup produktif dalam melakukan aktivitas apapun.
Health belief model adalah teori yang
2.3. Pelayanan Kesehatan diuraikan dalam usaha mencari cara menerangkan
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.
yang sangat dasar, dan diperlukan oleh semua Menurut teori ini, kemungkinan individu akan
orang, sejak bayi sampai pada kasus kesakitan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara
yang permanen (Joseph and Phillips, 1984). Pada langsung pada hasil dari dua keyakinan atau
tahun 1971 Konferensi Internasional mengenai penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan
Pelayanan Kesehatan Dasar yang diadakan di serta sakit atau luka dan pertimbangan tentang
Alma-Ata, USSR, mendeklarasikan bahwa keuntungan dan kerugian (Smet,1994). Penilaian
pelayanan kesehatan dasar adalah kunci untuk pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap
mencapai ”health for all”, atau merupakan resiko yang muncul. Hal ini mengacu pada sejauh
pelayanan yang esensial. Deklarasi ini kemudian mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan
disebut dengan Deklarasi Alma-Ata (WHO, betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya.
1981). Konferensi ini mengkonfirmasikan ulang Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang

70 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


dirasakan tersebut meningkat maka perilaku Selanjutnya makna hidup menurut Ancok
pencegahan juga akan meningkat. Keyakinan (2001), adalah sebuah motivasi yang kuat dan
seseorang terhadap kesehatan dialaminya sangat mendorong untuk melakukan sesuatu kegiatan
mempengaruhi cara berfikirnya dalam melihat yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup
kehidupan dan bagaimana menjalani hidup untuk yang terus memberi makna pada diri sendiri dan
lebih berarti bagi dirinya maupun orang lain. Hal orang lain. Berkaitan dengan makna hidup
ini terkait dengan bagaimana ODHA memaknai Langgulung (2003:17), mengatakan bahwa
kehidupannya dan meningkatkan kualitas hidup manusia dalam hidupnya terdorong oleh keinginan
dengan berfikir positif dalam menjalani hidup yang kuat untuk mencapai makna bagi hidupnya
sehari-sehari. serta terdorong mengungkapkan dan
mengaktualkan diri secara bebas untuk
2.4. Makna Hidup mewujudkan potensi-potensi yang dimiliki sesuai
Dalam kehidupannya manusia seringkali dengan cara yang diinginkannya.
tidak dapat menghindari peristiwa-peristiwa Crumbaugh dan Maholick (1992:147),
tragis yang menimpa dirinya, keluarga, dan menggabungkan makna dan maksud hidup
lingkungan, sekalipun usaha pencegahan dan (purpose in life) sebagai “Signifikansi ontologism
upaya penanggulangannyapun telah dilakukan hidup” dari sudut pandang individu yang
secara optimal. Peristiwa-peristiwa yang membuat mengalaminya. Yang dimaksud dengan
seseorang menjadi kehilangan untuk mencapai signifikansi ontologisme adalah pengalaman-
tujuan hidup adalah mengalami penyakit yang pengalaman hidup individu yang terkait dengan
tidak dapat disembuhkan seperti HIV/AIDS makna hidup, kepuasan hidup, kebebasan, sikap
ataupun kehilangan orang-orang yang dicintai terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri dan
serta musibah-musibah lainnya. Peristiwa- kelayakan hidup.
peristiwa itu, baik yang bersumber dari dalam Dalam proses sosialisasi diketahui bahwa
maupun dari lingkungan akan mengakibatkan tidak setiap individu memperoleh kesempatan
stres, perasaan kecewa, tertekan, sedih, cemas, yang sama untuk dapat mengembangkan seluruh
rendah diri, dan tidak bermakna. Bahkan mungkin potensinya seoptimal mungkin. Diketahui pula
saja hal ini menimbulkan sejumlah gangguan bahwa masing-masing individu mengalami
penyakit, dan kejiwaan serta berbagai perilaku perkembangan pribadi yang berbeda dan bahkan
yang menyimpang. Di lain pihak, ada juga pribadi bersifat unik. Pada saat seseorang mengalami
yang berhasil dengan gemilang mengatasi hambatan internal maupun eksternal. Ada yang
kesulitan-kesulitan dan perasaan-perasaan tidak gagal mengatasinya karena mekanisme
menyenangkan akibat penderitaan. penyesuain diri atau mekanisme penyelesaian
Individu mampu mengubah dirinya dari masalah yang dikembangkan sampai saat itu tidak
penghayatan tidak bermakna (meaningless) cukup berfungsi. Ketidakmampuan mengatasi
menjadi bermakna (meaningfull), bahkan tidak kesulitan hidupnya merupakan hasil interaksinya
sedikit yang berhasil menemukan hikmah dari dengan individu lainnya beserta lingkungannya,
penderitaannya (meaning in suffering). Upaya- yang mungkin tidak berkembang secara sempurna
upaya pribadi yang mengatasi penderitaan adalah atau tidak efektif. Keberfungsian-sosial yang
cara dalam menemukan makna hidup (the terganggu pada seorang individu akan
meaning of life) serta mengembangkan hidup mempengaruhi interaksinya dengan individu lain.
secara bermakna (the meaningfull life). Jika hal ini terjadi dalam keluarga, individu yang
(Bastaman:1993) mengalami gangguan keberfungsian sosial
Makna hidup memberikan arti yang khusus tersebut sebagai orang yang teridentifikasi
bagi seseorang dan jika berhasil dipenuhi akan mengalami masalah (Satir: 1954). Oleh karena itu
dirasakan dalam menjalankan kehidupan ada pihak lain yang melakukan intervensi terhadap
kebahagiaan yang penuh arti dan berharga keluarga tersebut supaya keberfungsian sosial
(Frankl,1993:20). Hal senada juga dikatakan oleh keluarga dan orang yang teridentifikasi
H.D Bastaman (1996:132) yakni makna hidup bermasalah (the identified patient) dapat
memiliki fungsi sebagai tujuan hidup yang sangat dipulihkan, dan bahkan ditingkatkan
penting bagi kehidupan pribadi seseorang serta kemampuannya. Salah satu profesi yang
mempunyai nilai-nilai khusus yang dapat memberikan pelayanan dan pertolongan kepada
diarahkan melalui kegiatan-kegiatan yang individu adalah Pekerjaan Sosial.
dilakukannya.

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 71


2.5. Stigma dan Diskriminasi Stigma seputar HIV/AIDS muncul dalam
Stigma diartikan sebagai pemberian cap berbagai konteks, termasuk dalam ruang lingkup
(label) kepada seseorang atau sekelompok orang keluarga, komunitas, pendidikan, pekerjaan,
yang didasarkan pada penilaian subjektif. rumah sakit, klinik, yang semuanya membawa
Sedangkan diskriminasi adalah tindakan dampak terhadap berbagai akses dan kesempatan
pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok untuk memperoleh pelayanan. Bila stigma tidak
orang. Stigma menghadirkan suatu penilaian yang dilawan, maka akan menimbulkan terbentuknya
dapat menghambat proses perubahan seorang kesadaran diri (bagaimana orang memandang
ODHA dalam memaknai hidupnya dan berfikir dirinya), dan yang lebih membahayakan adalah
secara positif sebagai bagian dari warga timbulnya suatu keyakinan terhadap diri sendiri
masyarakat. Stigma yang telah dibangun di bahwa cap buruk yang diberikan adalah sudah
tengah masyarakat yang memiliki pemahaman sewajarnya diterima sebagai suatu kenyataan. Hal
yang salah terhadap ODHA maupun penyakitnya. ini mengakibatkan orang menjadi malu, merasa
Hal ini menimbulkan berbagai prasangka dan rendah diri dan merasa tidak berharga. Akibat
ketakutan yang berlebihan dari masyarakat dengan yang dialami memberikan dampak kepada ODHA
memandang penyakit AIDS diakibatkan karena menjadi pribadi yang tertutup, menarik diri dari
perilaku seks yang menyimpang, pecandu narkotik pergaulan sosialnya, eksklusif, dan bahkan tidak
suntik, dan ODHA lelaki disamakan dengan kaum percaya lagi kepada orang diluar kelompoknya.
homoseksual. Ketakutan dan kecemasan yang Menurut Bruyn 1998(dalam Dit RTS
terjadi menyebabkan berbagai bentuk penolakan 2004),stigma adalah “Ekspresi dari norma sosial
dan pengucilan dari seluruh aspek kehidupan dan budaya, yang membentuk hubungan antar
manusia.Berbagai bentuk penolakan dan manusia menurut norma-norma tersebut. Orang-
pengucilan yang diskriminatif menyebabkan orang yang distigma biasanya dianggap
ODHA tidak dapat menjalankan tugasnya dan memalukan untuk alasan-alasan tertentu, dan
tanggungjawab sosial sebagai warga masyarakat. sebagai akibatnya mereka dipermalukan,
Perlakuan masyarakat dengan memberikan stigma dihindari, dideskriditkan, ditolak, ditahan atau
maupun diskriminasi dipengaruhi oleh beberapa dihukum”.
faktor (Dit. RTS 2004), yaitu: Deklarasi Komitmen Perserikatan Bangsa-
a. Ketidaktahuan tentang informasi yang benar Bangsa tentang Penanggulangan HIV/AIDS
dan baik tentang HIV/AID (2001) menyatakan:
b. Berkembangnya mitos-mitos HIV di masyarkat a. Adanya stigma, kebisuan, perlakuan tidak adil
c. Adanya ketakutan yang irasional akan tertular dan penyangkalan serta tidak terjamin
HIV/AIDS kerahasian, menghambat upaya pencegahan,
d. HIV sering dikaitkan dengan isu-isu moral perawatan dan pengobatan sehingga
Stigma (cap buruk) dan diskriminasi meningkatkan dampak epidemi bagi bagi
(perlakuan tidak adil) yang dikaitkan dengan HIV individu, keluarga masyarakat, dan bangsa'
dan AIDS merupakan penghambat utama bagi (Butir. 13)
upaya lanjut dalam pencegahan infeksi dan b. Menjelang tahun 2003, nnegara-negara harus
pelayanan yang memadai, dukungan dan memastikan perkembangan dan pelaksanaan
perawatan serta pengurangan dampak buruk strategi nasional dari rencana keuangan
infeksi HIV. Keadaan ini memberi konsekuensi nasional multi-sektor untuk memerangi
psikologis yang besar bagi ODHA untuk dapat HIV/AIDS yang membahas epidemi secara
melihat diri mereka sendiri, yang kemudian akan terbuka; menghadapi stigma, kebisuan dan
membawa mereka dalam beberapa kasus pada penyangkalan, membahas dimensi epidemi
keadaan depresi, kurang percaya diri dan putus yang berkaitan dengan usia dan jender, serta
asa. Stigma dan diskriminasi yang terkait dengan memberantas diskriminasi dan penyingkiran'
HIV/AIDS akan mempengaruhi kapasitas (Butir. 37).
masyarakat dalam merespon keadaan ini secara c. Menjelang tahun 2003, negara-negara harus
konstruktif guna menghadapi kerugian yang mengesahkan, mendukung atau menegakkan
diakibatkan oleh epidemi ini. Dalam bencana dan peraturan serta kebijakan lain untuk
ketidakinginan membicarakan epidemi ini, menghilangkan segala bentuk diskriminasi dan
kegiatan akan berkurang karena adanya stigma menentukan nikmatnya semua hak azasi
dan penyangkalan, dan terutama karena orang manusia serta kemerdekaan hakiki oleh, orang
menjadi takut untuk membuka diri. yang hidup dengan HIV/AIDS, dan juga orang-

72 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


orang yang berisiko tinggi, agar mereka bisa terhadap perkembangan dan kehidupan secara
mendapatkan akses terhadap pendidikan, umum. Keluarga didifenisikan sebagai unit
warisan, pekerjaan, pelayanan kesehatan, terkecil, dimana unit sosial tersebut terdiri dari
layanan masyarakat, pencegahan, informasi dan unsur “orang tua” dan “anak”.
perlindungan hukum, sementara di sisi lain Menurut Lemme (1995) keluarga adalah
tetap menghormati hak pribadi mereka, dan suatu sistem sosial independen, di mana di
mengembangkan strategi untuk melawan dalamnya terdapat hubungan yang saling
stigma dan pengucilan sosial yang terkait mempengaruhi dan timbal balik antara anggota
dengan epidemi ini. (Butir. 58) dalam sistem tersebut. Penjelasan yang
diungkapkan Lemme tersebut memberikan
Hal ini dapat diartikan bahwa dengan pengertian keluarga yang lebih luas dari sekedar
adanya peryataan sikap bersama dalam unit sosial yang beranggotakan “orang tua” dan
memberantas atau melakukan pencegahan “anak” saja. Dalam pengertian ini, suatu sistim
HIV/AIDS oleh negara-negara di dunia yang yang terdiri dari orang tua, anak, kakek, nenek,
penduduknya beresiko terinfeksi virus HIV paman, bibi atau individu lain yang memiliki
dalam membuat dan menciptakan suatu kebijakan interaksi dan hubungan interdependen dapat
serta peraturan yang mendukung keberadaan dipandang sebagai suatu keluarga. Keluarga
ODHA di segala aspek kehidupan tanpa adalah unit dalam masyarakat yang
mendapatkan perlakuan yang diskriminatif. bertanggungjawab untuk menjamin terpenuhinya
Stigma sangat berbahaya, karena bisa kebutuhan dasar anak. Cara terbaik membantu
menimbulkan rasa malu, bersalah, dan anak adalah dengan mendukung kapasitas
pengucilan terhadap ODHA, dan juga karena keluarganya untuk merawat anak-
pikiran-pikiran negatif dapat menyebabkan orang anak.Mempertahankan keluarga akan
terpaksa melakukan hal-hal yang merugikan meningkatkan keterikatan antara orangtua dan
orang lain, misalnya tidak memberikan layanan anak serta adik-kakak.
atau memenuhi hak mereka. Stigma terhadap Keluarga mempunyai sistim jaringan
HIV/AIDS dapat mengakibatkan diskriminasi interaksi yang lebih bersifat hubungan
terkait HIV/AIDS. Dan ini bisa menjurus kepada interpersonal, dimana masing-masing anggota
pelanggaran terhadap hak azasi orang dengan dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan
HIV/AIDS, kepada keluarga mereka atau bahkan satu sama lain, antara ayah dengan ibu, ayah
orang-orang yang dianggap terinfeksi, seperti dengan anak, ibu dengan anak, maupun antara
anggota keluarga dan kerabatnya. anak dan anak. Keluarga merupakan lembaga
Diskriminasi menurut UNAIDS (1998), dasar dalam masyarakat dan disebut juga sebagai
adalah : Sebagai “tindakan yang disebabkan masyarakat terkecil.Keluarga juga menjadi
perbedaan yang menghakimi terhadap orang- lingkungan pertama yang dijumpai oleh seorang
orang berdasarkan status HIV mereka, baik yang anak ketika dilahirkan di dunia.
pasti maupun yang diperkirakan, atau keadaan Keluarga memiliki ciri-ciri secara umum
kesehatan mereka”.(Dit RTS,2004). Sangat dan khusus. Ciri-ciri keluarga secara umum
penting untuk mengetahui kaitan antara stigma, adalah: keluarga merupakan hubungan
diskriminasi, dan pelanggaran hak azasi manusia, perkawinan; berbentuk perkawinan atau susunan
yaitu: kelembagaan yang sengajadibentuk dan
a. Stigma,diskriminasi, dan pelanggaran HAM dipelihara; merupakan tempat tinggal bersama,
saling terkait. Semua ini membentuk, rumah atau rumah tangga yang walau
menguatkan, dan mensahkan satu sama lain. bagaimanapun tidak mungkin terpisah dari
Mereka membentuk semacam lingkaran setan. kelompok keluarga.Adapun cirri-ciri khusus
b. Pembebasan dari diskriminasi adalah hak azasi keluarga adalah: kebersamaan; mempunyai dasar
manusia, dimana harus ada kerangka acuan emosional; ada pengaruh perkembangan; posisi
untuk tindakan yang bertanggung jawab dan inti dalam struktur sosial; tanggung jawab para
bisa dipertanggungjawabkan guna menghadapi anggota; aturan masyarakat; serta sifat kekekalan
masalah ini. (Yayasan Spritia, 2003) dan kesementaraannya. (McIver Pagedalam
Khairuddin, 1985)
2.6. Keluarga dan Fungsinya Secara singkat dapat dikatakan bahwa
Keluarga merupakan lingkungan sosial keluarga merupakan tempat dan berfungsi untuk
terdekat, dan sangat signifikan berpengaruh memenuhi pelbagai kebutuhan manusia mulai dari

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 73


kebutuhan primer ( sandang, pangan, papan), perkembangan kepribadian individu sebagai
kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk mencintai makhluk sosial. Interaksi ini juga mempengaruhi
dan dicintai, kebutuhan harga diri, sampai dengan individu ketika ia mengalami saat-saat yang tidak
kebutuhan aktualisasi diri ( Abraham H, Maslow menyenangkan atau menekan yang sering sekali
dalam Frank G. Goble, 1994, hal. 41). terjadi dalam alur kehidupannya. Dalam
Setiap keluarga mempunyai kedudukan menghadapi kondisi yang menekan ini, individu
utama, yaitu: sering membutuhkan bantuan dan dukungan dari
a. Berfungsi sebagai pengantara dengan orang-orang di sekitarnya. Salah satu cara yang
masyarakat luas dapat membantu seseorang mampu menghadapi
b. Berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan yang kejadian yang menimbulkan stress dan
beragam agar dapat bertahan. Perlu adanya mempertahankan kesehatan yang baik adalah
sikap memovitasi pribadi-pribadi untuk dukungan sosial. Dukungan sosial yang dimaksud
mengabdikan kepentingan umum sehingga dalam hal ini adalah dukungan keluarga sebagai
masyarakat dapat bertahan dan juga sebagai unit sosial yang paling kecil dari masyarakat.
kontrol sosial. Menurut Baron & Byrne (2000) dukungan
c. Berfungsi sebagai jaringan sosial yang besar sosial berperan meningkatkan kesehatan tubuh
d. Berfungsi sebagai pendukung masyarakat agar dan menciptakan efek yang positif. Hal senada
dapat bertahan demikian juga sebaliknya disampaikan oleh Greenberg (2002) yang
keluarga dapat bertahan karena dukungan mengatakan bahwa keberadaan keluarga dan
masyarakat. ( William J. Goode, 1993: 3-4 ) teman dapat diajak berdiskusi serta memberikan
perubahan yang besar bagi individu dalam
Subandiroso (1987:21) mengklasifikasikan menghadapi tekanan atau rasa sakit yang
fungsi keluarga sebagai berikut: melindungi setiap dideritanya.
anggota keluarga; memberi pendidikan kepada Siegel (dalam Taylor, 1999)
anak; melakukan kegiatan ekonomi; dan menggambarkan dukungan sosial sebagai
mengasuh serta membesarkan anak. Adapun Yadi informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan
Mulyadi dkk (1995 :108) mengemukakan fungsi diperhatikan, berharga, dan dihargai, serta
keluarga sebagai berikut: melakukan keturunan merupakan bagian dari jaringan.Pendapat lain
atau reproduksi; afeksi atau kasih sayang; mengenai dukungan sosial juga disampaikan oleh
sosialisasi; ekonomi; pengawasan / kontrol sosial; Di Matteo (1991), yang mengatakan bahwa
dan proteksi atau perlindungan. Selanjutnya dukungan sosial merupakan bantuan dari orang-
menurut McIver Page (dalam Khairuddin,1985: orang lain yang ada disekitar individu. Hal senada
9)fungsi keluarga adalah merawat, memelihara, juga disampaikan oleh Baron & Byrne (2000)
melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar bahwa dukungan sosial yang disediakan oleh
mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa teman-teman dan anggota keluarga menimbulkan
sosial. kenyamanan fisik dan psikologis. Lebih lanjut
Berdasarkan fungsi keluarga yang dikatakan Di Matteo (1991:330) dukungan sosial
disampaikan oleh para pakar di atas dapat adalah ”social support is support or help from
disimpulkan bahwa fungsi keluarga adalah other human beings such us friends, family,
sebagai pemenuhan semua aspek kehidupan neighbours, co-workers and acquaintances”
secara menyeluruh untuk pertumbuhan dan Dari definisi-definisi diatas dapat
perkembangan dalam mengaktualisasikan diri dan disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah suatu
melakukan interaksi terhadap lingkungan yang bentuk bantuan dari orang-orang disekitar
lebih besar yaitu masyarakat. Pada setiap individu yang dianggap dekat secara emosional,
keluarga terdapat berbagai macam fungsi antara dan berfungsi memberikan kenyamanan fisik dan
lain: fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi psikis.
ekonomi, fungsi afeksi, fungsi perlindungan atau Individu yang menghadapi situasi stres
keamanan, fungsi penentuan status, dan fungsi membutuhkan suatu bentuk dukungan sosial dari
edukatif. orang-orang disekitarnya. Bentuk dukungan
sosial dan dari siapa ia membutuhkan dukungan
2.7. Dukungan Sosial tersebut, juga berbeda-beda dari satu individu
Manusia sebagai makhluk sosial selalu dengan individu yang lainnya. Ada 5 bentuk
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yang dasar dari dukungan sosial yang dapat diberikan
selalu memberikan pengaruh dalam

74 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


dan diterima oleh individu (Orford, mengurangi potensi munculnya stress yang baru
1992;Sarafino,2002), yaitu: atau stress yang berkepanjangan.
a. Dukungan Emosional: meliputi ekspresi dari Taylor (1999) mengatakan bahwa dukungan
rasa empati, perawatan, perhatian. Ini sosial yang diberikan kepada penderita penyakit
menyebabkan individu merasa nyaman, dapat mengurangi distress psikologis secara
tenteram, dimiliki, dan dicintai pada saat efektif serta menurunkan tingkat kecemasan
kondisi yang menekan (Sheridan, 1992). mereka. Dukungan sosial berperan untuk
Tolsdorf (dalam Orford, 1992) merujuk kepada mencegah terjadinya gangguan medis yang lebih
bantuan dalam bentuk pemberian semangat, parah atau komplikasi akibat menurunnya fungsi
kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan tubuh secara keseluruhan. Hal ini juga sejalan
emosional. dengan pernyataan Ganster & Victor (dalam
b. Dukungan Penghargaan: dukungan yang Sheridan & Radmacher, 1992) bahwa dukungan
berpengaruh pada peningkatan self esteem dan sosial berpengaruh pada kesehatan dengan
perasaan kompeten, sehubungan dengan mengurangi dampak psikologis negatif dari stress
adanya penilaian positif atau persetujuan yang muncul karena adanya/ketersediaan
terhadap ide-ide, perasaan dan penampilan dukungan sosial yang mempengaruhi penilaian
individu, serta adanya perbandingan yang terhadap stresor dan sumber daya yang ia miliki
positif antara individu tersebut dengan orang untuk menghadapi kondisi stress yang muncul.
lain.
c. Dukungan Materi: pemberian dukungan yang 3. Metodologi Penelitian
melibatkan bantuan secara langsung, seperti 3.1.Jenis Penelitian
bantuan finansial ataupun mengerjakan tugas Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
rumah sehari-hari. Dukungan ini relevan yang bersifat deskriptif dengan studi kasus dimana
dalam menghadapi situasi stress yang dapat penulis ingin menggambarkan dukungan keluarga
dikontrol, dapat membantu meringankan beban terhadap kelangsungan hidup ODHA. Penelitian
dari individu yang memiliki penghasilan deskriptif menurut T.H. Huxley adalah ”penelitian
rendah, tidak punya cukup keterampilan atau yang berusaha mengambarkan secara sistematis
kemampuan untuk melakukan atau mencari fakta-fakta dan karakteristik populasi yang telah
pekerjaan formal sehingga mereka dapat ditentukan atau bidang yang diteliti secara faktual
memenuhi tanggung jawab atas perannya dan akurat (Singarimbun, 1982: 8). Penelitian
sehari-hari. deskriptif lebih lanjut dikatakan oleh Nazir (1985:
d. Dukungan Informasi: dukungan diberikan 63) adalah suatu metode yang meneliti
dalam bentuk saran, pengarahan, dan umpan- sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set
balik mengenai cara menghadapi atau kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
memecahkan masalah yang ada kelas peristiwa sekarang.
e. Dukungan Jaringan Sosial: dukungan diberikan
dalam bentuk kebersamaan sehingga individu 3.2. Pendekatan Penelitian
merasa sebagai bagian dari jaringan kelompok Penelitian ini menggunakan pendekatan
yang ada di masyarakat. kualitatif. Suparlan (1994:25-26) menyebutkan
bahwa pendekatan kualitatif memusatkan
2.8. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap perhatian pada prinsip-prinsip umum yang
Kesehatan mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang
Stres yang tinggi dan berlangsung dalam ada dalam kehidupan sosial manusia.
jangka waktu yang panjang atau lama dapat
memperburuk kondisi kesehatan dan 3.3. Unit Analisa
menyebabkan penyakit. Tetapi dengan adanya Merujuk pada masalah dan fokus penelitian,
dukungan sosial yang diterima oleh individu yang maka yang menjadi unit analisa dalam penelitian
sedang mengalami atau menghadapi stres maka ini adalah: 6 orang ODHA, 6 keluarga, 1 orang
hal ini akan mempertahankan daya tahan tubuh dokter, 1 orang ahli, 1 orang manajer kasus, 1
dan meningkatkan kesehatan individu (Baron & orang penjangkau lapangan, 1 lembaga pelayanan
Byrne, 2000). Kondisi ini dijelaskan oleh AIDS.
Sarafino (2000) bahwa berinteraksi dengan orang
lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi
individu mengenai kejadian tersebut, dan ini akan

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 75


3.4. Teknik Pengumpulan Data dideskripsikan dalam bentuk uraian. Analisis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam Lexi J.
diperoleh melalui: Maleong (2004:248) adalah upaya yang dilakukan
a. Kuesioner. Teknik kuesioner adalah suatu dengan cara bekerja dengan data, mengorganisir
teknik pengumpulan data melalui daftar data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
pertanyaan yang diisi responden.Peneliti dapat dikelola, mencari dan menemukan pola,
mendesain dan memberikan daftar pertanyaan menemukan apa yang penting dan apa yang
yang diisi para informan. dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat
b. Wawancara Mendalam (in-depth interview). diceritakan kepada orang lain. Dengan kata lain
Yang dimaksud dengan wawancara mendalam analisis data adalah proses mencari dan mengatur
adalah proses memperoleh data dengan tanya- secara sistimatis transkrip interview, catatan
jawab tatap muka antara peneliti dengan lapangan, dan bahan-bahan lain yang diperoleh
informan (Sudjarwo, 2001: 75). Pengumpulan dalam penelitian dan proses selanjutnya adalah
data dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan kesimpulan. Dalam konteks penelitian
wawancara yang dilakukan atas dasar kuisioner ini, analisis data kualitatif adalah analisis yang
yang telah dirumuskan sebelumnya. dilakukan terhadap data-data hasil wawancara
Wawancara ini berguna untuk mencegah atau catatan laporan, bacaan dari buku-buku,
ketidakpahaman informan dalam menjawab artikel, jurnal maupun koran-koran.
pertanyaan yang dimaksud kemudian dicatat.
Dalam proses wawancara ini peneliti 4. Hasil dan Pembahasan
memperoleh gambaran yang lengkap tentang 4.1.Pengetahuan dan Pemahaman ODHA (Orang
penelitian. Dengan HIV/AIDS)
c. Observasi. Observasi dalam penelitian ini Tingkat pemahaman seseorang mengenai
dilakukan terutama untuk mengamati hal-hal suatu hal sangat ditenntukan oleh pengetahuan
yang tidak terlihat oleh penelitian karena yang diperolehnya serta kemampuan kognitifnya.
ekspresi yang diperlihatkan oleh informan Pengetahuan tersebut diterima melalui berbagai
kadang kala tidak sesuai dengan apa yang sumber seperti pendidikan, pelatihan, lingkungan
diucapkannya. Hal-hal yang diobservasi adalah keluarga, masyarakat dan lembaga-lembaga
yang berkaitan dengan penelitian. pelayanan sosial.
d. Studi kepustakaan. Studi kepustakaan Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pada
merupakan salah satu sumber informasi yang umumnya pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS
dilakukan pada awal penelitian ini hingga khususnya tentang cara penularan, gejala-gejala
selesai. Studi kepustakaan memberikan serta resikonya, dan pengobatan masih sangat
gambaran yang jelas, yaitu dengan mempelajari terbatas. Demikian juga mengenai permasalahan
buku, majalah, internet, surat kabar dan jurnal, yang dihadapi ketika melakukan interaksi dengan
yang berkaitan dengan penelitian ini. lingkungan sosialnya. Ketidaktahuan tentang
penyakit serta isu-isu yang terkait disebabkan
3.5. Penentuan Informan Penelitian karena kekurangan dan kesalahan dalam
Penentuan informan ditetapkan secara menerimma informasi yang selama ini diperoleh,
purposive dengan maksud untuk memperoleh data sehingga berakibat pada cara penerimaan ODHA
dan informasi secara akurat. Penentuan informan terhadap penyakit tersebut. Namun demikian ada
dalam penelitian ini didasarkan atas kondisi dan yang pernah dengar tetapi tidak mengetahui secara
situasi ODHA maupun OHIDA, dan peneliti mendalam tentang penyakit tersebut. Ada juga
mengambil 6 kasus untuk ODHA dan OHIDA yang sudah mengetahui dan memahami tentang
dari 20 informan yang ada. Masing-masing penyakit tersebut, kemudian berusaha untuk
mewakili kelompok IDU, PMCT, Ibu Rumah mencari informasi sebanyak mungkin terkait
Tangga, Janda. Penentuan kasus ini dilakukan dengan kondisi yang mereka alami. Berbagai
setelah mempelajari dan mengamati secara ungkapan yang disampaikan ODHA menunjukan
intensif kondisi bio-psiko-sosial-spiritual serta ketidaktahuan dan ketidakpahaman mereka
interaksi-interaksi dengan lingkungan sosialnya. tentang HIV/AIDS dan gejala-gejalanya dianggap
sebagai penyakit biasa dan akan sembuh bila
3.6. Teknik Analisa Data minum obat. Mereka tidak menyadari apa yang
Teknik analisa data yang diterapkan dalam dialami sebenarnya merupakan gejala awal orang
penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang yang terinfeksi HIV/AIDS.

76 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


Pengetahuan yang terbatas mendorong sangat berdampak terhadap perlakukan anggota
mereka untuk melakukan upaya-upaya untuk keluarga yang terinfeksi HIV/AIDS dan
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk cenderung menolak keberadaan serta memberikan
memahami tindakan yyang harus dilakukan dalam stigma kepada ODHA.Stigma dan perlakuan
menagani penyakit yang mereka derita. Upaya ini diskriminatif yang dikaitkan dengan HIV/AIDS
dilakukan oleh ODHA karena mereka menyadari merupakan penghambat utama bagi keluarga
bahwa kesakitan yang dialami merupakan untuk melakukan upaya pencegahan lanjut dan
ancaman terbesar bagi eksistensi mereka untuk pelayanan yang dibutuhkan. Demikian juga bagi
melanjutkan kehidupannya. Penilaian akan dukungan dan perawatan serta pengurangan
ancaman resiko yang menyerang kesehatan serta dampak buruk infeksi HIV AIDS. Artinya jika
pertimbangan mengenai keuntungan maupun keluarga sebagai lingkungan terdekat ODHA tidak
kerugian yang dialami akibat penyakit HIV/AIDS, mengetahui maupun memahami mengenai
mendorong mereka melakukan upaya penyakit yang dialami oleh anak atau anggota
pencegahan,serta membentuk keyakinan untuk keluarganya, maka berpengaruh pada dukungan
berfikit secara rasional dan realistis tentang yang seharusnya diberikan pada ODHA.
kehidupan yang akan dihadapinya apabila tidak Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman yang
segera mengubah perilaku dan pola hidupnya. jelas dimiliki keluarga membantu interaksi antara
Pemahaman tentang penyakit, gejala serta ODHA dengan lingkungan sosialnya. Dengan
implikasi pengobatan dari penyakit demikian dukunngan keluarga akan meningkat
HIV/AIDSakan sangat membantu ODHA apabila memiliki pengetahuan dan pemahaman
mengantisipasi pola hidup hidup yang harus tentang HIV/AIDS. Dan inilah yyang sangat
dijalani agar kondisi tubuh tetap stabil.Dalam dibutuhkan ODHA dalam proses penyembuhan
melewati kehidupan, terkadang sesorang tidak secara menyeluruh baik itu kesehatan fisik,
dapat memahami apayang telah terkadi dan mental, spiritual maupun sosial.
menimpa dirinya. Kepedihan dan keraguan
terhadap suatu kondisi telah melahirkan 4.3. Pengetahuan dan Pemahaman Dokter,
keputusasaan tentang masa depannya.Penyakit Manajer Kasus, dan Petugas Lapangan
yang dideritanya telah melenyapkan kesempatan Dokter dan perawat merupakan ujung
untuk meraih apa yang diinginkan dan diharapkan tombak dalam pelayanan medis untuk membantu
dalam kehidupan ini. individu sembuh dari penyakitnya. Penyembuhan
itu sendiri merupakan proses untuk mengubah dari
4.2.Pengetahuan dan Pemahaman Keluarga keadaan sakit menjadi sehat. Di sini kalangan
Setiap sikap dan tindakan seseorang medis memiliki peranan yang besar dalam proses
seringkali dilakukan berdasarkan informasiyang penyembuhan seorang pasien. Sekalipun infeksi
diperoleh, kemudian diolah dan ditafsir oleh HIV dan Penyakit AIDS merupakan penyakit
kemampuan kognitif dalam bentuk pengetahuan yang mematikan, ternyata dari kalangan
dan pemahaman tingkat pemahaman diperoleh medispun, sebagai sumber informasi yang
dari pengetahuan berdasarkan informasi yang harusnya memberikan penjelasan yang baik bagi
benar, yang selanjutnya memengaruhi perlakuan ODHA dan keluarganya juga sangat terbatas. Hal
diberikan terhadap orang lain. Kurangnya ini mengindikasikan bahwa kalangan medis
informasi dan terbatasnya pengetahuan tentang sebagai garda terdepan dalam menyampaikan
penyakit HIV/AIDS, menyebabkan keluarga berbagai informasi tentang HIV yang benar bagi
memperlakukan ODHA secara diskriminatif ODHA maupun keluarga, sebaliknya justru
bahkan tidak manusiawi. Perlakuan ini menciptakan suatu kondisi yang tidak nyaman dan
berdampak terhadap relasi dan interaksi antara kondusif bagi ODHA dalam menjalani perawatan
anggota-anggota keluarga lainnya. Keterkejutan di rumah sakit.
dan kecemasan terhadap penyakit yang dialami Perlakuan diskriminatif yang diberikan oleh
oleh anggota keluarga yang terinfeksi HIV/AIDS. pihak rumah sakit, jelas mengakibatkan tekanan
Dari keluarga yang diteliti, terlihat bahwa tidak dan menghambat proses pennyebuhan ODHA,
semua keluarga memiliki pengetahuan dan bahkan serta memengaruhi keadaan psikologis keluarga
belum pernah mendengar tentang penyakit yang merupakan pendukung utama bagi ODHA
tersebut. dalam menjalankan kehidupannya yang penuh
Ketidaktahuan serta keterbatasan keluarga dengan prasyarat untuk kelangsungan hiduoonya
dalam mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS yang disebabkan oleh penyakitnya. Penelitian ini

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 77


memperlihatkan bahwa kekurangan dan memberikan akses dan memastikan diperolehnya
ketidakjelasan informasi tentang HIV/AIDS dari pengobatan dan pelayanan bagi ODHA. Dengan
pihak rumah sakit malah menambah kebingungan demikian maka pengetahuan dan pemahaman
dan keresahan keluarga. Keterbatasan yang kurang sangat mempengaruhi pandangan
pengetahuan dan pemahaman dokter maupun seseorang terhadap suatu penyakit dan resikonnya.
perawat tentang HIV/AIDS antara lain ditentukan Artinya jika mereka memiliki pengetahuan dan
oleh kebijakannyang ada di pusat pelayanan pemahaman yang memadai, amka akan
kesehatan. Apabila pimpinan paham tentang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam
HIV/AIDS dan pentingnya memberikan pelayanan memberikan pelayanan bagi ODHA maupun
yang sesuai, maka tenaga medisnya akan dibekali keluargannya.
dengan berbagai program yang berhubungan
dengan isu-isu HIV/AIDS. Masalah seringkali 4.4. Permasalahan yang Dialami ODHA
terjadi apabila pimpinan diganti oleh orang baru Situasi dan perlakuan yang dialami dan
yang belum paham. Situasi ini menyebabkan diterima oleh ODHA dari lingkungan kerja
keluarga tidak mau melakukan pemeriksaan maupun masyarakat, menimbulkan sikap atau
kesehatan. Jika hal ini dibiarkan, maka para kondisi yang dapat berpengaruh terhadap situasi
ODHA akan kesulitan memperoleh pengobatan, sosial, psikis maupun kesehatan mereka. Sikap
dan lebih jauh lagi akan mempengaruhi upaya reaktif yang ditunjukan masyarakat terhadap
pemerintah yang sedang menggalakkan ODHA yang disebabkan karena selama inni telah
penanggulangan HIV/AIDS. terbentuk opini yang salah. Masyarakat
Disamping dokter dan perawat yang secara beranggapan bahwa karena penyakit HIV
langsung memberikan pelayanan, Manajer Kasus merupakan penyakit yang berbahaya dan belum
dan Petugas Lapangan merupakan pihak yang juga ada obatnya, mereka menjadi takut jika di
berinteraksi bahkan melakukan pendampingan wilayah mereka ada yang terinfeksi HIV. Sikap
sejak ODHA berada dalam situasi terpuruk hingga yang diperlihatkan oleh masyarakat demikian ini
sehat. Tugas utama manajer kasus adalah menggambarkan betapa kurangnya informasi yang
melakukan koordinasi dengan berbagai sumber diperoleh sehingga menimbulkan diskriminasi
untuk mengakses layanan yang dibutuhkan dan dan stigmanisasi yang berlebihan. Hal ini
harus diberikan kepada ODHA serta keluarganya. berakibat terhadap keberlangsungan hidup
Selain melakukan koordinasi, seorang manajer ODHA, baik secara fisik, psikis, maupun sosial
kasus harus mengikuti pelatihan untuk mengetahui dan spiritual.
secara benar tentang apa saja yang terkait dengan Persoalan yang dihadapi ODHA akibat virus
penularan HIV sejak saat seseorang mulai tertular yang menyerang tubuhnya, berdampak terhadap
hingga menggunakan terapi ARV.Dalam proses pemulihan yang dijalankan oleh mereka.
menjalankan tugas dan fungsinya, manajer kasus Permasalahan yang dihadapai dari aspek medis,
dibantu oleh petugas lapangan. psikologis, sosial-ekonomi dan spiritual.
Perugas lapangan adalah orang yang Dari aspek medis, tidak dapat dipungkiri
melakukan penjangkauan terhadap kelompok- bahwwa jika seseorang terserang penyakit apalagi
kelempok yang beresiko tertular atau yang penyakit yang membahayakan, maka mereka tidak
terinfeksi HIV namun tidak dapat mengakses dapat menjalankan aktivitas sebagaimana
layanan di masyarakat karena berbagai factor yang mestinya karena kondisi tubuh melemah, dan
dialami, utamanya keadaan ekonomi, stigma dan tidak berdaya. Kondisi ini jelas menghambat
diskriminasi. Dalam melakukan penjangkauan, pekerjaan maupun kegiatan
petugas lapangan menyampaikan informasi dasar kesehariannya.Disamping itu, perlakuan
tentang HIV/AIDS serta isu-isu terkait. diskriminatif yang diberikan oleh pihak rumah
Perlakuan diskriminatif yang diberikan oleh sakit memperparah penyakit yang dialami oleh
perawat pada ODHA maupun keluarga saat ODHA. Hal ini merupakan faktor yang sangat
dirawat di rumah sakit disebabkan karena mempengaruhi proses kesembuhan yang sedang
terbatasnya pengetahuan maupun pengalaman dijalaninya. Selain aspek medis, aspek lain yang
yang mereka miliki untuk melayani penderita juga berpengaruh dalam proses kesembuhan yaitu
HIV/AIDS. Pengetahuan dan pemahaman yang psikologis.
dimiliki oleh manajer kasus maupun petugas Aspekpsikologis tercermin dalam ketakutan,
lapangan tentang HIV/AIDS merupakan faktor keccemasan, kesedihan, kebingungan, kemarahan
pendukung dalam menjangkau, mengoordinasi, dan kehilangan rasa percaya diri serta

78 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


keputusasaan ketika mengetahui tentang psikologis yang dialami, aspek yang sangat
penyakitnya. Kondisi ini jelas mempengaruhi mempengaruhi interaksi keluarga dengan
proses perawatan dan pemulihan ODHA. Faktor linngkungan adalah aspek sosial. Aspek ini
fisik dan psikologis memiliki hubungan timbal berdampak terhadap hubungan keluarga maupun
balik yang sangat erat. Keadaan fisik seseorang ODHA dengan lingkungan, baik itu lingkungan
menentukan kestabilan jiwannya. Selain aspek keluarga besar maupun lingkungan
medis dan psikologis, aspek lain yang dialami masyarakat.Dengan demikian dalam mengatasi
oleh ODHA adalah aspek sosial. Perlakuan dari kegoncangan yang dialami keluarga, dibutuhkan
lingkungan tetangga maupun lingkungan kerja nilai-nilai untuk menuntunya dalam mengambil
yang bersifat diskriminatif yang disertai stigma keputusan atau memberikan makna pada
terhadap ODHA menyebabkan mereka terisolasi kehidupannya.
dan tidak diberikan kesempatan yang sama untuk
meraih masa depan. Perlakuan seperti ini 4.6.Bentuk-Bentuk Dukungan Yang Diberikan
menghambat ODHA dalam berinteraksi dengan Keluarga
lingkungannya serta mempengaruhi seluruh aspek a. Dukungan Emosional. Dukungan emosional
kehidupannya. Kedekatan maupun interelasi yang merupakan suatu upaya yang diberikan dalam
terjadii dengan orang-orang yang berada disekitar memperlihatkan perasaan maupun kasih sayang
ODHA membantu untuk melihat kehidupan yang terhadap seseorang ketika berada dalam kondisi
lebih berrmakna dan berharga bagi dirinya labil. Hal ini seperti yang ditunjukan oleh
maupun orang lain. Artinya lingkungan keluarga ketika ada anggota keluarga yang
memberikan peluang dan kesempatan bagi ODHA terinfeksi HIV/AIDS
dalam meningkatkan kemampuan dan b. Dukungan Penghargaan. Perhatian dan
produktivitas sekalipun dalam keadaan sakit. penerimaan keluarga kepada ODHA,
Selain ketiga aspek diatas, aspek ekonomi merupakan suatu semangat bagi ODHA dalam
dalam hal ini keuangan juga berperan penting menjalani kehidupan mereka. Adanya
dalam kehidupan ODHA untuk melakukan penerimaan dari keluarga berdampak secara
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan rutin, signifikan dalam proses pengobatan yang
terutama terapi obat ARV. Apabila ODHA tidak dilakukan oleh ODHA.
mengkonsumsi ARV secara berkesinambungan, c. Dukungan Materi. Berbagai cara dilakukan oleh
maka tubuhnya akam mengalami resistensi yang keluarga untuk membantu pengiobatan
berakibat pada kematian. anaknya. Mereka melakukan berbagai cara
untuk memperoleh uang agar dapat membeli
4.5. Permasalahan yang dihadapi Keluarga obat yang dikonsumsi oleh anggota keluarga
Permasalahan yang dihadapi keluarga yang terinfeksi.
umumnya terkait dengan ketidakmampuan untuk d. Dukungan Informasi. Upaya yang dilakukan
membiayai perawatan dan pengobatan anggota oleh keluarga besar saat menerima atau
keluarga yang terinfeksi HIV. Karena keluarga mengetahui tentang kondisi anggota keluarga
tidak memiliki pekerjaan, selain itu juga masalah yang terinfeksi HIV adalah berusaha untuk
lain adalah ketegangan, kecemasan dan tidak mencari informasi sebanyak mungkin terkait
harmonisnya relasi antara mereka apalagi ketika dengan penyakit yang dialami oleh anak atau
informasi tentang status ODHA belum atau tidak anggota keluarganya, disamping itu mereka
diketahui oleh seluruh keluarga. Mereka juga meminta saran dari berbagai pihak yang
mengalami perlakuan yang diskriminatif dari berkepentingan terkait dengan kondisi yang
lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Selain dialami oleh anak/anggota keluarga lainnya.
permasalah diatas, permasalahan lain yaitu e. Dukungan Bersosialisasi. Setelah
masalah yang ditinjau dari aspek psikologis, mengumpulkan informasi dan memperoleh
sosial, ekonomi dan spiritual. saran dari berbagai pihak maka keluarga
Aspek psikologis, ketidaktahuan karena berusaha untuk terlibat di lembaga-lembaga
kurangnya informasi tentang penyakit HIV, yang memberikan pelayanan kepada orang
menimbulkan reaksi yang berlebihan dari keluarga dengan HIV/AIDS yaitu melalui kepompok-
seperti ketakutan, kecemasan, kegalauan, serta kelompok dukungan. Upaya yang dilakukan
kesedihan yang ditujukan tanpa didasarkan pada keluarga merupakan suatu cara untuk
pemahaman yang benar berakibat terhadap membantu Orang Dengan HIV/AIDS tidak
dukungan yang diberikan.Disamping aspek merasa terisolasi dari lingkungan sosialnnya.

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 79


Karena saat lingkungan masyarakat telah dapat meningkatkan motivasi ODHA dalam
membentuk suatu lingkaran yang membatasi menjalani kehidupannya.
kehidupan Orang Dengan HIV/AIDS, maka peran c. Keterbatasan pengetahuan dan minimnya
keluarga sangat penting dalam membantu Orang pengalaman tenaga medis tentang penyakit
Dengan HIV/AIDS melewati berbagai tekanan HIV/AIDS berdampak terhadap pelayanan
eksternal yang diterima. Bantuan atau dukungan yang diberikan kepada ODHA maupun
dari keluarga sangat berarti untuk ODHA dalam keluarga. Tenaga medis sebagai ujung tombak
melalui hari-hari dalam kehidupannya. dalam memberikan bantuan seharusnya
Berbagaibentuk dukungan yang diberikan memperlakukan ODHA dengan wajar tanpa
keluarga dalam mendukung ODHA menjalani dan membedakan memreka dengan pasien lain.
melewatisaat-saat yang kritis berupa dukungan Pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki
emosional, penghargaan, materi, informasi dan oleh manajer kasus maupun petugas lapangan
sosialisasi. Ini penting bagi keluarga, karena tentang HIV./AIDS merupakan faktor
dukungan yang berarti dan positif mempercepat pendukung dalam pemberian layanan mereka.
penyembuhan dan meningkatkan kepercayaan diri Pengetahuan dan pemahaman yang kurang
ODHA dalam menatap masa depan. Selain itu sangat mempengaruhi pandangan seseorang
juga, situasi yang kondusif dan nyaman bagi terhadap suatu penyakit.
ODHA dalam melakukan interaksi dengan d. Permasalahan yang dihadapi oleh ODHA yaitu
lingkungan dan dapat melakukan aktivitas serrta masalah medis, psikologis, sosial mauppun
mengikuti berbagai kegiatan. ekonomi. Aspek medis yang dialami oleh
ODHA terkait dengan minimnya informasi
5. Kesimpulan dan Saran yang diperoleh sehingga berdampak terhadap
5.1 Kesimpulan pola prilaku yang ditimbulkan dari
a. Pengetahuan dan pemahaman Orang Dengan ketidaktahuan tentang HIV.Selain aspek medis,
HIV/AIDS (ODHA) yang sangat terbatas kondisi psikologis yang diperlihatkan oleh
cukup berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ODHA saat mengetahui status yaitu sedih,
mereka. Ketidaktahuan dan ketidakpahaman cemas, terisolasi dan kehilangan kepercayaan
saat terinfeksi penyakit HIV/AIDS, terefleksi diri serta putus asa. Kondisi ini sangat
pada anggapan bahwa gejala-gejala seperti mempengaruhi proses pemulihan terkait
pingsan, diare secara terus menerus, luka dengan penyakit HIV/AIDS, selain kedua
maupun jamur disekitar mulut adalah penyakit aspek yang disebutkan diatas, aspek lain yaitu
biasa dan akan sembuh bila minum obat. aspek sosial seperti stigma dan diskriminasi
Ketidakjelasan tentang informasi HIV/AIDS yang menghambat ODHA dalam meraih
yang benar, membuat ODHA tidak terlalu kesempatan untuk maju.
mempedulikan pennyakit yang dialami serta e. Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga
melakukan pencegahan agar tidak terinfeksi ditinjua dari aspek psikologis, sosial dan
virus yang lainnya. ekonomi. Reaksi yang diperlihatkan keluarga
b. Ketidakjelasan akan informasi yang diperoleh saat pertama kali mengetahui salah satu
berdampak terhadap reaksi yang ditimbulkan anggota keluarganya yang terinfeksi HIV/AIDS
saat mengetahui salah satu anggota keluarga adalah kaget, sedih, marah dan bingung serta
yang terinfeksi HIV/AIDS. Keluarga hanya takut, reaksi ini muncul didasarkan pada
mengetahui bahwa HIV merupakan penyakit kurangnya informasi dan pengetahuan akan
yang berbahaya, dapat ditularkan melalui penyakit, sehingga berdampak pada perlakuan
makanan, minuman, maupun air dan juga yang diberikan kepada ODHA.
tempat duduk yang diduduki oleh ODHA. f. Keluarga sebagai lingkaran terdekat bagi
Pengetahuan dan pemahaman yang salah dari ODHA, memiliki pengaruh yang besar
keluarga tentang HIV/AIDS berdampak terhadap proses perkembangan kesehatan
terhadap sikap yang ditunjukkan kepada ODHA. Dukungan yang diberikan memiliki
anak/anggota yang terinfeksi virus mematikan arti dan tujuan yang positif untuk pemulihan
tersebut. Dengan demikian pengetahuan dan kondisi ODHA, serta merupakan suatu sikap
pemahaman akan informasi yang jelas dan yang dapat membantu ODHA melewati masa-
benar tentang penyakit HIV/AIDS, akan masa sulit terkait dengan penyakitnya.
membantu keluarga dalam memberikan Dukungan yang positif ini dapat meningkatkan
dukungan dan pelayanan pada ODHA serta kepercayaan diri dalam memaknai setiap

80 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|


peristiwa yang dialami dan dapat melakukan 1. Memasukan dalam kurikulum Pendidikan
sesuatu yang berguna bagi dirinya maupun Pekerjaan Sosial mengenai HIV/AIDS,
orang lain. karena masalah ini semakin meningkat dan
g. Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan oleh membutuhkan intervensi pekerjaan sosial
keluarga, berpengaruh secara signifikan yang profesional;
terhadap keberlanngsungan hidup ODHA. 2. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-
Dukungan-dukungan yang diberikan oleh lembaga yang menangani HIV/AIDS untuk
keluarga berupa dukungan emosional, merencanakan penyusunan kebijakan-
dukungan materi, dukungan penghargaan, kebijakan terkait.
dukunngan informasi, dan dukungan jaringan
sosial. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa keluarga merupakan tempat
utama ODHA maupun anggota keluarga yang
lainnya dalam melewati masa-masa kritis, dan
keluarga juga memberikan dorongan bagi
individu untuk dapat melihat hidup lebih berarti
dan berguna bagi dirinya maupun orang lain.

5.2 Saran
REFERENSI
a. Saran Bagi Keluarga
1. Memperlakukan anak maupun anggota
keluarga yang terinfeksi HIV sebagai
manusia yang bermartabat, karena
Barker, L. Roberth (ed). 1998.The Social Work
penerimaan dan perlakuan yang positif dari
Dictionary 4th. NASW Press
keluarga akan sangat membantu mengatasi
tekanan eksternal maupun internal;
Baron, RA and Byrne.1991.Social Psycology :
2. Memberikan dukungan terhadap kehidupan
Understanding Human Interaction 6th.
ODHA untuk menjalani kehidupan secara
USA: Allyn & Bacon.
positif dan bermakna;
3. Menggali informasi sebanyak mungkin
Burhan Bungin. 2001.Metode Penelitian Sosial
tetang apa yang dialami oleh anggota yang
Format-format Kwantitatif dan Kualitatif.
terinfeksi HIV, untuk menghindari
Airlangga University Press
perlakuan diskriminatif.
b. Saran Bagi Lembaga Pelayanan Sosial (AIDS)
Dimatteo, M. Robin. 1991.The Psycology of
1. Lembaga pelayanan AIDS sebagai garda
Health, Illness and Medical Care: An
terdepan dalam memberikan bantuan kepada
Individual Perspective. California:
masyarakat terutama ODHA, agar
Brook/Cole Publishing Company
memperlakukan mereka tanpa
membedakannya dengan yang lain;
Djoerban, Zubairy. 1999.Membidik AIDS:
2. Mengadakan pertemuan rutin maupun
Ikhtiar Memahami HIV dan
kegiatan yang mendukung kehidupan sosial
ODHA.Yogyakarta : Galang Press
bagi keluarga maupun ODHA;
3. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama
GAA, Muninjaya. 1998.AIDS di Indonesia:
dengan masyarakat maupun tokoh agama
Masalah dan Kebijakan
dalam menyebarluaskan informasi tentang
Penanggulangannya. Buku Kedokteran
HIV/AIDS;
EGP.
4. Melakukan sosialisasi tentang program-
program lembaga kepada lingkungan agar
Gerungan, WA. 2000.Psikologi Sosial.Bandung:
lingkungan sadar dan tidak memberikan
PT Refika Aditama.
stigma serta diskriminasi terhadap
masyarakat yang terinnfeksi HIV/AIDS.
Gottlieb, BH1983.Social SuportStrategies:
c. Saran Bagi Lembaga Pendidikan Pekerjaan
Guidelines for Mental Health Practice.
Sosial
California: Sage Publications, Inc.

| INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016 81


H.D. Bastaman. 1993.Pola Keberhasilan
Mengembangkan Penghayatan Hidup
Bermakna. Jakarta : UI Press.

H.S. Sudjarwo. 2001.Metodologi Penelitian


Sosial. Bandung: Mandar Maju

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian


Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muma, D. Richard, et all.1997.HIV Manual


untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta: EGC

Mulyadi, Yadi. 1995.Sosiologi Keluarga. Jakarta:


PT Gramedia.

Robert, R. Balker., Greene, J. Gilbert. 2008.Buku


Pintar Pekerja Sosial.Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Yuen, K.O., et. all. 2003.Family Health Social


Work Practice: A Kowledge and Skill
Casebook. The Haworth Press, Inc.

_____________1996.Meraih Hidup Bermakna.


Jakarta: Paramadina

Lain-Lain:

Families In Society- The Journal of Contemporary


Human Service. July-August, 2002,
Volume 83 Number 4.Engulfing Darkness:
The Impact of HIV/AIDS on the Family by
Premillia D’Cruz. Families International,
Inc.

*Nancy Rahakbauw, Dosen S1 Ilmu


Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Kristen
Indonesia Maluku (UKIM) Ambon

Email: nancyrahakbauw@yahoo.com

82 | INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016|

You might also like