You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324194274

ANALISIS KADAR α-TOKOFEROL (VITAMIN E) DALAM DAUN KELOR (Moringa


oleifera Lam) DARI DAERAH PESISIR DAN PEGUNUNGAN SERTA POTENSINYA
SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Article  in  KOVALEN Jurnal Riset Kimia · April 2017


DOI: 10.22487/j24775398.2017.v3.i1.8236

CITATIONS READS

0 4,529

4 authors, including:

Hasnah Natsir Pasjan Satrimafitrah


Universitas Hasanuddin Universitas Tadulako
43 PUBLICATIONS   50 CITATIONS    18 PUBLICATIONS   55 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Functional Food View project

Benzene derivatives from the marine sponges Cinachyrella View project

All content following this page was uploaded by Pasjan Satrimafitrah on 05 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

ANALISIS KADAR α-TOKOFEROL (VITAMIN E) DALAM DAUN KELOR (Moringa


oleifera Lam) DARI DAERAH PESISIR DAN PEGUNUNGAN SERTA POTENSINYA
SEBAGAI ANTIOKSIDAN

[Analysis of α-Tokopherol (Vitamin E) Extracted from Moringa Leaves (Moringa oleifera


Lam) Collected from Seashore and Highland Areas and Its Potencyl as Antioxidant]
Khalil Mubarak1*, Hasnah Natsir1, Abd. Wahid Wahab1, Pasjan Satrimafitrah2
1)
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea,Makassar, 90245
2)
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp. 0451- 422611
Diterima 20 Maret 2017 , Disetujui 17 April 2017

ABSTRACT
Alpha-tocopherol, a major vitamin E component, functions as an antioxidant that neutralizes free radicals
in a living organism. Moringa oleifera Lam. leaves are rich source of carotenoids and -tocopherol. This
research was aimed to determine the concentration of α-tocopherol and examine the activity of moringa
leaves (Moringa oleifera L.) crude extracts as an antioxidant. Sample used in this research were juvenile
and adult moringa leaves (Moringa oleifera L), which were taken from seashore of Barru regency and
highland of Soppeng regency. Extraction of the leaves was carried out by reflux method using ethanol as a
solvent, and then evaporated to produce concentrated ethanol extract. Analyzes were detected at
wavelenght of 510.20 nm using UV-Vis Spectroscopy, the results indicated that concentration of α-
tocopherol extracted from juvenile and adult moringa leaves from seashore area were 104.52 mg/100g
and 11.419 mg/100g respectively, whilst the leaves from highland area gave a concentration of 134.4
mg/100g and 114.918 mg/100g. Next, we examined the antioxidant activity of each type of leaf using
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) methods at the wavelength of 515 nm. The IC50 results data showed
that ethanol extract of juvenile and adult leaves from seashore area were 172.71 μg/mL and 258.92 μg/mL
respectively, and categorized as weak antioxidant. Adversely, juvenile leaves from highland area gave a
result of 97.79 μg/mL and categorized as strong antioxidant; while adult leaves from the same area gave a
values of 143.14 μL/mL and categorized as medium antioxidant. Vitamin E and BHT were used as control
and had higher values compared to all samples.
Keywords: α-tocopherol, antioxidant, Moringa oleifera leaves, DPPH, UV-Vis Spectrophotometer.

ABSTRAK
Vitamin E atau α-tokoferol merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan dapat berfungsi sebagai
antioksidan sehingga mampu menetralisir radikal bebas dalam tubuh mahkluk hidup. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan kadar α-tokoferol dan menguji aktivitas antioksidan dari daun kelor (Moringa
oleifera L). Ekstraksi senyawa α-tokoferol dilakukan menggunakan metode refluks dengan pelarut etanol
p.a, yang selanjutnya dievaporasi untuk menghasilkan ekstrak etanol kental. Sampel yang digunakan
adalah daun kelor yang muda dan tua yang berasal dari daerah pesisir pantai Kabupaten Barru dan
pegunungan Kabupaten Soppeng. Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang (λ) 510,20 nm, menunjukkan: kandungan α-tokoferol pada daun kelor muda dan tua dari
kawasan pesisir pantai adalah 104,52 mg/100g dan 116,419 mg/100g, sedangkan daun kelor muda dan
daun kelor tua dari kawasan pegunungan adalah 134,40 mg/100g dan 114,92 mg/100g. Selanjutnya,
pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) pada panjang
gelombang 515 nm menghasilkan data IC50 sebagai berikut: ekstrak daun kelor muda dan daun kelor tua
pesisir masing-masing adalah 172,71 μg/mL dan 258,92 μg/mL yang dikategorikan sebagai antioksidan
lemah; sedangkan daun kelor muda dari kawasan pegunungan adalah 97,79 μg/mL yang tergolong
antioksidan kuat; dan daun kelor tua dari kawasan pegunungan bernilai 143,14 μg/mL yang dikategorikan
sebagai antioksidan sedang. Sebagai konrol positif untuk antioksidan digunakan Vitamin E dan BHT
dimana nilai IC50 dari Vitamin E dan BHT lebih kuat dibandingkan dengan semua sampel daun kelor.
Kata kunci : α-Tokoferol, Antioksidan, Daun Kelor, DPPH, Spekrtrofotometer UV-Vis.
*)Coresponding author: barrackmubaraq@gmail.com

Khalil Mubarak dkk. 78


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

LATAR BELAKANG oleh tubuh agar dapat menagkal serangan


Penelitian di dunia kesehatan saat radikal bebas. Antioksidan alami tersebut
ini semakin berkembang, sehingga berupa vitamin C, tokoferol (vitamin E),
memunculkan pemahaman bahwa betakaroten, dan antioksidan fitokimia dari
kerusakan pada sel dan jaringan yang golongan fenolik (Ikhlas, 2013). Sumber
merupakan akar dari sebagian besar antioksidan alami ini dapat diperoleh dari
penyakit disebabkan oleh kelompok buah-buahan dan sayur-sayuran salah
senyawa kimia yang disebut ‘radikal satu contohnya adalah kelor.
bebas (Youngson, 2005). Radikal bebas Tumbuhan Kelor (Moringa oleifera)
masuk ke dalam tubuh dapat melalui merupakan jenis tumbuhan yang awalnya
pernapasan, makanan berlemak, dan berasal dari kawasan sekitar Himalaya
kondisi lingkungan yang tidak sehat dan India, kemudian menyebar ke Benua
(Lestario dkk, 2009). Oleh karena Asia, Amerika, Afrika, dan New Zealand.
keberadaan radikal bebas, maka tubuh Kelor merupakan pohon sayuran yang
memerlukan komponen penting yang sangat bergizi, memiliki berbagai manfaat
menangkal serangan radikal bebas (Luthfiyah, 2012). Daun kelor
tersebut yaitu antioksidan. mengandung berbagai zat kimia yang
Antioksidan merupakan senyawa bermanfaat. Kandungan fitokimia dalam
yang bekerja dengan menghambat laju daun kelor diantaranya tanin, steroid dan
oksidasi molekul lain atau menetralisir triterpenoid, flavonoid, saponin,
radikal bebas (Fajriah dkk, 2007). Seiring antarquinon, dan alkaloid serta
dengan semakin bertambahnya mengandung mineral, asam amino
pengetahuan manusia tentang aktivitas esensial, antioksidan, dan vitamin
radikal bebas terhadap beberapa penyakit (Hardiyanthi, 2015).
degeneratif, maka penggunaan Salah satu kandungan tanaman
antioksidan juga semakin berkembang kelor yang paling berkhasiat adalah
(Ikhlas, 2013). antioksidan, terutama pada bagian
Manusia membutuhkan antioksidan daunnya yang mengandung antioksidan
yang dapat melindungi tubuh dari tinggi, salah satunya vitamin E (α-
serangan radikal bebas, mengingat begitu tokoferol). Vitamin E (α-tokoferol)
banyaknya radikal bebas yang berasal dipercaya sebagai sumber antioksidan
dari luar tubuh, seperti makanan yang yang kerjanya mencegah lipid peroksidasi
banyak mengandung asam lemak tidak dari asam lemak tak jenuh dalam
jenuh, bahan pengawet, pestisida, dan membran sel dan membantu oksidasi
pewarna (Zuhra, dkk., 2008; Parwata dkk, vitamin A serta mempertahankan
2010). Oleh karena itu, asupan makanan kesuburan (Rohmatussolihat, 2009).
yang mengandung antioksidan dibutuhkan

Khalil Mubarak dkk. 79


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

Berdasarkan penelitian yang cool box, Evaporator Rotary, termometer,


dilakukan oleh Unigbe dkk (2014), daun neraca analitik, mikro pipet, cuvet,
kelor (Moringa oleifera) dapat digunakan spektrofotometer UV–Vis, vortex dan vial.
sebagai antioksidan alami dengan Alat-alat gelas yang biasa digunakan di
mencegah kerusakan yang ditimbulkan laboratorium seperti labu ukur, gelas ukur,
oleh radikal bebas dengan nilai IC50 gelas kimia, buret, pipet tetes, tabung
berkisar 5,72-42,56 μg/mL. Menurut reaksi dan rak tabung.
Fatchurrozak dkk (2013), ketinggian suatu
Prosedur Kerja
tempat dari permukaan laut merupakan
Preparasi Sampel
salah satu faktor yang sangat
Daun kelor (Moringan oleifera Lam.)
berpengaruh terhadap pertumbuhan
yang digunakan adalah daun kelor muda
tanaman. Daerah pesisir dan daerah
yang dipetik dari dahan pohon yang
pegunungan memiliki perbedaan faktor
kurang lebih dari tangkai daun pertama (di
lingkungan. Semakin tinggi ketinggian
bawah pucuk) sampai tangkai daun
tempatnya, maka semakin tinggi pula
ketujuh yang masih hijau, dan daun tua
stress terhadap lingkungan. Ketika suatu
kecuali daun yang menguning.
tanaman mengalami stress, maka
Selanjutnya daun kelor tersebut dicuci
produksi metabolit sekunder termasuk
dengan air bersih lalu dirunut dari tangkai
produksi vitamin akan mengalami
daunnya, kemudian dihaluskan dengan
peningkatan (Fatchurrozak dkk, 2013).
menggunakan blender.
METODE PENELITIAN Ekstraksi Sampel
Bahan dan Peralatan Sampel ditimbang sebanyak 150
Bahan yang digunakan daun kelor gram kemudian di isolasi dengan
(Moringa oleifera Lam.) berdasarkan letak menggunakan metode refluks. Refluks
pertumbuhannya, yaitu yang berada di dilakukan dengan cara sampel daun kelor
daerah pesisir Kabupaten Barru dan sebanyak 150 gram tadi dimasukkan ke
pegunungan Kabupaten Soppeng, dalam labu alas bulat 1 liter dan
padatan vitamin E (α-tokoferol), etanol dutambahkan etanol 96% sebagai cairan
96%, kloroform, Iodida 0,1%, metanol, penyari sebanyak 200mL. Refluks
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil),Butil dilakukan selama 3 jam pada suhu 80 oC.
Hidroksi Tuluen (BHT), kertas saring Hasil isolasi kemudian di saring dan
whatman no. 42, aluminium foil, plastik selanjutnya dievaporasi untuk
wrap dan tissue roll. menguapkan pelarut guna mendapatkan
Peralatan berupa labu alas bulat, ekstrak kental. Ekstrak kental yang
kondensor refluks, corong kaca, Corong diperoleh ditimbang.
Buchner, klem, statif, hotplate, selang,

Khalil Mubarak dkk. 80


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

Pembuatan Larutan Standar α-tokoferol diencerkan menggunakan 9 mL


(Vitamin E) 1000 ppm kloroform. Ditambahkan 1 mL iodida
Padatan α-tokoferol (Vitamin E) 0,1%, dikocok sampai homogen, diukur
ditimbang sebanyak 50 mg, kemudian absorbansinya pada panjang gelombang
dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL maksimum yang didapat. Hasil absorbansi
lalu dilarutkan dengan sedikit kloroform. dibandingkan dengan kurva linier larutan
sampai tanda batas. Kemudian standar α-tokoferol (Vitamin E) untuk
ditambahkan 1mL iodida 0,1% ke dalam memperoleh kadar vitamin E pada ekstrak
larutan baku, dikocok hingga membentuk yang diperoleh.
warna ungu. Setelah itu, diimpitkan Uji Aktivitas Antioksidan dengan
dengan klorofrm sampai tanda batas. Metode DPPH
Kocok sampai homogen - Pembuatan larutan DPPH
Pembuatan Larutan Standar α-tokoferol Larutan DPPH 0,4 mM dibuat
(Vitamin E) 10 ppm; 20 ppm; 40 ppm; dengan cara menimbang 7,9 mg DPPH
80 ppm; 160 ppm dan 320 ppm
dan dilarutkan dengan metanol p.a
Larutan standar α-tokoferol (vitamin E)
hingga 50 mL dalam labu ukur.
1000 ppm masing-masing dipipet
- Penentuan panjang gelombang
sebanyak 0,05 mL; 0,1 mL; 0,2 mL; 04
maksimum (λmaks) DPPH
mL; 0,8 mL dan 1,6 mL ke dalam labu
Larutan blanko dibuat dengan cara
ukur 5 mL. Kemudian ditambahkan 1mL
memipet 1 mL larutan DPPH 0,4 mM
iodida 0,1% ke dalam larutan baku,
kemudian dicukupkan volumenya
dikocok hingga membentuk warna ungu.
hingga 5 mL dengan methanol p.a.
Setelah itu, diimpitkan dengan klorofrm
Setelah itu dibiarkan selama 30 menit
sampai tanda batas. Kocok sampai
ditempat gelap, serapan larutan diukur
homogen.
dengan spektrofotometer UV-Vis pada
Penentuan Panjang Gelombang
panjang gelombang 400-600 nm.
Maksimum (λ maks)
- Pembuatan larutan pembanding
Penentuan panjang gelombang
(Vitamin E dan BHT)
maksimum (λ maks) diperoleh dengan
Vitamin E dan BHT masing-masing
mengukur absorbansi larutan standar
ditimbang sebanyak 10 mg dan
α-tokoferol (vitamin E) pada panjang
dilarutkan dalam 10 mL metanol p.a
gelombang (λ) 550-600 nm. Berdasarkan
sehingga diperoleh konsentrasi 1000
pengukuran larutan standar tersebut
ppm sebagai larutan induk, kemudian
diperoleh panjang gelombang maksimum.
diencerkan menjadi 100ppm. Dari
Penetapan Kadar α-tokoferol
(Vitamin E) larutan induk dibuat seri konsentrasi 1,
Ekstrak kental yang diperoleh 2, 3, 4 dan 5 ppm dengan memipet
ditimbang sebanyak 10 mg kemudian berturut-turut 50, 100, 150, 200, dan

Khalil Mubarak dkk. 81


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

250 μL. Larutan DPPH ditambahkan HASIL DAN PEMBAHASAN


sebanyak 1 mL dan dicukupkan Hasil Analisis Kadar α-Tokoferol
volumenya hingga 5 mL dengan Tabel 1. adar α-Tokoferol dalam Daun Kelor
Jenis Kadar α-Tokoferol
metanol p.a. Satuan
Daun per 100 gram
- Pengujian Aktivitas Antioksidan DKMP mg 104,52
Larutan induk dari ekstrak daun DKTP mg 117,52
DKMG mg 134,41
kelor yang telah diketahui DKTG mg 114,92
konsentrasinya dibuat dalam 5 seri Keterangan:
DKMP= Daun Kelor Muda Pesisir;
konsentrasi yaitu 10, 20, 30, 20 dan 50
DKTP = Daun Kelor Tua Pesisir;
ppm. Larutan DPPH ditambahkan DKMG= Daun Kelor Muda Pegunungan;
DKTG = Daun Kelor Tua Pegunungan;
sebanyak 1 mL, dan dicukupkan
volumenya hingga 5 mL dengan Pada Tabel 1 menunjukkan kadar
metanol p.a, dan sebagai pembanding α-Tokoferol (Vitamin E) daun kelor daerah
digunakan vitamin C dan BHT (butil pegunungan lebih tinggi daripada di
hidroksi toluen) dengan seri daerah pesisir. Hasil tersebut sama
konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm. dengan pendapat Karamoy (2009), ia
Campuran tersebut dikocok dan mengemukakan bahwa pengaruh
dibiarkan selama 30 menit pada suhu ketinggian tempat berkaitan dengan
kamar dan pada ruangan yang proses metabolisme suatu tanaman,
terlindungi dari cahaya matahari. seperti proses biokimia dan sintesis
Absorbansi (A) diukur pada panjang senyawa metabolit sekunder seperti
gelombang maksimum dengan vitamin. Hal ini akan mempengaruhi
spektrofotometer UV-Vis. Selanjutnya pertumbuhan, karakter morfologi, maupun
dihitung persentase inhibisi (hambatan) kandungan senyawa aktif pada suatu
dan IC50 (50% Inhibition tanaman.
Concentration). Perhitungan kuantitatif Tanaman yang tumbuh pada
dilakukan dengan menentukan persen ketinggian yang tinggi biasanya memiliki
inhibisi radikal bebas dari masing- ciri-ciri morfologi yang khas, termasuk
masing sampel yang dihitung pertumbuhan yang kerdil karena
menggunakan persamaan dibawah ini penyesuaian morfologi dan fisiologis yang
(Molyneux, 2004): memungkinkan individu untuk bertahan

bs ontrol- bs ampel dalam lingkungan tercekam yang dikaitkan


nhibisi x 100% ..(1)
bs onrol dengan ketinggian tempat tumbuh
Keterangan:
Abskontrol = Absorbansi DPPH + metanol (Bresson dkk, 2011). Semakin tinggi
Abs sampel = Absorbansi DPPH + sampel ketinggian tempatnya, maka semakin
Selanjutnya nilai % inhibisi digunakan tinggi pula stress lingkungan, misalnya
untuk menghitung nilai IC50 (ppm). suhu semakin rendah, kelembaban

Khalil Mubarak dkk. 82


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

semakin tinggi, intensitas cahaya matahari memiliki bentuk organ untuk penyimpanan
semakin kecil, lama penyinaran semakin nutrisi. Akibatnya, translokasi nutrisi lebih
singkat. Stres suhu, cahaya, kelembaban, banyak pada daun muda daripada daun
dan lain-lain dapat mempengaruhi tua.
produksi vitamin tanaman. Ketika tanaman
Hasil Uji Analisis Antioksidan dengan
mengalami stress, maka vitamin E Metode DPPH
mengalami peningkatan (Fatchurrozak, Penentuan daya peredaman radikal
dkk, 2013). bebas dipilih metode DPPH, hal ini
Khusus untuk daerah pegunungan, didasarkan pada beberapa
intensitas cahaya matahari semakin keunggulannya, diantaranya mudah,
berkurang seiring dengan semakin sederhana, cepat, reprodusibel, baik untuk
tingginya suatu tempat, cahaya matahari sampel dengan polaritas tertentu, sensitif,
mempengaruhi tumbuhan berdaun hijau dan hanya membutuhkan sedikit sampel
karena cahaya matahari sangat (Koleva dkk., 2002 dan Kurniasih dkk.,
menentukan proses fotosintesis. 2015). Selain itu, DPPH merupakan
Fotosintesis merupakan proses pada radikal bebas yang relatif stabil jika
tumbuhan untuk menghasilkan makanan. dibandingkan dengan radikal bebas yang
Makanan yang dihasilkan akan lain dan mudah diperoleh dipasaran yang
menentukan ketersediaan energi untuk siap untuk dilarutkan serta mudah
pertumbuhan dan perkembangan direaksikan dengan larutan uji (Larson,
tumbuhan (Aryulina dkk, 2006 dalam 1997).
Artanti dkk, 2016). Menurut penelitian Ekstrak uji yang digunakan adalah ekstrak
yang dilakukan oleh Ayua dkk (2016), daun kelor dari hasil analisis asam
daun muda aktif secara fisiologis dari askorbat, kemudian dilanjutkan pengujian
daun tua. Daun muda memerlukan lebih antioksidan dengan metode DPPH secara
banyak vitamin, akan tetapi tidak bisa kuantitatif menggunakan spektrofotometer
mengumpulkan cukup vitamin untuk UV pada panjang gelombang 515 nm.
memenuhi proses fisiologisnya. Menurut Molyneux (2004), panjang
Sebaliknya, daun tua memiliki gelombang tersebut dapat digunakan
kemampuan yang tinggi untuk mensintesis sebab panjang gelombang dari absorbansi
vitamin tetapi pemanfaatannya lebih maksimum yang dapat digunakan untuk
rendah. Nutrisi selalu disimpan dalam pengukuran dengan metode DPPH yaitu
daun tua dan kemudian ditransfer ke daun 515-520 nm. Panjang gelombang yang
muda untuk pertumbuhan dan diperoleh selanjutnya digunakan untuk
perkembangannya. Daun muda tidak pengukuran kontrol dan sampel.

Khalil Mubarak dkk. 83


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

30.00%
25.00%

% INHIBISI
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00% ppm
10 20 30 40 50
DKMP 2.79% 5.15% 7.44% 11.16% 14.42%
DKMG 6.05% 10.69% 14.88% 19.53% 26.97%
(a)

25.00%

20.00%
% INHIBISI

15.00%

10.00%

5.00%

0.00% ppm
10 20 30 40 50
DKTP 10.23% 11.63% 12.56% 15.58% 16.28%
DKTG 8.37% 14.97% 16.97% 19.30% 21.16%
(b)
Gambar 1. Grafik Aktivitas Antioksidan (a) Daun Kelor Muda dan (b) Daun Kelor Tua Daerah Pesisir
dan Daerah Pegunungan

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa tinggi aktivitas antioksidannya. Proses


nilai % inhibisi di daerah pegunungan inhibisi terjadi ketika radikal DPPH
lebih tinggi daripada di daerah pesisir. bereaksi dengan senyawa antioksidan
Semakin tinggi konsentrasi sampel maka melalui pengambilan ion hidrogen
aktivitas antioksidan akan semakin besar (Reynetrson, 2007 dalam Wachidah,
pula. Hasil ini didukung oleh penelitian 2013).
Hanani dkk (2005) yang menyatakan Parameter yang dugunakan untuk
bahwa persentase penghambatan menunjukkan aktivitas antioksidan adalah
(% inhibisi) terhadap aktivitas radikal Inhibition Concentration (IC50) yaitu
bebas akan meningkat dengan konsentrasi suatu zat antioksidan yang
maningkatnya konsentrasi. Tinggi atau dapat menyebabkan 50% DPPH
rendahnya aktivitas antioksidan sampel kehilangan karakter radikal atau
dengan metode penangkapan radikal konsentrasi suatu zat antioksidan yang
DPPH ini diketahui dari persentase memberikan persen penghambatan 50%.
inhibisinya. Semakin besar nilai Jika aktivitas antioksidannya semakin
persentase inhibisi sampel maka semakin tinggi maka nilai IC50 akan semakin kecil

Khalil Mubarak dkk. 84


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

(Molyneux, 2004). Persen inhibisi ini 2008). Nilai IC50 ekstrak daun kelor
didapatkan dari perbedaan serapan antara (Moringa oleifera Lam) dan pembanding
absorbansi DPPH dengan aborbansi (kontrol positif) vitamin E dan BHT
sampel yang diukur menggunakan diperoleh berdasarkan perhitungan regresi
spektrofotometer UV-Vis (Andayani dkk, linear dari kurva absorbansi sampel.

40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
% INHIBISI

20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
1 2 3 4 5 ppm
Vitamin E 14.48% 20.09% 25.93% 31.31% 37.85%
BHT 9.65% 18.53% 26.39% 33.76% 39.59%
Gambar 2. Grafik Aktivitas Antioksidan Vitamin E dan BHT

Tabel 2. Nilai IC50 dan Tingkat Kekuatan ekstrak etanol daun kelor dikategorikan
Antioksidan Sampel Daun Kelor dan
Pembanding (Kontrol Positif) sebagai antioksidan lemah. Selain itu,
Sampel/ dapat dilihat dari perubahan warna yang
Nilai IC50 Intensitas
pembanding
Sampel ditimbulkan menurut Molyneux (2004),
DKMP 172,71 μg/mL Lemah
DKTP 258,92 μg/mL Lemah
pada vitamin E terjadi perubahan warna
DKMG 97,79 μg/mL Kuat dari ungu menjadi kuning jernih
DKTG 143,14 μg/mL Sedang
Pembanding (Kontrol Positif) sedangkan untuk ekstrak etanol daun
Vitamin E 7,15 μg/mL Sangat Kuat kelor tidak terjadi perubahan warna seperti
BHT 6,25 μg/mL Sangat Kuat
yang terjadi pada vitamin E. Dapat
Dilihat dari Tabel 2, Jika disimpulkan bahwa daya aktivitas
dibandingkan dengan vitamin E dan BHT antioksidan ekstrak etanol daun kelor
yang merupakan antioksidan sangat kuat, sangat kecil bila dibandingkan dengan
sampel DKMP dan DKTP dikategorikan daya aktivitas antioksidan vitamin E, bila
antioksidan lemah, DKMG dikategorikan dilihat dari nilai IC50.
antioksidan kuat dan DKTG dikategorikan Hasil yang diperoleh menunjukkan
antioksidan sedang. Berdasarkan bahwa ekstrak daun muda mempunyai
penelitian yang dilakukan oleh Hasanah daya peredam radikal bebas yang lebih
dkk (2016), nilai IC50 dari ekstrak etanol besar dibanding ekstrak daun tua. Hal ini
sebesar 363,75 μg/mL sedangkan terjadi karena kandungan vitamin pada
pembandingnya yaitu vitamin E sebesar daun dapat berbeda-beda karena
4,91 μg/mL. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan umur dan bagian tanaman

Khalil Mubarak dkk. 85


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

(Achakzai dkk, 2009). Daun muda matahari (Hidayah, 2011). Hal ini sesuai
umumnya memiliki kandungan vitamin dan dengan penelitian yang dilakukan oleh
enzim yang tinggi karena diperlukan Hidayah (2011), pengaruh ketinggian
dalam proses pertumbuhan, tempat tumbuh yang berbeda
perkembangan, dan pembelahan sel-sel mempengaruhi aktivitas antioksidan teh
daun tersebut. Pada perkembangannya kombucha rosella. Aktivitas antoksidan
konsentrasi metabolit sekunder tanaman pada ketinggian tempat 21 mdpl (66,88%)
akan berangsur menurun seiring lebih tinggi dibandingkan ketinggian 1100
penurunan aktivitas perkembangan daun mdpl (53,60%).
tersebut (Prayitno & Nuryandani, 2011). Tanaman kelor (Moringa oleifera
Hal ini sesuai dengan penelitian yang Lam) yang tumbuh di daerah pesisir (Kab.
dilakukan oleh Harahap (2015), bahwa Barru) dan pegunungan (Kab. Soppeng)
aktivitas antioksidan daun gaharu memiliki kandungan antioksidan yang
(Aquilaria malaccensis Lamk) dengan berbeda dikarenakan pengaruh cahaya
menggunakan spektrofotometer sinar terhadap fotosintesis sebagian besar
tampak diperoleh IC50 daun muda sebesar sangat bergantung kepada intensitas yang
39,70 ppm dan 40,03 ppm daun tua dari mempengaruhi pertumbuhan. Dapat
daerah Langka, sedangkan daun muda dipahami perbedaan respons dalam hal ini
dan daun tua dari Arboretum Universitas terletak pada perbedaan stres lingkungan
Sumatera Utara memiliki IC50 sebesar yang diperoleh tanaman. Fitter & Hay
30,65 ppm dan 43,20 ppm. (1991) menerangkan bahwa respons
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik pertumbuhan tanaman
didapatkan bahwa ekstrak daun kelor terhadap temperatur muncul karena
daerah pesisir memiliki nilai IC50 lebih tingginya temperatur mempengaruhi
tinggi dibandingkan daun kelor daerah proses biokimia. Dengan naiknya
pegunungan, artinya daun kelor daerah temperatur sel tanaman, kecepatan
pegunungan memiliki aktivitas antioksidan pergerakan (vibrasi, rotasi, dan translasi
lebih tinggi dibandingkan daerah pesisir. dari molekul-molekul yang bereaksi
Perbedaan ketinggian tempat bertambah), menyebabkan tabrakan antar
berpengaruh terhadap kelembaban, suhu, molekul yang semakin sering, dan laju
intensitas cahaya, dan curah hujan. reaksi yang semakin cepat. Semua reaksi
Semakin tinggi dataran/daerah, maka yang terjadi di dalam sel dipercepat oleh
semakin rendah suhu udaranya, dan enzim. Dengan naiknya temperatur,
intensitas cahaya matahai akan semakin peningkatan rangsangan molekuler
berkurang, sehingga mempengaruhi cenderung merusak struktur, yang diikuti
proses fisiologis tanaman, karena proses oleh penurunan aktivitas enzim dan laju
fisiologi tanaman bergantung pada cahaya reaksi.

Khalil Mubarak dkk. 86


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

KESIMPULAN Artanti A.N., Nikmah W.R., Setiawan D.H.,


Prihapsara F. 2016. Perbedaan
adar α-Tokoferol dalam daun kelor
Kadar Kafein Daun Teh (Camellia
(Moringa oleifera Lam.) muda dan tua sinensis (L.) Kuntze) Berdasarkan
Status Ketinggian Tempat Tanam
pesisir sebesar 104,52 dan 117,52
Dengan Metode HPLC. Journal of
mg/100g, sedangkan daun kelor (Moringa Pharmaceutical Science and Clinical
Research. 1: 37-44.
oleifera Lam.) muda dan tua pegunungan
Ayua E., Mugalavai V., Simon J., Weller
memiliki kadar α-Tokoferol sebesar
S., Obura P., Nyabinda N. 2016.
134,41 dan 114,92 mg/100g. Ascorbic Acid Content In Leaves Of
Nightshade (Solanum sp.) and
Hasil pengujian aktivitas antioksidan
Spider Plant (Cleome gynandra)
dengan menggunakan spektrofotometer Varieties Grown Under Different
Fertilizer Regimes in Western
UV-Vis diperoleh hasil ekstrak daun kelor
Kenya. African Journal of
(Moringa oleifera Lam.) muda pesisir dan Biotechnology. 15 (7): 199-206.
pegunungan memiliki IC50 sebesar 172,71 Bresson C.C., Vitasse Y., Kremer A.,
Delzon S. 2011. to What Extent Is
μg/mL yang dikategorikan sebagai
Altitudinal Variation of Functional
antioksidan lemah dan 97,79 μg/mL yang Traits Driven by Genetic Adaptation
in European Oak And Beech?. Tree
dikategorikan sebagai antioksidan kuat
Physiology 00, 1–11.
serta hasil ekstrak daun kelor (Moringa Fajriah S., Darmawan A., Sundowo A.,
oleifera Lam.) tua pesisir dan pegunungan Artanti. 2007. Isolasi Senyawa
Antioksidan dari Ekstrak Etil Asetat
memiliki IC50 sebesar 258,92 μg/mL yang Daun Benalu (Dendrophthoe
dikategorikan sebagai antioksidan lemah petandra L. Miq) yang Tumbuh pada
Inang Lobi-lobi. Jurnal Kimia
dan 143,14 μg/mL yang dikategorikan Indonesia. 2 (1): 17-20.
sebagai antioksidan sedang. Sebagai Fatchurrozak, Suranto, Sugiyarto. 2013.
kontrol positif vitamin E dengan nilai IC50 Pengaruh Ketinggian Tempat
Terhadap Kandungan Vitamin C dan
sebesar 7,15 μg/mL dan BHT adalah 6,25 Zat Antioksidan Pada Buah Carica
μg/mL. pubescens di Dataran Tinggi Dieng.
El-Vivo. 1 (1): 24-31.
DAFTAR PUSTAKA Fitter A.H., Hay R.K.M. 1991. Fisiologi
Achakzai A.K.K., Achakzai P., Masood A., Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:
Kayan S.A., Tareen, R.B. 2009. Gadjah Mada University Press.
Response of Plant Parts and Age on Hanani E., Mun’im ., ekarini R. 2005.
The Distribution of Secondary Identifikasi Senyawa Antioksidan
Metabolites on Plants Found in Dalam Spons Callyspongia sp. dari
Quetta. Pak J. Bot. 41 (5): 2129- Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
2135. Kefarmasian. 2 (3): 127–133.
Andayani R., Maimunah, Lisawati Y. 2008. Harahap RH. 2015. Uji Antioksidan Daun
Penentuan Aktivitas Antioksidan, Muda dan Daun Tua Gaharu
Kadar Fenolat Total dan Likopen (Aquilaria malaccensis Lamk)
pada Buah Tomat (Solanum Berdasarkan Perbedaan Tempat
lycopersicum L). Jurnal Sains dan Tumbuh Pohon. [Skripsi]. Medan:
Teknologi Farmasi. 13 (1). Program Studi Kehutanan, Fakultas

Khalil Mubarak dkk. 87


KOVALEN, 3(1): 78 - 88, April 2017 ISSN: 2477-5398

Kehutanan, Universitas Sumatera Lestario L.N., Christian, A.E., dan


Utara. Martono, Y. 2009. Aktivitas
Antioksidan Daun Gingseng Jawa
Hardiyanthi F. 2015. Pemanfaatan
(Talinum paniculatum Gaertn),
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Agritech. 29 (2).
Kelor (Moringa oleifera) dalam
Sediaan Hand And Body Cream Luthfiyah F. 2012. Potensi Gizi Daun Kelor
[Skrips]. Jakarta: UIN Syarif (Moringa oleifera) Nusa Tenggara
Hidayatullah. Barat, Media Bina Ilmiah. 6 (2):
1978-3787.
Hasanah N., Susilo, J., dan Oktianti, D.
2016. Uji Aktivitas Antioksidan Molyneux P. 2004. The Use of Stable Free
Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Radical Diphenylpicrylhydrazyl
oleifera Lamk) dengan Metode (DPPH) for Estimating Antioxidant
DPPH, Jurnal Gizi dan Kesehatan, 8 Activity. Songklanakarian J Sci
(17). Technol, 26 (2): 211-219.
Hidayah N. 2011. Pengaruh Ketinggian Parwata A., Ratnayani K., Listya A. 2010.
Tempat Tumbuh Rosella dan Jenis Aktivitas Antiradikal Bebas Serta
Bahan Rosella Terhadap Aktivitas Kadar Beta Karoten Pada Madu
Antioksidan Teh Kombucha Rosella, Randu (Ceiba pentandra) dan
[Skripsi]. Malang: Fakultas Sains Madu Kelengkeng (Nephelium
dan Teknologi, UIN Maulana Malik Longata L.). Jurnal Kimia, 4(1): 54-
Ibrahim. 62.
Ikhlas N. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Prayitno E., Nuryandani E. 2011.
Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum Optimalisasi Ekstraksi DNA Jarak
americanum Linn) dengan Metode Pagar (Jatropha curcas) Melalui
DPPH (2,2-Dofenil-1-Pikrilhidrazil) Pemilihan Daun yang Sesuai.
[Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Nusantara Bioscience. 3: 1-6.
Hidayatullah.
Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan
Karamoy L. 2009. Hubungan Antara Iklim Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia,
dengan pertumbuhan Kedelai Bio Trends. 4 (1).
(Glicine max L. Merrill). Soil
Wachidah L.N. 2013. Uji Aktivitas
Environment, 7 (1): 65-68.
Antioksidan Serta Penentuan
Koleva II, Van Beek TA, Linssen JPH, de Kandungan Fenolat dan Flavonoid
Groot A, Evstatieva LN. 2002. Total dari Buah Parijoto (Medinilla
Screening of plant extracts for speciosa Blume). [Skripsi]. Jakarta:
antioxidant activity: a comparative UIN Syarif Hidayatullah.
study on three testing methods.
Youngson R. 2005. Antioksidan: Manfaat
Phytochemical Analysis. 13: 8-17.
Vitamin C & E Bagi Kesehatan,
Kurniasih N., Kusmiyati M., Nurhasanah, Terjemahan oleh Susi Purwoko.
Sari R.P., Wafdan R. 2015. Potensi Jakarta: Penerbit Arcan 1.
Daun Sirsak (Annona muricata
Zuhra CF., Tarigan J., Sihotang H. 2008.
Linn), Daun Binahong (Anredera
Aktivitas Antioksidan Senyawa
cordifolia (Ten) Steenis), dan Daun
Flavonoid dari Daun Katuk
Benalu Mangga (Dendrophthoe
(Sauropus androgunus (L) Marr.)
pentandra) Sebagai Antioksidan
Jurnal Biologi Sumatera. 3(1): 7-10.
Pencegah Kanker, ISSN 1979-8911,
9 (1): 162-184.
Larson, R. A., 1997, Naturally Occuring
Antioxidan, Lewis Publisher, New
York.

Khalil Mubarak dkk. 88

View publication stats

You might also like