You are on page 1of 12

HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT (HIRA) PADA

PROSES FABRIKASI PLATE TANKI 42-T-501A


PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN

Aristy Yulanda Ambarani, Abdul Rohim Tualeka


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: aristyyulanda@yahoo.com

ABSTRACT
HIRA is a process to identify all risk factor in a company then attempt to quantify the risk and determine whether it is
acceptable or not. This study aimed to identify and assess occupational risk in the fabrication plate process, tank 42-T-
501A, at PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan. It is an observational and a cross-sectional study based on research
time. The object of this study focuses on PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan’s fabrication plate, tank 42-T-501A,
workers with a total population of 20 people plus 1 safety inspector. Primary data obtained through observations and
interviews which afterward presented in the form of tables and diagrams to be analyzed descriptively. The result showed
that there were 6 procedures with 24 potential hazards and 24 occupational risks in the fabrication process tank 42-T-
501A. Based on the result of risk assessment, there are 6 low risk hazards, 6 medium risk hazards, 11 high risk hazards,
and 1 extreme risk hazard from the total of 24 hazards in the fabrication plate process tank 42-T-501A. Finally, this study
concludes that the dominant risk in the fabrication plate process tank 42-T-501A is high risk (45%). Examples founded
in high risk category are stricken by plate, light exposure of torch, fume exposure of torch, sparks of cutting torch, light
exposure of welding, fume exposure of welding, sparks of welding, explosions of sandblasting tube and explosions of
sandblasting hose.

Keywords: hazard identification, risk assessment, fabrication plate

ABSTRAK
HIRA adalah suatu proses untuk mengetahui adanya suatu bahaya kemudian menghitung besarnya suatu risiko dan
menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi
bahaya dan penilaian risiko pada proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A milik PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan merupakan penelitian cross sectional berdasarkan waktu
penelitiannya. Objek penelitian ini berfokus pada pekerja fabrikasi plate tanki 42-T-501A milik PT Pertamina (Persero)
RU VI Balongan dengan total populasi 20 orang. Data primer didapatkan melalui hasil observasi dan wawancara yang
kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram lalu dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pada proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A terdapat 24 potensi bahaya dengan 24 risiko dari 6 aktivitas pekerjaan
didalamnya. Berdasarkan hasil penilaian risiko, dari 24 risiko pada proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A terdapat 6 jenis
risiko kategori low risk, 6 jenis risiko kategori medium risk, 11 risiko kategori high risk dan 1 risiko kategori extreme.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkatan risiko terbesar pada proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A adalah risiko
kategori high risk sebesar 45%. Risiko kategori high risk tersebut meliputi risiko tertimpa plate, paparan cahaya torch,
paparan fume torch, percikan api cutting torch, paparan cahaya pengelasan, paparan fume pengelasan, percikan api
pengelasan, ledakan tabung sandblasting dan ledakan selang sandblasting.

Kata kunci: hazard identification, risk assessment, fabrikasi plate

PENDAHULUAN
perlu untuk diolah terlebih dahulu untuk dapat
Dewasa ini pertumbuhan dan pembangunan bermanfaat sebagai bahan bakar. Macam produk
infrastruktur di Indonesia semakin meningkat, olahan minyak bumi yang dihasilkan dapat berupa
banyak dibangun pabrik-pabrik, perkantoran, bensin, solar, minyak tanah, LPG dll (Kementerian
apartemen, dll. Seluruh proses pembangunan Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012). Produk
tersebut membutuhkan minyak bumi sebagai bahan olahan minyak bumi tersebut sangat penting baik
bakar dan sumber energi. Minyak bumi tersebut bagi industri maupun bagi kebutuhan manusia

192
Aristy Yulanda Ambarani dan Abdul Rohim Tualeka, Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)… 193

sehari-hari. Oleh karena itu, tidak heran kebutuhan tanki. Namun, selama proses fabrikasi tersebut
minyak bumi sebagai bahan bakar di Indonesia terdapat potensi bahaya yang dapat mengancam
masih tinggi setiap tahunnya. kesehatan dan keselamatan pekerja. Berdasarkan
PT Pertamina merupakan salah satu perusahaan Fitriana (2012), pernah terjadi kecelakaan kerja saat
milik negara yang mampu memenuhi kebutuhan proses overhaul tanki di PT Pertamina (Persero)
bahan bakar masyarakat Indonesia tersebut. PT RU III. Selain itu, menurut Diemas (2015), di PT
Pertamina bergerak dalam eksplorasi, pengolahan Pertamina (Persero) RU IV juga pernah terjadi
dan distribusi bahan bakar. PT Pertamina berupaya kecelakaan kerja saat proses overhaul tanki
memenuhi kebutuhan bahan bakar dengan cara (cnnindonesia.com). Seperti yang telah diketahui
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sebelumnya dalam proses overhaul tanki tersebut
Indonesia. PT Pertamina memiliki visi menjadi salah satu proses yang dilakukan didalamnya
perusahaan energi nasional kelas dunia. Dalam adalah fabrikasi plate. Sehingga sangat besar
upaya pencapaian visi tersebut PT Pertamina kemungkinan dalam proses fabrikasi dapat terjadi
berupaya menghasilkan produksi minyak dan gas kecelakaan serupa yang mengancam kesehatan
semaksimal mungkin. Untuk memaksimalkan dan keselamatan pekerja. Ditambah lagi menurut
kegiatan produksinya, maka dibangun tujuh unit Fitriana (2012), perusahaan yang memiliki tingkat
refinery dengan kapasitas produksi yang tersebar di risiko kematian paling tinggi dari perusahaan lainnya
berbagai daerah di Indonesia. Dari ketujuh kilang adalah perusahaan minyak dan gas. Pernyataan ini
minyak yang dimiliki PT Pertamina terdapat dua diperkuat dengan data menurut SKK Migas (2013)
kilang minyak yang berada di Pulau Jawa, tempat yang mengatakan bahwa pada tahun 2013 telah
di mana pembangunan lebih banyak dilakukan terjadi kecelakaan kerja di sektor minyak dan gas
dibanding dengan daerah lain. Salah satu refinery sebanyak 388 kasus yang terdiri dari 283 kasus
yang ada di Pulau Jawa tersebut adalah PT Pertamina kecelakaan ringan, 88 kasus kecelakaan sedang, 12
(Persero) RU VI Balongan. PT Pertamina (Persero) kasus kecelakaan berat dan 5 kasus kecelakaan fatal.
RU VI Balongan berada di Propinsi Jawa Barat di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan sebagai
mana keberadaannya ditujukan untuk memenuhi salah satu perusahaan minyak dan gas di Indonesia
kebutuhan minyak dan gas wilayah Jawa Barat dan tentunya juga memiliki potensi risiko kecelakaan
sekitarnya termasuk daerah Jakarta sebagai Ibu Kota yang sama.
Negara. Kemudian data dari PT Jamsostek (Persero) juga
Saat melakukan proses produksi salah satu menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi
komponen penting dalam unit refinery seperti di PT di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Pada
Pertamina (Persero) RU VI Balongan adalah tanki tahun 2007 terdapat 83.714 kasus kecelakaan kerja.
minyak. Dalam unit refinery, tanki minyak berfungsi Kemudian pada tahun 2008 terdapat 94.736 kasus
untuk menyimpan, menampung atau menimbun kecelakaan kerja. Pada tahun 2009 jumlah kasus
minyak mentah, produk hasil pengolahan serta kecelakaan yang terjadi juga masih tinggi sebanyak
produk hasil blending. Untuk dapat tetap berfungsi 96.314 kasus. Kemudian pada tahun 2010 kasus
dengan baik, benda yang terbuat dari plate baja ini kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak 98.711 kasus
perlu untuk dilakukan perawatan dan perbaikan. dan pada tahun 2011 terdapat kasus kecelakaan
Proses perawatan dan perbaikan tanki ini disebut sebanyak 99.491 kasus. Sementara pada tahun
dengan proses overhaul tanki. Salah satu kegiatan 2012 menurut Supriyadi (2014), berdasarkan data
yang dilakukan dalam proses overhaul tanki adalah Jamsostek terdapat 103.000 kejadian kecelakaan.
fabrikasi plate. Pada PT Pertamina (Persero) RU Hingga data terakhir pada tahun 2013 terjadi kasus
VI Balongan sendiri tanki minyak yang sedang kecelakaan sebanyak 129.911 kasus. Menurut data
dilakukan proses fabrikasi adalah tanki 42-T-501A. kecelakaan tahun 2013 tersebut diketahui 75,8
Tanki tersebut mengalami kebocoran sehingga perlu persen korbannya berjenis kelamin laki-laki dengan
untuk dilakukan perbaikan dan perawatan. Selama rincian sebanyak 3.093 pekerja meninggal dunia,
proses fabrikasi plate dilakukan perbaikan dan 15.106 pekerja mengalami sakit, 174.266 luka-
perawatan pada plate-plate tanki 42-T-501A yang luka dan sebanyak 446 orang meninggal mendadak
rusak dan kotor. Plate-plate tanki yang rusak dan (Baihaqi, 2014).
kotor tersebut dilakukan pengelasan, penghalusan, Sebenarnya kecelakaan kerja tersebut dapat
sandblasting, pengecatan dll untuk menghasilkan dicegah dengan melakukan identifikasi dan penilaian
plate-plate yang baru untuk dipasang kembali pada terhadap risiko bahaya pada pekerjaan. Melalui
194 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 192–203

identifikasi dan penilaian risiko tersebut dapat Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
diketahui berbagai macam risiko suatu pekerjaan pekerja dan safety inspector/petugas K3 pada proses
yang kemudian dapat dilakukan berbagai upaya fabrikasi plate tanki 42-T-501A di PT Pertamina
pengendalian untuk mengurangi risiko tersebut agar (Persero) RU VI Balongan yang berjumlah 20 orang.
tidak sampai terjadi kecelakaan. Dengan kata lain Penelitian ini menggunakan total populasi sebagai
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko (HIRA) ini bagian dari penelitian. Penelitian ini dilakukan di
dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pencegahan PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan Jawa Barat
dan tindakan penanggulangan potensi bahaya yang khususnya pada bagian fabrikasi plate tanki 42-
mengancam keselamatan dan mengganggu kesehatan T-501A yaitu pada Maintanance Area IV unit Oil
para pekerja proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A. Movement (OM). Waktu penelitian ini dimulai pada
Oleh karena itu, berdasarkan kebutuhan perusahaan 22 April 2016 sampai dengan 6 Mei 2016.
dan potensi bahaya yang dapat terjadi pada proses Variabel yang akan diteliti dalam penelitian
fabrikasi plate penulis tertarik untuk melakukan ini adalah identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan
penelitian mengenai Hazard Identification and Risk penentuan tingkat risiko pada proses fabrikasi plate
Assessment (HIRA) pada proses fabrikasi plate tanki tanki 42-T-501A di PT Pertamina (Persero) RU VI
42-T-501A milik PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
Balongan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah ini terdapat dua jenis yaitu data primer dan data
melakukan identifikasi bahaya dan penilaian sekunder. Data Primer diperoleh melalui observasi
risiko pada proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A dan wawancara. Observasi dan wawancara
milik PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan. ini digunakan untuk mengetahui proses kerja
Sedangkan tujuan khusus pada penelitian ini adalah fabrikasi plate tanki 42-T-501A, potensi bahaya
mengidentifikasi bahaya, melakukan penilaian risiko yang ada, besarnya risiko pekerjaan dan kondisi
dan menentukan tingkat risiko pada proses fabrikasi lingkungan kerjanya. Sementara data sekunder yang
plate tanki 42-T-501A milik PT Pertamina (Persero) dikumpulkan adalah gambaran umum perusahaan,
RU VI Balongan. prosedur kerja fabrikasi plate, jumlah pekerja, alat
dan bahan berbahaya dalam proses fabrikasi plate
serta upaya pengendalian kecelakaan yang telah
METODE
dilakukan.
Jenis dan rancang bangun penelitian ini apabila Teknik pengolahan dan analisis data yang
dilihat berdasarkan waktu penelitian bersifat cross dilakukan berpedoman pada data hasil observasi
sectional karena proses pengumpulan data dan dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi dan
pengamatan terhadap variabel dilakukan sekaligus wawancara diketahui potensi bahaya beserta nilai
atau pada satu waktu tertentu. Sementara apabila
dilihat berdasarkan segi tempat, penelitian ini
Tabel 1. Risk Assessment Matrix
termasuk penelitian lapangan, sebab penelitian yang
dilakukan dan cara peneliti dalam mendapatkan 5 5 10 15 20 25
Likelihood

data adalah langsung terjun ke lapangan dengan 4 4 8 12 16 20


melakukan wawancara, observasi dan pembagian 3 3 6 9 12 15
kuesioner baik dengan pekerja maupun pihak K3 2 2 4 6 8 10
perusahaan. Apabila dilihat dari cara pengumpulan 1 1 2 3 4 5
datanya, penelitian ini bersifat observasional sebab 1 2 3 4 5
peneliti memperoleh data melalui pengamatan dan Severity
wawancara kepada pekerja dan pihak terkait di
Sumber: TKO Penyusunan HIRADC PERTAMINA
perusahaan. Selain itu, objek dalam penelitian ini
SAFETY – HSE RU VI Tahun 2016
tidak diberi perlakuan selama penelitian berlangsung
hanya diamati/observasional. Berdasarkan sifat
Kategori Risiko:
masalah dan analisa datanya, penelitian ini termasuk
Extreme : 15–25
dalam penelitian deskriptif sebab penelitian ini tidak
High Risk : 8– 2
membuat perbandingan atau penghubungan antar
Medium Risk : 4–6
variabel. Penelitian ini menggambarkan tentang
Low Risk : 1–3
suatu keadaan secara objektif.
Aristy Yulanda Ambarani dan Abdul Rohim Tualeka, Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)… 195

tingkat peluang (likelihood) dan keparahan (severity) dan safety kontraktor fabrikasi plate tanki 42-T-
pada proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A. 501A. Selama proses wawancara, pekerja dan
Nilai likelihood dan severity pada masing-masing safety kontraktor diberikan tabel berisi skala/
potensi bahaya tersebut dicatat kemudian dianalisis kategori dari likelihood dan severity, sehingga
menggunakan tabel risk assessment matrix. Hasil pekerja dan safety kontraktor dapat mengetahui dan
dari analisis ini akan diketahui tingkatan risiko menentukan sendiri tingkat kategori dari likelihood
dari masing-masing potensi bahaya apakah bahaya dan severity. Skala nilai untuk likelihood adalah
tersebut termasuk risiko rendah (low risk), sedang 1–5 mulai dari tingkat kemungkinan unlikely
(medium risk), tinggi (high risk) atau sangat hingga almost certain. Sedangkan skala nilai untuk
tinggi (extreme). Tingkatan risiko tersebut akan severity adalah 1–5 mulai dari tingkat keparahan
disajikan dalam bentuk diagram pie dan kemudian insignificant hingga catastrophic. Setelah nilai risk
dinarasikan. relative didapat kemudian dianalisis menggunakan
table Risk Assessment Matrix untuk mengetahui
HASIL
Tabel 2. Penentuan Peluang (Likelihood)
Hazard Identification
Level Deskripsi
Dalam penelitian ini teknik identifikasi bahaya 1 Tidak pernah terdengar terjadi di industry
yang digunakan adalah melalui metode JSA/Job serupa di dunia
Safety Analisis. Melalui metode JSA akan diketahui 2 Pernah terdengar terjadi di industry serupa di
semua potensi kejadian berbahaya di setiap langkah dunia
kerja yang kemudian dapat ditentukan berbagai 3 Pernah terjadi lebih dari 1 × pertahun di
tindakan pengendalian yang dibutuhkan untuk industry serupa di dunia atau pernah terjadi di
mencegah atau mengurangi dampak dari kejadian industry serupa di Indonesia
berbahaya tersebut (Modul HSE Pertamina 05). 4 Pernah terjadi lebih dari 1 × pertahun di
Selain menggunakan metode JSA, teknik identifikasi industry serupa di Indonesia atau pernah
bahaya dalam penelitian ini juga dilakukan melalui terjadi di RU VI
kegiatan observasi dan wawancara terhadap pihak 5 Pernah terjadi lebih dari 1 × pertahun di RU
terkait sebab isi dokumen JSA fabrikasi plate tanki VI
42-T-501A kurang lengkap dalam menguraikan Sumber: TKO Penyusunan HIRADC PERTAMINA
langkah kerja beserta potensi bahayanya. Oleh SAFETY – HSE RU VI Tahun 2016
karena itu, dilakukan pula wawancara dan observasi
untuk melengkapi data dan informasi terkait langkah Tabel 3. Penentuan Keparahan (Severity)
kerja serta potensi bahaya dalam pekerjaan fabrikasi
plate tanki 42-T-501A. Level Deskripsi
Identifikasi bahaya yang dilakukan mulai dari 1 Cidera ringan – Meliputi kasus P3K
atau diperlukan pengobatan medis namun
pekerjaan pengangkatan plate menggunakan crane,
tidak menyebabkan pembatasan kerja atau
cutting torch, pengelasan, grinding, sandblasting dan kehilangan jam kerja
pengecatan. Hasil identifikasi bahaya menunjukkan
2 Cidera sedang – Memerlukan pengobatan
dari keenam pekerjaan pada fabrikasi plate tanki medis yang menyebabkan pembatasan kerja
42-T-501A terdapat 24 potensi bahaya dengan 24 atau kehilangan jam kerja ≤ 24 jam
risiko didalamnya. 3 Cidera berat – 1 kasus cidera yang
memerlukan pengobatan medis yang
Risk Assessment menyebabkan kehilangan jam kerja ≥ 24 jam
Proses risk assessment/ penilaian risiko atau ketidakmampuan bekerja sementara
dilakukan dengan cara mencari nilai dari risk 4 Kejadian fatal – terjadi kasus luka berat atau
relative. Risk relative merupakan hasil perkalian menyebabkan 1 kasus cacat permanen atau
kematian
antara nilai tingkat keseringan (likelihood) dengan
nilai tingkat keparahan (severity) dari masing- 5 Bencana – Menyebabkan lebih dari 1 kasus
cacat permanen atau kematian
masing bahaya. Penentuan besar nilai likelihood
dan severity dari masing-masing risiko bahaya Sumber: TKO Penyusunan HIRADC PERTAMINA
dilakukan dengan cara wawancara kepada pekerja SAFETY – HSE RU VI Tahun 2016
196 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 192–203

Tabel 4. Hasil Hazard Identification dan Risk Assessment Proses Fabrikasi Plate Tanki 42-T-501A
Risk Assessment
Consequence/
Activity Hazard/ Bahaya Risk/ Risiko Matrix
Akibat
L S RR
Pekerjaan a. Plate dapat terjatuh Menimpa Patah tulang/ 2 4 8
mengangkat plate pekerja kematian (High risk)
menggunakan crane
Pekerjaan a. Tanki oksigen terjatuh Tertimpa Memar 2 3 6
pemotongan dengan (Medium risk)
cutting torch b. Cahaya torch Terpapar cahaya Iritasi mata 4 2 8
(High risk)
c. Fume Terpapar fume Infeksi saluran 4 2 8
pernafasan (High risk)
d. Percikan api Terpapar panas Luka bakar/ 3 3 9
kebakaran (High risk)
Pengelasan a. Cahaya las Terpapar cahaya Iritasi mata 4 2 8
(High risk)
b. Fume Terpapar fume Infeksi saluran 4 2 8
pernafasan (High risk)
c. Percikan api Terpercik api Luka bakar/ 3 3 9
kebakaran (High risk)
d. Kebisingan Terpapar bising Kemampuan 2 1 1
mendengar berkurang (Low risk)
e. Aliran listrik Tersetrum/ Kejut listrik/ luka 2 3 6
tersengat listrik bakar (Medium risk)
Penghalusan dengan a. Percikan api Terpercik api Luka bakar/ 3 3 9
gerinda kebakaran (High risk)
b. Aliran Listrik Tersetrum Kejut listrik/luka 2 3 6
bakar (Medium risk)
c. Pisau mesin gerinda Tangan terkena Tergores/terpotong 3 3 9
pisau mesin (High risk)
gerinda
d. Kebisingan Terpapar bising Kemampuan 2 1 1
mendengar berkurang (Low risk)
Sandblast plate a. Kebisingan Terpapar bising Tuli/ kemampuan 2 3 6
mendengar berkurang (Medium risk)
b. Debu Terpapar debu Iritasi mata dan 3 1 3
infeksi saluran (Low risk)
pernafasan
c. Tabung bertekanan tinggi Pecah/ meledak Luka/ meninggal 4 3 12
(High risk)
d. Selang bertekanan tinggi Menghantam Luka/ meninggal 4 3 12
pekerja (High risk)
Pengecatan dengan a. Kebisingan Terpapar bising Kemampuan 2 1 2
kompresor mendengar berkurang (Low risk)
b. Aliran listrik Tersengat listrik/ Kejut listrik/ luka 2 3 6
tersetrum bakar (Medium risk)
c. Kabel yang menghalangi Tersandung Memar 3 1 3
mobilisasi (Low risk)
d. Bekerja di ketinggian Terjatuh Patah tulang/ 4 4 16
kematian (Extreme)
e. Uap Debu cat Terpapar Infeksi saluran 3 1 3
uap cat pernafasan (Low risk)
f. Solven thinner flammable Mudah menyala/ Kebakaran 2 3 6
material terbakar (Medium risk)
Aristy Yulanda Ambarani dan Abdul Rohim Tualeka, Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)… 197

tingkatan risikonya. Menurut TKO Penyusunan torch ini terdapat beberapa potensi bahaya yang
HIRADC PT PERTAMINA, risiko yang termasuk mengancam keselamatan dan kesehatan pekerja
kedalam kategori low risk adalah risiko dengan nilai seperti terjatuhnya tanki oksigen, paparan cahaya
risk relative 1–3 sedangkan risiko yang termasuk torch, paparan fume dan percikan api.
kedalam ketegori medium risk merupakan risiko Terjatuhnya tanki oksigen disebabkan oleh
dengan nilai risk relative 4–6. Sementara itu risiko peletakan tabung oksigen yang tidak kuat dan tidak
yang termasuk kedalam kategori high risk adalah diikat. Apabila tabung oksigen ini terjatuh, tabung
risiko dengan nilai risk relative 8–12 dan risiko yang oksigen tersebut dapat mengenai/menghantam
termasuk kedalam kategori extreme adalah risiko pekerja yang berada disekitar area kerja. Akibatnya
dengan nilai risk relative 15–25. akan timbul memar/luka pada tubuh pekerja.
Berdasarkan hasil proses penentuan tingkat Menurut Heinrich (1980), penyebab terjadinya
risiko, dari 24 risiko dalam 6 aktivitas proses bahaya ini digolongkan sebagai kecelakaan kerja
fabrikasi plate terdapat 6 jenis risiko kategori low unsafe action. Bahaya ini termasuk dalam kategori
risk (25%), 6 jenis risiko kategori medium risk unsafe action sebab terjatuhnya tanki tersebut
(25%), 11 risiko kategori high risk (45%) dan 1 dikarenakan tindakan manusia/pekerja yang
risiko kategori extreme (5%). membahayakan diri sendiri dan orang lain. Pekerja
harus memastikan telah meletakkan dan mengikat
tanki oksigen dengan benar dan kuat agar bahaya
PEMBAHASAN
terjatuhnya tanki oksigen tidak terjadi.
Hazard Identification Bahaya lain yang teridentifikasi pada pekerjaan
Pengangkatan Plate Menggunakan Crane pemotongan plate menggunakan cutting torch adalah
bahaya paparan torch. Pada saat terjadi pemotongan
Tahap awal pada proses fabrikasi plate adalah plate menggunakan cutting torch akan muncul
mengangkat keluar plate-plate rusak di dalam tanki cahaya torch yang cukup menyilaukan. Apabila
untuk diperbaiki. Pengangkatan plate tanki tersebut frekuensi dan intensitas paparan cahaya torch terlalu
menggunakan bantuan alat angkat crane. tinggi dapat mengakibatkan iritasi mata pada pekerja.
Pada proses pengangkatan plate menggunakan Selain paparan cahaya, saat melakukan pemotongan
crane tersebut terdapat bahaya yang mengancam plate menggunakan cutting torch juga akan timbul
kesehatan dan keselamatan pekerja. Bahaya yang fume/ asap. Paparan fume ini juga dapat memberikan
mungkin saja terjadi adalah terjatuhnya plate efek negative pada pekerja apabila frekuensi dan
tanki. Bahaya terjatuhnya plate tanki ini dapat intensitasnya terlalu tinggi. Paparan fume ini
mengakibatkan patah tulang bahkan kematian dapat mengakibatkan infeksi saluran pernafasan
pada pekerja yang tertimpa plate tanki. Bahaya pada pekerja. Menurut Tualeka (2013), paparan
terjatuhnya plate tanki termasuk dalam kategori cahaya dan paparan fume cutting torch merupakan
bahaya mekanik (Ramli, 2010). Bahaya ini termasuk bahaya kesehatan kerja jenis bahaya fisik. Dikatakan
dalam kategori bahaya mekanik sebab bahaya bahaya fisik sebab paparan cahaya dan fume cutting
tersebut disebabkan oleh mesin atau alat kerja torch tersebut berada di sekitar lingkungan kerja
mekanik yaitu crane. Dalam proses pengangkatan fisik pekerja. Paparan cahaya dan fume tersebut
plate menggunakan crane, bahaya terjatuhnya plate masuk kedalam tubuh pekerja yang kemudian dapat
dapat terjadi apabila plate tidak terikat dengan kuat menimbulkan gangguan kesehatan.
pada hook dari crane. Selain itu terjatuhnya plate Paparan cahaya yang keluar akibat aktivitas
tanki juga dapat terjadi apabila sling crane terputus. pemotongan plate menggunakan cutting torch
Oleh karena itu, sebelum crane digunakan perlu biasanya bersamaan dengan keluarnya percikan
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi api. Menurut Tualeka (2013), percikan api tersebut
dari crane. Sehingga saat digunakan, crane tersebut termasuk dalam kategori bahaya keselamatan kerja
dapat berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan jenis kebakaran. Percikan api tersebut apabila
celaka. mengenai tubuh pekerja dapat mengakibatkan
luka bakar. Selain itu apabila percikan api tersebut
Pemotongan Menggunakan Cutting Torch mengenai bahan mudah terbakar (flammable)
Pada pekerjaan fabrikasi plate terdapat aktivitas dan bahan mudah meledak (explosive) dapat
pemotongan plate menggunakan cutting torch. menimbulkan kebakaran dan ledakan di tempat
Aktivitas pemotongan plate menggunakan cutting kerja. Oleh karena itu, saat pekerjaan pemotongan
198 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 192–203

menggunakan cutting torch perlu untuk memastikan dihasilkan dari gesekan tersebut termasuk dalam
bahwa area di sekitar pemotongan tidak terdapat kategori kebisingan (Siswanto, 1994). Paparan bising
bahan mudah terbakar (flammable) dan bahan mudah ini apabila terjadi dalam waktu yang lama dapat
meledak (explosive) untuk mencegah terjadinya mengakibatkan ketulian/ berkurangnya kemampuan
kebakaran. mendengar para pekerja.
Bahaya selanjutnya yang teridentifikasi
Pengelasan pada proses pengelasan adalah bahaya tersetrum.
Hasil observasi dan wawancara pada proses Mesin las dapat menyala dengan menggunakan
pengelasan tanki 42-T-501A menunjukkan dalam listrik sebagai sumber energi. Arus yang digunakan
pekerjaan tersebut terdapat berbagai potensi bahaya untuk pengelasan berkisar 80–200 Ampere (Dwi
yang mengancam kesehatan dan keselamatan dan Sulaksmono, 2013). Saat mengalirkan listrik
pekerja. Pada saat pekerja melakukan pengelasan sebagai sumber energi pada mesin las, pekerja
untuk menghubungkan antar plate, akan timbul dapat mengalami tersetrum yang berakibat kejut
cahaya dari proses pengelasan. Paparan cahaya ini listrik bahkan luka bakar. Bahaya ini menurut Ramli
cukup menyilaukan apabila mengenai mata pekerja (2010) termasuk dalam kategori bahaya listrik.
(Siswanto, 1994). Sinar yang tampak secara kasat Risiko bahaya ini akan lebih besar apabila saat
mata, masuk melalui kornea sampai ke retina pengaturan besar arus listrik pada motor las, pekerja
seperti apa adanya, sehingga paparan berlebihan tidak menggunakan sarung tangan. Selain itu kondisi
dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan pelindung pesawat las yang sudah aus/ memudar
kelelahan mata (Daryanto, 2012). Bahaya ini akan juga meningkatkan risiko bahaya tersetrum pada
lebih berisiko apabila pekerja tidak menggunakan pekerja.
APD untuk melindungi diri dari paparan cahaya las
Grinding
ini. Apabila pekerja melakukan pengelasan tanpa
menggunakan APD yaitu faceshield/ cup las paparan Dalam proses fabrikasi plate tanki 42-T-
cahaya las yang diterima akan langsung mengenai 501A, grinding dibutuhkan untuk menghaluskan
kornea sampai ke retina sehingga risiko kelelahan permukaan plate agar plate terbentuk sempurna
mata akibat paparan cahaya las akan lebih besar. untuk dipasang kembali ke dalam tanki (Andhini,
Selain paparan cahaya, dalam pekerjaan Sugiono dan Remba, 2015). Pada pekerjaan gerinda
pengelasan akan timbul pula fume/asap dari proses tersebut teridentifkasi empat potensi bahaya yang
pengelasan. Fume merupakan partikel kecil yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan
berukuran kurang dari 1 mikron yang berasal dari pekerja yaitu percikan api, tersetrum, tergores pisau
uap logam. Uap logam tersebut mengalami proses mesin gerinda dan kebisingan.
oksidasi serta kondensasi dalam udara sehingga Selama proses penggunaan mesin gerinda akan
terbentuk oksida logam tersebut (Siswanto, 1994). muncul percikan api akibat gesekan antara mesin
Paparan fume ini dapat mengakibatkan infeksi gerinda dengan plate-plate dari tanki. Percikan
saluran pernafasan pada pekerja dan merupakan api tersebut merupakan bahaya keselamatan kerja
bahaya kesehatan kerja jenis bahaya kimia (Tualeka, dengan jenis kebakaran menurut Tualeka (2013).
2013). Percikan api mesin gerinda tersebut termasuk dalam
Pada pekerjaan pengelasan, selain menimbulkan bahaya jenis kebakaran sebab apabila percikan api
cahaya dan fume akan timbul pula percikan api. tersebut mengenai benda yang mudah terbakar
Bahaya percikan api ini menurut Tualeka (2013) (flammable) dan mudah meledak (explosive)
merupakan kategori bahaya keselamatan kerja jenis percikan api tersebut dapat menimbulkan kebakaran
kebakaran. Bahaya percikan api ini termasuk dalam dan ledakan. Selain itu, apabila percikan api tersebut
jenis bahaya kebakaran sebab apabila percikan mengenai kulit pekerja dapat menimbulkan luka
api tersebut mengenai bahan yang mudah terbakar bakar pada kulit pekerja. Oleh karena itu, saat proses
(flammable) dan mudah meledak (explosive) grinding pekerja diwajibkan memakai coverall/APD
percikan api tersebut dapat menyebabkan kebakaran untuk melindungi dirinya dari percikan api gerinda.
dan ledakan. Selain itu percikan api ini dapat Kondisi sekitar proses grinding juga harus dipastikan
mengakibatkan luka bakar apabila mengenai tubuh bebas dari material explosive dan flammable untuk
pekerja. menghindari terjadinya kebakaran.
Saat proses pengelasan terjadi pula gesekan Bahaya tersetrum bersumber dari aliran
antara mesin las dengan plate tanki. Suara yang listrik yang digunakan untuk menyalakan mesin
Aristy Yulanda Ambarani dan Abdul Rohim Tualeka, Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)… 199

gerinda. Menurut Tualeka (2013) bahaya tersetrum satu komponen alat yang digunakan dalam proses
merupakan bahaya keselamatan jenis bahaya sandblast plate adalah tabung dengan tekanan
elektrik. Aliran listrik tersebut dapat membahayakan tinggi. Tabung dengan tekanan tinggi ini harus
pekerja apabila pekerja kurang berhati-hati dan selalu dirawat dan dicek kondisinya agar tidak
tidak menggunakan sarung tangan saat mengalirkan menimbulkan bahaya bagi pekerja sebab dalam
listrik. Selain itu kondisi kabel yang sudah rusak/ penggunaannya terdapat risiko pecah/meledaknya
terkelupas juga memperbesar risiko tersetrum yang tabung bertekanan tersebut. Pecah/meledaknya
dapat berakibat luka bakar dan kejut listrik. tabung bertekanan tersebut dapat melukai bahkan
Dalam pekerjaan menggunakan gerinda ini menyebabkan kematian bagi pekerja.
teridentifikasi pula adanya bahaya mekanis. Bahaya Selain tabung bertekanan, dalam proses
mekanis adalah bahaya yang bersumber dari sandblast terdapat selang yang memiliki tekanan
peralatan mekanis/ benda bergerak yang digerakkan tinggi pula. Selang ini berfungsi saat proses
secara manual maupun dengan penggerak (Ramli penyemprotan sand/ pasir kearah plate. Seperti
2011). Bahaya mekanis pada pekerjaan gerinda ini halnya tabung bertekanan, kondisi selang bertekanan
terdapat pada putaran pisau mesin gerinda. Putaran tersebut juga perlu mendapat perhatian dan
pisau mesin gerinda tersebut dapat menimbulkan perawatan agar tidak menimbulkan bahaya bagi
goresan bahkan dapat memotong tangan pekerja. pekerja. Apabila selang bertekanan tersebut kondisi
Selain bahaya mekanis, putaran dari mesin dan penggunaannya tidak dalam keadaan baik,
gerinda yang sedang menyala tersebut akan selang tersebut dapat lepas dan menghantam tubuh
menimbulkan suara-suara yang termasuk dalam pekerja. Hantaman selang tersebut dapat melukai
kategori kebisingan. Paparan bising yang berlebih pekerja bahkan dapat menimbulkan kematian.
dan terus menerus dari mesin gerinda ini dapat
mengakibatkan ketulian/ berkurangnya kemampuan Pengecatan Menggunakan Kompresor
mendengar pada pekerja. Setelah plate tanki selesai dipotong, dibentuk
dan dibersihkan tahap terakhir pada proses fabrikasi
Sandblasting
plate tanki 42-T-501A adalah melakukan pengecatan.
Sandblasting dalam proses fabrikasi plate Proses pengecatan dilakukan dengan menggunakan
bertujuan untuk membersihkan plate dari debu kompresor. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya,
dan karat sebelum dicat dan dipasang kembali ke pada proses pengecatan dengan menggunakan
dalam tanki. Pada proses sandblasting ini diketahui kompresor tersebut terdapat enam potensi bahaya
terdapat potensi bahaya yang dapat mengancam yaitu kebisingan, tersengat listrik, tersandung
kesehatan dan keselamatan pekerja. Saat mesin kabel, terjatuh dari ketinggian, paparan uap cat dan
sandblast dihidupkan/ bekerja, suara yang dihasilkan terbakar.
dari mesin sandblast ini sangat keras dan termasuk Bahaya kebisingan berasal dari suara yang
dalam kategori kebisingan. Paparan bising dari dihasilkan dari mesin kompresor. Apabila frekuensi
mesin sandblast tersebut berisiko menimbulkan dan intensitas bising ini tinggi, paparan bising
ketulian/ berkurangnya kemampuan dengar para ini dapat mengakibatkan ketulian/berkurangnya
pekerja. Bahaya ini merupakan bahaya kesehatan kemampuan mendengar pada pekerja. Bahaya
kerja dengan jenis bahaya fisik (Tualeka, 2013). ini termasuk dalam kategori bahaya kesehatan
Bahaya selanjutnya yang teridentifikasi adalah kerja jenis bahaya fisik (Tualeka, 2013). Risiko
bahaya paparan debu. Sand/ pasir merupakan bahan ketulian dari bahaya kebisingan ini dapat meningkat
utama yang digunakan dalam proses sandblast. Pasir apabila pekerja tidak menggunakan earplug/APD
tersebut akan disemprotkan dengan tekanan yang saat melakukan pengecatan. Pekerja yang tidak
tinggi ke arah plate sehingga karat dan kotoran- menggunakan earplug/APD saat proses pengecatan
kotoran yang ada pada plate dapat menghilang. tidak terlindungi dari paparan bising yang tinggi
Akibat semprotan sand/ pasir itulah selama proses sehingga rambatan suara bising tersebut dapat masuk
sandblast banyak terdapat paparan debu yang berasal ke lubang telinga dan merusak gendang telinga.
dari pasir/sand yang digunakan tersebut. Paparan Bahaya tersengat listrik berasal dari sumber
debu ini apabila mengenai pekerja dapat berisiko energi yang digunakan mesin kompresor untuk dapat
terjadi iritasi mata dan infeksi saluran pernafasan. menyala. Menurut Ramli (2011) bahaya ini termasuk
Alat-alat dalam proses sandblasting juga dapat dalam kategori bahaya elektrik di mana bahaya
menimbulkan celaka bagi para pekerjanya. Salah disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus
200 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 192–203

listrik. Berdasarkan hasil identifikasi, potensi bahaya High Risk


muncul saat pekerja mengalirkan listrik kedalam Aktivitas Pengangkatan Plate dengan Crane.
mesin kompresor. Apabila saat mengalirkan listrik
tersebut pekerja tidak menggunakan sarung tangan, Bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas ini
pekerja dapat tersetrum/tersengat listrik. Selain adalah terjatuhnya plate sehingga dapat menimpa
itu kondisi kabel yang rusak/terkelupas juga dapat pekerja yang sedang bekerja dibawahnya. Apabila
meningkatkan risiko tersetrum/tersengat listrik. plate tersebut terjatuh dan menimpa pekerja,
Sengatan listrik tersebut dapat berakibat kejut listrik dampak/akibat yang ditimbulkan adalah patah
dan luka bakar. tulang bahkan kematian. Kategori dampak yang
Bahaya lain yang teridentifikasi adalah bahaya ditimbulkan tersebut termasuk dalam kategori cidera
tersandung. Saat proses pengecatan terdapat banyak berat sehingga nilai severitynya sebesar 3. Sementara
kabel yang berserakan di sekitar area kerja. Kondisi itu berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa
kabel yang berserakan ini dapat menghalangi kemungkinan pekerja tertimpa plate termasuk dalam
mobilitas para pekerja. Sehingga dapat berisiko kategori unlikey (jarang terjadi) sehingga nilai
tersandung yang berakibat memar pada tubuh likelihoodnya sebesar 2. Berdasarkan nilai severity
pekerja. dan likelihood tersebut risiko patah tulang/kematian
Pada proses pengecatan teridentifikasi pula akibat tertimpa plate yang terjatuh termasuk
adanya bahaya kimia. Bahaya kimia tersebut dalam kategori risiko tinggi/high risk. Saloni dan
berasal paparan uap cat dari cat yang digunakan. Ferida (2016), juga mengatakan bahwa aktivitas
Paparan uap tersebut dapat berisiko terjadinya pengangkatan plate menggunakan crane merupakan
infeksi pada saluran pernafasan pekerja. Menurut pekerjaan dengan risiko bahaya tinggi.
Tualeka (2013), konsentrasi uap ini termasuk dalam
kategori bahaya kesehatan kerja jenis bahaya kimia. Paparan Cahaya Torch Cutting Torch
Selain bahaya kimia, teridentifikasi pula adanya Pada pekerjaan pemotongan plate dengan
bahaya ledakan dan kebakaran. Bahaya ledakan dan cutting torch terdapat risiko bahaya paparan cahaya
kebakaran bersumber dari thinner yang digunakan torch. Pekerja yang terpapar cahaya torch saat
selama proses pengecatan, Thinner merupakan jenis melakukan pemotongan plate dapat terjadi iritasi
material flammable atau bahan yang mudah menyala. mata. Berdasarkan hasil wawancara, para pekerja
Sehingga selama proses pengecatan terdapat potensi mengatakan bahwa mereka merasakan kesulitan
bahaya terjadinya kebakaran. membuka mata/ mata terasa pedih apabila terpapar
oleh cahaya torch. Dampak tersebut termasuk dalam
Risk Assessment kategori cidera sedang sehingga nilai severitynya
Berdasarkan hasil penilaian risiko diketahui sebesar 2. Sekalipun dampak yang ditimbulkan
pada proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A terdapat termasuk dalam kategori cidera sedang, berdasarkan
empat jenis risiko mulai dari low risk (25%), medium hasil wawancara diketahui kemungkinan terjadinya
risk (25%), high risk (45%) dan extreme (5%). paparan tersebut sangat besar. Para pekerja mengaku
Menurut Ramli (2011) pada konsep ALARP, risiko sering mengalami hal tersebut. Nilai likelihoodnya
yang termasuk dalam kategori risiko tinggi (high termasuk dalam kategori likely (sering) sehingga
risk) dan sangat tinggi (extreme) merupakan risiko nilai likelihoodnya sebesar 4. Berdasarkan nilai
yang tidak dapat diterima. Risiko ini perlu untuk severity dan likelihood tersebut, risiko iritasi mata
dilakukan langkah pencegahan dan pengurangan akibat paparan cahaya torch saat pemotongan plate
tingkat risiko sampai pada batas yang dapat diterima. termasuk dalam kategori risiko tinggi / high risk.
Risiko dalam proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A
yang termasuk dalam kategori risiko tinggi (high Paparan Fume Cutting Torch
risk) dan sangat tinggi (extreme) adalah sebagai Dalam aktivitas pemotongan plate menggunakan
berikut: cutting torch, selain terdapat bahaya paparan torch
juga terdapat bahaya paparan fume/asap. Fume/
asap tersebut apabila terhirup oleh pekerja dapat
Aristy Yulanda Ambarani dan Abdul Rohim Tualeka, Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)… 201

menimbulkan infeksi pada saluran pernafasan. sebesar 4. Berdasarkan nilai severity dan likelihood
Berdasarkan hasil wawancara dikatakan pekerja tersebut, risiko iritasi mata akibat paparan cahaya
akan mengalami sesak nafas apabila terpapar pengelasan termasuk dalam kategori risiko tinggi/
oleh fume/asap dari proses cutting torch tersebut. high risk.
Dampak paparan fume ini menurut risk assessment
matrix termasuk cidera sedang sehingga nilai Paparan Fume Pengelasan
severitynya sebesar 2. Sekalipun, dampak yang Berdasarkan hasil identifikasi bahaya diketahui
ditimbulkan termasuk dalam kategori cidera sedang, selain paparan cahaya pengelasan, pada saat
kemungkinan terjadinya paparan termasuk dalam pekerjaan pengelasan terdapat pula potensi paparan
kategori likely (sering) sehingga nilai likelihood
fume atau asap yang dapat terhirup oleh pekerja.
sebesar 4. Berdasarkan nilai severity dan likelihood
Apabila pekerja menghirup fume atau asap dari
tersebut, risiko infeksi saluran pernafasan akibat
pengelasan tersebut risiko yang dapat ditimbulkan
paparan fume saat pemotongan plate menggunakan
adalah infeksi saluran pernafasan. Banyak pekerja
cutting torch termasuk dalam kategori risiko tinggi/
yang mengeluhkan sesak nafas setelah melakukan
high risk.
pekerjaan pengelasan. Menurut risk assessment
Percikan Api Cutting torch matrix kategori dampak yang ditimbulkan akibat
paparan fume pengelasan tersebut termasuk dalam
Selain paparan fume dan cahaya, dalam aktivitas kategori cidera sedang sehingga nilai severitynya
pemotongan plate menggunakan cutting torch juga sebesar 2. Walaupun dampak yang ditimbulkan
terdapat potensi bahaya percikan api. Apabila termasuk cidera sedang, kemungkinan paparan fume
pekerja terpercik api akibat proses pemotongan terhadap pekerja termasuk dalam kategori likely
cutting torch tersebut, risiko yang ditimbulkan dapat (sering) sehingga nilai likelihoodnya sebesar 4.
berupa luka bakar bahkan dapat terjadi kebakaran. Berdasarkan nilai severity dan likelihood tersebut,
Kategori dampak yang ditimbulkan menurut risk risiko infeksi saluran pernafasan akibat paparan
assessment matrix termasuk dalam kategori cidera fume saat pengelasan termasuk dalam kategori risiko
berat, sehingga nilai severitnya sebesar 3. Sementara tinggi/ high risk.
itu, kemungkinan terjadinya percikan api cutting
torch termasuk dalam kategori possible (mungkin Percikan Api Pengelasan
terjadi) sehingga nilai likelihoodnya sebesar 3.
Berdasarkan nilai severity dan likelihood tersebut, Selain paparan cahaya dan fume, dalam
risiko terbakar akibat percikan api saat pemotongan pekerjaan pengelasan juga terdapat potensi
plate menggunakan cutting torch termasuk dalam bahaya terpercik api pengelasan. Dampak yang
kategori risiko tinggi/ high risk. timbul akibat percikan api tersebut adalah pekerja
dapat mengalami luka bakar bahkan dapat terjadi
Paparan Cahaya Pengelasan kebakaran. Kategori dampak yang demikian menurut
risk assessment matrix termasuk dalam kategori
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, diketahui
cidera berat sehingga nilai severitynya sebesar 3.
pada pekerjaan pengelasan terdapat risiko paparan
Sementara kemungkinan terjadi atau terpaparnya
cahaya yang dapat mengenai pekerja. Dampak yag
pekerja terhadap percikan api termasuk dalam
ditimbulkan akibat paparan cahaya pengelasan
kategori possible (mungkin terjadi) sehingga nilai
tersebut adalah pekerja dapat mengalami iritasi mata.
likelihoodnya sebesar 3. Berdasarkan nilai severity
Berdasarkan hasil wawancara dikatakan pekerja
merasakan pedih pada matanya setelah terpapar dan likelihood tersebut, risiko terjadinya luka bakar/
cahaya dari pengelasan. Menurut risk assessment kebakaran akibat percikan api pengelasan termasuk
matrix kategori dampak tersebut termasuk dalam dalam kategori risiko tinggi/ high risk.
kategori cidera sedang sehingga nilai severitynya
Bahaya Tabung dan Selang Bertekanan Proses
sebesar 2. Sekalipun dampak yang ditimbulkan
Sandblasting
termasuk dalam kategori cidera sedang, berdasarkan
hasil wawancara diketahui kemungkinan terjadinya Tabung dan selang bertekanan merupakan salah
paparan tersebut sangat besar. Para pekerja satu komponen alat yang digunakan dalam proses
mengaku sering mengalami hal tersebut sehingga sandblast. Tabung dan selang tersebut memiliki
nilai likelihood dari risiko tersebut termasuk dalam tekanan yang tinggi sebab digunakan untuk
kategori likely (sering) dan nilai likelihoodnya menyemprotkan sand/ pasir ke arah plate agar plate
202 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 192–203

menjadi bersih. Tabung dan selang ini harus selalu Berdasarkan hasil penilaian risiko, dari 24 risiko
dicek kondisinya baik setelah pemakaian maupun dalam 6 aktivitas pekerjaan proses fabrikasi plate
sebelum pemakaian. Berdasarkan hasil identifikasi tanki 42-T-501A terdapat 6 jenis risiko kategori low
tabung dan selang yang bertekanan tinggi ini dapat risk, 6 jenis risiko kategori medium risk, 11 risiko
mengalami ledakan apabila tekanannya berlebihan. kategori high risk dan 1 risiko kategori extreme.
Selain itu ledakan juga dapat terjadi apabila kondisi Sementara tingkatan risikonya dari 24 risiko pada
tabung dan selang tidak dalam keadaan baik dan proses fabrikasi plate tanki 42-T-501A sebesar 25
kuat. Ledakan dari tabung dan selang proses % low risk, 25% medium risk, 45% high risk dan
sandblast tersebut dapat menciderai bahkan dapat 5% extreme.
menyebabkan pekerja meninggal dunia. Menurut
kategori dalam risk assessment matrix, cidera yang
DAFTAR PUSTAKA
ditimbulkan akibat ledakan tabung dan selang
bertekanan tinggi tersebut termasuk dalam kategori Ambarani, A. Y. 2016. Analisis Risiko Pada Proses
cidera berat sehingga nilai severitynya sebesar Overhaul Tanko di PT Pertamina (Persero)
3. Sementara itu nilai kemungkinan terjadinya Refinery Unit VI Balongan Jawa Barat. Skripsi.
termasuk dalam kategori sering (likely) sehingga Surabaya; Universitas Airlangga.
nilai likelihoodnya sebesar 4. Berdasarkan nilai Andhini D.P., Sugiono., Remba Y.E. 2015.
severity dan likelihood tersebut, bahaya ledakan Implementation of Job Safety Analysis (JSA)
dari tabung dan selang bertekanan tinggi saat proses in Prevention Work Accident (Case Study:
sandblasting termasuk dalam kategori risiko tinggi PT. Adi Putro Wirasejati). Jurnal Rekayasa
(high risk). dan Manajemen Sistem Industri, Vol. 3, No. 2:
386–396.
Extreme Baihaqi, R. 2014. Data Kecelakaan 2013
Terjatuh Saat Bekerja di Ketinggian MenurutJamsostek.http://ekbis.sindonews.com/
read/836859/34/192-911-peserta-jamsostek-
Pekerjaan di ketinggian dalam proses fabrikasi alami-kecelakaan-kerja-1392713047 [22
plate tanki 42-T-501A dapat ditemukan pada November 2015]
aktivitas pengecatan plate. Pekerjaan ini termasuk Daryanto. 2012. Teknik Las. Alfabeta,cv. Bandung.
dalam kategori risiko sangat tinggi (extreme) sebab Diemas. 2015. Kecelakaan Overhaul Tanki PT
dampak/ konsekuensi yang timbul apabila risiko Pertamina Cilacap. http://www.cnnindonesia.
ini terjadi adalah pekerja dapat terjatuh sehingga com/ekonomi/20150501193707-85-50581/1-
menyebabkan patah tulang bahkan dapat terjadi orang-tewas-dalam-insiden-kerja-di-kilang-
kematian. Oleh karena itulah, nilai severity/ pertamina/ [22 November 2015]
dampak untuk risiko ini menurut risk assessment Dwi S.B., M. Sulaksmono. 2013. Risk Assessment
matrix adalah 3. Sementara itu, nilai likelihood Pada Pekerjaan Welding Confined Space di Bagian
atau kemungkinan terjadinya juga cukup tinggi. Ship Building PT Dok dan Perkapalan Surabaya.
Nilai kemungkinan terjatuhnya pekerja saat bekerja The Indonesian Journal of Occupational Safety
diketinggian termasuk dalam kategori likely atau and Health, Vol. 2, No. 1 Jan–Jun 2013: 52–60.
sering sehingga nilai likelihoodnya sebesar 4. Fitriana, R. 2012. Kajian Risiko Keselamatan Kerja
Berdasarkan nilai severity dan likelihood tersebut, Pada Proses Overhaul Tanki Timbun L3 di
risiko terjatuhnya pekerja dari ketinggian termasuk PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju – Sungai
dalam kategori risiko sangat tinggi (extreme). Gerong Palembang Tahun 2011. Skripsi. Jakarta;
Universitas Indonesia: 3–34.
SIMPULAN Heinrich H.W Industrial Accident Prevention. New
York: McGraw-Hill Book Company, 1980.
Bahaya yang teridentifikasi pada proses Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.2012.
fabrikasi plate tanki 42-T-501A terdapat 24 potensi Kajian Supply Demand Energy. [online] Dari:
bahaya dengan 24 risiko dari 6 aktivitas pekerjaan http://prokum.esdm.go.id/Publikasi/Hasil%20
yang meliputi pekerjaan pengangkatan plate Kajian/ESDM%20SDE.pdf [22 November
menggunakan crane, cutting torch, pengelasan, 2015]
grinding, sandblasting dan pengecatan.
Aristy Yulanda Ambarani dan Abdul Rohim Tualeka, Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)… 203

Modul Sertifiksi SI, GSI & AT PT. PERTAMINA Pada Proyek Pembangunan Apartemen Student
PERSERO tentang Identifikasi Bahaya, HSE Castle. Jurnal Spektrum Industri, Vol. 14, No.
Corporate. 2010. 1: 1–108.
Occupational Health & Safety Standard 18001 Tahun Siswanto, A. 1994. Bahaya Proses Pengelasan.
2007 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Surabaya: 2–38. (sitasi tanggal 3 November
dan Kesehatan Kerja – Persyaratan. 2014)
PT Jamsostek (Persero). 2012. Himpunan Peraturan SKK MIGAS. 2014. Sustainability Reporting.
Perundangan Pemerintah Republik Indonesia [online] Dari: http://www.skkmigas.go.id/wp-
Mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja: content/uploads/2014/12/SUSTAINABILITY-
Jakarta. REPORTING-G4.pdf [22 November 2015]
PT. Pertamina. 2012. Unit Refinery. http://www. Supriyadi, A. 2014. Data Kecelakaan 2012
pertamina.com/en/our-business/downstream/ MenurutJamsostek.http://katigaku.
refinery/ [22 November 2015] com/2014/08/24/infografik-data-dan-fakta-
Ramli, S. 2011. Pedoman Praktis Manajemen Risiko keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia/
Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. [22 November 2015]
Jakarta: Dian Rakyat. TKO HIRADC PERTAMINA SAFETY – HSE RU
Saloni Waruwu dan Ferida Yuamita. 2016. Analisis VI Tahun 2016.
Faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Tualeka, A. R. 2013. Analisis Risiko. Surabaya:
yang Signifikan Memengaruhi Kecelakaan Kerja Graha Ilmu Mulia.

You might also like