You are on page 1of 13

Vol 16 No.

1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

GAMBARAN KADAR HbCO DALAM DARAH PADA MASYARAKAT


DUSUN DEMELING, GEDANGAN, SIDOARJO
Devita Rahmah Pratiwi, Hadi Suryono, Demes Nurmayanti

ABSTRAK

Carbon monoxide (CO) is one of the toxic pollutants which is resulted from
the emission of mobile sources and immovable sources. The inhaled CO will go
into the lungs then into the bloodstrea. For instance, it will compete with oxygen
to bind the hemoglobin. CO-hemoglobin bond forms hemoglobin carboxy
(HbCO) which is 200-300 times stronger than the oxygen bond with Hb. As
consequence, oxygen is pushed out from its bond with Hb. This study aims to
determine the description of blood HbCO levels in the community of Demeling
Hamlet due to CO exposure from roads located in Gedangan and cooking oil
factory nearby.
This research is descriptive research with cross sectional approach. Samples
of HbCO in blood were taken from 12 housewives aas respondets who domiciled
in Dusun Demeling and samples of CO in the air (5 points). Technique of
sampling in this study used technique of Purposive Sampling. Data collected is
analyzed using tabulation descriptively in the form of tables.
The results showed that HbCO levels in the blood of respondents living
nearby Gedangan had an average of 9.98% and respondents living close to the
cooking oil factory with an average of 8.68%. Average of ambient CO levels in
the air around Gedangan was 11456.04 μg / Nm3 and area near the cooking oil
factory was 2063.07 μg / Nm3. Respondents aged > 40 years had an average
HbCO in blood of 11.54% and the age of ≤40 years had an average of
6.24%.Respondents living> 5 years had an average HbCO of 9.34%. Respondents
whose location near Gedangan roads had average HbCO levels higher than
respondents near the cooking oil factory because motor vehicle activity lasts for
24 hours. At last, to reduce CO content in the ambient air, it is hoped that people
can create green environment by planting plants around their house.

Keywords : HbCO content, Carbon monoxide, Road

PENDAHULUAN karena kegiatan manusia yang


Udara adalah campuran menyebabkan mutu udara turun serta
beberapa macam gas yang tidak memenuhi fungsinya seperti
perbandingannya tidak tetap. Udara sebagaimana mestinya, yang
berperan penting dalam kehidupan demikian itu disebut pencemaran
makhluk hidup di bumi, salah udara. Pencemaran udara merupakan
satunya yang kita hirup untuk masalah lingkungan global yang
bernafas. Masuknya atau terjadi di seluruh belahan dunia.
dimasukkannya zat, energi, dan Udara bersih yang kita hirup
komponen lain ke dalam udara merupakan gas yang tidak tampak,

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 60


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

tidak berbau, tidak berwarna maupun Zat pencemar melalui udara


berasa. Akan tetapi udara yang diklasifikasikan menjadi dua bagian
benar-benar bersih sudah sulit yaitu partikel dan gas. Partikel adalah
diperoleh, terutama di kota besar butiran halus yang masih mungkin
yang banyak industrinya dan padat terlihat dengan mata telanjang seperti
lalu lintasnya. Udara yang tercemar uap air, debu, asap, kabut, dan fume.
dapat merusak lingkungan dan Sedangkan pencemaran berbentuk
kehidupan manusia. Terjadinya gas hanya dapat dirasakan melalui
kerusakan lingkungan berarti penciuman ataupun efek lokal akibat
berkurangnya/rusaknya daya dukung pajanan langsung. Gas-gas ini antara
alam yang selanjutnya akan lain SO2, NO2, CO, CO2,
mengurangi kualitas hidup manusia hidrokarbon, dan lain-lain (Perdana
(Wardhana, 2004). Gintings, 1998:56).
Pencemaran udara bersumber Menurut Suyono (2014) akibat
dari proses alami dan aktifitas pencemaran udara dapat
manusia. Pencemaran dari proses mempengaruhi semua aspek
alami dapat bersumber dari aktifitas kehidupan, baik terhadap manusia,
alam seperti letusan gunung berapi, flora, fauna, dan semua bahan yang
vegetasi, dan kebakaran hutan. ada di lingkungan kita. Pada
Sedangkan pencemaran dari aktifitas manusia, pencemaran udara akan
manusia bersumber dari emisi mempunyai potensi yang cukup
sumber bergerak dan emisi sumber besar terhadap gangguan fungsi
tidak bergerak. Kebanyakan masalah saluran pernapasan. Sedangkan
pencemaran udara bersumber dari menurut Mukono (2008), gangguan
penggunaaan bahan bakar fosil dan kesehatan lainnya antara lain dapat
kegiatan perindustrian. Kegiatan berupa keluhan pada mata (mata
industri mengemisikan berbagai terasa pedas dan berair), radang pada
macam pencemar udara, tergantung pernapasan, sembab paru, bronkitis
pada kegiatan industrinya. menahun, emfisema, ataupun
Menurut Suyono (2014), kelainan paru menahun lainnya.
sumber utama pencemaran udara Menurut Fardiaz (2010),
adalah pembakaran bahan bakar sumber polusi yang utama berasal
untuk menghasilkan energi panas dan dari transportasi, dimana hampir
tenaga, biasanya berasal dari industri, 60% dari polutan yang dihasilkan
komersial, dan rumah tangga; gas terdiri dari karbon monoksida, dan
buang, debu, dan energi panas dari sumber pencemar lainnya berasal
beberapa kawasan industri, termasuk dari proses industri. Sedangkan
pabrik kimia, peleburan besi/baja, menurut Suyono (2014), CO dan
industri semen dan keramik, aktivitas CO2 dihasilkan oleh pembakaran
galian atau pertambangan, dan BBM, batubara, dan sampah serta
stasiun pembangkit listrik. lahan/hutan; kegiatan rumah tangga
dalam memasak menggunakan bahan

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 61


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

bakar minyak, tungku pemanas (CO) di udara ambien diakibatkan


menggunakan minyak, batubara, oleh pertambahan jumlah kendaraan
arang, atau kayu bakar; serta di ruas jalan. Dalam penelitian yang
aktivitas merokok. Hasil pembakaran dilakukan oleh Niken Setyowaty
yang sempurna menghasilkan CO2 (2014), bahwa angka konsentrasi CO
sedangkan hasil pembakaran yang tertinggi pada persimpangan Jalan
tidak sempurna akan menghasilkan Tanjungpura-Jalan Veteran yaitu
CO. menunjukkan angka sebesar 150.000
Pengertian karbon monoksida μg/Nm3, dengan kadar HbCO
(CO) menurut Fardiaz (2010) adalah responden sebesar 3,28%. Hal
suatu komponen tidak berwarna, tersebut menunjukkan bahwa adanya
tidak berbau, mudah terbakar, dan paparan gas CO di udara ambien
bila terbakar menimbulkan nyala berpengaruh terhadap kadar HbCO
berwarna ungu kebiruan, terdapat dalam darah manusia.
dalam bentuk gas pada suhu di atas - Dusun Demeling, Kelurahan
192° C. Sedangkan menurut Mukono Gedangan, Kecamatan Gedangan,
(2008) karbon monoksida dapat Sidoarjo merupakan pemukiman
memberikan kelainan pada tubuh penduduk yang terletak di antara
yaitu memblokir fungsi transpor padatnya lalu lintas Jalan Raya
HbO2 dan meningkatkan HbCO Gedangan dan dekat dengan pabrik
dalam darah, serta menyebabkan minyak goreng. Keduanya adalah
kerusakan otot jantung dan susunan sumber pencemar dari emisi sumber
saraf pusat. Gejala keracunan karbon bergerak dan emisi sumber tidak
monoksida (CO) menurut Mukono bergerak yang menghasilkan gas
(2008) antara lain, pusing, rasa tidak karbon monoksida (CO) di udara
enak pada mata, telinga berdengung, ambien yang berbahaya bagi
mual, muntah, detak jantung kesehatan.
meningkat, rasa tertekan di dada, Jalan Raya Gedangan adalah
kesulitan bernapas, kelemahan otot- bagian dari Jalan Ahmad Yani yang
otot, dan bisa meninggal dunia. melintang mulai dari Kota Sidoarjo
Berdasarkan penelitian sampai Surabaya. Jalan Raya
Faradina Arifiyanti (2012), bahwa Gedangan menjadi salah satu ruas
konsentrasi CO yang dihasilkan dari jalan utama yang penting bagi
volume kendaraan yang melintas di pertumbuhan kota Sidoarjo. Jalan
persimpangan Jalan Jrakah Semarang Raya Gedangan terletak di sebelah
lebih tinggi dibandingkan timur pemukiman Dusun Demeling.
konsentrasi CO yang dihasilkan dari Pembakaran bahan bakar kendaraan
volume bahan bakar Marine Flue Oil bermotor yang dihasilkan dari Jalan
(MFO) oleh pabrik besi. Sedangkan Raya Gedangan dapat mempengaruhi
pada penelitian yang dilakukan Omri kadar gas CO di udara ambien.
Sianturi pada tahun 2004, semakin Sedangkan pabrik minyak goreng
besar konsentrasi karbon monoksida terletak di tengah pemukiman

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 62


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

masyarakat Dusun Demeling METODE PENELITIAN


Gedangan. Pabrik minyak goreng Jenis penelitian ini adalah
merupakan pabrik yang mengolah penelitian deskriptif dengan
minyak kelapa sawit menjadi minyak pendekatan cross sectional.
goreng menggunakan bahan bakar Sampel yang diteliti adalah
batubara untuk menghasilkan uap kadar HbCO dalam darah ibu rumah
bertekanan dalam proses tangga yang berdomisili di Dusun
produksinya. Dimana batubara Demeling dan kadar karbon
mengandung unsur karbon (C) yang monoksida (CO) di udara ambien
dapat menghasilkan karbon sekitar Dusun Demeling yang
monoksida dari pembakaran yang meliputi wilayah yang dekat dengan
tidak sempurna pada tekanan dan Jalan Raya Gedangan dan wilayah
suhu tinggi. Akibat dari paparan gas yang dekat pabrik minyak goreng.
karbon monoksida (CO) dapat Teknik pengambilan sampel
mempengaruhi kemampuan menggunakan teknik purposive
hemoglobin mengikat oksigen dalam sampling, yang didasarkan pada
darah, sehingga akan meningkatkan pertimbangan tertentu yang dibuat
kadar HbCO dalam darah. Oleh oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).
sebab itu, peneliti melakukan Sampel HbCO dalam darah diambil
penelitian untuk mengetahui sebanyak 12 sampel responden,
seberapa besar kadar HbCO dalam dimana terdapat 6 titik yang masing-
darah masyarakat akibat paparan gas masing titik diambil 2 responden.
CO yang berasal dari Jalan Raya Pengambilan sampel HbCO
Gedangan dan pabrik minyak dilakukan 2 jam setelah pengukuran
goreng. sampel CO di udara ambien.
Berdasarkan uraian diatas Sedangkan sampel gas karbon
peneliti tertarik untuk melaksanakan monoksida (CO) diambil sebanyak 5
penelitian yang berjudul: titik, dimana 2 titik dekat dengan
“GAMBARAN KADAR HbCO pabrik, 2 titik dekat dengan jalan
DALAM DARAH PADA raya, dan 1 titik diambil di tengah-
MASYARAKAT DUSUN tengah keduanya.
DEMELING, GEDANGAN, Data hasil penelitian yang telah
SIDOARJO”. terkumpul, kemudian dianalisis
menggunakan tabulasi secara
deskriptif dalam bentuk tabel.

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 63


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil pemeriksaan kadar HbCO
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan kadar HbCO dalam Darah pada Masyarakat
Dusun Demeling Kecamatan Gedangan

No. Kode Sampel Kadar HbCO (%) Kriteria


1. 1 11,82 TM
2. 2 10,63 TM
3. 3 5,24 TM
4. 4 12,32 TM
5. 5 8,25 TM
6. 6 11,65 TM
7. 7 9,45 TM
8. 8 4,56 M
9. 9 14,56 TM
10 10 7,82 TM
11. 11 4,14 M
12. 12 11,58 TM
Keterangan :
M = “Memenuhi syarat” jika kadar HbCO ≤ 5 %
TM = “Tidak Memenuhi syarat” jika kadar HbCO > 5 %

Berdasarkan Tabel 1 kadar Menurut Fardiaz (2010), faktor


HbCO dalam darah terendah adalah penting yang menentukan pengaruh
4,14% dan yang tertinggi sebesar CO terhadap tubuh adalah
14,56%. Kriteria kadar HbCO dibagi konsentrasi HbCO dalam darah,
dalam 2 tingkatan yaitu kadar HbCO dimana semakin tinggi prosentase
≤ 5% dikatakan normal atau hemoglobin yang terikat oleh CO
“Memenuhi Syarat” dan dikatakan dalam bentuk HbCO, maka semakin
“Tidak Memenuhi Syarat” apabila berpengaruh terhadap kesehatan
kadar HbCO >5%. Dari data yang manusia.
telah diperoleh tersebut bila Menurut Agency for Toxic
dibandingkan dengan kriteria di atas, Substances and Disease Registry
maka sebagian besar (83,33%) kadar (2012),waktu tinggal karbon
HbCO dalam darah reponden Dusun monoksida di dalam darah sekitar 6–
Demeling Gedangan “Tidak 8 jam. Jika orang yang telah
Memenuhi Syarat”. menghirup CO dipindahkan ke udara

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 64


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

yang bersih dan berada dalam waktu 4,5 jam dan selanjutnya sisa
keadaan istirahat, maka kadar COHb COHb akan berkurang 8–10% setiap
semula akan berkurang 50% dalam jamnya.

2. Hasil pemeriksaan kadar HbCO


Tabel 2
Hasil Pengukuran CO Udara Ambien di Sekitar
Dusun Demeling Kecamatan Gedangan

Titik Kecepatan Baku Mutu


No. Kadar CO
Sampling Angin (m/s) (22.600 μg/ Nm3)
1. Titik 1 0,33 – 1,38 6873,62 μg/Nm3 M

2. Titik 2 0,28 – 1,23 16038,45 μg/Nm3 M

3. Titik 3 0,14 – 0,52 1145,60 μg/Nm3 M

4. Titik 4 0,06 – 0,40 1834,93 μg/Nm3 M

5. Titik 5 0,18 – 0,60 2291,21 μg/Nm3 M


Keterangan :
Titik 1: Area pinggir Jalan A. Yani No. 147 A Gedangan
Titik 2: Area pinggir Jalan A. Yani No. 147 C Gedangan
Titik 3: Di tengah pemukiman penduduk RT.01 RW.04 Dsn.Demeling
Titik 4: Pemukiman dekat pabrik RT.02 RW.04 Dsn.Demeling
Titik 5: Pemukiman dekat pabrik RT.03 RW.04 Dsn.Demeling
M = “Memenuhi” jika kadar CO kurang dari 22.600 μg/ Nm3
TM = “Tidak Memenuhi” jika kadar CO lebih dari 22.600 μg/ Nm3

Berdasarkan Tabel 2 kadar gas Gubernur Jawa Timur nomor 10


CO di Dusun Demeling tertinggi tahun 2009 tentang Baku Mutu
sebesar 16038,45 μg/Nm3 dan kadar Udara Ambien dan Emisi Sumber
CO terendah sebesar 1145,60 Tidak Bergerak di Jawa Timur, baku
μg/Nm3, dimana hasil tertinggi mutu gas karbon monoksida (CO)
diperoleh dari pengukuran sampel adalah sebesar 22.600 μg/ Nm3. Dari
udara di dekat Jalan Raya Gedangan. 5 titik pengukuran, semuanya hasil
Rata-rata kadar CO udara ambien di pengukuran kadar CO udara ambien
lokasi yang dekat dengan Jalan Raya sekitar Dusun Demeling memenuhi
Gedangan yaitu 11456,04 μg/Nm3, baku mutu.
sedangkan rata-rata kadar CO udara Jalan Raya Gedangan
ambien di lokasi yang dekat dengan merupakan jalan menjadi
pabrik minyak goreng 2063,07 penghubung antara Kota Sidoarjo
μg/Nm3. Berdasarkan Peraturan dengan kota-kota yang berada di

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 65


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

sebelah utara dan barat Sidoarjo, oleh kepadatan kendaraan, suhu,


seperti Surabaya, Mojokerto, dan kelembaban, kecepatan angin, dan
sebagainya. Jalan raya Gedangan arah angin.
juga menjadi akses darat bagi Pengambilan sampel dilakukan
pengguna jalan termasuk truk barang pada waktu pagi hari yakni pukul
yang akan menuju Pulau Bali. 09.00-10.00 WIB dalam keadaan
Banyak kendaraan melintas pada cuaca cerah berawan, dengan suhu
Jalan raya Gedangan dapat sebesar 320 C, kelembaban sebesar
berpengaruh terhadap meningkatnya 55%-70%, kecepatan angin tertinggi
kadar CO di udara, sehingga hasil sebesar 1,38 m/s dan kecepatan angin
pengukuran kadar CO di udara terendah sebesar 0,06 m/s, dan arah
ambien pada titik tersebut tinggi. Di angin mengarah ke arah tenggara.
samping itu kecepatan angin juga Kadar CO udara ambien di
menunjukkan angka tertinggi pada sekitar Dusun Demeling yang rendah
titik pengukuran di dekat jalan raya, disebabkan karena jumlah kendaraan
hal tersebut dikarenakan banyak yang rendah pada saat kegiatan
kendaraan yang melintas dengan sampling. Cuaca yang cerah berawan
kecepatan tinggi. Walaupun menurut pada saat itu mengakibatkan suhu
Mulyanto, 2007 angin dapat udara tinggi dan udara semakin
mengurangi konsentrasi gas CO pada renggang sehingga menyebabkan
suatu tempat karena dipindahkan ke konsentrasi CO di udara menjadi
tempat lain, namun kadar CO di titik semakin rendah. Pada kelembaban
tersebut tinggi dikarenakan padatnya yang tinggi, kadar uap air dapat
lalu lintas sehingga keberadaan CO bereaksi dengan pencemar udara,
di udara tetap pada kadar yang sehingga menghasilkan zat lain yang
tinggi. Sedangkan hasil pengukuran tidak berbahaya atau menjadi zat
CO terendah diperoleh dari pencemar sekunder, sehingga
pengukuran sampel udara di tengah- konsentrasi gas CO di udara ambien
tengah pemukiman penduduk, menjadi rendah. Rendahnya adar CO
dimana kadar karbon monoksida udara ambien dipengaruhi oleh
(CO) dipengaruhi oleh kepadatan kecepatan angin yang tinggi, karena
pemukiman, ketinggian cerobong sebaran polutan di udara menjadi
pabrik, dan angin. luas sehingga kadar polutan menjadi
Apabila di bandingkan dengan rendah. Begitu pula dengan arah
hasil pemeriksaan kadar HbCO angin menentukan persebaran
responden yang tinggi, tidak polutan di udara. Angin yang
sebanding dengan hasil pemeriksaan bergerak ke arah tenggara sejajar
kadar CO di udara ambien secara terhadap jalan sehingga polutan
keseluruhan yang masih tergolong tersebut dapat menyebar secara cepat
rendah. Hal tersebut disebabkan karena tidak ada gedung gedung
karena faktor lain, dimana kadar yang menjadi penghalang.
karbon monoksida (CO) dipengaruhi

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 66


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

3. Umur Responden
Tabel 3
Distribusi Umur Responden Terhadap Kadar HbCO dalam Darah
pada Masyarakat Dusun Demeling Gedangan
Jumlah Prosentase Rata-rata Kadar HbCO
No. Umur
(orang) (%) dalam darah (%)
6,24
1. ≤ 40 tahun 5 41,67
(4,14 – 9,45)
11,54
2. > 40 tahun 7 58,33
(8,25 – 14,56)

Berdasarkan tabel 3 menunjuk- COHb lebih tinggi dibandingkan


kan bahwa sebagian besar responden dengan yang lebih muda.
(58,33%) memiliki umur >40 tahun, Menurut Siswanto (1994),
dapat dilihat pula bahwa pada umur seseorang merupakan salah
kelompok umur tersebut memiliki satu faktor kerentanan individu,
rata-rata kadar HbCO sebesar dimana terjadinya penurunan
11,54%, kadar tersebut lebih tinggi kapasitas kardiovaskuler karena
dibanding rata-rata kadar HbCO proses menua dan berkurangnya
responden yang berumur ≤40 tahun fungsi elastisitas jaringan paru-paru
yakni sebesar 6,24%, Jika dikaitkan sehingga kekuatan bernafas akan
dengan hasil pemeriksaan kadar menjadi lebih sedikit.. Karena
HbCO dalam darah, sebagian besar semakin tua seseorang akan semakin
responden yang berumur lebih dari rentan terhadap paparan CO,
40 tahun memiliki kadar HbCO yang sehingga kadar HbCO akan semakin
melebihi batas 5%. tinggi.
Disebutkan dalam penelitian Berdasarkan hasil wawancara
Dewi N Khoiriyah (2016), bahwa sebagian besar responden yang
karakteristik responden yaitu usia berusia lebih dari 40 tahun memiliki
mempunyai hubungan dengan kadar keluhan akibat paparan CO, yaitu
COHb pada petugas Dishub dengan pusing dan pengelihatan terganggu.
kekuatan korelasi (r) sedang yaitu Menurut Mukono, 2008, gejala
0.405. Sedangkan pada penelitian keracunan CO antara lain, pusing,
Novita Wulansari (2013), hasil rasa tidak enak pada mata, telinga
penelitian menunjukkan bahwa ada berdengung, mual, muntah, detak
hubungan antara umur dengan kadar jantun meningkat, rasa tertekan di
COHb dalam darah (p value = dada, kesukaran bernapas,
0,029), dimana hal ini dapat kelemahan otot-otot, tidak sadar, dan
diketahui bahwa semakin tua umur bisa meninggal dunia.
seseorang akan memiliki kadar

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 67


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

4. Lama Bermukim Responden


Tabel 4
Distribusi Lama Bermukim Responden terhadap Kadar HbCO
dalam Darah pada Masyarakat Dusun Demeling Gedangan

Lama Jumlah Prosentase Rata-rata Kadar HbCO


No.
Bermukim (orang) (%) dalam darah (%)
1. ≤ 5 tahun 0 0 -

2. > 5 tahun 12 100 9,34


(4,14 – 14,56)

Berdasarkan tabel 4 dari 12 ditunjukkan pada hasil pemeriksaan


responden bahwa lama bermukim sampel darah responden dimana
seluruh responden (100%) yaitu lebih kadar HbCO beragam pada semua
dari 5 tahun dengan rata-rata kadar responden yang bermukim lebih dari
HbCO dalam darah responden yaitu 5 tahun. Hal tersebut sesuai hasil
9,34%. Kesibukan responden adalah penelitian Dewi N Khoiriyah (2016)
sebagai ibu rumah tangga, dimana yang menunjukkan tidak ada
sebagian besar aktifitasnya dilakukan hubungan antara lama paparan
di dalam rumah, sedangkan sebagian dengan kadar COHb petugas Dishub.
kecil aktifitas yang dilakukan di luar Besar kecilnya kadar HbCO bisa
rumah dalam kisaran waktu 1-6 jam. disebabkan oleh faktor lain yang
Pada kasus pencemaran gas karbon tidak diteliti, misalnya aktivitas luar
monoksida, lama bermukim rumah yang dilakukan oleh
seseorang tidak mempengaruhi besar responden dan sistem pertahanan
paparan yang diterima, hal tersebut tubuh atau kekebalan seseorang.

5. lokasi Tinggal Responden


Tabel 5
Distribusi Lokasi Tinggal Responden terhadap Kadar HbCO dalam Darah
pada Masyarakat Dusun Demeling Gedangan

Kadar Kadar Rata-rata Kadar


Jumlah
No. Lokasi Tinggal HbCO ≤ HbCO > HbCO dalam
(orang)
5% 5% darah (%)

Dekat dengan Jalan 0 6 orang 9,98


1. 6
Raya Gedangan (0%) (100%) (5,24 – 12,32)

Dekat dengan pabrik 2 orang 4 orang 8,68


2. 6
minyak goreng (33,33%) (66,67%) (4,14 – 14,56)

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 68


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

Berdasarkan hasil kuisioner HbCO berpengaruh dengan tingginya


seperti yang tercantum pada tabel paparan gas CO yang berasal dari
IV.5 diketahui bahwa terdapat 50% hasil pembakaran bahan bakar
responden yang lokasi tempat kendaraan bermotor di jalan raya.
tinggalnya dekat dengan pabrik dan Hasil produk yang tinggi
50% responden lokasi tinggalnya dikarenakan padatnya lalu lintas
dekat dengan jalan raya. Penyebaran kendaraan. Berat jenis gas CO lebih
gas CO di udara tergantung pada ringan sehingga gas CO berada di
keadaan lingkungan, untuk daerah zona pernafasan. Aktivitas kendaraan
perkotaan yang banyak kegiatan bermotor di jalan raya berlangsung
industrinya dan lalu lintasnya padat. selama 24 jam.
Sehingga seseorang yang tinggal Sedangkan prosentase kadar
dekat dengan jalan raya dan pabrik HbCO dalam darah masyarakat yang
sangat berpotensi terhadap paparan lokasi tinggalnya dekat dengan
gas CO sehingga dapat pabrik lebih rendah daripada yang
mempengaruhi kadar HbCO tinggal dekat dengan jalan raya,
seseorang. Prosentase kadar HbCO disebabkan karena cerobong pabrik
dalam darah masyarakat yang lokasi yang tinggi, sehingga pola
tinggalnya dekat dengan Jalan Raya penyebaran gas CO masih harus
Gedangan lebih tinggi dibandingkan melalui beberapa faktor yang dapat
dengan masyarakat yang lokasi mengakibatkan kadar CO menjadi
tinggalnya dekat dengan pabrik rendah. Terlebih durasi paparan dari
minyak goreng. Rata-rata kadar pabrik lebih kecil karena proses
HbCO dalam darah responden yang produksi tidak berjalan terus-
dekat dengan Jalan Raya Gedangan menerus selama 24 jam melainkan
adalah 9,98%, sedangkan rata-rata terbagi dalam beberapa jam kerja.
kadar HbCO dalam darah responden
yang dekat dengan pabrik minyak KESIMPULAN DAN SARAN
goreng yaitu 8,68%. Keseimpulan
Hasil penelitian Kuuni Ulfah 1. Kadar HbCO dalam darah pada
(2016), menunjukkan bahwa rata-rata responden Dusun Demeling yang
kadar gas CO di tepi jalan lebih tinggal dekat dengan Jalan Raya
tinggi 2,36 kali dibandingkan bukan Gedangan memiliki rata-rata
tepi jalan. Sedangkan rata-rata kadar sebesar 9,98% dan responden
HbCO pedagang tepi juga lebih yang tinggal dekat dengan pabrik
tinggi dibanding bukan tepi jalan dan minyak goreng memiliki rata-rata
semua pedagang di tepi jalan sebesar 8,68%.
memiliki HbCO melebihi batas 2. Kadar karbon monoksida (CO)
Biological Exposure Indices. udara ambien sekitar Dusun
Lokasi tinggal responden Demeling pada lokasi yang dekat
berpengaruh terhadap kadar HbCO dengan Jalan Raya Gedangan
dalam darah, dimana tingginya kadar memiliki rata-rata sebesar

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 69


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

11456,04 μg/Nm3 dan pada lokasi bahan bakar kendaraan yang


yang dekat dengan pabrik minyak menghasilkan CO, jenis
goreng memiliki rata-rata sebesar kendaraan berdasarkan usia
2063,07 μg/Nm3. kendaraan, atau aktifitas
3. Umur responden >40 tahun responden yang mempengaruhi
memiliki rata-rata kadar HbCO penurunan kadar HbCO.
dalam darah sebesar 11,54% dan
responden berumur ≤40 tahun DAFTAR PUSTAKA
memiliki rata-rata kadar HbCO Achmad, Rukaesih, 2004. Kimia
dalam darah sebesar 6,24%. Lingkungan. Yogyakarta, Andi.
4. Lama bermukim semua reponden Agency for Toxic Substances and
adalah >5 tahun dengan rata-rata Disease Registry, 2012.
kadar HbCO dalam darah sebesar Toxicological Profile for Carbon
9,34%. Monoxide. Georgia: U.S.
5. Lokasi tinggal di dekat Jalan Raya Department Of Health And
Gedangan dengan rata-rata kadar Human Services.
HbCO dalam darah responden Arifiyanti, Faradina; Sudarno; &
sebesar 9,98% dan lokasi tinggal Dwi Siwi Handayani, 2012.
di dekat pabrik minyak goreng Pengaruh Kelembaban, Suhu,
dengan rata-rata kadar HbCO Arah Dan Kecepatan Angin
dalam darah responden sebesar Terhadap Konsentrasi Karbon
8,68%. Monoksida (Co) Dengan
Membandingkan Dua Volume
Saran Sumber Pencemar Di Area
1. Untuk menguragi kadar CO di Pabrik Dan Di Persimpangan
udara ambien, masyarakat Jalan (Studi Kasus: PT. Inti
diharapkan agar dapat mencipta- General Yaja Steel dan
kan upaya sadar lingkungan Persimpangan Jrakah). Skripsi:
dengan cara menanam tanaman Prodi Teknik Lingkungan,
hijau di sekitar rumah. Fakultas Teknik Universitas
2. Untuk mengurangi efek kesehatan Diponegoro.
akibat paparan CO diharapkan Arya Wardhana, Wisnu, 2004.
masyarakat rajin berolahraga dan Dampak Pencemaran
memperhatikan asupan gizi agar Lingkungan. Yogyakarta, Andi.
dapat mendukung daya tahan Austin, G. T., 1996. Industri Proses
tubuh. Kimia. Jilid 1. Edisi Kelima.
3. Untuk peneliti selanjutnya Jakarta, Penerbit Erlangga.
diharapkan dapat mengembang- Faisal F, Yunus F, & Harahap F,
kan penelitian tentang kadar 2012. Dampak Asap Kebakaran
HbCO yang dikaitkan dengan Hutan pada Pernafasan. Cermin
faktor-faktor yang mempengaruhi Dunia Kedokteran. 38 (1): 31–5.
kadar HbCO, misalnya jenis

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 70


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

Fardiaz, S, 2010. Polusi Air dan Prastyo, Gunawan Eko, 2016. Gas
Udara. Yogyakarta, Kanisius. Karbon Monoksida. https://
Gintings, Perdana, 1988. Mencegah civitas.uns.ac.id/gunawanhse/20
dan Mengendalikan Pencemaran 16/12/15/gas-karbonmonoksida/.
Industri. Jakarta, Sinar harapan. Diakses pada 21 Juli 2017.
Keputusan Menteri Lingkungan Rivanda, Andrian, 2015. Pengaruh
Hidup R.I Nomor: Kep- Paparan Karbon Monoksida
02/MENKLH/1/1998 Tentang Terhadap Daya Konduksi
Pedoman Penetapan Baku Mutu Trakea. Bandar Lampung,
Lingkungan. Fakultas Kedokteran,
Khoiriyah, Dewi N, 2016. Hubungan Universitas Lampung, Majority,
Lama Paparan dan Kadar CO 4 (8).
Lingkungan dengan Kadar Sentra Informasi Keracunan
COHb dalam Darah Petugas Nasional, 2010. Carbon
Dinas Perhubungan Monoxide. Jakarta, Badan
Terminal Tirtona. Thesis, Pengawasan Obat dan Makanan.
Universitas Sebelas Maret. Setyowaty, Niken; Agus Fitriangga;
Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi & Dian Rahayu, 2014. Potensi
Penelitian Kesehatan. Jakarta, Gangguan Kesehatan Polisi
Rineka Cipta. Lalu Lintas Akibat Karbon
Mukono, H.J, 2008. Pencemaran Monoksida (CO). Skripsi: Prodi
Udara dan Pengaruhnya Teknik Lingkungan, Universitas
Terhadap Gangguan Saluran Tanjungpura Pontianak.
Pernapasan. Surabaya, Sianturi, Omri. 2004. Evaluasi
Airlangga University Press. Emisi Karbon Monoksida
_______, H.J, 2011. Prinsip Dasar dan Partikel Halus dari
Kesehatan Lingkungan. Kendaraan Bermotor di Kota
Surabaya, Airlangga University Semarang. Tesis. Semarang:
Press, Edisi Kedua. Universitas Diponegoro.
Mulyanto, H.R, 2007. Ilmu Siswanto, A, 1994. Toksikologi
Lingkungan. Yogyakarta, Graha Industri. Balai Hiperkes Jawa
Ilmu. Timur.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Sitepoe, Mangku, 1997. Usaha
Tahun 1999 tentang Mencegah Pencemaran Udara.
Pengendalian Pencemaran Jakarta, Gramedia Widiasarana
Udara. Indonesia.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara
Transmigrasi No. PER.13/MEN/ ambien – Bagian 6: Penentuan
X/2011 Tentang Nilai Ambang lokasi pengambilan contoh uji
Batas Faktor Fisika dan Faktor pemantauan kualitas udara
Kimia di Tempat Kerja. ambien.

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 71


Vol 16 No. 1 APRIL 2018 ISSN 1693-3761

Soekamto, T.H dan David, S.P, Karboksihemoglobin (Hbco) dan


2012. Intoksikasi Karbon Tekanan Darah Pedagang Tepi
Monoksida. Universitas Jalan dengan Bukan Tepi Jalan
Airlangga Surabaya. Jurnal di Surabaya. Thesis, Universitas
Kedokteran. Vol.1-No.1. Airlangga.
(http://journal.unair.ac.id/downl Wichaksana, A, Astono, & Hanum,
oadfull/RE42671c12a97c05fulla K, 2002. Dampak Keracunan
bstract.pdf). Diakses pada: 29 Gas Karbon Monoksida Bagi
Januari 2017. Kesehatan Pekerja. Jakarta,
Suharto, Ign, 2011. Limbah Kimia Cermin Dunia Kedokteran No.
dalam Pencemaran Udara dan 136.
Air. Yogyakarta, Andi. WHO, 2004. Carbon Monoxide
Sukandarrumidi, 2006. Batubara dan Environmental Health Criteria.
Pemanfaatannya. Yogyakarta, Geneva, World Health
Gadjah Mada University Press. Organization.
Suyono, 2014. Pencemaran Wulansari, Novita, 2013. Faktor -
Kesehatan Ligkungan. Jakarta, Faktor Risiko Paparan Gas CO
EGC. Terhadap Kadar Hbco dalam
Theriault GP, 1995. Cardiovascular Darah pada Mahasiswa
Disorders. Occupational Fakultas Kesehatan Udinus
Disorders by System. In: Levy Semarang Tahun 2013. Skripsi,
BS, Wegman DH. Editors. Program Studi Kesehatan
Occupational Recognizing Masyarakat, Fakultas Kesehatan,
Preventing Work-related Universitas Dian Nuswantoro
Disease. 3rd ed. Boston: Little, Semarang.
Brown and Co: 563-66.
Ulfah, Kuuni, 2016. Perbedaan
Antara Kadar Gas CO, Kadar

GEMA KESEHATAN LINGKUNGAN 72

You might also like