You are on page 1of 10

Jurnal Penelitian Karet, 2016, 34 (1) : 25-34

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2016, 34 (1) : 25-34

PENCEGAHAN BROWNING FASE INISIASI KALUS


PADA KULTUR MIDRIB DAUN KLON KARET
(HEVEA BRASILIENSIS MUELL. ARG) PB 330

Browning Prevention on Callus Initiation Phase on Leaf Midrib of PB 330


Rubber Clone Culture (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
1*) 2)
Lestari ADMOJO dan Ari INDRIANTO
1*)
Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet
Jl. Pattimura KM 6 Salatiga Jawa Tengah
Email: tariadmojo@balitgetas.co.id
2)
Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta

Diterima : 6 Januari 2016 / Direvisi : 30 Mei 2016 / Disetujui : 24 Juni 2016

Abstract Abstrak

Tissue culture is one of new efforts to Perbaikan teknik perbanyakan dan


improve of rubber Hevea brasiliensis Muell. mutu bibit klonal karet (Hevea brasiliensis
Arg clonal propagation. Nevertheless, one of Muell. Arg) dapat dilakukan melalui teknik
the major problems is lethal browning on kultur jaringan. Kendala teknik tersebut
callus initiation. Browning caused by some diantaranya masih tingginya intensitas
phenolic compound which accumulated browning pada tahap inisiasi kalus.
during wounding. This experiment was Browning umumnya disebabkan oleh
conducted to investigate the effect of senyawa fenolik yang biasanya muncul dan
antioxidant ascorbic acid, activated terakumulasi ketika eksplan dilukai.
charcoal+sucrose, repeated culture, in Penelitian ini bertujuan mengetahui metode
combination under the dark and light culture eliminasi browning yang efektif diantara
incubations in controlling lethal browning in perlakuan perendaman eksplan dalam asam
in-vitro culture of rubber clone PB 330 using askorbat, arang aktif+sukrosa, subkultur
midrib leaf explant. Explant was planted on berulang yang diinkubasi dalam ruang gelap
callus initiation medium MS+2,4-D 5 ppm dan terang. Bahan eksplan yang digunakan
using 10 bottles as replication, were planted adalah eksplan midrib daun klon karet PB
in each bottle. The observation covered the 330 yang ditanam pada media induksi kalus
early time of browning initiation, intensity of MS+2,4-D 5 ppm. Masing-masing
browning, and number of explants browning menggunakan 10 botol sebagai ulangan dan
up to 35 Day After Culture (DAC). Data were ditanam sebanyak 2 eksplan per botol.
analyzed by Analysis of Variance of Factorial Pengamatan meliputi waktu awal browning,
Design and significant different among waktu rata-rata eksplan mengalami
treatment were compared by Duncan Multiple browning, intensitas browning dan jumlah
Range Test. The results of the current study eksplan browning hingga 35 hari setelah
revealed that the best treatment was soaked tanam (HST). Data dari 10 eksplan untuk
on 100 mg/L ascorbic acid soluble sterile masing-masing perlakuan selanjutnya
treatment by 30 minutes before planted on dianalisis dengan analisis ragam dari
medium and culture placed under dark
Rancangan Faktorial dan uji lanjut dengan
condition, showed browning intensity of
Duncan Multiple Range Test untuk data yang
explants was significantly controlled down to
berbeda nyata. Hasil percobaan
7.5% and also number of browning explants
menunjukkan bahwa perendaman eksplan
reduced up to 30%.
dalam 100 mg/L asam askorbat steril
selama 30 menit, yang diinkubasi dalam
Keywords: Rubber clone; Hevea brasiliensis;
ruang gelap efektif menurunkan intensitas
PB 330; browning; ascorbic acid
browning hingga 7,5% dengan jumlah

25
Admojo dan Indrianto

eksplan yang mengalami browning dapat Upaya mengatasi browning pada


ditekan hingga 30%. kultur tanaman berkayu dapat dilakukan
antara lain dengan penambahan senyawa
Kata kunci: Klon karet; Hevea brasiliensis; antioksidan seperti asam askorbat,
PB 330; browning; asam modifikasi lingkungan kultur dengan
askorbat menempatkan dalam ruang gelap total,
subkultur berulang atau pencelupan dalam
cairan seperti arang aktif dan sukrosa. Pada
PENDAHULUAN beberapa kasus, satu jenis perlakuan
pencegahan browning seringkali tidak
 Salah satu upaya perbaikan mutu cukup efektif sehingga kadang kala
bibit klonal karet (Hevea brasiliensis Muell. kombinasi perlakuan perlu dilakukan. Pada
Arg) yang dapat dilakukan adalah melalui tanaman Sideritis trojana Bornm.,
teknik kultur jaringan. Teknik tersebut penambahan antioksidan 100 mg/L asam
membuka peluang untuk mengatasi askorbat dan 50 mg/L asam sitrat pada
beberapa persoalan mutu bibit yang media, penyimpanan kultur dalam ruang
diperbanyak secara konvensional. Persoalan gelap dan subkultur secara cepat setiap
tersebut antara lain menurunnya juvenilitas minggu lebih efektif dalam mencegah
bibit dan inkompatibilitas yang mungkin browning dibandingkan dengan perlakuan
terjadi antara batang atas dan batang tunggal (Corduk & Aki, 2011). Pada tanaman
bawah. Sejauh ini, masih terdapat beberapa pir (Pyrus communis L.), kombinasi
kendala dalam teknik kultur jaringan yang antioksidan (100 mg/L asam askorbat dan
perlu diatasi. Salah satu kendala yang 150 mg/L asam sitrat) sebagai pra
dihadapi adalah sulitnya meregenerasi perlakukan selama 1 jam + Polyvinyl
kalus dari eksplan tanaman klonal karena pyrrlidone (PVP) 160 mg/L + arang aktif 200
masih tingginya tingkat browning pada fase mg/L yang ditambahkan pada media
induksi kalus. Browning (pencoklatan) pada signifikan mengurangi nekrosis dan
jaringan merupakan salah satu browning (Esmail et al., 2014). Pada
permasalahan yang sering terjadi pada tanaman pisang spesies grand naine yang
kultur tanaman berkayu. Browning bergetah, browning mampu ditekan dengan
umumnya disebabkan oleh senyawa fenolik penambahan asam askorbat dengan
yang biasanya muncul dan terakumulasi kombinasi asam sitrat, arang aktif, cysteine,
ketika eksplan dilukai, yang biasanya dan sari jahe yang diberikan pada saat pra
disebabkan oleh aktivasi dari enzim perlakuan (Morfeine, 2013).
Polyphenol oxidase (PPO). Pelukaan organ
dapat menyebabkan terjadinya Penelitian ini bertujuan untuk
ketidakseimbangan metabolisme dari ROS mengetahui metode paling efektif dalam
(Reactive Oxygen Species), peroksidasi pada mencegah browning fase induksi kalus pada
membran lipid, dan kehilangan integritas kultur midrib (bagian pertulangan) daun
membran sel yang dapat memicu over klon karet PB 330.
akumulasi dari senyawa fenolik dan
menyebabkan terjadinya browning (Ru, Lai,
Xu, & Li, 2013). PPO dan peroxidase (POD) BAHAN DAN METODE
diketahui banyak ditemukan pada family
Euphorbiaceae, Moraceae, dan  Penelitian dilakukan di
Anacardiaceae yang antara lain Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Biologi
berhubungan dengan kandungan getah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sejak
(lateks) yang tinggi (John, Bhat, & Prasada Juni hingga November 2014. Bahan dan
Rao, 2003). Umumnya, pencoklatan metode yang digunakan dalam penelitian
merupakan hasil dari interaksi antara meliputi :
aktivitas enzim PPO dan kandungan
polifenol. Seperti diketahui, perubahan 1. Bahan tanam dan sumber eksplan
permeabilitas membran menyebabkan
pelepasan enzim dan substrat pada sitosol Bahan tanam menggunakan bibit
yang memicu pigmentasi atau pencoklatan polibag klon karet PB 330 pada stadia 1-2
(Mellidou et al., 2014). payung daun. Bagian daun diambil dari

26
Pencegahan Browning Fase Inisiasi Kalus Pada Kultur Midrib Daun Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) PB 330

tunas pada usia sekitar 5-8 hari setelah asam askorbat atau arang aktif+sukrosa
flush. Daun yang diambil adalah yang telah maupun tanpa perlakuan perendaman
berwarna hijau segar (tidak lagi berwarna setiap 7 hari sebanyak 2 kali pindah tanam
coklat seperti fase awal flush) dan sehat. dalam media yang sama. Asam askorbat dan
Bibit klon karet PB 330 diperoleh dari Balai arang aktif diperoleh dari Merck Jerman.
Penelitian Getas, Salatiga, Jawa Tengah. Matriks kombinasi perlakuan disajikan
dalam Tabel 1.
2. Penyiapan eksplan
4. Kondisi kultur dan media tanam
Daun yang telah diambil sebagai
sumber eksplan selanjutnya disiapkan di Kultur selanjutnya ditempatkan pada
Laboratorium. Pra sterilisasi dilakukan dua kondisi yaitu ruang gelap dan terang.
dengan pencucian daun dalam detergen cair Ruang terang dengan menempatkan kultur
di bawah air mengalir. Setelah bersih, daun di bawah penyinaran lampu TL 1000 lux,
dipotong sekitar 3-5 cm dan diletakkan di suhu 25oC dan kelembaban 60-70%. Media
dalam erlenmeyer kemudian disterilisasi di tanam menggunakan media MS (Murashige
dalam Laminar Air Flow. Daun disterilisasi & Skoog) dengan penambahan auksin 2,4-D
dengan merendam dalam alkohol 70%, 5 ppm (2,4-Diclorophenoxy acetic acid). pH
digojog 2-3 menit, kemudian dibilas dengan medium sekitar 5,7-5,8 sebelum diautoklaf
akuades steril 2 kali. Selanjutnya daun pada suhu 121oC pada tekanan 1 atm.
direndam dalam Clorox 2,25%, dikocok Auksin diperoleh dari Merck Jerman.
selama 2-3 menit dan dibilas dengan
akuades steril 3 kali. Sebelum ditanam, 5. Rancangan percobaan dan pengamatan
daun dipotong di bagian tepi (hingga tersisa
bagian midrib atau pertulangannya Percobaan disusun dengan
daunnya) sepanjang 1 x 1,5 cm. Rancangan Faktorial dengan 10 botol
sebagai ulangan, tiap botol ditanam
3. Perlakuan pencegahan browning sebanyak 2 eksplan. Pengamatan dilakukan
terhadap waktu mulai terjadinya browning,
Pada perlakuan perendaman eksplan, jumlah eksplan yang mengalami browning,
eksplan direndam dalam asam askorbat 100 intensitas browning dan waktu terjadinya
mg/L steril dan arang aktif 2 g/L+sukrosa 8 lebih dari 50% total eksplan mengalami
g/L steril dan digoyang perlahan selama 30 browning yang diamati hingga 35 HST (hari
menit, setelah itu langsung ditanam dalam setelah tanam). Intensitas browning diukur
media. Larutan asam askorbat disterilkan berdasarkan kategori dalam Tabel 2.
dengan milipore filter 0,2 µ dan larutan Perlakuan subkultur berulang diamati
sukrosa+arang aktif di dalam autoklaf setelah subkultur pertama atau 7 HST. Data
sebelum digunakan. Setelah eksplan intensitas browning dianalisis dengan
ditanam dalam media, selanjutnya analisis ragam dari Rancangan Faktorial dan
diinkubasi pada kondisi gelap dan di bawah uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test
penyinaran. Perlakuan subkultur berulang (DMRT) untuk data yang berbeda nyata pada
dengan memindah tanam eksplan baik taraf nyata 5% menggunakan software SAS
eksplan dengan perlakuan perendaman 9.1.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan pencegahanbrowning fase induksi kalus


Table 1. Combination of browning treatments on callus induction phase
Kondisi inkubasi
Perlakuan Incubation
Treatment Terang Gelap
Light Dark
Tanpa perlakuan (kontrol) B1 B2
Rendam asam askorbat B3 B4
Rendam sukrosa+arang aktif B5 B6
Subkultur berulang B7 B8
Subkultur berulang+ rendam asam askorbat - B9
Subkultur berulang+rendam (sukrosa+arang aktif) - B10

27
Admojo dan Indrianto

Tabel 2. Penilaian intensitas browning


Table 2. Scoring of browning intensity

Skoring Keterangan
No.
Scoring Remarks
1. 0-0,24 0 - <1/4 bagian eksplan mengalami browning
2. 0,25-0,49 1/4 - <1/2 bagian eksplan mengalami browning
3. 0,50-0,74 1/2 - <3/4 bagian eksplan mengalami browning
4. 0,75-0,99 3/4 - <1 bagian eksplan mengalami browning
5. 1,00 Seluruh bagian eksplan mengalami browning

HASIL DAN PEMBAHASAN ruang gelap, yaitu berturut-turut pada 19


dan 17 HST, nilai ini lebih baik dibanding
Secara umum seluruh perlakuan kontrol gelap dan kontrol terang. Waktu
menunjukkan hasil yang berbeda nyata >50% eksplan mengalami browning
dengan kontrol, baik kontrol terang maupun menunjukkan perlakuan subkultur
kontrol gelap. Hasil pengamatan yang berulang yang diinkubasi di ruang terang
dilakukan hingga 35 hari setelah tanam menunjukkan waktu yang lebih cepat, yaitu
(HST) disajikan dalam Tabel 3. Waktu awal 13 HST dan nilai ini masih lebih baik
kemunculan browning paling lama terjadi dibanding dengan kontrol gelap dan kontrol
pada perlakuan perendaman eksplan dalam terang yang masing-masing terjadi pada 7
media sukrosa+arang aktif yang diinkubasi HST. Perlakuan perendaman eksplan dalam
di ruang gelap dan perendaman eksplan asam askorbat yang diinkubasi di ruang
dalam asam askorbat yang diinkubasi di gelap dan kombinasinya dengan subkultur

Tabel 3. Pengaruh beberapa perlakuan terhadap terjadinya browning


Table 3. Effect of each treatment on browning of explants.
Waktu
Waktu Persentase Persentase
Jumlah >50%
awal intensitas jumlah
Jumlah eksplan eksplan
browning browning eksplan
eksplan browning browning
(HST) browning
Kode Perlakuan (HST)
Percentage of
Code Treatments Number Number of
Early time browning Percentage
of browning Time of
of intensity of browning
explants explants >50%
browning (%) explants
explants
(DAC) (%)
browning
KT Kontrol terang 20 3 95,0a±10,5 20 100 7
KG Kontrol gelap 20 5 90,0a±10,4 20 100 7
Rendam asam
AA-T 20 12 45,0b±27,6 14 70 35
askorbat - terang
Rendam asam
AA-G 20 17 7,5c±2,6 6 30 -
askorbat - gelap
Rendam (sukrosa+
SA-T 20 15 52,5b±36,1 14 70 22
arang aktif) – terang
Rendam (sukrosa+
SA-G 20 19 45,0b±31,4 12 60 33
arang aktif) - gelap
Subkultur berulang
SK-T 20 3*) 90,0a±17,4 20 100 13*)
3x - terang
Subkultur berulang
SK-G 20 6*) 52,5b±30,5 14 70 29*)
3x - gelap
Subkultur berulang
SK-AA-G + rendam asam 20 4*) 10c±3,3 6 30 -
askorbat-gelap
Subkultur berulang
SK-SA-G + rendam (sukrosa + 20 5*) 45b±22,2 14 70 19*)
arang aktif)-gelap

28
Pencegahan Browning Fase Inisiasi Kalus Pada Kultur Midrib Daun Klon Karet (hevea Brasiliensis Muell. Arg) PB 330

berulang menunjukkan tidak terjadi diantara seluruh perlakuan. Waktu awal


browning hingga 50% dari total jumlah kemunculan browning paling lama terjadi
eksplan. Hasil tersebut menegaskan bahwa pada perlakuan perendaman eksplan dalam
perlakuan perendaman dalam larutan sukrosa+arang aktif yang diinkubasi di
antioksidan dan penempatan eksplan dalam ruang gelap (SA-G) yaitu pada 19 HST, nilai
ruang gelap mampu memperlambat waktu ini tidak jauh berbeda dengan perlakuan
kemunculan browning. Rata-rata intensitas perendaman eksplan dalam asam askorbat
browning terendah dicapai pada perlakuan yang diinkubasi di ruang gelap (AA-G) yaitu
perendaman eksplan dalam asam askorbat pada 17 HST. Kedua perlakuan tersebut
yang diinkubasi di ruang gelap dan menunjukkan waktu awal browning yang
kombinasinya dengan perlakuan subkultur lebih lama dibandingkan dengan kontrol
berulang, yaitu berturut-turut sebanyak gelap dan kontrol terang, yaitu berturut-
7,5% dan 10% dan nilai ini nyata lebih turut pada 3 dan 5 HST. Waktu >50%
rendah daripada perlakuan lainnya. Jumlah eksplan mengalami browning tidak terjadi
total eksplan yang mengalami browning juga pada perlakuan perendaman eksplan dalam
lebih rendah pada perlakuan perendaman asam askorbat yang diinkubasi di ruang
eksplan dalam asam askorbat yang gelap (AA-G) dan kombinasinya dengan
diinkubasi di ruang gelap atau dengan subkultur berulang (SK-AA-G), karena
kombinasi subkultur berulang yaitu eksplan yang mengalami browning kurang
sebanyak 30%. Hasil percobaan ini juga dari 50%.
menunjukkan bahwa hampir seluruh
eksplan yang diperlakukan tanpa asam Gambar 2 menunjukkan perbedaan
askorbat mengalami browning lebih cepat persentase intensitas browning dan jumlah
dengan intensitas yang lebih tinggi. eksplan yang mengalami browning diantara
seluruh perlakuan. Pada perlakuan yang
Gambar 1 menunjukkan perbedaan mengalami intensitas browning tinggi, juga
waktu awal munculnya browning dengan diikuti tingginya jumlah eksplan yang
waktu >50% eksplan mengalami browning mengalami browning. Intensitas browning

40 waktu awal
Waktu awal browning
35 browning
Early time of browning
30 Waktu >50% browning
Waktu (HST)
Time (DAC)

25 Time of >50% explants browning


20
15
10
5
0

Perlakuan
Treatments

Keterangan (Remarks) : HST:Hari Setelah Tanam (DAC:Day After Culture), KT:Kontrol Terang (Control of Light
treatment), KG:Kontrol Gelap (Control of Dark treatment), AA-T:Asam Askorbat-Terang (Ascorbic Acid-
Light treatment), AA-G:Asam Askorbat-Gelap (Ascorbic Acid-Dark treatment), SA-T:Sukrosa+Arang
aktif-Terang (Sucrose+Activated charcoal-light treatment), SA-G:Sukrosa+Arang aktif-Gelap
(Sucrose+Activated charcoal-dark treatment), SK-T:Subkultur berulang-Terang (Repeated subculture-
Light condition), SK-G:Subkultur berulang-Gelap (Repeated subculture-Dark condition), SK-AA-
G:Subkultur berulang-Asam Askorbat-Gelap (Repeated subculture-Ascorbic acid-Dark condition), SK-
SA-G:Subkultur berulang-Sukrosa+Arang aktif-Gelap (Repeated subculture-Sucrose+Activated
charcoal-Dark condition).
Gambar 1. Perbedaan antar perlakuan pada waktu awal browning dan waktu >50% eksplan
mengalami browning
Figure 1. Differences among treatments on early time of browning and time of >50% explants
browning

29
Admojo dan Indrianto

120
a a a
100 b Intensitas browning
Browning intensity
b b b
Jumlah eksplan browning
80 b
Persentase
Percentage

Number of browning explants

60

40
c
c
20

Perlakuan
Treatment

Keterangan (Remarks) : HST:Hari Setelah Tanam (DAC:Day After Culture), KT:Kontrol Terang (Control of Light
treatment), KG:Kontrol Gelap (Control of Dark treatment), AA-T:Asam Askorbat-Terang (Ascorbic Acid-
Light treatment), AA-G:Asam Askorbat-Gelap (Ascorbic Acid-Dark treatment), SA-T:Sukrosa+Arang
aktif-Terang (Sucrose+Activated charcoal-light treatment), SA-G:Sukrosa+Arang aktif-Gelap
(Sucrose+Activated charcoal-dark treatment), SK-T:Subkultur berulang-Terang (Repeated subculture-
Light condition), SK-G:Subkultur berulang-Gelap (Repeated subculture-Dark condition), SK-AA-
G:Subkultur berulang-Asam Askorbat-Gelap (Repeated subculture-Ascorbic acid-Dark condition), SK-
SA-G:Subkultur berulang-Sukrosa+Arang aktif-Gelap (Repeated subculture-Sucrose+Activated
charcoal-Dark condition). Data yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%
(data followed by the same letter are not significantly different at P=0,05).

Gambar 2. Perbedaan intensitas browning dan jumlah eksplan yang mengalami browning
diantara seluruh perlakuan.
Figure 2. Differences among treatments on browning intensity and number of browning
explants

terendah dicapai pada perlakuan eksplan dalam asam askorbat terbukti


perendaman eksplan dalam asam askorbat cukup efektif menanggulangi browning fase
yang diinkubasi di ruang gelap (AA-G) yaitu induksi kalus pada kultur midrib daun klon
sebanyak 7,5% dengan jumlah eksplan yang karet PB 330. Perendaman eksplan asam
mengalami browning hanya 30%. Hasil askorbat tidak hanya mengekspose eksplan
tersebut tidak berbeda nyata dengan pada senyawa reduksi tetapi juga pada pH
perlakuan subkultur berulang+perendaman rendah. Pada pH di bawah 4, diketahui
eksplan dalam asam askorbat yang aktivitas enzim PPO (Polyphenol Oxidase)
diinkubasi di ruang gelap (SK-AA-G) yaitu menurun karena reduksi dari Cu2+ menjadi
10% dengan nilai jumlah eksplan yang mononuclear copper (Cu+) pada sisi aktifnya,
mengalami browning sama yaitu sebanyak atau kehilangan rantai copper pada sisi
30%. Data tersebut menunjukkan hasil yang aktifnya, atau berhubungan dengan reduksi
berbeda nyata dengan kontrol terang dan senyawa quinon menjadi difenol (Arpita,
kontrol gelap. Subroto, Pinaki, & Bidyut, 2010). Pada
tanaman karet, aktivitas PPO terjadi pada
Hasil pengamatan menunjukkan rentang pH 4-10, dengan aktivitas optimal
perlakuan asam askorbat yang diinkubasi terjadi pada pH 6 (Muhamad,
dalam ruang gelap menunjukkan hasil Chirapongsatonkul, & Churngchow, 2012).
terbaik untuk keseluruhan respon. Waktu PPO dilaporkan terdapat pada fraksi lutoid
terjadinya browning yang lama (17 HST), dan partikel Frey-Wyssling yang terdapat
intensitas browning lebih rendah (7,5%), dan pada pembuluh lateks, bahkan pada lutoid
persentase eksplan yang mengalami ditemukan hingga 5–34 kali lebih tinggi
browning mampu ditekan hingga 30%. Hasil dibandingkan pada partikel Frey-Wyssling
tersebut menegaskan bahwa perendaman (Sakdapipanich & Rojruthai, 2012). Seperti

30
Pencegahan Browning Fase Inisiasi Kalus Pada Kultur Midrib Daun Klon Karet (hevea Brasiliensis Muell. Arg) PB 330

diketahui, pembuluh lateks ada di seluruh mengakibatkan munculnya radikal oksigen


bagian tanaman karet, termasuk pada bebas, yang dapat memicu
bagian midrib daun yang digunakan sebagai dekompartemenisasi (pecahnya vakuola dan
eksplan. (PPO) diketahui terdapat pada plastida di dalam sel) yang menyebabkan
daun, biji dan suspensi sel dari tanaman aktifnya enzim PPO yang akhirnya
karet Hevea brasiliensis. dimana catechol menyebabkan pencoklatan jaringan
ditemukan paling banyak sebagai spesifik (browning). Senyawa antioksidan berperan
substratnya (Muhamad et al., 2012). dalam menangkap radikal oksigen bebas
Diantara inhibitor PPO yang diuji pada sehingga mampu mencegah
tanaman rambutan (Nephelium lappaceum dekompartemenisasi yang bisa
L.), inhibitor yang efektif untuk catechol mengaktifkan enzim PPO (Veltman &
sebagai substratnya adalah asam askorbat Peppelenbos, 2003). Asam askorbat
(Haque, Al-Jassabi, Saad, & Satyakeerthy, berperan dalam merubah radikal tocopheryl
2014). menjadi semi-dehydroascorbic acid,
sehingga tidak berperan dalam membentuk
Mekanisme pencegahan browning senyawa hidrogen peroksida yang bersifat
dapat dilihat pada Gambar 3. Seperti toksik (Gambar 4).
diketahui, oksigen dibutuhkan dalam Pada kultivar tanaman pir,
aktivitas respirasi. Aktivitas respirasi dapat penambahan 100 mg/L asam askorbat

peroxides:
RO-

Gambar 4. Interaksi antara AA (Asam


Askorbat) dan GSH (bentuk
reduksi dari glutathione) dalam
Gambar 3. Mekanisme pencegahan browning mengubah senyawa radikal
oleh senyawa antioksidan tocopheryl.
Figure 3. Browning prevention mechanism Figure 4. Interaction between AA (Ascorbic
by antioxidant compound Acid) and GSH (glutathione
Sumber (Source): Veltman & Peppelenbos, reduction form) on changing of
2003 radical tocopheryl.

31
Admojo dan Indrianto

Tabel 4. Skor intensitas browning dari terendah hingga tertinggi


Table 4. Score of browning intensity from lowest to highest level

Skor Eksplan browning Keterangan


Score Browning explant Remarks
0-0,24 Browning tidak terjadi pada seluruh bagian
eksplan, atau hanya sedikit di bagian tertentu
saja, seperti bagian salah satu sisi daun, atau
bagian kecil dari tangkai daun yang meliputi
kurang dari seperempat bagian eksplan.

0,25-0,49 Browning terjadi pada sekitar seperempat


hingga kurang dari setengah bagian eksplan,
seperti sebagian kedua sisi daun, dan sebagian
kecil dari tangkai daun.

0,50-0,74 Browning terjadi pada setengah hingga lebih


dari setengah bagian eksplan, namun kurang
dari tiga perempat bagian eksplan, seperti
sebagian besar kedua sisi daun dan sebagian
kecil dari tangkai daun.

0,75-0,99 Browning terjadi pada tiga perempat atau lebih


dari tiga perempat bagian eksplan, namun
kurang dari seluruh bagian eksplan, seperti
hampir kseluruhan kedua sisi daun dan
sebagian besar dari tangkai daun, atau
sebaliknya.

1,00 Browning terjadi pada seluruh bagian eksplan,


seperti kedua sisi daun dan tangkai daun.

32
Pencegahan Browning Fase Inisiasi Kalus Pada Kultur Midrib Daun Klon Karet (hevea Brasiliensis Muell. Arg) PB 330

selama 15 menit sebelum sterilisasi terbukti untuk mencegah terjadinya browning


dapat mengurangi intensitas browning susulan akibat terlalu lama berada dalam
(Jartoodeh, Davarynejad, Tehranifar, Kaveh, medium yang sama.
& Bisheh, 2013). Eliminasi browning pada
eksplan tanaman B. huillensis
menggunakan bagian nodal, juga efektif DAFTAR PUSTAKA
digunakan 200 mg/L asam askorbat
(Ndakidemi, Mneney, & Ndakidemi, 2014). Arpita, S., Subroto, D., Pinaki, B., & Bidyut,
Pada tanaman leci (Litchi chinensis sonn.) B. (2010). Inhibition of polyphenol
pencelupan eksplan dalam asam askorbat oxidase in banana, apple and
setelah pelukaan, sangat efektif mengurangi mushroom by using different
intensitas browning, sedangkan antibrowning agents under different
penambahan arang aktif tidak berpengaruh. conditions. Int. J. Chem. Sci., 8(5),
Hal tersebut diduga karena arang aktif lebih S550-S558. Diakses tanggal 7 Juni
berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi 2 0 1 6 d a r i
media dibandingkan penyerapan polifenol www.sadgurupublications.com/Conte
pada eksplan (Pankaj, Pandey, & Roy, 2014). ntPaper/2010/62_Format.pdf
Senada dengan hasil review yang dilakukan
oleh Ionita (2013) pada beberapa tanaman, Corduk, N., & Aki, C. (2011). Inhibition of
urutan inhibitor yang paling efektif untuk browning problem during
menghambat aktivitas PPO yaitu : asam micropropagation of Sideritis trojana
askorbat, asam sitrat, L-cysteine dan Bornm. an endemic medicinal herb of
sodium metabisulfit. Hasil penelitian pada Turkey. Romanian Biotechnological
tanaman selada (Lactuca sativa L. cv Letters, 16(6), 6760-6765. Diakses
'Iceberg'), salah satu gen kunci yang tanggal 6 Juni 2016 dari
berperan dalam jalur biosintesis asam www.researchgate.net/publication/2
askorbat, L-galactono-1,4-lactone 59378783
dehydrogenase (L-GalLDH), terekspresi.
Overekspresi dari L-GalLDH menyebabkan Esmail, A. L. G., Haggag, L. F., Barakat, M.
akumulasi asam askorbat dan mengurangi N., Farag, K. M., Zayed, N. S., & Fouad,
intensitas browning pada daun selada A. A. (2014). Direct effect of medium
setelah dipotong. Hal ini membuktikan, types, explant type and antioxidant
adanya peran asam askorbat endogen treatments on micropropagation of
sebagai agen pencegah browning (Landi et Pyrus" Lecont”. Middle East Journal of
al., 2015). Agriculture Research, 3(3), 618-622.
Diakses tanggal 7 Juni 2016 dari
Skoring intensitas browning www.curresweb.com/mejar/mejar/20
disajikan dalam Tabel 4. Pada beberapa 14/608-622.pdf
kasus, sekalipun eksplan mengalami
browning pada awal waktu, namun tidak Haque, A. M. T. E., Al-Jassabi, S., Saad, A., &
menghambat kemunculan kalus, dan ketika Satyakeerthy. (2014). Biochemical
browning semakin meningkat kalus tidak studies on the characters of polyphenol
mampu berkembang lebih lanjut yang oxidase from rambutan (Nephelium
akhirnya turut mengalami browning. lappaceum L.) Peel. Middle-East
Journal of Scientific Research, 21(4),
623-627.doi:10.5829/idosi.mejsr.
KESIMPULAN DAN SARAN 2014.21.04.82430

Pencegahan browning fase induksi Ionita, E. (2013). Plant polyphenol oxidases:


kalus pada kultur midrib daun klon PB 330 isolation and characterization.
berhasil dilakukan hingga 30% dengan Innovative Romanian Food
intensitas browning hanya 7,5% pada Biotechnology, 13, 1-10. Diakses
perlakuan perendaman asam askorbat steril tanggal 6 Juni 2016 dari
100 mg/L selama 30 menit sebelum tanam http://www.bioaliment.ugal.ro/ejour
dan kultur diinkubasi dalam ruang gelap nal.html.
hingga terbentuk kalus. Kalus friabel yang
telah terbentuk disarankan segera
disubkultur pada medium diferensiasi kalus

33
Admojo dan Indrianto

Jartoodeh, S. V., Davarynejad, Gh. H., Ndakidemi, C. F., Mneney, E., & Ndakidemi,
Tehranifar, A., Kaveh, H., & Bisheh, H. P. A. (2014). Effects of ascorbic acid in
A. (2013). Reducing browning problem controlling lethal browning in in vitro
in micropropagation of three pear culture of Brahylaena huillensis using
cultivars; Sebri, Shekari and Natanz. nodal segments. American Journal of
Curr. Opin. Agric. 2(1), 25–27. Diakses Plant Sciences, 5(1), 187-191. doi:
tanggal 6 Juni 2016 dari 10.4236/ajps.2014.51024
https://www.researchgate.net/public
ation/259530975 Pankaj, K., Pandey, S. K., & Roy, K. A. (2014).
Ascorbic and citric acids in
John, K. S., Bhat, S. G., & Prasada Rao, U. J. combination resolve the problems
S. (2003). Biochemical encountered in micro-propagation of
characterization of sap (latex) of a few litchi from shoot tips. Journal of Cell
indian mango varieties. and Tissue Research, 14(1), 4159-
Phytochemistry, 62(1), 13–19. doi: 4164. Diakses tanggal 6 Juni 2016 dari
10.1016/S0031-9422(02)00441-7 www.tcrjournals.com/tr_pastabstract
.php?vid=35
Landi, M., Fambrini, M., Basile, A., Salvini,
M., Guidi, L., & Pugliesi, C. (2015). Sakdapipanich, J. T., & Rojruthai, P. (2012)
Over expression of L-galactono-1,4- Molecular structure of natural rubber
lactone dehydrogenase (L-GalLDH) and its characteristics based on recent
gene correlates with increased evidence. In R. Sammour.
ascorbate concentration and reduced Biotechnology, molecular studies and
browning in leaves of Lactuca sativa L. novel applications for improved quality
after cutting. Plant Cell, Tissue and of human life. (p.213-238). Rijeka
Organ Culture (PCTOC), 123, 109-120. Croatia: Intech.
doi:10.1007/s11240-015-0819-y
Ru, Z., Lai, Y., Xu, C., & Li, L. (2013).
Mellidou, I., Buts, K., Hatoum, D., Ho, Q. T., Polyphenol oxidase (PPO) in early stage
Johnston, J. W., Watkins, C. B., of browning of Phalaenopsis leaf
Schaffer, R. J., Gapper, N. E., explants. Journal of Agricultural
Giovannoni, J. J., Rudell, D. R., S c i e n c e , 5 ( 9 ) . 5 7 - 6 4 .
Hertog, M. L. A. T. M., & Nicolai, B. M. doi:10.5539/jas.v5n9p57
(2014). Transcriptomic events
associated with internal browning of Veltman, R. H., & Peppelenbos, H. W. (2003).
apple during postharvest storage. BMC A proposed mechanism behind the
Plant Biology, 14, 328 (17p). development of internal browning in
doi:10.1186/s12870-014-0328-x pears (Pyrus Communis cv.
Conference). Acta Hort, 600, 247-255.
Morfeine, E. A. (2013). Effect of anti- doi: 10.17660/ActaHortic.
browning on initiation phase of Musa 2003.600.32
species grand naine in vitro. Journal of
Forest Products & Industries, 2(2), 45-
47. Diakses tanggal 7 Juni 2016 dari
researchpub.org/journal
/jfpi/number/vol2-no2/vol2-no2-
7.pdf

Muhamad, N., Chirapongsatonkul, N., &


Churngchow, N. (2012). Defense-
related polyphenol oxidase from Hevea
brasiliensis cell suspension:
purification and characterization.
Journal Applied Biochemistry and
Biotechnology, 167(1), 177-189. doi:
10.1007/s12010-012-9690-z

34

You might also like