You are on page 1of 6

BHINEKA TUNGGAL IKA

DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN


Ahmad Fayyad Toer Afandi / E03218002 / 081916918406

Abstract :

As a country that has many differences, Indonesia has a potential conflict that
originates from a diversity of identities. One source of conflict that tends to emerge is conflict
originating from differences in religion, culture, ethnicity and race. Therefore, the spirit of
multiculturalism is needed, which is how ethnic groups should be positioning itself into a
shared life in a national society surrounded by universal values, such as democracy, justice,
unity and humanity. One effort to maintain harmony in multiculturalism is to carry out
socialization or guidance to the community about the importance of maintaining harmony
between various ethnic groups. diversity in language, culture and the like has been recognized
by the Qur'an clearly. that the Qur'an has given instructions to its people in dealing with
religious diversity in Indonesia. At the level of application, the teachings of Islam that are
based on the Qur'an and Sunnah have taught the Ummah how to live side by side with
different members of the faith community. The Medina Charter is historical evidence of how
Islam can be a blessing for all nature. In this article, the author presents his thoughts on
cultural diversity as the slogan of the Indonesian people, on the basis of the ideology of unity
in diversity (Bhinneka Tunggal Ika). The author has the idea that the meaning of Bhineka
Tunggal ika is emphasized as ethnic diversity to uphold national unity

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang membawa rahmat untuk semesta alam (rahmatan li al
‘alamin). Rahmat yang dimaksud adalah kasih sayang, perdamaian serta ketentraman.
Sementara semesta alam mencakup seluruh makhluk Allah yang ada di bumi ini. Jangankan
terhadap sesama manusia, menebarkan kasih sayang juga berlaku untuk binatang, tumbuhan,
dan alam lingkungan.
Dalam membangun harmoni dengan sesama manusia, Islam mengenalkan konsep li
ta’arufu (saling mengenal) di antara sesama manusia. Hal ini mencakup mengenali perbedaan
agama, suku, budaya, dan ras.
Negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke merupakan negara
yang majemuk dengan berbagai macam budaya, adat istiadat, bahasa dan agama. Indonesia
memiliki beribu pulau, beratus suku, dan berbagai macam agama dan budaya. Dari berbagai
latar belakang ini membuat seluruh masyarakat Indonesia harus saling menghargai dan
menghormati perbedaan yang ada. Islam juga mengajarkan betapa pentingnya bertoleransi
antar sesama muslim maupun non-muslim seperti yang terdapat pada firman Allah :

ِ ‫لَ ُك ْم ِد ينُ ُك ْم َو يِل َ ِد‬


‫ين‬
Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku1

Seperti sudah diketahui, Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang merupakan
kutipan dari Kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit. Bhineka
diambil dari kata “neka” dalam bahasa Sanskerta yang memiliki arti macam, dan menjadi
pembentuk kata aneka dalam Bahasa Indonesia. “Tunggal” berarti satu dan “ika” berarti
menjadi satu. Secara harfiah, Bhineka Tunggal Ika diartikan menjadi beraneka ragam menjadi
satu. Konsep Bhineka Tunggal Ika ini tidak bertentangan dengan konsep agama Islam bahkan
amat sejalan dengan nilai-nilai islam yang mengedepankan persatuan dan kesatuan dalam
sebuah nation yang namanya Indonesia ini. Islam dalam hal ini mengenal Ukhuwah yang
dibingkai dalam negara kesatuan Indonesia yaitu Ukhuwah Wathaniyah.
Negara persatuan Indonesia merupakan ekspresi dan pendorong semangat
kegotongroyongan, untuk mewujudkannya maka perlu diperkuat dengan budaya gotong
royong dalam kehidupan masyarakat sipil dan politik dengan mengembangkan pendidikan
kewargaan dan multikulturalisme yang mampu membangun rasa keadilan dan kebersamaan.2
Dalam persperktif Alquran juga telah dijelaskan tentang bagaimana pentingnya menjaga
persatuan dalam berbagai macam perbedaan yang dimiliki dan mengintegrasikan budaya, ras,
suku dan agama dengan persatuan agar menjadi kesatuan yang utuh.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep islam sebagai agama rahmatan lil ‘alaminn?


2. Bagaimana pandangan islam tentang membangun persatuan dalam perbedaan?

Konsep Rahmatan Li Al ‘Alamin Agama Islam


Islam sebagai agama rahmatan li al ‘alamin yang artinya islam adalah agama
pembawa rahmat bagi semesta alam. Pernyataan ini sebenarnya sudah terdapat pada firman
Allah :
ِ ِ
َ ‫اك إِاَّل َرمْح َةً ل ْل َعالَم‬
‫ني‬ َ َ‫وما أ َْر َس ْلن‬
َ
“Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” 3

1
Alquran, 109 : 6
2
Endang Susilowati dan Noor Naelil Masruroh, Merawat Kebhinekaan Menjaga Keindonesiaan: Belajar Dari
Nilai Keberagaman dan Kebersatuan Masyarakat Pulau, Jurnal Sejarah Citra Leka , Vol. 3, No. 1, 2018.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jscl/article/view/17856 akses 6 Desember 2018.
3
Alur’an, 21 (Al-Anbiya): 107
Agama Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak dari orang-orang yang salah
dalam menafsirkannya. Sehingga banyak orang yang salah dalam praktik beragama bahkan
dalam hal yang fundamental yaitu akidah. Quraish Shihab dalam Tafsirnya al-Mishbah
menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan: Rasul adalah rahmat, bukan saja kedatangan
beliau membawa ajaran, tetapi juga sosok dan kepribadian beliau adalah rahmat yang
dianugerahkan Allah Swt kepada beliau. Ayat ini tidak menyatakan bahwa kami tidak
mengurus engkau untuk membawa rahmat, tetapi sebagai rahmat atau agar engkau menjadi
rahmat bagi seluruh alam.4 Kebenaran risalah islam yang dibawa nabi Muhammad kepada
umatnya terletak pada kesempurnaan pada islam itu sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan
ajaran, ajaran satu dengan lainnya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Maka islam
dapat kita lihat dari tiga segi yaitu sisi akidah, Akhlaq dan syari’ah.
Konsep islam rahmatan lil ‘alamin ini sudah terbukti melalui piagam madinah sebagai
bentuk operasionalnya. Saat piagam ini dideklarasikan pada abad ke–7, umat muslim hanya
15 persen dari mayoritas penduduk madinah yang beragama yahudi dan nasrani. Karena hal
ini merupakan nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi, maka pihak mayoritas pun
menyetujui dan menerima piagam yang disusun nabi Muhammad SAW tersebut. Maka yang
dimaksud islam rahmatan li al alamin adalah agama islam yang kehadirannya ditengah
kehidupan masyarakat mampu mewujudkan perdamaian serta kasih sayang bagi seluruh alam
semesta.

B. Pandangan Islam Tentang Membangun Persatuan Dalam Perbedaan


Multikulturalisme adalah kearifan untuk melihat keanekaragaman budaya sebagai
realitas fundamental dalam kehidupan bermasyarakat.5 Dalam agama islam memandang
keberagaman agama dan ras mempunyai konsep yang baik. Sebagaimana yang telah
disebutkan berulang kali oleh Allah didalam Al Qur’an, islam sangat menjunjung tinggi
keberagaman karena hal tersebut meupakan sunnatullah yang harus kita hormati
keberadaannya. Seperti dalam firman Allah :

Iۚ ‫اك ْم ُش عُ وبً ا َو َق بَ ائِ َل لِ َت َع َار فُ وا‬


ُ َ‫اك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َو أُ ْن ثَ ٰى َو َج َع ْل ن‬
ُ َ‫َّاس إِ نَّا َخ لَ ْق ن‬
ُ ‫يَ ا أَ يُّ َه ا الن‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal”6

4
H.M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jilid 8, (Ciputat:Lentera
Hati, 2009), 159.
5
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 103
6
Al Qur’an, 49: 13.
Dengan adanya keberagaman ini bukan berarti menganggap kelompok, madzhab ataupun
keberagaman lain yang paling benar akan tetapi setiap diri manusia harus memiliki sikap
menghargai antar perbedaan. Keberagaman akan menjadi sebuah keunggulan dalam negara,
terdapat bermacam-macam identitas dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu yang dapat
diusung sebagai modal dalam identitas nasional, oleh karena itu jika keragaman diakomodir
dengan baik akan menjadi sebuah keunggulan negara, tetapi sebaliknya keragaman ini juga
sangat berpotensi dalam terjadinya konflik jika tidak dikelola dengan baik oleh negara atau
kelompok masyarakat sendiri.7
Kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional dan dinamis harus
terus dipelihara dari waktu ke waktu. Kerukunan umat beragama dapat diartikan sebuah
keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.8
Bhineka tunggal ika sebagai semboyan bangsa Indonesia menjadi bukti bahwa negara
ini sangat menghargai pluralisme kebudayaan. Islam tidak menolak pluarisme dalam
masyarakat, justru pluarisme telah dianggap sebagai sunnatullah. Dengan demikian, makna
pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita beraneka
ragam, tetapi pluralisme juga harus disertai dengan adanya toleransi terhadap keragaman itu
sendiri.
Toleransi merupakan sikap atau kemampuan menghormati dan menghargai keyakinan
dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain. 9 Dalam konteks toleransi antar umat beragama,
islam memiliki konsep yang sangat jelas, yakni tidak ada paksaan dalam beragama seperti
dalam firman Allah :

ِ‫َّه َف َق د‬ ِ ُ‫ فَ م ن ي ْك ُف ر بِ الطَّاغ‬Iۚ ‫الر ْش ُد ِم ن الْ غَ ي‬


ِ ‫وت و ي ْؤ ِم ن بِ الل‬ ِّ ‫اَل إِ ْك َر َاه يِف‬
ِ ‫الد‬
ُّ َ ‫ قَ ْد َت َب نَّي‬Iۖ ‫ين‬
ْ َُ ْ َ ْ َ ِّ َ
ِ ِ ِ ِ
ٌ‫يع َع ل يم‬
ٌ ‫ َو اللَّهُ مَس‬Iۗ ‫ام هَلَ ا‬
َ ‫ص‬َ ‫ك بِ الْ عُ ْر َو ة الْ ُو ْث َق ٰى اَل انْ ف‬
َ ‫اس تَ ْم َس‬
ْ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman

7
Ardhana Januar Mahardhani dan Hadi Cahyono, Harmoni Masyarakat Tradisi Dalam Kerangka
Multikulturalisme,Jurnal Asketik, Vol. 1 No. 1 Juli 2017.
http://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/asketik/article/view/408/254, diakses tanggal 10 Desember 2018
8
M. Abdul Kholiq Hasan, Merajut Kerukunan dalam Keragaman Agama di Indonesia
http://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/download/2008/1426, diakses pada tanggal 26 November
2018
9
Ahmad Jaiz Hartono, Mengungkap Kebatilan Kayi Liberal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), 52
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui 10”
Ayat diatas menjelaskan bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama islam. Ini
berarti jika seseorang telah memilih satu akidah, katakan saja akidah Islam, maka dia terikat
dengan tuntutan-tuntutannya, dia berkewajiban melaksanakan perintah- perintahnya.
Islam secara definisi adalah damai dan selamat. Definisi islam yang demikian sering
dirumuskan sebagai agama rahmatan li al alamin. Dengan latar belakang demikian dapat
diketahui bahwa islam tidak bisa menghapus semua agama yang sudah ada.
Islam mengajarkan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam juga menyadari
bahwa keberagaman ras dan agama adalah kehendak Allah, oleh karena itu tak mungkin
disamakan. Dalam perspektif islam juga memiliki batasan dalam bertoleransi. Seperti yang
terjadi pada masa sahabat, bahwa ada seorang munafik yang bernama Musailamah Al Kadzab
mengakui dirinya sebagai nabi setelah wafatnya nabi Muhammad SAW. Mengetahui hal
tersebut para sahabat tidak tinggal diam dan membiarkan pengikut Musailamah Al Kadzab
terus menyebarkan ajaran sesat. Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama
islam karena orang yang selaku muslim harus mempercayai bahwa nabi Muhammad adalah
utusan Allah dan tidak ada nabi setelah nabi Muhammad SAW.

Kesimpulan
Dengan islam rahmatan lil ‘alamin ini, dapat kita simpulkan bahwa islam tidak hanya
sebagai agama, tetapi juga sebagai peradaban yang didalamnya terdapat pandangan hidup
yang universal dalam segala aspek.
Bhineka Tunggal Ika adalah motto negara Indonesia yang sejalan dengan konsep
ajaran agama islam yakni dengan menjaga kerukunan antar sesama manusia. Terutama bagi
bangsa Indonesia yang memiliki banyak keragaman suku, budaya, ras dan agama. Sekiranya
bahu membahu untuk membangun persatuan bangsa Indonesia
Untuk menghindari konflik antar keberagaman, harus didasari ilmu pengetahuan dan
adanya rasa untuk saling menghormati. Tanamkan rasa pentingnya bertoleransi antar
perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. Karena perselisihan antar manusia tidak seharusnya
ada. Jika kita dapat menghargai satu dengan yang lain, maka dengan begitu kita bisa hidup
didunia ini dangan dengan rukun.

10
Alquran, 1: 256
DAFTAR PUSTAKA

Sulioswati, Endang dan Noor Naelil Masruroh, 2018. Merawat Kebhinekaan Menjaga
Keindonesiaan: Belajar Dari Nilai Keberagaman dan Kebersatuan Masyarakat
Pulau, Jurnal Sejarah Citra Leka
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jscl/article/view/17856 akses 6 Desember 2018
Shihab, M. Quraish, 2009. Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian alquran, Ciputat:
Lentera Hati.
Mahfud, Choirul, 2005. Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hasan, M. Abdul Kholiq, 2008. Merajut Kerukunan dalam Keragaman Agama di Indonesia
http://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/download/2008/1426, diakses
pada tanggal 26 November 2018

Hartono, Ahmad Jaiz, 2010. Mengungkap Kebatilan Kayi Liberal, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar

Mahardhani, Ardhana Januar dan Hadi Cahyono, 2017. Harmoni Masyarakat Tradisi Dalam
Kerangka Multikulturalisme,Jurnal Asketik
http://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/asketik/article/view/408/254, diakses pada
tanggal 10 Desember

You might also like