You are on page 1of 7

pISSN 2085-9481 eISSN 2597-999X Jurnal Biomedik.

2021;13(3):259-265
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/jbm.13.3.2021.33050
KemenRistekdikti RI no. 28/E/KPT/2019 Available from:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/index

Evaluasi Radiologi pada Kasus Fraktur Basis Kranii

Irene Angelika,1 Eko Prasetyo2

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado, Indonesia
2
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/ RSUP Prof. R. D
Kandou Manado, Indonesia
Email: Ireneangelika01@gmail.com

Abstract: Skull base fractures, namely fractures that extend through the base of the anterior,
middle, or posterior cranial fossa that occur in about 7% to 16% of non-perforating head
injuries, are caused by trauma with relatively high velocity, and are most frequently caused by
a high-speed motor vehicle accident. Pedestrian injuries, falls and assault are other related
causes. Penetrating trauma, especially gunshot wounds, is much rarer and accounts for less
than 10% of cases. This research method is in the form of literature review. The literature was
collected using several databases, such as ClinicalKey and Google Scholar with the keywords
radiology and base skull fracture, this article was obtained according to keywords and was
screened according to inclusion and exclusion criteria. There are 11 journals full text that will
be reviewed according to the criteria consisting of one retrospective study, one clinical review,
two literature reviews, three review articles, one prospective study, one case report, one
descriptive study and one comparative study. This study shows that 11 literature reviews
radiological evaluation in the case of cranii basis. In conclusion, radiology is the most
important examination required in patients who are suspected of suffering from fracture of the
base cranii is a non-contrast head CT scan.. Other radiological examinations that can be used
are plain radiographs of the head, and angiography.
Key words: Skull base fractures, basis cranii, radiology

Abstrak: Fraktur basis cranii, yaitu fraktur yang meluas melalui dasar fossa kranial anterior,
tengah, atau posterior yang terjadi pada sekitar 7% hingga 16% dari cedera kepala non-
perforans, disebabkan oleh trauma dengan kecepatan yang relatif tinggi, dan paling sering
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor berkecepatan tinggi. Cedera pejalan kaki,
jatuh, dan penyerangan adalah penyebab terkait lainnya. Trauma tembus, terutama luka
tembak jauh lebih jarang dan terhitung kurang dari 10% kasus. Metode penelitian ini dalam
bentuk studi pustaka (lirerature review). Literature di kumpulkan menggunakan beberapa
database, seperti ClinicalKey dan Google Scholar dengan kata kunci radiology dan base skull
fracture, artikel ini didapatkan sesuai dengan kata kunci dan dilakukan skrining sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi. Terdapat 11 jurnal full text yang akan dilakukan review yang sesuai
kriteria terdiri atas satu retrospective study, satu clinical review, dua literature review, tiga
review article, satu prospective study, satu case report, satu descriptive study dan satu
comparative study. Penelitian ini menunjukkan bahwa 11 literatur mengulas tentang evaluasi
radiologi pada kasus basis cranii. Sebagai simpulan, radiologis merupakan pemeriksaan paling
utama yang diperlukan pada pasien yang dicurigai menderita fraktur basis cranii adalah
pemeriksaan CT-Scan non kontras kepala.. Pemeriksaan radiologi lain yang dapat digunakan
adalah pemeriksaan foto polos kepala, dan angiografi.
Kata kunci: Patah tulang dasar kepala, basis kranii, radiologi

259
260 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2021, hlm. 259-265

PENDAHULUAN dan prosedur yang lebih invasif seperti


Fraktur basis cranii merupakan arteriografi dan administrasi kontras
tantangan besar bagi ahli bedah. Perawatan intratekal yang akan dibahas.1
masih kontroversial termasuk pendekatan
operasi terbaik, urgensi dan luasnya METODE PENELITIAN
prosedur pembedahan. Hubungan anatomis Metode penelitian ini dalam bentuk
dari basis cranii adalah penyebab masalah studi pustaka (lirerature review). Literature
tertentu yang mungkin timbul setelah di kumpulkan menggunakan beberapa
cedera seperti laserasi lapisan dural atau database, seperti ClinicalKey dan Google
kerusakan neurovaskular yang parah. Scholar dengan kata kunci radiolog, basis
Keputusan manajemen harus cranii dan base skull fracture, artikel ini
mempertimbangkan semua aspek ini. Hal didapatkan sesuai dengan kata kunci dan
penting lainnya adalah bahwa banyak dilakukan skrining sesuai kriteria inklusi,
pasien yang mengalami polytraumatized radiologi pada fraktur basis kranii dan
termasuk cedera otak parah yang eksklusi, fraktur basis kranii yang tidak
mempersulit intervensi operasi dini.1 membahasan mengenai radiologi. Terdapat
Diketahui dengan baik bahwa ada 11 jurnal full text yang akan dilakukan
kejadian fraktur dan laserasi dural yang review yang sesuai kriteria.
tinggi. Tetapi masalahnya adalah tidak
selalu ada informasi yang cukup tentang HASIL PENELITIAN
luasnya fraktur. Oleh karena itu, fraktur Berdasarkan hasil penelusuran pada
mungkin tidak terdiagnosis tepat waktu.1 database 11 literatur yang memenuhi
Oleh karena itu, pemeriksaan klinis harus kriteria inklusi dan eksklusi Sampel yang
dikombinasikan dengan analisis dasar dapat dibahas dalam artikel terdiri dari
tengkorak neuroradiologis yang rinci untuk ratusan literature yang telah ditelusuri dari
mencegah komplikasi kedepannya.1 berbagai macam database. Setiap literatur
Interaksi modalitas armamentarium membahas secara keseluruhan tentang
radiologis yang mencakup foto polos, studi radiologi pada kasus basis kranii
tomografi konvensional maupun komputer, dirangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan hasil penelusuran literatur


Judul
No Penulis Metode Ringkasan Hasil
Literatur
1 Heidi Skull base and Retrospective Studi CT dari daerah kraniofasial yang dilakukan dalam
Bachli, dkk. maxillofacial study pengaturan akut. Studi CT diperoleh baik dalam teknik CT
(2009)1 fractures: Two tunggal atau multislice dengan kolimasi 1,5 mm dengan
centre study with rekonstruksi koronal 2D sekunder. Rekonstruksi CT 3D
correlation of diperoleh pada kasus tertentu. Tanda-tanda klinis
clinical findings (rhinorrhoea, hematoma periorbital dan pneumencephalus)
with a di cacat dalam catatan klinis.
comprehensive Tampilan kranio-midfasial dengan garis pembagian untuk
craniofacial komponen dasar tengkorak (merah) dan kalvarial (hijau)
classification dari unit kraniobasal-kalvarial dari craniomidface.
system
2 Richard A. The roentgen Literature Diagnosis rontgen dari fraktur tengkorak didasarkan
Rendich, diagnosis of review hampir seluruhnya pada posisi dan tanda arah linear
dkk.2 fracture of the radiolusen yang tertera pada film. Untuk daerah parieto-
skull temporal adalah lokasi fraktur yang paling sering, terdiri
dari 56,3 persen dari semua patah tulang tengkorak,
sedangkan sisanya terbagi hamper merata antara daerah
frontal dan oksipital, masing-masing 21,7 persen dan 22
persen. Dari sudut pandang roentgenografik, fraktur fisura
dapat dibagi menjadi fraktur luas atau seperti pita dan
fraktur fisura sempit atau garis rambut.
Angelika, Prasetyo: Evaluasi radiologi... 261

3 Christina A comparative Comparative Diagnostik yang baik mengenai fraktur yang terlokalisasi di
Jacobsen, study of cranial, study fossa posterior, sedangkan diagnosis fraktur di fossa medial
dkk. blunt trauma dan anterior sulit pada pembacaan CT scan pertama.
(2009)3 fractures as seen Diagnosis patah tulang membaik selama pembacaan CT
at medicolegal scan kedua. Jadi dengan menggunakan dua rekonstruksi CT
autopsy and by yang berbeda meningkatkan diagnosis di fossa medial dan
Computed pada titik benturan di kubah tengkorak. Namun, diagnosis
Tomography fraktur pada fossa anterior dan medial serta fraktur garis
rambut secara umum masih sulit. Studi ini menunjukkan
bahwa sistem fraktur yang penting secara forensik sebagian
besar didiagnosis pada gambar CT menggunakan
rekonstruksi Multiplanar dan Maksimum Intensitas
Proyeksi.
4 Kristen L. Skull base Clinical Modalitas pencitraan pertama yang diperlukan pada pasien
Baugnon, fractures and review dengan dugaan trauma dasar tengkorak adalah CT kepala
dkk. their nonkontras, karena pasien awalnya akan ditangani dan
(2014)4 complications diprioritaskan berdasarkan cedera intrakranial.
Pneumocephalus harus meningkatkan kecurigaan adanya
fraktur melalui dasar tengkorak anterior atau tulang
temporal. Selain itu, pneumocephalus yang meningkat
secara signifikan atau serial menunjukkan robekan dural
dan kemungkinan kebocoran CSF, meskipun
pneumocephalus telah dilaporkan dalam beberapa kasus
perluasan kranial dari emfisema subkutan yang luas tanpa
adanya fraktur dasar tengkorak. CT wajah, dengan gambar
CT iris tipis multidetektor melalui wajah dan dasar
tengkorak, juga harus dilakukan pada setiap pasien dengan
dugaan fraktur dasar tengkorak.
5 Ntjeke S. Prevalence and Cross- Basal Skull Fractures (BSF) terbagi atas bagian anterior,
Mokolane, pattern of basal sectional media dan posterior yang terjadi dengan mekanisme cedera
dkk skull fracture in prospective langsung/fokal atau cedera tidak langsung.
(2019)5 head injury and Dari 210 pasien yang dianalisis, 32 (15,2%) memiliki BSF
patients in an observational yang dikonfirmasi pada CT scan, sementara 178 (84,2%)
academic study tidak memiliki BSF. Dari 32 pasien dengan BSF, 18 pasien
hospital mengalami fraktru fossa kranial tengah (MCF), 15 pasien
mengalami fraktur fossa kranial anterior (ACF), dan 4
pasien mengalami fraktur fossa kranial posterior (PCF). 5
dari pasien ini mengalami patah tulang yang melibatkan
kombinasi kmpartemen fossa kranial. Tiga pasien
menunjukkan kombinasi fraktur ACF dan MCF, sedangkan
2 pasien mengalami fraktur gangguan MCF dan PCF.
Tidak ada kombinasi fraktur ACF dan PCF juga tidak ada
keterlibatan ketiga kompartemen di salah satu pasien.
6 Eko Split Case report Skull Base Fracture (SBF) terdiri dari dasar fossa anterior,
Prasetyo, Hypoglossal medial dan posterior yang diakibatkan oleh benturan lokal
dkk Facial atau jarak jauh.
(2020).6 Anastomosis for Evaluasi CT 3D pada dua kasus kelumpuhan saraf wajah
Facial Nerve kanan yang di picu oleh SBF, dalam kasus pertama
Palsy due to menunjukkan fraktur longitudinal dari tulang petrosal
Skull Base kanan, yang membujur dan melintang untuk kasus kedua.
Fractures : A Dua kasus kelumpuhan saraf wajah ditangani dengan split
Case Report hypoglossal facial anastomosis untuk mengembalikan
fungsi fungsional.
7 M.N. Brant Radiologic Review Dasar tengkorak memanjang dari crista galli dan tulang
Zawadzki, evaluation of article frontal ke anterior, atap orbit dan pelat cribriform
dkk.7 skull base membentuk lantai kubah bertulang. Tulang sphenoid,
trauma dengan tubuh medial dan sayapnya lateral, menggambarkan
dasar fossa kranial tengah dari fossa posterior.
Armamentarium radiologis mencakup foto polos kepala,
CT scan, dan prosedur yang lebih invasif yaitu pemeriksaan
arteriografi.
262 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2021, hlm. 259-265

8 Sylvani Peran Review Neuroimaging memegang peranan sangat besar dalam


(2017)8 neuroimaging article diagnosis cedera kepala. Jenis pemeriksaan berupa foto
dalam diagnosis rontgen cranium, CT scan, dan MRI. Peranan foto polos
cedera kepala sangat terbatas yaitu hanya dapat digunakan untuk melihat
adanya fraktur pada tulang tengkorak. CT scan merupakan
pilihan pertama di unit gawat darurat. CT scan tanpa
kontras sangat berguna untuk melihat perdarahan dan efek
massa intracranial. Kelainan yang dapat dilihat pada CT
scan berupa fraktur cranium, hematoma epidural, subdural
dan pendarahan intraserebral. MRI lebih sensitif
dibandingkan CT scan untuk menilai kelainan intracranial
khususnya mendeteksi diffuse axonal injury (DAI).
9 Monica Angka Kejadian Studi Radiologis merupakan pemeriksaan paling utama yang
Gwendoline Kebocoran deskriptif diperlukan pada pasien yang dicurigai menderita fraktur
Aesthetica Cairan dengan basis cranii adalah pemeriksaan CT non kontras kepala. CT
Sirait Serebrospinal desain tulang wajah, dengan menggunakan metode multidetector
(2018)9 Fluid (CSF) cross- thin-slice CT pada wajah dilakukan pada pasien yang
pada Pasien sectional dicurigai menderita fraktur basis cranii, khususnya untuk
Fraktur Skull menilai adanya emfisema intraorbital, perdarahan
Base yang retrobulbar dan subperiosteal, cedera pada jaringan unak
Rawat Inap di bagian wajah, dan perdarahan sinus paranasalis. Gambaran
RSUP Haji algoritma tulang melalui thin-section sebaiknya diteliti
Adam Malik setelah dilakukan rekonstruksi pada pemeriksaan bidang
Periode 2017 koronal dan sagittal, dimana rekonstruksi multiplanar pada
pemeriksaan radiologis dianggap memiliki hasil yang lebih
baik dalam mendeteksi fraktur. Fraktur yang melewati
canalis caroticus, ataupun yang memanjang hingga clivus
perlu dilakuka pemeriksaan CTA (Computed Tomogaphy
Angiography) ataupun MRA (Magnetic Resonance
Angiography), untuk memastikan kecurigaan adanya arteri
carotis dan/atau vertebralis.
10 Program Modul Trauma Literature 1. CT Scan Kepala
Pendidikan review CT-Scan Bone Window untuk melihat gambar tulang
Dokter kalvaria dan CT-Scan Brain Window untuk melihat lesi
Spesialis parenkim otak atau perdarahan otak, fraktur pada dasar
Ilmu Bedah tengkorak dapat menggunakan irisan tipis potongan axial
Saraf bone window dasar tengkorak, rinorea dan ottorhea
Universitas merupakan indikasi untuk dilakukan CT-Scan
Airlangga 2. X-foto kepala
(2016)10 Bila jejas cukup besar (cari garis fraktur, aerokel, darah
dalam sinus paranasalis, shift glandula pinealis, fragmen
tulang dan korpus alienum), tidak untuk mencari fraktur
basis penderita yang memerlukan CT-scan kepala tidak
perlu dibuat X-foto kepala
3. X-foto vertebra servikal
Mencari cedera penyerta terutama bila jejas juga
didapatkan di bahu, leher, dan dicurigai adanya cedera
leher dan pemeriksaan klinis
4. X-foto thoraks
Mencari cedera penyerta
5. CT-Scan Whole Body
Whole Body CT (WBCT) digunakan pada kasus
multitrauma untuk mengurangi waktu diagnosis, dapat
digunakan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil.
11 Brenda Basal Skull Review Fraktur tengkorak basal seringkali tidak dapat dideteksi
Morgan Fractures. article dengan X-ray atau bahkan CT scan. Fraktur tengkorak
(2019)11 Critical Care basal paling sering didiagnosis berdasarkan temuan klinis,
Trauma Centre. membuat keterampilan penilaian klinis menjadi penting.
CT dapat mengungkapkan kumpulan cairan yang
mencurigakan di dekat fraktur jika telah terjadi perdarahan,
atau jika kerusakan dura mengakibatkan kebocoran CSF.
Angelika, Prasetyo: Evaluasi radiologi... 263

BAHASAN Pneumocephalus harus meningkatkan


Berdasarkan sebelas literatur yang kecurigaan adanya fraktur melalui dasar
membahas tentang radiologi pada fraktur basis tengkorak anterior atau tulang temporal. Selain
cranii, menyebutkan bahwa pemeriksaan itu, pneumocephalus yang meningkat secara
radiologis merupakan pemeriksaan yang paling signifikan atau serial menunjukkan robekan
utama diperlukan pada pasien yang yang dural dan kemungkinan kebocoran CSF,
dicurigai menderita fraktur basis cranii yaitu meskipun pneumocephalus telah dilaporkan
pemeriksaan CT-Scan, foto polos kepala dan dalam beberapa kasus perluasan kranial dari
angiografi. emfisema subkutan yang luas tanpa adanya
Radiologis merupakan pemeriksaan paling fraktur dasar tengkorak. CT wajah, dengan
utama yang diperlukan pada pasien yang gambar CT iris tipis multidetektor melalui
dicurigai menderita fraktur basis cranii adalah wajah dan dasar tengkorak, juga harus
pemeriksaan CT non kontras kepala. CT tulang dilakukan pada setiap pasien dengan dugaan
wajah, dengan menggunakan metode fraktur dasar tengkorak.4
multidetector thin-slice CT pada wajah Basal Skull Fractures (BSF) terbagi atas
dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita bagian anterior, media dan posterior yang
fraktur basis cranii, khususnya untuk menilai terjadi dengan mekanisme cedera
adanya emfisema intraorbital, perdarahan langsung/fokal atau cedera tidak langsung. Dari
retrobulbar dan subperiosteal, cedera pada 210 pasien yang dianalisis, 32 (15,2%)
jaringan unak bagian wajah, dan perdarahan memiliki BSF yang dikonfirmasi pada CT scan,
sinus paranasalis. Gambaran algoritma tulang sementara 178 (84,2%) tidak memiliki BSF.
melalui thin-section sebaiknya diteliti setelah Dari 32 pasien dengan BSF, 18 pasien
dilakukan rekonstruksi pada pemeriksaan mengalami fraktru fossa kranial tengah (MCF),
bidang koronal dan sagittal, dimana 15 pasien mengalami fraktur fossa kranial
rekonstruksi multiplanar pada pemeriksaan anterior (ACF), dan 4 pasien mengalami fraktur
radiologis dianggap memiliki hasil yang lebih fossa kranial posterior (PCF). 5 dari pasien ini
baik dalam mendeteksi fraktur. Fraktur yang mengalami patah tulang yang melibatkan
melewati canalis caroticus, ataupun yang kombinasi kmpartemen fossa kranial. Tiga
memanjang hingga clivus perlu dilakuka pasien menunjukkan kombinasi fraktur ACF
pemeriksaan CTA (Computed Tomogaphy dan MCF, sedangkan 2 pasien mengalami
Angiography) ataupun MRA (Magnetic fraktur gangguan MCF dan PCF. Tidak ada
Resonance Angiography), untuk memastikan kombinasi fraktur ACF dan PCF juga tidak ada
kecurigaan adanya arteri carotis dan/atau keterlibatan ketiga kompartemen di salah satu
vertebralis.9 pasien.5 Lalu pada literatur Eko Prasetyo, dkk
Neuroimaging memegang peranan sangat membahas tentang evaluasi CT 3D pada dua
besar dalam diagnosis cedera kepala. Jenis kasus kelumpuhan saraf wajah kanan yang di
pemeriksaan berupa foto rontgen cranium, CT picu oleh SBF, dalam kasus pertama
scan, dan MRI. Peranan foto polos sangat menunjukkan fraktur longitudinal dari tulang
terbatas yaitu hanya dapat digunakan untuk petrosal kanan, yang membujur dan melintang
melihat adanya fraktur pada tulang tengkorak. untuk kasus kedua. Dua kasus kelumpuhan
CT scan merupakan pilihan pertama di unit saraf wajah ditangani dengan split hypoglossal
gawat darurat. CT scan tanpa kontras sangat facial anastomosis untuk mengembalikan
berguna untuk melihat perdarahan dan efek fungsi fungsional.6
massa intracranial. Kelainan yang dapat dilihat Christina Jacobsen, dkk mengungkapkan
pada CT scan berupa fraktur cranium, mengenai CT-scan untuk diagnostik yang baik
hematoma epidural, subdural dan pendarahan mengenai fraktur yang terlokalisasi di fossa
intraserebral. MRI lebih sensitif dibandingkan posterior, sedangkan diagnosis fraktur di fossa
CT scan untuk menilai kelainan intracranial medial dan anterior sulit pada pembacaan
khususnya mendeteksi diffuse axonal injury pertama. Diagnosis patah tulang membaik
(DAI).8 selama pembacaan CT scan kedua. Jadi dengan
Pencitraan pertama yang diperlukan pada menggunakan dua rekonstruksi CT yang
pasien dengan dugaan trauma dasar tengkorak berbeda meningkatkan diagnosis di fossa
adalah CT kepala nonkontras, karena pasien medial dan pada titik benturan di kubah
awalnya akan ditangani dan diprioritaskan tengkorak. Namun, diagnosis fraktur pada fossa
berdasarkan cedera intrakranial. anterior dan medial serta fraktur garis rambut
264 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2021, hlm. 259-265

secara umum masih sulit. Studi ini Konflik Kepentingan


menunjukkan bahwa sistem fraktur yang Penulis menyatakan tidak terdapat
penting secara forensik sebagian besar konflik kepentingan dalam studi ini.
didiagnosis pada gambar CT menggunakan
rekonstruksi Multiplanar dan Maksimum DAFTAR PUSTAKA
Intensitas Proyeksi.3 1. Bachli H, Leiggener C, Gawelin P,
Diagnosis rontgen dari fraktur tengkorak
Audige L, Enblad P, Zeilhofer H,
didasarkan hampir seluruhnya pada posisi dan
tanda arah linear radiolusen yang tertera pada et al. Skull base and maxillofacial
film. Untuk daerah parieto-temporal adalah fractures: Two centre study with
lokasi fraktur yang paling sering, terdiri dari correlation of clinical findings
56,3 persen dari semua patah tulang tengkorak, with a comprehensive craniofacial
sedangkan sisanya terbagi hamper merata classification system. Journal of
antara daerah frontal dan oksipital, masing- Cranio-Maxillofacial Surgery.
masing 21,7 persen dan 22 persen. Dari sudut 2009;37:305-11.
pandang roentgenografik, fraktur fisura dapat 2. Rendich RA, Ehrenpreis B. The
dibagi menjadi fraktur luas atau seperti pita dan Roentgen Diagnosis of Fracture of
fraktur fisura sempit atau garis rambut.2 the Skull: A Review of 1,135
Studi CT dari daerah kraniofasial yang
Cases So Diagnosed. Radiology.
dilakukan dalam pengaturan akut. Studi CT
diperoleh baik dalam teknik CT tunggal atau 1938;31(2):214-17.
multislice dengan kolimasi 1,5 mm dengan 3. Jacobsen C, Bech BH, Lynnerup N. A
rekonstruksi koronal 2D sekunder. comparative study of cranial, blunt
Rekonstruksi CT 3D diperoleh pada kasus trauma fractures as seen at
tertentu. Tanda-tanda klinis (rhinorrhoea, medicolegal autopsy and by
hematoma periorbital dan pneumencephalus) di computed tomography. BMC
cacat dalam catatan klinis. Tampilan kranio- medical imaging. 2009;9:18.
midfasial dengan garis pembagian untuk 4. Baugnon KL, Hudgins PA. Skull Base
komponen dasar tengkorak (merah) dan Fractures and Their
kalvarial (hijau) dari unit kraniobasal-kalvarial Complications. Neuroimag Clin N
dari craniomidface.1 Sedangkan tengkorak
Am. 2014;24(3):439-65
basal seringkali tidak dapat dideteksi dengan
X-ray atau bahkan CT scan. Fraktur tengkorak 5. Mokolane NS, Minne C, Dehnavi A.
basal paling sering didiagnosis berdasarkan Prevalence and pattern of basal
temuan klinis, membuat keterampilan penilaian skull fracture in head injury
klinis menjadi penting. CT dapat patients in an academic hospital.
mengungkapkan kumpulan cairan yang SA J Radiol 2019;23(1):1677:1-7.
mencurigakan di dekat fraktur jika telah terjadi 6. Prasetyo E, Oley MC, Faruk M. Split
perdarahan, atau jika kerusakan dura hypoglossal facial anastomosis for
mengakibatkan kebocoran CSF.11 facial nerve palsy due to skull base
fracture : a case report. Annals of
Medicine and Surgery. 2020;59:5-
SIMPULAN
9
Radiologis merupakan pemeriksaan paling
utama yang diperlukan pada pasien yang 7. Zawadzki MN, Newton TH. Radiologic
dicurigai menderita fraktur basis cranii adalah Evaluation of Skull Base Trauma.
pemeriksaan CT-Scan non kontras kepala. Traumatology of the Skull Base.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat Berlin Heidelberg: Springer-
digunakan adalah pemeriksaan foto polos Verlag, 1983.
kepala, dan angiografi. Evaluasi radiologi 8. Sylvani. Peran Neuroimaging dalam
terbaru pada kasus fraktur basis cranii serta Diagnosis Cedera Kepala. Cermin
penelitian secara lapangan pada kasus yang Dunia Kedokteran. 2017;44:97-
sering terjadi ini merupakan topik yang 102
menarik untuk dikaji lebih lanjut. 9. Sirait MGA. Angka Kejadian Kebocoran
Cerebrospinal Fluid (CSF) pada
Angelika, Prasetyo: Evaluasi radiologi... 265

Pasien Fraktur Skull Base Akibat Univesitas Airlangga. Surabaya:


Trauma Kepala Yang Dirawat Univesitas Airlangga, 2016.
Inap di RSUP Haji Adam Malik 11. Morgan B. Basal Skull Fractures.
Periode Tahun 2017. [Skripsi] Critical Care Trauma Centre.
Medan: Fakultas Kedokteran London Health Sciences Centre.
Universitas Sumatera Utara, 2018. 2019. Available from: https://
10. Modul Trauma. Program Pendidikan www.lhsc.on.ca/critical-care-
Dokter Spesialis Ilmu Bedah Saraf trauma-centre/basal-skull-fractures

You might also like