You are on page 1of 18

451

Jurnal Info Kesehatan


Vol 15, No.2, Desember 2017, pp. 451-468
P-ISSN 0216-504X, E-ISSN 2620-536X
Journal homepage: http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes

Dental Health Promotion Using Leaflet Media on Knowledge, Attitude and


Dental Clean and Status of School of Elementary School of Kupang City

Promosi Kesehatan Gigi Dengan Menggunakan Media Leaflet Terhadap


Pengetahuan, Sikap Dan Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa Sekolah
Dasar Kota Kupang

Melkisedek O. Nubatonis

Keperawatan Gigi, Poltekkes Kemenkes Kupang

Email: melkisedeknubatonis@poltekkeskupang.ac.id

ARTICLE INFO: ABSTARCT/ABSTRAK


Keywords: Health promotion and disease prevention are a number of
Health promotion activities aimed at and designed to improve personal and
Leaflet community health through a combination of strategies, including
Knowledge the implementation of behavioral change, health education,
Attitudes health risk detection and health care improvement. While
curative and rehabilitative are generally carried out on targets
individually. Aids or props in health counseling should be
prepared based on the principle that the knowledge that exists in
every human being is received or captured through the five
senses. The more senses used to receive something, the more and
more clear the meaning or knowledge gained. In other words, this
teaching aid is intended to move the senses as much as possible
to an object, thus facilitating one's perception. This type of
research is quasi experiment with a design: pre-test-post test
group design (Arikunto, 2006). Observation to find out changes
in knowledge, attitudes, behavior and dental and oral hygiene
status before and after intervention. In this study, research
subjects were limited to students in grade V of Naikoten 1 State
Elementary School 1 and Kuanino State Elementary School
based in Kupang City. These 2 elementary schools were chosen
with a view to limiting variations in the quality of education,
teaching and learning processes and school environmental
factors. Instrumren used in this study is Leaflet: which contains
material about the process of occurrence of tartar and cavities.
Questionnaire used to measure students' level of knowledge and
attitudes about dental health. Dental and oral hygiene data
collection tools. The results showed that dental and oral health
452

promotion using leaflet media could increase the amount of


knowledge and attitudes of elementary students while plaque
scores could not improve significantly.
Kata Kunci: Promosi kesehatan dan prevensi penyakit adalah sejumlah
Promosi kesehatan kegiatan yang bertujuan dan dirancang untuk menigkatkan
Leaflet kesehatan personal dan masyarakat melalui kombinasi strategi,
Pengetahuan termasuk implementasi perubahan perilaku, pendidikan
Sikap kesehatan, deteksi resiko kesehatan serta peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan. Sedangkan kuratif dan rehabilitatif pada
umumnya dilakukan tehadap sasaran secara individual. Alat
Bantu atau alat peraga dalam penyuluhan kesehatan sebaiknya
disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indra.
Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu
maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengrtian atau
pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini
dimaksudkan untuk menggerakkan indra sebanyak mungkin
kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi
seseorang. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi
experiment) dengan rancangan: pre-test-post test group design
(Arikunto, 2006). Observasi untuk mengetahui perubahan
pengetahuan, sikap, perilaku dan status kebersihan gigi dan
mulut sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Dalam
penelitian ini, subyek penelitian dibatasi pada siswa/i kelas V SD
Negeri Bertingkat Naikoten 1 dan SD Negeri Kuanino yang
berkedudukan di Kota Kupang. Dipilih 2 SD ini dengan maksud
untuk membatasi variasi dalam mutu pendidikan, proses belajar
mengajar dan faktor lingkungan sekolah. Instrumren yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Leaflet: yang berisikan
materi tentang proses terjadinnya karang gigi dan lubang gigi.
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan
dan sikap siswa tentang kesehatan gigi. Alat Pengumpul data
kebersihan gigi dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
promosi kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan media
leaflet dapat meningkatkan secara bermakana pengetahuan dan
sikap siswa SD sedangkan skor plak tidak dapat meningkatkan
secara bermakna.
Copyright©2017 Jurnal Info Kesehatan
All rights reserved
Corresponding Author:
Melkisedek O. Nubatonis
Keperawatan Gigi-Poltekkes Kemenkes Kupang – 85111
Email: melkisedeknubatonis@poltekkeskupang.ac.id
453

PENDAHULUAN karies gigi dan mempunyai sifat khusus yaitu


Anak-anak merupakan tunas bangsa masa pergantian gigi desidui dengan gigi
yang masih dalam proses pertumbuhan dan permanen. Pada kelompok tersebut
perkembangan, baik jasmani, rohani maupun mempunyai tingkat prevalensi karies gigi
sosialnya. Oleh karena itu perlu mendapat yang cukup tinggi yaitu mencapai 60-80%.
perhatian sedini mungkin, sehingga Perkembangan secara umum, karies gigi
dikemudian hari menjadi manusia dewasa terlihat sangat aktif pada usia 4-8 tahun dan
yang bertanggun jawab, berguna bagi bangsa usia 11-19 tahun.
dan negara. Banyak peneliti mengatakan bahwa
Karies gigi dan radang gusi molar satu permanen rahang bawah mudah
(gingivitis) merupakan penyakit gigi dan terserang karies karena erupsi yang awal dan
jaringan pendukung gigi yang banyak bentuk permukaan oklusal yang banyak
dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di adanya fisura. Kartini (1992), melakukan
Indonesia, serta cenderung meningkat setiap pemeriksaan pada molar satu permanen
dasawarsa. Riset kesehatan dasar tahun 2013 bawah pada anak umur 6-8 tahun,
menunjukkan bahwa sebanyak 25,2 % anak mendapatkan 53,23% mengalami karies.
usia 10-14 tahun bermasalah dengan gigi dan Dengan perincian anak usia 6 tahun 3,23%, 7
mulutnya. tahun 16,13 %, dan 8 tahun 33,87% ;
Faktor penyebab tingginya angka mempunyai kerusakan di bagian oklusal
karies gigi pada anak usia Sekolah Dasar 75,76% dan di bagian bukal 24,24% ; ditinjau
adalah faktor lingkungan, budaya dan faktor dari jumlah menyikat gigi setiap hari, maka
perilaku kesehatan gigi yang ditandai dengan anak yang tak pernah menyikat gigi 24,28%
adanya peningkatan konsumsi gula yang menderita karies.
sangat disenangi oleh anak. Apabila hal Usaha untuk mengatasi masalah karies
tersebut tidak diawasi dengan seksama, maka gigi dan gingivitis belum terlihat hasilnya,
akan dapat menurunkan produktifitas anak, diperkirakan peningkatan kasus karies gigi
karena dari aspek biologis akan dirasakan dan gingivitis akan terus terjadi sejalan
sakit atau gigi goyang sehingga aktifitas dengan kenaikan konsumsi gula, adanya
belajar, makan dan tidur pada anak akan faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan,
terganggu (Kusumaningsih dan Raharjo, dan faktor perilaku kesehatan gigi masyarakat
2000). Indonesia. Walaupun tidak menimbulkan
Anak-anak usia 6-14 tahun merupakan kematian, sebagai akibat dari kerusakan gigi
kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya dan jaringan pendukung gigi, dapat
454

menurunkan tingkat produktivitas seseorang, dengan istilah pendidikan kesehatan,


karena dari aspek biologis akan dirasakan penyuluhan kesehatan, komunikasi-
sakit atau gigi goyang, sehingga aktivitas informasi-edukasi, pemasaran sosial bidang
belajar, makan dan tidur terganggu. Selain itu, kesehatan, penggerakan peran serta
dari aspek estetikpun dapat menimbulkan masyarakat. (Dachroni, 2001). Sehingga pada
masalah psikososial. penelitian ini terdapat istilah pendidikan
Pencegahan terjadinya karies gigi kesehatan yang mempunyai kesamaan arti
dapat dilakukan sebelum dan sesudah gigi dengan promosi kesehatan.
erupsi. Tindakan yang dilakukan sebelum gigi Promosi kesehatan dan prevensi
erupsi adalah dengan cara pemberian nutrisi penyakit adalah sejumlah kegiatan yang
yang cukup bagi ibu hamil yang sangat bertujuan dan dirancang untuk menigkatkan
diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan personal dan masyarakat melalui
perkembangan gigi saat pembentukan matriks kombinasi strategi, termasuk implementasi
email dan kalsifikasi. Pencegahan yang perubahan perilaku, pendidikan kesehatan,
lainnya yaitu dengan pemberian fluor yaitu deteksi resiko kesehatan serta peningkatan
untuk membantu pencegahan kerusakan dan pemeliharaan kesehatan. Sedangkan
gigi/karies. Pemberian fluor dapat diberikan kuratif dan rehabilitatif pada umumnya
melalui air minum, garam dapur dan air susu. dilakukan tehadap sasaran secara individual.
Pencegahan yang paling mudah dan relatif Masyarakat perlu diberikan informasi
murah yaitu dengan melakukan sikat gigi tentang kesehatan gigi dengan menggunakan
secara teratur dan menambahkan pasta gigi berbagai media. Alat Bantu atau alat peraga
yang mengandung fluor, hal ini terbukti dapat dalam penyuluhan kesehatan sebaiknya
menurunkan insidensi karies gigi sekitar 15- disusun berdasarkan prinsip bahwa
30%. pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu
Promosi kesehatan adalah proses diterima atau ditangkap melalui panca indra.
memberdayakan atau memandirikan Semakin banyak indra yang digunakan untuk
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan menerima sesuatu maka semakin banyak dan
dan melindungi kesehatannya, melalui semakin jelas pula pengrtian atau pengetahuan
penigkatan kesadaran, kemauan dan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga
kemampuan serta pengembangan lingkungan ini dimaksudkan untuk menggerakkan indra
sehat (Depkes, R.I., 2000). Istilah promosi sebanyak mungkin kepada suatu obyek,
kesehatan ditetapkan pada deklarasi Jakarta sehingga mempermudah persepsi seseorang
bulan Juli 1997 yang sebelumnya dikenal (Machfoedz, dkk., 2005a).
455

Pengetahuan yang ada pada seseorang bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini
diterima melalui indra. Menurut penelitian disebut alat peraga karena berfungsi untuk
para ahli indra, yang paling banyak membantu dan memperagakan sesuatu dalam
menyalurkan pengetahuan ke dalam otak proses pendidikan dan pengajaran. Seseorang
adalah indra pandang. Kurang lebih 75 % atau masyarakat dalam proses pendidikan
sampai 85 % dari pengetahuan manusia memperoleh pengalaman atau pengetahuan
diperoleh melalui indra pandang. Sedangkan bisa melalui berbagai alat bantu pendidikan,
13 % melalui indra dengar dan 12 % lainnya tetapi masing-masing alat mempunyai
tersalur melalui indra yang lain (Arsyad, intensitas berbeda-beda dalam membentu
2006). Dari sini dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang. Dale (1969), membagi
alat-alat visual lebih mempermudah alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan
penerimaan informasi atau bahan pendidikan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas
(Machfoedz, dkk., 2005a). tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut
Menurut Machfoedz, dkk., (2005a), pada gambar berikut:
alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam penyampaian

1
Keterangan :
2

3 1). Kata-kata;

4
2). Tulisan;
5
3) Rekaman/Radio;
6

4) Film;
7

8 5). Televisi;

9
6). Pameran;
10
7). 1:
Gambar Fiel Trip; Edgar Dale
Kerucut
11

8). Demonstrasi;

9). Sandiwara;
Gambar kerucut tersebut dapat dilihat ini berarti bahwa dalam proses pendidikan,
10). Benda Tiruan;
bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda benda asli mempunyai intensitas yang paling
11). Benda Asli.
asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal tinggi untuk mempersepsikan bahan
456

pendidikan dan pengajaran. Sedangkan Media leaflet merupakan salah satu


penyampaian materi pendidikan yang hanya bentuk media cetak yang cukup populer
dengan kata-kata saja sangat kurang efektif digunakan untuk berbagai kepentingan
atau intensitasnya paling rendah. Pada termasuk pendidikan kesehatan. Keuntungan
prinsipnya, penyusunan alat peraga atau dan keunggulan leaflet adalah : a). Klien dapat
media pendidikan tersebut berdasarkan menyesuaikan dan belajar mandiri, b). Dapat
prinsip bahwa pengetauan yang ada pada melihat isinya pada saat santai, c). Informasi
setiap manusia itu diterima melalui panca dapat dibagi dengan keluarga dan teman, d).
indra. Semakin banyak indra yang digunakan Dapat memberikan informasi yang terperinci
untuk menerima sesuatu maka semakin yang tidak mungkin disampaikan secara lisan,
banyak dan semakin jelas pula pengertian atau e). Dapat disimpan untuk dibaca berulang-
pengetahuan yang diperoleh. Dengan ulang, f). Disain cetak dan ilustrasi dapat
perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan dibuat semenarik mungkin, h). Mampu
untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin memilah khalayak secara rinci (Ewles &
kepada suatu obyek sehingga mempermudah Simnett, 1992). Adapun kekurangannya
persepsi (Notoatmodjo, 2003). adalah : a). Khalayak terbatas, b). Kurang
Menurut Machfoedz, dkk., (2005b), cocok untuk tingkat pendidikan rendah atau
pada garis besarnya ada dua macam alat bantu didistribusikan di komunitas dengan tingkat
pendidikan yaitu alat bantu lihat (Visual Aids) buta huruf tinggi, c). Membutuhkan
merupakan alat bantu didalam membantu kemampuan dalam disain, ilustrasi dan
menstimulasi indra penglihatan (mata) pada sebagainya.
terjadinya proses pendidikan. Alat bantu Popularitas leaflet seringkali
dengar (Audio Aids) merupakan alat yang dikarenakan pertimbangan efisien (dana,
dapat membantu menstimulasikan indra tenaga dan fasilitasnya), praktis dan tahan
pendegaran pada waktu proses penyampaian lama, bisa digunakan dimanapun dan
bahan pendidikan. kapanpun serta mudah dibawa ataupun
Leaflet adalah penyampaian disimpan (Sadiman dkk, 2003)
pesan/informasi kesehatan dalam bentuk Pengetahuan diperoleh melalui
kalimat dan gambar melalui selebaran berbagai usaha, baik yang dilakukan dengan
(Suiraoka, 2004). Saluran atau media sengaja maupun secara kebetulan. Dalam
komunikasi merupakan komponen penting proses memperoleh pengetahuan, terutama
dalam proses pendidikan kesehatan (Sarwono, yang dilakukan dengan sengaja, mencakup
1997). berbagai metode dan konsep-konsep, baik
457

melalui proses pendidikan maupun merespon suatu obyek atau perangsang


pengalaman. Menurut WHO (1992), tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat
pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, positif, netral, atau negative, menyangkut
selain itu juga dari guru, orang tua, teman, aspek kognisi, afeksi dan kecenderungan
buku dan media massa. Ciri pokok dari untuk bertindak.
pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu
yang diketahui, baik melalui penglaman, METODE PENELITIAN
belajar atau melalui informasi bersumber dari Penelitian ini termasuk penelitian
orang lain. eksperimental semu (quasi experiment)
Menurut Green (1980) faktor dengan rancangan: pre-test – post test group
presdisposisi pengetahuan, perilaku seseorang design (Arikunto, 2006). Observasi untuk
mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, mengetahui perubahan pengetahuan, sikap
nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi dan status kebersihan gigi dan mulut sebelum
seseorang atau kelompok. Dalam arti umum, dan sesudah dilakukan intervensi dengan
kita dapat mengatakan faktor predisposisi subyek penelitiannya dibatasi pada siswa
sebagai preferensi ”pribadi” yang dibawa kelas V SD Negeri Kuanino sebanyak 50
seseorang atau kelompok ke dalam suatu siswa dan SD Negeri Bertingkat Naikoten 1
pengalaman belajar. sebanyak 50 siswa yang berkedudukan di
Menurut Allen, Guy & Edgley, 1980 Kota Kupang.
(cit. Azwar, 2003) mendefinisikan, sikap Variabel bebas (variabel independen)
adalah suatu pola perilaku, tendensi atau dalam penelitian adalah promosi kesehatan
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk gigi dengan media leaflet sedangkan variabel
menyesuaikan diri dalam situasi social, atau terikat (variabel dependen) meliputi
secara sederhana sikap adalah respon terhadap pengetahuan, sikap dan status kebersihan gigi
stimuli social yang telah terkondisikan. dan mulut sebelum dan sesudah promosi
Howard Kendler mengemukakan bahwa sikap kesehatan gigi dengan media leaflet
merupakan kecenderungan (tendency) untuk Instrumren yang digunakan dalam
mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), penelitian ini adalah leaflet yang berisikan
atau melakukan sesuatu, baik yang secara materi tentang pemeliharaan kesehatan gigi
positif maupun negative terhadap suatu dan mulut. Kuesioner yang digunakan untuk
lembaga, peristiwa, gagasan, atau konsep (cit. mengukur tingkat pengetahuan dan sikap
Yusuf, 2005). Sikap dapat disimpulkan, suatu siswa tentang kesehatan gigi dan alat
kondisi mental yang relative menetap untuk pengumpul data kebersihan gigi dan mulut
458

untuk menilai kebersihan gigi dan mulut indeks PHPM dilakukan dengan membagi
berupa pemeriksaan skor plak dengan permukaan gigi secara vertikal menjadi 3
menggunakan metode PHPM (Personal (tiga) bagian/area dan pada bagian tengah
Hygiene Performance Modified) dari Martens dibagi menjadi 3 (tiga) bagian lagi secara
dan Meskin, 1972). Menghitung plak dengan horisontal dapat digambarkan seperti berikut:

A A Keterangan Gambar:
B A: Area 1/3 gingival dari area tengah
B D E
D B: Area 1/3 tengah dari area tengah
E C C: Area 1/3 incisal/oklusal dari area tengah
C
D: Area distal
E: Area mesial

Gambar: Pembagian Permukaan gigi pada bagian bukal dan lingual


Sumber: Martens dan Meskin (1972, cit. Sriyono, 2007)

Cara penilaian: c. Gigi premolar/molar kudran kiri atas


1. Apabila terlihat ada plak pada salah satu d. Gigi paling belakang yang tumbuh di
area, maka diberi skor 1 (Tanda √), jika kudran kiri bawah
tidak ada maka diberi skor 0 (Tanda -) e. Gigi caninus kiri bawah atau gigi yang
2. Hasil penilaian plak yaitu dengan terseleksi
menjumlahkan setiap skor plak pada f. Gigi premolar/molar kudran kanan
permukaan gigi, sehingga skor plak bawah
untuk setiap gigi indeks berkisar antara 0 Data hasil pemeriksaan skor plak
– 10 yang diperoleh dilakukan pengelompokkan
3. Dengan demikian, skor plak untuk semua kedalam kategori baik dan buruk. Penentuan
gigi indeks berkisar antara 0 – 60 kategori sangat baik (0-15), baik (16-30),
Gigi indeks: buruk (31-45) dan sangat buruk (46-60).
Penilaian skor plak dilakukan pada Pemeriksaan pertama kebersihan gigi
permukaan bukal dan lingual/palatal gigi dan mulut pada siswa dilakukan sebelum
yang ditentukan yaitu: adanya intervensi dari peneltian ini,
a. Gigi paling belakang yang tumbuh di selanjutnya pemeriksaan kedua/ulang
kuadran kanan atas dilakukan setelah adanya intervensi dari
b. Gigi caninus atas kanan atau gigi yang peneltian ini. Data hasil pemeriksaan skor
terseleksi
459

plak dilakukan entry data, selanjutnya kebersihan gigi dan mulut, baik sebelum
dilakukan analisis dengan uji statistik. perlakuan (pre-test) maupun sesudah
Analisa data dengan menggunakan uji perlakuan (post-test). Pengetahuan dan sikap
statistik Independent t-test dengan tujuan pada penelitian ini diukur menggunakan
untuk mbandingkan hasil rerata pre-tes kuisioner sedangkan kebersihan gigi dan
dengan pos-test baik pada kelompok mulut dilakukan pemeriksaan. Hasil analisis
intervensi keputusan pengujian hipotesis univariat disajikan pada uraian berikut.
penelitian didasarkan pada taraf signifikan
0,05 (Hadi, 2000). Hasil uji statistik 1. Pengetahuan tentang Kebersihan
dinterpretasikan kemudian dianalisis dan Gigi dan Mulut
dijadikan hasil untuk menjawab tujuan Data pengetahuan tentang kebersihan
khusus dari penelitian. gigi dan mulut pada penelitian ini diukur
dengan alat ukur berupa kuisioner yang
HASIL PENELITIAN berjumlah 14 item pertanyaan (item yang
a. Analisis Univariat valid pada uji coba alat ukur). Distribusi
Analisis univariat atau analsisi siswa berdasarkan pengetahuan tentang
deskripsi pada penelitian ini meliputi kebersihan gigi dan mulut pada masing-
deskripsi data pengetahuan, sikap dan masing kelompok dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 1. Distribusi siswa berdasarkan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut pada tahap
pre-test dan post-test.
Distribusi Frekuensi Kelompok
Pengetahuan Tentang
Kebersihan Gigi dan Mulut I II Total
n % n % n %
Pre-Test
Kurang (0-25) 0 0 0 0 0 0
Cukup (26-50) 14 28 13 26 27 27
Baik (51-75) 25 50 23 46 48 48
Sangat Baik (76-100) 11 22 14 28 25 25
PostTest
Kurang (0-25) 0 0 0 0 0 0
Cukup (26-50) 3 6 0 0 3 3
Baik (51-75) 22 44 3 6 25 25
Sangat Baik (76-100) 25 50 47 94 72 72
Ket: I (SD Kuanino); II (SD Naikoten 1)
460

Distribusi siswa berdasarkan 2. Sikap terhadap Kebersihan Gigi dan


pengetahuan sebelum perlakuan (pre-test) Mulut
tentang kebersihan pada kelompok I Sikap terhadap kenbrsihan gigi dan
mayoritas berada pada kategori baik (50%); mulut pada penelitian ini diukur dengan alat
demikian juga kelompok II (46%). Distribusi ukur berupa kuisioner yang berjumlah 17 item
siswa berdasarkan pengetahuan padapost- pertanyaan. Distribusi siswa berdasarkan
test, pada kelompok I dan II mayoritas berada sikap terhadap kebersihan gigi dan mulut
pada kategori sangat baik yaitu 50 % dan 94 pada masing-masing kelompok dapat dilihat
%. pada tabel 3.

Tabel 2. Distribusi siswa berdasarkan sikap terhadap kebersihan gigi dan mulut pada tahap pre-test
dan post-test.
Distribusi Frekuensi Kelompok
Sikap I II Total
n % n % n %
Pre-Test
Kurang (17-29) 0 0 0 0 0 0
Cukup (30-42) 48 96 49 97 97 97
Baik (43-55) 2 4 1 3 3 3
Sangat Baik (56-68) 0 0 0 0 0 0
PostTest
Kurang (17-29) 0 0 0 0 0 0
Cukup (30-42) 38 76 0 0 38 38
Baik (43-55) 12 24 50 100 62 62
Sangat Baik (56-68) 0 0 0 0 0 0
Ket: I (SD Kuanino); II (SD Naikoten 1)

Tabel 3 mendeskripsikan bahwa presentase siswa SD berdasarkan sikap sebelum perlakuan


(pre-test) pada kelompok I berada pada kategori cukup (96%), demikian juga kelompok II (97%).
Hasil analisis pada post-test menunjukan bahwa pada kelompok I mayoritas berada pada kategori
cukup (76%), sedangkan kelompok II berada pada kategori baik (100%).

3. Kebersihan Gigi dan Mulut


Hasil pemeriksaan gigi dan mulut yang diukur denga skor plak gigi (PHP-M) sebelum
maupun sesudah perlakuan masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.
461

Tabel 3. Distribusi siswa berdasarkan skor plak gigi pada tahap pre-test dan post-test.
Distribusi Frekuensi Kelompok
Kebersihan Gigi dan Mulut SD Kuanino SD Naikoten 1 Total
n % n % n %
Pre-Test
Sangat Buruk (46-60) 27 54 16 32 0 0
Buruk (31-45) 17 34 28 56 45 45
Baik (16-30) 6 12 6 12 12 12
Sangat Baik (0-15) 0 0 0 0 0 0
PostTest
Sangat Buruk (46-60) 0 0 0 0 0 0
Buruk (31-45) 11 22 9 18 20 20
Baik (16-30) 33 66 36 72 69 69
Sangat Baik (0-15) 6 12 5 10 11 11
Distribusi siswa berdasarkan skor plak gigi menunjukan bahwa sebelum perlakuan
Kelompok I berada pada kategori sangat buruk (54%) dan kelompok II 32 %. Setelah di berikan
perlakuan post test, hasil menunjukan bahwa 66% keolompok I berada pada kategori baik,
sedangkan kelompok II sebesar 72 %.

b. Analisis Bivariat meningkatkan pengetahuan dan sikap dan


Analisis bivariat pada penelitian ini status kebersihan gigi dan mulut siswa.
digunakan untuk menguji hipotesis pada 1. Analisis perbedaan antar kelompok
penetilian ini yaitu: (1) promosi kesehatan (Independent t-test)
gigi dengan menggunakan media leaflet a) Rerata dan simpangan Baku Pre-
sangat efektif meningkatkan pengetahuan dan Test
sikap dan status kebersihan gigi dan mulut Hasil analisis data sebelum perlakuan
siswa dan (2) promosi kesehatan gigi dengan (pre-test) dengan menggunakan bantuan
menggunakan media leaflet tidak efektif software computer secara ringkas dapat
disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Rerata dan Simpangan Baku nilai pre-test antar kelompok


Uraian Kelompok Rearata ± SD t-hitung p Keterangan
I 60,71 ± 15,82 Tidak
Pengetahuan -0,540 0,591
II 62,42 ± 15,92 Bermakna
I 34,78 ± 3,27 Tidak
Sikap 0,000 1,000
II 34,78 ± 3,14 Bermakna
Skor Plak I 44,38 ± 3,27 Tidak
0,336 0,737
Gigi(PHP-M) II 43,70 ± 11,14 Bermakna
462

Beradasarkan rangkuman hasil perlakuan (pre-test) antara kelompok I


analisis pada tabel 5, maka dapat dan II yang ditunjukan dengan thitung = -
dideskripsikan sebagai berikut: 0,336 dan p = 0,737
a) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna Hasil uji statistic ini membuktikan
tentang pengetahuan kebersihan gigi dan bahwa sebelum memberikan perlakuan
mulut sebelum perlakuan (pre-test) dengan menggunakan media leaflet kedua
antara kelompok I dan II yang ditunjukan kelompok tersebut tidak berbeda secara
dengan thitung = -0,540 dan p = 0,591 bermakna yang berarti kedua kelompok
b) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna tersebut seimbang.
sikap terhadap kebersihan gigi dan mulut b) Rerata dan simpangan Baku
sebelum perlakuan (pre-test) antara Post-Test
kelompok I dan II yang ditunjukan Hasil analisis data sesudah perlakuan
dengan thitung = 0,000dan p = 1,000 (post-test) dengan menggunakan bantuan
c) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna software computer secara ringkas dapat
kebersihan gigi dan mulut sebelum disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Rerata dan Simpangan Baku nilai post-test antar kelompok


Uraian Kelompok Rearata ± SD t-hitung p Keterangan
I 75,71 ± 14,35
Pengetahuan -5,306 0,000
II 88,28 ± 8,63 Bermakna
I 39,60 ± 3,87
Sikap -13,543 0,000
II 48,56 ± 2,61 Bermakna
Skor Plak Gigi I 25,50 ± 6,64 Tidak
0,346 0,730
(PHP-M) II 25,06 ± 6,05 Bermakna

Beradasarkan rangkuman hasil analisis pada tabel 6, maka dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a) Terdapat perbedaan yang bermakna b) Terdapat perbedaan yang bermakna sikap
tentang pengetahuan kebersihan gigi dan terhadap kebersihan gigi dan mulut
mulut sebelum perlakuan (pre-test) antara sebelum perlakuan (pre-test) antara
kelompok I dan II yang ditunjukan kelompok I dan II yang ditunjukan
dengan thitung = -5,306 dan p = 0,000 dengan thitung = -13,543 dan p = 0,000
463

c) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna bermakna yang berarti kedua kelompok
kebersihan gigi dan mulut sebelum tersebut seimbang.
perlakuan (post-test) antara kelompok I c. Analisis of Varians
dan II yang ditunjukan dengan thitung = -0, Analisis of varians pada penelitian ini
0,346 dan p = 0,730 untuk mengukur pengaruh penggunaan media
Hasil uji statistic ini membuktikan leaflet sebelum perlakuan (pre-test) dan
bahwa sebelum memberikan perlakuan sesudah perlakuan (post-test) terhadap
dengan menggunakan media leaflet kedua pengetahuan, sikap dan status kebersihan gigi
kelompok tersebut tidak berbeda secara dan mulut siswa sekolah dasar di kota Kupang
dapat disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. pengaruh penggunaan media leaflet sebelum perlakuan (pre-test) dan sesudah
perlakuan (post-test) terhadap pengetahuan, sikap dan status kebersihan gigi dan mulut siswa
sekolah dasar.
Rearata ±
Rerata ± SD F-
Uraian Kel p SD F-hitung p Ket
hitung
Pre-Test Post-Test
I 60,71 ± 15,82 75,71 ± 14,35 -
Pengetahuan 0,291 0,591* 28,154 Bermakna
II 62,42 ± 15,92 88,28 ± 8,63 1,000**
I 34,78 ± 3,27 39,60 ± 3,87
Sikap 0,000 1,000* 183,492 0,000** Bermakna
II 34,78 ± 3,14 48,56 ± 2,61
Skor Plak I 44,38 ± 3,27 25,50 ± 6,64
Tdk
Gigi (PHP- 0,113 0,737* 0,120 0,730*
II 43,70 ± 11,14 25,06 ± 6,05 Bermakna
M)
Keterangan: *: tidak signifikan **: signifikan

Berdasarkan tabel rangkuman hasil analisis tersebut diatas dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a) Terdapat perbedaan yang bermakna dari Perbedaan tersebut bermakna secara
penggunaan media leaflet terhadap statistic (p=0,000)
peningkatan pengetahuan dan sikap siswa b) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
tentang kebersihan gigi dan mulut (pre- dari penggunaan media leaflet terhadap
test ke post-test) antara kelompokI dan II. skor plak gigi (pre-test ke post-test) antara
464

kelompokI dan II. Perbedaan tersebut secara statistic bermakna (p=0,000) dengan
bermakna secara statistic (p=0,000). rerata peningkatan lebih tinggi pada
Berdasarkan hasil analisis seperti kelompok SD Naikoten 1 dibandingkan
telah diuraikan diatas membuktikan bahwa dengan kelompok SD Kuanino (Tabel 6).
intervensi pendidikan kesehatan gigi melalui Perubahan peningkatan pengetahuan
media leaflet mampu meningkatkan dalam penelitian ini terjadi karena responden
pengetahuan dan sikap dan kebersihan gigi diajak untuk memanfaatkan semua alat
dan mulut pada siswa SD. Namun, secara inderanya untuk mempelakari dan memahami
statistic penggunaan media leaflet tidak materi kesehatan gigi melalui media leaflet,
terdapat perbedaaan yang bermakna antar melalui tampilan gambar, sehingga tidak
kedua kelompok tentang kebersihan gigi dan menimbulkan kebosanan responden, dapat
mulut. menarik perhatian dan menimbulkan
rangsangan untuk diikuti dan pemahaman
PEMBAHASAN yang komperhensif. Hal ini dapat dimengerti
Pengetahuan Siswa SD tentang karena leaflet menyuguhkan materi secara
Kebersihan Gigi dan Mulut setelah ringkas dan dijelaskan secara singkat dan
Pendidikan kesehatan Gigi padat. Menurut Green dan Kreuter (1991),
Dari hasil penelitian menunjukan proses belajar yang melibatkan partisipasi
terdapat perbedaan rerata skor pengetahuan aktif peserta akan memperoleh pengetahuan
pada post-test (setelah intervensi) antara sebagai dasara perubahan perilaku yang lebih
kedua kelompok Sekolah Dasar dengan mantap dan akan bertahan lebih lama.
menggunakan media Leaflet, dimana rerata Pendidikan tentang kesehatan gigi dan
skor post test pengetahuan siswa SD Naikoten mulut akan mendasari sikap yang
1 lebih tinggi di bandingkan siswa SD mempengaruhi tindakan dan membentuk
Kuanino. Perbedaan bermakna secara suatu perilaku seseorang dalam memelihara
signifikan (p=0,000) (tabel 5). kebersihan mulut seseorang. Perilaku yang
Hasil analisis peningkatan skors antar didasari oleh pengetahuan akan lebih bersifat
kelompok pada pre-test – post-test menetap daripada perilaku yang tidak didasari
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2007)
bermakna peningkatan pengetahuan sesudah
intervensi promosi kesehatan gigi dan mulut
menggunakan media leaflet. Perbedaan ini
465

Sikap Siswa SD terhadap Kebersihan Gigi perasaan terhadap sesuatu yang berkaitan
dan Mulut setelah Pendidikan kesehatan dengan emosi dalam menjaga kebersihan gigi
Gigi dan mulut, sedangkan komponen perilaku
Dari hasil penelitian menunjukan atau komponenn conative dalam struktur
terdapat perdaan rerata skor sikap pada post- sikap menunjukan bagaimana perilaku atau
test antara kedua kelompok Sekolah Dasar kecenderungan berperilaku yang ada dalam
dengan menggunakan media Leaflet, dimana diri seseorang berkaitan dengan objek sikap
rerata skor sikap siswa SD Naikoten 1 lebih yang dihadapinya.
tinggi di bandingkan siswa SD Kuanino. Pada suatu tingkatan sederhana,
Perbedaan bermakna secara signifikan komponen affective dapat berarti sekedar
(p=0,000) (tabel 5). Hasil ini membuktikan suka atau tidak suka namun pada tingkat yang
bahwa intervensi pendidikan kesehatan gigi kompleks komponenaffective dapat berarti
melalui media leaflet dapat meningkatkan adanya reaksi emosional seperti kecemasan
perubahan sikap siswa dalam menjaga (Thomas,1978). Dapat disimpulkan, sikap
kebersihan gigi dan mulut. merupakan suaru kondisi mental yang relative
Hasil analisis peningkatan skors antar menetap untuk merespon suatu objek atau
kelompok pada pre-test – post-test perangsang tertentu yang mempunyai arti,
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang baik bersifat positif, netral atau negative,
bermakna peningkatan sikap sesudah mengenai aspek kongnisi, afeksi dan
intervensi pendidikan kesehatan gigi dan kecenderungan untuk bertindak. Hasil uji
mulut menggunakan media leaflet. Perbedaan statistic tersebut didukung dengan proses
ini secara statistic bermakna (p=0,000) intervensi pendidikan kesehatan ggii dan
dengan rerata peningkatan lebih tinggi pada mulut dengan menggunakan media leaflet
kelompok SD Naikoten 1 dibandingkan terhadap siswa sekolah dasar yang berjalan
dengan kelompok SD Kuanino (Tabel 6). baik dan lancer sesuai dengan harapan.
Sturktur sikap terdiri dari tiga Peningkatan nilai rerata sikap dalam
komponen yang saling menunjang yaitu penelitian ini menunjukan adanya
cognitive, affective dan conative. Komponen peningkatan kepercayaan siswa terhadap
cognitive tersebut merupakan kepercayaan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan
individu terhadap yang berlaku atau benar mulut. Tingginya kepercayaan siswa terhadap
bagi objek sikap yaitu tentang kebersihan gigi yang berlaku atau yang dianggap benar
dan mulut. Komponen affective merupakan tentang pemeliharaan kebersihan gigi dan
466

mulut, dipengaruhi oleh adanya peningkatan meneriam sesuatu maka semakin banyak dan
pengetahuan yang diperoleh melaui semakin jelan pula penegrtian dan
pendidijkan kesehatan gigi dan mulut pengetahuan yang diperoleh. Dengan
menggunakan media leaflet. Sebagaiman perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan
dikemukan Green dkk. (1980) bahwa untuk mengerahkan indera sebanyak
pengetahuan penting dalam menentukan mungkin kepada suatu objek sehingga
sikap. mempermudah persepsi (Notoatmodjo,2007).
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
Status Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa kebiasaan memelihara kebersihan gigi dan
SD setelah Pendidikan kesehatan Gigi mulut sebagai bentuk perilaku yang didasari
Dari hasil penelitian menunjukan oleh pengetahuan akan mempengaruhi baik
tidak terdapat perbedaan rerata skor plak gigi atau buruknya kebersihan gigi dan mulut,
pada pre-test dan post-test antara kedua sehingga hal ini juga akan mempengaruhi
kelompok Sekolah Dasar dengan angka karies dan penyakit penyangga gigi.
menggunakan media Leaflet. Maka dapat Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk
disimpulkan bahwa intervensi promosi meningkatkan staus kebersihan gigi dan
kesehatan gigi dan mulut melalui media mulut anak-anak SD (9-12 tahun) adalah
leaflet tidak dapat menurunkan skor plak gigi. dengan meningkatkan upaya promotif karena
Secara statistic tidak ada perbedaan bermakna beberapa alasan, yaitu : 1) anak-anak dengan
secara signifikan (p>005) diantara kedua keadaan gigi dan mulut buruk akan
kelompok SD (tabel 5). Hal ini disebabkan mengganggu aktivitas sehari-hari dan belajar,
siswa cenderung mengkonsumsi jajanan di 2) sekolah merupakan tempat yang efektif
dilingkungan sekolah. dan efisien untuk meningkatkan kesehatan, 3)
Menurut Dale (1969), penyampaian pada masa anak-anak biasanya daya
materi pendidikan yang hanya dengan kata- menerima akan lebih baik, karena semakin
kata saja kurang efektif atau intensitasnya dini kebiasaan didapatkan akan semakin lama
paling rendah. Oleh karena itu penyusunan dampaknya mmenetap, 4) masa sekolah
alat peraga atau media pendidikan tersebut merupakan masa anak-anak dan remaja, masa
harus berdasarkan prinsip bahwa ini yang paling berpengaruh dalam kehidupan
pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu manusia (Sriyono,2007).
diterima melalui panca indera. Semakin
banyak indera yang digunakan untuk
467

KESIMPULAN DAN SARAN kesehatan gigi (Jurusan Keperawatan Gigi


Berdasarkan hasil penelitian dan Poltekkes) agar dilaksanakannya penyuluhan
pembahasan yang telah dilakukan pada bab kesehatan gigi dan mulut secara rutin
terdahulu, dapat disimpulkan bahwa promosi menggunakan media leaflet dalam
kesehatan gigi dan mulut dengan mempertahankan dan meningkatkan
menggunakan media leaflet dapat pengetahuan, sikap dan status kebersihan gigi
meningkatkan secara bermakana siswa.
pengetahuan, sikap dan kebersihan gigi dan 2. Dinas Kesehatan
mulut siswa SD. Melalui unit perencanaan program
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan UKS dinas kesehatan, agar
pembahasan, dan kesimpulan diatas, maka merencanakan pengadaan media pendidikan
peneliti mengajukan beberapa saran sebagai kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk media
berikut: leaflet karena media ini meningkatkan
1. Bagi Sekolah pengetahuan, sikap dan status kebersihan gigi
Perlu diadakannya koordinasi dengan siswa.
pihak puskesmas atau institusi pendidikan
468

REFERENCES

Arsyad, A., 2006. Media Pembelajaran. Penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.


Astoeti, T. E., Jenie, I., Kusnoto, J., 2003. Hubunngan Perilaku Terhadap Kebersihan Gigi dan
Mulut Murid-Murid SD Negeri Jakarta Penderita Gigi Berjejal, Jurnal Kedokteran Gigi
Indonesia, Universitas Indonesia, 13 (3):164-167
Azwar, S., 2003; Sikap Manusia. Edisi kedua, cetakan ketujuh, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Budiharto, 2000. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Gigi Melalui Pendekatan Analisis Komponen
Yang Terlibat. Jurnal Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, 7 (3): 44-57
Feby A M, Sudargo T & Fatwa S.T. D., 2004. Pengaruh Media Ceramah, Liflet dan VCD dalam
pencegahan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat.
Vol. XX : 97-135
Herijulianti, Indriani, Artini., 2001, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta
Lucie, S., 2005, Tehnik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, Penerbit Ghalia Indonesia,
Bogor.
Machfoedz I, Sutrisno E.S, & Santoso S, 2005 a. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi
Kesehatan Masyarakat. Penerbit Fitramaya, Yogyakarta.
Notoamodjo S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Priyono, B., 1995, Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Sikap dan Kebersihan Gigi dan Mulut Anak-Anak Yang Pernah Menerima Program UKGS,
Majalh Ilmiah Dies Natalis Edisi VII, FKG Universitas Gadjah Mada, 219-228
Sadiman, A.S., Raharjo, R., Haryono, A., & Rahardjito, 2003. Media Pendidikan, Pengertian,
Pengembangan dan Pemanfaatannya. Pustekkom adikbud dan PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sriyono, N.W., 2007, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Medika Fakults Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suiraoka, I.P., 2004, Perancangan Media Promosi Kesehatan Pencegahan GAKI pada Anak SD di
Daerah Endemik di Propinsi Bali. Berita Kedokteran Masyarakat XX No. 02. program
Pendidikan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Suwelo, I.S., 1992, Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi, EGC, Jakarta.

You might also like