Professional Documents
Culture Documents
Melkisedek O. Nubatonis
Email: melkisedeknubatonis@poltekkeskupang.ac.id
Pengetahuan yang ada pada seseorang bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini
diterima melalui indra. Menurut penelitian disebut alat peraga karena berfungsi untuk
para ahli indra, yang paling banyak membantu dan memperagakan sesuatu dalam
menyalurkan pengetahuan ke dalam otak proses pendidikan dan pengajaran. Seseorang
adalah indra pandang. Kurang lebih 75 % atau masyarakat dalam proses pendidikan
sampai 85 % dari pengetahuan manusia memperoleh pengalaman atau pengetahuan
diperoleh melalui indra pandang. Sedangkan bisa melalui berbagai alat bantu pendidikan,
13 % melalui indra dengar dan 12 % lainnya tetapi masing-masing alat mempunyai
tersalur melalui indra yang lain (Arsyad, intensitas berbeda-beda dalam membentu
2006). Dari sini dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang. Dale (1969), membagi
alat-alat visual lebih mempermudah alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan
penerimaan informasi atau bahan pendidikan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas
(Machfoedz, dkk., 2005a). tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut
Menurut Machfoedz, dkk., (2005a), pada gambar berikut:
alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam penyampaian
1
Keterangan :
2
3 1). Kata-kata;
4
2). Tulisan;
5
3) Rekaman/Radio;
6
4) Film;
7
8 5). Televisi;
9
6). Pameran;
10
7). 1:
Gambar Fiel Trip; Edgar Dale
Kerucut
11
8). Demonstrasi;
9). Sandiwara;
Gambar kerucut tersebut dapat dilihat ini berarti bahwa dalam proses pendidikan,
10). Benda Tiruan;
bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda benda asli mempunyai intensitas yang paling
11). Benda Asli.
asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal tinggi untuk mempersepsikan bahan
456
untuk menilai kebersihan gigi dan mulut indeks PHPM dilakukan dengan membagi
berupa pemeriksaan skor plak dengan permukaan gigi secara vertikal menjadi 3
menggunakan metode PHPM (Personal (tiga) bagian/area dan pada bagian tengah
Hygiene Performance Modified) dari Martens dibagi menjadi 3 (tiga) bagian lagi secara
dan Meskin, 1972). Menghitung plak dengan horisontal dapat digambarkan seperti berikut:
A A Keterangan Gambar:
B A: Area 1/3 gingival dari area tengah
B D E
D B: Area 1/3 tengah dari area tengah
E C C: Area 1/3 incisal/oklusal dari area tengah
C
D: Area distal
E: Area mesial
plak dilakukan entry data, selanjutnya kebersihan gigi dan mulut, baik sebelum
dilakukan analisis dengan uji statistik. perlakuan (pre-test) maupun sesudah
Analisa data dengan menggunakan uji perlakuan (post-test). Pengetahuan dan sikap
statistik Independent t-test dengan tujuan pada penelitian ini diukur menggunakan
untuk mbandingkan hasil rerata pre-tes kuisioner sedangkan kebersihan gigi dan
dengan pos-test baik pada kelompok mulut dilakukan pemeriksaan. Hasil analisis
intervensi keputusan pengujian hipotesis univariat disajikan pada uraian berikut.
penelitian didasarkan pada taraf signifikan
0,05 (Hadi, 2000). Hasil uji statistik 1. Pengetahuan tentang Kebersihan
dinterpretasikan kemudian dianalisis dan Gigi dan Mulut
dijadikan hasil untuk menjawab tujuan Data pengetahuan tentang kebersihan
khusus dari penelitian. gigi dan mulut pada penelitian ini diukur
dengan alat ukur berupa kuisioner yang
HASIL PENELITIAN berjumlah 14 item pertanyaan (item yang
a. Analisis Univariat valid pada uji coba alat ukur). Distribusi
Analisis univariat atau analsisi siswa berdasarkan pengetahuan tentang
deskripsi pada penelitian ini meliputi kebersihan gigi dan mulut pada masing-
deskripsi data pengetahuan, sikap dan masing kelompok dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 1. Distribusi siswa berdasarkan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut pada tahap
pre-test dan post-test.
Distribusi Frekuensi Kelompok
Pengetahuan Tentang
Kebersihan Gigi dan Mulut I II Total
n % n % n %
Pre-Test
Kurang (0-25) 0 0 0 0 0 0
Cukup (26-50) 14 28 13 26 27 27
Baik (51-75) 25 50 23 46 48 48
Sangat Baik (76-100) 11 22 14 28 25 25
PostTest
Kurang (0-25) 0 0 0 0 0 0
Cukup (26-50) 3 6 0 0 3 3
Baik (51-75) 22 44 3 6 25 25
Sangat Baik (76-100) 25 50 47 94 72 72
Ket: I (SD Kuanino); II (SD Naikoten 1)
460
Tabel 2. Distribusi siswa berdasarkan sikap terhadap kebersihan gigi dan mulut pada tahap pre-test
dan post-test.
Distribusi Frekuensi Kelompok
Sikap I II Total
n % n % n %
Pre-Test
Kurang (17-29) 0 0 0 0 0 0
Cukup (30-42) 48 96 49 97 97 97
Baik (43-55) 2 4 1 3 3 3
Sangat Baik (56-68) 0 0 0 0 0 0
PostTest
Kurang (17-29) 0 0 0 0 0 0
Cukup (30-42) 38 76 0 0 38 38
Baik (43-55) 12 24 50 100 62 62
Sangat Baik (56-68) 0 0 0 0 0 0
Ket: I (SD Kuanino); II (SD Naikoten 1)
Tabel 3. Distribusi siswa berdasarkan skor plak gigi pada tahap pre-test dan post-test.
Distribusi Frekuensi Kelompok
Kebersihan Gigi dan Mulut SD Kuanino SD Naikoten 1 Total
n % n % n %
Pre-Test
Sangat Buruk (46-60) 27 54 16 32 0 0
Buruk (31-45) 17 34 28 56 45 45
Baik (16-30) 6 12 6 12 12 12
Sangat Baik (0-15) 0 0 0 0 0 0
PostTest
Sangat Buruk (46-60) 0 0 0 0 0 0
Buruk (31-45) 11 22 9 18 20 20
Baik (16-30) 33 66 36 72 69 69
Sangat Baik (0-15) 6 12 5 10 11 11
Distribusi siswa berdasarkan skor plak gigi menunjukan bahwa sebelum perlakuan
Kelompok I berada pada kategori sangat buruk (54%) dan kelompok II 32 %. Setelah di berikan
perlakuan post test, hasil menunjukan bahwa 66% keolompok I berada pada kategori baik,
sedangkan kelompok II sebesar 72 %.
Beradasarkan rangkuman hasil analisis pada tabel 6, maka dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a) Terdapat perbedaan yang bermakna b) Terdapat perbedaan yang bermakna sikap
tentang pengetahuan kebersihan gigi dan terhadap kebersihan gigi dan mulut
mulut sebelum perlakuan (pre-test) antara sebelum perlakuan (pre-test) antara
kelompok I dan II yang ditunjukan kelompok I dan II yang ditunjukan
dengan thitung = -5,306 dan p = 0,000 dengan thitung = -13,543 dan p = 0,000
463
c) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna bermakna yang berarti kedua kelompok
kebersihan gigi dan mulut sebelum tersebut seimbang.
perlakuan (post-test) antara kelompok I c. Analisis of Varians
dan II yang ditunjukan dengan thitung = -0, Analisis of varians pada penelitian ini
0,346 dan p = 0,730 untuk mengukur pengaruh penggunaan media
Hasil uji statistic ini membuktikan leaflet sebelum perlakuan (pre-test) dan
bahwa sebelum memberikan perlakuan sesudah perlakuan (post-test) terhadap
dengan menggunakan media leaflet kedua pengetahuan, sikap dan status kebersihan gigi
kelompok tersebut tidak berbeda secara dan mulut siswa sekolah dasar di kota Kupang
dapat disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. pengaruh penggunaan media leaflet sebelum perlakuan (pre-test) dan sesudah
perlakuan (post-test) terhadap pengetahuan, sikap dan status kebersihan gigi dan mulut siswa
sekolah dasar.
Rearata ±
Rerata ± SD F-
Uraian Kel p SD F-hitung p Ket
hitung
Pre-Test Post-Test
I 60,71 ± 15,82 75,71 ± 14,35 -
Pengetahuan 0,291 0,591* 28,154 Bermakna
II 62,42 ± 15,92 88,28 ± 8,63 1,000**
I 34,78 ± 3,27 39,60 ± 3,87
Sikap 0,000 1,000* 183,492 0,000** Bermakna
II 34,78 ± 3,14 48,56 ± 2,61
Skor Plak I 44,38 ± 3,27 25,50 ± 6,64
Tdk
Gigi (PHP- 0,113 0,737* 0,120 0,730*
II 43,70 ± 11,14 25,06 ± 6,05 Bermakna
M)
Keterangan: *: tidak signifikan **: signifikan
Berdasarkan tabel rangkuman hasil analisis tersebut diatas dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a) Terdapat perbedaan yang bermakna dari Perbedaan tersebut bermakna secara
penggunaan media leaflet terhadap statistic (p=0,000)
peningkatan pengetahuan dan sikap siswa b) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
tentang kebersihan gigi dan mulut (pre- dari penggunaan media leaflet terhadap
test ke post-test) antara kelompokI dan II. skor plak gigi (pre-test ke post-test) antara
464
kelompokI dan II. Perbedaan tersebut secara statistic bermakna (p=0,000) dengan
bermakna secara statistic (p=0,000). rerata peningkatan lebih tinggi pada
Berdasarkan hasil analisis seperti kelompok SD Naikoten 1 dibandingkan
telah diuraikan diatas membuktikan bahwa dengan kelompok SD Kuanino (Tabel 6).
intervensi pendidikan kesehatan gigi melalui Perubahan peningkatan pengetahuan
media leaflet mampu meningkatkan dalam penelitian ini terjadi karena responden
pengetahuan dan sikap dan kebersihan gigi diajak untuk memanfaatkan semua alat
dan mulut pada siswa SD. Namun, secara inderanya untuk mempelakari dan memahami
statistic penggunaan media leaflet tidak materi kesehatan gigi melalui media leaflet,
terdapat perbedaaan yang bermakna antar melalui tampilan gambar, sehingga tidak
kedua kelompok tentang kebersihan gigi dan menimbulkan kebosanan responden, dapat
mulut. menarik perhatian dan menimbulkan
rangsangan untuk diikuti dan pemahaman
PEMBAHASAN yang komperhensif. Hal ini dapat dimengerti
Pengetahuan Siswa SD tentang karena leaflet menyuguhkan materi secara
Kebersihan Gigi dan Mulut setelah ringkas dan dijelaskan secara singkat dan
Pendidikan kesehatan Gigi padat. Menurut Green dan Kreuter (1991),
Dari hasil penelitian menunjukan proses belajar yang melibatkan partisipasi
terdapat perbedaan rerata skor pengetahuan aktif peserta akan memperoleh pengetahuan
pada post-test (setelah intervensi) antara sebagai dasara perubahan perilaku yang lebih
kedua kelompok Sekolah Dasar dengan mantap dan akan bertahan lebih lama.
menggunakan media Leaflet, dimana rerata Pendidikan tentang kesehatan gigi dan
skor post test pengetahuan siswa SD Naikoten mulut akan mendasari sikap yang
1 lebih tinggi di bandingkan siswa SD mempengaruhi tindakan dan membentuk
Kuanino. Perbedaan bermakna secara suatu perilaku seseorang dalam memelihara
signifikan (p=0,000) (tabel 5). kebersihan mulut seseorang. Perilaku yang
Hasil analisis peningkatan skors antar didasari oleh pengetahuan akan lebih bersifat
kelompok pada pre-test – post-test menetap daripada perilaku yang tidak didasari
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2007)
bermakna peningkatan pengetahuan sesudah
intervensi promosi kesehatan gigi dan mulut
menggunakan media leaflet. Perbedaan ini
465
Sikap Siswa SD terhadap Kebersihan Gigi perasaan terhadap sesuatu yang berkaitan
dan Mulut setelah Pendidikan kesehatan dengan emosi dalam menjaga kebersihan gigi
Gigi dan mulut, sedangkan komponen perilaku
Dari hasil penelitian menunjukan atau komponenn conative dalam struktur
terdapat perdaan rerata skor sikap pada post- sikap menunjukan bagaimana perilaku atau
test antara kedua kelompok Sekolah Dasar kecenderungan berperilaku yang ada dalam
dengan menggunakan media Leaflet, dimana diri seseorang berkaitan dengan objek sikap
rerata skor sikap siswa SD Naikoten 1 lebih yang dihadapinya.
tinggi di bandingkan siswa SD Kuanino. Pada suatu tingkatan sederhana,
Perbedaan bermakna secara signifikan komponen affective dapat berarti sekedar
(p=0,000) (tabel 5). Hasil ini membuktikan suka atau tidak suka namun pada tingkat yang
bahwa intervensi pendidikan kesehatan gigi kompleks komponenaffective dapat berarti
melalui media leaflet dapat meningkatkan adanya reaksi emosional seperti kecemasan
perubahan sikap siswa dalam menjaga (Thomas,1978). Dapat disimpulkan, sikap
kebersihan gigi dan mulut. merupakan suaru kondisi mental yang relative
Hasil analisis peningkatan skors antar menetap untuk merespon suatu objek atau
kelompok pada pre-test – post-test perangsang tertentu yang mempunyai arti,
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang baik bersifat positif, netral atau negative,
bermakna peningkatan sikap sesudah mengenai aspek kongnisi, afeksi dan
intervensi pendidikan kesehatan gigi dan kecenderungan untuk bertindak. Hasil uji
mulut menggunakan media leaflet. Perbedaan statistic tersebut didukung dengan proses
ini secara statistic bermakna (p=0,000) intervensi pendidikan kesehatan ggii dan
dengan rerata peningkatan lebih tinggi pada mulut dengan menggunakan media leaflet
kelompok SD Naikoten 1 dibandingkan terhadap siswa sekolah dasar yang berjalan
dengan kelompok SD Kuanino (Tabel 6). baik dan lancer sesuai dengan harapan.
Sturktur sikap terdiri dari tiga Peningkatan nilai rerata sikap dalam
komponen yang saling menunjang yaitu penelitian ini menunjukan adanya
cognitive, affective dan conative. Komponen peningkatan kepercayaan siswa terhadap
cognitive tersebut merupakan kepercayaan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan
individu terhadap yang berlaku atau benar mulut. Tingginya kepercayaan siswa terhadap
bagi objek sikap yaitu tentang kebersihan gigi yang berlaku atau yang dianggap benar
dan mulut. Komponen affective merupakan tentang pemeliharaan kebersihan gigi dan
466
mulut, dipengaruhi oleh adanya peningkatan meneriam sesuatu maka semakin banyak dan
pengetahuan yang diperoleh melaui semakin jelan pula penegrtian dan
pendidijkan kesehatan gigi dan mulut pengetahuan yang diperoleh. Dengan
menggunakan media leaflet. Sebagaiman perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan
dikemukan Green dkk. (1980) bahwa untuk mengerahkan indera sebanyak
pengetahuan penting dalam menentukan mungkin kepada suatu objek sehingga
sikap. mempermudah persepsi (Notoatmodjo,2007).
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
Status Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa kebiasaan memelihara kebersihan gigi dan
SD setelah Pendidikan kesehatan Gigi mulut sebagai bentuk perilaku yang didasari
Dari hasil penelitian menunjukan oleh pengetahuan akan mempengaruhi baik
tidak terdapat perbedaan rerata skor plak gigi atau buruknya kebersihan gigi dan mulut,
pada pre-test dan post-test antara kedua sehingga hal ini juga akan mempengaruhi
kelompok Sekolah Dasar dengan angka karies dan penyakit penyangga gigi.
menggunakan media Leaflet. Maka dapat Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk
disimpulkan bahwa intervensi promosi meningkatkan staus kebersihan gigi dan
kesehatan gigi dan mulut melalui media mulut anak-anak SD (9-12 tahun) adalah
leaflet tidak dapat menurunkan skor plak gigi. dengan meningkatkan upaya promotif karena
Secara statistic tidak ada perbedaan bermakna beberapa alasan, yaitu : 1) anak-anak dengan
secara signifikan (p>005) diantara kedua keadaan gigi dan mulut buruk akan
kelompok SD (tabel 5). Hal ini disebabkan mengganggu aktivitas sehari-hari dan belajar,
siswa cenderung mengkonsumsi jajanan di 2) sekolah merupakan tempat yang efektif
dilingkungan sekolah. dan efisien untuk meningkatkan kesehatan, 3)
Menurut Dale (1969), penyampaian pada masa anak-anak biasanya daya
materi pendidikan yang hanya dengan kata- menerima akan lebih baik, karena semakin
kata saja kurang efektif atau intensitasnya dini kebiasaan didapatkan akan semakin lama
paling rendah. Oleh karena itu penyusunan dampaknya mmenetap, 4) masa sekolah
alat peraga atau media pendidikan tersebut merupakan masa anak-anak dan remaja, masa
harus berdasarkan prinsip bahwa ini yang paling berpengaruh dalam kehidupan
pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu manusia (Sriyono,2007).
diterima melalui panca indera. Semakin
banyak indera yang digunakan untuk
467
REFERENCES