Professional Documents
Culture Documents
32 63 1 SM
32 63 1 SM
Abstract : A period of child under five year referred as with a period is golden. This matter is caused by child
of child under five year represent group showing fast growth. Pursuant to the mentioned hence very needed
by is optimal attention to status of gizi child at that moment. Status of Gizi can influence by pattern eat,
disease of infection, knowledge of mother, economic status, culture, service of health, food production and
hygiene of environment. Target of this research that is to know factors influencing status of gizi child under
five year as for the factors that is: pattern eat, disease of infection, mount knowledge of mother, economic
status, service of culture and health. This Research type is analytic with approach of study sectional cross.
This research use technique of proporsional sampling random by 196 responder that is mothers of child
under five year. Data collection was conducted from 1-20 April 2013. Data collection using questionnaires
from each variable entirely there are 28 question. Result of research show there are relation which is
signifikan ( p=0,000) among pattern eat, level knowledge of mother, disease of infection, economic status
and cultural with status of gizi balita. Result of this research suggest to mothers of balita to be ever improve
its knowledge about gizi to and family of child under five year through various media and also by following
counselling of health and to officer of health to be continuing to improve performance in overcoming
problems of health especially the problem of child under five year gizi.
Masa balita disebut dengan masa keemasan.Hal ini disebabkan karena anak balita merupakan
kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat.Berdasarkan hal tersebut maka sangat diperlukan
perhatian yang optimal terhadap status gizi anak pada saat itu.Status gizi dapat dipengaruhi oleh pola
makan, penyakit infeksi, pengetahuan ibu, status ekonomi, budaya, pelayanan kesehatan, produksi pangan
dan kebersihan lingkungan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
status gizi balita adapun faktor-faktor tersebut yaitu: pola makan, penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu,
status ekonomi, pelayanan kesehatan dan budaya. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan
cross sectional study.Penelitianini menggunakan teknik proporsional random sampling dengan 196
responden yaitu ibu-ibu balita.Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 1-20 April 2013.Pengumpulan data
menggunakan kusioner dari masing-masing variabel dengan seluruhnya terdapat 28 pertanyaan. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p=0,000) antara pola makan, tingkat
pengetahuan ibu, penyakit infeksi, status ekonomi dan budaya dengan status gizi balita. Hasil penelitian ini
menyarankan kepada ibu-ibu balita agar senantiasa meningkatkan pengetahuannya tentang gizi bagi
keluarga dan balita melalui berbagai media maupun dengan mengikuti penyuluhan kesehatan dan bagi
petugas kesehatan agar terus meningkatkan kinerja dalam mengatasi permasalahan kesehatan terutama
masalah gizi balita.
penentu derajat kesehatan di Indonesia ( terjadi gizi buruk pada mereka akan
WHO, 2002). Masalah kesehatan balita juga berpengaruh langsung pada kehidupan di
merupakan salah satu masalah utama dalam usia prasekolah dan sekolah nantinya, yang
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di akan berpengaruh pada masa depannya
Indonesia. Derajat kesehatan balita dapat sehingga sangat perlu perhatian yang optimal
mencerminkan bagaimana derajat kesehatan terhadap status gizi anak pada saat itu
bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus (Arisman, 2004 ).
bangsa. Berdasarkan alasan tersebut masalah Menurut Robinson dan Weighley
kesehatan anak diprioritaskan dalam dalam buku pengantar gizi masyarakat, status
perencanaan atau penataan pembangunan gizi adalah keadaan kesehatan yang
bangsa (Hidayat, 2009). berhubungan dengan penggunaan makanan
Angka kematian balita di Indonesia oleh tubuh. Menurutnya, status gizi
menempati urutan tertinggi dibandingkan dipengaruhi oleh faktor langsung yang terdiri
Negara di ASEAN lainnya (Maryunani,A, dari pola makan dan penyakit infeksi. Pola
2010). Tingginya angka kematian balita di makan yang sehat adalah suatu cara atau
Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
yang salah satunya adalah kekurangan gizi ( makanan dengan maksud tertentu, seperti
Hapsari, 2004). mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
Masalah kekurangangizi yang sering mencegah atau membantu kesembuhan
terjadi pada balita adalah Kurang Energi penyakit. Faktor langsung yang
Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), menyebabkan permasalahan gizi yang kedua
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium yaitu penyakit infeksi. Menurut Supariasa,
(GAKY) dan Anemia Gizi Besi. Masalah dkk, 2001, penyakit infeksi yang umumnya
kekurangan gizi yang terjadi tidak terlepas terkait dengan masalah gizi antara lain, diare,
dari terbatasnya pengetahuan keluarga TBC, ISPA, campak, batuk rejan, dan
terutama ibu balita mengenai status gizi pneumonia. Hadirnya penyakit infeksi dalam
anak, pola pertumbuhan anak, nilai gizi dan tubuh anak akan membawa pengaruh
makanan yang ada. Sebagian besar keluarga terhadap gizi anak. Reaksi yang akan timbul
hanya mengetahui balita harus diberikan karena adanya infeksi adalah menurunnya
makanan sama halnya dengan orang dewasa nafsu makan, muntah, dan mencret sehingga
tiap harinya (Depkes RI, 2004). akan menyebebkan berkurangnya asupan
Balita berada pada urutan kedua dari makanan pada anak sehingga dengan sangat
enam kelompok yang rentan gizi. Kelompok cepat mengubah tingkat gizi anak kearah gizi
tersebut merupakan kelompok yang mudah buruk ( Santoso, dkk, 2004).
menderita gangguan kesehatan dan mudah Selain faktor langsung, status gizi
mengalami kekurangan gizi. Ada salah satu balita juga di pengaruhi lima faktor tidak
hal penting yang menyebabkan balita berada langsung yaitu oleh ekonomi keluarga,
dalam kelompok tersebut yaitu balita yang budaya, produksi pangan, kebersihan
berada dalam masa transisi dari makanan lingkungan dan fasilitas pelayanan
bayi ke makanan dewasa, anak balita yang kesehatan. Menurut Suhardjo 2008, yang
belum mampu mengurus diri sendiri menjadi patokan dalam ekonomi adalah
termasuk dalam memilih makanan. Maka kemiskinan. Kemiskinan dinilai memiliki
dari itu peran ibu sangat lah penting pada peranan penting dan bersifat timbal balik,
masa ini untuk mempertahankan pola makan artinya kemiskinan akan menyebabkan
yang sehat pada balita agar tidak terjadi kurang gizi dan individu yang kurang gizi
masalah gizi (Notoatmodjo, 2003). akan melahirkan kemiskinan. Faktor tidak
Masa balita disebut dengan golden langsung kedua yang mempengaruhi status
period atau masa keemasan. Anak dibawah 5 gizi yaitu budaya. Permasalahan yang timbul
tahun merupakan kelompok yang pada faktor ini karena masih ada
menunjukkan pertumbuhan yang pesat, bila kepercayaan untuk memantang makanan
76
Yuliani, Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
tertentu yang dipandang dari segi gizi terdapat sekitar 3 persen balita gizi burukdari
sebenarnya mengandung zat gizi yang baik. 473.804 jumlah Balita di Sumbar.
Faktor ketiga yaitu fasilitas pelayanan Berdasarkan penelitian Zulkarnain
kesehatan yang sangat penting untuk Agus (2012), kasus gizi cukup tinggi di
menyokong status kesehatan dan gizi anak. daerah pinggiran seperti Dharmasraya.Hal
Faktor selanjutnya yaitu produksi pangan ini dapat terjadi karena rendahnya akses
dan kebersihan lingkungan. Produksi pangan masyarakat terhadap kesehatan.Dharmasraya
sebagai peranan pertanian yang penting merupakan daerah otonomi yang mana
karenan kemampuannya menghasilkan dalam sistem pemerintahan Indonesia, untuk
produk pangan. Sedangkan kebersihan menentukan nasib derajat kesehatan bangsa
lingkungan akan mempengaruhi kesehatan atau the real battle untuk memperjuangkan
anak, kebersihan lingkungan yang buruk derajat kesehatan masyarakat adalah
akan memudahkan anak menderita penyakit ditingkat wilayah otonom yang dewasa ini
tertentu seperti ISPA, diare, dsb. ada di tingkat Kabupaten dan Wilayah
Menurut Adnan, M dan Wirjatmadi, Kota.Ketetapan MPR XV/MPR/1998 tentang
B (2012), kekurangan energi protein yang penyelenggaraan Otonomi Daerah dan UU
akan menimbulkan masalah gizi juga no 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu. daerah telah diberlakukan dan dijadikan
Seorang ibu dengan pendidikan tinggi akan pedoman penyelenggaraan pemerintah
dapat merencanakan menu makanan yang bidang kesehatan sehingga diharapkan
sehat bagi dirinya dan keluarganya dalam pelayanan kesehatan dapat dinikmati oleh
upaya memenuhi zat gizi yang diperlukan. seluruh masyarakat.
Menurut Sediaoetama, A (2006), Berdasarkan data dari dinas
pengetahuan gizi yang baik akan kesehatan kabupaten Dharmasraya tahun
menyebabkan seseorang mampu menyusun 2011, jumlah balita di kabupaten
menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin Dharmasraya yang tercatat yaitu sebanyak
baik pengetahuan gizi seseorang, maka ia 19.606 balita. Kabupaten Dharmasraya
akan semakin memperhitungkan jenis dan terdiri dari 11 kecamatan yang salah satunya
jumlah makanan yang diperoleh untuk yaitu kecamatan Koto Besar dengan
keluarga termasuk anak balita. persentase tertinggi jumlah balita yang
Salah satu provinsi di Indonesia yang menderita gizi buruk yaitu sebanyak 4,6
memiliki masalah gizi terbanyak yaitu di persen (diukur menurut bb/tb) dari jumlah
NTT. Pada bulan Juli 2010, sebanyak 53.261 balita 2.343 balita. Dari 5 nagari yang
anak balita dari 506.352 anak balita di NTT terdapat di kecamatan Koto Besar, nagari
sejak Januari hingga Juli 2010 didiagnosis Abai Siat merupakan nagari yang memiliki
menderita gizi kurang. Sementara itu, kasus balita terbanyak yang mengalami gizi buruk
gizi buruk mencapai sekitar 85 anak balita yaitu 2,6 % dari 386 jumlah balita.
dengan kelainan klinis dan sekitar 6.157 Dari studi awal yang dilakukan pada
anak balita kasus tanpa kelainan klinis. bulan september 2012 kepada 2 orang
Jumlah kasus gizi buruk yang petugas kesehatan dipuskesmas terkait,
ditemukan dan ditangani di Provinsi menurutnya masalah gizi yang terjadi di
SumateraBarat sebanyak 764 kasus.Jumlah kecamatan tersebut di sebabkan oleh
tinggi adalah Kabupaten Agam (229 beberapa hal yaitu, rendahnya pengetahuan
kasus),Kabupaten Dharmasraya menempati ibu terhadap status gizi anak dan
urutan kedua setelah Kabupaten Agam yaitu pengetahuan terhadap zat gizi lengkap yang
sebanyak94 kasus.Menurut Data Dinas harus di berikan kepada anak setiap makan,
Kesehatan Sumbar, jumlah penderita gizi Sedangkan studi awal yang dilakukan kepada
buruk didominasi daerah pinggiran dan ibu yang mempunyai balita dari 8 orang ibu
pemekaran. Di Kabupaten Dharmasraya tersebut 5 orang ibu tidak mengetahui apa
saja yang diperlukan untuk gizi balita, dan
77
NERS JURNAL KEPERAWATANVOLUME 9, No12Maret 2013: 75-86
Balita dengan bb/u berada dibawah oleh oleh petugas pelayanan kesehatan
garis merah dilihat dari kms, balita sudah dengan pemberian BMT.
mengalami penambahan berat badan pada Penelitian ini menunjukkan bahwa
beberapa bulan terakhir dan sudah ditangani sebagian besar responden dengan balita gizi
kurang banyak berkisar pada umur balita 1-3
78
Yuliani, Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
tahun yaitu sebanyak 56 orang (56,6%) sebagian besar sangat ditentukan oleh pola
dibandingkan dengan balita pada usia 4-5 makan anak yang diberikan ibunya dan
tahun yaitu sebanyak 39 orang responden pengetahuan ibu dalam menyusun menu
(39,4%). status gizi anak pada usia ini makanan tersebut.
Balita yang mempunyai pola makan gula yang berlebihan dan yang terakhir
yang kurang baik disebabkan karena ibu karena ibu balita membiarkan balitanya
balita yang cenderung menuruti kemauan untuk menentukan sendiri seberapa banyak
anak dalam memberikan makanan walaupun makanan yang dikonsumsi tanpa
makanan yang diberikan tidak bergizi, yang memperhatikan jumlah makanan yang baik
kedua yaitu karena ibu balita sering yang harus dikonsumsi balitanya
memberikan makanan dengan kandungan
Hal ini dapat di tunjang oleh latar balita yang mana responden lebih
belakang pendidikan responden yang memberikan makanan kepada balita
sebagian besar SMP (35,7%) dan SD tergantung keinginan balita dan tergantung
(32,7%). Tingkat pendidikan akan makanan yang tersedia dirumah tanpa
mempengaruhi seseorang dalam menerima mengetahui kalau makanan yang harus di
informasi yang diberikan terutama ibu balita konsumsi harus beragam jenisnya dan
tentang informasi mengenai kesehatan balita. responden juga memiliki pengetahuan yang
Sebagian besar responden memiliki kurang tentang jumlah dan porsi yang cukup
pengetahuan yang kurang tentang status gizi untuk balita.
balita, makanan yang harus dikonsumsi .
79
NERS JURNAL KEPERAWATANVOLUME 9, No12Maret 2013: 75-86
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 142 balita (72,4%) mengalami sakit dan 54 balita
(27,6%) tidak mengalami sakit
Penyakit infeksi yang diderita balita di keadaan gizi. Reaksi yang akan timbul
Kenagarian Abai Siat yaitu diantaranya : karena adanya infeksi adalah menurunnya
diare, TBC, ISPA, campak, batuk rejan, nafsu makan, muntah, dan mencret sehingga
pneumonia. akan menyebebkan berkurangnya asupan
Hadirnya penyakit infeksi dalam makanan pada anak sehingga dengan sangat
tubuh anak membawa pengaruh terhadap cepat mengubah tingkat gizi anak kearah gizi
keadaan gizi anak dan akan memperburuk buruk.
hasil penelitian menunjukkan bahwa 126 orang responden (64,3%) dengan status ekonomi
mampu dan 70 responden (35,7%) dengan status ekonomi kurang mampu.
80
Yuliani, Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
hasil penelitian dapat dilihat bahwa bergizi lainnya terhadap balitanya dan
masih ada sebagian kecil responden sekitar responden juga masih mempercayai solusi
29,6% masih memantangkan makanan pengobatan seperti ke dukun apabila
seperti sayur-sayuran, buah dan makanan balitanya mengalami sakit.
Status Gizi
Pola Baik Kurang Buruk Total
makan f % f % f % f %
Baik 83 79 21 20 1 1,1 105 53,6
Kurang 12 13,2 78 85,7 1 1 91 46,4
Jumlah 95 92,2 99 105,7 2 2,1 196 100
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa adanya besar responden balitanya memiliki pola
hubungan pola makan dengan status gizi makan yang baik dan sebaliknya sebagian
balita dengan pvalue 0,000<0,05. Artinya dari responden juga ada balitanya dengan
semakin baik pola makan semakin baik pula pola makan yang kurang hal ini disebabkan
status gizi balita tersebut dan sebaliknya karena ibu cenderung membiarkan balitanya
semakin buruk pola makan semakin buruk untuk memilih sendiri makanan yang akan
pula status gizi balita tersebut. Hasil dikonsumsi walaupun makanan tersebut
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian tidak bergizi, ibu juga sering memberikan
81
NERS JURNAL KEPERAWATANVOLUME 9, No12Maret 2013: 75-86
makanan bergula yang berlebihan kepada kurang dan buruk. Hal tersebut diduga dapat
balita dan ibu juga sering membiarkan balita disebabkan oleh karena bukan pola makan
untuk menentukan sendiri jumlah makanan saja yang dapat mempengaruhi status gizi
yang akan dikonsumsi setiap harinya tanpa tapi ada hal lain seperti : penyakit infeksi
memperhatikan jumlah yang baik yang telah yang diderita balita, pengetahuan ibu, status
ditentukan. Sebagian responden yang ekonomi dan budaya.
balitanya memiliki pola makan yang baik .
masih ada balitanya dengan status gizi
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa konsumsi harus beragam jenisnya dan
adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu responden juga memiliki pengetahuan yang
dengan status gizi balita dengan pvalue kurang tentang jumlah dan porsi yang cukup
0,000<0,05. Artinya semakian baik untuk balita. Hal tersebut nantinya akan
pengetahuan gizi ibu maka status gizi berdampak buruk terhadap status gizi balita
balitanya semakin baik pula dan sebaliknya, karena Pengetahuan ibu tentang gizi yang
semakin kurang pengetahuan ibu maka status cukup akan membantu ibu khususnya dalam
gizi balitanya semakin buruk pula. Pada hal pemenuhan zat-zat gizi dalam
penelitian ini dapat dilihat bahwa responden penyediaan makanan sehari-hari, karena
memiliki pengetahuan yang kurang tentang dengan hal itu ibu akan mengetahui pola
status gizi balita, makanan yang harus pemberian makanan yang memiliki gizi
dikonsumsi balita yang mana responden kepada balita maupun keluargasehingga
lebih memberikan makanan kepada balita pemenuhan gizi bagi keluarga akan terjadi
tergantung keinginan balita dan tergantung dan dengan hal ini akan membuat kecukupan
makanan yang tersedia dirumah tanpa gizi bagi balita dan keluarga akan terpenuhi.
mengetahui kalau makanan yang harus di
Status Gizi
Penyakit Baik Kurang Buruk Total
Infeksi f % f % f % F %
Tdk Sakit 46 85,2 8 14,8 0 0 54 27,6
Sakit 49 34,5 91 64,1 2 1,4 142 72,4
Jumlah 95 119,7 99 78,9 2 1,4 196 100
P=0,000
82
Yuliani, Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
Status Gizi
Status Baik Kurang Buruk Total
Ekonomi f % f % f % f %
Mampu 81 64,3 44 35,2 1 0,8 126 64,3
KrgMampu 14 20 55 78,6 1 1,4 70 35,7
Jumlah 95 84,3 99 113,8 2 2,2 196 100
P=0,000
83
NERS JURNAL KEPERAWATANVOLUME 9, No12Maret 2013: 75-86
Status Gizi
Pelayanan Baik Kurang Buruk Total
Kesehatan f % f % f % f %
Baik 93 48,7 96 50,3 2 1 191 97,4
Kurang 2 40 3 60 0 0 5 2,6
Jumlah 95 88,7 99 56,3 2 1 196 100
P=0,874
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak informasi yang baik tentang kesehatan balita
adanya hubungan pelayanan kesehatan belum tentu status gizi balita di daerah
dengan status gizi balita dengan pvalue tersebut cukup baik.
0,874>0,05. Artinya walaupun pelayanan .
kesehatan sudah memberikan pelayanan dan
Status Gizi
Budaya Baik Kurang Buruk Total
f % f % F % f %
Baik 81 58,7 55 39,9 2 1,4 138 70,4
Kurang 14 24,1 44 75,9 0 0 58 29,6
Jumlah 95 82,8 99 115,8 2 1,4 196 100
P=0,000
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa yang sakit dan masih adanya pantangan
adanya hubungan budaya dengan status gizi terhadap makanan yang bergizi sepe5ttrti
balita dengan pvalue 0,000<0,05. Artinya, pantangan terhadap buah-buahan dan sayur-
semakin baik budaya yang ada dalam suatu sayuran.
keluarga mengenai kesehatan, maka semakin Responden yang memiliki budaya
baik pula status gizi balita dalam keluarga yang cukup baik mengenai status gizi
tersebut.Hasil penelitian menunjukkan balitanya namun balitanya dengan status gizi
bahwa sebagian besar responden sudah kurang. Hal ini diduga disebabkan karena
memiliki budaya yang baik dalam keluarga faktor yang mempengaruhi status gizi bukan
mengenai kesehatan balitanya. Namun, hanya budaya saja namun masih banyak
masih ada sebagian kecil responden yang faktor yang lain seperti: pola makan yang
memiliki budaya yang kurang baik seperti salah, kurangnya pengetahuan ibu tentang
masih adanya kepercayaan responden gizi, serta balita menderita penyakit infeksi.
terhadap dukun untuk pengobatan balitanya
di Nagari Abai Siat Wilayah Kerja
KESIMPULAN DAN SARAN Puskesmas Koto Besar Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2013 memiliki status
Berdasarkanhasil penelitian yang dilakukan gizi yang kurang (50,5%), memiliki pola
dapat disimpulkan:Lebih dari separoh balita makan yang baik (53,6%) dan 72,4% balita
84
Yuliani, Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
85
NERS JURNAL KEPERAWATANVOLUME 9, No12Maret 2013: 75-86
86