You are on page 1of 19

Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial Terhadap Konvergensi

Beta di Indonesia

Anisa Fahmi
Nuzul Achjar
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
e-mail: nies_fahmi@yahoo.com

Abstrack
Motivated inter-regional disparities condition that occurs persistently, this thesis
examines the Indonesian economy in the long run, whether it will tend to
converge or diverge. This convergence is based on the Solow Neoclassical growth
theory which assumes the existence of diminishing returns to capital so that when
the developed countries reach steady state conditions, developing countries will
continuous growth up to ‘catch-up‘ with developed countries. This thesis also
focuses on the influence of spatial dependency and infrastructure since regional
economics perspective, each region can not be treated as a stand-alone unit.
Economical and political situation of a region will influence policy in that region
which will also have an impact to the neighboring regions. The estimation results
of spatial cross-regressive model using fixed effect method consistently
confirmed that the Indonesian economy in the long term will likely converge with
a speed of 8.08 percent per year. Other finding is, road infrastructure has a
positive effect on economic growth and investment and road infrastructure are
spatially showed a positive effect on economic growth. In other words, the
investment and the infrastructure of a region not only affect the economic growth
of that region but also to the economy of the contiguous region.

Keywords: convergence, infrastructure, spatial dependency

Abstrak
Dilatarbelakangi kondisi kesenjangan antar wilayah yang terjadi secara persisten,
tesis ini menelaah perekonomian Indonesia dalam jangka panjang, apakah akan
cenderung konvergen atau justru divergen. Konvergensi ini didasarkan pada teori
pertumbuhan Neoklasik Solow yang mengasumsikan adanya diminishing return
to capital sehingga pada saat negara maju mencapai kondisi steady state, negara
berkembang akan mengalami pertumbuhan yang terus menerus hingga dapat
mengejar ketertinggalannya dari negara maju. Tesis ini juga memfokuskan pada
pengaruh infrastruktur dan keterkaitan spasial karena dalam perspektif ilmu
ekonomi regional, setiap wilayah tidak dapat diperlakukan sebagai unit yang
berdiri sendiri. Situasi ekonomi dan politik suatu wilayah akan mempengaruhi
kebijakan di wilayah tersebut yang juga akan berdampak ke wilayah tetangganya.
Hasil analisis terhadap model spatial cross-regressive menggunakan metode fixed
effect secara konsisten mengonfirmasikan bahwa dalam jangka panjang
perekonomian Indonesia akan cenderung konvergen dengan kecepatan 8,08
persen per tahun. Temuan lainnya adalah, infrastruktur jalan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi dan secara spasial investasi dan infrastruktur jalan
juga menunjukkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan kata
lain, investasi dan infrastruktur jalan suatu wilayah tidak hanya berpengaruh
Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut tetapi juga terhadap


perekonomian wilayah sekitarnya.

Kata Kunci: Konvergensi, Infrastruktur, Keterkaitan spasial

Pendahuluan mapan, negara berkembang akan


Pembangunan regional mengalami pertumbuhan yang terus
merupakan bagian integral dari menerus hingga dapat mengejar
pembangunan nasional yang ketertinggalannya dari negara maju
bertujuan tidak hanya untuk dan mencapai kondisi mapan.
meningkatkan pendapatan perkapita Sehubungan dengan situasi di
dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, topik konvergensi
suatu wilayah tetapi juga untuk merupakan isu yang relevan untuk
mengejar ketertinggalannya dari dikaji karena salah satu tujuan
daerah-daerah maju sehingga pembangunan nasional adalah
tercapai konvergensi antar wilayah. mencapai kemerataan pembangunan.
Konvergensi sendiri diartikan Pertumbuhan perekonomian di
sebagai kondisi dimana Indonesia selama tahun 2012
perekonomian daerah miskin memang cukup tinggi sebagaimana
memiliki pertumbuhan yang lebih dipublikasikan BPS pada awal tahun
cepat dari daerah kaya sehingga gap 2013. Perekonomian tumbuh sebesar
perekonomian antara kedua wilayah 6,23 persen dibandingkan tahun
tersebut semakin mengecil (Barro, 2011. Tetapi, tingginya pertumbuhan
1992). Konvergensi ini didasarkan ternyata tidak menjamin peningkatan
pada teori pertumbuhan Neoklasik kesejahteraan yang dinikmati secara
Solow yang mengasumsikan merata oleh seluruh wilayah. Hal
diminishing return to capital tersebut didasarkan pada data yang
sehingga pada saat negara maju dipublikasikan BPS melalui berita
mencapai kondisi mapan, tingkat resmi statistik bulan Februari 2013
pengembalian modal tidak akan dimana struktur perekonomian
mengalami peningkatan lagi Indonesia secara spasial pada tahun
meskipun terdapat tambahan 2012 masih didominasi Pulau Jawa
investasi (Mankiw, 2007). Jadi, dengan kontribusi terhadap PDB
ketika negara maju mencapai kondisi sebesar 57,63 persen, kemudian

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 88


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar kurang dari 4,4 juta rupiah per tahun
23,77 persen, Pulau Kalimantan 9,30 adalah provinsi NTB, NTT,
persen, Pulau Sulawesi persen dan Gorontalo, Maluku, dan Maluku
sisanya 4,57 persen di provinsi- Utara. Indikator lain yang juga sering
provinsi lainnya. Kesenjangan antar digunakan untuk melihat disparitas
wilayah di Indonesia juga teramati antar wilayah adalah Indeks
secara langsung dari perbedaan Williamson. Seperti terlihat pada
tingkat PDRB per kapita. Hanya 6 gambar 1, perkembangan Indeks
provinsi yang mencapai tingkat Williamson tahun 2002-2011
PDRB per kapita di atas rata-rata menunjukkan peningkatan
sebesar 9,68 juta rupiah per tahun, kesenjangan antar provinsi di
yaitu provinsi Riau, Kepulauan Riau, Indonesia. Kesenjangan pendapatan
DKI Jakarta, Jawa Timur, dan kesejahteraan mengindikasikan
Kalimantan Timur, dan Papua Barat. tidak meratanya pembangunan
Provinsi yang tergolong miskin terutama dalam bidang ekonomi.
dengan tingkat PDRB per kapita
Gambar 1. Kesenjangan antar Provinsi di Indonesia Tahun 2002-2011
0.28
0.272
0.269
0.27 0.265 0.266 0.266
0.261 0.262
0.259 0.258
0.26 0.254 Indeks
0.25 Williamson

0.24
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber: BPS (diolah)

Kecenderungan terjadinya yang terkait erat dengan infrastruktur


kesenjangan di negara berkembang, transportasi. Sejak krisis 1997/1998,
menurut Kuznets disebabkan adanya pembangunan infrastruktur di
perbedaan endowmen dan mobilitas Indonesia khususnya infrastruktur
faktor produksi antar daerah yang transportasi memang mengalami
kurang lancar. Kesenjangan akan penurunan karena pemerintah
semakin berkurang dengan adanya diharuskan untuk melakukan
perbaikan mobilitas faktor produksi pengetatan anggaran pembangunan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 89


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

selama pemulihan krisis. Mutu komunikasi pada suatu daerah


infrastruktur Indonesia menduduki memfasilitasi perdagangan kemudian
peringkat terendah di kawasan dan mendorong peningkatan output dan
mempengaruhi pertumbuhan produktivitas daerah sekitarnya
ekonomi serta investasi asing. sehingga ketersediaan infrastruktur
Berdasarkan studi yang dilakukan ini memberikan keuntungan pada
oleh Bank Dunia pada tahun 2008 daerah yang bertetangga. Sebagian
terhadap 150 negara-negara di dunia besar infrastruktur tidak hanya
yang memiliki logistik perdagangan memberikan dampak positif terhadap
dan transportasi global, Indonesia produktivitas daerah itu sendiri tetapi
berada di peringkat 43 dengan total juga terkait secara spasial terhadap
nilai indeks sebesar 3,01 poin. Secara produktivitas daerah sekitarnya
umum kondisi tersebut menjadikan karena adanya efek spillover dari
Indonesia cenderung kurang menarik infrastruktur ini (Lall, 2007).
bagi investor asing. Penelitian mengenai
Ketersediaan infrastruktur tidak konvergensi di Indonesia pernah
hanya memberikan pengaruh dilakukan Garcia dan
terhadap pembangunan suatu daerah Soelistianingsih (1998) dengan hasil
tetapi juga terhadap daerah yang yang menunjukkan tercapainya
berdekatan. Hasil penelitian Lall konvergensi pertumbuhan pada tiga
(2007) menemukan bahwa periode waktu pengamatan yaitu
pengeluaran infrastruktur transportasi 1975-1993, 1980-1993, dan 1983-
dan komunikasi berpengaruh positif 1993. Sejalan dengan temuan Garcia
secara signifikan terhadap dan Soelistianingsih, hasil penelitian
pertumbuhan ekonomi regional. Sodik (2006) juga menunjukkan
Dampak positif tersebut tidak hanya bahwa pertumbuhan di Indonesia
diperoleh dari hasil investasi daerah akan konvergen dengan kecepatan
itu sendiri tetapi juga dari 9,07% per tahun. Demikian juga
eksternalitas positif yang dihasilkan dengan Astuti (2012) yang
sebagai bentuk interaksi spasial mengkonfirmasikan terjadinya
dengan daerah sekitarnya. konvergensi untuk periode
Ketersediaan transportasi dan pengamatan 1997-2009, serta waktu

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 90


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

yang dibutuhkan untuk menutup konvergensi pertumbuhan ekonomi


setengah dari kesenjangan awal di Indonesia.
adalah 55 tahun. Studi yang sudah
pernah dilakukan tersebut Metode Penelitian
menyimpulkan bahwa perekonomian Jenis dan Sumber Data
Indonesia akan mencapai Penelitian ini menggunakan
konvergensi. Tetapi melihat data sekunder yang diperoleh dari
kecenderungan adanya peningkatan Badan Pusat Statistik berupa data
disparitas yang dilihat dari tren panel dengan sampel 31 provinsi
peningkatan Indeks Williamson, yang ada di Indonesia dan data time
kesimpulan bahwa perekonomian series berupa data tahunan dari tahun
Indonesia akan konvergen perlu 2002 sampai dengan 2011.
diteliti kembali. Kesimpulan yang Matriks Pembobot Spasial
didapat mungkin saja berbeda jika Keterkaitan spasial merupakan
efek spasial disertakan dalam hubungan keterkaitan antar daerah
penelitian. Hal tersebutlah yang karena nilai observasi di suatu daerah
menjadi ide dasar dari penelitian ini mempengaruhi nilai observasi di
karena kajian-kajian sebelumnya daerah sekitarnya. Keterkaitan
belum menyertakan pengaruh spasial spasial antar daerah ini dapat
dalam penelitiannya. Selain itu, dikuantifikasi dalam bentuk matriks
menurunnya kualitas infrastruktur pembobot spasial ( ) yang
selama periode 2000-2011 juga diperoleh berdasarkan informasi
diduga akan mempengaruhi jarak atau ‘ketetanggaan’. Hubungan
kecepatan konvergensi di Indonesia. ketetanggaan antar wilayah
Penelitian ini bertujuan untuk ditentukan berdasarkan kriteria
memprediksi perkembangan ketetanggaan atau persinggungan.
perekonomian Indonesia pada jangka Dalam penelitian ini, metode yang
panjang (dalam hal pencapaian digunakan untuk mendefinisikan
konvergensi) dengan mengontrol hubungan persinggungan antar
pengaruh dari keterkaitan spasial provinsi mengikuti salah satu metode
serta mengidentifikasi faktor-faktor dari LeSage (1999) yaitu queen
yang mempengaruhi laju contiguity (ketetanggaan berdasarkan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 91


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

persinggungan sisi dan sudut). Pada contoh, meskipun provinsi Jawa


metode queen contiguity ini Timur dan provinsi Bali terpisah oleh
didefinisikan untuk provinsi selat Bali namun mobilitas faktor
yang bersisian (common side) atau produksi diantara kedua provinsi ini
titik sudutnya bertemu dengan tidak terkendala perairan yang
provinsi yang menjadi objek memisahkan kedua pulau.
pengamatan, dan untuk Uji Dependensi Spasial

provinsi lainnya (tidak bersisian Ada atau tidaknya keterkaitan

maupun tidak bertemu salah satu spasial atau dependensi spasial

sudutnya). Untuk kawasan Negara kemudian diuji melalui Indeks

Indonesia yang berbentuk kepulauan, Moran yang dihitung menggunakan


N N
analisa keterkaitan spasial ini masih N  wij (Yi  Y )(Y j  Y )
rumus: I  i 1 j 1 .
dapat dilakukan karena menurut N N N

 w  (Y  Y ) ij i
2

Ward dan Gleditsch (2008) suatu i j i 1

koneksi masih dapat hadir jika suatu Indeks Moran mengukur korelasi
negara/pulau memiliki perbatasan satu variabel ( untuk wilayah
sejauh 200 km satu sama lain. dan untuk wilayah ) dimana
Berdasarkan pendapat Ward dan dengan banyak data sebesar
Gleditsch tersebut, untuk . pada persamaan di atas adalah
menentukan hubungan ketetanggaan rata-rata nilai observasi, dan
antar provinsi pada penelitian ini, adalah elemen standardized weight
ditambahkan lagi satu kriteria matrix. Nilai Indeks Moran terletak
disamping queen contiguity yaitu antara -1 dan 1. Pola keterkaitan
untuk provinsi-provinsi yang spasial kemudian diidentifikasi
dipisahkan oleh selat dengan lebar menggunakan kriteria nilai Indeks
tidak lebih dari 200 km maka kedua Moran dan dibandingkan dengan
provinsi tersebut dianggap nilai . merupakan nilai
bertetangga. Metode ini dipilih ekspektasi dari Indeks Moran yang
karena dianggap lebih tepat dalam
dirumuskan dengan: E ( I )   1 .
menggambarkan keterkaitan antar N 1

provinsi di Indonesia dibanding Apabila maka data

metode contiguity lainnya. Sebagai memiliki autokorelasi positif dan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 92


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

menunjukkan adanya pola dikatakan memiliki karakteristik


pengelompokan (clustered) wilayah yang tinggi jika nilainya di atas rata-
dengan karakteristik yang sama atau rata (Anselin, 1996).
mirip. Sebaliknya bila
maka data memiliki autokorelasi
negatif dan menunjukkan pola Model Umum Regresi Spasial
menyebar. Sedangkan bila Model regresi linear yang
maka tidak ada autokorelasi antar mengakomodasi keterkaitan diantara
wilayah (Griffith, 2009). unit-unit spasial akan memiliki
Pola pengelompokan wilayah variabel spasial lag atau spasial
juga dapat divisualisasikan proses pada error (Elhorst, 2009).
menggunakan Moran’s Scatterplot. Jika unit observasi pada variabel
Moran’s scatterplot terdiri atas respon saling berhubungan antar
empat kuadran yang menunjukkan lokasi maka dikatakan terdapat
empat kemungkinan pengelompokan spasial lag pada model. Menurut
yang terjadi. Kuadran I terdiri atas Anselin (2003), spasial lag dari
wilayah dengan karakteristik tinggi variabel pada daerah dapat ditulis
N
yang dikelilingi oleh wilayah dengan
dalam bentuk: [Wy ]i   wij y j ,
karakteristik tinggi pula (high-high j 1

clustering), kuadran II terdiri atas dengan wij adalah elemen


wilayah dengan karakteristik rendah
standardized weight matrix ( )
yang dikelilingi wilayah dengan
sehingga model spatial
karakteristik tinggi (low-high
autoregressive (SAR) dapat
clustering), kuadran III terdiri atas
dituliskan dalam persamaan:
wilayah dengan karakteristik rendah
yi    Wyi  X i  
yang dikelilingi oleh wilayah dengan
dimana adalah koefisien spatial
karakteristik rendah pula (low-low
autoregressive yang mencerminkan
clustering), sedangkan kuadran IV
derajat autokorelasi antar ruang pada
terdiri atas wilayah dengan
variabel terikat yang juga mengukur
karakteristik tinggi yang dikelilingi
pengaruh rata-rata dari daerah yang
wilayah dengan karakteristik rendah
berbatasan dengan daerah
(high-low clustering). Suatu wilayah
pengamatan. Jika error antar lokasi

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 93


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

saling berhubungan satu sama lain, squares biasa (Rumayya, 2005; Rey
maka model regresi spasial yang dan Montouri, 1999). Model diatas
terbentuk disebut model spasial error yang menyertakan spasial lag (baik
(SEM), yaitu: dari variabel bebas maupun terikat)
yi    X i  ui , dimana dan spasial error dikenal sebagai
Spatial Durbin Model (SDM) atau
ui   wij u j  i , dengan 
j spatial common factor model
adalah parameter autokorelasi. Selain (Anselin, 1999).
SAR dan SEM, terdapat model lain
Rancangan Model Penelitian
dengan menyertakan dependensi
1. Analisis Konvergensi Mutlak
spasial, yaitu:
Untuk mengetahui apakah
yi    X i  WX i  i
perekonomian Indonesia terindikasi
yi    X i  WX i  Wyi  ui ;
konvergen atau divergen, analisis
ui   wij u j  i dilakukan dengan mengestimasi
j
model Barro dan Sala-I Martin
Model pada persamaan diatas dikenal
(1996, 2004), yaitu:
sebagai spatial cross-regressive
 y 
model dimana terdapat spasial lag ln  i ,t     0 ln( yi ,t 1 )  ui ,t
y 
 i ,t 1 
dari variabel bebas yang
2. Pengaruh Infrastruktur terhadap
ditambahkan pada model least-
Konvergensi Beta
 y 
ln  i ,t     0 ln yi ,t 1  1 INVESTi ,t  2 JALANi ,t  3 PONSELi ,t  ui ,t
y 
 i ,t 1 

Pada model tersebut, selain 3. Pengaruh Infrastruktur dan


variabel jalan dan ponsel yang Keterkaitan Spasial terhadap
disertakan sebagai proksi dari Konvergensi Beta
infrastruktur, variabel investasi juga Model dependensi spasial yang
ditambahkan untuk mengontrol digunakan mengacu pada model
faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian Lall (2007) ketika
kondisi mapan. melakukan studi mengenai pengaruh
infrastruktur secara spasial terhadap
pertumbuhan, yaitu spatial cross-

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 94


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

regressive model. Dengan demikian, mengontrol efek spasial pada


model konvergensi bersyarat dengan penelitian ini adalah:
 y 
ln  it     0 ln yi ,t 1  1 INVESTi ,t  2 JALAN i ,t  3 PONSELi ,t  4 ln SPyi ,t 1
y 
 i ,t 1 

5 SPINVESTi ,t  6 SPJALANi ,t  7 SPPONSELi ,t  ui ,t

dimana: adalah variabel yang SPyi ,t 1 , SPINVESTi ,t , SPJALANi ,t ,


mewakili tingkat pendapatan per dan SPPONSELi ,t mewakili initial
kapita yang diproksi dengan PDRB
pendapatan dan faktor-faktor
per kapita provinsi atas dasar harga
produksi di wilayah tetangga .
konstan tahun 2000 pada tahun ,
Menurut Anselin (2003), jika fokus
adalah tingkat pendapatan per
perhatian suatu penelitian adalah
kapita periode sebelumnya,
mempelajari keterkaitan dan
adalah rasio PMTDB terhadap
kekuatan keterkaitan spasial maka
PDRB.
model dengan spasial lag akan lebih
adalah rasio panjang jalan
sesuai digunakan daripada spasial
terhadap luas wilayah.
error. Begitu juga menurut Fingleton
adalah persentase rumah tangga yang
dan Lopez-Bazo (2006) yang
memiliki/menguasai telepon seluler
menyatakan bahwa eksternalitas
, , ,
yang dihasilkan dari pertumbuhan
dan masing-masing jangka panjang suatu daerah
adalah spasial lag dari variabel bukanlah merupakan efek dari
, , , dan random shock melainkan berasal dari
efek substansial seperti spillover
Cross-regressive model dipilih teknologi dan keuangan sehingga
karena dapat menjelaskan bahwa model dengan spasial lag lebih
pertumbuhan suatu wilayah tidak relevan untuk digunakan.
hanya dipengaruhi oleh initial Langkah Analisis
pendapatan dan faktor-faktor Untuk mengetahui apakah
produksi di wilayah itu sendiri tetapi perekonomian Indonesia dalam
juga kondisi perekonomian di jangka panjang akan konvergen atau
wilayah tetangganya. Dalam hal ini tidak, ditunjukkan oleh koefisien .

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 95


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

Koefisien yang negatif konvergen, maka besaran laju


mengindikasikan tercapainya konvergensi tersebut dapat
konvergensi. Sebaliknya, koefisien digunakan untuk menghitung paruh
yang bernilai positif menandakan waktu yang dibutuhkan (dalam
terjadinya divergensi pada satuan tahun) untuk menutup
perekonomian Indonesia karena kesenjangan awal dengan
adanya gap pertumbuhan antar waktu menggunakan rumus (Del Bo, 2009):
yang semakin besar sehingga .
perekonomian justru menjauh dari
kondisi mapan. Berdasarkan nilai PEMBAHASAN
koefisien tersebut, laju Dari hasil perhitungan,
konvergensi maupun divergensi diketahui bahwa adalah
dapat dihitung dengan menggunakan dan nilai Indeks Moran untuk seluruh
rumus: . Apabila variabel pada seluruh periode
perekonomian ternyata terindikasi penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil perhitungan Indeks Moran

PDRB per Kapita Pertumbuhan Investasi Jalan Telefon Seluler

2002 -0.003 -0.001 0.297 0.067 0.352


2003 0.010 0.035 0.301 0.026 0.273
2004 0.019 -0.030* 0.305 0.081 0.214
2005 0.019 -0.044** 0.312 0.081 0.166
2006 0.021 0.089 0.316 0.081 0.155
2007 0.024 -0.055** 0.321 0.137 0.252
2008 0.036 -0.249** 0.317 0.137 0.384
2009 0.036 0.323 0.315 0.167 0.457
2010 0.031 -0.586** 0.312 0.167 0.392
2011 0.035 -0.573** 0.330 0.167 0.451
Rata-
0.023 -0.109 0.313 0.111 0.310
rata
Keterangan: *tidak ada autokorelasi spasial, **autokorelasi spasial negative

Sepanjang periode penelitian, variabel tersebut. Dengan adanya


nilai rata-rata Indeks Moran untuk autokorelasi negatif maka provinsi-
pertumbuhan bernilai negatif, yaitu - provinsi di Indonesia cenderung
0.109 yang menunjukkan adanya berkelompok menurut pola
autokorelasi spasial negatif pada pertumbuhan PDRB per kapita yang

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 96


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

berbeda, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3a.

Gambar 3 Moran’s Scatterplot yangmenggambarkan pola pertumbuhan


(3a), PDRB per kapita (3b), investasi (3c), infrastruktur jalan
(3d), dan telefon seluler (3e).

(3a) (3b) (3c) (3d) (3e)


Dari gambar tersebut terlihat bahwa tergolong rendah. Berdasarkan
pada tahun 2011 berdasarkan tingkat gambar 3b, terlihat bahwa pada tahun
pertumbuhan PDRB perkapita, 2011 provinsi-provinsi di Indonesia
provinsi-provinsi membentuk cluster sebagian besar berkelompok di
di kuadran II dan kuadran IV yang kuadran III (low-low), yang berarti
berarti bahwa provinsi dengan bahwa sebagian besar provinsi yang
tingkat pertumbuhan yang tinggi memiliki tingkat PDRB per kapita
cenderung dikelilingi provinsi yang rendah dikelilingi oleh provinsi
dengan tingkat pertumbuhan yang dengan tingkat PDRB per kapita
rendah, begitu juga sebaliknya. yang rendah pula. Demikian juga
Namun, karena tingkat pertumbuhan halnya dengan variabel investasi
PDRB per kapita sebagian besar yang memiliki kekuatan autokorelasi
provinsi berada di sekitar titik nol spasial yang cukup kuat (berdasarkan
maka dapat diartikan bahwa nilai rata-rata indeks Moran sebesar
perbedaan setiap provinsi dengan 0.313). Pola berbeda ditunjukkan
provinsi yang menjadi tetangganya oleh variabel infrastruktur jalan yang
sangat kecil. Pada tabel 1, nilai rata- memiliki pola menyebar secara
rata indeks Moran dari variabel random di semua kuadran.
PDRB per kapita sebesar 0.023 Keterkaitan spasial positif juga
menunjukkan adanya autokorelasi ditunjukkan oleh variabel telefon
spasial positif meskipun kekuatannya seluler dengan nilai rata-rata indeks

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 97


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

Moran sebesar 0.310. Moran’s pendapatan perkapita.


scatterplot untuk variabel telefon Kecenderungan tercapainya
seluler pada gambar 3e menunjukkan konvergensi mutlak dianalisis tanpa
pembentukan cluster pada kuadran I mempertimbangkan pengaruh dari
(high-high) dan kuadran III (low- variabel lain sehingga diasumsikan
low). bahwa perekonomian tidak memiliki
Analisis Konvergensi Beta Mutlak perbedaan karakteristik. Hasil
Suatu perekonomian akan estimasi model konvergensi mutlak
konvergen apabila terdapat hubungan menggunakan metode GLS
negatif antara pertumbuhan ditunjukkan pada tabel 2:
pendapatan perkapita dan initial
Tabel 2 Hasil Estimasi Konvergensi Mutlak

Variabel dependen:
Variabel Bebas Koefisien Standar Error P-value

-0.0114** 0.0051 0.0251


Intersep 0.2141 0.0779 0.0063

R-squared 0.0100
Prob (F-statistic) 0.0786
** Signifikan pada α =5 persen

Tujuan mengestimasi model kesenjangan adalah 61 tahun. Secara


konvergensi mutlak adalah untuk terperinci, dalam jangka panjang
melihat apakah tingkat pendapatan tingkat pertumbuhan daerah
perkapita awal mampu menciptakan memiliki hubungan yang terbalik
konvergensi atau tidak. Karena dengan tingkat produktivitas awal.
koefisien PDRB perkapita awal pada Provinsi dengan pendapatan
tabel 2 bernilai negatif dan perkapita awal yang rendah akan
signifikan, maka perekonomian di mengalami pertumbuhan yang tinggi.
Indonesia terindikasi akan konvergen Sebaliknya, provinsi kaya dengan
dengan kecepatan 1,14 persen per pendapatan perkapita awal yang
tahun dan paruh waktu yang tinggi akan tumbuh lebih lambat
dibutuhkan untuk menutup sehingga kesenjangan antara provinsi

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 98


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

miskin dengan provinsi kaya memperlakukan suatu wilayah


semakin mengecil, dan dengan sebagai unit-unit ekonomi yang
demikian konvergensi akan tercapai. tertutup dan terisolasi, melalaikan
Dari tabel 2, kita juga melihat bahwa peran interaksi. Pada kenyataannya,
nilai R2 sangat rendah yang interaksi sosial dan ekonomi terjadi
menunjukkan bahwa tidaklah cukup tanpa batas dari tiap-tiap unit
untuk menjelaskan proses perekonomian sehingga kegiatan
konvergensi hanya dengan melihat ekonomi tidak hanya dipengaruhi
hubungan antara tingkat oleh faktor-faktor di dalam wilayah
pertumbuhan ekonomi dan initial itu sendiri, tetapi juga dari wilayah
pendapatan perkapita. Hal serupa tetangga. Untuk itu, pengaruh
juga ditemukan Del Bo (2009) ketika ketetanggaan kemudian disertakan
menganalisis konvergensi mutlak sebagai variabel penjelas pada
pada kelompok Negara Uni Eropa persamaan (13). Hasil estimasi kedua
dengan PDB yang rendah dimana model dengan menggunakan metode
hasil estimasinya menunjukkan R2 FGLS diperlihatkan pada tabel 3.
sebesar 1,17 persen. Seperti yang sudah diperkirakan,
Analisis Konvergensi Beta dengan mengestimasi model
Bersyarat konvergensi bersyarat, nilai R2 kedua
Konvergensi dikatakan model meningkat menjadi lebih dari
bersyarat dalam artian prediksi 30 persen. Untuk mengetahui model
bahwa tingkat pertumbuhan lebih mana yang lebih tepat digunakan
tinggi pada provinsi yang memiliki untuk menganalisis faktor-faktor
level pendapatan lebih rendah hanya yang mempengaruhi konvergensi
berlaku jika variabel penjelas lainnya beta bersyarat di Indonesia, prosedur
yang mempengaruhi steady-state dilanjutkan dengan melakukan
dipertahankan konstan. Berdasarkan pengujian hipotesis berganda melalui
studi literatur, diprediksi bahwa exclusion restriction terhadap 4
kecepatan konvergensi bersyarat variabel spasial lag, sehingga dapat
akan lebih tinggi dari tingkat diketahui apakah variabel SPyi ,t 1 ,
konvergensi mutlak. Model
SPINVEST , SPJALAN , dan
konvergensi pada persamaan (12)
SPPONSEL tidak memiliki dampak

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 99


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

terhadap variabel terikat. Karena dan SPPONSEL memiliki nilai


nilai , penjelas terhadap variabel terikat.
dengan nilai maka diambil Berdasarkan hal tersebut, maka
keputusan untuk menolak hipotesis model dengan pengaruh spasial lebih
nol. Dengan kata lain, variabel tepat digunakan untuk menganalisis
SPyi ,t 1 , SPINVEST , SPJALAN , konvergensi beta bersyarat di
Indonesia.
Tabel 3 Hasil Estimasi Model Konvergensi Beta Bersyarat

Variabel dependen:

Tanpa Pengaruh Dengan Pengaruh


Variabel Bebas Ketetanggaan Ketetanggaan

-0.0523** -
-0.0776***
(0.0246) (0.0284)
Investasi -0.0017*** -0.0016***
(0.0006) (0.0006)
Jalan 0.5480** 0.6942***
(0.2351) (0.2457)
Telefon seluler 0.0003*** 0.0005
(0.0001) (0.0003)
-0.0170
-
(0.0210)
SPInvestasi 0.0024***
-
(0.0007)
SPJalan 0.7032*
-
(0.3635)
SPTelefon seluler -0.0002
-
(0.0004)
Intersep 0.8557 1.4393

R-squared 0.3400 0.3765


Sum squared resid 0.4561 0.4535
Prob (F-statistic) 0.0000 0.0000
*** Signifikan pada α =1 persen
** Signifikan pada α =5 persen
* Signifikan pada α =10 persen

Sebagaimana hasil analisis tabel 3, terlihat adanya perbedaan


konvergensi mutlak, koefisien koefisien konvergensi yang cukup
konvergensi ( ) bersyarat juga besar antara hasil analisis model
menunjukkan nilai negatif. Pada tanpa pengaruh ketetanggaan dan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 100


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

dengan pengaruh ketetanggaan. ketersediaan infrastruktur jalan yang


Ketika pengaruh ketetanggaan baik dapat menambah kecepatan
disertakan dalam model, koefisien konvergensi dan mengurangi
konvergensi terkoreksi menjadi - kesenjangan antar wilayah. Dari
0.0776 yang menunjukkan bahwa keempat variabel spasial lag, dua
perekonomian Indonesia akan diantaranya berpengaruh positif dan
konvergen dengan kecepatan 8,08 signifikan, yaitu variabel spasial lag
persen per tahun sehingga paruh dari investasi dan infrastruktur jalan.
waktu yang dibutuhkan untuk Hal ini berarti bahwa investasi pada
menutup kesenjangan adalah 9 tahun. suatu wilayah tidak hanya
Berdasarkan hasil estimasi, memberikan keuntungan terhadap
infrastruktur jalan memiliki pengaruh wilayah itu sendiri tetapi juga
positif dan signifikan terhadap terhadap wilayah di sekitarnya.
pertumbuhan pendapatan perkapita Begitu juga dengan infrastruktur
yang membuktikan bahwa jalan yang mana ketersediaannya
keberadaan infrastruktur memiliki pada suatu wilayah tidak hanya
keterkaitan sangat kuat dengan mampu meningkatkan pendapatan
tingkat perkembangan wilayah. perkapita wilayah tersebut tetapi juga
Elastisitas variabel jalan sebesar pendapatan perkapita wilayah
0.6942 menunjukkan bahwa untuk tetangga. Dengan elastisitas sebesar
setiap satu persen peningkatan 0.7032 persen menunjukkan bahwa
panjang jalan per luas wilayah, eksternalitas positif yang dihasilkan
pendapatan perkapita juga akan dari infrastruktur jalan memiliki
tumbuh sebesar 0.6942 persen pengaruh paling besar terhadap
(ceteris paribus). Hasil tersebut pertumbuhan pendapatan perkapita.
sesuai dengan literatur-literatur yang Uraian di atas sedikitnya
menyatakan bahwa ketersediaan memberikan gambaran bahwa
infrastruktur jalan dapat adanya keterkaitan spasial
meningkatkan produktivitas dan menyebabkan perbedaan dalam hasil
mendorong output perekonomian estimasi. Jika suatu model
mendekati kondisi mapannya perekonomian tidak memasukkan
( ). Dengan demikian, faktor region tetangga kedalam

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 101


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

analisisnya maka akan menyebabkan diperlakukan sebagai suatu unit yang


miss-spesification karena adanya berdiri sendiri karena interaksi sosial
asumsi bahwa setiap lokasi dan ekonomi terjadi tanpa batas dari
merupakan daerah yang berdiri tiap-tiap unit perekonomian sehingga
sendiri dalam satu wilayah kegiatan ekonomi tidak hanya
(Anselin,1999; Rey dan Montouri, dipengaruhi oleh faktor-faktor di
1999). dalam wilayah itu sendiri, tetapi juga
Kesimpulan dari wilayah tetangga. Terdapat
Hasil analisis konvergensi beta perbedaan hasil perhitungan yang
menunjukkan bukti yang cukup kuat cukup besar ketika faktor region
untuk mengatakan bahwa tetangga disertakan dalam estimasi.
pertumbuhan ekonomi di Indonesia Dalam penelitian ini, adanya variabel
akan konvergen menuju kondisi spasial lag yang menggambarkan
mapan. Analisis terhadap model keterkaitan antarwilayah
konvergensi bersyarat menunjukkan mengakibatkan konvergensi terjadi
bahwa perekonomian Indonesia akan lebih cepat. Tanpa
konvergen dengan kecepatan 8,08 mempertimbangkan keterkaitan
persen per tahun. Hasil estimasi juga spasial, kecepatan konvergensi
menunjukkan pengaruh positif dari adalah 5,37 persen per tahun
variabel infrastruktur jalan terhadap sedangkan ketika efek spasial
pertumbuhan ekonomi. Dengan disertakan, kecepatan konvergensi
demikian, ketersediaan infrastruktur terkoreksi menjadi 8,08 persen per
jalan terbukti dapat mempercepat tahun. Berdasarkan uji hipotesis
pencapaian konvergensi dan berganda, diketahui bahwa model
mengurangi kesenjangan dengan pengaruh spasial lebih tepat
antarwilayah. Berbeda halnya dengan digunakan untuk menganalisis proses
infrastruktur telefon seluler yang konvergensi bersyarat dibandingkan
tidak menunjukkan pengaruh model klasik. Hasil estimasi model
signifikan terhadap pertumbuhan konvergensi bersyarat dengan
ekonomi. pengaruh spasial juga menunjukkan
Dalam alur pembangunan hasil bahwa efek spasial dari
regional, suatu wilayah tidak dapat investasi dan infrastruktur jalan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 102


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

berpengaruh positif terhadap laju of Political Economy, Vol. 100,


konvergensi pertumbuhan ekonomi No.2: 223-251.
regional di Indonesia. ________. (1996). Regional
Cohesion: Evidence and
DAFTAR PUSTAKA
Theories of Regional Growth
Abramovitz, Mosses. (1986). and Convergence. European
Catching Up, Forging Ahead, Economic Review Vol. 40:
and Falling Behind. The
1325-1352.
Journal of Economic History,
______. (2004). Economic Growth,
Vol. 46, No.2: 385-406.
2nd edition. England: The MIT
Anselin. (1999). Spatial Press.
Econometrics. Bruton Center,
Del Bo, C. Florio, M dan Manzi, G.
School of Social Sciences.
(2009). Regional Infrastructure
Dallas: University of Texas.
and Convergence: Growth
______. (2003). A Companion to Implications In Spatial
Theoretical Econometrics. Framework. Milan European
Blackwell Publishing Ltd Economy Workshop, Working
Astuti, Y. (2012). Pertumbuhan Paper No. 34.
Ekonomi Regional: Studi Kasus Garcia, J dan Soelistianingsih, L.
Analisis Disparitas dan (1998). Why Do Differences In
Konvergensi Antar Provinsi di Provincial Income Persist In
Indonesia 1997-2009. Tesis. Indonesia. Bulletin of
FEUI. Indonesian Economic Studies,
Badinger, H. Muller W dan Tondl G. Vol. 34 No.1: 95-120.
(2004). Regional Convergence Griffith, D.A. (2009). Spatial
in the European Union, 1985- Autocorrelation. International
1999: A Spatial Dynamic Panel Encyclopedia of Human
Analysis. Regional Studies, Geography, 2009: 308-316.
Vol. 38, Issue 3: 241-253.
Krugman, Paul. (1999). The Role of
Barro, R dan Sala-i-Martin, X.
Geography in Development.
(1992). Convergence. Journal

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 103


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

International Regional Science Rumayya, et.al. (2005). Growth in


Review Vol. 22 No.2: 142-161. East Java: Convergence or
Divergence?.
Kuznets, S. (1995). Economic
Growth and Income Inequality. Schwab, K. (2011). The Global
The American Economic Competitiveness Report 2011-
Review, Vol. 45, No. 1: 1-28. 2012. Geneva: World
Economic Forum.
Lall, Somik V. (2007). Infrastructure
and Regional Growth, Growth Sodik, Jamzani. (2006).
Dynamics and Policy Pertumbuhan Ekonomi
Relevance for India. The Regional: Studi Kasus Analisis
Annals of Regional Science Konvergensi antar Propinsi di
Vol. 41, Issue 3: 581-599. Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 11, No. 1:
LeSage, James. (1999). The Theory
21-32.
and Practice of Spatial
Econometrics. Department of Todaro, Michael P dan Smith,
Economics, University of Stephen C. (2006). Economic
Toledo. Development, Ninth Edition .
United States: Addison Wesley.
Mankiw, G. (2007).
Macroeconomics 6th Edition. Ward MD, Gleditsch KS. (2008).
New York: Worth Publishers. Spatial Regression Models.
California: Sage Publication,
Puga, D. (2001). European Regional
Inc.
Policies In Light Of Recent
Location Theories. Centre for Wibisono, Yusuf. (2005). Sumber-
Economic Policy Research, sumber Pertumbuhan Ekonomi
Discussion Paper No. 2767. Regional: Studi Empiris Antar
Propinsi di Indonesia, 1984-
Rey, S dan Montouri, B. (1999). US
2000. Jurnal Ekonomi dan
Regional Income Convergence:
Pembangunan Indonesia, Vol.
A Spatial Econometric
V, No.2 : 91-120.
Perspective. Regional Studies,
Vol.33 No.2: 143-156.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 104


Pengaruh Infrastruktur dan Keterkaitan Spasial…..Anisa Fahmi dan Nuzul Achjar

Widarjono, A. (2009). Ekonometrika, Yogyakarta: Ekonisia, FEUII.


Pengantar dan Aplikasinya.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13, No.01 Juni 2015 105

You might also like