You are on page 1of 15

Analysis pengaruh indeks pembangunan manusia, pendapatan asli

daerah,rasio belanja infrastruktur, penanaman modal asing, dan


dana perimbangan terhadap ketimpangan pembangunan di provinsi
Bali
(Studi di Provinsi Bali Tahun 2011 – 2020)
Alan Gusti Permana, Reza Tri Ananda, Ziko Fernando Agusto
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negri Padang, Padang
E-mail : zikofernandoagusto@gmail.com

Abstract : Analysis of Inter-City/District Development Inequalities in the Province


of Bali (Study in the Province of Bali in 2011 – 2020). This study aims to find out
how economic growth and regional inequality are in the Province of Bali. The
research method uses the case study method, using secondary data in the form of time
series data for 2011-2020. Data were analyzed using Klassen Typology economic
growth analysis, Williamson inequality index, Gini index, LQ analysis. In addition to
knowing the effect of the variables PDRB, IPM, PAD, RBI, PMA, and DP on
development inequality. The data in this study uses data for 2011-2020. To find out
the magnitude of income inequality and development as well as the classification of
districts/cities in Bali province based on the quadrant classification on the cluster
typology and determine the base and non-base areas on the LQ analysis. The results
of the analysis show that the five X variables are used in a negative and significant
dway towards development inequality between cities/districts in Riau Province.
Keywords: evelopment inequality, neoclassical hypothesis, PDRB per capita, human
development index, regional own-source revenue, ratio of spending infrastructure,
opening up of foreign investment, and balancing funds.

Abstrak : Analisis Ketimpangan Pembangunan Antar Kota/Kabupaten Di


Provinsi Bali (Studi Di Provinsi Bali Tahun 2011 – 2020). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi dan tingkat ketimpangan wilayah
di Provinsi Bali. Metode penelitian menggunakan metode studi kasus, menggunakan
data sekunder berupa data time series tahun 2011-2020. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis pertumbuhan ekonomi Tipologi Klassen, indeks ketimpangan
Williamson, indeks Gini, Analisis LQ. Selain untuk mengetahui pengaruh variabel
PDRB, IPM, PAD, RBI, PMA, dan DP terhadap ketimpangan pembangunan. Data
dalam penelitian ini menggunakan data tahun 2011-2020. Untuk mengetahui besarnya
angka ketimpangan pendapatan dan pemvbangunan serta pengklasifikasian wilayah
kabupaten/kota provinsi Bali berdasarkan klasifikasi kuadran pada tipologi klasen
serta menetukan daerah basis dan non basis pada analisis LQ. Hasil analisis
menunjukkan bahwa lima variable X yang digunakan secara negative dan signifikan
terhadap ketimpangan pembangunan antar Kota/Kabupaten di Provinsi Riau.

1
Kata Kunci : ketimpangan pembangunan, hipotesis neo klasik, PDRB perkapita,
indeks pembangunan manusia, pendapatan asli daerah, rasio belanja infrastruktur,
penanaman modal asing, dan dana perimbangan.

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita
penduduk dalam suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang, dimana
pembangunan ekonomi ini sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus-menerus
dan berlangsung dalam jangka panjang. (Todaro, 2007 ) Sedangkan menurut Arsyad
(1999) pembangunan ekonomi pada umumnya adalah suatu proses yang
menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam
jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Maka tujuan dari
pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu
wilayah.
Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan adanya
pertumbuhan ekonomi dalam menambah distribusi pendapatan yang merata.
Pergerakan pertumbuhan ekonomi yang cepat tanpa diiringi dengan pemerataan akan
menyebabkan masalah ketimpangan wilayah. Hal ini bisa ditinjau dari adanya
pembagian sektor wilayah maju dan tertinggal, ini merupakan dampak dari terjadinya
pertumbuhan yang lebih besar ataupun lebih kecil dibandingkan pertumbuhan
penduduk pada struktur ekonomi wilayah.
Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, namun dalam keberlangsungan pertumbuhan ini tidak
memperhatikan dampak dari ketimpangan yang terjadi.. Hal ini terjadi karena
perbedaan potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia dalam
melakukan aktivitas kegiatan ekonomi yang dilakukan setiap wilayah sehingga PDRB
yang dihasilkan setiap wilayah berbeda. Jika kondisi ini dibiarkan setiap tahun terjadi
maka pembangunan ekonomi di Provinsi Bali akan tidak merata. Sehingga teori U
terbalik kuznet akan berbanding terbalik. Membandingkan PDRB dapat di permudah
dengan Indeks Wiliamson, Indeks Gini Ratio, Location Quotient ataupun Tipologi
Klassen.
Selain dilihat dari PDRB yang dihasilkan ketimpangan wilayah dapat dilihat dari
Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) semakin
besar PAD dan IPM yang dihasilkan dalam suatu wilayah maka semakin besar
kontribusi dalam PDRB di suatu wilayah. Jika PAD dan IPM yang dihasilkan setiap
kabupaten/ kota terjadi perbedaan yang cukup signifikan maka akan terjadi
ketimpangan wilayah di Provinsi Bali
Dalam aktivitas investasi yang terjadi di Bali tentunya akan membantu pertumbuhan
ekonomi dan dalam pembangunan ekonomi yang terjadi di Provinsi Bali dari

2
besarnya kegiatan investasi atau penanaman modalnya ini akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta akan menambah pendapatan yang dihasilkan Provinsi
Bali, namun apakah dengan semakin besarnya investasi yang terjadi di Provinsi Jawa
Barat akan memperburuk ketimpangan ekonomi yang terjadi.
Pemerintah Provinsi Bali dapat mengatasi masalah ketimpangan yang dengan
melakukan desentralisasi fiscal disetiap wilayah dengan memberi dana perimbangan.
Yaitu kebijakan mentransfer dana dari wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi ke wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah atau
daerah yang memiliki ketimpangan yang tinggi. Jumlah dana transfer melalui Dana
Alokasi Umum yang ditransfer setiap wilayah berbeda dikarenakan harus disesuaikan
kebutuhan yang diperlukan setiap wilayah.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dalam pembangunan ekonomi yaitu dengan melakukan pembangunan fasilitas dan
infrastruktur untuk mempermudah setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan setiap
masyarakat. Pembangunan infrastruktur ini tidak hanya terfokus di satu wilayah dan
harus dilakukan dengan merata disetiap wilayah agar dapat mengurangi ketimpangan
yang terjadi
Semakin besarnya PAD atau IPM yang dihasilkan dalam suatu wilayah atau
semakin besarnya kontribusi suatu wilayah dalam PDRB suatu provinsi maka
semakin kecilnya DAU yang diberikan pemerintah kewilayah tersebut. Begitu juga
sebaliknya akan semakin besarnya DAU yang diberikan pemerintah kesuatu wilayah
karena wilayah tersebut memiliki kontribusi yang kecil terhadap PDRB atau memiliki
jumlah PAD dan IPM yang rendah. Desentralisasi fiscal ini dilakukan oleh
pemerintah adalah untuk mengurangi ketimpangan yang terjadi di suatu provinsi.
Penelitian yang dilakukan terhadap Bali untuk menghitung dan melihat
bagaimana ketimpangan ekonommi yang terjadi menggunakan Indeks Wiliamson.
Penghitungan Location Quotient, Tipologi Klassen serta Indeks Gini Ratio, dan Teori
Hipotesis Kuznet berlaku di Provinsi Bali. Selain itu juga melihat bagaimana
hubungan dari Indeks Wiliamson dengan IPM, PAD, belanja infrastruktur, PMA serta
dana perimbangan.

KAJIAN PUSTAKA

KETIMPANGAN PEMBANGUNAN
Ketimpangan regional merupakan fenomena yang terjadi secara umum di semua
negara tanpa memandang ukuran dan tingkat pembangunannya. (Putri, Achsani, and
Kolopaking 2016). Ketimpangan pembangunan seringkali menjadi permasalahan
serius dan jika tidak dapat diatasi secara hati-hati akan menimbulkan krisis yang lebih
kompleks seperti masalah kependudukan, ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan
juga dalam konteks makro dapat merugikan proses pembangunan yang ingin dicapai
suatu wilayah. Wilayah maju terus meninggalkan wilayah terbelakang serta adanya
sektor non unggulan yang membebani. (Andhiani, Erfit, and Bhakti 2018)
Ketimpangan pembangunan antarwilayah disebabkan oleh perbedaan dalam
kepemilikan sumber daya dan faktor produksi. Daerah yang memiliki sumber daya
dan faktor produksi, termasuk barang modal (capital stock) akan memperoleh
3
pendapatan yang lebih banyak. Ketimpangan antarwilayah merupakan konsekuensi
dari proses pembangunan dan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri.
Perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antarwilayah yang berlebihan akan
menimbulkan pengaruh yang merugikan (backwash effects) mendominasi pengaruh
yang menguntungkan (spread effects) terhadap pertumbuhan wilayah, dan akan
mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Konsekuensi lain dari perbedaan ini
adalah kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga
menjadi berbeda. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada suatu daerah
biasanya terdapat wilayah maju (developed region) dan wilayah terbelakang
(underdeveloped region). Adanya ketimpangan tersebut berdampak terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat antarwilayah. Oleh karena itu, aspek ketimpangan
pembangunan antarwilayah juga berdampak terhadap penyusunan kebijakan
pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. (Maulana 2019)
Dalam hipotesis neoklasik ketimpangan pembangunan pada permulaan proses
cenderung meningkat. Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai
titik puncak. Setelah itu, bila proses pembangunan terus berlanjut, maka secara
berangsur-angsur ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun.
Dengan kata lain ketimpangan pada negara berkembang relatif lebih tinggi,
sedangkan pada negara maju ketimpangan tersebut relatif lebih rendah (Fitriyah dan
Lucky Rachmawati Fakultas Ekonomi and Ketintang Surabaya n.d.)
Ketimpangan pembangunan wilayah menggunakan pengukuran Indeks Williamson
dan Indeks Theil, berbeda dengan Indeks Gini yang biasa digunakan untuk mengukur
distribusi pendapatan, Indeks Williamson dan Indeks Theil menggunakan data PDRB
per kapita dan jumlah penduduk sebagai data dasar karena yang diperbandingkan
adalah tingkat pembangunan antar wilayah dan bukan tingkat kemakmuran antar
kelompok. Dibandingkan dengan Indeks Williamson, penggunaan Indeks Theil
sebagai ukuran ketimpangan wilayah memiliki keunggulan tertentu. Pertama, indeks
ini dapat menghitung ketimpangan di dalam daerah dan antar daerah secara sekaligus,
sehingga cakupan analisa menjadi lebih luas. Kedua, dengan menggunakan indeks ini
dapat pula dihitung kontribusi (dalam persentase) masing-masing daerah terhadap
ketimpangan pembanguan wilayah secara keseluruhan sehingga dapat memberikan
implikasi kebijakan yang cukup penting. Demikian pula

dengan penafsirannya yaitu bila indeks mendekati satu artinya sangat timpang dan
sebaliknya bila indeks mendekati nol yang berarti ketimpangannya merata. (Putri et
al. 2016)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu cara untuk mengukur
keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan
manusia. IPM menjelaskan bagaimana pendududk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan. Kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
IPM dikenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun
1990. (Statistik 2017)
IPM telah memiliki dua peran kunci dalam bidang pembangunan ekonomi yang
diterapkan yaitu: 1) sebagai alat untuk mempopulerkan pembangunan manusia
sebagai pemahaman baru tentang kesejahteraan, dan 2) sebagai alternatif untuk PDB
per kapita sebagai cara untuk mengukur tingkat pembangunan untuk perbandingan
antar negara dan waktu. Untuk mengetahui kualitas kehidupan atau kesejahteraan

4
masyarakat, PBB telah menetapkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development Index (HDI) yang merupakan suatu ukuran standar pembangunan
manusia. Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator yaitu 1). angka harapan
hidup, 2). angka melek huruf, 3).rata-rata lama sekolah dan 4). kemampuan daya beli.
Indikator angka harapan hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat
(dimensi kesehatan), sedangkan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah mencerminkan output dari dimensi pengetahuan (dimensi pendidikan).
Adapun indikator kemampuan daya beli (pendapatan) digunakan untuk mengukur
dimensi kehidupan yang layak. (Dewi and Sutrisna 2014)

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Menurut UU No. 33 tahun 2004 pasal 1, PAD merupakan pendapatan yang diperoleh
daerah yang diperoleh berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Tujuan dari PAD ialah untuk memberikan
kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah
sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Menurut Soekarwo
(2003) dalam Andirfa (2009) pada dasarnya upaya pemerintah daerah dalam
mengoptimalkan PAD dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1) Intensifikasi, yaitu
suatu upaya mengoptimalkan PAD dengan cara meningkatkan dari yang sudah ada
(diintensifkan). 2) Ekstensifikasi, yaitu mengoptimalkan PAD dengan cara
mengembangkan subjek dan objek pajak. 3) Peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, yaitu merupakan unsur yang penting mengingat bahwa paradigma yang
berkembang dalam masyarakat saat ini adalah pembayaran pajak dan restribusi ini
sudah merupakan hak dan kewajiban masyarakat terhadap Negara, untuk itu perlu
dikaji kembali pengertian wujud layanan masyarakat yang bagaimana yang dapat
memberikan kepuasan kepada masyarakat. (A. Tahar 2011)
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terdiri atas:
1. Pajak daerah
2. Retribusi daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

METODE PENELITIAN
Peneliti mengambil penelitian di Provinsi Jawa Timur yang terdiri atas 8
kabupaten dan 1 kota yang telah dikelompokkan menjadi 4 (empat) Bakorwil.
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai pola hubungan pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan pembangunan antar wilayah kebijakan pembangunan.
Dalam penelitian ini digunakan data PDRB atas dasar harga Penelitian ini
menggunakan time series data sekunder konstan masingmasing kabupaten/ kota di
Provinsi Bali tahun 2011-2020, dan data jumlah penduduk masing-masing
kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2011-2020.
Setelah data penelitian terkumpul selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut, melalui perhitungan statistik untuk menguji hipotesis pertumbuhan ekonomi
dan ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah kebijakan pembangunan di
Provinsi Bali melalui:

5
Analisis Indeks Williamson
Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan antar Kabupaten yang terjadi di
Provinsi Bali dapat dianalisi dengan menggunakan indeks ketimpangan regional
(regional inequality) yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Indeks
ketimpangan regional ini diformulasikan (Sjafrizal, 1997) sebagai berikut:

Keterangan:
yi = PDRB per kapita di kabupaten i
y = PDRB rata-rata per kapita di Provinsi
ni = jumlah penduduk kabupaten i
n = jumlah penduduk Provinsi

Formula indeks Williamson menggunakan PDRB perkapita dan jumlah


penduduk dimana nilai yang diperoleh antara nol dan satu atau (0<W<1). Dengan
indikator bahwa apabila angka indeks ketimpangan Williamson semakin mendekati
nol maka menunjukan ketimpangan yang semakin kecil dan bila angka indeks
menunjukan semakin jauh dari nol maka akan menunjukkan ketimpangan yang makin
lebar.

Arsyad (2010) menetapkan kriteria untuk mengetahui tingkat Indeks Williamson


sebagai berikut:
- Ketimpangan Tinggi jika IW> 0,35
- Ketimpangan Sedang jika IW= 0,21 - 0,35
- Ketimpangan Rendah jika IW= 0,0 - 0,2.

Indeks Gini
Indeks gini, rasio gini atau koefisien gini adalah ukuran ketimpanganAgregasi
pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli statistik Italia bernama Corrado Gini
dan diterbitkan pada tahun 1912 (International NGO Forum Indonesia
Pengembangan, 2018). Kondisi ketimpangan pendapatan adalah Distribusi

6
pendapatan sosial yang tidak merata. Indeks gini menunjukkan Dalam angka dengan
nilai 0 sampai 1. Jika nilai indeks gini adalah 0, berarti seragam sempurna, sedangkan
nilai 1 berarti ketidaksetaraan lengkap (Todaro dan Smith, 2006).
Menurut Kantor Pusat Statistik, indeks Gini didasarkan pada kurva Lorenz,
Artinya, kurva pengeluaran kumulatif membandingkan distribusi dari beberapa
variabel (misalnya pendapatan) memiliki distribusi yang seragam. Menunjukkan
persentase kumulatif dari populasi. Indeks gini membantu pemerintah Menganalisis
tingkat kemampuan ekonomi masyarakat sebagai indikatornya derajat keadilan di
suatu negara. Formula ini menghitung nilai Gini Ratio atau Index Koefisien gini
menurut BPS adalah sebagai berikut.

Keterangan:
GR = Koefisien Gini
f pi = frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-I
Fc i
= frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas

pengeluaran ke-i
Fc i −1
= frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas

pengeluaran ke (i – 1).
Menurut Oshima (1976), berikut adalah arti nilai dari besaran Rasio Gini:
G < 0,3 artinya ketimpangan rendah
0,3 < G < 0,5 artinya ketimpangan sedang
G > 0<5 artinya ketimpngan tinggi
Tipologi klassen
Alat analisis untuk mengetahui karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi daerah. (Sjafrizal, 2008) menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis ini
dapat diperoleh empat karakteristik pertumbuhan masing-masing wilayah yaitu:
a. Kuadran I : Daerah cepat maju dan tumbuh cepat
b. Kuadran II : Daerah maju tetapi tertekan
c. Kuadran III : Daerah berkembang cepat
d. Kuadran IV : Daerah relatif tertinggal

7
Y
Yij > Yj Yij < Yj
R
Kuadran I Kuadran III
Daerah Cepat Maju Daerah Berkembang
Rij >Rj
dan Cepat
Tumbuh Cepat Yi<Y dan Rij > Rj
Yij > Yj dan Rij > Rj
Kuadran II Kuadran IV
Rij < Rj Daerah Maju tapi Tertekan Daerah Relatif Tertinggal
Yij > Yj dan Rij < Rj Yij < Yj dan Rij < Rj
Sumber : Sjafrizal, 2008
Yij = Laju pertumbuhan PDRB di wilayah Kabupaten/Kota i
Yi = Laju pertumbuhan PDRB di Propinsi
Rij = Pendapatan perkapita di wilayah Kabupaten/Kota I
Ri = Pendapatan perkapita rata-rata

Analisis LQ
Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu
wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leading sektor. Location quotient
menghitung perbandingan share output sektor i di kota atau kabupaten dan share out
sektor i di provinsi. Sektor unggulan disini berarti sektor bisnis yang tidak akan habis
apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah. Menurut Hood (1998 dalam
Hendayana 2003), menyatakan bahwa location quotient adalah suatu alat
pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya.
Rumus matematika yang digunakan untuk membandingkan kemampuan sektor-sektor
dari wilayah tersebut adalah (Daryanto dan Hafizrianda, 2010:21):
1. Pendekatan Tenaga Kerja LQ = Li / Lt
Ni / Nt
LQ = Vi / V t
2. Pendekatan Nilai Tambah / Pendapatan
Yi / Yt
Location Quotient Analysis
Dimana :
Li = jumlah tenaga kerja sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Lt = total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih rendah

8
Ni = jumlah tenaga kerjan sektor i pada tingkat wilayah yang lebih diatas
Nt = total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih diatas
Vi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Vt = total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Yi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas
Yt = Total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih atas
Hepotesa Neo Klasik
Hipotesis neoklasik menegaskan bahwa perbedaan perkembangan cenderung
meningkat pada awal proses. Proses ini berlanjut hingga ketimpangan mencapai
puncaknya. Jika pembangunan terus berlanjut, perbedaan pembangunan antara
wilayah-wilayah ini secara bertahap akan berkurang. Berdasarkan hipotesis ini, kurva
ketimpangan pembangunan antar wilayah berbentuk U terbalik. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketimpangan pembangunan di provinsi bali


Indeks Williamson di Provinsi bali tahun 2010-2020 mencapai terus mengalami
penurunan dari 0,8 sampai 0,6. Upaya pemerintah dalam menurunkan ketimpangan
tertnyata telah berhasil di provinsi bali dari yang yang sebelumnya 0,8 menjadi 0,6
upaya pemerintah dalam mengatasi ketimpangan yang sangat efisien karena angka
Indeks Williamson semakin mendekati 0 ketimpangan pembangunan yang terjadi di
Provinsi bali semakin kecil atau distribusi pendapatan semakin merata.

Ketimpangan pendapatan di provinsi bali


y
Tahun Indeks
Wiliamson
2011 0,8
2012 0,8
2013 0,8
2014 0,8
2015 0,7

9
2016 0,7
LQ = Li / Lt
2017 0,7 Ni Li
/ Nt/ Lt
LQ =
Ni / Nt
2018 0,7
Vi / Vt
LQ =
2019 0,7 LQ = YiVi / Vt
/ Yt
Yi / Yt
2020 0,6
Berikut merupakan hasil perhitungan dengan indeks williamson pada provinsi bali
pada tahun 2011-2020 dapat dilihat pada tabel diatas
Berdasarkan hasil olah data dengan perhitungan indek williamson seperti pada tabel
diatas maka dapat dijelaskan bahwa di Provinsi bali yaitu tahun 20011 maka
ketimpangan pendapatan terbilang cukup tinggi. Dari hasil yang ada dimana pada
tahun 20011 ketimpangan wilayah nilai indeksnya berada diangka 0,8 dimana dengan
nilai yang ada tersebut maka masih berada pada kategori yang terbilang cukup tinggi
yang menandakan bahwa kesenjangan pembangunan wilayah yang ada antar
kabupaten atau wilayah masih dalam kondisi yang masih kurang merata. Hasil
analisis selanjutnya yaitu dari tahun 2012-2014 didapatkan nilai indeks yang memiliki
nilai antara 0,8 sampai dengan 0,6 sehingga masuk dalam kategori ketimpangan yang
masih status tinggi, sedangkan pada tahun 2015-2020 diperoleh nilai indeks yang
dibawah 0,7 sampai dengan 0,6 sehingga ketimpangan ini turun lagi. Jika melihat
semua hasil analisis diatas pada tabel maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah
daerah Provinsi bali masih kurang maksimal dan kurang mampu menjaga kesenjangan
wilayah yang ada didaerahnya sehingga tidak terdapat kesenjangan yang begitu
tinggi. Sebagai daerah yang memisahkan diri atau berubah menjadi daerah otonom
memang bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan namun menjadi otonomi
daerah otonomi juga merupakan kesempatan untuk menjadi daerah yang mandiri
sehingga harus mampu secara maksimal guna mengoptimalkan potensi yang ada
sehingga dapat mengurangi ketimpangan-ketimpangan yang ada di daerah.
hasil hipotesis kuznets

indeks williamson
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12

1
0
Ketimpangan Pendapatan (indeks gini)
0.44
0.42
0.4
0.38
0.36
0.34
0.32
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022

Untuk mengetahui hasil dengan menggunakan hipotesis Kuznets pada provinsi Bali
dapat dilihat pada grafik indeks wiliamson serta pada grafik indeks gini ratio.
Didalam grafik terlihat terjadi penurunan setiap tahunnnya . Sehingga ketimpangan
yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi membuat hipotesis Kuznets tentang u
terbalik berlaku pada provinsi jawa barat pada tahun 2011-2020.

3. hasil regresi analisis IW, IPM, PAD, belanja infrastruktur, PMA, dan dana
perimbangan

1
1
Dapat dilihat pada tabel Anova hasil regresi diatas diperoleh persamaan sebagai
berikut :
Y = 3,678262 – 0,0427507 IPM + 7,89e-11 PAD – 1,40e-11 RBI – 4,93e-09 PMA +
2,99e-11 DP
• Nomor 1 merupakan jumlah sampel yang diteliti yaitu adalah sebanyak 10
• Nomor 2 merupakan nilai F hitung yang bertujuan untuk mencari Apakah
variabel independen secara bersama-sama atau stimultan mempengaruhi variabel
dependen. dapat dilihat probabilitas dari f hitung adalah sebesar 0,0169 itu berarti
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan dikarenakan
nilai probabilitasnya kecil dari 0,05
• Nomor 3 merupakan koefisien determinasi atau R-Square yang bertujuan
untuk menunjukkan sejauh mana kontribusi variabel bebas dalam model regresi
mampu menjelaskan variasi dari variabel terikatnya. di dalam tabel tersebut nilai R-
Square adalah 0,9357 berarti variabel bebas dapat mempengaruhi Variabel terikat
sebanyak 93,57% dan sisanya sebanyak 6,43 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar
regresi
• Nomor 4 merupakan variabel bebas yang akan diteliti pengaruhnya terhadap
variabel terikat (ketimpangan pembangunan) diantaranya ada indeks pembangunan
manusia, Pendapatan asli daerah, rencana belanja infrastruktur, penanaman modal
asing, dan dana perimbangan
• Nomor 5 merupakan koefisien dari variabel bebas yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana hubungan variabel bebas tersebut terhadap variabel terikatnya,
Apakah positif atau negatif. sebagai contoh, indeks pembangunan manusia
koefisiennya bernilai negatif berarti ketika indeks pembangunan manusia naik sebesar
0,043 satuan maka tingkat ketimpangan pembangunan akan menurun sebesar 0,043
satuan. dan lain halnya seperti koefisien dana perimbangan bernilai positif 2,99 berarti
setiap kenaikan penanaman modal asing sebesar 2,99 maka ketimpangan
pembangunan akan naik sebesar 2,99 satuan
• Nomor 6 merupakan hasil uji t ditunjukkan dengan t hitung yang bertujuan
untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-
sendiri terhadap variabel terikatnya. dilihat dalam tabel tersebut indeks pembangunan
manusia mempengaruhi tingkat ketimpangan pembangunan secara tidak signifikan
dikarenakan probabilitasnya > 0,05. berbeda dengan pendapatan asli daerah
mempengaruhi tingkat ketimpangan pembangunan secara signifikan dikarenakan
probabilitasnya < 0,05
Hasil LQ dan tipologi klassen
Klasifikasi Kabupaten/Kota Provinsi BALI Berdasasrkan Tipologi Klassen

Yij>Yj Yij<Yj
R
Kuadran 1 Kuadran 3
Rij>Rj Daerah maju dan
tumbuh cepat Daerah berkembang cepat

1
2
 Bandung,gianyar,Denpasar
   
Kuadran 2 Kuadran 4
Daerah maju tapi
tertekan Daerah tertinggal
Rij<Rj
Jembrana,klungkung
Tabanan, buleleng bangli,karangsem
 

Dari hasil perhitungan di atas di ketahui bahwa kota badung gianyar dan Denpasar
berada di kuadran I yaitu kondisi daerah yang cepat maju dan tumbuh (prima).kota
Tabanan dan buleleng berada di kuadran II yaitu daerah yang maju tertekan dan
jembrana,klungkung,bangle,krangsem berada di kuadran IV.
Jika analisis data panel model fixed effect menggunakan asumsi bahwa koefisien
kemiringan konstan tetapi bervariasi antar individu, maka setiap konstanta cross-
sectional memiliki nilai yang berbeda. Berdasarkan pemotongan yang berbeda
tersebut, terlihat adanya perbedaan perkembangan daerah tersebut dibandingkan
dengan provinsi Bali. Hasil penilaian dampak pertumbuhan ekonomi, penanaman
modal dalam negeri, penanaman modal asing. 

1. Jika LQ lebih besar dari satu (LQ > 1), maka sektor tersebut termasuk sektor basis
atau menjadi sumber pertumbuhan, artinya sektor tersebut mampu menghasilkan
kebutuhan lebih dari yang diharapkan untuk perekonomian di wilayahnya dan akan
mampu menjadi sektor atau industri ekspor (S
2. Jika LQ sama dengan satu (LQ = 1) bermakna bahwa sektor tersebut tergolong non
basis, artinya sektor tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan
tidak mampu untuk mengekspor
3. Jika LQ lebih kecil dari satu (LQ < 1), maka sektor tersebut termasuk sektor non
basis, artinya sektor tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan di
wilayahnya sehingga diperlukan tambahan dari sektor atau daerah lainnya. Sektor non
basis juga bisa di golongkan ke dalam sektor yang berorientasi pada impor.

1
3
KESIMPULAN
1. Struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali terbagi dalam
empat pola yaitu : perekonomian Daerah yang maju dan tumbuh cepat, terdiri dari
Kabupaten Badung; daerah berkembang cepat tetapi tidak maju, yaitu Kota Denpasar,
Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Buleleng; daerah maju tapi tertekan yaitu
Kabupaten Klungkung; dan daerah tertinggal yaitu Kabupaten Tabanan, Jembrana,
Bangli dan Karangasem.

2. Hasil analisis didasarkan pada 17 sektor usaha di Provinsi Bali Termasuk industri
terkemuka seperti konstruksi dan penyediaan akomodasi katering, informasi dan
komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, jasa kegiatan kesehatan dan sosial,
pengadaan listrik dan gas, serta perdagangan grosir dan eceran; reparasi mobil dan
sepeda motor.
3. Indeks Williamson di Provinsi Bali berkisar pada nilai 0 6 yang menunjukkan
bahwa tingkat ketimpangan pembangunan di Provinsi Bali rendah.
4. Pemerataan pembangunan tetap harus diperhatikan dengan memfokuskan pada
wilayah dan sektor yang masih termasuk tertinggal atau terbelakang, sehingga proses
pembangunan dapat terjadi pada semua wilayah kabupaten/kota di Provinsi Bali.

SARAN
Pertumbuhan pendapatan per kapita dari peningkatan kesejahteraan Perubahan
struktur sosial dan ekonomi dari sektor pertanian ke sektor Industri dan jasa selalu
diharapkan dan kemudian menciptakan pertumbuhan Seiring dengan ekonomi yang
adil, direkomendasikan kepada pemerintah Lebih banyak subsidi langsung ke rakyat
Dalam bentuk “pembayaran transfer”, secara tidak langsung melalui pembuatan
Ketenagakerjaan, subsidi pendidikan, subsidi medis, dll.

1
4
DAFTAR PUSTAKA
BERLIANANTIYA, Maretha. Pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan
ekonomi antar wilayah kebijakan pembangunan di Provinsi Jawa Timur.
EQUILIBRIUM: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Pembelajarannya, 2017, 5.2: 163-171.
DEWI, Utami; IDA, A. I. Analisis ketimpangan pembangunan antara kabupaten/kota
di provinsi bali. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 2014, 3.2: 1-17.
KURNIAWAN, Rendi; HUDA, Syamsul. Analisis pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan distribusi pendapatan Provinsi Bali. JDEP (Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan), 2020, 3.2: 91-99.
SURYANTINI, Ni Putu Santi, et al. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
Regional Di Propinsi Bali. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, 2022, 18.1: 40-51.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
2023. Produk Domestik Regional Bruto
Provinsi Jawa Timur Tahun 20010-2020.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
2023. Jumlah Penduduk Provinsi Bali Tahun 20010-2020.
Badan Pusat Statistik. Produk Domestik
Regional Bruto Menurut Provinsi bali 2010-
2020. http://www.bps.go.id diakses

1
5

You might also like