You are on page 1of 11

Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis

Vol. 16. No.1, Maret 2019: 67-77


EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822

DAMPAK INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA MENGGUNAKAN
REGRESI DATA PANEL

Fitri Kartiasih
Politeknik Statistika STIS
Jln. Otto Iskandardinata Jakarta
E-mail : fkartiasih@stis.ac.id
diterima: 22/2/2019; direvisi: 22/3/2019; diterbitkan: 31/3/2019

Abstract: Infrastructure plays an important role in increasing economic growth. One of them
is infrastructure in the transportation sector. The better a transportation network, the better the
accessibility so that economic activities between regions are also growing. The problem
discussed in this study is the influence of transportation infrastructure on Indonesia's
economic growth. The transportation infrastructure used is the length of the road in good and
medium conditions, the number of goods cars, the number of passenger cars, the number of
buses, the number of motorbikes, the number of terminals, the arrival flow of aircraft, and the
flow of loading and unloading of goods at the port. The data used is panel data with a period
of 2010-2014 for 30 provinces in Indonesia. To choose the best model, test for panels such as
Chow Test and Hausman Test is done so that the fixed effect model is obtained as the best
model. Then the classical assumptions were tested such as normality, multicollinearity,
heteroscedasticity, and autocorrelation. The results showed that goods cars, passenger cars,
motorbikes, loading and unloading goods, aircraft currents, and the number of terminals had a
significant effect on economic growth while the length of the road and the number of buses
did not significantly affect economic growth.

Keywords: transportation, panel data, economic growth, fixed effect model

PENDAHULUAN barang dan jasa yang secara tidak


Pembangunan nasional suatu langsung menentukan pertumbuhan
negara pada dasarnya bertujuan untuk ekonomi melalui kelancaran kegiatan
menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Merujuk pada
masyarakatnya. Untuk mewujudkan publikasi World Bank yang dikutip oleh
tujuan nasional tersebut diperlukan Maryaningsih dkk (2014) dinyatakan
berbagai kegiatan yang mendukung bahwa infrastruktur berperan penting
perkembangan di segala aspek termasuk dalam meningkatkan pertumbuhan
salah satunya pada aspek perekonomian. ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi
Perkembangan perekonomian suatu yang lebih tinggi dijumpai pada wilayah
negara dapat terlihat dari angka dengan tingkat ketersediaan infrastruktur
pertumbuhan ekonomi yang juga yang mencukupi. Seperti yang telah
merupakan salah satu indikator disebutkan sebelumnya, infrastruktur
pembangunan untuk mengevaluasi hasil yang cukup vital berkaitan dengan
dari program-program yang telah pertumbuhan ekonomi adalah
dilaksanakan maupun sebagai acuan infrastruktur transportasi. Dengan adanya
pembangunan yang akan datang. infrastruktur transportasi yang memadai,
Pertumbuhan ekonomi dapat selain untuk kelancaran mobilitas dan
dipengaruhi oleh banyak hal salah distribusi juga sebagai stimulus para
satunya adalah infrastruktur. Adanya investor untuk menanam modal karena
infrastruktur ini terkait erat dengan mereka akan lebih tertarik pada wilayah
kelancaran mobilisasi dan distribusi yang aksesibilitasnya baik sehingga

67
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
kegiatan perekonomian menjadi lancar. Untuk itu diperlukan berbagai upaya
Semakin baik suatu jaringan transportasi untuk menarik para investor salah satunya
maka aksesibilitasnya juga semakin baik adalah dengan pembangunan infrastruktur
sehingga kegiatan ekonomi antar di daerah-daerah yang masih belum
wilayah juga semakin berkembang memadai.
(Hurst,1974). Berkaitan dengan hal itu,
Menurut laporan World sebagaimana dengan program pemerintah
Economic Forum dapat diketahui bahwa dalam 5 tahun terakhir ini tengah
tingkat daya saing Indonesia masih memfokuskan pada pembangunan
tertinggal terutama pada pilar infrastruktur. Program pembangunan
infrastruktur, pilar kesiapan teknologi infrastruktur sarana transportasi tersebut
dan pilar inovasi. Secara lebih spesifik, tak lain dimaksudkan untuk menarik
kendala pilar infrastruktur antara lain minat para investor.
bersumber dari masih rendahnya kualitas
jalan, pelabuhan, bandara, kereta hingga 3
kualitas pasokan listrik. Sedangkan 2,5
angka pertumbuhan ekonomi dari tahun 2
ke tahun cukup fluktuatif namun 1,5
1
beberapa tahun terakhir melambat yaitu
0,5
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 0
kemudian mulai merangkak lagi di tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2016 (dapat dilihat pada Gambar 1).
Tahun
8,00
Pertumbuhan Ekonomi

6,57 6,95 6,606,98


6,85
6,00 5,97 6,11 6,47
5,69 6,20
5,23 5,00 5,44 5,02
4,90 4,79 Sumber : Kementrian Keuangan (diolah)
4,00
Gambar 2
(%)

2,00 Rasio Anggaran Infrastruktur terhadap


0,00 Produk Domestik Bruto Tahun 2009-
2016
Tahun
Berdasarkan pemaparan di atas,
memunculkan sebuah dugaan bahwa
kurang memadainya infrastruktur
Sumber : Badan Pusat Statistik
transportasi menjadi salah satu penyebab
Gambar 1.
melambatnya pertumbuhan ekonomi di
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Indonesia beberapa tahun terakhir.
Tahun 2001 - 2016
Dengan demikian, diperlukan kajian
empiris mengenai Pengaruh Infrastruktur
Dalam dua tahun terakhir
Transportasi terhadap Pertumbuhan
ini terjadi perubahan target pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia agar kebijakan
ekonomi dalam Anggaran Pendapatan
berinvestasi dalam sektor transportasi
dan Belanja Negara (APBN) dari 5,2%
tepat sasaran sehingga target pertumbuhan
menjadi 5,1% sedangkan tahun 2017
ekonomi yang tinggi dapat tercapai. Hal
direvisi dari 5,3% menjadi 5,2% karena
itulah yang melatarbelakangi penelitian
ada pemangkasan anggaran
ini yang akan menganalisis kaitan antara
(Sugianto,2016). Pemangkasan anggaran
pembangunan infrastruktur sarana
ini diharapkan dapat tertolong dengan
transportasi dan pertumbuhan ekonomi.
adanya kenaikan investasi yang
Jadi tujuan dalam penelitian ini adalah
bermuara pada pertumbuhan ekonomi.
untuk mengetahui gambaran umum

68
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
perkembangan infrastruktur transportasi teknologi, salah satu sumber pertumbuhan
darat, laut dan udara di Indonesia serta adalah berasal dari eksternalitas yang
untuk menganalisis pengaruh terjadi akibat adanya akumulasi stok
infrastruktur transportasi terhadap pengetahuan teknis yang kemudian
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. berkolaborasi dengan modal tetap pada
suatu waktu tertentu dalam mencapai
TINJAUAN PUSTAKA tingkat output tertentu. Lucas dalam
Mankiw (2003) menyatakan Capello (2009) menyatakan hal yang
bahwa pertumbuhan ekonomi sama dengan apa yang dikemukakan
menunjukkan sejauh mana aktivitas Romer, bahwa modal yang menentukan
perekonomian akan menghasilkan tingkat output yang dicapai dapat
tambahan pendapatan masyarakat pada diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
suatu periode tertentu. Karena pada modal fisik dan modal manusia.
dasarnya aktivitas perekonomian adalah Kombinasi keduanya dalam fungsi
suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi dapat meningkatkan tingkat
produksi untuk menghasilkan output, output tertentu.
maka proses ini pada gilirannya akan Teori pertumbuhan endogen
menghasilkan suatu aliran balas jasa menyatakan bahwa perbaikan dan
terhadap faktor produksi yang dimiliki kemajuan teknologi dihasilkan dari
masyarakat. Todaro (2003) mengatakan investasi yang secara langsung
ada tiga faktor atau komponen utama menyebabkan pertumbuhan, sehingga
dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, investasi dapat berkontribusi pada
akumulasi modal yang meliputi semua pertumbuhan ekonomi jangka panjang
bentuk dan jenis investasi baru yang (Economic Planning Advisory
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik Commission, 1995). Reungsri (2010) juga
dan sumber daya manusia. Kedua, menyatakan bahwa investasi merupakan
pertumbuhan penduduk yang beberapa salah satu faktor penting pada model
tahun selanjutnya dengan sendirinya pertumbuhan endogen, investasi dapat
membawa pertumbuhan angkatan kerja. menyebabkan perbaikan pada kapasitas
Ketiga, kemajuan teknologi Selanjutnya produksi dan kenaikan laba yang
ditambahkan oleh Mankiw (2003) berimplikasi pada adanya pertumbuhan
indikator yang digunakan untuk ekonomi. Pada teori pertumbuhan
mengukur pertumbuhan ekonomi adalah neoklasik, adanya asumsi “law of
tingkat pertumbuhan Produk Domestik diminishing return” membawa pada
Bruto (PDB). Ada beberapa alasan yang argumentasi bahwa investasi tidak mampu
mendasari pemilihan pertumbuhan memengaruhi pertumbuhan. Namun pada
ekonomi menggunakan Produk teori pertumbuhan endogen, meskipun
Domestik Bruto (PDB) bukan indikator dibawah asumsi “law of diminishing
lainnya di antaranya adalah bahwa PDB return” investasi tetap mampu
merupakan jumlah nilai tambah yang meningkatkan pertumbuhan. Sebagai
dihasilkan oleh seluruh aktivitas contoh, adanya kemajuan teknologi yang
produksi di dalam perekonomian, hal ini didanai dari investasi akan mampu
berarti peningkatan PDB juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
mencerminkan peningkatan balas jasa selain itu, tenaga kerja ahli yang didapat
kepada faktor-faktor produksi yang dari hasil pendidikan maupun pelatihan
digunakan dalam aktivitas produksi juga dapat meningkatkan pertumbuhan
tersebut. ekonomi. Berdasarkan pemikiran tersebut,
Romer dalam Capello (2009) dalam penelitian ini peranan investasi
menyatakan bahwa selain kemajuan terutama investasi infrastruktur terhadap

69
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
pertumbuhan ekonomi didekati dengan = Jumlah Mobil Penumpang
menggunakan model pertumbuhan per jumlah Penduduk Provinsi
endogen. ke i tahun t
(unit/1000 jiwa)
METODE PENELITIAN = Jumlah Bus per Jumlah
Data-data yang digunakan dalam Penduduk Provinsi ke i tahun t
penelitian ini merupakan data sekunder (unit/1000 jiwa)
yang bersumber dari publikasi Badan = Jumlah sepeda motor per
Pusat Statistik dan Departemen jumlah penduduk provinsi ke i
Perhubungan untuk 30 Provinsi di tahun t
Indonesia tahun 2010 hingga 2014, yaitu (unit/1000 jiwa)
terdiri dari data Produk Domestik = Jumlah Terminal per
Regional Bruto (PDRB), panjang jalan jumlah penduduk provinsi ke i
baik dan sedang, jumlah mobil barang, tahun t (unit/1000
jumlah mobil penumpang, jumlah bus, jiwa)
jumlah sepeda motor, jumlah terminal, = Jumlah Arus Pesawat
jumlah arus pesawat (kedatangan dan (kedatangan dan keberangkan)
keberangkan), jumlah arus barang per jumlah
(bongkar & muat) dan jumlah penduduk. penduduk provinsi ke i
Provinsi yang tidak dicakup adalah DI tahun t (kali/1000 jiwa)
Yogyakarta, Kalimantan Utara, Papua = Jumlah Arus Barang
Barat dan Sulawesi Barat dikarenakan (bongkar & Muat) di Pelabuhan
beberapa data yang diperlukan tidak per jumlah
tersedia untuk empat provinsi tersebut. penduduk (ton/1000 jiwa)
Analisis yang digunakan dalam = residual
penelitian ini adalah analisis regresi = intersep
data panel, dimana model penelitian = koefisien regresi
ini dapat dituliskan sebagai berikut: = logaritma natural

b. Teknik Pengujian
Dalam membangun model data
panel, terdapat tiga model yang dijadikan
acuan, yaitu common effect model, fixed
effect model dan random effect model.
Untuk mengetahui model terbaik, penulis
menggunakan dua uji, yaitu uji:
 Chow Test
Keterangan :
= PDRB per jumlah penduduk
provinsi ke i tahun t (miliar
/1000 jiwa) Statistik uji :
= Panjang Jalan Baik dan - -
Sedang per jumlah penduduk o s - - ( - )( - - )
Provinsi ke i tahun t Keterangan :
(km /1000 jiwa) N : jumlah individu
= Jumlah Mobil Barang T : jumlah periode
per jumlah penduduk observasi
Provinsi ke i tahun t K : Jumlah variabel
(unit/1000 jiwa) independen

70
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
RRSS : Sum Square Error mengalami peningkatan yang terlihat pada
Common Effect Model Gambar 3 di bawah ini.
URSS : Sum Square Error 150000000
Fixed Effect Model 100000000
Apabila nilai Fobs lebih besar dari 50000000
nilai Ftabel atau p-value lebih kecil dari 0

2002

2006
2000

2004

2008
2010
2012
2014
alpha, maka hasilnya akan menolak H0.
Sehingga dapat diambil kesimpulan fixed
effect model lebih baik daripada common Mobil Penumpang
effect model. Mobil Bis
 Hausman Test
Mobil Barang
|
Sepeda motor
|
Gambar 3. Perkembangan Jumlah
a. Uji Asumsi Kendaraan Bermotor di
 Uji Lagrange Multiplier (LM test): Indonesia Menurut Jenis Tahun
Heterogenitas 2000 – 2015 (unit)
Selain pesatnya pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor, jumlah kendaraan
̂ bermotor juga tidak tersebar merata pada
∑ [ ] wilayah di Indonesia seperti yang nampak
̂
 Normalitas pada gambar di bawah ini.
Untuk menguji normalitas
menggunakan histogram
normality test.

Jika p-value > tingkat signifikansi


maka data berdistribusi normal
 Multikolineritas Dari Gambar 4 terlihat bahwa lebih
Untuk menguji ada tidaknya gejala dari setengah jumlah kendaraan bermotor di
multikolinearitas dalam model Indonesia berada di Pulau Jawa yaitu
maka dilakukan pengujian korelasi sebesar 53%. Peringkat kedua terbesar
antar variabel bebasnya. selanjutnya adalah berada di Pulau
 Autokorelasi Sumatera sebesar 24%. Peringkat ketiga
Untuk menguji Serial Correlation berada di Pulau Kalimantan dan Sulawesi
(autokorelasi) menggunakan uji sebesar 8%, keempat di Pulau Bali, NTB,
Durbin Watson dan NTT sebesar 6%, dan peringkat
(non-autokorelasi) terakhir berada di Pulau Papua yaitu hanya
(autokorelasi) sebear 1% dari jumlah seluruh kendaraan
Jika p-value > tingkat signifikansi bermotor di Indonesia. Banyaknya jumlah
maka tidak terjadi autokorelasi kendaraan bermotor merupakan salah satu
gambaran besarnya kegiatan perekonomian
HASIL DAN PEMBAHASAN di wilayah tertentu. Tidak meratanya
Sejak tahun 2000 – 2001, jumlah infrastruktur tersebut menandakan bahwa
kendaraan bermotor di Indonesia selalu selama ini perekonomian cenderung
berfokus pada di Pulau Jawa.

71
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Berdasarkan Gambar 4 (ii) terlihat 1500000
bahwa jumlah kendaraan per jumlah
penduduk di setiap wilayah kelompok 1000000
pulau di Indonesia cenderung sama. 500000
Meskipun jumlah kendaraan bermotor
paling banyak berada di Pulau Jawa, 0
namun rasio jumlah kendaraan bermotor 2003 2005 2007 2009 2011 2013
dengan jumlah penduduk yang paling Penerbangan Pelayaran
besar justru berada di Pulau Kalimantan.
Hal ini mungkin disebabkan wilayah
Pulau Kalimantan yang luas sehingga Gambar 6. Perkembangan Volume
memerlukan infrastruktur transportasi Bongkar Muat Barang Dalam
yang lebih banyak agar mobilitas antar Negeri Tahun 2003 - 2014
wilayah dan aktivitas di pulau tersebut (ton)
mudah atau lancar. Perkembangan volume bongkar
muat dalam negeri di Indonesia antara
100.000
penerbangan dengan pelayaran sama-sama
meningkat. Artinya, untuk mengirim atau
50.000
memindahkan barang-barangnya, orang-
0 orang cenderung sama untuk memilih
angkutan antara pelayaran atau
penerbangan. Dengan demikian, baik udara
maupun laut sama-sama memiliki
Pesawat Kapal kontribusi yang cukup penting dalam
Gambar 5. Perkembangan Jumlah mobilitas barang-barang dan
Keberangkatan Penumpang pendistribusian barang yang akan memicu
Pesawat dan Kapal di dan memeratakan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia Tahun 2000 – 2014 wilayah-wilayah di indonesia.
(Ribuan) Untuk mengetahui pengaruh antara
Jumlah penumpang pesawat jauh infrastruktur transportasi terhadap
lebih pesat pertumbuhannya daripada pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
penumpang kapal laut. Pada awalnya digunakan analisis regresi data panel
terlihat penumpang pesawat dan kapal laut terhadap 30 Provinsi di Indonesia tahun
cenderung sama. Namun, terlihat 2010 – 2014. Berikut adalah hasil dari
penumpang kapal laut cenderung tidak model regresi data panel dari variabel-
mengalami perkembangan dan hampir variabel infrastruktur terhadap PDRB
sama setiap tahunnya berbeda dengan dengan tiga pendekatan model.
penumpang pesawat yang semakin Tabel 1. Hasil running 3 model data panel
banyak. Hingga tahun 2015 jumlah Variabel dependen = ln (PDRB)
Variabel Common Fixed Effect Random
penumpang pesawat mencapai 86 ribu independen Effect Effect
Konstanta 0.842698*** 2.383806*** 2.339287***
jiwa. Hal ini mencerminkan bahwa orang- ln(JALAN) -0.328507*** -0.022668 -0.123894*
orang cenderung lebih suka berpergian ln(MOBA) 0.039239 0.081642*** 0.093075***
ln(MOPEN) 0.266629*** 0.084415*** 0.097958***
dengan menggunakan pesawat ln(BUS) -0.023789 -0.004824 -0.004621
dibandingkan dengan kapal laut. Selain ln(MOTOR)
ln(TERMINAL)
-0.001882
0.077121
0.008353**
0.020302*
0.008577**
0.017427*
lebih cepat dan efisien, harga tiket yang ln(PESAWAT) 0.028704 0.143577*** 0.130404***
ln(LABUH) 0.262502*** 0.030376*** 0.033633***
semakin bersaing juga mungkin menjadi Prob. (F- 0.00000 0.00000 0.00000
faktor pesawat semakin disukai Statistics)
R-Square 0.651301 0.996270 0.633100
penumpang untuk pergi kesuatu tempat. R-Square Adjstd 0.631516 0.995038 0.612283
Keterangan : *=Signifikan 10% **=Signifikan 5%
***=Signifikan 1%

72
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
ketiga model memiliki nilai Prob.(F-
Statistics) yang lebih kecil dari nilai
, artinya, pada ketiga model tersebut,
semua variabel bebasnya secara bersama-
sama berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Terlihat pula bahwa model
dengan Fixed Effect mempunyai R- Uji Hausman untuk menentukan
squared yang lebih besar. Dengan model fixed effect atau random
menggunakan , maka variabel effect.
bebas yang sama sekali tidak berpengaruh |
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
BUS (jumlah bis). Untuk mengetahui
|
model yang terbaik maka dilakukan
beberapa pengujian.
1. Uji Chow untuk menentukan
model common effect atau fixed Keputusan : karena nilai
effect Prob.(Cross-section random) lebih
kecil daripada alpha (0,10) maka
tolak H0. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dengan tingkat signfikansi
10%, terdapat korelasi antar variabel
Tabel 2. Hasil Pengolahan Eviews:
bebas dengan individual efek.
Chow-Test
Artinya model yang terpilih adalah
model fixed effect.
Dari dua uji hasil di atas,
maka model regresi data panel yang
terbaik adalah model fixed effect.
Selanjutnya dilakukan uji asumsi
untuk mengetahui apakah model
Keputusan : karena nilai yang terpilih yaitu fixed effect serta
Prob.(Cross-section F) lebih kecil estimasi yang digunakan sudah
daripada alpha (0,10) maka tolak memenuhi asumsi.
H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa 1. Uji Lagrange Multiplier untuk
dengan tingkat signifikansi 10%, menguji heteroskedastistas matriks
terdapat perbedaan individual efek. kovarian
Artinya, model yang terpilih
adalah model fixed effect.

Tabel 3. Hasil Pengolahan Eviews:


Hausman-Test
∑ [ ]
(7)

73
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
16

Keputusan : karena nilai LM lebih 14


Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2014
Observations 150

kecil daripada nilai maka 12

10
Mean
Median
4.49e-18
-0.002676

gagal tolak H0 8

6
Maximum
Minimum
Std. Dev.
0.087762
-0.103006
0.034669

Kesimpulan : Dengan tingkat 4


Skewness
Kurtosis
0.017811
3.273377

signifikansi 10%, struktur matriks 2

0
Jarque-Bera
Probability
0.475024
0.788587


-0.100 -0.075 -0.050 -0.025 0.000 0.025 0.050 0.075
Varians Kovarians Gambar 7. Output Histogram
Homokedastis.
Karena Struktur Matriks varians- Probability Normal
kovariansnya sudah homokedastis, Keputusan : Karena nilai
maka tidak perlu dilakukan uji Probability lebih besar dari alpha
cross-sectional correlation dan (0,10) maka hasilnya gagal tolak H0
metode estimasi yang digunakan Kesimpulan : Dengan tingkat
adalah LSDV (Least-Square signifikansi 10%, residual
Dummy Variable) sehingga berdistribusi normal. Dengan
metode estimasi yang digunakan demikian, asumsi residual
sebelumnya pada fixed effect tidak berdistribusi normal terpenuhi
berubah. 4. Uji Multikolinearitas
2. Uji Durbin untuk menguji serial
correlation (autokorelasi)
Keputusan : karena nilai korelasi
antar variabel bebasnya tidak ada
yang melebihi 0,8 maka gagal tolak
Tabel 4. Hasil Pengolahan Eviews: H0
Durbin-Test Kesimpulan : Tidak terjadi
multikolinearitas
Dari serangkaian pengujian di atas,
dapat disimpulkan bahwa model terbaik
adalah fixed effect dengan metode estimasi
Titik kritis: dL=1.862 dan 4-
LSDV (Least Square Dummy Variable)
dL=2.138 dimana model tersebut sudah memenuhi
Keputusan : karena nilai Durbin- semua asumsi. Persamaaan regresi data
Watson stat berada diantara batas panel yang terbentuk adalah
bawah (dL) dan 4-dL maka ̂
hasilnya gagal tolak H0
Kesimpulan : Dengan tingkat
signifikansi 10%, maka tidak
terjadi autokorelasi. Dengan
demikian, asumsi tidak terjadi
autokorelasi terpenuhi.
3. Uji Normalitas

(8)

74
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Keterangan : tanda (‘) tidak signifikan memiliki pengaruh positif dan signifikan
(alpha 10%) terhadap pertumbuhan ekonomi sementara
Dimana nilai adalah efek individu jumlah bis tidak berpengaruh signifikan
provinsi dengan nilai sebagai berikut: terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berpengaruhnya mobil barang, mobil
Tabel 5. Efek individu tiap provinsi
penumpang dan sepeda motor terhadap
i CROSSID Effect i CROSSID Effect i CROSSID Effect
1 Aceh -0,012 11 Jakarta 1,318 21 Kalsel -0,315
2 Sumut 0,062 12 Jabar 0,384 22 Kaltim 1,028
3 Sumbar -0,050 13 Jateng -0,015 23 Sulut -0,136
4 Riau 0,898 14 Jatim 0,210 24 Sulteng -0,254
5 Jambi 0,154 15 Banten -0,027 25 Sulsel -0,218
6 Sumsel 0,135 16 Bali -0,377 26 Sultra 0,007
7 Bengkulu -0,315 17 NTB -0,550 27 Gorontalo -0,366
8 Lampung 0,101 18 NTT -0,941 28 Maluku -0,747
9 Babel 0,009 19 Kalbar -0,343 29 Mal. Utara -0,189
10 Kep.Riau 0,656 20 Kalteng -0,172 30 Papua 0,063
dari fixed effect model pertumbuhan ekonomi disebabkan angkutan
tersebut memiliki manfaat dan kontribusi
Dari hasil regresi data panel pada
yang paling besar dalam membantu
persamaan (8), maka koefisien regresi
pengalokasian sumber-sumber ekonomi
tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
secara optimal, pemindahan dan pergerakan
berikut: jika semua variabel bernilai 0,
muatan, dan memperlancar kegiatan
maka rata-rata pertumbuhan ekonomi
produksi. Yang paling utama adalah mobil
sebesar 2,3%. Jika jumlah mobil barang
barang seperti truck dan pick up dimana
meningkat 1% maka pertumbuhan
barang-barang baik output maupun input
ekonomi akan meningkat 0,0816%. Jika
produksi dialokasikan dari suatu tempat ke
jumlah mobil penumpang meningkat 1%
tempat lainnya. Dengan demikian kegiatan
maka pertumbuhan ekonomi akan
produksi akan berjalan dan PDRB suatu
meningkat 0,0844%. Jika jumlah motor
daerah akan meningkat.
meningkat 1% maka pertumbuhan
Tidak berpengaruhnya jumlah bis
ekonomi akan meningkat 0,0083%. Jika
jumlah terminal meningkat 1% maka terhadap pertumbuhan ekonomi disebabkan
bis bukanlah angkutan yang menjadi pilihan
pertumbuhan ekonomi akan meningkat
untuk memindahkan suatu barang dalam
0,0203%. Jika arus pesawat meningkat
proses kegiatan produksinya. Meskipun jasa
1% maka pertumbuhan ekonomi akan
angkutan bis memiliki nilai output dalam
meningkat 0,1435%. Jika arus barang
sektor transportasi dan memberikan
yang melewati pelabuhan meningkat 1%
kontribusi terhadap PDB, namun jumlah
maka pertumbuhan ekonomi akan
kendaraan bis tersebut memiliki efek
meningkat 0,03037%. Panjang jalan dan
multiplier yang kecil dalam proses kegiatan
jumlah bus tidak berpengaruh signifikan
produksi di sektor lain.
terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai
Arus pesawat dan arus barang yang
koefisien determinasi sebesar
melewati pelabuhan berpengaruh positif
0,99 artinya variabel-variabel dalam
dan signifikan terhadap pertumbuhan
model mampu menjelaskan keragaman
ekonomi. Pada Gambar 5 dan 6 di atas
dari pertumbuhan ekonomi sebesar 99%
memberikan sinyal bahwa baik
sedangkan sisanya dijelaskan oleh
penerbangan maupun pelayaran sama-sama
variabel lain yang tidak terdapat dapat
memiliki perkembangan yang positif
model.
sehingga arus pesawat dan arus barang yang
Jumlah mobil barang, mobil
melewati pelabuhan yang merupakan proksi
penumpang, dan sepeda bermotor

75
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
dari infrastuktur angkutan laut dan udara memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi
sama-sama mengalami peningkatan. paling tinggi daripada provinsi lainnya,
Peningkatan yang ada menyatakan bahwa sementara NTT adalah provinsi yang rata-
keduanya berpengaruh dalam hal rata pertumbuhan ekonominya paling
pendistribusian barang atau jasa ke rendah. Hal ini disebabkan Jakarta
wilayah tersebut sehingga pertumbuhan merupakan ibu kota dan pusat
ekonomi di wilayah tersebut ikut perekonomian di Indonesia sementara di
berkembang. NTT, pembangunan ekonomi terbilang
Ada beberapa dugaan yang masih tertinggal.
menyebabkan panjang jalan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
KESIMPULAN DAN SARAN
pertumbuhan ekonomi. Yang pertama, Pertumbuhan ekonomi di provinsi-
panjang jalan bukan satu-satunya provinsi di Indonesia dipengaruhi oleh
pendukung utama kelancaran infrasktruktur transportasi yang ada. Model
perekonomian di Indonesia. Hal ini regresi data panel yang terbaik adalah
disebabkan hampir semua kota-kota besar model Fixed Effect. Hasil regresi data panel
dengan arus ekonomi yang tinggi di menunjukan bahwa secara bersama-sama
Indonesia sudah memiliki akses jalan infrastruktur transportasi mempengaruhi
yang cukup sehingga tidak memerlukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara
penambahan panjang jalan lagi. Oleh signifikan dengan koefisien determinasi
karenanya, pembangunan jalan perlu sebesar 99%. Secara parsial, jumlah mobil
dilakukan pada daerah-daerah perdesaan penumpang, mobil barang, sepeda motor,
yang minim sumber akses transportasi. arus pesawat, dan arus bongkar muat
Yang kedua, panjang jalan memiliki suatu barang dipelabuhan berpengaruh secara
lag dalam waktu tertentu agar dapat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
memicu pertumbuhan ekonomi di suatu sementara jumlah bis dan panjang jalan
wilayah. Maksudnya, pertambahan tidak berpengaruh signifkan terhadap
panjang jalan tidak serta merta dapat pertumbuhan ekonomi.
meningkatkan perekonomian secara
langsung namun manfaat tersebut akan
DAFTAR PUSTAKA
dirasakan beberapa tahun setelah jalan
tersebut selesai dibangun. Hasil uji Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik
kausalitas Granger menunjukkan bahwa Transportasi , Beberapa Tahun.
varibel panjang jalan memilki hubungan
satu arah terhadap PDB dimana panjang Capello R. 2009. Regional Economics. New
jalan mempengaruhi PDB secara
York: Routledge.
signifikan dalam lag satu tahun setelahnya
( ). Economic Planning Advisory Commission.
Dummy individu provinsi dapat 1995, Investment and economic
diartikan sebagai berikut. Misalnya Aceh growth. Australian Government
bernilai -0,0126, artinya pertumbuhan Publishing Service Commission
ekonomi Aceh rata-rata lebih kecil Paper 9.
0,0126% daripada pertumbuhan ekonomi
di provinsi lainnya atau dengan kata lain Eliot Hurst. M.E. (1974), Transportation
apabila semua variabel independen Geography: Comments and
bernilai 0, maka rata-rata pertumbuhan Readings, New York: McGraw
ekonomi Provinsi Aceh adalah 2,383806 – Hill.
0,01262 = 2,371186%. Dari hasil diatas,
terlihat bahwa Provinsi DKI Jakarta

76
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 67-77
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Kementrian Perhubungan (Kemenhub),
Statistik Perhubungan, Beberapa
Tahun.

Mankiw, N. Gregory. 2003.


Macroeconomics. Harvard
University: Worth Publishers.

Ma’ruf, Yudhi Permadi, Ir. Daud


Jeluddin, M.Eng . 2015.
Pengaruh investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi wilayah di
Kabupaten Pesisir Selatan.
Jurnal Teknik Sipil USU. Vol 02
No. 3.

Maryaningsih, Novi., Hermansyah, O.,


Savitri, Mi., 2014, Pengaruh
Infrastruktur Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia. Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan. Vol 17.
No1.

77

You might also like