Professional Documents
Culture Documents
Improvement &
Six Sigma
Introduction
Customer requirements
Product design
Process design
Process control
Process improvement
……… on and on …..
Continuous
Improvement
What is Continuous Improvement
• Enterprise learning
• Involving all people: top management, middle management, lower
management, shop floor worker, support staff with motivation to
always find improvement
• Kaizen: culture to find opportunity for improvement
• Problem is opportunity for improvement
Kaizen Activity
Kaizen
A P
Kaizen C D
A P
C D PDCA Cycle
Maintenance:
A S SOP
C D
A S Maintenance:
SOP
C D
WHAT Problem Definition
Problem Analysis
Plan
(Management) PLAN WHY Causes Identification
Do
P
Action HOW Solution Plan
A D
(Management)
C
Worker
Check
(Inspector & DO Implementation
Management)
A B C D E
Criteria - P Criteria - R
Latar Belakang Six Sigma
Process
Power
People
Power
Process Power
Define the problem and customer
Define requirements.
• Untuk mengurangi variasi sehingga hampir semua produk dan jasa yang
diberikan dapat mencapai atau bahkan melebihi ekspektasi konsumen
• Proses yang mencapai level kualitas Six Sigma berarti proses itu hanya
menghasilkan cacat sebanyak 3,4 DPMO (Defect Per Million Opportunities)
dengan kata lain proses ini berjalan hampir sempurna.
Lean Six Sigma?
• Define: Large number of changes from client after approving engineering design. Schedule
slipping.
• Measure: Number of changes, time involved in changes, compliance to critical path schedule.
• Analyze: No clear authority on client team to establish scope, any of client team could make
changes, verbal communication of changes, conflicting changes by client team members.
Language issues between client and engineers.
• Improve: Regular engineering/client meetings where topics include: scope for each section and
desired objective, known limitations defined, unclear requirements were questioned and options
discussed. Written plan signed by client representative and engineering lead. Change requests in
writing and signed by client representative. Changes decrease by factor of 4.7 and schedule met.
• Control: Change requests all in writing. Shared approach with other disciplines on project.
A. Define
• Tahap define adalah tahap pertama dalam metode peningkatan
kualitas Six Sigma.
• Pada tahap ini didefinisikan masalah yang terjadi dalam perusahaan.
• Hal ini berguna untuk mengindentifikasi tahapan proses pembuatan
produk dan mengidentifikasi CTQ pada produk. Pada tahap ini
dilakukan identifikasi jenis jenis cacat yang terjadi, identifikasi jumlah
cacat, persentase jumlah cacat, dan penentuan Critical to Quality
(CTQ).
• Tujuannya untuk memperoleh gambaran mengenai proses produksi
serta menentukan permasalahan kualitas yang terjadi.
(1) Proses produksi line 28 PT
XXX
• Proses produksi dimulai dengan
kedatangan bahan baku dan selanjutnya
dilakukan proses cutting, bundling,
additional.
• Process (printing, embro), serta
pengelompokan pada panel berdasarkan
line sewing sebelum akhirnya masuk
dalam proses sewing yang merupakan
proses utama dalam produksi garmen.
(2) Line 28
(3) Line 28
identifikasi
karakteristik kunci
yang kemudian
digunakan dalam
Critical to Quality (CTQ).
perhitungan level
sigma dari proses
sewing Line 28.
(4) Line 28
menunjukkan bahwa
proporsi cacat termasuk ke
dalam kategori terkendali,
hal ini ditunjukkan dengan
proporsi cacat pada 21
periode masih di dalam
batas atas dan batas
bawah.
(1) Line 28
(2) Line 28
Pola persebaran DPMO dan level Sigma belum konsisten ditandai
dengan adanya variasi kenaikan dan penurunan jumlah defect yang
dihasilkan pada setiap periodenya.
Lihat Peta
Kendali
Target
karakteristik
(CTQ) dan
analisis
sumber
masalah
(1) Line 28
• Penentuan target CTQ dilakukan untuk mengukur peningkatan
kualitas yang harus dicapai sehingga dapat mencapai target 6 Sigma.
• Berdasarkan diagram pareto pada Gambar 3. frekuensi defect paling
tinggi adalah pada jenis defect skip. Defect ini kemudian dianalisis
dengan menggunakan diagram sebab- akibat (fishbone).
(2) Line 28
<1> Kain Grey
• Pada penelitian ini dilakukan perhitungan selama 21 periode dengan jumlah produksi sebesar
14.441.217 m serta jumlah cacat yang dihasilkan sebanyak 4.885.831 m dengan CTQ sebesar 8.
Diagram Pareto menunjukkan jenis cacat tertinggi adalah Cacat Pinggiran
Jebol dengan frekuensi 1.812.490 m dan persentase dari keseluruhan sebesar 37,1% .
• Nilai sigma yang diperoleh menunjukkan bahwa proses Air Jet Loom pembuatan produk
Kain Grey adalah di bawah rata-rata industri USA namun berada di atas rata-rata industri
Indonesia. Hal ini sesuai dengan interpretasi nilai sigma menurut Gasperz (2002).
<2> Kain Grey
• Grafik nilai DPMO dan tingkat sigma yang diperoleh menunjukkan bahwa
terdapat pola yang berfluktuatif namun masih dalam kategori stabil pada
peta kendali P. Hal ini menunjukkan bahwa proses produksi dilakukan
dengan konsisten yang cukup.
• Proses produksi Kain Grey sudah tergolong ke dalam kategori yang baik
melihat bahwa nilai DPMO dan sigma yang diperoleh telah lebih dari rata-
rata industri di Indonesia.
• Namun akan lebih baik jika proses produksi dapat ditingkatkan menjadi
proses nol kecacatan (zero defect)
<3> Kain Grey
• Upaya dalam mencapai zero defect dilakukan dengan análisis
penyebab kecacatan pada produk Kain Grey.
• enis cacat produk yang akan dianalisis akar penyebabnya adalah
jenis Cacat Pinggiran Jebol dengan frekuensi 1.812.490 m dari total
sebanyak 14.441.217 m yang merupakan jenis cacat dengan
persentase terbesar yaitu 37,1% .
• Analisis penyebab cacat dilakukan dengan menggunakan diagram
sebab akibat atau sering disebut dengan fishbone diagram.
<4> Kain Grey
Berdasarkan hasil
wawancara dengan
Kepala Departemen
Grey
Finishing, diagram
sebab akibat dari
penyebab Cacat
Pinggiran Jebol pada
proses produksi Kain
Grey dalam proses Air
Jet Loom disajikan pada
Gambar 4.8.
D. Improve
• Cek proses produksi
• Cek target CTQ
• Cek level sigma
(1) Line 28
• Tahap terakhir adalah melakukan improvement terhadap proses
produksi Line 28. Berdasarkan analisis target CTQ, untuk mencapai
level 6 Sigma pada jenis defect Skip maka harus dilakukan penurunan
DPMO sebesar 99,8% serta peningkatan Sigma sebesar 55,43 % dari
baseline kinerja.
• Analisis untuk improve dari fishbone.
• Improvement tesebut diusulkan berdasarkan faktor manusia,
material, mesin dan metode yang digunakan.
(2) Line 28
• Manusia
• Memberikan training kepada operator untuk menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya kualitas bagi perusahaan, sehingga tidak semata – mata mengejar
target tanpa mempedulikan kualitas.
• Meningkatkan pengawasan pada line, agar motivasi kerja operator meningkat
dan lebih berkonsentrasi dalam bekerja.
• dst
(2) Line 28
<1> Kain Grey
Berdasarkan fishbone diagram pada
Gambar 4.7 dilakukan analisis 4M untuk
memperoleh beberapa usulan perbaikan.
Pada fishbone diagram akar penyebab
masalah dari Cacat Pinggiran Jebol pada
produk Kain Grey terbagi menjadi
beberapa kategori yaitu Mesin, Manusia,
Metode, dan Material. Usulan perbaikan
yang sesuai dengan masing-masing
penyebab permasalahan adalah sebagai
berikut:
1. Mesin, dst
E. Control
• dst
Pihak Pelaksana (People Power)
Champion/Sponsor
Black Belt
Black
Belt