You are on page 1of 9

Jñānasiddhânta

Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Eksistensi Ajaran Tantrayana


dalam Kehidupan Beragama Hindu di Bali
Oleh:
Ida Ayu Devi Arini
Dinas Pendidikan Kabupaten Badung
E-mail: dayudevi86@gmail.com

ABSTRACT
Tantrayana is a teaching found in the books of Tantra-Sastra which in the
development of Shiva Siddhanta in Bali is mentioned based on: Catur Marga (Bhakti
Marga Yoga which pays main respect to Karma Marga yoga and Jnana Marga
Yoga). Tantrayana emphasized the importance of religious ceremonies (rituals),
because the role of religious ceremonies is an activity to create a balance of life in
this world. In the Mahanirwana Tantra book, the principles of the Panca Yadnya
ceremony are laid out that need to be carried out. It also mentions the means related
to caru, such as animal sacrifice. The Tantrayana describes in detail the procedures
for performing the yadnya and to whom it is offered. By paying attention to the
contents of the Tantra Sastra books containing Tantrayana teachings, it can be
understood that the forms of ceremonies and yajna ceremonies that are held in Bali,
it is clear that there is an influence from Tantrayana.
The purpose of writing this article is to know in general the existence of Tantrayana
understanding in religious life in Bali, especially among the younger generations.
This research is a qualitative descriptive research with a functional approach. The
data collection method in this article is literature study. The results of this study are
the knowledge of the concept of Tantrayana teachings, how much this teaching is
adopted by Hindu religious life, including the way of art and the lifestyle of the
younger generation.

Keyword: Existence, Tantrayana teachings, being Hindu in Bali

I. PENDAHULUAN pemujaan kepada dewi Ibu atau unsur


Tantrayana berasal dari akar wanita sebagai lambang kesuburan.
kata “tan” yang artinya ‘memaparkan Konsep ajaran tersebut adalah
kesaktian “atau” kekuatan daripada Mahanirwana tantra, Konsep ini
Dewi”. Karena itu tantrayana dikatakan berpangkal pada percakapan Dewi
berpangkal pada Konsepsi-Dewi Parwati dengan Sang Hyang Sada-Siwa
(Mother Gooddes) yang bukti-buktinya yang membentangkan turunnya Dewi
terdapat pada zeal disepanjang Lembah Durga ke Bumi pada zaman Kali untuk
Indus di India barat-laut (sekarang menyelamatkan dunia dari kehancuran
Pakistan). Sebagaimana diketahui, moral dan perilaku. Paham tantrayana
bahwa kebudayaan lembah sungai Indus muncul di India sebenarnya dimulai
(kurang lebih sekitar tahun 2500 sejak zaman Dalam beberapa sumber
sebelum Masehi), mengutamakan Dewi Durga juga disebut Candi. Dan

8
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

sinilah pada mulanya muncul istilah spesifik. Bhairawa inipun berkembang


“candi” (candikaghra) untuk menamai sampai ke Cina, Tibet dan Indonesia.
bangunan suci sebagai tempat memuja Di Indonesia, penyebaran paham
dewa dan arwah yang telah suci, Peran Tantra berawal dari kerajaan Sriwijaya
Dewi Durga dalam menyelamatkan sekitar tahun 684 Masehi. Keterangan
dunia dari kehancuran moral dan ini berdasarkan ungkapan kata dalam
perilaku disebut Kalimosada (Kali- prasasti Talang Tuwo yang menyebut
Maha-Usada). Kalimosada sendiri perkataan Vajrasarira. Kurang lebih
merupakan persandian dari Kali-Maha- tahun 700 Masehi di Sriwijaya, pernah
Usada, vokal “a” dan “u” lebut menjadi singgah seorang pendeta penyebar
“o” yang artinya Dewi Durga adalah agama Buddha Tantra di Asia Timur
obat yang paling mujarab dalam zaman yang berasal dari India Selatan bernama
kekacauan moral, pikiran dan perilaku; Vajrabodhi. Beberapa Abad kemudian
sedangkan misi Beliau turun ke bumi yaitu sekitar abad XIII, ditemukan pula
disebut Kalika Dharma. peninggalan dari paham tantra di
Dari Konsepsi Dewi itulah Sumatra. Peninggalan ini berasal dari
muncul istilah saktiisme yaitu suatu masa pemerintahan raja Adityawarman,
ajaran yang mengkhususkan antara lain berupa prasasti berangka
pemujaannya kepada Sakti, yaitu tahun 1375 Masehi, menguraikan
kekuatan dari Dewa, terutama sekali tentang upacara yang menggunakan
pemujaan terhadap Dewi Durga. Di korban darah yang dilakuakan oleh
dalam konsep monodualis bahwa Adityawarman menurut kultus
Nirguna Brahma dalam Dewa bersifat Bhairawa. Seperti telah diketahui
pasif yang juga disebut Dewi. Dari sini bahwa Adityawarman merupakan
muncullah istilah Dewa dan Dewi atau penganut Buddha-Tantra seperti yang
Bhatara-Bhatari yang oleh pikiran digambarkan pada arca Heruka di
manusia dipandang sebagai manifestasi Padang lawas (Biaro Bahal II), dan
tersendiri dan juga dipersonifikasikan sebuah arca di Padang Roco, daerah
dalam imajinasi manusia secara sungai Langsat, yang menggambarkan
tersendiri pula. Para pemuja sakti ini perwujudan raja Adityawarman sebagai
disebut sakta. Dalam perkembangannya Buddha –Bhairawa.
lebih lanjut dari saktiisme ini, maka Pengaruh tantrayana di Jawa
muncullah tantriisme yaitu suatu paham Tengah tampak sejak pemerintahan
yang memuja sakti secara ekstrim. Panangkaran, pengganti Sanjaya yang
Di India penganut tantriisme diketahui dari prasasti Kalasan 778
lebih banyak terdapat di India-Selatan Masehi, isinya menyebutkan tentang
daripada di India Utara. Kitab-kitab pembangunan candi Kalasan yang
yang memuat ajaran Tantrayana banyak bersifat tantrayana, untuk memuja dewi
sekali, kurang lebih ada 64 macam Tara. Sebelum pemerintahan raja
antara lain Mahanirwana Tantra, Kertanegara sebenarnya paham Tantra
Kulanarwana Tantra Bidhana, sudah berkembang, yaitu sewaktu
Yoginihrdaya Tantra, Tantrasara dan pemerintahan raja mpu Sindok antara
lain sebagainya. Tantrayana tahun 929-947 Masehi. Agama yang
berkembang luas sampai ke Cina, Tibet dianut oleh Empu Sindok adalah agama
dan Indonesia. Dari Trantriisme Hindu, tetapi pada masa
muncullah suatu paham Bhairawa yang pemerintahannya sebuah kitab suci
artinya “hebat”. Paham Bhairawa Agama Buddha yaitu Sang Hyang
secara khusus memulai kehebatan Kamahayanikan berhasil disusun. Kitab
daripada sakti dengan cara-cara yang tersebut menguraikan soal-soal ajaran

9
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

dan ibadah agama Buddha aliran II. METODE PENELITIAN


Tantrayana. Ajaran Tantrayana Penelitian ini menggunakan
berlangsung sampai pada masa pendekatan fungsional yang membantu
pemerintahan raja Kertanegara yang peneliti melihat fenomena yang terjadi
memerintah kerajaan Singasari antara dan berkaitan dengan penelitian ini.
tahun 1268-1292 Masehi. Penelitian terhadap tulisan
Di Bali, peninggalan yang menggunakan metode kualitatif.
mencerminkan adanya paham Tantra Menurut Muhadjir (1992: 24) penelitian
yaitu arca Siwa-Bhairawa di candi Kebo kualitatif adalah penelitian yang
Edan, desa Pejeng, Kabupaten Gianyar. menghasilkan deskripsi berupa kata-
Arca ini menggambarkan raja Bali kata tertulis atau lisan dari orang dan
terakhir yaitu Paduka Bhatara Sri pelaku yang dapat diamati berdasarkan
Astasutra Ratna Bumi Banten yang fenomena pendekatan holistik (utuh).
memerintah antara tahun 1337-1343 Metode pengumpulan data dalam
Masehi. Di samping itu peninggalan penelitian ini adalah studi pustaka.
berupa prasasti dan naskah lama Dengan menggunakan data
(manuskrip), menyebutkan macam- primer yakni buku-buku yang berisi
macam mantra tersebut ada yang pengetahuan ajaran Tantrayana
bersifat baik (panengen) maupun jahat sedangkan data sekunder adalah data
(pangiwa). Mantra-mantra yang atau informasi yang diambil dari jurnal
berhubungan dengan ilmu sihir biasanya ilmiah, internet, arsip, foto dan lain-lain
untuk memuja Dewi Durga sebagai yang dapat membantu dan menunjang
“Dewi Kematian. Dari Pangiwa penulisan artikel ilmiah ini. Analisis
muncullah pengetahuan tentang leak, data dilakukan deskriptif kualitatif
Desti, Tëluh, Taranjana dan Wegig, adalah analisis teks untuk mengetahui
sedangkan dari Panengen muncullah strukturnya, untuk kemudian memahami
pengetahuan tentang Kawisesan dan lebih lanjut gejala sosial budaya yang
Pragolan. berada di luar karya sastra tersebut
Pangiwa berasal dari sistem (Moleong, 1996: 14). Analisis terhadap
Niwerti dalam doktrin Bhairawa. Selain tulisan ilmiah ini yang diarahkan pada
itu beberapa formula dalam Atwarwa melihat fenomena sosial yang tengah
Weda juga mengilhami mistik ini. terjadi masyarakat berkaitan dengan
Adapun kitab-kitab Tantrayana di eksitensi ajaran Tantrayana ini, data
Indonesia antara lain adalah Tantrayana tersebut kemudian dikumpulkan dan
di Indonesia antara lain adalah : dianalisis untuk dapat memberikan
Tantrawajra dhatusubuti, Candra sumber pengetahuan baru bagi
Bhairawa dan Semara Tantra. Di Bali masyarakat.
banyak orang bernama Tantra dan ada
suatu karya sastra populer di Bali III. PEMBAHASAN
bernama Tantri yang memaparkan 3.1 Konsep Ajaran Tantrayana
berbagai episode yang pada mulanya Telah diuraikan di atas Tantra
mengungkapkan suatu aspek Mithura berarti memaparkan kekuatan sakti.
dari Pancatattwa suatu doktrin Sakti adalah kekuatan, prinsip aktif
Tantrayana (Gunawijaya, 2020). Dari yang menyebabkan Siwa mampu
pemaparan di atas sangat menarik untuk menciptakan. Tanpa sakti tersebut Siwa
melihat eksistensi ajaran tantrayana tidak akan dapat berbuat apa-apa karena
dalam kehidupan beragama kita di Bali. Siwa adalah prinsip pasif. Karena itu
sakti menjadi lebih penting daripada
Siwa sendiri. Segala sesuatu terjadi

10
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

karena bersatunya prinsip pasif dengan terwujudnya jagadhita, karena


prinsip aktif. Yaitu persatuan Siwa jagadhita ini memotivasi munculnya
dengan saktinya, Durga. ketenangan batin yang merupakan suatu
Persatuan antara Siwa dan syarat mutlak untuk mencapai
saktinya adalah persatuan antara laki- ketenangan jiwa (bhukti) yang
laki dan perempuan, yang selanjutnya akan menuju moksa (mukti),
dilambangkan sebagai Lingga dan Yoni. untuk terwujudnya keseimbangan itu,
Karena itu hubungan seks mempunyai tantrayana mengajarkan dua sistem
arti yang sangat penting dalam sekte yang ditempuh yaitu : wahya dan
sakti ini. Karena segala sesuatu tercipta adhyatmika (sekala dan niskala).
melalui persatuan tersebut, maka segala Pernyataan produk kedua sistem ini
sesuatau mengandung kekuatan dan akan dapat mewujudkan jagadhita
sakti Siwa. Bentuk-bentuk tertentu dari dalam kehidupan. Dalam konteks sistem
sakti dan segala sesuatu adalah baik; ini, maka konsep monisme itu
tidak ada yang tidak baik. Hanya orang dikembangkan menjadi konsep
yang tidak mengerti saja yang monodualis yaitu : satu itu dijadikan
beranggapan bahwa ada yang baik dan dua dan dua itu disatukan. Berikut titik
ada yang tidak baik. Ini keliru, karena berat konsep ajaran tantrayana :
anggapan itu hanya didasarkan pada
kesadaran manusia sendiri. Untuk a. Upacara
mencapai kebenaran dan kelepasan Tantrayana menekankan betapa
(moksa) manusia harus melepaskan diri pentingnya upacara agama (ritual)
dari belenggu kekeliruan ini. Ia harus dilakukan, karena peran upacara agama
melepaskan kesadarannya sendiri merupakan suatu aktivitas untuk
sehingga dapat menyadari kebenaran memujudkan keseimbangan hidup di
bahwa segala sesuatuadalah perwujudan dunia ini. Di dalam kitab Mahanirwana
dari sakti dan Siwa, dan bahwa semua Tantra dibentangkan prinsip-prinsip
adalah baik. upacara panca yadnya yang perlu
Ajaran tantrayana dibentangkan dilaksanakan. Disebutkan pula materi
dalam kitab-kitab Tantra-sastra yang atau sarana-sarana yang digunakan
juga disebut kitab-kitab agama yang upakara termasuk penggunaan binatang
banyaknya kurang lebih 64 buah. Pada korban dalam kaitannya dengan caru.
dasarnya Konsepsi Ketuhanan Tantrayana secara rinci menjelaskan
(Theisme) dalam tantrayana adalah tata-cara melakukan yadnya serta
monoisme yaitu pemujaan terhadap satu kepada siapa yadnya itu
Tuhan yang disebut Brahman. Konsep dipersembahkan. Dengan
ini dijelaskan dalam Mahanirwana memperhatikan isi kitab-kitab Tantra
Tantra (12) dengan suatu kalimat Sastra yang memuat ajaran tantrayana
berbunyi “Om Saccidekam Brahman” dapat dipahami, bahwa bentuk-bentuk
(Om, hanya satu kesadaran tertinggi upacara dan upacara yadnya yang
yang disebut Brahman), Konsep diselenggarakan di Bali, secara jelas
Monisme ini muncul dari pandangan terlihat adanya pengaruh dari
Advaita dalam Wedanta Darsanam. tantrayana, di samping juga
Fokus ajaran tantrayana adalah berdasarkan kepada berbagai sastra
wujud suatu keseimbangan dalam agama Hindu sebagai penjabaran dan
kehidupan di dunia ini. Ditekankannya Catur Weda, serta disemarakkan oleh
bahwa keseimbangan kesejahteraan produk sosial budaya daerah yang
material dengan kesejahteraan rohani berasal dari alam pikiran pra-Hindu di
adalah sangat penting untuk Indonesia.

11
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Mahakamapancikam yaitu pemenuhan


b. Tapa dan Bratha lima macam nafsu yang amat besar.
Pengendalian diri melalui tapa
dan bratha sangat ditekankan dalam 3.2 Ajaran Tantrayana Dalam
tantrayana. Istilah tapa berasal dan akar Upacara Bhuta Yadnya
kata tap artinya panas. Bertapa artinya Melaksanakan upacara bhuta
memusatkan pikiran (cita) kepada yadnya mengandung nilai spiritual.
Hyang Widhi dalam manifestasi Adapun tujuan umat Hindu memberikan
tertentu. Didalam melaksanakan persembahan terhadap para bhuta dan
pemusatan pikiran itu badan akan kala serta kekuatan alam melalui
merasa panas. Menurut Yoga- upacara bhuta yajna adalah :
Kundalini, bahwa panas yang muncul 1. Untuk memelihara kesejahteraan dan
pada diri kita ketika memusatkan ketentraman alam semesta.
pikiran itu akan membakar kekotoran 2. Sebagai wujud rasa terima kasih
(mala) yang melekat pada sthulasarira, kehadapan Hyang Widhi, para dewa,
suksmasarira dan antahkarana leluhur, dan unsur kekuatan alam
(malatraya). yang secara
Bratha adalah suatu disiplin filosofis menggunakan tumbuh-
batin yang memuat dua hal yaitu : tumbuhan serta binatang / hewan
keharusan dan larangan; apa yang harus dalam upacara bhuta yajna yang
dilakukan dan apa yang tidak boleh bertujuan untuk pembebasan dan
dilakukan. Tantrayana mengajarkan peningkatan terhadap jiwanya.
suatu bratha yang patut dilakukan yaitu 3. Untuk mengusir roh-roh jahat dan
: Pancatattwa atau 5 (lima) “ma” yang kekuatan alam yang menganggu
terdiri dari : kehidupan manusia.
1. Matsya : memakan ikan 4. Memberikan kesenangan dan
2. Mamsa : memakan daging kenyamanan terhadap roh-roh para
3. Madhya : meminum minuman butha dan kala, agar tidak
yang menghangatkan badan menganggu atau setidak-tidaknya
4. Maithuna : melakukan memberikan jalan yang benar dan
hubungan seks yang benar kelancaran pelaksanaan upacara
5. Mudra : melakukan sikap tangan tersebut.
yang mengandung kekuatan gaib. 5. Untuk memohon kehadapan Sang
Sesungguhnya Pancatattwa ini Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
adalah rasional dan alamiah serta Maha Esa, agar beliau memberikan
mengandung filosofi yang dalam. kekuatan serta mengatur ciptaan-
Arthur Avalon mengkaji hal ini secara Nya, sehingga tidak menimbulkan
panjang lebar dan mendalam dalam bencana atau malapetaka .
bukunya Sakti and Sakta. Pada 6. Untuk pembersihan alam semesta,
prinsipnya Pancatattwa ini merupakan bhuta kala dan makhluk, agar
suatu filosofi hubungan bhuwana agung terhindar dari pengaruh atau sifat
dan bhuwana alit yang mengandung buruk yang mengganggu manusia
nilai selaras serasi dan seimbang. dan sebaliknya agar kekuatan alam
Kendatipun demikian, namun penerapan itu dapat melindunginya.
Pancatattwa ini sering menyimpang
dari filosofinya, dikarenakan oleh
kelemahan manusia menghadapi
pengaruh sadripu sehingga seringkali
Pancatattwa itu diartikan sebagai

12
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

golongan Bhutakala ini, yang termasuk


golongan sadya adalah diciptakan oleh
Brahman. Golongan sadya itu terdiri
dari makhluk astral yang tingkatannya
lebih rendah dari Dewa-dewa. Mereka
mepunyai sifat bermacam-macam.
Menurut Manava Dharma Sastra
III.196, golongan sadya ini terdiri dari
berbagai jenis Daitya, Danava,
Raksasa, Yaksa, Gandharva, Naga,
Saparna dan Kinnara.
Gambar 1. Caru Lebuh Gentuh (Bali Jika kita kaitkan dengan uraian
Post, 31 Juli 2014) di atas dengan ada benang merah.
(salah satu upacara pecaruan dalam Dimana bhuta yajna adalah yadnya
Bhuta yadnya) yang ditujukan kepada bhuta kala yang
Sumber : Dokumentasi Pribadi menganggu ketentraman kehidupan
manusia. Bagi masyarakat Hindu,
Bhuta yadnya adalah korban bhuta kala ini diyakini sebagai
suci kepada Bhutakala, adalah kekuatan-kekuatan yang
bersumber dari ajaran keagamaan bersifat negatif yang
tantrayana. Tantrayana termasuk sekta sering menimbulkan gangguan
Sakta atau Saktiisme, Disebut Saktiisme, serta bencana, tetapi dengan bhuta
karena yang dijadikan obyek yadnya maka kekuatan-kekuatan
persembahannya adalah sakti. Sakti tersebut akan dapat menolong dan
dilukiskan sebagai Dewi, sumber melindungi kehidupan manusia
kekuatan atau tenaga. Sakti adalah
simbol dari bala atau kekuatan (Sakti is 3.3 Ajaran Pancatattwa (Panca “ma”)
the symbol of bala or strength) (Das dalam Upakara Segehan Agung
Gupta, 1955 : 100). Dalam sisi lain sakti Seperti yang telah di uraikan di
juga disamakan dengan energi atau kala atas dalam ajaran tantrayana
(This sakti or energi is also regarded as mengajarkan suatu bratha yang patut
“Kala” or time). (Das Gupta, ibid). dilakukan yaitu Pancatattwa yang
Dengan demikian Saktiisme sama terdiri dari: (1) Matsya : memakan ikan.
dengan Kalaisme. Sekte keagamaan (2) Mamsa : memakan daging. (3)
“Kalaisme” disebut juga “Kalamukha” Madhya : meminum minuman yang
atau “Kalikas” dan disebut juga menghangatkan badan. (4) Maithuna :
“Kapalikas”. Sekte ini kebanyakan melakukan hubungan seks yang benar.
penduduk asli India, maka jadi juga (5) Mudra : melakukan sikap tangan
disebut “Sudra kapalikas”. Pengikut ini yang mengandung kekuatan gaib. Kalau
tidak percaya kepada sistem “kasta”. kita mengamati upakara banten
Aliran ini memuja Dewi segehan agung yang merupakan bagian
sebagai Ibu, baik Bhairawi, Ibu Durga kecil dari upacara bhuta yadnya,
maupun Kali. Ibu Durga atau Bhairawa sebetulnya unsur-unsur pancatattwa
inilah yang melahirkan para bhuta- terkandung dalam upakara tersebut .
bhuti dengan kekuatan yoga-Nya. Segehan ini biasanya
Perihal penciptaan ini banyak diuraikan dipergunakan pada saat upacara
dalam berbagai lontar yang bersifat piodalan, penyineban bhatara, budal
tantrayana di Bali. Tapi dalam Menawa dari pemelastian, serta menyertai
Dharma Sastra, para upacara bhuta yadnya yang lebih besar

13
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

lainnya. Untuk tingkatan rumah tangga, merupakan satu rangkaian pujawali


segehan agung dihaturkan saat hari yang dilaksanakan di Pura Dalem.
Penampahan Galungan dan pada hari Berikut cerita singkat Calonarang.
Tawur Agung Kesanga (Pengrupukan).
Adapun isi dari segeh agung ini adalah;
alasnya ngiru/ngiu, ditengahnya
ditempatkan daksina penggolan
(kelapanya dikupas tapi belum
dihaluskan dan masih berserabut),
segehan sebanyak 11 tanding,
mengelilingi daksina dengan posisi
canangnya menghadap keluar,
tetabuhan (tuak, arak, berem dan air),
pada acara-acara tertentu ada juga yang
menambahkan dengan anak ayam yang
masih kecil, sebelum bulu kincung
(ekornya belum tumbuh bulu yang Gambar 2 Sesolahan Calonarang
panjang) serta api takep (api yang Sumber : Dokumentasi Pribadi
dibuat dengan serabut kelapa yang Diceritakan bahwa Calonarang
dibuat sedemikian rupa sehingga adalah seorang janda penguasa ilmu
membentuk tanda + atau tampak dara). hitam yang sering merusak hasil panen
Kalau kita cocokan sarana bebantenan para petani dan menyebabkan
di atas dengan unsur-unsur ajaran datangnya penyakit. Ia mempunyai
tantrayana jelas ada kecocokan. Seperti, seorang puteri bernama Ratna
pemakaian daging dalam bebantenan itu Manggali, yang meskipun cantik, tidak
sesuai dengan unsur mamsa, pemakaian dapat mendapatkan seorang suami
tetabuhan (arak, berem, tuak) sesuai karena orang-orang takut pada ibunya.
dengan unsur madhya. Gerak tangan Karena kesulitan yang dihadapi
pemangku yang menghaturkan banten puterinya, Calon Arang marah dan ia
sesuai dengan unsur mudra dalam pun berniat membalas dendam dengan
ajaran tantrayana. menculik seorang gadis muda. Gadis
tersebut ia bawa ke sebuah kuil untuk
3.4 Eksistensi Paham Tantraya Dalam dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari
Pagelaran Seni Calonarang berikutnya, banjir besar melanda desa
Walaupun banyak sumber yang tersebut dan banyak orang meninggal
mengatakan ajaran tantrayana sudah dunia. Penyakit pun muncul.
tidak ada, namun dalam beberapa hal Raja Airlangga yang
paham tantra hingga kini masih terlihat mengetahui hal tersebut kemudian
pengaruhnya, di Bali baik di bidang meminta bantuan penasehatnya, Empu
kesusastraan maupun seni pengaruh Baradah untuk mengatasi masalah ini.
tantrayana masih terlihat. Cerita calon Empu Baradah lalu mengirimkan
arang, cerita yang sangat terkenal dan seorang muridnya bernama Empu
masih tetap semangat digemari oleh Bahula untuk dinikahkan kepada Ratna.
masyarakat Bali. Cerita calon arang Keduanya menikah besar-besaran
melukiskan pertentangan antara raja dengan pesta yang berlangsung tujuh
Airlangga dengan para pengikut ilmu hari tujuh malam, dan keadaan pun
gaib dari aliran tantrayana. Cerita ini kembali normal .
hingga sekarang masih dilakonkan Calonarang mempunyai sebuah
dalam bentuk seni tari dan biasanya buku yang berisi ilmu-ilmu sihir. Pada

14
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

suatu hari, buku ini berhasil ditemukan


oleh Bahula yang menyerahkannya
kepada Empu Baradah. Saat Calon
Arang mengetahui bahwa bukunya telah
dicuri, ia menjadi marah dan
memutuskan untuk melawan Empu
Baradah. Tanpa bantuan Dewi Durga,
Calonarang pun kalah. Sejak ia
dikalahkan, desa tersebut aman dari
ancaman ilmu hitam Calonarang.
(Sumber : wikipwedia.com)

3.5 Analisis Tantrayana Dalam


Kehidupan Masyarakat Kekinian Gambar 3 Contoh berita kasus
Trend gaya hidup manusia, pemerkosaan
terutama yang hidup di perkotaan, atau Sumber : Dokumentasi Pribadi (Bali
lazim disebut kaum urban, biasanya Post 7 Juli 2014)
berubah-ubah sesuai dengan pengaruh Ilustrasi tulisan di atas sedikit
dari bangsa atau pihak lain yang banyak menjadi sebuah pemikiran
dianggap sebagai pemimpin trend, yang bahwa sebenarnya aliran/sekte
kemudian diadaptasi sesuai dengan bhairawa tetap terpelihara dalam
kebiasaan masyarakat sekitar. Salah kehidupan masyarakat kekinian.
satu trend gaya hidup yang Bagaimana tidak trend minum minuman
berhubungan dengan hiburan, keras dianggap sebagai sebuah gaya
kecenderungan bersosialisasi dan hidup oleh generasi muda kita. Jelas
menampilkan eksistensi diri, adalah dalam ajaran tantrayana terdapat ajaran
menyesap minuman beralkohol. pancatattwa (panca ma) dan dijalankan
Sebetulnya trend ini bukan baru-baru ini pula pada masa kini. Realita yang sering
saja marak dilakukan di kalangan kita temui di masyarakat khususnya di
masyarakat urban, tetapi akarnya sudah kalangan generasi muda, gerombolan
ada bahkan sejak zaman kerajaan- anak muda sedang berkumpul untuk
kerajaan dan penjajahan Belanda di menikmat minum-minuman keras. Tak
Indonesia. tanggung-tanggung mereka menikmati
Fenomena di kalangan bawah minuman itu sampai teler. Karena
juga tak kalah mengerikan. Pesta miras pengaruh alkohol muncul pikiran-
yang dilakukan para pelajar usia belasan pikiran yang negatif, diantaranya
telah banyak mengambil korban. Tindak melakukan kejahatan maupun berbuat
kejahatan yang dilakukan pasca asusila. Disadari atau tidak itu adalah
mengudap atau menyesap miras, dan suatu bentuk implementasi dan bukti
tindak asusila, sudah beberapa kali esksistensi ajaran tantrayana yang
terjadi. Terakhir ada kabar tentang masih hidup dan berkembang di
beberapa anak remaja tanggung yang masyarakat.
membunuh tukang gorengan hanya
karena si tukang gorengan enggan IV. KESIMPULAN
memberi mereka kudapan gratis yang Dari uraian pembahasan
akan digunakan untuk pesta miras dan permasalahan di atas dapat ditarik
narkoba. (sumber : beberapa kesimpulan sebagai beikut :
http://annisanfushie.wordpress.com) 1. Konsep ajaran tantrayana adalah
penyatuan sakti (lingga dan yoni)

15
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

sehingga akan terjadi sebuah negatif, diantaranya melakukan


penciptaan. Tantrayana adalah kejahatan maupun berbuat asusila.
monoisme yaitu pemujaan terhadap
satu Tuhan yang disebut Brahman. DAFTAR PUSTAKA
Konsep Monisme ini muncul dari Ali, Mukti. (1998). Agama-Agama di
pandangan Advaita dalam Wedanta Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan
Darsanam. Fokus ajaran tantrayana Kalijaga Press. Cet ke- I
adalah wujud suatu keseimbangan Arifin. Menguak Misteri Aliran Agama-
dalam kehidupan di dunia ini; agama Besar.
2. Bhuta yadnya adalah korban suci Gunawijaya, I. W. T. (2019). Kelepasan
kepada Bhutakala, adalah bersumber dalam Pandangan Siwa Tattwa
dari ajaran keagamaan tantrayana. Purana. Jñānasiddhânta: Jurnal
Tantrayana termasuk sekta sakta Teologi Hindu, 1(1).
atau saktiisme. Disebut saktiisme, Madra, I Ketut. (2007). Tuhan Siva dan
karena yang dijadikan obyek Pemujaannya. Surabaya: Paramita
persembahannya adalah sakti. Ada Parbasana, I Noman. (2009). Panca
benang merah yang bisa ditarik dari Sradha: Sebagai Dasar
ajaran tantrayan yakni, Bhuta yajna Kepercayaan yang Universal.
adalah yadnya yang ditujukan kepada Denpasar: Widya Dharma, 2009
bhuta kala yang Paramita, I. B. (2020). Hegemoni
menganggu ketentraman kehidupan Dalam Satua Men Tiwas Teken
manusia. Bagi masyarakat Hindu, Men Sugih. Maha Widya Duta,
bhuta kala ini diyakini sebagai 1-9.
kekuatan-kekuatan yang Paramita, I. B. (2020). Kontemplasi:
bersifat negatif yang Komunikasi, Etika Dan.
sering menimbulkan gangguan Communicare, 191-200.
serta bencana, tetapi dengan bhuta Paramita, I. B. (2020). Pendidikan Etika
yadnya maka kekuatan-kekuatan Dan Gender Dalam Teks Satua I
tersebut akan dapat menolong dan Tuung Kuning. Jurnal Inovasi
melindungi kehidupan manusia. Penelitian, 91-98.
3. Beberapa paham tantra hingga kini Sivananda, Sri Swami. Intisari Ajaran
masih terlihat pengaruhnya, di Bali Hindu. Surabaya: Paramita, 2003
baik di bidang kesusastraan maupun Http://Stitidharma.Org/Pemujaan-Siwa/
seni pengaruh tantrayana masih Http://Mangpur.Blogspot.Com/2011/05/
terlihat. Contoh dalam cerita calon Latar-Belakang-Munculnya-Sekte-
arang, cerita yang sangat terkenal Sekte.Html
dan masih tetap semangat digemari Http://Www.Wacananusantara.Org/1/K
oleh masyarakat Bali. Cerita calon epercayaan/Jejak-Jejak-Tantrayana-Di-
arang melukiskan pertentangan Indonesia
antara raja Airlangga dengan para Http://Www.Parisada.Org/Index.Php?O
pengikut ilmu gaib dari aliran ption=Com_Content&Task=View&Id=
tantrayana. 1251&Itemid=29
4. Dipungkiri ataupun tidak trend Http://Blogpembahasan.Blogspot.Com/
kehidupan generasi muda masa kini 2011/11/Hinduisme-Sekte-Sakti-
sangat erat kaitannya dengan paham Tantra.Html
tantrayana, pesta miras, narkoba,
dan seks bebas. Karena pengaruh
alkohol muncul pikiran-pikiran yang

16

You might also like