You are on page 1of 8

Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.

1 - Agustus 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

PENGARUH PELAKSANAAN MANAJEMEN KONFLIK OLEH KEPALA


RUANGAN PADA MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA
DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN

Adventy Riang Bevy Gulo


Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan, Universitas Sari Mutiara Indonesia
E-mail : adventy_gulo@yahoo.com

Abstract
Nurses are one of the most important professions in providing services in hospitals, therefore
nurses must be able to display optimal performance. Many things can affect nurse performance
including conflict and work motivation. Head nurses is demanded to be able to manage conflicts
that will have an impact on the work motivation of implementing nurses in providing nursing care
in hospitals. This type of research uses quantitative research methods with cross sectional research
design that is collecting data on the implementation of conflict management of head nurse and the
work motivation of implementing nurses used in the same time and measured once. Sampling in
this study used simple random sampling in which there were 59 nurses involved. Bivariate analysis
uses chi-square statistical tests to determine the relationship between the implementation of conflict
management of head nurse that is good, enough, and less with the nurses’ work motivation that
strong, medium and weak. The results showed that the majority of conflict management of head
nurse was 54.2% (enough) and the majority of nurses' work motivation was 57.6% (medium). Chi
square statistical test results indicate that there is an influence between the implementation of
conflict management of head nuse on the nurses work motivation (p value = 0,000, α = 0.05).
Management, communication and good cooperation between health service providers Improving
skills in conflict in hospitals is an important thing that must be improved and carried out of head
nurse. The hospital management is also expected to pay attention in terms of human resource
development, especially conflict management, and optimize the implementation of programmatic
conflict management that affects the nurses’ work motivation.
Keywords: Conflict Management, Nurses’ Work Motivation

Abstrak
Perawat merupakan salah satu profesi yang paling berperan penting dalam memberikan pelayanan
dirumah sakit, oleh karena itu perawat harus mampu menampilkan kinerja yang optimal. Banyak
hal yang dapat mempengaruhi kinerja perawat termasuk adanya konflik dan motivasi kerja. Kepala
ruangan dituntut dapat memanajemen konflik yang akan berdampak pada motivasi kerja perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit. Jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu
melakukan pengumpulan data pelaksanaan manajemen konflik oleh kepala ruangan dan motivasi
kerja perawat pelaksana yang digunakan dalam waktu yang sama dan diukur satu kali saja.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling dimana perawat
pelaksana yang diikutsertakan berjumlah 59 orang. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-
square untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan manajemen konflik oleh kepala ruangan
yang baik, cukup, dan kurang dengan motivasi kerja perawat pelaksana yang kuat, sedang dan
lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pelaksanaan manajemen konflik oleh
kepala ruangan adalah cukup sebanyak 54,2% dan mayoritas motivasi kerja perawat adalah sedang
sebanyak 57,6% di Rumah Sakit Martha Friska Medan. Hasil uji statistik chi square menunjukkan
bahwa ada pengaruh antara pelaksanaan manajemen konflik oleh kepala ruangan pada motivasi
kerja perawat pelaksana (p value = 0,000, α = 0,05). Meningkatkan keterampilan dalam
memanajemen konflik, komunikasi dan kerjasama yang baik antar pemberi pelayanan kesehatan di
rumah sakit untuk merupakan hal penting yang harus ditingkatkan dan dilakukan oleh kepala
ruangan. Pihak manajemen rumah sakit juga diharapkan memberi perhatian dalam hal

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh | 113


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.1 - Agustus 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

pengembangan SDM khususnya manajemen konflik, dan mengoptimalkan pelaksanaan manajemen


konflik secara terprogram yang berpengaruh pada motivasi kerja perawat pelaksana.
Kata Kunci : Manajemen Konflik, Motivasi Kerja

PENDAHULUAN sehingga rumah sakit harus mengeluarkan


Rumah sakit sebagai salah satu biaya langsung dan tidak langsung untuk
organisasi penghasil jasa dituntut untuk mengatasi konflik.
menyediakan pelayanan keperawatan yang Pada organisasi keperawatan, konflik
bermutu. Salah satu profesi yang paling terjadi secara alami dan merupakan
berperan penting di RS adalah perawat. fenomena yang dapat terjadi karena sumber
Keperawatan sebagai organisasi profesi daya di dalamnya berhubungan secara
berpotensi besar dalam pelaksanaan asuhan interpersonal memiliki perbedaan (Marquis
keperawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, & Huston, 2010). Hasil penelitian yang
perawat dituntut memiliki kinerja yang dilakukan oleh Maisoglou (2014) ditemukan
optimal. Faktor yang turut mempengaruhi bahwa beban kerja (83,4%), kurangnya
tinggi rendahnya kinerja perawat dalam deskripsi yang jelas mengenai pekerjaan
melaksanakan pelayanan keperawatan (63,2%), alokasi sumber daya yang tidak adil
dirumah sakit adalah adanya konflik, (59,5%) dan rendahnya pengakuan atasan
pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, (68,1%) merupakan sumber-sumber
supervisi, dan motivasi kerja. Konflik terjadinya konflik. Hasil penelitian
mempengaruhi kinerja terhadap keselamatan mengemukakan bahwa ada hubungan yang
pasien (Swanburg, 2000). Aamodt (2010) bermakna anatara pelaknsanaan manajemen
mengatakan bahwa karyawan yang memiliki konflik dengan motivasi kerja perawat (Arini,
motivasi kerja rendah, maka akan memiliki 2012). Penelitian yang dilakukan Rahmadita
kepercayaan diri yang rendah dan kebutuhan (2013) menemukan hasil bahwa terdapat
akan pencapaian prestasi yang rendah juga. hubungan negatif antara konflik peran ganda
Keberadaan motivasi sebagai faktor dan motivasi kerja, ketika konflik peran
potensial mempengaruhi kinerja organisasi ganda tinggi maka motivasi kerja pada
dalam memberikan pelayanan medis sangat karyawati menurun. Apapun penyebab dan
bersifat substansial , bahwa motivasi bagian bentuk dari konflik itu harus segera
dari proses yang dapat meningkatkan atau diatasi/ditangani, karena akan tercipta
menurunkan keinginan dan komitmen suasana kerja yang kurang kondusif.
individu untuk mencapai tujuan personal dan Meskipun typical orang itu berbeda-beda
organisasi melalui motivasi (Nawawi, 2013). tetapi ketika ada konflik dalam
Faktor yang turut mempengaruhi tinggi pekerjaannya/lembaga kerjanya tentunya
rendahnya motivasi kerja perawat dalam akan mempengaruhi motivasi kerja mereka.
melaksanakan pelayanan keperawatan di Dari hasil-hasil penelitian dan teori di atas
rumah sakit salah satunya adalah adanya telah disebutkan faktor-faktor yang
konflik. Jika kondisi fisik, emosional, dan mempengaruhi motivasi, selain faktor ekstern
mental perawat kurang baik maka hal ini seperti: lingkungan kerja (sangat
akan berdampak pada pelayanan keperawatan berpengaruh), rasa kebersamaan,
yang diberikan pada pasien. Pieter (dalam kepemimpinan juga sangat ditentukan faktor-
Limonu, 2013) menyatakan bahwa salah satu faktor intern yang melekat pada setiap orang
faktor yang mempengaruhi perilaku atau bawahan, seperti pembawaan, tingkat
seseorang adalah motivasi. Brinkert (2010) pendidikan, pengalaman masa lampau, dan
menjelaskan bahwa konflik yang terjadi di keinginan atau harapan masa depan.
antara tenaga kesehatan di rumah sakit dapat Pengelolaan konflik sangat
mengakibatkan kerugian seperti kelalaian berhubungan penting dengan peran kepala
dalam pengobatan dan perawatan pasien ruangan dalam mengelola konflik yang

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh | 114


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.1 - Agustus 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

konstruktif untuk menciptakan lingkungan diikutsertakan berjumlah 59 orang di Rumah


yang produktif. Kepala ruangan harus Sakit Martha Friska Medan.
mampu mengenali adanya konflik dan Instrumen pelaksanaan manajemen
mampu memfasilitasi penyelesaian konflik konflik menggunakan lembar observasi pada
yang bersifat membangun/konstruktif secepat laporan pendokumentasian manajemen
mungkin (Toren & Wagner, 2010). Jika konflik di ruangan oleh kepala ruangan.
konflik mengarah ke suatu yang Pendokumentasian ini sebagai catatan atau
menghambat, maka kepala ruangan harus bukti/bukti penanganan konflik yng telah
mengidentifikasi sejak awal dan secara aktif ataupun belum diselesaikan yang
melakukan intervensi supaya tidak berefek membutuhkan tindak lanjut ke depannya.
pada produktifitas dan motivasi kerja. Belajar Pendokumentasian meliputi data konflik,
menangani konflik secara konstruktif dengan sumber konflik, penanganan konflik dan
menekankan pada win-win solution tindak lanjut penanganan konflik.
merupakan keterampilan dalam suatu Metode pengukuran motivasi kerja
manajemen (Nursalam, 2011). Hasil perawat berupa kuesioner yang berisi
penelitian Rahayu (2017) mengemukakan sebanyak 29 pernyataan yang telah
bahwa motivasi kerja perawat berada pada digunakan sebelumnya oleh peneliti
kategori lemah sebanyak 48% dalam terdahulu (Zulham, 2015) dan menggunakan
melaksanakan asuhan keperawatan skala Likert dengan nilai cronbach’s alpha =
sedangkan penelitian lainnya yang di 0,785. Pernyataan pada kuesioner dengan
lakukan Rahman, dkk (2018) mayoritas pilihan jawaban SS: Sangat setuju (5), S:
perawat memiliki motivasi yang tinggi dalam Setuju (4), KS: Kurang setuju (3), TS :
penerapan standar asuhan keperawatan Tidak setuju (2), STS: Sangat Tidak Setuju
sebanyak 76%. Kuntoro (2010) sumber (1), namun memperhatikan pernyataan positif
menjelaskan bahwa peningkatan dan dan negative apabila jawaban yang benar
penurunan motivasi perawat pelaksana di maka skor tertinggi setiap satu pernyataan
rumah sakit tergantung pada kemampuan adalah 5. Analisis bivariat menggunakan uji
kepala ruangan (kepala ruangan perawat) statistik chi-square untuk mengetahui
dalam mengelola konflik dengan baik. hubungan antara pelaksanaan manajemen
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat konflik oleh kepala ruangan yang baik,
disimpulkan bahwa manajemen konflik cukup, kurang, dengan motivasi kerja
merupakan hal yang sangat penting di dalam perawat pelaksana yang kuat, sedang dan
suatu organisasi, secara khusus rumah sakit lemah.
karena sangat mempengaruhi motivasi
perawat yang akan sangat berdampak pada HASIL PENELITIAN
mutu pelayanan rumah sakit terhadap Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat. distribusi kepala ruangan perawat pelaksana
yang menjadi subjek penelitian, mayoritas
METODE PENELITIAN berjenis kelamin perempuan 72,9%,
Jenis penelitian ini menggunakan mayoritas usia responden adalah 21-25 tahun
metode penelitian kuantitatif dengan desain 44,1% tahun, mayoritas responden
penelitian cross sectional yaitu melakukan berpendidikan D3 Keperawatan 62,7%, dan
pengumpulan data pelaksanaan manajemen mayoritas lama kerja responden 1,1-1,5 tahun
konflik oleh kepala ruangan dan motivasi 42,4%. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
kerja perawat pelaksana yang digunakan mayoritas pelaksanaan manajemen konflik di
dalam waktu yang sama dan diukur satu kali ruangan adalah cukup sebanyak 54,2% dan
saja. Pengambilan sampel dalam penelitian mayoritas motivasi kerja perawat adalah
ini menggunakan simple random sampling sedang sebanyak 57,6%. Hasil uji statistik chi
dimana perawat pelaksana yang square menunjukkan bahwa ada pengaruh
antara pelaksanaan manajemen konflik oleh

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh | 115


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.1 - Agustus 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

kepaa ruangan pada motivasi kerja perawat PEMBAHASAN


pelaksana (p value = 0,000, α = 0,05) di Pelaksanaan Manajemen Konflik Oleh
Rumah Sakit Martha Friska Medan. Kepala Ruangan
Pelaksanaan manajemen konflik
Tabel 1. Distribusi frekuensi pelaksaaan sangatlah penting dalam meningkatkan
manajemen konflik oleh kepala ruangan produktivitas rumah sakit. Hal ini
Pelaksanaan Manajemen dikarenakan pengelolaan konflik yang baik
f %
Konflik oleh kepa ruangan dapat berpengaruh pada
Baik 18 30,5% motivasi kerja perawat dalam memberikan
Cukup 32 54,2 asuhan keperawatan. Distribusi frekuensi
Kurang 9 15,3 pelaksanaan manajemen konflik oleh kepala
Total 59 100% ruangan menunjukkan bahwa mayoritas
pelaksanaan manajemen konflik di ruangan
Tabel 2. Distribusi frekuensi motivasi kerja adalah cukup sebanyak 54,2%. Pelaksanaan
perawat manajemen konflik yang dilakukan kepala
Motivasi Kerja Perawat F % ruangan dapat dilihat dari lembar observasi
Kuat 19 32,2% sebagai laporan pendokumentasian
Sedang 34 57,6 manajemen konflik di ruangan oleh kepala
Lemah 6 10,2 ruangan yang meliputi data konflik, sumber
Total 59 100% konflik, penanganan konflik dan tindak lanjut
penanganan konflik.
Wirawan (2013) mengemukakan
Tabel 3. Hasil uji chi square pengaruh
bahwa gaya manajemen konflik adalah suatu
pelaksaaan manajemen konflik oleh kepala
atau beberapa pola yang membentuk suatu
ruangan pada motivasi kerja perawat
perilaku yang digunakan untuk menghadapi
pelaksana
situasi konflik. Faktor-faktor yang
Pelaksana Motivasi Kerja
mempengaruhi gaya manajemen konflik yang
an Perawat
Tot p digunakan diantaranya asumsi mengenai
Manajem Kua Seda Lema
al value konflik, persepsi mengenai penyebab konflik,
en t ng h
ekspektasi atas reaksi lawan konfliknya, pola
Konflik
komunikasi dalam interaksi konflik,
Baik 15 1 2 18 kekuasaan yang dimiliki, pengalaman
(25, (1,7% (3,4% (30
menghadapi situasi konflik, sumber yang
4%) ) ) ,5 dimiliki, jenis kelamin, kecerdasan
%) emosional, kepribadian, budaya organisasi
Cukup 2 27 3 32 sistem sosial, prosedur yang mengatur
(3,4 (45,8 (5,1% (54 pengambilan keputusan jika terjadi konflik,
%) %) ) ,2 situasi konflik dan posisi dalam konflik,
%) pengalaman menggunakan salah satu gaya
0,000
Kurang 2 6 1 9 manajemen konflik, dan keterampilan
(3,4 (10,2 (1,7% (15 berkomunikasi.
%) %) ) ,3 Kepala ruangan pada dasarnya harus
%) mengetahui tahapan konflik yang terjadi
Total 19 34 6 59 diruangan, baik konfik yang masih dirasakan,
(32, (57,6 (10,2 (10 konflik yang tampak maupun akibat dari
2%) %) %) 0% konflik tersebut (Marquis & Hutson, 2010).
) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa konflik yang sering terjadi adalah
dalam suatu organisasi rumah sakit
khususnya bagi perawat diantaranya perilaku

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh | 116


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.1 - Agustus 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

menentang, stres, ruang, kewenangan dokter, menjadi perhatian penting manajemen rumah
keyakinan, nilai, dan sasaran, serta penyebab sakit sehingga pelaksanaan manajemen
lainnya (Swanburg, 2000). konflik di ruangan dapat berjalan secara
Pelaksanaan manajemen konflik optimal sehingga dapat meningkatkan
adalah suatu proses pihak yang terlibat motivasi perawat pelaksana untuk
konflik atau pihak ketiga menyusun strategi meningkatkan kinerjanya (Nawawi, 2013).
konflik dan menerapkannya untuk
mengendalikan konflik agar menghasilkan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana
resolusi yang diinginkan. Manajemen konflik Motivasi kerja perawat merupakan
harus dilakukan secara sistematis untuk hal penting dalam menghasilkan kinerja yang
mencapai suatu tujuan, di antaranya optimal untuk meningkatkan mutu pelayanan
mencegah gangguan kepada anggota di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan
organisasi dalam mencapai visi, misi dan bahwa mayoritas motivasi kerja perawat
tujuan organisasi, memahami orang lain dan pelaksana adalah sedang sebesar 57,6%.
menghargai keberagaman, meningkatkan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
kreativitas, meningkatkan keputusan melalui penelitian yang dilakukan oleh Talle (2015)
pertimbangan-pertimbangan, memfasilitasi yang menunjukkan bahwa motivasi memberi
pelaksanaan kegiatan melalui peran serta, pengaruh signifikan terhadap peningkatan
pemahaman bersama, dan kerja sama, serta kualitas pelayanan (p value= 0,000).
menciptakan prosedur dan mekanisme Faktor-faktor yang membentuk motivasi
penyelesaian konflik (Wirawan, 2013). antara lain lain menurut Mangkunegara
Manajemen konflik dapat dilakukan (2014) adalah sebagai berikut: achievement
dengan banyak hal, salah satunya (prestasi kerja) adalah keberhasilan seorang
keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh pegawai dalam menyelesaikan tugas;
seorang manajer perawatan (Swanburg, advancement (pengembangan diri) adalah
2000). Pelaksanaan manajemen konflik oleh suatu keinginan seseorang untuk
kepala ruangan mayoritas cukup dikarenakan mengembangkan karier dibidang keuangan.
kepala ruangan dalam memanajemen konflik Dengan adanya kesempatan untuk maju itu,
belum maksimal. Ada beberapa konflik yang maka keinginan untuk berkembang tersebut
ditemukan tetapi tidak diselesaikan sampai dapat terpenuhi; work it self (pekerjaan itu
tuntas dan ada konflik yang terjadi tetapi sendiri) adalah variasi pekerjaan dan kontrol
tidak dapat dirasakan oleh kepala ruangan. atas metode serta langkah-langkah kerja;
Para kepala ruangan juga terkadang recognition (pengakuan) artinya karyawan
membiarkan konflik yang dianggap sepele memperoleh pengakuan adalah orang,
atau kecil, mereka kurang menyadari bahwa berprestasi baik diberi penghargaan, dan
konflik yang besar tidak jarang dimulai dari pujian; rasa aman (security) adalah dapat
konflik yang kecil. Selain ini ditemukan melakukan pekerjaann tanpa dibebani resiko
bahwa banyak konflik yang diselesaikan yang dapat membahayakan diri karyawan.
tetapi tidak didokumentasikan sehingga pihak Adanya perasaan aman merupakan sesuatu
terkait tidak paham hasil keputusan akhir dari yang diinginkan oleh setiap orang, terutama
penyelesaian konflik tersebut. pada saat ia sedang melaksanakan tugas yang
Kurang optimalnya pelaksanaan merupakan tumpuan hidupnya; reputasi yakni
manajemen konflik juga didasarkan pada tempat dimana karyawan itu bekerja sudah
kurangnya controlling pada terkenal dan memiliki nama baik dalam
pendokumentasian manajemen oleh top masyarakat sehingga ada kebanggaan pada
manajer. Lebih lanjut dijelaskan bahwa para tempat dimana seseorang bekerja itu akan
kepala ruangan pernah mendapatkan memberikan keyakinan; teman kerja
pelatihan manajemen konflik di ruangan (coworkers) yaitu teman kerja yang dapat
tetapi hanya sekali saja dalam waktu yang bekerja sama dan berteman dengan baik.
singkat. Keseluruhan hal tersebut di atas Kerja sama dan rasa saling menghargai

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh | 117


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.1 - Agustus 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

sesama rekan sekerja akan memberikan Pengaruh Pelaksanaan Manajemen


perasaan tenang dan membutuhkan persatuan Konflik Pada Motivasi Kerja Perawat
dan keakraban yang dapat memperlancar Pelaksana
aktivitas kerja.; insentif (gaji) dimana gaji Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang dirasakan cukup baik dan pantas bagi mayoritas pelaksanaan manajemen konflik
dirinya menurut ukurannya sendiri. Hal ini oleh kepala ruangan adalah cukup yaitu
merupakan kebutuhan hidup yang paling 54,2% dengan motivasi kerja perawat
mendasar dan merupakan faktor pertama bagi pelaksana mayoritas sedang yaitu 57,6%.
kelangsungan hidup manusia. Dengan Hasil uji statistik chi square menunjukkan
dirasakan adanya gaji yang cukup baik, maka bahwa ada pengaruh pelaksanaan manajemen
diharapkan aktivitas kerja pegawai atau konflik oleh kepala ruangan pada motivasi
bawahantidak terhambat oleh pemikiran kerja perawat pelaksana dengan nilai p
pemikiran bagaimana menghidupi dirinya value= 0,000. Motivasi kerja perawat adalah
sendiri dan keluarganya; keadaan tempat dorongan dan keinginan seorang perawat
kerja (working condition) yang baik misalnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan
dengan adanya kebersihan, pergantian udara berdasarkan tanggung jawab, pengakuan,
dan subu ruangan kerja dalam kondisi baik; komitmen kepemimpinan, upah dan kondisi
fasilitas-fasilitas lain yang disediakan kerja. (Rahayu, 2017)
(benefits) aadalah tersedianya fasilitas- Konflik tidak dapat dihindari, maka
fasilitas lain yang terdapat di tempat kerja pendekatan yang baik untuk diterapkan para
seperti asuransi kesehatan, transportasi, kepala ruangan adalah mencoba
pengobatan gratis, perumahan dan lain-lain. memanfaatkan konflik sedemikian rupa
Tersedianya fasilitas ini semakin sehingga konflik dapat memberikan hal yang
memberikan keyakinan bagi pegawai bahwa efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
hidupnya tidak akan disia-siakan dan menjadi Konflik dapat menjadi suatu energi yang kuat
terlantar, sehingga keadaan ini dapat jika dikelola dengan baik, tetapi sebaliknya
menambah kegairahan bekerja. jika tidak dapat dikendalikan dengan baik
Motivasi adalah proses psikis yang akan mengakibatkan motivasi menurun
mendorong orang untuk melakukan sesuatu. sehingga kinerja organisasi rendah. Hasil
Motivasi kerja seorang perawat tidak penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dapat diamati secara langsung, tetapi dapat di dilakuakan oleh Abubakar (2008) yang
interpretasikan dari tingkah lakunya. menjelaskan bahwa peningkatan dan
Motivasi kerja dapat di pandang sebagai penurunan kinerja perawat pelaksana di
perubahan energi dalam diri seseorang yang rumah sakit tergantung pada kemampuan
di tandai dengan munculnya feeling terhadap kepala ruangan (kepala ruangan perawat)
tujuan, termasuk dalam pekerjaan seorang dalam mengelola konflik dengan baik. Lebih
perawat yaitu meningkatkan mutu pelayanan lanjut, penelitian Posthuma (2011) yang
keperawatan. (Hamzah, 2016). Penelitian menegaskan bahwa terdapat hubungan yang
yang dilakukan oleh Mariah (2015) juga signifikan antara manajemen konflik dan
menunjukkan bahwa ada pengaruh motivasi hasil subjektif, seperti persepsi subjektif dari
dan kinerja terhadap kualitas pelayanan negosiasi, kepuasan kerja, intensitas
dengan nilai r=0,732. Menurut Hamzah turnover, dan hubungan antara rekan kerja.
(2016) yang mempengaruhi motivasi kerja Penelitian lainnya juga mengemukakan
itu sendiri adalah motivasi kerja eksternal bahwa ada hubungan yang bermakna antara
seperti Bekerja dengan harapan memperoleh pelaknsanaan manajemen konflik dengan
upah dan insentif, perhatian dari teman motivasi kerja perawat (Arini, 2012).
sejawat serta atasan, namun harapan tersebut Motivasi dapat berasal dari dalam
tidak terealisasikan dengan baik. diri maupun luar diri seseorang. Memotivasi
diri apalagi memotivasi orang lain atau
bawahan bukanlah pekerjaan yang mudah.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh | 118


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.1 - Agustus 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

Rutinitas pekerjaan sering dialami sebagai konflik, dan mengoptimalkan pelaksanaan


kejenuhan mendalam yang dapat manajemen konflik secara terprogram yang
menurunkan motivasi berprestasi. Hal ini berpengaruh pada motivasi kerja perawat
diperparah pula dengan kondisi kerja yang pelaksana.
tidak mendukung. Dalam memotivasi orang, Meningkatkan self evaluation
manajer atau pimpinan berhadapan dengan komunikasi dan kerjasama yang baik antar
dua hal yang mempengaruhi orang dalam pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit
pekerjaan yaitu kemauan dan kemampuan. untuk meminimalisir konflik yang terjadi di
Kemauan dapat diatasi dengan pemberian ruangan juga merupakan hal penting yang
motivasi, sedangkan kemampuan dapat harus dilakukan oleh kepala ruangan. Kepala
diatasi dengan mengadakan diklat. Apapun ruangan juga harus memiliki keterampilan
penyebab dan bentuk dari konflik itu harus khusus dlam mengelola konflik, hal ini tidak
segera diatasi/ditangani, dengan terlepas dari pengetahuan dan pengalaman
melaksanakan manajemen konfik sehingga menyelesaikan konflik di ruangan. Lebih
akan tercipta motivasi kerja yang baik. lanjut diperlukan sikap untuk
mengembangkan kemampuan diri dalam
KESIMPULAN pemberian pelayanan keperawatan di ruangan
Berdasarkan hasil penelitian dengan memanfaatkan pelaksanaan
menunjukkan bahwa mayoritas berjenis manajemen konflik di ruangan dan self
kelamin perempuan 72,9%, mayoritas usia education.
responden adalah 21-25 tahun 44,1% tahun,
mayoritas responden berpendidikan D3 REFERENSI
Keperawatan 62,7%, dan mayoritas lama Abubakar, A. (2008). Pengaruh Pelatihan
kerja responden 1,1-1,5 tahun 42,4%. Lebih Manajemen Konflik Pada Kepala
lanjut dijelaskan bahwa mayoritas Ruangan Terhadap Kinerja Perawat
pelaksanaan manajemen konflik di ruangan Pelaksana di Ruang Rawat Inap RS
adalah cukup sebanyak 54,2% dan mayoritas dr. H. Marzuki Mahdi Bogor.
motivasi kerja perawat adalah cukup Jakarta; FIK UI Tesis.
sebanyak 57,6% di Rumah Sakit Martha Brinket, R. (2010). A literature review of
Friska Medan. conflict communication causes,
Hasil uji statistik chi square costs, benefits, and intervensions in
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara nursing. Journal of Nursing
pelaksanaan manajemen konflik oleh kepaa Management, 18,145-156.
ruangan pada motivasi kerja perawat Hamzah, (2016). Teori Motivasi dan
pelaksana (p value = 0,000, α = 0,05). Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aksara.
pelaksanaan manajemen konflik oleh kepala Limonu, F. (2013). Hubungan antara
ruangan berpengaruh pada motivasi kerja motivasi kerja dengan burnout pada
perawat pelaksana. perawat di IRD RSUD Dr. M.M
Dundo Limboto. (Skripsi tidak
SARAN dipublikasikan). Program Studi Ilmu
Pelaksanaan manajemen konflik di Keperawatan Universitas Negeri
ruangan harus dioptimalkan oleh kepala Gorontalo, Gorontalo.
ruangan dengan cara meningkatkan Maisoglou, I. (2014). Conflict Management
pengetahuan dan keterampilan kepala in a Greek Public Hospital :
ruangan dalam memanajemen konflik di Collaboration or Avoidance?.
ruangan dengan memberikan pelatihan yang International Journal of Caring
berkelanjutan bagi para kepala ruangan Sciences. 7 , 75-82.
maupun calon kepala ruangan perawat terkait
pengembangan SDM khususnya manajemen

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh | 119


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.1 - Agustus 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

Marquis & Huston. (2010). Kepemimpinan Wirawan. (2013). Konflik dan Manajemen
dan manajemen keperawatan teori & Konflik : Teori, aplikasi dan
aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC. penelitian. Jakarta : Salemba
Nawawi, (2013). Pengaruh Motivasi dan Humanika.
Kompetensi Tenaga Kerja Kesehatan Zulham, H. (2015) Pengaruh kinerja dengan
Terhadap Kinerja Puskesmas. motivasi kerja perawat dalam
Polit D. F. & Beck, C. T. (2012). Nursing pelaksanaan asuhan keperawatan di
Research Generating and Assesing instalasi rawat inap RSU Imelda
Evidence for Nursing Practice. 9th Pekerja Indonesia Medan tahun 2015
Edition. William & Wilkins, [Skripsi].Medan: Universitas
Lippicont. Sumatera Utara.
Posthuma, RA. (2011). Conflict Management
and Peformance Outcomes.
International Journal of Conflict
Management. 22 (2), 108-110.
Rahayu, A. (2017). Hubungan Pengetahuan
Dan Motivasi Perawat Tentang
Terapi Intravena Dengan Pencegahan
Plebitis Di Ruang Rawat Inap Rsud
Raden Mattaher Kota Jambi 2017.
Jurnal Akademika Baiturrahim, Vol.
6, ed(1).
Rahmadita, I. (2013). Hubungan antara
konflik peran ganda dan dukungan
sosial pasangan dengan motivasi
kerja pada karyawati di Rumah Sakit
Abdul Rivai-Berau. Ejournal
Psikologi Fisip Unmul , 1(1), 58-68
Rahman, dkk. (2018). Hubungan Motivasi
Kerja Perawat Pelaksana Dengan
Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) di IRNA Kelas
III RSUD Ulin Banjarmasi 2018.
Jurnal Keperawatan, Vo1. 2, ed(1).
Siagian, S.P. (2015). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Swanburg, R.C. & Swanburg, R.J. (2000).
Introductory Management and
Leadership for Nurses. Second
edition. Boston : James and Bartlet
publishers.
Toren, O. & Wagner, N. (2010). Applying an
ethical decision-making tool to a
nurse management dilemma. Journal
of Nursing Etnics, 17 (3), 393-402.
Williams, I. A. (2011). Conflict Management
Styles and Job Satisfaction by
Organizational Levels and Status in
Privat.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh | 120

You might also like