You are on page 1of 9

PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN MIKROEMULSI EKSTRAK HERBA KELAKAI

(Stenochlaena paluris (Burm.f) Bedd) TERHADAP PENINGKATAN KADAR


HEMOGLOBIN TIKUS PUTIH (Induksi Natrium Nitrit (NaNO2))

Norlatifah Fahmi 1; Teguh Imanto; Risa Wahyuningsih


Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun
Jl. Sutan Syahrir No. 11, Madurejo, Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat
Kalimantan Tengah 74100

Abstract
Guidelines for eating less attention with a fast-paced lifestyle can cause the body to lack iron reserves. If iron
levels decrease, the body's ability to produce healthy red blood cells also decreases. Kelakai (Stenochlaena
palustris (Burm.f) Bedd) is one of the natural ingredients commonly concumed by the dayak people as
vegetables and is hereditary used as traditional medicine that can increase hemoglobin levels. This study aims
to obtain a microemulsion of kelakai extract (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) to increase hemoglobin
levels in the blood of rats induced by NaNO2. This research is a true experimental study using the pretest-
posttest control group design method. Animals used in this study were female white rats (Rattus norvegicus)
wistar strains at the age of 3-4 months in good health, weight 150-250 grams with the number of samples used
in 15 rats divided into 3 study group s: Microemulsion treatment group herbal extract, control
(-), and control (+). Data obtained were analyzed by one way ANOVA test with a 95% confidence level to
determine the significant differencs between treatment groups. Obtained from the result of the phytochemical
screening test for kelakai herbs contain alkaloids, flavonoids, saponins, tannins and steroids. LSD test (Least
significant differences) results obtained effective concentrations with sig values. 0.015 compared to negative
controls. Microemulsion of kelakai herbs has been proven to increase hemoglobin levels. Concentration
effective of kelakai herb microemulsion (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) with extract concentration of
20%.

Keywords : Microemulsion, kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd), hemoglobin, natrium nitrit.

Abstrak
Paduan pola makan yang kurang diperhatikan dengan gaya hidup yang serba cepat dapat menyebabkan tubuh
kekurangan cadangan zat besi. Jika kadar zat besi menurun, kemampuan tubuh untuk memproduksi sel darah
merah yang sehat pun ikut menurun. Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) merupakan salah satu
bahan alam yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat dayak sebagai sayur dan secara turun temurun
dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang mampu meningkatkan kadar hemoglobin. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan sediaan mikroemulsi ekstrak kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah tikus yang di induksi NaNO2. Penelitian ini merupakan penelitian
true experimental dengan menggunakan metode pretest – posttest control grup design. Hewan yang digunakan
pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar betina dengan usia 3-4 bulan dalam
keadaan sehat, berat badan 150-250 gram dengan jumlah sampel yang digunakan pada 15 tikus yang dibagi
menjadi 3 kelompok penelitian : Kelompok perlakuan mikroemulsi ekstrak herba kelakai, Kontrol (-), dan
kontrol (+). Data yang diperoleh dari analisis dengan uji One way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%
untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Diperoleh hasil uji skrining
fitokimia herba kelakai memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Hasil uji LSD
(Least significant differences) diperoleh konsentrasi yang efektif dengan nilai sig. 0,015 dibandingkan dengan
kontrol negatif. Mikroemulsi herba kelakai terbukti dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Diperoleh
konsentrasi efektif sediaan mikroemulsi herba kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) dengan
konsentrasi ekstrak 20%.

Kata kunci : Mikroemulsi, kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd), hemoglobin, natrium nitrit.

1
Korespondensi : Norlatifah Fahmi, Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Cendekia Medika Jl. Sutan Syahrir No. 11,
Madurejo, Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74100 Email : iffa.farm28@gmail.com
1. Pendahuluan Meningkatkan kadar hemoglobin
Paduan pola makan yang kurang menggunakan ekstrak kelakai ini lebih
diperhatikan dengan gaya hidup yang serba optimal dikarenakan proses absorbsi dalam
cepat dapat menyebabkan tubuh kekurangan waktu yang singkat contohnya pada bentuk
cadangan zat besi. Jika kadar zat besi sediaan mikroemulsi.
menurun, kemampuan tubuh untuk Mikroemulsi merupakan sediaan yang
memproduksi sel darah merah yang sehat pun stabil secara termodinamik, transparan,
ikut menurun. Hemoglobin merupakan unsur dispersi dari minyak dan air distabilkan oleh
yang sangat vital bagi tubuh manusia, karena lapisan antarmuka dari molekul surfaktan.
kadar hemoglobin yang rendah Mikroemulsi menyebabkan penghantaran obat
mempengaruhi kemampuan menghantarkan lebih baik dibandingkan emulsi konvensional
O2 yang sangat dibutuhkan oleh seluruh karena dapat meningkatkan kelarutan dari obat
jaringan tubuh (Hoffbrand AV, et al, 2005). yang sukar larut dalam air sebab ukuran
Prevalensi defisiensi besi di Indonesia partikelnya yang lebih kecil (Endang dkk,
menurut RISKESDAS 2013 yakni 31,7%, 2016).
banyak faktor yang menyebabkan terjadinya Berdasarkan uraian data diatas perlu
defisiensi besi seperti kebutuhan zat besi yang dilakukan serangkaian penelitian untuk
tidak terpenuhi (Theresia dkk, 2016). membuktikan khasiat dan pengaruh dari
Defisiensi Besi adalah suatu kondisi medis kelakai yang dapat meningkatkan kadar
dimana jumlah sel darah merah atau Hemoglobin pada tikus putih yang diinduksi
hemoglobin kurang dari normal (Rizka, 2017). dengan natrium nitrit pada tehnik formulasi
Pemberian zat besi secara oral ini dapat mikroemulsi.
menimbulkan efek samping yang beragam
pada sebagian orang, seperti rasa mual, bau 2. Metode Penelitian
tablet yang tidak enak, pusing, nyeri didaerah • Pembuatan simplisia herba kelakai
lambung dan diare (Ika dkk, 2015) Pengumpulan sampel dilakukan secara
Kecemasan masyarakat atas efek random, sampel diambil dari ladang
samping yang timbul dari penggunaan masyarakat sekitar di desa sawahan,
suplement besi secara peroral membuat Kecamatan Mentawa Baru Ketapang,
masyarakat lebih memilih penggunaan obat- Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan
obatan alami dari alam contohnya herbal Tengah. Pisahkan bagian daun dan batang
kelakai. Salah satu tumbuhan obat khas dari tanaman, kemudian dicuci bersih lalu
kalimantan yaitu kelakai (Stenochlaena ditiriskan. Bagian tanaman dirajang tipis,
palustris (Burm.f) Bedd) yang pada umumnya dikeringkan dengan cara diangin- anginkan,
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayur simplisia selanjutnya diblender, diayak untuk
dan secara turun temurun dimanfaatkan mendapatkan butiran serbuk yang seragam.
sebagai obat tradisional. Masyarakat dayak
mempercayai bahwa kelakai (Stenochlaena • Ekstraksi dan skrining fitokimia herba
palustris) mampu meningkatkan kadar kelakai
hemoglobin (Hb) pada penderita anemia Serbuk halus herba kelakai seberat 500
(Noor dkk, 2016). gram direndam dengan pelarut etanol 70%
Fakta empiris tersebut didukung oleh sebanyak 2L sambil diaduk perlahan hingga
adanya penelitian yang mengidentifikasi cairan penyari merendam diatas permukaan
kandungan yang terdapat dalam tumbuhan serbuk. Perendaman dilakukan selama 5 hari.
kelakai diantaranya adalah fenol, flavonoid, Setelah 5 hari direndam, ampas diperas serta
steroid, alkoloid, beberapa mineral seperti Ca dilakukan penyaringan menggunakan kertas
dan zat besi (Fe). Kandungan Fe dan flavonoid saring dan kain mori. Ekstrak dipisahkan
untuk diuapkan menggunakan waterbath
yang terdapat pada kelakai inilah yang
hingga etanol menguap tersisa 30% air dan
kemungkinan dijadikan dasar bahwa ekstrak
ekstrak.
kelakai dapat dimanfaatkan untuk pengobatan
Skrining fitokimia dilakukan untuk
anemia (Noor dkk, 2016). Zat besi (Fe)
mengetahui ada tidaknya komponen-
merupakan faktor yang penghubung dengan
komponen bioaktif yang terdapat pada
pembentukan sel darah merah dan hemoglobin
bawang dayak. Skrining fitokimia meliputi uji
dalam darah. Flavonoid merupakan senyawa
alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin dengan
polifenol yang berperan sebagai antioksidan
metode yang dikemukakan Harborne.
didalam sel darah yang bertindak untuk
menampung radikal bebas dan menegah
kerusakan sel darah.
• Formulasi sediaan mikroemulsi ✓ Uji Viskositas
ekstrak herba kelakai Pengujian dilakukan dengan bantuan
Formulasi mikroemulsi dibuat alat partical Size analyzer (PSA). Analisa
menjadi 3 bagian : F1 mengandung dilakukan sama dengan saat pemeriksaan
senyawa aktif ekstrak herba kelakai, F2 ukuran partikel.
tidak mengandung senyawa aktif (Placebo), ✓ Uji Tipe Mikroemulsi
dan F3 mengandung obat sakatonik liver. Pengujian dilakukan dengan cara
Tehnik pembuatan mikroemulsi mengencerkan mikroemulsi dengan air. Jika
herba kelakai dengan mengecilkan ukuran mikroemulsi tercampur baik dengan air, maka
partikel dan dihomogenkan dengan blender tipe mikroemulsi adalah minyak dalam air
selama 5 menit. Kemudian dilanjutkan atau o/w (oil/water), sebaliknya jika air yang
dengan pemanasan serta pengadukan ditambahkan membentuk globul pada
menggunakan hotplate magnetic stirrer mikroemulsi maka tipe mikroemulsi adalah
kecepatan sedang bersuhu 50OC selama 30 air dalam minyak atau w/o (water/oil).
menit. Selanjutnya dilakukan pengadukan ✓ Uji Sentrifugasi
menggunakan alat ultra trax dengan Sediaan mikroemulsi dimasukkan ke
kecepatan 16000 rpm selama 10 menit. dalam tabung sentrifugasi kemudian
dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3750
Tabel 1. Formula Mikroemulsi Ekstrak rpm selama 5 jam. Uji sentrifugasi ini
Herba Kelakai menggambarkan kestabilan mikroemulsi
Konsentrasi % v/v karena pengaruh gravitasi yang setara dengan
Nama Bahan Fungsi 1 tahun. Setelah dilakukan pemutaran maka
F1 F2 F3 diukur tinggi endapan dari mikroemulsi
tersebut.
VCO 5 5 5 Fase minyak ✓ Uji Ukuran Partikel
Span 80 3,8 3,42 2,85 Surfaktan
Ukuran Partikel diukur menggunakan
Tween 80 16,2 14,58 2,15 Surfaktan
particle size analyzer (PSA) dengan tipe
Ekstrak Herba
6,44 - - Zat Aktif dynamic light scattering. Sebanyak 10 ml
Kelakai
Sakatonik Liver - - 0.09 Zat Aktif sampel diambil dan dimasukkan ke dalam
Asam Sitrat 0,02 0,02 0,02 Antioksidan kuvet. Kuvet harus terlebih dahulu
Buffer Fosfat dibersihkan sehingga tidak mempengaruhi
2 2 2 Pendapar
pH 7 hasil analisa. Kuvet yang telah diisi dengan
Na Benzoat 0,01 0,01 0,01 Pengawet
Gliserin 20 20 20 Kosurfaktan sampel kemudian dimasukkan kedalam
Add Add Add wadah sampel dan dilakukan analisa oleh
Akuades Fase air
100 100 100 (PSA).

Keterangan :
• Uji Efektivitas Peningkatan Kadar
F1 : Formula Ekstrak Herba Kelakai Hemoglobin Sediaan Mikroemulsi
F2 : Formula Placebo Ekstrak Herba Kelakai Terhadap Tikus
F3 : Formula Sakatonik Liver Putih Yang Di Induksi NaNO2
• Uji sifat fisik sediaan mikroemulsi 1. Natrium Nitrit
ekstrak herba kelakai Natrium Nitrit dalam bentuk serbuk
✓ Uji Organoleptis yang dilarutkan dengan aquadest. Dosis
Pengujian organoleptis adalah natrium nitrit yang diberikan pada 3 tikus
pengujian yang dilakukan dengan cara putih adalah 125 mg/ 200 gram BB tikus.
mengamati bentuk, warna dan bau sediaan. Natrium nitrit diberikan selama 7 hari dengan
Pengamatan dilakukan secara visual dengan dosis 2 kali pemberian per hari.
menggunakan panca indra yaitu :
pengelihatan, pembau, pengecap dan 2. Penentuan Dosis Sakatonik Liver
peraba. Pemeriksaan ini dilakukan dengan Sakatonik Liver sebagai kontrol
mengamati bau, kejernihan, warna, positif. Perhitungan dosis sakatonik liver
homogenitas dan pemisahan fase dari untuk manusia (70Kg) adalah 5 ml/hari.
mikroemulsi ekstrak herba kelakai. Didapatkan dari konversi dosis manusia
✓ Uji pH kepada tikus dengan asumsi berat badan tikus
10 gram sediaan mikroemulsi diukur adalah 200 gram. Faktor konversi dosis untuk
pH sediaan dengan menggunakan alat manusia dengan berat badan 70 kg pada tikus
potensiometrik (pH meter) atau bias dengan berat badan 200 gram adalah 0,018.
menggunakan kertas pH meter dengan Dosis untuk tikus 200 gram = 5 ml x 0,018 =
membandingkan warna yang dihasilkan 0,09 ml/200gBB per hari.
dengan warna pH yang tertera pada kemasan
pada suhu 25 ± 2oC.
3. Penentuan Dosis Herba Kelakai pada hari Ke-7 s/d hari Ke-14 sebanyak
Pada dosis lazim yang biasa 0,09 ml/200gBB per hari.
digunakan oleh manusia (70Kg) adalah 300
gr/ hari. Berat kelakai basah 5,750 gr dan
berat kering 640 gr. Ekstrak kental yang • Analisis Data Uji Efektivitas
didapat sebanyak 322 ml. Didapatkan dari Data hasil Kadar hemoglobin yang
konversi dosis manusia kepada tikus dengan diperoleh. Kadar hemoglobin ditentukan
asumsi berat badan tikus adalah 200 gram. persen peningkatannya untuk mengetahui
Faktor konversi dosis untuk manusia efek dari mikroemulsi kelakai.
dengan berat badan 70 kg pada tikus dengan Data tersebut dianalisis untuk diuji
berat badan 200 gram adalah 0,018. normalitasnya dengan Kolmogorov-Smirnov z
Pembuatan mikroemulsi menggunakan test (p>0,05) dan Shapiro Wilk (p>0,05). Uji
dosis 30 mg serbuk kering, setelah diekstrak homogenitas dengan Levene test (p>0,05)
menggunakan etanol 70% 30 mg serbuk untuk mengetahui data homogen atau tidak
simplisia = 6,44 ml ekstrak. Sehingga dalam homogen. Uji parametrik menggunakan One
pembuatan mikroemulsi, dalam 1 ml way Anova dengan metode LSD untuk
mikroemulsi mengandung 30 mg eksrak mengetahui perbedaan antar kelompok
kelakai. mikroemulsi bawang dayak, kelompok
kontrol positif, dan kelompok kontrol negatif
4. Perlakuan Hewan Uji yang diberi perlakuan yang berbeda.
Efektivitas peningkatan kadar
hemoglobin sediaan mikroemulsi ekstrak 3. Hasil dan Pembahasan
kelakai adalah tingkat keberhasilan dari Penelitian ini bertujuan untuk
sediaan mikroemulsi ekstrak herba kelakai mengetahui efektifitas pemberian sediaan
yang telah diformulasi dengan baik sehingga mikroemulsi eksrak herba kelakai
dapat meningkatkan kadar hemoglobin (Stenochlaena paluris (Burm.f) Bedd)
sesuai dengan target yang diharapkan. terhadap peningkatan kadar hemoglobin tikus
Langkah pertama yang dilakukan adalah putih yang diinduksi natrium nitrit.
mengukur kadar haemoglobin awal pada Sampel yang digunakan adalah kelakai
hewan uji pada hari Ke-0 yang sebelum (Stenochlaena paluris (Burm.f) Bedd).
diinduksi dengan natrium nitrit. Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f)
Pengambilan darah pada hewan uji Bedd) merupakan salah satu tumbuhan khas
dilakukan melalui sinus retro-orbitalis atau dari kalimantan yang pada umumnya
vena mata. Selanjutnya darah langsung di dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayur
sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm dan secara turun temurun dimanfaatkan
selama 15 menit. Bagian jernih yang disebut sebagai obat tradisional. Bagian batang dan
dengan serum diambil untuk dilakukan daun kelakai dipisahkan kemudian diolah
pemeriksaan pada alat photometric untuk menjadi simplisia kering.
mengetahui kadar awal hemoglobin hewan Proses pengeringan dilakukan dengan
uji. cara diangin-anginkan terlindung dari sinar
Langkah selanjutnya 9 ekor tikus matahari. Kandungan bahan aktif yang
diberikan perlakuan induksi natrium nitrit terdapat pada tumbuhan sangat dipengaruhi
dengan dosis 125 mg/ 200 gram BB tikus. pada proses pengeringan.
Natrium nitrit diberikan selama 7 hari Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi
dengan dosis 2,5 ml 2 kali pemberian per dengan metode maserasi dengan pelarut etanol
hari. Setelah 7 hari, dilakukan pengukuran 70%. Pemilihan metode maserasi karena cara
kadar hemoglobin kembali untuk ekstraksi ini merupakan cara yang paling
mengetahui penurunan kadar hemoglobin praktis dan sederhana dengan merendam
setelah dilakukan perlakuan induksi pada sampel menggunakan pelarut. Metode ekstrak
hari Ke-7. maserasi menggunakan serbuk bertujuan
Apabila sudah terjadi penurunan untuk memperluas permukaan sehingga
kadar hemoglobin, 9 hewan uji dilakukan interaksi pelarut dengan senyawa yang akan
pemisahan menjadi 3 kelompok. Tiap diambil lebih efektif dan senyawa dapat
kelompok terdiri dari 3 hewan uji yang akan terekstrak sempurna.
diberikan perlakuan berbeda, perlakuan Pada saat proses ekstraksi berlangsung
tersebut diantaranya sebagai berikut : dilakukan perendaman sampel dengan pelarut
selama 5 hari dan dilakukan pengadukan
a. Kelompok I/ (Kp) (Kontrol perlakuan secara berkala serta dilakukan penyaringan.
mikroemulsi ekstrak herba kelakai) Ekstrak akan dilakukan pemekatkan dengan
pada hari Ke-7 s/d hari Ke-14 bantuan alat waterbath, melalui penguapan
b. Kelompok II/ (-) (Mikroemulsi yang dihasilkan oleh alat sehingga
Placebo) pada hari Ke-7 s/d hari Ke-14 menghasilkan ekstrak yang cair menjadi
diberi pakan dan minum standart. ekstrak yang kental.
c. Kelompok III/ (+)
(Mikroemulsi Sakatonik Liver)
Efek farmakologi pada suatu • Uji Sifat Fisik Mikroemulsi Ekstrak
tumbuhan dipengaruhi oleh adanya senyawa Herba Kelakai
metabolit sekunder yang terkandung pada Sediaan mikroemulsi yang stabil ialah
tumbuhan tersebut. Skrining fitokimia sediaan yang memenuhi parameter sifat fisik
dilakukan untuk mengetahui senyawa yang ditentukan dan dapat mempertahakan
metabolit sekunder yang terkandung di sifat fisiknya selama masa penyimpanan.
dalam kelakai (Stenochlaena paluris Tujuan dari pengujian sifat fisik yaitu untuk
(Burm.f) Bedd). mengetahui kriteria sifat fisik dari sediaan
Hasil identifikasi dengan metode mikroemulsi ekstrak herba kelakai yang
Harborne tahun 1987 yang dilakukan dibuat oleh peneliti.
menunjukkan bahwa ekstrak herba kelakai Hasil pengujian organoleptis dan pH
(Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) dari formula sediaan mikroemulsi ekstrak
positif mengandung alkaloid, flavonoid, herba kelakai memiliki warna Hijau, Rasa
tanin, saponin serta steroid. pahit dan berminyak, Rasa pahit yang
ditimbulkan dari ekstrak tersebut disebabkan
Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Terhadap dari alkaloid yang terkandung didalam
Mikroemulsi Ekstrak Herba tanaman. Tidak terjadi pemisahan fase, Bau
Kelakai khas dari VCO, Homogen secara fisik dan pH
Standar 5 termasuk kedalam pH asam lemah sehingga
Senyawa Uji Kesimpulan
Warna memudahkan mikroemulsi proses absorpsinya
Sampel+H2S terjadi dilambung. Pengujian organoleptis
O4 Endapan
Alkaloid (+) dengan metode panca indra, hal yang diamati
2N+pereaksi cokelat
Dragendrorff meliputi warna, bau, kejernihan, homogenitas,
Warna kuning,
Flavonoid
Sampel+serbu
jingga sampai (+) dan pemisahan fase sediaan mikroemulsi.
k Zn+HCl 2N
merah Metode penggukuran pH dengan
Sampel+air menggunakan strips pH indicator universal.
panas, Terbentuk busa
Saponin (+) Nilai viskositas yang dihasilkan
dikocok (+ yang stabil
1tts HCl 1%) sebesar 0,896 mPa-s. Nilai viskositas sebesar
Sampel+FeCl Terbentuk 0,896 mPa-s menunjukkan mikroemulsi herba
Tanin (+)
3 1% endapan kelakai memiliki viskositas yang rendah
karena tidak berbeda bila dibandingkan
Steroid/
Sampel+
Warna biru dengan viskositas air sebesar 0,899 mPa-s.
kloroform+ (+)
Terpenoid
As.asetat
menjadi hijau Viskositas yang rendah ini memudahkan
anhidrat+ mengalirnya mikroemulsi herba kelakai
H2SO4 pekat
melalui sonde oral untuk hewan uji. Uji
viskositas ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui tingkat kekentalan pendispersi
• Formulasi Sediaan Mikroemulsi mikroemulsi ekstrak herba kelakai mengenai
Ekstrak Herba Kelakai daya alir sediaan apakah mudah dituang atau
Ekstrak herba kelakai termasuk tidak. Pengukuran viskositas pada penelitian
kedalam fase air. Surfaktan yang digunakan ini dilakukan dengan metode partical size
adalah surfaktan non-ionik merupakan analyzer.
campuran tween 80 dan span 80 yang Hasil dari pengujian ini memiliki hasil
menghasilkan nilai HLB sebesar 13 agar (M/A) atau (O/W) dikarenakan pada saat
didapatkan sediaan mikroemulsi fase penambahan air dengan mikroemulsi
minyak dalam air. Tipe O/W dipilih karena tercampur sempurna. Sehingga sediaan
cocok digunakan untuk penggunaan peroral mikroemulsi tipe (M/A) atau (O/W) sesuai
dan dalam pembuatan mikroemulsi untuk dijadikan sediaan oral. Pengujian tipe
terbentuk fraksi minyak lebih sedikit dari mikroemulsi dilakukan dengan metode dilusi
volume fraksi air. atau pengenceran. Metode ini dipilih karena
Fase minyak yang digunakan adalah pengerjaannya yang mudah dan cepat. Uji
VCO atau minyak kelapa murni karena dilakukan dengan melarutkan sampel kedalam
minyak kelapa kaya asam lemak rantai fase air (1:100) dan fase minyak (1:100).
medium terutama asam laurat serta memiliki Jika sampel larut sempurna dalam
aktivitas antioksidan. Kosurfaktan yang aquadest, maka tipe mikroemulsi tergolong
digunakan adalah gliserin, karena gliserin dalam tipe minyak dalam air (M/A),
tidak rentan terhadap oksidasi penyimpanan sedangkan jika sampel larut sempurna dalam
serta dapat digunakan sebagai peningkat fase minyak, maka tipe mikroemulsi tergolong
viskositas. dalam tipe air dalam minyak (A/M).
Sediaan mikroemulsi yang telah Konsentrasi dari NaNO2 tersebut
melewati uji sentrifugasi tidak mengalami didasarkan pada nilai NaNO2 yang terkandung
pemisahan fase. Hal ini menunjukkan per kg daging olahan, yaitu : 125 mg/kg
bahwa, apabila tidak mengalami pemisahan daging.
fase, maka mikroemulsi yang berbentuk Perlakuan dilakukan selama 7 hari
stabil secara fisik dan memiliki waktu dengan dosis 2 kali pemberian per hari sebagai
simpan yang lama. penginduksi sebanyak 2,5 ml yang
Uji sentrifugasi dilakukan untuk mengandung 12,5 mg. Selanjutnya hari ke 7
mengetahui ada tidaknya pemisahan fase (H7) dilakukan pengukuran kadar hemoglobin
yang mungkin terjadi akibat gaya gravitasi, dan hasilnya terjadi penurunan kadar
akan menjadi indikasi kestabilan sediaan hemoglobin dengan membandingkan kadar
selama 1 tahun jika disimpan pada suhu sebelumnya (H0).
kamar dan tidak terjadi pemisahan atau Hewan uji yang telah dinyatakan
kerusakan struktur sampel sehingga sediaan dikelompok menjadi 3 bagian : Kelompok I
mikroemulsi dapat bertahan lama. perlakuan diberikan (mikroemulsi ekstrak
Proses pengukuran partikel sediaan herba kekakai 30 mg/200gBB), Kelompok II
dilakukan dengan alat particle size analyzer diberi induksi (mikroemulsi placebo) sebagai
(PSA) Horiba SZ -100 dengan tipe dynamic kontrol negatif dan kelompok III diberikan
light scattering. Pengujian ukuran partikel (mikroemulsi sakatonik liver 0,09
dilakukan untuk melihat sediaan yang telah ml/200gBB) sebagai kontrol positif.
dihasilkan apakah memiliki ukuran droplet Pemberian pelakuan kontrol positif, negatif
yang sesuai dengan kriteria mikroemulsi dan mikroemulsi ekstrak herba kelakai
sekitar 0,15 - 2 𝜇𝑚. Dari pengukuran dilakukan selama 7 hari dimulai dari hari ke
tersebut didapatkan hasil ukuran partikel (H7) sampai hari ke (H14).
sebesar 0,785 µm dan indeks polidispersitas Hari ke 14 (H14) semua hewan
sebesar 0,165 dengan suhu pengujian 25OC. percobaan diambil darahnya kembali dan
setelah hasilnya diamati, terjadi peningkatan
• Uji Efektifitas Peningkatan Kadar kadar hemoglobin, dengan membandingkan
Hemoglobin Mikroemulsi Ekstrak kadar pada (H7). Hal ini menunjukkan bahwa
Herba Kelakai pemberian mikroemulsi ekstrak herba kelakai
Pengujian efektivitas peningkatan efektif meningkatkan kadar hemoglobin pada
kadar haemoglobin dilakukan pada tikus tikus.
putih anemia. Hewan uji yang digunakan Masuknya NaNO2 ke dalam tubuh
adalah tikus putih jantan galur Wistar sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung
berumur 4-5 bulan. Umur hewan uji 4-5 pada leukosit karena NO yang berasal dari
bulan merupakan tikus dewasa dimana penguraian NaNO2 lebih banyak berikatan
metabolisme berjalan dengan optimal. dengan komponen eritrosit. Namun, dalam
Apabila tikus terlalu muda fungsi organ pengukuran profil darah ini tetap diukur
belum berkerja secara sempurna sedangkan jumlah leukosit total, persentase limfosit dan
apabila tikus terlalu tua terjadi penurunan persentase neutrofil untuk melihat respon
fungsi organ. Tikus yang digunakan kekebalan tubuh yang ditunjukkan oleh respon
berkelamin betina karena wanita lebih sel-sel darah.
rentan mengalami penurunan kadar Uji normalitas menggunakan metode
haemoglobin. Darah diambil melalui vena Kolmogorov-Smirov dan Shapiro-Wilk., data
mata tikus karena sampel yang dibutuhkan dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Nilai
cukup besar dan kemungkinan terjadinya signifikasi pada uji normalitas menggunakan
hemolisis kecil dibandingkan pengambilan Shapiro-Wilk, jika nilai yang diperoleh lebih
melalui vena ekor. Pengambilan darah besar p>0,05 maka sampel yang berasal dari
dilakukan sebelum induksi (H0), setelah populasi berdistribusi normal, sedangkan jika
induksi (H7) dan setelah perlakuan (H14). nilai nilai yang diperoleh lebih kecil p<0.05
Pada hari pertama (H0) dilakukan maka sampel bukan berasal dari populasi yang
pengambilan sampel darah sebagai kadar berdistribusi normal.
hemoglobin awal tikus sehat yang belum Pada pengujian kolmogorov-Smirnov
terpapar zat penginduksi. Pengambilan nilai signifikan tidak didapatkan, karena
darah setelah diinduksi bertujuan untuk pengujian ini hanya digunakan untuk
mengetahui induksi yang dilakukan berhasil penggunaan sampel yang banyak. Pengujian
atau tidak dengan membandingkan kadarnya Shapiro-Wilk didapatkan data statistik persen
dengan H-0. Induksi dikatakan berhasil peningkatan kadar hemoglobin dengan
apabila % kenaikan lebih dari 20%. Setelah perlakuan pemberian sediaan mikroemulsi
diambil sampel darah dan diketahui kadar herba kelakai 0,973 dengan nilai signifikan
hemoglobinnya maka pada hari itu juga tikus sebesar 0,687>0,05. Kontrol negatif
diberi induksi natrium nitrit (125 mg/200 mikroemulsi placebo 0,991 dengan nilai
gram BB) agar kadar hemoglobinnya signifikan sebesar 0,822>0.05.
menurun.
Kontrol positif mikroemulsi 5. Saran
sakatonik liver 0,946 dan nilai signifikan Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
yang diperoleh sebesar 0,551>0.05. Hasil uji menyarankan :
Shapiro-Wilk menunjukkan nilai p>0,05, 1. Dengan penelitian ini maka dapat
sehingga dapat disimpulkan data pada dijadikan sebagai referensi dalam
masing-masing kelompok terdistribusi menambah wawasan ilmu pengetahuan
normal. kefarmasian mengenai tanaman herbal.
Analisis statistik dilanjutkan dengan 2. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
menguji homogenitas variasi data antar memodifikasi sediaan mikroemulsi
kelompok dengan menggunakan uji levene ekstrak herba kelakai menjadi nanoemulsi
pada oneway anova. Hasil uji One Way ataupun dibuat sediaan farmasi lainnya
Anova pada lampiran 15, didapatkan nilai untuk pengaplikasiannya sebagai
signifikan p<0,05-0,006 dengan nilai F tabel alternatif obat anemia.
anova 169,918 sehingga dari ketiga 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
kelompok perlakuan pemberian sediaan mengenai konsentrasi formulasi untuk
mikroemulsi terdapat perbedaan bermakna meningkatkan tingkat efektivitas dalam
dari setiap kelompok perlakuannya. meningkatkan kadar hemoglobin.
Uji parametrik One Way Anova 4. Perlu dilakukan uji toksisitas pada
bertujuan untuk melihat perbedaan mikroemulsi ekstrak herba kelakai.
peningkatan kadar hemoglobin pada
masing-masing kelompok perlakuan. Syarat 6. Daftar Pustaka
untuk melakukan uji oneway anova adalah
varian antar kelompok harus homogen dan
data masing-masing kelompok terdistribusi Endang Wahyu Fitriani, Erlina Imelda,
normal. Christina Kornelis & Christina Avanti,
Hasil penelitian menunjukkan rata- 2016. Karakterisasi Dan Stabilitas
rata persen peningkatan kadar hemoglobin Fisik Mikroemulsi Tipe A/M Dengan
ada masing-masing kelompok perlakuan Berbagai Fase Minyak, Fakultas
yaitu memiliki adanya perbedaan nyata, Farmasi Universitas Surabaya, Jawa
bahkan mikroemulsi ekstrak herba kelakai Timur, Indonesia
memiliki nilai 77.3700 dan sakatonik liver
sebesar 72.7367 yang menandakan bahwa Hoffbrand, A.V,. J. E, Pettit., dan P.A.H.
pemberian mikroemulsi ekstrak herba Moss, 2005. Kapita Selekta
kelakai memiliki efek yang lebih bagus dari Haematologi. Edisi 4. EGC Penerbit
pada sakatonik dalam meningkatkan kadar Buku Kedokteran. Jakarta.
hemoglobin pada tikus putih.
Ika Saptarini, Andi Susilowati dan Suparmi,
4. Kesimpulan 2015. Faktor Faktor Yang
Dari hasil penelitian diperoleh Berhubungan Dengan Konsumsi
kesimpulan sebagai berikut : Tablet Besi Pada Ibu Hamil Di
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Kelurahan Kebon Kelapa, Bogor,
ekstrak herba kelakai diperoleh senyawa Pusat Teknologi dan Intervensi
flavonoid dan mineral yang berperan Kesehatan Masyarakat, Bogor, Jawa
penting dalam meningkatkan kadar Barat
hemoglobin.
2. Didapatkan sediaan mikroemulsi herba Noor Cahaya, Rahmina Aulia, Nurlely, 2016.
kelakai yang memenuhi standard dalam Efek Daun Kelakai (Stenochlaena
pembuatan sediaan meliputi uji Palustris) Terhadap Jumlah Eritrosit,
organoleptis, uji tipe mikroemulsi, uji Bentuk Eritrosit Dan Kadar
pH, uji viskositas, uji sentrifugasi dan uji Hemoglobin (Hb) Pada Tikus Putih
ukuran partikel. (Rattus Norvegicus) Anemia. Program
Studi Farmasi, Fakultas MIPA
3. Mikroemulsi ekstrak herba kelakai
Universitas Lambung Mangkurat,
memiliki karakteristik sifat fisik yang
Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
jernih, transparan, stabil. Ukuran
partikel yang didapatkan memiliki Rizka Angrainy, 2017. Hubungan
rata-rata sebesar 700 nm atau setara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil
dengan 0,7µm. Dalam Pencegahan Anemia Di
4. Didapatkan sediaan mikroemulsi ekstrak Puskesmas Rumbai. Akademi
herba kelakai yang efektif untuk Kebidanan Helvetia Pekanbaru,
meningkatkan kadar hemoglobin dengan Indonesia.
dosis efektif sebesar 30 mg/ 200gBB.
Theresia Nancy Lesilolo, Joice N.A. Engka,
Herlina I.S. Wungouw. 2016.
Hubungan Pemberian Tablet Besi
Dan Antenatal Care Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di
Kabupaten Bolaang Mongondouw
Utara. Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, Manado

You might also like