You are on page 1of 13

KONSEP KHULU’ DALAM AL-QUR’AN:

Studi Analisis Tafsir Ayat Tentang Khulu’ Menurut Imam Qurtubi

Raniah Mumtaz1, Rumba Triana2, Aceng Zakaria3.


1
Mahasiswi/ Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir STAI Al-Hidayah Bogor
2
Dosen Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir STAI Al-Hidayah Bogor
3
Dosen Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir STAI Al-Hidayah Bogor

email: mumtazpanwar@yahoo.com

ABSTRACK
This study aims to determine how the interpretation of Imam Al-Qurthubi regarding iwadh,
referencing and iddah on the khulu 'event according to the views of the Al-Qur'an and
Hadith. In this thesis research, is a library research (library research) which makes the Al-
Qur'an and the translation as well as the Al-Qurthubi tafsir book as the primary source and
complements it with secondary sources taken from various kinds of tafsirm books of hadith
and books, magazines, articles with relevance with the discussion that the authors compiled
in this scientific paper. The writer uses the maudhu'i (thematic) method of interpretation,
namely the method of interpretation which discusses the verses of the Qur'an which are in
accordance with the predetermined theme / title. All verses related to the theme are
compiled, then studied in depth and thoroughly from all aspects such as asbabun nuzul,
vocabulary, legal terms, opinions from the mufassir, namely Imam Al-Qurthubi. All of these
are explained in detail and thoroughly, and supported by the arguments and facts (if any) that
can be accounted for scientifically, either from the Koran or the khulu 'problems, especially
in the life of Muslims. With considerations for the good of each other, divorce can occur due
to divorce, which is only the husband's willingness and the divorce is suing at the request of
the wife. Many reasons put forward by the wife for suing her husband for divorce, the
problems raised in this study are about differences of opinion about khulu 'from various
scholars, differences of opinion about Iwadh from various scholars, differences of opinion
about the period of ruju' in the case of khulu ',. This method, according to the author, is very
easy because it is to clarify the meaning in interpreting the words in the Qur'an and then
researched and sought for the opinion or interpretation of the scholars / mufassir.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Penafsiran Imam Al-Qurthubi terkait
iwadh, rujuk dan iddah pada perisriwa khulu’ menurut pandangan Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam penelitian skripsi ini, bersifat kepustakaan (library research) menjadikan al-Qur’an
dan terjemahan juga kitab tafsir al-Qurthubi sebagai sumber primer dan melengkapinya
dengan sumber sekunder yang diambil dari berbagai macam kitab tafsirm kitab hadits dan
buku-buku, majalah, artikel yang memiliki relevansi dengan pembahasan yang penulis susun
dalam karya tulis ilmiah ini. penulis menggunakan metode penafsiran maudhu’i (tematik),
yaitu metode tafsir yang membahas ayat-ayat al-Qur’an yang sesuai dengan tema/judul yang
sudah ditetapkan. Semua ayat yang berhubungan dengan tema tersebut dihimpun, kemudian
dikaji secara mendalam dan tuntas dari segala aspeknya seperti asbabun nuzul, kosakata,
istinbat hukum, pendapat dari mufassir yaitu Imam Al-Qurthubi.semua itu dijelaskan secara
rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil dan fakta (apabila ada) yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik dari al-Qur’an atau problematika khulu’
khususnya dalam kehidupan Umat Islam. Dengan pertimbangan untuk kebaikan masing-
masing, perceraian bisa terjadi karena cerai talak yaitu hanya kemauan suami dan cerai gugat
karena permintaan istri. Banyak alasan yang dikemukakan istri untuk menggugat cerai
suaminya, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu tentang perbedaan
pendapat tentang khulu’ dari berbagai ulama, perbedaan pendapat tentang Iwadh dari
berbagai ulama, perbedaan pendapat tentang masa iddah danruju’ dalam kasus khulu’,.
Metode ini menurut penulis sangat memudahkan karena untuk memperjelas maknanya

50
dalam menafsirkan kata-kata dalam al-Qur’an kemudian diteliti dan dicari pendapat atau
penafsiran para ulama/mufassir.
Kata kunci: Khulu’, Al-Qur’an, Tafsir dan Al-Qurthubi

A. PENDAHULUAN Para fuqaha mengatakan bila


Khulu’ merupakan Fasakh dan persengketaan terjadi di antara keduanya
bukan talak. Fasakh secara bahasa maka hakim harus memeriksanya dengan
artinya rusak secara istilah adalah teliti agar keduanya bisa damai kembali.
pemutus tali pernikahan antara suami dan Dan jika sulit untuk dipecahkan maka
istri.1 Hal ini dipertegas oleh hadits yang hakamtelah melakukan apa yang
diriwayatkan oleh Abdurrazaq dari Ibnu dianggap baik bagi keduanya maka
Abbas dan Ibnu Zubair. Pendapat terkahir solusinya adalah perceraian atau
di tentang oleh Ismail Al Qadhi bahwa perdamaian maka Allah akan
apabila seorang suami menyerahkan Artinya “jika keduanya bermaksud
urusan kepada istrinya dan berniat untuk menjadi hakim maka Allah akan
mentalaknya, lalu sang istri berargument memberikan taufiq kepadanya.” Ali bin
telah di tala maka dalam hal ini telah Abi Thalhah meriwatkan dari Ibnu Abbas
jatuh talak. Kemudian Ismail Al Qadhi katanya, Allah memerintahkan agar
berpendapat adanya perbedaan tentang mengirimkan satu orang lelaki sholeh
khulu’ yang jatuh tanpa ucapan dan juga dari pihak suami dan satu orang lelaki
niat thalak. Jika khulu’ jatuh dengan sholeh dari pihak perempuan, agar tahu
ucapan juga niat thalak maka hal ini dan terbukti kesalahan ada pada pihak
bukan fasakh, suami memiliki hak untuk suami/istri. Jika Nusyuz itu datang dari
menalak sedangkan istri disediakan pihak suami maka Ibnu Katsir
lembaga fasakh. 2 mengatakan sang wanita khawatir suami
Jika ada perselisihan yang sukar berpaling darinya maka baginya boleh
diselesaikan antara suami-isteri dan untuk menggugurkan hak-hak terhadap
ternyata isteri tidak mampu menjalankan suaminya. Sebagaimana Allah berfirman
kewajibannya terhadap suami dan tidak dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 128:
suka padanya dan tidak sanggup bergaul “Dan tidak mengapa keduanya
lagi padanya. Maka dalam keadaan ini mengadakan perdamaian dengan sebenar-
isteri dapat menebus dirinya dengan benarnya3”
mengembalikan mahar maskawin untuk Suami yang telah menerima khulu’
menebus dirinya supaya bisa tidak berhak untuk ruju’ pada isteri yang
mendapatkan talak dari suaminya di khulu’ itu dalam iddah kecuali jika
Kebanyakan dari para ulama salaf relanya sang isteri. Demikian pendapat
mengatakan tidak boleh khulu’ kecuali jumhur ulama dan empat madzhab,
kecuali dalam kejadian syiqaq dan sebagai isteri yang khulu’ telah
nusyuz. Syiqaq adalah perselisihan antara menguasai dirinya dengan iwadh yang
suami-istri yang meruncng tidak dapat diberikan.4
diselesaikan dengan baik, Allah Al-Qur’an merupakan dasar solusi
mensyariatkan agar adanya perdamaian yang pertama dan sangat diyakini dalam
baik hakim atau piha dari ketiga dari memberikan segala solusi dan
keluarga, pada intinya hanya suami-istri permasalahan untuk umat islam baik
lah yang mengetahui latar belakang dari
persoalan
3
Yusuf Abdullah Daghfaq “Wanita
Bersiaplah Kerumah Tangga”, Gema Insani hlm
1
Sudarto “Ilmu Fikih” :2018 Deepublish 26-28
hlm 210 4
Ibnu Katsier “ Terjemah Singkat Ibnu
2
Syaikh Kamil Muhammad “Fikih Wanita” Katsier Jilid 1”, Terj. H.Salim Bahreisy dan H.
(Jakarta:Pustaka Al Kautsar,2008) hlm 473 Said Bahreisy (Surabaya: PT. Bina Ilmu)

51
zaman terdahulu, sekarang ataupun masa jumhur ulama dan empat madzhab,
depan. Salah satunya yang terdapat di sebagai isteri yang khulu’ telah
Alquran surat al-Baqarah[2] ayat 229: menguasai dirinya dengan iwadh yang
‫وه َّن َشْيـًٔا إِ َّل أَن‬ ِ ِ
ُ ‫ْخ ُذوا ِمَّا ءَاتَـْيـتُ ُم‬
ُ ‫َوََل ََيلُّ لَ ُك ْم أَن ََت‬ diberikan.6
ِ ِ ِ َِّ ‫خافَا أَََّل ي ِقيما ح ُدود‬ Sufyan Asysyauri berkata”jika
‫يما‬َ ‫ٱَّلل فَإ ْن خ ْفتُ ْم أَََّل يُق‬ َ ُ َ ُ َ khulu’ tidak ada kalimat talak, maka
‫ك‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ‫ت به تل‬ ْ ‫يما ٱفْـتَ َد‬َ ‫اح َعلَْيه َما ف‬ َ َ‫ٱَّلل فَ ََل ُجن‬ َّ ‫ود‬
َ ‫ُح ُد‬ tidak bolehnya suami untuk ruju’. Tetapi
ِ‫ٱَّلل‬
َّ ‫ود‬ ِ
َ ‫وها َوَمن يـَتَـ َع َّد ُح ُد‬ َ ‫ٱَّلل فَ ََل تَـ ْعتَ ُد‬َّ ‫ود‬ ُ ‫ُح ُد‬ jika khulu’ ada kalimat talak maka suami
‫ك ُه ُم ٱلظََّٰلِ ُمو َن‬َ ِ‫فَأُوَٰلَئ‬
boleh ruju’ selama dalam masa iddah.
Tetapi semua ulama berpendapat bahwa
Artinya:Tidak halal bagi kamu
mantan suami boleh menikahinya dalam
mengambil kembali sesuatu dari
masa iddah.7
yang telah kamu berikan kepada
Ada perbedaan terkait masa iddah
mereka, kecuali kalau keduanya
jika mantan suami mau menjatuhkan
khawatir tidak akan dapat
talaq baru dalam iddah.Yang pertama
menjalankan hukum-hukum
menurut pendapat imam Syafi’i dan
Allah. Jika kamu khawatir bahwa
Ahmad bin Hambal tidak boleh, sebab
keduanya (suami isteri) tidak
isteri telah berpisah dengan suami. Yang
dapat menjalankan hukum-
kedua menurut pendapat imam Malik jika
hukum Allah, maka tidak ada
langsung dalam khulu’ di talaq tanpa
dosa atas keduanya tentang
diam, maka jatuh talaq, jika ada jeda
bayaran yang diberikan oleh isteri
dengan diasebentar maka tidak jatuh
untuk menebus dirinya. Itulah
talaq. Yang ketiga menurut pendapat abu
hukum-hukum Allah, maka
hanifah, Atstsauri, Al-Auzai dapat
janganlah kamu melanggarnya.
dijatuhkan talak selama iddah.8
Barangsiapa yang melanggar
Kemudian masa iddah isteri yang
hukum-hukum Allah mereka
khulu menurut Ali dan Umar r.a tiga kali
itulah orang-orang yang zalim.
quru’ sebab khulu’ sama dengan talaq.
Ulama berbeda pendapat tentang
Sedangkan masa iddah menurut Ustaman
keabsahan khulu’. Sebagian para ulama
bin Affan r.a, Ibnu Abbas, Arrubayyi
berbeda pendapat tentang bayaran
binti Mu’awidz yang telah khulu’dari
sejumlah uang tebusan (iwadh) bukan
suaminya hanya sekali haidh9. Maka
merupakan salah satu syarat khulu’
karena khulu’ merupakan permasalahan
namun sebagian lainnya berpendapat
yang banyak terjadi dimasyarakat dan
bahwa bayaran sejumlah uang tebusan
terdapat banyak pendapat tentang
(iwadh) dari istri ke suami adalah syarat
permasalahan-permasalahan yang
sah khulu’.5Kisah Khulu’ ini sudah terjadi
berkaitan dengan khulu’ dan menjadi
di zaman Rasulullah ShalaAllahu Alayhi
khilafiyah dalam penerapannya
Wa Sallam. Ibnu Jarir rahimahullahu
menyebutkan bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin 6
Ibnu Katsier “ Terjemah Singkat Ibnu
Syamasy dengan istrinya, Habibah binti Katsier Jilid 1”, Terj. H.Salim Bahreisy dan H.
Abdullahbin Ubay bin Salul. Said Bahreisy (Surabaya: PT. Bina Ilmu)
7
Ibnu Katsier “ Terjemah Singkat Ibnu
Suami yang telah menerima khulu’
Katsier Jilid 1”, Terj. H.Salim Bahreisy dan H.
tidak berhak untuk ruju’ pada isteri yang Said Bahreisy (Surabaya: PT. Bina Ilmu)
di khulu’ itu dalam iddah kecuali jika 8
Ibnu Katsier “ Terjemah Singkat Ibnu
relanya sang isteri. Demikian pendapat Katsier Jilid 1”, Terj. H.Salim Bahreisy dan H.
Said Bahreisy (Surabaya: PT. Bina Ilmu)
9
Ibnu Katsier “ Terjemah Singkat Ibnu
Ibnu Katsier “ Terjemah Singkat Ibnu
5
Katsier Jilid 1”, Terj. H.Salim Bahreisy dan H.
Katsier Jilid 1”, Terj. H.Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy (Surabaya: PT. Bina Ilmu)
Said Bahreisy (Surabaya: PT. Bina Ilmu)

52
dimasyarakat. Maka dalam ini talaq dengan kata khulu’.13Wanita yang
permasalahan yang ada yaitu apakah sedang dalam masa iddah talaq ba'in
wanita yang mengajukan khulu’ itu harus diperbolehkan untuk mengajukan
mengembalikan semua hasil hibah atau khulu'.Khulu’ yang dilakukan
tidak. Maka dalam hal ini perlu tanpapemberian tebusan adalah sah
dijelaskan secara mendalam tentang karena merupakan pemisahan nikah
khulu’dan bagaimana penafsiranayat-ayat sehingga sah meski tidak terdapat
tentang khulu’ dalam perspektif Imam tebusan, sebagaimana halnya talak. Pada
Al-Qurtubi. dasarnya, dalampensyariatan khulu’ itu
harus ada ketidaksukaan istri terhadap
B. TINJAUAN PUSTAKA suami dan juga adakeinginan berpisah
Secara epistimologi kata khulu’ dengannya, sehingga ia pun memintanya
berasal dari kata ‫خلع‬- ُ‫يَ ْخلع‬yang artinya untuk berpisah. Iwadh merupakan harta
melepas atau meninggalkan. Khulu’ tebusan yang harus memiliki nilai dan
disebut juga alfida’ artinya tebusan, jumlahnya boleh sama, kurang atau lebih
karena isteri menebus dirinya dari banyak daripada mahar, segala barang
suaminya dengan mengembalikan apa yang dijadikan mahar maka dapat
yang pernah diterimanya. 10 Secara istilah dijadikan iwadh atau tebusan.14 Iwadh
Khulu’ yaitu isteri menebus atau mminta merupakan ciri khas dari khulu’ selama
lepas dirinya dari suaminya dengan iwadh belum diberikan dari pihak istri
mengembalikan mas kawin yang pernah kepada suami, maka selama itu
di terima ketika pernikahan.11 tergantungnya perceraian.15 Harta
pengganti menurut jumhur ulama adalah
Kata khulu’ di dalam Al-Qur’an segala sesuatu yang sah untuk dimilki
artinya adalah melepaskan sebagaimana baik berupa harta yang bersifat tunai,
dengan firman Allah berfirman dalam Al- uang atau manfaat. Jika suaminya
Qur’an surat Thoha ayat 12: mengkhulu istrinya dengan barang haram
‫َّك بِٱلْ َو ِاد‬
َ ‫ك إِن‬
َ ‫ٱخلَ ْع نـَ ْعلَْي‬ َ ُّ‫إِِِّن أَ ََن َرب‬
ْ َ‫ك ف‬ maka istri tidak wajib untuk
‫َّس طًُٔوى‬ ِ ‫ٱلْ ُم َقد‬ mengeluarkan iwadh. Menurut madzhab
Maliki dan Hambali sebagaimana yang
Khulu’ Menurut Imam Abu Hanifah. sudah diakui oleh madzhab Hanafi, talaq
Adalah melepaskan kepemilikan nafkah ini bagaikan khulu’ tanpa iwadh, maka
yang tergantung atas persetujuan istri istri tidak diwajibkan sama sekali
dengan menggunakan makna khulu’ atau mengeluarkan apa-apa.16
makna yang sama dengan Jika suami memenuhi permintaan
khulu’. Wanita yang sedang dalam masa
12
tersebut, maka tercapailah khulu’ yang
iddah talaq ba'in diperbolehkan untuk menjadimaksud istri dan khulu’nya tetap
mengajukan khulu'.Menurut Imam sah. Sebagaimana jika khulu’ itu
Malikkhulu’adalah talaq dengan dilakukan denganadanya tebusan.
memberi sesuatu atau iwadh (pengganti
atau tebusan) menggunakan kata khulu’
yang berasal dari istri atau walinya atau 13
Wahbah Zuhaili “al Fiqh al Islami wa
Adillatuh”, Daskus: Dar al Fikr, 1996, cet. V hlm.
480
14
Muhammad Jawwad Mughniyyah, Fikih
10
Supriatna, Fatma Amalia, Yasin Baidi, Lima Madzhab: Ja’far, Hanafi, Maliki, Syafi’i
“Fiqih MunahakatII “(Yogyakarta: Bidang dan Hambali, terj. Masykur A.B, dkk, Jakarta:
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), h.47. Lentera Baritama, 1999, h. 457
11
Dr. Sudarto,M.Pd.I, “ Fiqih 15
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam
Munakahat”(Jawa Timur: Penerbit Qiara Media, Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang,
2020), h.127. 1974, h. 171.
12
Wahbah Zuhaili “al Fiqh al Islami wa 16
Azzam dan Hawwas, Fiqih Munakahat....,
Adillatuh”, Daskus: Dar al Fikr, 1996, cet. V h.305

53
Menurut Imam Maliki ada dua yaitu tidak sah. Hal ini lantaran dia sudah
tebusan dan talak dengan lafadz khulu’ dipandang sebagai orang lain dan sudah
walaupun tanpa tebusan misal suami dipandang tidak ada lagi ikatan
berkata saya khulu’ kamu. Maka dari itu pernikahan. Karena tidak ada lagi ikatan
madzhab Maliki meringkas perceraian pernikahan, maka tidak dapat
dengan bayaran atau tebusan dan mengajukan khulu' dan khulu' hanya
perceraian tanpa tebusan.Menurut Imam terjadi bagi mereka yang masih terikat
Syafi’ikhulu’adalah perpisahan istri dalam ikatan suami isteri.21
dengan suami dengan memberi suatu Seorang istri yang akan melakukan
pengganti dengan menggunakan kata khulu’ harus memberikan Iwadh yang
talaq atau khulu’ dengan disertai merupakan harta tebusan yang harus
penerimaan dari pihak istri.17Apabila memiliki nilai dan jumlahnya boleh
wanita tersebut sedang dalam masa iddah sama, kurang atau lebih banyak daripada
talaq ba'in, maka tidak diperbolehkan mahar, segala barang yang dijadikan
mengajukan khulu'. Apabila tetap mahar maka dapat dijadikan iwadh atau
mengajukan, maka khulu'nya menjadi tebusan.22 Iwadh merupakan ciri khas
tidak sah. Hal ini lantaran dia sudah dari khulu’ selama iwadh belum
dipandang sebagai orang lain dan sudah diberikan dari pihak istri kepada suami,
dipandang tidak ada lagi ikatan maka selama itu tergantungnya
23
pernikahan. Karena tidak ada lagi ikatan perceraian. Harta pengganti menurut
pernikahan, maka tidak dapat jumhur ulama adalah segala sesuatu yang
mengajukan khulu' dan khulu' hanya sah untuk dimilki baik berupa harta yang
terjadi bagi mereka yang masih terikat bersifat tunai, uang atau manfaat. Jika
dalam ikatan suami isteri.18 Jumhur suaminya mengkhulu istrinya dengan
ulama termasuk dalam pandangan empat barang haram maka istri tidak wajib
imam madzhab berpendapat bahwa suami untuk mengeluarkan iwadh. Menurut
tidak boleh melakukan ruju’ karena istri madzhab Maliki dan Hambali
sudah memeberikan iwadh ataupun suami sebagaimana yang sudah diakui oleh
mengembalikan iwadhkepada istrinya madzhab Hanafi, talaq ini bagaikan
walaupun diterima tetap tidak boleh ruju’ khulu’ tanpa iwadh, maka istri tidak
dalam masa iddah karena istri cerai diwajibkan sama sekali mengeluarkan
dengan khulu’ yang sama.19Menurut apa-apa.24
Imam Ahmad Bin Hambal khulu’adalah Khulu’ pada hakikatnya seorang
perpisahan antar suami istri dengan suami mengambil kembali mahar yang
menggunakan pengganti kepada suami telah dikembalikannya kepada istrinya
dengan kalimat tertentu.20Apabila wanita dalam bentuk iwadh. Pada surat al-
tersebut sedang dalam masa iddahtalaq Baqoroh ayat 229 telah di nasakh oleh
ba'in, maka tidak diperbolehkan ayat 20 di dalam surat an-Nisa’, yaitu:
mengajukan khulu'. Apabila tetap
mengajukan, maka khulu'nya menjadi
21
Ikhlas “Gugat Cerai
17
Wahbah Zuhaili “al Fiqh al Islami wa ”http://ujeberkarya.blogspot.com/2010/05/gugat-
Adillatuh”, Daskus: Dar al Fikr, 1996, cet. V hlm. cerai-khulu.html diakses pada 31-03-2011, 2011)
22
481 Muhammad Jawwad Mughniyyah, Fikih
18
Ikhlas “Gugat Cerai Lima Madzhab: Ja’far, Hanafi, Maliki, Syafi’i
”http://ujeberkarya.blogspot.com/2010/05/gugat- dan Hambali, terj. Masykur A.B, dkk, Jakarta:
cerai-khulu.html diakses pada 31-03-2011, 2011) Lentera Baritama, 1999, h. 457
19
Prof. Dr. Zaitunah Subhan “Al-Qur’an dan 23
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam
Perempuan” (Jakarta: Prenada Media, 2015) Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang,
20
Prof. Dr. Zaitunah Subhan “Al-Qur’an dan 1974, h. 171.
Perempuan” (Jakarta: Prenada Media, 2015), hal 24
Azzam dan Hawwas, Fiqih Munakahat....,
.214 h.305

54
‫ٱستِْب َد َال َزْو ٍج َّم َكا َن َزْو ٍج َوءَاتَـْيـتُ ْم إِ ْح َدىَٰـ ُه َّن قِنطَ ًٔارا فَ ََل‬ ُّ ‫َوإِ ْن أ ََر‬
ْ ُ‫دُّت‬ pernikahannya sudah di-
‫ََتْ ُخ ُذوا ِمنْهُ َشْيـًٔا أ َََتْ ُخ ُذونَهُۥ ُُبَْٰتَنًٔا َوإِْْثًٔا ُّمبِينًٔا‬
fasakh (dibatalkan).Suami hanya dapat
kembali kepada istrinya dengan akad
Dan jika kamu ingin mengganti nikah baru dan mahar baru setelah istri
isterimu dengan isteri yang lain, sedang selesai masa iddahnya dengan haid satu
kamu telah memberikan kepada kali.28
seseorang di antara mereka harta yang
banyak, maka janganlah kamu
mengambil kembali dari padanya barang
sedikitpun. Apakah kamu akan C. METODE
mengambilnya kembali dengan jalan Metode yang akan penulis gunakan
tuduhan yang dusta dan dengan dalam penelitian ini di antaranya
(menanggung) dosa yang nyata? menggunakan metode maudhui
Jumhur fuqoha berpendapat (tematik).29 Metode ini merupakan salah
bahwa khulu’ boleh terjadi atas kerelaan satu untuk mencari sebuah jawaban
suami istri. Selama itu tidak merugikan dalam suatu permasalahan dengan cara
pihak istri. Berdasaran aturan fiqih menghimpun seluruh ayat yang dimaksud
tebusan diberikan kepada istri sebagai lalu menganalisis dengan ilmu-ilmu yang
keseimbangan talaq yang dimiliki oleh baru untuk memunculkan konsep yang
suami. Maka talaq diberikan oleh suami utuh di dalam Al-Quran.
jika ia mebenci istri. Dan khulu’diberikan Penelitian ini bersifat kepustakaan
oleh istri jika ia mebenci suami.25 Tidak (library resech) yaitu mencari dan
hanya iwadh yang berkaitan dengan mengumpulkan data-data ilmiyah yang
khulu’ dan memuat ruju’ dalam khulu’. relevan dengan tema yang dibahas
Ruju’secara epistimologi ruju’ berarti terutama yang terdapat dalam kitab-kitab
kembali. Sedangkan arti ruju’ menurut tafsir dan kitab-kitab hadits.
istilah fiqih ialah kembalinya suami Dalam penelitian ini menggunakan
kepada hubungan pernikahan dengan istri corak fikih. Corak tafsir fiqih berarti
yang telah di talak raji’ dan dilaksanakan corak tafsir yang diwarnai dengan ayat-
selama istri ada pada masa iddah.26 ayat ahkam. Corak ini memuat masalah-
Ketika masa iddahnya sudah habis maka masalah seputar fiqih seperti shalat,
harus melakukan pernikahan zakat, puasa sampai kepada isu-isu
ulang.27Menurut imam Hanafiyah khulu’ kontemporer. Corak tafsir fiqih biasanya
adalah talak. khulu’ adalah pengambilan mengambil nama dengan istilah tafsir
tebusan oleh istri sebagai ganti dari ayat ahkam yang memuat hukum-hukum
pemilikan nikah dengan lafal khulu’. tentang fiqih, baik wajib, sunat, makruh,
Maka wanita masih bisa ruju’. Sedangkan mubah dan haram. 30 dua metode
menurut imam yang lain khulu’ pendekatan yaitu pendekatan tekstual dan
merupakan fasakh. Khulu’ adalah pendekatan semantik. Pendekatan
pemisahan (furqah) suami istri dengan tekstual adalah pendekatan yang
pemberian tebusan (‘iwadh) dari suami
dengan lafal thalaq atau khulu’.Suami 28
Hukum Islam Online “Hukum Ruju’ dan
tidak dapat merujuk istrinya, karena Iddah dalam Kasus Khulu (Gugat Cerai)”
https://anaksholeh.net/hukum-rujuk-dan-iddah-
dalam-kasus-khulu-gugat-cerai Diakses pada 15
Oktober 2017, 2017)
26
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Indonesia, 29
‘Abd al-Hayy al Farmawi, MetodeTafsir
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998., Maudhui Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo
hlm.320 Perkasa 1996), terj. Suryana Jamrah, cet.II,, 11
27 30
Moh. Anwar, Hukum Perkawinan Dalam Abdul Mustaqin, Dinamika Sejarah tafsir
Islam dan Pelaksanaanya Berdasarkan Undang- al-Qur’an, (Yogyakarta, Adab Press, 2012), hal.
Undang No”1/74,Ibid. 117

55
menggunakan nash-nash di dalam perkembangannya danmengajarinya
alquran dan al hadits. Sedangkan segala macam ilmu keislaman yang
pendekatan semantik adalah pendekatan terkenal di negerinya. Segala bukti atas
yang dilakukan dengan cara menelusuri keragaman dan keluasan ilmu yang telah
makna yang terkandung di dalam alquran dipelajari Imam Al-Qurthubi, ialah
dan al-hadits.31 penafsirannya terhadap Alquran yang
Data yang digunakan oleh penulis memerlukan pengetahuan luas dalam
meliputi data primer adalah data yang berbagai disiplin ilmu islam dan arab.35
diperoleh atau dikumpulkan merujuk
pada kitab tafsir ahkam yang bercorak Karyanya beliau ini meliputi berbagai
fikih yaitu tafsir ahkam al-qurthubi, tafsir macam bidang seperti tafsir, hadits,
ahkam as-Suyuthi, tafsir ahkam imam qiro’at dan lain sebagainya. Diantara
Al’arobi, Tafsir ahkam dari Syekh Manna kitab tafsir beliau yang terkenal adalah:
al-Qathan. 32Data sekunder adalah data Al-Jami’ li Ahkam Al-Quran wa al-
yang diperoleh atau dikumpulkan oleh Mubin lima Tadammanhu min al-
orang yang melakukan penelitian dari Sunnah wa nal-Furqon. Merupakan kitab
sumber-sumber yang telah ada, baik dari tafsir yang bercorak fikih.36 Al-Tadzkirah
perpustakaan atau dari laporan-laporan fi Ahwal al-Mauti wa Umar al-Akhirah.37
penelitian terdahulu.33 Al-Tidzkar fi fadli al-Azkar. Berisi
tentang keilmuwan-keilmuwan Alquran.
D. PEMBAHASAN Dicetak pada tahun 1355 M di Kairo. Al-
1. Biografi Imam Qurthubi Qurthubi Rahimahullah wafat pada
Nama lengkap beliau adalah Syaikh malam hari Senin 9 Syawal tahun761 H.
Al-Imam Al-Alim Al-Faqih Al-Mufassir Dikebumikan di Kota Bani Khusaib (Al-
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Menya), Menya Al-Fuli di datraan tinggi
bin Abu Bakar bin Farh Al-Andalusi Al- Mesir.38
Qurthubi. Seorang ahli tafsir terkemuka Adapun karakteristik tafsir Al-
dan ahli ibadah yang sholeh. Qurthubi dalam menulis kitab tafsirnya
Kepribadiannya berasal dari kota memulai dari surat al-Fatihah dan
Cordova.34 diakhiri dengan surat an-nas. Maka dari
Al-Qurthubi hidup di tengah keluarga itu sistematika Mushafi yaitu dalam
yang berasal dari negeri Andalusia dan menafsirkan Alquran sesuai dengan
berkait erat dengan bumi negerinya. urutan ayat dan surat yang terdapat dalam
Ayahandanya benar-benar mushaf. Dan metodeyang dipakai adalah
memprihatikan pertumbuhan dan metode tahlili. Metode tahlili merupakan
menjelaskan seluruh aspek yang
31 35
http://www.referensimakalah.com Imam Syamsuddin Al-Qurthuby At-
/2011/08/tipologi-pendekatan- Tadzkirah Jilid 1: Bekal Menghadapi Kehidupan
penelitiantafsr_4764.html, diakses pada 06 Abad Terj H. Anshori Umar Sitanggal (Jakarta:
Desember 2013 Pustaka Al-Kautsar) , hlm. 1
32
Ahmad Izzan, “Metodologi Tafsir” 36
Imam Syamsuddin Al-Qurthuby At-
(http://migodhog.blogspot.com/2012/04/corak- Tadzkirah Jilid 1: Bekal Menghadapi Kehidupan
tafsir-fiqhi.html, diakses pada 15 April 2012, Abad Terj H. Anshori Umar Sitanggal (Jakarta:
2012) Pustaka Al-Kautsar)
33
Prasko,S.Si.T, .H.I “Metode Penelitian” 37
Imam Syamsuddin Al-Qurthuby At-
(http://prasko17.blogspot.com/2012/07/data- Tadzkirah Jilid 1: Bekal Menghadapi Kehidupan
primer-dan-data-sekunder.html, diakses pada Juli Abad Terj H. Anshori Umar Sitanggal (Jakarta:
2012, 2012) Pustaka Al-Kautsar) , hlm. 4
34 38
Imam Syamsuddin Al-Qurthuby At- Imam Syamsuddin Al-Qurthuby At-
Tadzkirah Jilid 1: Bekal Menghadapi Kehidupan Tadzkirah Jilid 1: Bekal Menghadapi Kehidupan
Abad Terj H. Anshori Umar Sitanggal (Jakarta: Abad Terj H. Anshori Umar Sitanggal (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar) , hlm. 1 Pustaka Al-Kautsar) , hlm. 4

56
dikandung oleh ayat-ayat Alquran dan ‫ال ظَّالِمُ و َن‬
mengungkapkan segenap pengertian yang
dituju.39Para pengkaji tafsir memasukkan
tafsir karya al-Qurthubi ke dalam tafsir
yang mepunyai corak fiqih sehingga
disebut dengan tafsir Ahkam.
2. Analisis Penafsiran Ayat-Ayat
Tentang Khulu’ Menurut Imam
Al-Qurthubi
Klasifikasi Ayat-ayat tentang
khulu’ berdasarkan turunnya.
No. Nama Teks Ayat Tempat
Surat dan Turunnya
Ayat Ayat
1. Al- ‫َو ََل ََيِ لُّ لَكُ ْم‬ Madinah
Baqoroh
(2):229 ‫أَ ْن ََتْخُ ذُ وا‬
‫ِِمَّا‬
‫آتـَ ْيـ تُمُ وهُ َّن‬
‫َش ْيـ ئًٔ ا إِ ََّل أَ ْن‬
َّ ‫ََيَا فَا‬
‫أََل‬
ِ
َ‫يم ا حُ دُ ود‬ َ ‫يُق‬
‫اَّللِ فَإِ ْن‬ َّ
‫أََل‬ َّ ْ‫ِخ ْف تُم‬
ِ
َ‫يم ا حُ دُ ود‬ َ ‫يُق‬
‫اَّللِ فَ ََل‬َّ
‫اح‬
َ َ‫جُ ن‬
‫يم ا‬ ِ ِ
َ ‫عَ لَ يْ ه َم ا ف‬
ِ‫ت بِه‬ ْ ‫افـْ تَ َد‬
ُ‫ك حُ دُ ود‬ َ ْ‫تِل‬
‫اَّللِ فَ ََل‬َّ
‫وه ا‬ َ ‫تـَ عْ تَ ُد‬
‫َو مَ ْن يـَ تـَ عَ َّد‬
ِ‫اَّلل‬َّ َ‫حُ دُ ود‬
ُ‫ك هُ م‬ َ ِ‫فَأُولََٰ ئ‬

‘Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah Fi


39

Tafsir al-Maudhu’I, (Kairo: Dar al-Kutub al


‘Arabiyah, 1976)

57
َّ ِ ‫ـًٔا َّم ِري ـًٔا‬
ُ‫َو إ ذَ ا طَل ْق تُم‬
2. Al- Madinah
Baqoroh
ِ
(2):231 َ‫س اء‬ َ ِ‫ال ن‬
‫فـَ بـَ لَ غْ َن‬
4. An-Nisa ُّ ‫ َوإِ ْن أ ََر‬Madinah
ُ‫دُّت‬
َّ‫أَج لَ هُ ن‬ َ ayat 20
‫َم ِس كُ وهُ َّن‬ ْ ‫فَأ‬ ‫ٱستِْب َد َال َزْو ٍج‬
ْ
‫أَو‬ ٍ ِ
ْ ‫ِبَعْ ُروف‬
‫َّم َكا َن َزْو ٍج‬
‫َس ِرِحُ وهُ َّن‬
‫وف َو ََل‬ ٍ ‫ِِبَع ر‬ ‫َوءَاتَـْيـتُ ْم إِ ْح َدىَٰـ ُه َّن‬
ُْ
َّ‫ُتُْس كُ وهُ ن‬ ِ
ِ ‫قِنطَ ًٔارا فَ ََل‬
‫ض َر ًٔارا‬
‫لِتـَ عْ تَ ُد وا َو مَ ْن‬ ‫ََتْ ُخ ُذوا ِمْنهُ َشْيـًٔا‬
ِ
‫ك‬ َ ‫يـَ ْف عَ لْ ذََٰ ل‬
‫أ َََتْ ُخ ُذونَهُۥ ُُبَْٰتَنًٔا‬
َ‫فـَ قَ ْد ظَلَم‬
‫س هُ َو ََل‬ َ ‫نـَ ْف‬ ‫َوإِْْثًٔا ُّمبِينًٔا‬
‫َّخ ُذ وا‬ ِ ‫تـَ ت‬
ِ‫اَّلل‬ َّ ‫ت‬ ِ ‫آَي‬
َ
‫هُ ُز ًٔوا َوا ذْكُ ُروا‬ Hasil penafsiran terkait perkara khulu’
ِ‫اَّلل‬ َّ ‫ت‬ ِ
َ ‫ن عْ َم‬ meliputi hak khulu’ kepada isteri dalam
al-Qur’an konsep khulu’ memberikan
‫عَ لَ يْ كُ ْم َو مَ ا‬ solusi pada istri untuk menempatkan
‫أَنـْ َز َل عَ لَ يْ كُ ْم‬ perceraian yang dilakukan dengan
‫ِم َن‬
membayar tebusan dalam keadaan
tertentu misalnya ketika seorang isteri
‫اب‬ِ َ‫ا لْ كِ ت‬ atau suami dikhawatirkan akan melampui
ِ‫وا ْْلِ ْك م ة‬ batas dengan melanggar hukum-hukum
َ َ Allah jika pernikahan dilanjutkan.
ِ‫ي عِ ظُكُ م بِه‬ Misalnya dalam hal komunikasi yang
ْ َ baik atau keharmonisan. 40 Kebebasan
َ‫اَّلل‬ َّ ‫َواتـَّ قُ وا‬ beribadah, pemenuhan hak dan
َّ‫َواعْ لَ مُ وا أَن‬ kewajiban masing-masing.41apalagi jika
suami bersifat dzolim kepada isterinya,
ِ َّ
ِ‫اَّللَ ب كُ ِل‬ maka khulu’ inilah sangat dianjurkan
‫َش ْي ءٍ عَ لِ يم‬ sebagai solusi akhir. Larangan bagi
mereka mengambil barang dari isteri
ِ
َ‫َوءَاتُوا ٱلنِ َساء‬
3. An-nisa Madinah mereka dalam kemadharatan atau
ayat 4 ِ
ًٔ‫ص ُد َٰقَتِ ِه َّن ِْنلَة‬ َ
kesulitan. Khulu’ paling tidak dibenarkan
ِ
‫ْب لَ ُك ْم‬ َ ْ ‫فَِإن ط‬ 40
Syeikh Abdul Halim Hasan Binjai “Tafsir
ٍِ
ُ‫َعن َش ْىء ِمْنه‬ Ahkam”(Jakarta: Kencana,2006), 118
41
Imam Syfi’ie, Hukum Al-Qur’an (As-
‫نـَ ْف ًٔسا فَ ُكلُوهُ َه ِِن‬ Syafi’ie dan Ijtihadnya) terj.Baihaqi Safi’uddin
(Surabaya:Bangkul Indah1994), 205.

58
kecuali apabila kesulitan tersebut tidak Allah berfirman dalam surat an-
hanya dialami oleh sang suami. Kondisi
nisa ayat 4 Allah Subhanahu wata’ala
ketika isteri diperbolehkan meminta
khulu’ menurut imam al-Qurthubi. berfirman:
Bahwa jika keduanya menginginkan
‫ْب لَ ُك ْم َعن َش ْى ٍء‬ ِ ِ ِ ‫وءاتوا ٱلنِساء‬
َ ْ ‫ص ُد َٰقَت ِه َّن ِْنلَةًٔ فَِإن ط‬
bercerai, dimana keduanya saling
membangkang sudah tidak mencapai rasa َ َ َ ِ ُ ََ
kasih sayang dan berperilaku sudah tidak ‫ِِمْنهُ نَـ ْف ًٔسا فَ ُكلُوهُ َه ِِن ـًٔا َّم ِري ـًٔا‬
ada sikap saling menghargai.42Haram Artinya:“Berikanlah maskawin (mahar)
seorang isteri diperbolehkan mengajukan kepada wanita (yang kamu nikahi)
khulu’ dengan menyerahkan mahar yang sebagai pemberian dengan penuh
telah diberikan suami.Dalam Surat Al- kerelaan. Kemudian jika mereka
Baqoroh ayat 229 Allah Subhanahu menyerahkan kepada kamu sebagian dari
wata’ ala berfirman: maskawin itu dengan senang hati, maka
‫َو ََل ََيِ لُّ لَكُ ْم أَ ْن ََتْخُ ُذ وا ِِمَّا‬ makanlah (ambillah) pemberian itu
َّ ‫آتـَ ْيـ تُمُ وهُ نَّ شَ ْيـ ئًٔ ا إِ ََّل أَ ْن ََيَا فَا‬
‫أََل‬ (sebagai makanan) yang sedap lagi baik
akibatnya.
َّ ‫اَّللِ فَإِ ْن ِخ ْف تُ ْم‬
‫أََل‬ َّ َ‫يم ا حُ دُ ود‬ ِ
َ ‫يُق‬ pesan dari ayat ini adalah Firman Allah
‫اح عَ لَ يْ ِه َم ا‬ َِّ ‫ي قِ يم ا ح ُد ود‬ Subhanhu wa ta’ala janganlah kalian
َ َ‫اَّلل فَ ََل جُ ن‬ َ ُ َ ُ mengambil kembali dari padanya barang
ِ ِ ِ ِ
‫اَّلل فَ ََل‬
َّ ُ‫ك حُ دُ ود‬ َ ْ‫ت بِه ت ل‬ ْ ‫يم ا افـْ تَ َد‬
َ ‫ف‬ sedikitpun Abu Bakar bin Abdullah Al
ِ‫اَّلل‬
َّ َ‫وه ا َو مَ ْن يـَ تـَ عَ دَّ حُ ُد ود‬
Muzani berkata, "Suami tidak boleh
َ ‫تـَ عْ تَ ُد‬ mengarnbil sesuatu pun dari istri yang
‫ك هُ مُ ال ظَّالِمُ و َن‬ َ ِ‫فَأُولََٰ ئ‬ mengkhulu' (minta cerai dengan
kompensasi mengembalikan mahar
Demikian menurut pendapat kepada suami)43 kemudian, pada ayat
madzhab Hanafi dan beberapa ulama ُ‫ف ََتْ ُخ ُذونَه‬
َ ‫َوَكْي‬
madzhab Maliki, hanya saja mereka
mensyaratkan isteri hasrus sudah baligh. Bagaimana kalian akan
Kecuali isteri yang masih kecil makruh mengambilnya kembali." Sebagai sebab
untuk meminta khulu’ dan istri yang larangan mengambil harta secara
menderita penyakit bodoh haram baginya sembunyi. Sebagian ulama berkata yaitu
meminta khulu’. Hukumnya mengambil jika suami bersamanya dalam satu
atau meminta kembali harta istri kecuali pakaian dan ia pun menggauli atau tidak
jika dia berbuat nusyuz atau durhaka atau menggaulinya.44
adanya tindakan yang buruk sebelumnya. “Kemudian jika mereka menyerahkan
Ibnu Al Mundzir menceritakan dari An- kepada kamu sebagian dari maskawin itu
Nu'mar dia berkata, "Apabila terjadi dengan senang hati, maka makanlah
kezhaliman dannusyuz dari pihak suami, (ambillah) pemberian itu (sebagai
kemudian istri melakukan khulu’ makanan) yang sedap lagi baik
terhadapnya, makahal itu dibolehkan akibatnya”. mengenai besarnya
akan tetapi suami berdosa yang tebusan,selayaknya disesuaikan dengan
sebenamya tidak dihalalkan berbuat kesepakatan suami-istri dan jangan
demikian. Tapi istri tidak boleh dipaksa
untuk mengembalikan apa png telah dia
berikan sebelumnya." 43
Syeikh Imam Al-Qurthubi “Tafsir Al-
Qurthubi”, Jilid 5. Jakarta: Pustaka
Azam.hlm.233
42
Syeikh Imam Al-Qurthubi “Tafsir Al- 44
Syeikh Imam Al-Qurthubi “Tafsir Al-
Qurthubi”, Jilid 3. Jakarta: Pustaka Qurthubi”, Jilid 1. Jakarta: Pustaka
Azam.hlm.276 Azam.hlm.235

59
mengambil barang dengan jumlah yang bahwa seorang suami tidak boleh
melampaui batas.Sudah sepatutnya suami meminta lebih dari jumlah mahar yang
tidak berhak mengambil lagi barang pernah diberikan karena hal ini sesuai
hibah atau barang yang sudah diberikan dengan hadits Nabi, walaupun haditsnya
oleh suami kepada istrinya. Ketika akan mursal namun perawinya tsiqoh dan
bercerai maka sudah sepatutnya bercerai sangat terpercaya dan dalil yang
dengan cara yang benar. Dalam digunakan oleh madzhab yang pertama
pernikahan yang sah isteri lebih berhak telah ditakhsihkan oleh hadits-hadits
mendapatkan mahar sepenuhnya, jika dia yang menjadi dalil madzhab yang kedua.
sudah digauli , maka hal ini ditetapkan Penafsiran khulu’dalam prespektif imam
bahwa mahar menjadi sepenuhnya bagi Al-Qurthubi sangatlah mudah dipahami.
isteri.45 Mahar ini sebagai tanda Khulu’ adalah istri yang melepas dengan
kehormatan isteri, jikalau suami cara menebus dirinya dari suaminya.
mengambil seluruhnya baik barang Sebagaimana yang sudah terjadi zaman
hibah, mahar atau bahkan kadarnya lebih Rasulullah ShalaAllahu’alayhi wa
besar dari jumlah mahar maka suami sallam. Semua yang sudah digambarkan
tersebut menganggap rendah dan tidak dalam Al-Qur’an ataupun hadits haruslah
menghargai istri. diterapkan di lingkungan masyarakat.

E. KESIMPULAN 6. SARAN
Al-Qur’an telah berbicara tentang Sekiranya, penelitian ini tidak cukup
kata khulu’ sehingga sangat penting sampai disini, tetapi berlanjut pada
untuk dikaji, dipahami dan ditadaburi, pengembangan yang lebih kompleks,
karena di dalam Al-Qur’an terdapat karena penulis menyadari bahwa tulisan
kandungan ilmu yang bermanfaat dan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
harus dijadikan sebagai petunjuk bagi itu, penulis mengajukan beberapa saran
umat muslimin dan muslimah. dan masukkan yang dianggap perlu untuk
Bahwasannya khulu’ berasal dari kata pengembangan lebih lanjut. Guna
‫خلع‬- ُ‫يَ ْخلع‬yang artinya meninggalkan. menghasilkan karya yang lebih
Khulu’ disebut juga alfida’artinya sempurna.
tebusan, yaitu isteri menebus dirinya dari 1. Untuk menciptakan generasi insani
suaminya dengan mengembalikan apa yang sesuai dengan tujuan
yang pernah diterimanya. Secara istilah penciptaNya, maka hendaklah setiap
Khulu’ yaitu isteri menebus atau mminta insan untuk selalu mendekatkan diri
lepas dirinya dari suaminya dengan dan berinteraksi dengan Al-Qur’an
mengembalikan mas kawin yang pernah dalam memutuskan perkara atau
di terima ketika pernikahan. Al-Qur’an mencari solusi dalam kehidupan.
memberiakan solusi bagi wanita dalam Serta, mengkaji tafsirnya juga
menjawab persoalan rumah tangga yang mengamalkan isi yang
dimana pernikahan itu tidak dapat dikandungnya.
dipertahankan. Hal ini sesuai dengan 2. Jadikanlah Sunnah Rasulullah
tafsir surat Al-Baqoroh ayat 229. Dan ShalaAllahu’alayhi wa sallam
juga suami tidak bisa bersiikap keras sebagai penuntun dalam keseharian,
terkait iwadh yang harus dikembalikan agar tidak terjatuh pada kesalahan
hanyalah berupa mahar saja. Penulis dan dalam hal yang bisa merugikan
lebih memilih pendapat imam Hambali masyarakat atau keluarga.

45
Syaikh Abu Malik Kamal,” Fiqih Sunnah
Lin Nisaa”, (Cet.II; Kota Depok, Pustaka
Khazanah Fawa’i. (2017). h.731

60
DAFTAR PUSTAKA Prasko,S.Si.T, .H.I “Metode Penelitian”
(http://prasko17.blogspot.com/2012/
Abdullah Daghfaq, Yusuf “Wanita
07/data-primer-dan-data-
Bersiaplah Kerumah Tangga”,
sekunder.html, diakses pada Juli
Gema Insani hlm 26-28
2012, 2012)
Al Farmawi, ‘Abd al-Hayy MetodeTafsir
Rofiq, Ahmad Hukum Islam Indonesia,
Maudhui Suatu Pengantar (Jakarta:
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Raja Grafindo Perkasa 1996), terj.
1998
Suryana Jamrah, cet.II,, 11
Syamsuddin, Imam “Al-Qurthuby At-
Al-Farmawi,‘Abd al-Hayyal-Bidayah Fi
Tadzkirah Jilid 1: Bekal Menghadapi
Tafsir al-Maudhu’I, (Kairo: Dar al-
Kehidupan Abad“ Terj H. Anshori
Kutub al ‘Arabiyah, 1976)
Umar Sitanggal (Jakarta: Pustaka Al-
Al-Qurthubi, Syeikh Imam “Tafsir Al- Kautsar)
Qurthubi”, Jilid 5. Jakarta: Pustaka
Syfi’ie, Imam “Hukum Al-Qur’an” (As-
Azam.hlm.233
Syafi’ie dan Ijtihadnya) terj.Baihaqi
Dr. Sudarto,M.Pd.I, “ Fiqih Safi’uddin (Surabaya:Bangkul
Munakahat”(Jawa Timur: Penerbit Indah1994), 205.
Qiara Media, 2020)
Syaikh Abu Malik Kamal, Fiqih Sunnah
Halim Hasan, Syeikh Abdul Binjai Lin Nisaa, (Cet.II; Kota Depok,
“Tafsir Ahkam”(Jakarta: Pustaka Khazanah Fawa’i2017),
Kencana,2006), 118 h.731
http://www.referensimakalah.com Muhammad, Syaikh Kamil “Fikih
/2011/08/tipologi-pendekatan- Wanita” (Jakarta:Pustaka Al
penelitiantafsr_4764.html, diakses Kautsar,2008)
pada 06 Desember 2013
Halim Hasan, Syeikh Abdul Binjai
Izan, Ahmad “Metodologi Tafsir” “Tafsir Ahkam”(Jakarta:
(http://migodhog.blogspot.com/2012/ Kencana,2006), 118
04/corak-tafsir-fiqhi.html, diakses
pada 15 April 2012
Katsier, Ibnu “Terjemah Singkat Ibnu
Katsier Jilid I”, Terj. H. Salim
Bahreisy dan H. Said
Bahreisy (Surabaya: PT Bina Ilmu:1987)
Muchtar, Kamal“Asas-asas Hukum Islam
Tentang Perkawinan”, Jakarta:
Bulan Bintang, 1974,
Mughniyyah, Muhammad Jawwad Fikih
Lima Madzhab: Ja’far, Hanafi,
Maliki, Syafi’i dan Hambali, terj.
Masykur A.B, dkk, Jakarta: Lentera
Baritama, 1999
Mustaqin, Abdul “Dinamika Sejarah
tafsir al-Qur’an”, (Yogyakarta,
Adab Press, 2012)

61
62

You might also like